• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai masalah penjadwalan. Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Masnunah (2016)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. membahas mengenai masalah penjadwalan. Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Masnunah (2016)"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

8 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

1.1 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu memiliki fungsi sebagai acuan dalam membuat sebuah karya tulis. Acuan yang digunakan dalam penulisan ini didapatkan dari beberapa penelitian yang memiliki informasi atau gagasan yang membahas mengenai masalah penjadwalan.

Penelitian terdahulu pertama yang dilakukan oleh Masnunah (2016) ini bertujuan untuk mengetahui perencanaan untuk mengendalikan proyek selama fase implementasi. Untuk mengatur waktu penyelesaian proyek agar lebih efektif dan efisien dapat menggunakan metode PERT dan CPM sehingga dapat mengurangi dampak keterlambatan dan pembengkakan biaya implementasi. Metode PERT (Teknik Evaluasi dan Tinjauan Program) adalah metode yang bertujuan untuk mengurangi sebanyak mungkin penundaan, Produksi, dan mengoordinasikan berbagai bagian pekerjaan secara menyeluruh dan mempercepat penyelesaian proyek. Sedangkan metode CPM adalah metode perencanaan dan pengendalian proyek yang memiliki data biaya di masa lalu. Berdasarkan hasil analisis menunjukkan durasi awal proyek dengan durasi 180 hari (6 bulan) dengan total biaya Rp.

73.599253,59. Akibat sistem kerja lembur, durasi kegiatannya menjadi 164 hari dengan biaya proyek Rp. 55.089.267,07.

Sementara itu penelitian yang dilakukan oleh Handayani (2014) dan Iskandar (2015) ini bertujuan untuk mengoptimalkan manajemen waktu

(2)

proyek jalan raya pada proyek peningkatan struktur jalan Sp. Berembang – Sp. Jambi. Dari hasil analisa menggunakan diagram CPM untuk Proyek jalan pada proyek peningkatan struktur jalan Sp. Berembang – Sp. Jambi kecil diketahui kegiatan yang berada pada jalur kritis berjumlah 6 item pekerjaan.

Dari analisa menggunakan diagram CPM didapat biaya dan waktu yang lebih optimal. Lama penyelesaian proyek mulanya selama 217 hari kalender dengan biaya Rp. 9.969.162.000,00 menjadi 210 hari kalender dan biaya Rp. 9.956.247.162,00. Dengan demikian didapatkan durasi waktu yang dipercepat biaya pelaksanaan proyek menjadi lebih murah, yakni adanya keuntungan tambahan yang diperoleh Rp. 12.914.838,00.

Penelitian berikutnya dilakukan oleh Suherman dan Ade Aulia (2016) ini bertujuan untuk melakukan penjadwalan ulang, menghilangkan waktu aman ( Safety Time ) dan menggantinya dengan waktu peyangga ( Buffer Time).

Dari pengolahan data dan analisis yang sudah dilakukan dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut durasi optimal proyek jalan SMK IT Payakumbuh pada penjadwalan dengan menggunakan metode CPM adalah selama 197 hari kalender apabila seluruh buffer time digunakan dimana sebelumnya jadwal perencanaan proyek selama 147 hari kalender. Namun apabila suatu aktivitas mengalami suatu hal tak terduga, tim proyek tidak perlu khawatir karena adanya waktu penyangga tersebut sehingga proyek terlindungi dari keterlambatan.

(3)

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh Irwan Raharja ini bertujuan untuk membuat, mengetahui serta usulan penjadwalan pembangunan proyek, ketepatan waktu penyelesaian, sehingga perusahaan dapat menentukan penjadwalan proyek yang efektif dan efisien.

Metode penelitian melakukan penelitian untuk mendapatkan data secara langsung pada perusahaan yang menjadi objek penelitian, yaitu Interview dan Dekuenter. Selanjutnya dilakukan analisis data menggunakan Diagram Network dan untuk mempermudah digunakan metode “Algorithma”. Selain itu menggunakan Metode Penulisan ES, EF, LS, LF dan PERT (program evaluation and review technique), menggunakan 3 estimasi waktu penyesuaian, yaitu Expected Time (ET) dan Estimasi probabilitas waktu penyelesaian (Z).

Berdasarkan hasil analisis bahwa kebutuhan proyek pada dasarnya cukup baik, namun tidak diikuti dengan pengawasan yang baik. Dengan penerapan metode PERT dan CPM maka dapat diketahui besarnya waktu yang dibutuhkan, besarnya tingkat keyakinan yang dinginkan dalam menentukan waktu setiap kegiatan, pengawasan terdapat aktivitas khususnya yang berada dalam jalur kritis dapat lebih dikonsentrasikan, dan dari segi waktu penyelesaian untuk awal adalah 201 hari dan untuk usulan (dipercepat) adalah selama 168 hari, sehingga terjadi efisiensi waktu selama 33 hari.

Penelitian yang dilakukan oleh Ezekiel R. M. Iwawo betujuan untuk menerapkan metode CPM dalam penjadwalan kembali proyek pembangunan gedung baru Kompleks Persekolahan Eben Haezar Manado dengan menggunakan metode CPM.

(4)

Hasil penerapan Metode CPM pada penelitian ini khususnya pada proyek konstruksi pembangunan gedung baru kompleks Eben Haezar Teling Manado dapat diketahui dengan tingkat kepastian yang tinggi durasi proyek ini khususnya pada item pekerjaan persiapan, pekerjaan tanah dan urugan, serta pekerjaan struktur yaitu 241 hari, dapat diketahui kegiatan mana yang kritis (memerlukan tingkat pengawasan yang ketat, karena pekerjaan yang masuk dalam jalur kritis ini tidak boleh terlambat karena tidak memiliki tenggang waktu (float time) dan memberikan gambaran alur kegiatan proyek secara keseluruhan,yang terlihat dalam network planning metode CPM.

Sedangkan penelitian yang dilakukan oleh A. M. Aliyu bertujuan untuk mengetahui penerapan metode Critical Path Method (CPM) pada pembangunan gedung kompleks di Universitas Teknologi Federal.

Hasil dari penelitian ini diantaranya adalah kemampuan analisis jaringan dalam mengelola dan mengendalikan waktu dan biaya proyek tidak diragukan. Analisis waktu menunjukkan dengan jelas pengaruh keterlambatan pada masing – masing dan setiap kegiatan pada seluruh program, sehingga memudahkan tugas pengelolaan sumber daya, mengidentifikasi jalur kritis juga membuat prinsip manajemen dengan pengecualian menjadi mungkin, karena manajer proyek dapat berkonsentrasi pada kegiatan kritikal dan cukup jelas bahwa perencanaan berdasarkan metode jalur kritis (CPM) tidak lebih baik daripada Gantt Chart dan metode perencanaan proyek serupa karena mengidentifikasi urutan dan keterkaitan tugas kerja dalam jaringan grafis, peningkatan komunikasi antar-departemen, memungkinkan definisi yang

(5)

jelas tanggung jawab dan mengidentifikasi metode alternatif penyelesaian proyek dengan berkonsentrasi pada tugas – tugas kritis dan menimalkan timbulnya krisis manajemen proyek.

Berdasarkan penelitian diatas terdapat persamaan penelitian – penelitian terdahulu dengan penelitian yang saat ini yaitu pada alat analisis yang digunakan berupa metode CPM ( Critical Path Method ) dan permasalahan penjadwalannya sehingga mencari solusi dengan menggunakan metode tersebut.

1.2 Landasan Teori

Bagian ini membahas teori-teori yang sama untuk menjawab permasalahan yang telah dituliskan pada bab sebelumnya. Landasan teori ini dapat bersumber dari text-books, jurnal penelitian, maupun media elektronik.

Berikut ini adalah pembahasan lebih lanjut:

2.1.1 Desain Operasi Jasa

Sebagian besar definisi jasa menekankan ketidakmampuan jasa untuk diraba (intangibility) sebagai kebalikan untuk diraba (tangibility) dari suatu barang (Schroeder: 2002). Dalam merancang proses industri jasa dibutuhkan suatu kerangka kerja. Pada gambar merupakan segitiga jasa yang dikemukakan oleh Albrecth dan Ron Zemke (1985). Kerangka ini merupakan segitiga jasa, yang mengasumsikan terdapat empat elemen yang harus dipertimbangkan dalam memproduksi jasa: pelanggan, manusia, strategi, dan sistem.

(6)

Gambar 2.1 Segitiga Jasa

Sumber: Schroeder (2002)

Pelanggan ditengah-tengah segitiga sebab jasa harus selalu berpusat pada pelanggan. Manusia adalah karyawan dari perusahaan jasa. Strategi adalah pandangan atau filosofi yang digunakan untuk menuntun segala aspek pelayanan jasa, serta sistem adalah sistem fisik dan prosedur yang digunakan.

Konsep yang berhubungan dengan segitiga jasa memberikan suatu cara berpikir yang menarik tentang operasi jasa. Konsep ini bermanfaat untuk merancang sistem jasa dan untuk memecahkan masalah-masalah jasa. Segitiga jasa juga dapat digunakan untuk

Strategi Jasa

Pelanggan

Sistem Manusia

(7)

mendiagnosa masalah jasa dan untuk menentukan apa penyebab dari pelayanan yang jelek.

2.1.2 Penjadwalan

a. Pengertian Penjadwalan

Penjadwalan (sceduling) menurut Barry Render & Jay Heizer (2015) merupakan salah satu kegiatan penting dalam perusahaan.

Dalam suatu perusahaan industri, penjadwalan diperlukan dalam mengalokasikan operator, mesin, peralatan produksi, urutan proses, jenis produk, pembelian material dan sebagainya. Penjadwalan adalah pengaturan waktu dari suatu kegiatan operasi. Penjadwalan mencakup kegiatan mengalokasikan fasilitas, peralatan ataupun tenaga kerja bagi suatu kegiatan operasi dan menentukan urutan pelaksanaan kegiatan operasi. Secara umum, penjadwalan dalam sistem volume rendah diarahkan untuk menentukan bagaimana pembagian beban pekerjaan pada pusat - pusat kerja (loading) dan bagaimana urutan dari pekerjaannya (squencing). Pembebanan dapat diartikan sebagai penugasan pekerjaan kepada pusat-pusat kerja tertentu sehingga biaya proses, waktu kosong, pemenuhan waktu dapat dilakukan seminimal mungkin. Sementara pengurutan mencakup penentuan urutan pekerjaan yang diproses sesuai dengan aturan prioritas yang digunakan.

APICS Dictionary (2008) menyatakan bahwa schedule adalah jadwal atau daftar yang merinci waktu pelaksanaan kegiatan

(8)

yang sudah direncanakan. Sementara penjadwalan adalah kegiatan pembuatan jadwal, seperti jadwal pengiriman, produksi induk, perawatan. Berdasarkan beberapa definisi di atas, dapat dikatakan bahwa penjadwalan adalah penentuan waktu dan kuantitas atas sumber daya produktif, yang meliputi kapasitas, peralatan, dan fasilitas produksi, bahan baku, serta tenaga kerja yang dibutuhkan dalam pembuatan suatu produk atau jasa agar produksi dapat berlangsung dengan lancar, tepat jumlah, dan mutu.

Penjadwalan merupakan suatu fase yang mengartikan suatu perencanaan suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu.

Penjadwalan menentukan kapan aktivitas-aktivitas itu dimulai, ditunda, dan diselesaikan. Penjadwalan meliputi: pengurutan dan pembagian waktu untuk seluruh kegiatan. Pada tahap ini manajer memutuskan berapa lama tiap kegiatan memerlukan waktu penyelesaian dan menghitung berapa banyak orang yang diperlukan pada tiap tahap produksi (Heizer & Render, 2006). Penjadwalan dapat diartikan sebagai pengalokasian sejumlah sumber daya (resource) untuk melakukan sejumlah tugas atau operasi dalam jangka waktu tertentu dan merupakan proses pengambilan keputusan yang peranannya sangat penting dalam industri manufaktur dan jasa yaitu mengalokasikan sumber-sumber daya yang ada agar tujuan dan sasaran perusahaan lebih optimal.

(9)

Dari beberapa teori di atas, maka dapat disimpulkan bahwa penjadwalan merupakan suatu proses untuk menentukan urutan sebuah pekerjaan, menentukan dimana dan kapan bagian dari sebuah pekerjaan secara menyeluruh harus dilakukan.

b. Jenis Penjadwalan

Menurut Heizer & Render (2016), penjadwalan dibagi menjadi tiga, yaitu penjadwalan jangka pendek, jangka menengah, dan jangka panjang. Adapun penjelasannya adalah sebagai berikut : 1) Penjadwalan jangka pendek terdiri dari pembebanan pusat kerja

dan pengurutan pekerjaan. Pada penjadwalan jangka pendek biasanya menggunakan periode hari atau jam sehingga digunakan untuk menjadwalkan kegiatan operasi.

2) Penjadwalan jangka menengah dipakai pada saat perencanaan agregat atau penjadwalan induk. Perencanaan agregat terdiri dari utilitas fasilitas, kebutuhan karyawan, dan subkontrak. Sedangkan pada jadwal induk terdiri dari MRP dan pemecahan perencanaan induk.

3) Penjadwalan jangka panjang dilakukan untuk menjadwalkan proyek perusahaan dengan jangka waktu tahunan. Penjadwalan jangka panjang biasanya digunakan saat merencanakan kapasitas, yang terdiri dari ukuran fasilitas dan pengadaan peralatan.

Dalam menentukan jenis penjadwalan yang tepat untuk diterapkan, perusahaan harus menyesuaikan dengan kebutuhan dan aset

(10)

yang dimiliki. Penjadwalan berdasarkan jangka waktu ini dilakukan untuk mengoptimalkan aset yang dimiliki perusahaan sehingga memudahkan perusahaan dalam mencapai tujuannya.

c. Kategori Penjadwalan

Teknik penjadwalan yang benar terdiri dari volume pesanan, sifat alami operasi dan kompleksitas pekerjaan, dan juga kepentingan dari keempat kategori (Heizer dan Render, 2016). Berikut keempat kategori tersebut :

1) Meminimalkan waktu penyelesaian, dengan menentukan waktu penyelesaian rata-rata untuk setiap pekerjaan.

2) Memaksimalkan utilisasi, dengan menghitung persentase waktu suatu fasilitas yang digunakan.

3) Meminimalkan persediaan barang setengah jadi (work in process- WIP), dengan menentukan jumlah pekerjaan rata-rata dalam sistem. Semakin banyaknya pekerjaan dalam sistem, maka persediaan WIP akan tinggi. Begitu pun sebaliknya, semakin sedikit pekerjaan dalam sistem, maka persediaan yang ada lebih rendah.

4) Meminimumkan waktu tunggu pelanggan, dengan menentukan jumlah perpanjangan rata-rata.

Keempat kategori penjadwalan di atas digunakan untuk mengevaluasi kinerja penjadwalan. Selain itu penjadwalan yang baik harus sederhana, jelas, mudah dipahami, mudah dilaksanakan,

(11)

fleksibel dan realistis. Sehingga memudahkan karyawan perusahaan dalam menerapkan penjadwalan tersebut.

d. Macam - Macam Penjadwalan

Dalam operasional, diketahui tiga macam penjadwalan, yaitu penjadwalan jangka pendek, agregat, dan proyek. Perbedaan atas penjadwalan menurut waktu tersebut didasarkan pada waktu pelaksanaan kegiatan yang ada di dalam jadwal yang bersangkutan.

1) Penjadwalan Agregat

Penjadwalan agregat menyangkut penentuan jumlah dan kapan produksi akan dilangsungkan dalam waktu dekat.

Seringkali 3 sampai 18 bulan ke depan. Perencanaan jangka menengah dimulai saat keputusan mengenai kapasitas jangka panjang telah dibuat. Ini merupakan pekerjaan dari manajemen operasi. Manajer operasi berupaya untuk menentukan cara terbaik untuk memenuhi ramalan permintaan dengan menyesuaikan tingkat produksi, tingkat kebutuhan tenaga kerja, tingkat persediaan, waktu lembur, tingkat nilai sub kontrak, dan semua variabel lain yang dapat diandalkan.

2) Penjadwalan Jangka Pendek

Penjadwalan jangka pendek berkaitan dengan jadwal atas pengerjaan produk untuk memenuhi permintaan jangka pendek atau permintaan pasar. Jika penjadwalan proyek hanya dipakai satu kali untuk prouek yang bersangkutan dan pekerjaan tersebut

(12)

tidak akan diulangi, maka penjadwalan jangka pendek ini disusun untuk pekerjaan yang akan dilakukan secara berulang. Dengan demikian, jadwal jangka pendek disebut pula penjadwalan operasi.

3) Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek merupakan suatu aktivitas yang memerlukan jangka waktu pengerjaan yang panjang, bulanan sampai tahunan. Penjadwalan proyek menetapkan jangka waktu kegiatan proyek yang harus diselesaikan. Bahan baku dan tenaga kerja yang diperlukan dalam setiap tahapan produksi dihitung dalam fase ini, juga ditentukan waktu yang diperlukan oleh setiap aktivitas. Penjadwalan yang terpisah untuk kebutuhan personalia berdasarkan jenis kemampuan dibuat dalam diagram. Diagram juga dapat dikembangkan untuk menjadwalakan bahan baku.

2.1.3 Penjadwalan Proyek

a. Pengertian Penjadwalan Proyek

Penjadwalan mengikuti perkembangan proyek menggunakan beragam permasalahannya. Proses monitoring serta updating selalu dilakukan untuk mendapat penjadwalan yang paling realistis, supaya alokasi sumber daya dan penetapan durasinya sesuai dengan sasaran dan tujuan proyek. Pada penjadwalan orang, uang, & bahan dihubungkan untuk aktivitas spesifik dan menghubungkan masing-masing kegiatan satu dengan yg lainnya.

(13)

Penjadwalan proyek adalah salah satu elemen output perencanaan, yang dapat memberikan keterangan mengenai jadwal planning dan kemajuan proyek pada hal kinerja sumber daya berupa

biaya, energi kerja, peralatan, & material serta perencanaan durasi proyek dan progres ketika penyelesaian proyek. PRoses penjadwalan, penyusunan kegiatan dan interaksi antar kegiatan dibentuk lebih terperinci dan sangat detail. Hal ini dilakukan untuk pelaksanaan evaluasi proyek (Husein, 2011).

Penjadwalan proyek adalah suatu fase yg menterjemahkan suatu perencanaan kedalam suatu diagram-diagram yang sesuai dengan skala waktu. Penjadwalan menentukan kapan kegiatan-kegiatan itu dimulai, ditunda, & diselesaikan. Penjadwalan proyek meliputi: pengurutan &

pembagian untuk seluruh kegiatan proyek. Pada tahap ini manajer menetapkan berapa lama setiap aktivitas memerlukan penyelesaian dan menghitung berapa orang yang diperlukan dalam tiap tahapan produksi (Heizer & Render, 2011).

Penjadwalan proyek memberikan sarana untuk menilai kemajuan pekerjaan, menghindari pemakaian sumberdaya yang berlebihan dengan harapan proyek dapat selesai. Penjadwalan proyek yg efektif dapat menghasilkan penghematan biaya & peningkatan produktivitas. Selain itu, penjadwalan yang efektif bisa menghasilkan keuntungan-keuntungan yang lain (Stevenson & Chuong, 2014).

(14)

Ada empat komponen penting dari sebuah proyek, yaitu ruang lingkup (scope), waktu, biaya dan kualitas. Keempat komponen tersebut menjadi batasan dalam pelaksanaan proyek. Dengan kata lain, dapat dikatakan bahwa kriteria yang harus dipenuhi dari produk yang dihasilkan dari proyek meliputi kriteria atau batasan waktu, batasan ruang lingkup, batasan biaya, dan batasan kualitas. Jadi empat keharusan dalam sebuah proyek yaitu diselesaikan dan diserahkan dengan tepat waktu, cukup dibiayai dengan dana yang telah ditentukan, sesuai dengan ruang lingkup yang disepakati, dan memiliki kualitas hasil sesuai dengan kriteria yang disepakati antara pelaksana dan pemberi proyek (Dimyati & Nurjaman, 2014:41-42).

Dapat disimpulkan dari beberapa teori menurut para ahli diatas bahwa penjadwalan proyek merupakan planning pengurutan kerja untuk merampungkan suatu pekerjaan dengan target atau target khusus yang telah direncanakan sebelumnya. Sebelum proyek dikerjakan perlu adanya tahapan pengelolaan proyek yang meliputi tahap perencanaan, tahap penjadwalan, & tahapan pengkoordinasian. Dari ketiga tahapan ini, tahap perencanaan & penjadwalan adalah tahapan yang paling menentukan berhasil atau tidaknya suatu proyek, lantaran penjadwalan merupakan tahap ketergantungan antar tugas membangun proyek secara keseluruhan.

b. Metode Penjadwalan Proyek

Penjadwalan proyek memiliki beberapa beberapa metode untuk menyelesaikan yang sesuai dengan tujuan yang ingin dicapai oleh perusahaan. Berikut ini adalah beberapa metode dalam penjadwalan proyek diantaranya :

(15)

1) Progam Evaliation and Review Technique (PERT)

Metode tinjauan ulang dan evaluasi progam (Progam Evaliation and Review Technique – PERT) adalah teknik

manajemen proyek yang menggunakan tiga waktu estimasi untuk masing-masing aktivitas (Heizer dan Render 2014). PERT merupakan alat manajemen proyek yang digunakan dalam melakukan penjadwalan, pengaturan dan pengkoordinasian bagian – bagian pekerjaan yang ada didalam proyek (Febrianto,2011).

2) Critical Path Method (CPM)

Critical Path Method (CPM) atau analisis jaringan kerja digunakan untuk melaksanakan prioritas kegiatan sehingga kegiatan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana sebelumnya.

Metode CPM lebih dikenal dengan metode jalur kritis untuk merencanakan dan mengoordinasikan suatu proyek.

Metode Critical Path Method (CPM) digunakan untuk memetakan semua langkah yang diperlukan agar dapat menyelesaikan proyek dan mengidentifikasi jadwal untuk setiap prioritas dan urutan yang terlibat dalam setiap aktivitas. Dengan menggunakan metode CPM diharapkan dapat meminimalisir waktu dan biaya yang dihasilkan.

2.1.4 Critical Path Method (CPM)

Critical Path Method (CPM) yang biasa disebut jalur kritis adalah teknik menganalisis jaringan kegiatan atau aktivitas-aktivitas ketika

(16)

menjalankan proyek dalam rangka memprediksi durasi total. Metode ini berkembang pada tahun 1957 pada Du Pond De Numours & Co dan Rimington Rand Univac. Sedangkan menurut Heizer dan render (2009), CPM membuat asumsi bahwa waktu kegiatan diketahui pasti, hingga hanya diperlukan satu faktor waktu untuk tiap kegiatan. Pada CPM dipakai cara “deterministik”, yaitu memakai satu angka estimasi. Jadi, disini kurun waktu untuk menyelesaikan pekerjaan dianggap diketahui, kemudian pada tahap berikutnya, diadakan pengkajian lebih lanjut untuk memperpendek kurun waktu pengerjaan, misalnya dengan menambah biaya atau time cost trade-off atau crash program.

Menurut Soeharto (2009), dalam menganalisis proses crashing digunakan asumsi, Jumlah sumber daya yang tersedia tidak merupakan kendala. Ini berarti dalam menganalisis program mempersingkat waktu, alternatif yang akan dipilih tidak dibatasi oleh tersedianya sumber daya.

Bila diinginkan waktu penyelesaian lebih cepat, maka sumber daya akan bertambah. Sumber daya ini dapat berupa tenaga kerja, material peralatan, atau bentuk lainnya yang dapat dinyatakan dalam sejumlah dana.

Dalam metode CPM (Critical Path Method - Metode Jalur Kritis) dikenal dengan adanya jalur kritis, yaitu jalur yang memiliki rangkaian komponen- komponen kegiatan dengan total jumlah waktu terlama. Jalur kritis terdiri dari rangkaian kegiatan kritis, dimulai dari kegiatan pertama sampai pada kegiatan terakhir proyek (Soeharto, 1999). Lintasan kritis (Critical Path) melalui aktivitas- aktivitas yang memiliki jumlah waktu

(17)

pelaksanaannya paling lama. Jadi, lintasan kritis adalah lintasan yang paling menentukan waktu penyelesaian proyek secara keseluruhan, digambarkan dengan menggunakan anak panah yang tebal (Badri,1997).

Metode jalur kritis sendiri mempunyai notasi – notasi dalam menjalankannya. Adapun notasinya sebagai berikut :

1. E (earliest event occurence time ) : Saat tercepat terjadinya suatu peristiwa. (dalam diagram dituliskan A).

2. L (Latest event occurence time) : Saat paling lambat yang masih diperbolehkan bagi suatu peristiwa terjadi. (Dalam diagram dituliskan D).

3. ES (Earliest activity Start time) : Waktu Mulai paling awal suatu kegiatan. Bila waktu mulai dinyatakan dalam jam, maka waktu ini adalah jam paling awal kegiatan dimulai.

4. EF (earliest activity finish time) : Waktu Selesai paling awal suatu kegiatan. EF suatu kegiatan terdahulu = ES kegiatan berikutnya.

5. LS (latest activity start time) : Waktu paling lambat kegiatan boleh dimulai tanpa memperlambat proyek

Terdapat 3 asumsi dasar dalam menghitung Critical Path Method (CPM) adalah :

1. Proyek hanya memiliki satu initial event (start) dan satu terminal event (finish).

2. Saat tercepat terjadinya initial event adalah hari ke-nol.

(18)

3. Saat paling lambat terjadinya terminal event adalah LS = ES Dalam diagram jaringan Critical Path Method (CPM), ada beberapa simbol diagram. Simbol diagram tersebut digunakan untuk menggambarkan urutan, waktu pelaksanaan dan jenis-jenis kegiatan pada suatu proyek. Hamdan dan Kadar (2016:342) mengatakan bahwa operasionalnya Critical Path Method (CPM) merupakan suatu metode yang menggunakan diagram anak panah dalam menentukan jalur kritisnya.

CPM menggunakan satu angka estimasi durasi kegiatan tertentu (deterministic). Berikut merupakan gambar bentuk CPM:

Gambar 2.2 Bentuk CPM

= Merupakan Simbol peristiwa/ kejadian/event.

Menunjukkan titik waktu mulainya dan selesainya suatu kegiatan dan tidak mempunyai jangka waktu

= Simbol Kegiatan (Activity). Kegiatan membutuhkan jangka waktu (durasi) dan sumber daya.

= Simbol Kegiatan Semu (Dummy). Kegiatan berdurasi nol, tidak membutuhkan sumber daya.

Event (node) berikut Event (node)

terdahulu

Durasi Kegiatan

(Sumber: Schoeder, 1996)

Keterangan:

(19)

Dari beberapa pendapat yang dikemukakan para ahli diatas, maka dapat ditarik kesimpulan bahwa CPM (Critical Path Method) merupakan model kegiatan proyek yang dideskripsikan dalam bentuk jaringan atau gambar. Kegiatan yang dideskripsikan sebagai titik pada jaringan dan peristiwa yang menandakan awal atau akhir dari kegiatan digambarkan sebagai busur atau garis antara titik. Metode ini bertujuan untuk menentukan perkiraan waktu penyelesaian yang lebih dikenal dengan jalur kritis, jalur yang memiliki rangkaian kegiatan dengan total jumlah waktu terlama dan waktu penyelesaian proyek yang tercepat. Sehingga dapat diketahui waktu paling efisien yang digunakan untuk penjadwalan proyek.

1.3 Kerangka Pikir

Kerangka pikir yang diangkat dalam permasalahan, berupa penjadwalan yang dimulai dari awal dengan proses dan mendapatkan tujuan dalam hal yang diinginkan guna untuk menyelesaikan masalah di dalam proposal. Seperti yang yang ada pada gambar dibawah ini:

(20)

Sumber : Heizer dan Render (2015); diolah Gambar 2.2 Kerangka Pikir

Dari kerangka pikir di atas dijelaskan bahwa pada proses penelitian ini berawal dari input, proses, dan output dengan menggunakan metode CPM ( Critical Path Method ), dimulai dari input yang dilakukan yaitu memilih network planning dengan indikator yaitu aktivitas kerja, hubungan antar kegiatan dan waktu kegiatan. Serta untuk prosesnya menggunakan early start, early finish, late start, dan late finish. Seluruh

Keterlambatan Truk Penjadwalan

Waktu Penyelesaian Proyek Yang Optimal Network Planning:

- Kegiatan Proyek

- Hubungan Antar Kegiatan - Waktu Kegiatan

Menentukan Waktu Kegiatan:

- Waktu Paling Cepat Untuk Memulai - Waktu Selesai Paling Awal Suatu Kegiatan - Waktu Paling Lama Untuk Memulai - Waktu Selesai Paling Lama Suatu Kegiatan

Metode CPM (Critical Path Method)

(21)

aktivitas tadi akan digambarkan dengan diagram Gantt Chart , yang nantinya akan pada temukan jalur kritisnya. Adapun output yang diharapkan yaitu untuk mendapatkan atau menghasilkan waktu penyelesaian yang optimal.

Gambar

Gambar 2.1  Segitiga Jasa
Gambar 2.2 Bentuk CPM

Referensi

Dokumen terkait

Berdasarkan uraian penjelasan di atas, maka timbul keinginan peneliti untuk membuat penelitian yang berjudul “Mediasi Faktor Kepribadian dan Pembelajaran pada

Balai PATP mendukung arah dan sasaran Strategis Pembangunan Pertanian dan Pangan Lima Tahun ke depan (2020-2024), melalui upaya-upaya pengelolaan alih teknologi, invensi

Dalam hal ini perusahaan dituntut tidak hanya berfokus pada laporan keuangan saja namun harus memperhatikan bahwa setiap kegiatan perusahaan akan memberikan suatu dampak

Perbandingan realisasi kinerja sampai dengan tahun ini dengan target jangka menengah yang terdapat dalam dokumen perencanaan strategis bimas Katolik berkisar dari

Disamping menggunakan algoritma pada google maps dapat juga dikembangkan dengan menambahkan algoritma pencarian jalur terpendek untuk metunjukkan arah atau rute,

Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat dan hidayah-Nya, peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Hubungan Aktivitas Fisik Sehari-hari Dengan

Berdasarkan kajian dan analisis terhadap National Risk Assessment tahun 2015, Risk- Based Approach (RBA) yang dikeluarkan FATF, peraturan perundangan yang berlaku yang terkait dengan

Untuk memperoleh gelar Sarjana Kedokteran Hewan penulis melaksanakan penelitian mengenai “Studi Kasus Distokia pada Anjing Kintamani Bali”... ii