• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemenuhan gizinya, mengandung zat nutrisi yang seimbang, sehingga

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA. pemenuhan gizinya, mengandung zat nutrisi yang seimbang, sehingga"

Copied!
20
0
0

Teks penuh

(1)

5 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Ayam Kampung Super

Ayam kampung Super membutuhkan pakan yang berkualitas untuk pemenuhan gizinya, mengandung zat nutrisi yang seimbang, sehingga memberikan hasil yang optimal. Biaya pakan ayam mencapai 60 sampai dengan 70 persen dari total biaya produksi (Tilman dkk., 1991).

Ayam kampung Super memiliki ciri-ciri antara lain sifat genetiknya tidak seragam mulai dari warna bulu, ukuran tubuh, dan kemampuan produksinya tidaksama merupakan cermin dari keragaman genetiknya, selain itu badan ayam kampung juga kecil, mirip dengan ayam ras (Rasyaf, 1998).

Ayam pedaging atau biasa dikenal dengan ayam potong menempati posisi teratas sebagai ayam yang ketersediaannya cukup banyak, disusul ayam kampung, kemudian petelur afkir. Namun, karena permintaan daging ayam yang cukup tinggi, terutama pada saat tertentu yaitu menjelang puasa, menjelang lebaran, serta tahun baru, menyebabkan pasokan daging dari ketiga jenis ayam penghasil daging tersebut tidak dipenuhi (Nugroho, 2009).

Yaman (2010) melaporkan bahwa perbedaan yang mendasar antara ayam kampung umumnya dengan ayam kampung Super adalah kemampuan menghasilkan daging, terutama pada tubuh bagian dada dan bagian paha, perkembangan kedua jenis tipe otot tersebut menunjukkan bahwa ayam kampung Super lebih unggul dari ayam kampung (buras).

(2)

6

Ayam kampung pada minggu awal (0 sampai dengan 8 minggu) perlu diberi pakan ransum yang cukup mengandung energi, protein, minineral, dan vitamin dalam jumlah yang seimbang. Perbaikan genetik dan peningkatan manajemen pemeliharan ayam kampung harus didukung dengan perbaikan nutrisi pakan (Setioko dan Iskandar, 2005; Sapuri 2006).

Ayam membutuhkan makanan untuk hidup pokok, pertumbuhan badan, dan bertelur. Zat- zat makanan yang dibutuhkan ayam terdiri dari protein, lemak, karbohidrat vitamin, mineral dan air. Kebutuhan tersebut harus proporsional pada pemberian pakan (Rasyaf, 2005).

Ayam kampung selama 12 minggu pemeliharaan diberi ransum dengan kandungan protein kasar antara 14,40 sampai dengan 17,50 persen dan energi metabolis 2.400 sampai 2.600 kkal/kg menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 359,20 sampai 424,80 g/ekor dengan konsumsi pakan sebesar 1.853,10 sampai 2.188,10 g/ekor dan konversi ransumnya sebesar 5,70 sampai 6,20. Ayam kampung yang diberi ransum dengan kandungan protein kasar 18 sampai dengan 20% dan energi metabolis 2.700 sampai 2.800 kkal/kg selama 8 minggu pemeliharaan menghasilkan pertambahan bobot badan sebesar 396,50 sampai 454,58 g/ekor dengan konsumsi ransum sebesar 1.901,30-2.303,10 g/ekor dan konversi ransum sebesar 4,38 sampai dengan 5,17 (Ariesta 2011).

(3)

7 Tabel 2.1 Kebutuhan gizi ayam kampung.

No. Zat Gizi 0-4 minggu 4-8 minggu 8-13 minggu

1 Protein 19-20% 18% 15%

2 Energi 2850kkal/kg 2900 kkal/kg 2900 kkal/kg

3 Ca 1%

4 Lisin 0,85%

Ayam kampung merupakan tipe ayam berukuran kecil, pertumbuhan lambat dan daya alih (konversi) makanan menjadi produk protein esensial juga rendah. Ayam kampung saat DOC sampai umur 4 minggu membutuhkan ransum yang mengandung protein kasar 16% - 17 persen, pada periode selanjutnya membutuhkan protein kasar sebesar 15% - 16 persen. Pada saat proses reproduksi ayam kampung membutuhkan protein yang lebih tinggi sebesar 18% - 20 persen (Husmaini, 2000).

Pertumbuhan ternak dipengaruhi oleh faktor genetik dan lingkungan, faktor yang paling berpengaruh adalah pakan, terjadi penurunan bobot badan saat fase pertumbuhan apabila kandungan nutrisi pakan yang diberikan rendah. Ayam kampung dapat tumbuh optimal sesuai dengan potensi genetik apabila zat-zat makanan yang diberikan sesuai dengan kebutuhan ayam (Sutardi, 1995).

2.2 Bahan Pakan Organik

Pakan merupakan sumber energi utama bagi ternak pasti membutuhkan pakan bernutrisi yang seimbang untuk dapat mempertahankan hidup dan berproduksi dengan kualitas yang baik. Pemberian pakan ternak tanpa memperhatikan kualitas dan kuantitas akan mengakibatkan pertumbuhan dan

(4)

8

produktivitas dari ternak tersebut tidak maksimal. Kandungan nutrisi utama yang dibutuhkan dalam pakan ternak ayam pedaging adalah berupa protein, ME, lemak, serat kasar, kalsium dan fosfor (Aribowo, 2008).

Pakan salah satu faktor utama dalam menentukan keberhasilan suatu usaha peternakan, karena 60 sampai 70 persen biaya digunakan untuk pakan. Untuk menekan biaya penggunaan pakan unggas harus efisien, sehingga peternak harus mampu memanfaatkan yang ada tanpa mengabaikan segi kualitas bahan pakan tersebut. Pemilihan bahan baku pakan yang tepat sebagai campuran maupun tambahan dalam pakan sangat berperan penting dalam produktifitas ayam ras maupun buras (Wiharto, 2004).

Pakan merupakan porsi biaya terbesar (70 persen) dalam usaha peternakan unggas. Pakan yang baik adalah pakan yang mengandung gizi yang dibutuhkanoleh ternak unggas sesuai dengan jenis dan bangsa unggas, umur, bobot badan, jenis kelamin, dan fase produksi. Informasi kebutuhan gizi ternak ungags sangat dibutuhkan dalam upaya formulasi pakan komplit yang memenuhi standar kebutuhan gizi ternak unggas. Pakan yang baik berasal dari campuran bahan baku pakan yang baik, mengandung gizi yang dibutuhkan unggas, bersih, dan tidak jamuran (Nugroho,2014).

2.2.1 Jagung

Jagung merupakan tanaman pangan atau pakan dengan sumber karbohidrat yang baik untuk ayam pedaging, serta bahan pakan yang banyak digunakan dalam penyusunan pakan, namun jenis jagung yang sering digunakan dalam

(5)

9

penyusunan pakan dan pakan ayam umumnya adalah jagung jenis hibrida ( Iriany dan dan Andi, 2007).

Selain sebagai sumber karbohidrat, jagung juga merupakan sumber protein yang sangat penting. Kandungan gizi utama jagung adalah pati 72 sampai 73 persen, dengan nisbah amilosa dan amilopektin 25 sampai 30 persen : 70 sampai 75 persen, namun jagung pulut (waxy maize) 0 sampai dengan 7 persen : 93 sampai 100 persen. Kadar gula sederhana jagung (glukosa, fruktosa, dan sukrosa) berkisar globulin, prolamatin, glutelin, dan nitrogen nonprotein. Jagung juga mengandung berbagai mineral esensial seperti K, Na, P, Ca, dan Fe (Astawan dan Wresdiyati, 2004).

Salah satu kelebihan jagung untuk pakan unggas, terutama ayam petelur adalah memiliki kandungan xantofilnya yang tinggi berkisar 18 ppm dan berguna untuk kuning telur, kulit, atau kaki lebih cerah. Hal ini tidak dijumpai pada biji- bijian lain, dedak padi, dan ubi kayu (Widodo, 2005).

Tingginya kandungan jagung berkaitan dengan tingginya kandungan pati di atas 60 persen biji jagung disamping itu jagung memiliki kandungan serat kasar yang relatif rendah sehingga cocok digunakan untuk pakan ayam. Kadar protein jagung (8,5 persen) jauh lebih rendah dibandingkan kebutuhan ayam kampung yang mencapai di atas 22 persenatau ayam petelur di atas 17 persen. Ayam memerlukan asam amino yang terdapat dalam protein. Untuk menilai kandugan jagung perlu memperhatikan asam amino. Kandungan lisin, metionin dan triptofan jagung relatif rendah sehingga untuk membuat pakan ayam perlu ditimbangkan sumber protein yang tinggi seperti bungkil kadalai. Untuk

(6)

10

melengkapi kandungan asam amino dalam ransum ayam dapat diberi tambahan asam amino sintetis seperti L-lisin, DL Metionin atau L-Treonin (Rizal, 2006).

2.2.2 Bekatul / Dedak

Dedak padi merupakan sisa dari penggilingan padi yang dimanfaatkan sebagai sumber energi pada pakan ternak dengan kandungan serat kasar berkisar 6 sampai 27 persen, ketersediaannya di Indonesia cukup melimpah. Masalah utama dalam pemberian pakan dari hasil sampingan penggilingan padi yaitu dedak padi sebagai pakan ternak adalah rendahnya kandungan protein kasar dan tingginya kandungan serat kasar (Ali, 2005).

Bekatul yang berasal dari limbah olahan padi sangat cocok dijadikan bahan pakan. Sebab, kandungan energi metabolismenya berkisar antara 700 sampai dengan 2.500 kkal/kg dan kandungan seratnya 12 persen. Kandungan tersebut cukup tinggi untuk bahan pakan. Berbeda dengan ayam ras yang pemakaiannya dibatasi antara 5 sampai dengan 10 persen, bahan pakan ini bisa dipakai untuk ayam kampung maksimal 65 persen (Maatua, 2015).

Bekatul mengandung karbohidrat dan protein yang merupakan bagian dari endossperma beras karena kulit ari padi. Karbohidrat ini sangat menguntungkan karena membuat bekatul dapat digunakan sebagai sumber energi alternatif.

Kandungan protein pada bekatul sangat baik, nilai protein bekatul lebih tinggi dibandingkan dengan kedelai, biji kapas, jagung, dan tepung terigu. Dibandingkan dengan beras, bekatul memiliki kandungan asam amino lisin yang lebih tinggi.

Selain itu bekatul merupakan sumber mineral yang sangat baik dan mempunyai kandungan nutrisi yang berbeda dengan dedak kasar. Kandungan nutrisi dari

(7)

11

bekatul adalah energi metabolisme sebesar 1.600kkal/kg, karbohidrat 51 sampai dengan 55 g/100g, protein kasar 11 sampai dengan 13g/100 persen, lemak kasar 2,9 persen, serat kasar 4,9 persen, kalsium 500 sampai 700 mg/100g, magnesium 600 sampai dengan 700 mg/100g, fosfor 1.00 sampai 2.200 mg/100g (Abbas dkk., 2005).

Bekatul berpeluang menggantikan peranan jagung sebagai sumber energi bagi unggas, karena jagung merupakan bahan yang akan diolah menjadi bahan bakar pengganti minyak bumi. Penggunaan bekatul dalam ransum unggas ada batasnya, yaitu 0 sampai 15 persen untuk ayam petelur fase starter, 0 sampai 20 persen untuk ayam petelur fase grower dan fase layer. Sedangkan untuk ayam broiler berkisar antara 5 sampai 20 persen dan tidak lebih dari 20 persen karena akan dapat menurunkan produktifitas ayam(Rasyaf, 2002).

Penggunaan bekatul lebih dari 20 persen dalam ransum ternyata dapat menurunkan pertambahan bobot badan dan bobot badan akhir ayam broiler.

Karena kandungan asam fitat dalam bekatul memiliki bentuk kompleks dengan protein, pektin, danpolisakarida bukan pati atau serat kasar, sehingga protein dan fosfor sulit dicerna dan dimanfaatkan oleh ayam(Hanafi, 2001).

2.2.3 Bungkil Kedelai

Bungkil kedelai adalah kedelai yang sudah diambil minyaknya.

Kandungan protein bungkil kedelai berkisar 48 persen dan merupakan sumber protein yang bagus sebab keseimbangan asam amino yang terkandung didalamnya cukup lengkap dan tinggi. Kandungan zat nutrisi bungkil kedelai meliputi protein kasar 48 persen, lemak kasar 0,51 persen, serat kasar 0,41 persen, Kalsium 0,41

(8)

12

persen, Posfor 0,67 persen, Energi Metabolisme (kkal/kg) 2290(Zainuddin, 2006.).

Bungkil kedelai mengandung protein yang cukup tinggi sehingga bahan tersebut digunakan sebagai sumber utama protein pada pakan unggas, disamping pakan lainnya Sekitar 50 persen protein untuk pakan unggas berasal dari bungkil kedelai dan pemakaiannya untuk pakan ayam pedaging berkisar antara 15 sampai dengan 30 persen, sedangkan untuk pakan ayam petelur 10 sampai dengan 25 persen, kandungan protein bungkil kedelai mencapai 43 sampai dengan 48 pesen.

Bungkil kedelai juga mengandung anti nutrisi seperti tripsin inhibitor yang dapat mengganggu pertumbuhan unggas, namun anti nutrisi tersebut bisa menjadi rusak oleh pemanasan sehingga aman untuk digunakan sebagai pakan unggas (Wina, 1999).

2.2.4 Tepung ikan

Tepung ikan merupakan sumber protein utama bagi unggas karena bahan makanan tersebut mengandung semua asam amino esensial yang dibutuhkan ayam dalam jumlah yang cukup dan merupakan sumber lisin dan methionin yang baik. Pemberian tepung ikan juga sering dibatasi untuk mencegah bau ikan yang dapat meresap dalam daging dan telur. Berbagai macam-macam minyak nabati yang sering digunakan untuk ransum lebih dapat dicerna dari lemak hewan dan mempunyai nilai energi metabolis lebih tinggi. Kandungan nutrisi tepung ikan meliputi protein kasar 55 persen, lemak kasar 5,62 persen, serat kasar 0,41persen, Kalsium 6,89 persen, Posfor 0,6 persen, dan energi metabolisme (kkal/kg) 2565 (Anggorodi,1994.).

(9)

13 2.3 Bahan Herbal

Indonesia dikenal sebagai negara biodeversitas yang kaya akan flora dan faunanya. Beberapa ribu jenis tanaman obat ada di Indonesia. Tanaman obat asli Indonesia sangatlah potensi untuk digunakan sebagai bahan pakan tambahan (“feed suplement”) maupun sebagai “feed additive” yang dicampur dalam air minum. Beberapa ahli mengatakan bahwa dengan pemberian beberapa tanaman obat seperti, jahe bawang putih yang dicampur dengan air minum unggas, dapat terhindar dari penyakit flu burung. Disamping itu ada beberapa jenis tanaman obat lain berkhasiat untuk meningkatkan nafsu makan seperti temu lawak, lengkuas, jahe, kencur, kunyit, dan daun sirih. Tanaman ini dikenal sebagai tanaman obat keluarga (toga) (Anonim, 2011).

Bahan tanaman obat herbal berupa sediaan dalam bentuk tepung (simplisia) atau sediaan yang diminum (per-oral). Secara umum manfaat penggunaan tanaman obat bagi manusia maupun hewan adalah untuk peningkatan daya tahan tubuh (sebagai imunomodulator), pencegahan dan penyembuhan penyakit serta pemulihan kesehatan. Tanaman obat dalam bentuk ramuan jamu atau simplisia yang diberikan kepada ternak khususnya unggas melalui air minum atau dicampur kedalam pakan sebagai “feed additive” maupun “feed supplement”

yang berdampak positif terhadap peningkatan kesehatan dan stamina ternak, pertumbuhan, produktivitas menjadi optimal, meningkatkan efisiensi pakan, lemak abdominal lebih sedikit, aroma karkas tidak amis, warna kuning telur lebih orange, dan juga dapat mengurangi bau kotoran disekitar kandang (Soedibyo, 1992).

(10)

14

Ramuan tanaman obat herbal pada umumnya dikonsumsi oleh manusia untuk tujuan menjaga kesehatan atau sebagai pengobatan beberapa penyakit tertentu. Sejak krisis moneter yang terjadi di Indonesia sampai saat ini harga obat- obatan buatan pabrik (impor) sangat mahal, sehingga tidak terjangkau bagi para petani ternak, khususnya peternak dalam skala menengah ke bawah, selain toga peternak berupaya mencari alternatif lain dengan memanfaatkan beberapa toga sebagai obat tradisional. Obat tradisional tersebut juga disebut jamu hewan yang dapat diberikan dalam bentuk larutan melalui air minum atau dalam bentuk simplisia (tepung) yang dicampur kedalam ransum sebagai “feed additive”

maupun “feed supplement” (Anonim, 2011b)

Herbal bermanfaat untuk menambah nafsu makan sehingga dapat meningkatkan pertambahan berat badan dan meningkatan juga laju pertumbuhan pada ayam buras meyatakan bahwa dalam pembuatan herbal pada ayam salah satu kandungannya adalah EM-4. EM-4 yang merupakan kelompok mikroorganisme yang banyak digunakan dalam bidang peternakan, karena 90 persen bakteri di dalamnya adalah lactobacillus sp. Probiotik itu sendiri adalah mikroorganisme hidup non patogen, yang digunakan untuk imbuhan makanan/pakan yang mampu mendesak bakteri patogen(Sarwono, 2005).

2.3.1 Jahe

Jahe (Zingiber officinale) adalah tanaman herbal tahunan yang tergolong famili Zingiberaceae, daun berpasang pasangan dua-duanya berbentuk pedang, rimpang seperti tanduk, beraroma. Selama ini di Indonesia, berdasarkan bentuk, warna, dan aroma serta komposisi kimianya dikenal 3 tipe jahe, yaitu jahe putih

(11)

15

besar, jahe emprit dan jahe merah. Jahe banyak dikenal diseluruh negara termasuk Indonesia, jahe sangat banyak dimaanfaatkan bagi masyarakat Indonesia, jahe juga dikenal sebagai bumbu dapur selain itu bisa dimanfaatkan oleh hewan termaksud unggas. Jahe bermanfaat memperhanyatkan seluruh tubuh, jahe bisa dikosumsi untuk menurunkan kadar lemak pada unggas (Rostiana dkk, 2005).

Berat karkas yang tertinggi diperoleh pada suplementasi tepung jahe (Zingiber officinale) dalam ransum dengan formulasi 4,5 persen tepung jahe dan 0,5 persen tepung kunyit, dengan berat karkas rata-rata 1,07 kg/ekor. Persentase kualitas karkas yang tertinggi diperoleh pada suplementasi tepung jahe (Zingiber officinale) dalam ransum dengan 4,5 persen formulasi tepung jahe dan 0,5 persen tepung kunyit, dengan rata-rata 74,54 persen (Dollah dkk., 2014).

Menurut Indaryati. dkk. (2013) meyatakan penggunaan tepung dari beberapa tanaman obat seperti jahe dan kunyit, dapat menambah nafsu makan ayam, mencegah kejadian serangan penyakit, dan menekan angka kematian.

Fungsi jahe dalam meningkatkan kerja organ pencernaan unggas adalah untuk merangasang dinding empedu mengeluarkan cairan empedu dan merangsang keluarnya getah pankreas yang mengandung enzim amilase, lipase, dan protease yang berguna untuk meningkatkan pencernaan bahan pakan seperti karbohidrat, lemak, dan protein.

Kandungan minyak atsiri pada jahe merah dan kunyit merangsang sekresi getah pankreas yang mengandung enzim protease, amilase dan lipase yang berperan dalam mencerna protein, karbohidrat dan lemak. Meniran sebagai antibiotik alami berperan menekan pertumbuhan bakteri patogen. Antibiotik

(12)

16

dalam pakan dapat menurunkan potensi bakteri patogen sehingga dapat meningkatkan pertumbuhan bakteri yang menguntungkan (Iji dan Choct, 2009).

Keberadaan minyak atsiri pada lempuyang menstimulasi produksi cairan pencernaan yang dapat menghasilkan pH yang sesuai untuk enzim pencernaan.

Pada waktu yang bersamaan terjadi peningkatan aktivitas enzim pencernaan dan pengaturan aktivitas mikroba, sehingga pencernaan pakan semakin meningkat dan menyebabkan kecernaan protein dan mineral diserap dengan baik oleh usus (Lee et al., 2004).

Bahan alami pengganti antibiotik antara lain jahe merah (Zingirber Officinale Rubra). Jahe mengandung komponen bioaktif berupa gingerol, atsiri dan oleoresin. Penggunaan jahe bisa meningkatkan laju pencernaan pakan hal ini disebabkan jahe memiliki kandungan minyak atsiri yang berfungsi membantu kerja enzim pencernaan, sehingga dapat meningkatkan kecernaan protein dan mineral yang terdapat dalam pakan (Setyanto. dkk., 2012).

Secara tradisional kegunaan jahe antara lain untuk mengobati rematik, asma, stroke, sakit gigi, diabetes, sakit otot, tenggorokan, kram, hipertensi, mual, demam, dan infeksi. Kandungan kimia dalam jahe seperti gingerol, shogal, dan zingerone member efek farmakologi dan fisiologi seperti antiosidan, antiinflamasi, analgesik, antikarsigenik, non-toksik, dan non-mutagenik meskipun pada konsentrasi tinggi. Minyak dalam ekstrak mengandung seskuiterpen, terutama zingiberen, monoterpen, dan terpenteroksidasi (Manju dan Nalini, 2005;

Stoilova et al., 2007).

(13)

17 2.3.2 Bawang Putih

Bawang putih (Allium Sativum) termasuk klasifikasi tumbuhan ternak berumbi lapis atau siung yang bersusun. Bawang putih tumbuh secara berumpun dan berdiri tegak setinggi 30 sampai 75 cm, mempunyai batang semu yang terbentuk dari pelepah-pelepah daun. Helaian daunnya mirip pita, berbentuk pipih dan memanjang. Akar bawang putih terdiri dari serabut-serabut kecil yang berjumlah banyak (Syukur, 2005).

Bawang putih merupakan tanaman obat yang memiliki zat aktif dialilsulfida yang bisa membunuh cacing dan allicin yang diduga mampu membunuh kuman 14 penyakit. Berdasarkan hasil survey produksi tanaman sayuran di Indonesia pada tahun 2002, produksi bawang mencapai 46.393 ton pada luas wilayah panen 7.923 hektar atau perolehan panen rata-rata 5,9 ton per hektar(Departemen Pertanian, 2009).

Bawang putih adalah salah satu jenis tanaman herbal yang selain sebagai bumbu dalam masakan juga bisa digunakan sebagai obat. Kandungan senyawa aktif dalam bawang putih yang terdiri dari allisin dan ajoene serta senyawa saponin dan flavonoid yang menjadikan bawang putih dapat dimanfaatkan sebagai antioksidan didalam tubuh. Senyawa-senyawa aktif yang terkandung di dalam bawang putih dapat menggantikan fungsi dari antibiotik sintetik yang biasa diberikan kepada ayam. Sehingga efek buruk yang ditimbulkan dalam penggunaan antibiotik sintetik bisa dihindari, kesehatan ternak terjaga dan produk yang dihasilkan olh ternak juga aman untuk dikonsumsi oleh masyarakat (Maryam et al, 2003).

(14)

18

Bawang putih mempunyai kandungan saponin dan flavonoid, disamping minyak atsiri yang sama-sama berfungsi sebagai antibakteri. Saponin adalah senyawa aktif yang kuat dan menimbulkan busa jika digosok dalam air sehingga seperti sabun dan mempunyai kemampuan antibacterial. Saponin dapat meningkatkan permeabilitas membran sel bakteri sehingga dapat mengubah struktur dan fungsi membran, menyebabkan denaturasi protein membran sehingga membran sel akan rusak dan lisis. Flavonoid merupakan senyawa fenol yang bersifat desinfektan yang bekerja dengan cara mendenaturasi protein yang dapat menyebabkan aktifitas metabolism sel bakteri berhenti dikarenakan semua aktifitas metabolism sel bakteri dikatalisis oleh suatu enzim yang merupakan protein, berhentinya aktifitas metabolisme ini akan mengakibatkan kematian sel bakteri(Mahendra, 2005).

Hastuti (2008) menyatakan bahwa bawang putih mengandung kurang dari 0,2 persen minyak volatil yang merupakan unsur-unsur aktif pembentuk rasa dan aroma bawang putih. Komponen-komponen yang terdapat didalam minyak volatil bawang putih adalah dialil disulfida 60 persen, dialil trisulfida 20 persen, alil propil disulfida 6 persen dan dietil disulfida, dialil polisulfida, alinin serta allisin dalam jumlah sedikit.

Syifa dkk., (2013) hasil penelitiannya menyatakan bahwa konsentrasi ekstrak bawang putih yaitu konsentrasi 10 persen, merupakan konsentrasi yang paling 15 efektif dan memiliki aktivitas antibakteri yang paling tinggi. Ekstrak bawang putih dengan konsentrasi 10 persen memiliki aktivitas antibakteri salmonella yang lebih besar daripada antibiotik tetrasiklin 100 μg/mL. Menurut

(15)

19

Hermawan dan Setyawan, (2003) dalam menyatakan ekstrak bawang putih memiliki kemampuan untuk penghambatan pertumbuhan bakteri Gram negatif maupun Gram positif.

Allicin merupakan salah satu senyawa aktif yang terdapat di dalam hancuran bawang putih segar, mempunyai bermacam-macam aktivitas mikrobia.

Allicin dalam bentuk senyawa murni memperlihatkan aktivitas antibakteri Gram positif maupun Gram negatif, spesies bakteri yang pertumbuhannya dapat dihambat oleh ekstrak bawang putih antara lain Staphylococcus aureus, Hemolytic streptococcus, Citrobacter freundii, Enterococuc cloacae, Enterpbacter cloacae, Eschericia coli, Proteus vulgaris, Salmonella enteritidis, Citrobacter, Klebsiella pneumonia, Mycobacteria, Pseudomonas aeruginosa, Helicobacter pylori dan Lactobacillus odontyliticus (Hernawan dan Setyawan, 2003; Puspitasari, 2008).

Bawang putih (Allium sativum) atau sering disebut obat ajaib dari dunia herbal karena memiliki banyak kegunaan. Bawang putih setidaknya mengandung 33 senyawa sulfur, beberapa enzim, asam amino, dan mineral. Selain itu bawang putih juga memiliki aktibakteri, antijamur, antiparasit, antivirus, dan sifat anti oksidan. Suplemen bubuk bawang putih dalam pertumbuhan ayam pedaging secara signifikan meningkatkan pertambahan bobot badan dan konversi pakan rasio (Singh et al., 2015).

Tabel 2.1 Komposisi Nutrisi Bawang Putih

Kandungan Nutrisi (dalam 100 gr bahan) Persentase Bawang Putih

Energi (cal) 332

Protein (%) 16.8

Lemak (%) 0.76

Total abu (%) 3.18

Sumber: Raessi et al., 2010

(16)

20

Menurut Abubakar dkk., 2008pada ayam kampung peningkatan pakan yang mengandung protein kasar 16 persen sampai 20 persen dapat meningkatkan persentase protein karkas dan menurunkan persentase lemak karkas. Kadar lemak daging erat kaitannya dengan kadar protein. Komposisi protein daging tergantung pada besar tidaknya kandungan lemak, bila kadar lemaknya tinggi maka kadar proteinnya rendah. Kadar protein, lemak, air dan abu secara proporsional dapat berubah bila proporsi salah satu variabel mengalami perubahan.

2.4 Pertambahan Bobot Badan Harian (PBBH)

Pertambahan bobot badan anak ayam buras yang dipelihara intensif rata- rata 373,4 g/hari. Rendahnya pertambahan bobot badan pada anak ayam buras yang dipelihara secara ekstensif, karena kurang terpenuhinya kebutuhan gizi sehingga menghambat laju pertumbuhan. Bobot badan merupakan salah satu hal yang sangat diperhatikan dalam mengetahui tingkat keberhasilan dalam pemeliharaan suatu ternak, salah satunya adalah pemeliharaan ternak unggas.

Pertambahan bobot badan yang signifikan dalam tiap harinya akan mempengaruhi bobot akhir pemeliharaan, sehingga bobot daging yang dihasilkan juga akan tinggi (Aryanti et al., 2013).

Secara garis besar terdapat dua faktor yang dapat mempengaruhi kecepatan pertumbuhan yaitu interaksi antara faktor lingkungan dan faktor genetik. Kemampuan genetik diwujudkan secara optimal apabila kondisi lingkungan mendukung bagi ternak, sehingga performa yang diharapkan 4 tercapai. Salah satu faktor lingkungan adalah cahaya yaitu yang dapat

(17)

21

mempengaruhi ayam untuk mengkonsumsi ransum dan juga dapat membantu anak ayam mengetahui letak ransum (Jahja, 2000).

Pencahayaan dapat memberikan dampak positif berupa peningkatan pertambahan bobot badan harian dan kenaikan tingkat efisiensi konversi pakan menjadi daging (Fadilah, 2013). Selain itu pencahayaan dapat meningkatkan aktivitas makan, waktu istirahat, kenyamanan dan daya tahan tubuh, penurunan agresivitas cekaman, dan konversi ransum, namun apabila dilakukan dengan tidak tepat dan benar dapat mengakibatkan cekaman dan kanibalisme yang akhirnya akan mempengaruhi produksi (Sunarti, 2004).

Menurut Sofjan (2012), pertumbuhan ayam kampung Super bisa mencapai berat 0,6–0,8 kilogram pada umur pemeliharaan 45 hari, karkas ayam kampung Super memang agak sulit dibedakan dengan ayam kampung asli. Ayam kampung Super saat ini ramai diperbincangkan berbagai lapisan masyarakat, mulai dari calon pembibit, peternak pembesaran DOC ayam kampung super, pengelola restoran/rumah yang menjadi konsumen paling potensial. Berbeda dari ayam kampung biasa, ayam kampung Super memiliki laju pertumbuhan yang lebih cepat, sehingga bisa dipanen pada umur 50 sampai 60 hari dengan bobot badan sekitar 0,8 - 1,0 kg/ekor.

Keunggulan ayam pedaging yaitu, mengalami pertumbuhan pesat pada umur 1 sampai pada 5 minggu, selanjutnya ayam pedaging setelah berumur 6 minggu besarnya sudah sama dengan ayam kampung dewasa yang dipelihara selama 8 bulan. Secara umum beternak ayam ada dua masa pemeliharaan, yaitu masa pemeliharaan awal atau starter (1 sampai pada 4 minggu) dan masa

(18)

22

pemeliharaan akhir atau finisher ( umur lebih dari 4 minggu ) (Nastiti, 2012). Laju pertumbuhan ayam akan meningkat dengan pesat pada umur 4 hingga 12 minggu, sedangkan pada umur 13 hingga 20 minggu laju pertumbuhan akan mulai 16 melambat dan menurun. Laju pertumbuhan ayam kampung super juga dapat diukur melalui pertambahan bobot badan. Pertambahan bobot badan tiap minggu dapat mempengaruhi bobot badan ayam kampung super (Aryanti et al., 2013).

Pertambahan bobot badan ini dapat juga digunakan untuk mengetahui kesehatan ayam, jika bobot badan yang dihasilkan tidak sesuai dengan bobot badan standar pada waktu tertentu, maka harus dicurigai bahwa ayam tersebut mengalami gangguan kesehatan. Selain kesehatan ayam kampung super, bobot badan yang dihasilkan oleh ayam kampung dapat dipengaruhi juga oleh tingkat konsumsi ayam. Konsumsi pakan memiliki hubungan yang erat dengan bobot badan ayam yang dihasilkan (Umar et al., 2005).

2.5 Bobot Akhir

Bobot badan akhir merupakan bobot badan ayam umur 35 hari sebelum dipotong dan setelah dipuasakan selama kurang lebih 12 jam (Widianingsih, 2008). Pertambahan bobot badan adalah salah satu parameter yang sering diamati untuk menilai keberhasilan atau tingkat perkembangan produksi yang diinginkan.

Pertumbuhan merupakan suatu proses peningkatan ukuran tulang, otot, organ dalam dan jaringan bagian tubuh lainnya yang terjadi sebelum lahir, sesudah lahir sampai mencapai dewasa tubuh (Rifqi, 2008).

(19)

23

Faktor yang mempengaruhi bobot badan akhir ayam broiler antara lain;

genetik, jenis kelamin, protein ransum, suhu, manajemen perkandangan dan sanitasi (Hasan et al., 2013). Pertumbuhan bobot badan juga dipengaruhi oleh dua faktor yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor internal meliputi pola pemberian pakan dan manajemen pemeliharaan, sedangkan faktor eksternal meliputi suhu juga sangat penting. Suhu panas menghambat produksi thyroid stimulating hormone (TSH) sehingga mengganggu pertumbuhan dan sangat berpengaruh pada bobot akhir (Akter et al., 2006). Menurut Fatimah (2009) pertumbuhan bobot ayam dipengaruhi oleh 7 jenis kelamin, pakan, pengaturan kandang dan genetik.Ayam yang mengkonsumsi protein dalam jumlah sama, tingkat pertumbuhannya juga sama.

Produktivitas ayam broiler dipengaruhi oleh beberapa faktor antara lain genetik, iklim, nutrisi dan faktor penyakit. Faktor ransum menyangkut kualitas dan kuantitasnya juga menentukan terhadap produktivitas ternak. Pertumbuhan yang cepat tidak akan timbul bila tidak didukung dengan ransum yang mengandung nutrisi yang lengkap dan seimbang (asam amino, asam lemak, 4 mineral dan vitamin) sesuai dengan kebutuhan ayam. Bila faktor suhu dan ransum sudah teratasi maka faktor manajemen perlu diperhatikan pula (Harisshinta, 2009).

(20)

24 2.6 Hipotesis

1. Penambahan jahe, bawang putih dan kombinasi kedua herbal dalam pakan organik dapat meningkatkan PBBH dan bobot akhir pada ayam kampung Super.

2. Penambahan kombinasi jahe dan bawang putih berpengaruh baik terhadap PBBH dan bobot akhir ayam kampung super.

Gambar

Tabel 2.1 Komposisi Nutrisi Bawang Putih

Referensi

Dokumen terkait

Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan merupakan salah satu upaya mengimplementasi Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan menjadi kegiatan pembelajaran

Dengan mengucapkan puji syukur kepada Alloh SWT, penelitian dengan judul, “Pengembangan Industri Kreatif Digital: Rancang Bangun Animasi Edukasi Berbasis Tablet

Penilaian hasil DSM dengan menggunakan algoritma phase unwrapping yang berbeda, dimana semua proses untuk menghasilkan DSM dan sampel yang digunakan sama, dapat disimpulkan

PHBS siswa Sekolah Dasar Negeri Gumpang 01 Kartasura Sukoharjo sebagian besar dengan kategori baik yang meliputi perilaku mencuci tangan, menggunakan jamban

Begitu pula dengan makna gramatikal, dideskripsikan pada leksikon yang yang berbentuk kata jadian, meliputi kata berimbuhan, kata ulang, dan kelompok kata

Metode yang dilakukan adalah analisa mikrobiologi (jumlah total bakteri dan kapang ; identifikasi bakteri dan kapang.), kekerasan dan sensoris Hasil penelitian

Secara substansi, rangkaian pelaksanaan sertifikasi ekolabel sektor kehutanan ini berkaitan dengan kepastian hukum dan standar kualitas produk dalam rangka

Namun karena partai politik belum mau mendukung sepenuhnya, perempuan belum banyak yang terpilih menjadi anggota DPRD pada Pemilu legislatif tahun 2009 lalu.. Hanya ada tujuh