• Tidak ada hasil yang ditemukan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2022

Membagikan "Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah dalam melaksanakan hak dan kewajibannya harus"

Copied!
71
0
0

Teks penuh

(1)

S S t t r r u u k k t t u u r r A A P P B B N N

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara

Sebagai suatu entitas yang mengemban amanat rakyat, pemerintah dalam

melaksanakan hak dan kewajibannya harus memiliki rencana yang matang.

Rencana tersebut akan dipakai sebagai pedoman dalam setiap pelaksanaan tugas negara termasuk pula dalam hal pengurusan keuangan

Setiap tahun pemerintah menghimpun dan membelanjakan dana triliunan

rupiah melalui APBN. Penyusunan APBN merupakan rangkaian aktifitas yang melibatkan banyak pihak

termasuk departemen , lembaga dan DPR, peran DPR dalam hal ini sebagai otoritas yang mengawasi arus keluar

(2)

dana APBN

Sesuai UUD 45, APBN harus diwujudkan dala bentuk

Undang-undang, dalam hal ini

Presiden berkewajiban menyusun dan mengajukan Rancangan APBN kepada DPR. RAPBN memuat asumsi umum yang mendasari penyusunan APBN, perkiraan penerimaan, pengeluaran, transfer, defisit/surplus, pembiayaan defisit dan kebijakan pemerintah.

Ruang Lingkup APBN

APBN mencakup seluruh penerimaan dan pengeluaran yang ditampung

dalam satu rekening yang disebut

rekening Bendaharawan Umum Negara (BUN) di bank sentral (Bank

Indonesia). Pada dasarnya semua penerimaan dan pengeluaran

(3)

pemerintah harus dimasukkan dalam rekening tersebut.

Sesuai dengan peraturan pemerintah perundangan yang terkait dengan

pengelolaan APBN, semua penerimaan dan pengeluaran harus tercakup dalam APBN. Dengan kata lain pada saat

pertanggungjawaban APBN, semua realisasi penerimaan dan pengeluaran dalam rekening harus dikonsolidasikan ke dalam rekening BUN. Semua

penerimaan dan pengeluaran yang

telah dimasukkan dalam rekening BUN adalah merupakan penerimaan dan

pengeluaran “on budget”

Perkiraan APBN

Perkiraan-perkiraan APBN terdiri dari:

penerimaan

pengeluaran

(4)

transfer

surplus/defisit dan

pembiayaan

Sejarah Format APBN

Selama TA 1969/70 sampai dengan 1999/2000 APBN menggunakan

format T-account.

Format ini dirasakan masih

mempunyai kelemahan antara lain

tidak memberikan informasi yang jelas mengenai pengendalian defisit dan

kurang transparan sehingga perlu disempurnakan

Mulai TA 2000 format APBN diubah menjadi I-account, disesuaikan dengan Government Finance Statistics (GFS)

Tujuan Perubahan Format

(5)

APBN

Tujuan perubahan format dari T-account ke I-account adalah :

Untuk meningkatkan transparansi dalam penyusunan APBN

Untuk mempermudah analisis, pemantauan, dan pengendalian dalam pelaksanaan dan pengelolaan APBN

Untuk mempermudah analisis komparasi (perbandingan) dengan budget negara lain

Untuk mempermudah perhitungan dana perimbangan yang lebih transparan yang didistribusikan oleh pemeritah pusat ke

pemerintah daerah mengikuti pelaksanaan UU No.25/1999 tentang Perimbangan Keuangan Pusat Daerah

T-Account

Dalam T-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran dipisahkan di kolom yang berbeda

T-account mengikuti anggaran yang berimbang dan dinamis

(6)

Dalam versi T-account, format seimbang dan dinamis diadopsi.

Seimbang berarti sisi penerimaan dan pengeluaran mempunyai nilai jumlah yang sama. Jika jumlah pengeluaran lebih besar daripada jumlah

penerimaan, kemudian

kekurangannya ditutupi dari pembiayaan yang berasal dari

sumber-sumber dalam atau luar negeri

Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah

daerah

Versi T-account tidak menunjukan dengan jelas komposisi anggaran yang dikelola pemerintah pusat dan pemerintah daerah. Ini merupakan akibat dari sistem anggaran yang terpusat

Pada format T-account, pinjaman

(7)

luar negeri dianggap sebagai penerimaan pembangunan dan pembayaran cicilan utang luar negeri dianggap sebagai

pengeluaran rutin

I-Account

Dalam I-account, sisi penerimaan dan sisi pengeluaran tidak

dipisahkan atau dalam satu kolom

I-account menerapkan anggaran defisit/surplus

Dalam versi I-account, anggaran surplus/defisit diadopsi.

Perubahan – perubahan itu dengan jelasnya digambarkan oleh posisi overall balance

(8)

Defisit/surplus adalah perbedaan antara jumlah penerimaan dan

hibah, dan jumlah pengeluaran.

Perbedaan negatif-jumlah

pengeluaran lebih besar daripada jumlah penerimaan- berarti defisit.

Jika perbedaan adalah positif –jumlah penerimaan dan hibah lebih besar dari jumlah

pengeluaran- itu berarti surplus.

Sumber – sumber pembiayaan untuk menutup defisit mungkin

berasal dari pembiayaan dalam dan luar negeri

 Pengeluaran APBN diperinci dalam pemerintah pusat dan pemerintah daerah

versi I-account dengan jelas

menunjukan komposisi jumlah

(9)

anggaran yang dikelola oleh pemerintah daerah

I-account, pinjaman luar negeri dan pembayaran cicilannya

dikelompokan sebagai pembiayaan anggaran

Format I-Account APBN

Dengan format baru ini pinjaman luar negeri diperlakukan sebagai utang, sehingga jumlahnya harus

sekecil mungkin karena pembayaran kembali bunga dan cicilan pinjaman luar negeri akan memberatkan APBN di masa yang akan datang

Format I-Account

(10)

APBN

A. Pendapatan dan Hibah

I. Penerimaan Dalam Negeri 1. Penerimaan Pajak

2. Penerimaan Bukan Pajak II. Hibah

B. Belanja Negara

I. Anggaran Belanja Pemerintah Pusat

1. Pengeluaran Rutin

2. Pengeluaran Pembangunan II. Dana Perimbangan

III. Dana Otonomi Khusus dan Penyeimbang

C. Keseimbangan

(11)

Primer

D. Surplus/Defisit Anggaran (A-B) E. Pembiayaan

I. Dalam Negeri II. Luar Negeri

Penjelasan Komposisi APBN

A.Penerimaan

Penerimaan APBN diperoleh dari

berbagai sumber yang meliputi Pajak Penghasilan (PPh), Pajak Pertambahan Nilai (PPn), Pajak Bumi dan Bangunan (PBB), Bea Perolehan Hak atas Tanah dan Bangunan (BPHTB), cukai dan

(12)

Pajak lainnya yang merupakan sumber utama penerimaan APBN. Selanjutnya Penerimaan Non Pajak, diantaranya penerimaan dari sumber daya alam, laba BUMN

Penjelasan Komposisi APBN

B.Pengeluaran

Secara umum, pengeluaran yang

dilakukan pada suatu tahun anggaran harus ditutup dengan penerimaan pada tahun anggaran yang sama. Berbeda

dengan anggaran penerimaan negara yang diperlakukan sebagai target

penerimaan pemerintah dan

diharapkan dapat dilampauinya, anggaran pengeluaran merupakan batas pengeluaran yang tidak boleh

(13)

dilampaui.

B.Pengeluaran (Cont’d)

Secara Umum, proses terjadinya

pengeluaran melalui 4 tahap, yaitu:

1. Kewenangan Anggaran 2. Pelimpahan Kewenangan

Anggaran

3. Kewajiban

4. Realisasi Pengeluaran (outlays)

Penjelasan Komposisi APBN

C.Dana Perimbangan

Dana Perimbangan adalah transfer dari pemerintah pusat kepada pemerintah daerah dalam rangka program

desentralisasi. Terdapat 3 jenis transfer, yaitu dana bagi hasil penerimaan, dana

(14)

alokasi umum dan dana alokasi khusus

Penjelasan Komposisi APBN

D.Dana Otonomi Khusus

Dana Otonomi Khusus diberikan kepada daerah yang memiliki

karakteristik khusus yang membedakan dengan daerah lain, contohnya propinsi Papua mendapat dana alokasi yang

lebih besar untuk mengatasi masalah yang kompleks di wilayahnya. Tujuan alokasi tersebut adalah untuk

meningkatkan kesejahteraan

masyarakatnya dan mengurangi

ketertinggalan dari propinsi lainnya.

Penjelasan Komposisi

(15)

APBN

F. Defisit dan Surplus

Defisit atau surplus merupakan selisih antara penerimaan dan pengeluaran.

Pengeluaran yang melebihi penerimaan disebut defisit, sebaliknya jika

penerimaan yang melebihi pengeluaran disebut surplus.

Penjelasan Komposisi APBN

G.Keseimbangan

Dalam tampilan APBN, dikenal dua istilah defisit anggaran, yaitu :

keseimbangan primer, dan keseimbangan umum.

Keseimbangan primer adalah total penerimaan dikurangi belanja tidak

(16)

termasuk pembayaran bunga, sedangkan

Kesembangan Umum adalah total penerimaan dikurangi total

pengeluaran termasuk pembayaran bunga

Penjelasan Komposisi APBN

H.Pembiayaan

Pembiayaan diperlukan untuk menutup defisit anggaran. Beberapa sumber

pembiayaan yang penting saat ini adalah pembiayaan dalam negeri

meliputi penerbitan obligasi, penjualan aset dan privatisasi, dan pembiayaan luar negeri meliputi pinjaman proyek, pembayaran kembali utang, pinjaman program dan penjadwalan kembali

(17)

utang

Proses Penyusunan

Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN)

Penyusunan APBN

Menteri Keuangan dan Badan

Perencanaan Nasional atas nama

Presiden mempunyai tanggungjawab dalam mengkoordinasikan

penyusunan APBN. Menteri Keuangan bertanggungjawab untuk

mengkoordinasikan penyusunan konsep anggaran belanja rutin.

Sementara itu Bappenas dan Menteri Keuangan bertanggungjawab dalam mengkoordinasikan penyusunan

anggaran belanja pembangunan

(18)

Penyusunan APBN

Proses penyusunan APBN

dapat dikelompokkan dalam dua tahap, yaitu:

Pembicaraan pendahuluan antara pemerintah dan DPR

Pengajuan, pembahasan, dan penetapan APBN

Penyusunan APBN

1.Pembicaraan Pendahuluan

Tahap ini diawali dengan beberapa kali pembahasan antara pemerintah dan DPR untuk menentukan mekanisme dan jadwal pembahasan APBN.

Kegiatan dilanjutkan dengan persiapan rancangan APBN oleh pemerintah,

antara lain meliputi penentuan asumsi

(19)

dasar APBN, perkiraan penerimaan

dan pengeluaran. Tahapan ini diakhiri dengan finalisasi penyusunan RAPBN oleh pemerintah

Penyusunan APBN

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN

Hal ini dilakukan oleh Menteri

Keuangan dengan Panitia anggaran, maupun antara komisi dengan

departemen. Hasil pembahasan ini

adalah UU APBN yang memuat alokasi dana per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan yang disebut satuan 3.

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)

Berdasarkan satuan 3 (alokasi dana

(20)

per departemen/lembaga, sektor, sub sektor, program dan kegiatan), Dirjen Anggaran dan Menteri Membahas

detail pengeluaran rutin berdasarkan pedoman penyusunan DIK dan indeks satuan biaya yang dikeluarkan oleh

Menteri Keuangan. Untuk pengeluaran pembangunan, Dirjen Anggaran,

Bappenas, dan Menteri teknis

membahas detail pengeluaran untuk tiap-tiap kegiatan.

2.Pengajuan, Pembahasan, dan Penetapan APBN (Cont’d)

Apabila DPR menolak RAPBN yang diajukan pemerintah tersebut , maka pemerintah menggunakan APBN

tahun sebelumnya. Hal ini berarti maksimum yang dapat dilakukan

(21)

pemerintah harus sama dengan pengeluaran tahun lalu.

Hasil pembahasan diatas didokumentasikan kedalam dokumen-dokumen berikut:

Daftar Isian Kegiatan, dokumen yang berlaku sebagai otorisasi untuk

pengeluaran rutin pada masing-masing unit organisasi.

Daftar Isian Proyek, dokumen anggaran berlaku sebagai otorisasi untuk

pengeluaran pembangunan untuk

masing-masing proyek pada unit organisasi.

Surat Pengesahan Alokasi Anggaran Rutin (SPAAR), dokumen yang menetapkan

besaran alokasi anggaran rutin untuk setiap kantor/satuan kerja di daerah yang

selanjutnya akan dibahas anatara Kantor Wilayah DJA dan Instansi Vertikal

Departemen/ Lembaga untuk kemudian dituangkan dalam DIK.

(22)

Lanjutan..

Surat Pengesahan Alokasi Anggaran

Pembangunan (SPAAP), dokumen yang menetapkan besaran alokasi anggaran pembangunan untuk setiap

proyek/bagian proyek yang selanjutnya akan dibahas antara Kantor wilayah DJA dengan instansi vertikal/dinas untuk

kemudian dituangkan dalam DIP.

Surat Keputusan Otorisasi (SKO),

dokumen otorisasi untuk penyediaan dana kepada

departemen/lembaga/pemerintah

daerah dan pihak lain yang berhak baik untuk rutin maupun pembangunan.

PERATURAN

PELAKSANAAN:

PP No. 20 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja Pemerintah (RKP)

PP No. 21 Tahun 2004 tentang Rencana Kerja

(23)

Anggaran Kementerian/Lembaga (RKA-KL) Tahun 2005

PP No. 24 Tahun 2005 tentang Standar Akuntansi Pemerintahan

PMK Nomor 571/PMK.06/2004 tentang Petunjuk Teknis Penyelesaian Daftar Isian Pelaksanaan Anggaran (DIPA)

PMK Nomor 606/PMK.06/2004 tentang

Pedoman Pembayaran dalam Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara Tahun 2005

PMK Nomor 54/PMK. 02/2005 tentang

Petunjuk Teknis Penyusunan dan Penelaahan RKA-KL

PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN BELANJA

PEMERINTAH PUSAT :

Penerapan sistem

(24)

penganggaran terpadu (unified budged), melalui penyatuan

anggaran belanja rutin dan anggaran belanja

pembangunan yang

sebelumnya dipisahkan; dan

Reklasifikasi rincian belanja negara menurut organisasi, fungsi dan jenis belanja, yang sebelumnya dirinci menurut sektor dan jenis belanja.

SASARAN PERUBAHAN FORMAT ANGGARAN

BELANJA NEGARA :

Meningkatkan transparansi dan akuntabilitas pengelolaan belanja negara, melalui:

(25)

Minimalisasi duplikasi rencana kerja dan penganggaran dalam belanja negara

Meningkatkan keterkaitan antara keluaran (output) dan hasil

(outcomes) yang dicapai dengan penganggaran organisasi

Penyesuaian dengan klasifikasi internasional

P P E E N N E E L L A A A A H H A A N N R R K K A A - - K K L L D D A A N N D D I I P P A A 2 2 0 0 0 0 5 5

KKeemmeenntteerriiaann KKeeuuaannggaann ccqq.. DDJJAAPPKK

mmeenenelalaaahh kekessesesuauaiiaann RKRKAA-K-KLL dedengngaan n ppaagguu sseemmeennttaarraa,, ssttaannddaarr bbiiaayyaa,, ddaann prpraakkiiraraaann mamajjuu;; dadann

BBaappppeennaass mmeenneellaaaahh ssiinnkkrroonniissaassii

prprooggrramam ddaallaamm RRKAKA--KKLL dedenngagann RRKKP.P. PPeenneellaaaahhaann tteerrsseebbuutt ddiillaakkuukkaann ppaaddaa

mmiingnggguu kkededuuaa

(26)

JuJullii ssamamppaaii dedengnganan aawwalal AAgguusstutuss

KKememeenntteerriiaan n KKeeuauanngganan ccqq DDJJPPbbnn mmeenneellaaaahh kkeesseessuuaaiiaann aannttaarraa DDIIPPAA

dedengngaann KeKepppprreess tteentntaanngg RRinincciianan AAPBPBNN 22000066 ((yyaanngg ddiitteerrbbiittkkaann

sselelaammbbaat-t-llaammbbaatntnyyaa NNoovevemmbbeerr 22000055) )

P P E E N N Y Y U U S S U U N N A A N N R R K K A A - - K K L L 2 2 0 0 0 0 6 6 D D A A N N D D I I P P A A 2 2 0 0 0 0 6 6

PPeneneelalaaahhanan RRKKAA--KKLL oolelehh KeKememenntteerriianan KKeeuuaanngagann (c(cq q DJDJAAPPK)K) ddaann BBaappppeennaass didimumulalaii ppaaddaa mimingnggguu kkeedduuaa JJuullii ssaammppaaii aawwaall AAgguussttuuss 22000055

PPeneneerbrbiittaann KeKepppprreess tteenntatanngg RRiinncciaiann AAPPBNBN 22000066 (p(paalliinngg llaammbbaatt NoNovevemmbbeer r 2200005)5)

PPenenggaajjuuaann kkoonnssepep DDIIPPAA oolelehh kekememenntteerriaiann/l/leembmbaaggaa papalliinng g lalammbbaatt mmiinngggguu kekedudua a DeDesesemmbbeer r 2200005 5

KeKemementnteerriiaann KeKeuauannggaann ccq q DDiirreekkttuurr JJeendndeerraall PPererbbeenndadahhaarraaaann mmeellaakkuukkaann ppeennelelaaaahhaann

kekessesesuuaaiiaann aannttaarra akokonsnseepp DIDIPPA A yyaanng gdidiajajuukkaann oolelehh

(27)

kekemmeentnteerriiaann/l/leembmbaaggaa ddeenngagann KeKepppprreess tteenntatanng g RiRinncciaiann AAPPBNBN 22000066

PPenenggeessahahaann DDaaffttaarr IIssiiaann PePellaakkssaannaaaann AnAnggggaarraann papalliinng g lalammbbaatt 3311 DeDesesemmbbeer r 2200005 5

PPelelaakkssaannaaaann AAPPBBNN 22000606 mumulalaii 11 JJananuauarrii 22000606

R R e e f f o o r r m m a a s s i i

p p e e n n g g a a n n g g g g a a r r a a n n : :

UUnniiffiikkaassii aannggggaarraann,, yyaanngg

memennggkkoonnssoolliidadassii pepennggeelluauarraan n ruruttiinn ddaann ppeennggeelluuaarraann ppeemmbbaanngguunnaann;;

PPeenneerraappaann kkeerraannggkkaa ppeennggeelluuaarraann jajanngkgka a mmeenneengngaahh (m(meeddiuiumm tteerrmm eexxppeeddiittuurree ffrraammeewwoorrkk//MMTTEEFF)),, yyaanngg mememmppeerreerraat t pepererennccaannaaanan ddaann

ppeennggaannggggaarraann sseerrttaa mmeenniinnggkkaattkkaann dederraajajatt pprreedidikkssi i kkeemmaammppuuaan n

aannggggaarraann jjaannggkkaa mmeenneennggaahh;; ddaann

PPeenneerarappaann ppeengngaannggggararaann beberbrbaassisis kkiinneerrjjaa ddaann uunnttuukk ttiinnggkkaattkkaann eeffiissiieennssii dadann efefeekkttififiittasas ppeelalayyaannanan ppeemmeerriintntahah..

(28)

S S t t r r u u k k t t u u r r A A n n g g g g a a r r a a n n P P e e n n d d a a p p a a t t a a n n B B e e l l a a n n j j a a D D a a e e r r a a h h

Struktur APBD

APBD merupakan rencana keuangan tahunan pemerintahan daerah yang disetujui oleh DPRD dan ditetapkan dengan peraturan daerah. APBD

mempunyai fungsi otorisasi,

perencanaan, pengawasan, alokasi, distribusi, dan stabilisasi. Fungsi

otorisasi mengandung arti bahwa Perda tentang APBD menjadi dasar untuk

melaksanakan pendapatan dan belanja pada tahun yang bersangkutan

(29)

Struktur APBD

Secara garis besar, struktur APBD

terdiri atas pendapatan daerah, belanja daerah, dan pembiayaan daerah

Pendapatan daerah adalah semua

penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah ekuitas dana, merupakan hak daerah dalam

satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah.

Belanja daerah adalah semua

pengeluaran dari rekening kas umum daerah yang mengurangi ekuitas dana, merupakan kewajiban daerah dalam satu tahun anggaran

Pembiayaan Daerah adalah semua kegiatan pemerintah untuk menutup defisit anggaran atau memanfaatkan surplus

(30)

Struktur APBD

Pendapatan daerah terdiri atas

pendapatan asli daerah (PAD), dana

perimbangan, dan lain-lain pendapatan daerah yang sah.

PAD mencakup pajak daerah, retribusi daerah, hasil pengelolaan kekayaan

daerah yang dipisahkan, dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Dana Perimbangan mencakup Dana Bagi Hasil (Pajak dan Sumber Daya

Alam), Dana Alokasi Umum (DAU), dan Dana Alokasi Khusus (DAK).

Lain-lain pendapatan daerah yang sah mencakup hibah (barang atau uang dan/atau jasa), dana darurat, dana bagi hasil pajak dari provinsi kepada

kabupaten/kota, dana penyesuaian dan dana otonomi khusus, serta bantuan

keuangan dari provinsi atau pemerintah

(31)

daerah lainnya.

Struktur APBD

Belanja daerah dibagi menjadi dua kelompok besar, yaitu belanja tidak langsung dan belanja langsung.

Belanja Tidak Langsung

Yaitu belanja yang dianggarkan tidak terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan.

Kelompok belanja tidak langsung ini terdiri atas belanja pegawai, bunga, subsidi, hibah, bantuan sosial, belanja bagi hasil, bantuan keuangan, dan

belanja tidak terduga.

Belanja Langsung

Merupakan belanja yang dianggarkan terkait secara langsung dengan

pelaksanaan program dan kegiatan.

Belanja langsung dari suatu kegiatan

(32)

terdiri dari belanja pegawai

(honorarium/upah), belanja barang dan jasa, dan belanja modal.

Struktur APBD Surplus APBD

Surplus APBD dapat dimanfaatkan antara lain:

Untuk pembayaran pokok utang

Penyertaan modal (investasi) daerah

Pemberian pinjaman kepada

pemerintah pusat/pemerintah daerah lain

Pendanaan belanja peningkatan

jaminan sosial, yang diwujudkan dalam bentuk program dan kegiatan pelayanan dasar masyarakat yang dianggarkan

pada SKPD. Pembentukan dana

cadangan juga dapat dilakukan ketika

(33)

terjadi surplus

Defisit APBD

Dalam hal APBD diperkirakan defisit, ditetapkan pembiayaan untuk menutup defisit tersebut yang diantaranya dapat bersumber dari:

Sisa lebih perhitungan anggaran

(SiLPA) tahun anggaran sebelumnya,

Pencairan dana cadangan,

Hasil penjualan kekayaan daerah yang dipisahkan,

Penerimaan pinjaman,

Penerimaan kembali pemberian

pinjaman atau penerimaan piutang

Klasifikasi APBD

Untuk kepentingan administratif, monitoring, dan evaluasi, struktur

(34)

APBD diklasifikasikan menurut

urusan pemerintahan daerah

25 (dua puluh lima) urusan wajib pemerintahan daerah

8 (delapan) urusan pilihan pemerintahan daerah

organisasi yang bertanggung jawab melaksanakan urusan pemerintahan tersebut sesuai dengan peraturan

perundang-­undangan

Struktur APBD

A.Pendapatan Daerah

Pendapatan daerah didefinisikan sebagai semua penerimaan uang melalui rekening kas umum daerah, yang menambah

ekuitas dana, merupakan hak daerah

dalam satu tahun anggaran dan tidak perlu dibayar kembali oleh daerah. Pendapatan daerah dikelompokkan atas:

pendapatan asli daerah

(35)

dana perimbangan

lain-lain pendapatan daerah yang sah

Pendapatan Asli Daerah

Kelompok pendapatan asli daerah (PAD) dibagi menurut jenis

pendapatan yang terdiri atas

pajak daerah,

retribusi daerah,

hasil pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan,

dan lain-lain pendapatan asli daerah yang sah.

Jenis pajak daerah dan retribusi daerah dirinci menurut obyek pendapatan sesuai dengan

undang-­undang tentang pajak

(36)

daerah dan retribusi daerah.

Sedangkan jenis hasil

pengelolaan kekayaan daerah yang dipisahkan dirinci

menurut obyek pendapatan yang mencakup:

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik daerah/BUMD

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik pemerintah/ BUMN

bagian laba atas penyertaan modal pada perusahaan milik swasta atau kelompok usaha masyarakat

Penerimaan daerah yang tidak termasuk dalam

jenis pajak daerah,

(37)

retribusi daerah, dan hasil pengelolaan

kekayaan daerah yang

dipisahkan, dimasukkan ke dalam jenis lain-lain pendapatan asli daerah yang sah, antara lain:

hasil penjualan kekayaan daerah yang tidak dipisahkan

jasa giro

pendapatan bunga

penerimaan atas tuntutan ganti kerugian daerah

penerimaan komisi, potongan

ataupun bentuk lain sebagai akibat dari penjualan dan/atau pengadaan barang dan/atau jasa oleh daerah

Referensi

Dokumen terkait

Pengujian hipótesis tentang pengaruh kualitas produk dan kualitas layanan terhadap kepuasan pelanggan dan loyalitas pelanggan pada Erha Clinic Denpasar

Faktor – faktor yang mempengaruhi kemenangan Joko Widodo – Jusuf Kalla pada pemilu presiden tahun 2014 di Kecamatan Pondok Melati inilah yang menjadi objek

Oleh sebab itu minat manusia pada dasarnya tidak dipandang sebagai ciri pada dasarnya tidak dipandang sebagai ciri-- ciri pribadi yang stabil (sifat) namun lebih ciri pribadi

87 İKİNCİ BÖLÜM İKİNCİ MEŞRUTİYET DÖNEMİ SÜRELİ ÇOCUK YAYINLARINDA DİNÎ MOTİFLER 2.1.. Tarihî Gelişim Sürecinde Din

Hindi baga naman magiging kahiya-hiya kung ang kanyang napiling makaisang-palad ay pakakasalan niya nang pagayon na lamang at pagkatapos ay iuuwi sa kanilang bahay na tila isang

Terapi oksigen di rumah diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan gagal napas kronik.. Sedangkan diberikan kepada penderita PPOK stabil derajat berat dengan

Seperti yang terlihat pada Tabel 4, nilai keempukan daging sapi yang dicerminkan oleh perubahan daya putus Warner Bratzler (WB) pada daging yang dihasilkan oleh RPH yang

bahwa variabel gaya kepemimpinan demokratis pada indikator suasana saling percaya memiliki index paling rendah, oleh karena itu karyawan Dewan Pelaksana Pengelola