• Tidak ada hasil yang ditemukan

MEMBACA KEMBALI SENI LUKIS PEMANDANGAN INDONESIA SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI KINETIK.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "MEMBACA KEMBALI SENI LUKIS PEMANDANGAN INDONESIA SEBAGAI GAGASAN BERKARYA SENI KINETIK."

Copied!
81
0
0

Teks penuh

(1)

MEMBACA KEMBALI SENI LUKIS PEMANDANGAN INDONESIA

SEBAGAI GAGASAN BERKARYA

SENI KINETIK

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagian dari

Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan

Jurusan Pendidikan Seni Rupa

Oleh:

MUCHAMAD RIZKY ZAKARIA

0901858

JURUSAN PENDIDIKAN SENI RUPA FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

(2)

MEMBACA KEMBALI SENI LUKIS

PEMANDANGAN INDONESIA SEBAGAI

GAGASAN BERKARYA SENI KINETIK

Oleh

Muchamad Rizky Zakaria

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Muchamad Rizky Zakaria 2014 Universitas Pendidikan Indonesia

Januari 2014

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)

MUCHAMAD RIZKY ZAKARIA

MEMBACA KEMBALI SENI LUKIS PEMANDANGAN INDONESIA

SEBAGAI GAGASAN BERKARYA

SENI KINETIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Pembimbing I

Drs. Harry Sulastianto, M.Sn. NIP. 196605251992021001

Pembimbing II

Yulia Puspita, M.Pd. NIP. 198107012005012004

Mengetahui,

Ketua Jurusan Pendidikan Seni Rupa

(4)

LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI

MUCHAMAD RIZKY ZAKARIA 0901858

MEMBACA KEMBALI SENI LUKIS PEMANDANGAN INDONESIA

SEBAGAI GAGASAN BERKARYA

SENI KINETIK

DISETUJUI DAN DISAHKAN OLEH:

Penguji I,

Dr. Zakarias S. Soeteja, M.Sn. NIP. 196707241997021001

Penguji II,

Drs. Untung Supriyanto, M.Pd. NIP. 195210161986011001

Penguji III,

(5)

iv

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

ABSTRAK

Muchamad Rizky Zakaria. 2014. Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia Sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik. Jurusan Pendidikan Seni Rupa, Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni, Universitas Pendidikan Indonesia

Seni kinetik sebagai seni yang memiliki unsur gerak suatu bagian atau keseluruhan benda, terdiri dari bagian yang khusus dirancang dan digerakkan oleh mekanisme internal maupun stimulus eksternal, seperti cahaya atau udara. Dengan rumusan masalah yaitu pengembangan berkarya melalui membaca kembali seni lukis pemandangan indonesia dan ekspresi visual dari gagasan tersebut. Seni lukis pemandangan Indonesia pada awal berdirinya salah satu bawaan dari zaman penjajahan. Metode penciptaan karya mixed media, constructed sculpture dan kinetic sculpture sangat mendukung untuk membuat karya dari segala media dengan memanfaatkan media sederhana untuk menggerakkan benda seperti dinamo dan sistem kerja roda gigi pada sepeda. Media-media tersebut dimodifikasi dan diterapkan pada karya. Hasil yang ditawarkan adalah mengangkat kembali serta mempertanyakan mengenai lukisan pemandangan Indonesia melalui seni kinetik di mana unsur gerak dalam karya selain menjadi hal yang estetik, bentukan baru, juga merujuk kepada tema yang dimaksud. Dengan adanya karya ini akan menumbuhkan keragaman seni rupa sekarang yang mengangkat permasalahan nilai-nilai lokal. Selain itu diharapkan dapat memperkaya wawasan tentang seni rupa serta menumbuhkan sikap apresiasi seni.

Kata kunci: Seni Kinetik, Seni Lukis Pemandangan Indonesia

ABSTRACT

Kinetic Art is art who have movement element on some a part or all of part, structured by special design and the movement element from intern or external mechanism like a light or air. Kinetic art chosen by writer to exploration of making artwork. The problem of formula is to making artwork advance from re-reading Indonesia landscape painting and visual expression from that idea. Indonesia landscape is sect who first time came from colonial age. Methods for making artwork are mixed media, constructed sculpture, and kinetic sculpture. All of methods are supported to making artwork who used any media simply like a dynamo and gear system on bicycle. All of media modificated and unity of whole on artwork. Result is re-question about Indonesia landscape painting within kinetic art when movement element on artworks be aesthetic, new shape, with hint on theme. This artwork will make a variousity about art now whit local values. Beside that, wish could raising about art knowledge and making art appreciation attitude.

(6)

v

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

DAFTAR ISI

LEMBAR PERNYATAAN ... LEMBAR PENGESAHAN PEMBIMBING ... LEMBAR PENGESAHAN PENGUJI ...

KATA PENGANTAR ... i

2. Lukisan Pemandangan Indonesia ... 27

a. Awal Perkembangan Seni Lukis Pemandangan Indonesia.. 28

(7)

vi

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Pemandangan Indonesia ... 32

B. Landasan Faktual ... 36

1. Jelekong ... 36

2. Lukisan Pemandangan di Bagian Belakang (Mudflap) Angkutan Kota ... 39

3. Progress Project di Roemah Seni Sarasvati Bandunng ... 41

(8)

vii

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

7. Proses Pembuatan Karya ... 87

BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN A. Pengembangan Gagasan Berkarya Seni Kinetik dari Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia ... 115

(9)

1

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang

Di negara Indonesia, Kota Bandung khususnya, kondisi seni rupa sudah

berkembang pesat di mana segala ungkapan artistik terwujudkan dalam berbagai

media yang tidak bisa dikategorikan dalam media seni rupa sebelumnya. Lepas

dari perkembangan seni rupa yang begitu pesat, namun tetap, jenis seni rupa (seni

murni) yang masih dominan diketahui oleh masyarakat luas atau diapresiasi oleh

penikmat seni adalah seni lukis. Terbukti dari beberapa wawancara penulis

dengan beberapa elemen masyarakat seperti masyarakat umum, kolektor, kurator

dan beberapa praktisi seni mengatakan demikian. Seni lukis yang dimaksud

adalah seni lukis pemandangan. Penulis mengamati dan menganggap pada

awalnya seni lukis pemandangan merupakan suatu karya seni yang menjadi ciri

khas negara Indonesia dan menjadi satu bentuk kelaziman dalam membuat

lukisan. Setelah diamati lebih jauh ternyata kehadiran seni lukis pemandangan

pada mulanya mempunyai masalah yang cukup serius.

Edward Said dalam bukunya Orientalism (1979) menjelaskan bagaimana Barat secara intelektual telah menciptakan dunia Timur. Gambaran Barat tentang negeri-negeri (jajahannya) di Timur begitu Romantik. Sejalan dengan pendekatan Said, saya akan membicarakan Mooi Indie, berarti „Hindia Molek‟. Sederhananya, Mooi Indie adalah penggambaran alam dan masyarakat Hindia Belanda secara damai, tenang dan harmonis. Meskipun warisannya hidup samai hari ini, Mooi Indie jelas ciptaan kolonial. Jika nasionalisme Indonesia bersifat romantik, itulah bukti bahwa Mooi Indie turut mewarnainya (Onghokham, 1994, hlm. 163).

Merujuk kutipan di atas, seni rupa modern Indonesia diawali oleh

Orientalisme yang juga datang beriringan dengan penjajahan Belanda. Pada masa

awal dibentuknya, sejarah menyebutkan tokoh seni rupa modern Indonesia yang

bernama Raden Saleh Syarif Bustaman dengan karya-karyanya yang didominasi

oleh lukisan yang menceritakan kehidupan sekitarnya. Subjek-subjek dalam

karyanya adalah potret manusia, suasana interaksi manusia, suasana interaksi

(10)

Lukisan-2

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

lukisannya banyak terpengaruh oleh gaya lukisan Eropa yaitu cenderung

Romantis.

Selanjutnya perlu juga diketahui kausalitas lain yang bersifat internal kemunculan seni lukis Mooi Indie sendiri, yaitu pengaruh seni lukis Belanda pada akhir abad ke-19 sampai awal abad ke-20 dan juga kedatangan pelukis-pelukis Eropa ke Hindia Belanda. Permasalahan tersebut perlu diketahui karena yang menjadi perintis seni lukis ini di Batavia adalah pelukis-pelukis Belanda dan Eropa lainnya yang berkunjung dan menetap sementara di Hindia Belanda. Pelukis-pelukis inilah yang membawa norma-norma estetik dan memperkenalkan bentuk-bentuk visual yang sesuai dengan idiom seni lukis Barat (Burhan, 2008, hlm. 25).

Dari sumber di atas dapat diketahui bahwa seni lukis datang beriringan

dengan kolonialisme. Masa kolonialisme mengakibatkan akulturasi, di dalamnya

termasuk seni rupa. Pemerintah Belanda banyak mendatangkan ahli gambar

(schielder) untuk menggambar ulang pemandangan alam Indonesia atau Flora

khas Tropis Indonesia untuk kebutuhan ilmu Biologi, Geografi, Seni dan lain-lain.

Khusus untuk seni, rekaman alam pemandangan Indonesia yang direka ulang oleh

media cat di atas kanvas cukup banyak dihasilkan oleh para schielder. Menurut

orang asing, pemandangan alam Indonesia sangat menakjubkan. Langit biru yang

cerah, gunung-gunung menjulang tinggi, hamparan sawah-sawah, sungai-sungai

mengalir, perkebunan yang rimbun semuanya khas tropis tidak ditemukan oleh

orang asing di negerinya. Lukisan ini sering dijadikan souvenir ketika akan

kembali ke negaranya. Pada saat ini pula banyak pelukis Indonesia yang mulai

melukis pemandangan, di antaranya adalah Wakidi, Abdullah, Dullah, Wahdi.

Rata-rata para pelukis ini pernah belajar atau berinteraksi dengan para schielder

diantaranya adalah P.A.J. Moojen, Carel Dake, Dolf Breetvelt, Isac Israel, Marius,

Romualdo Locatelli, Willew Dooyewaard, Roland Strasser, Rudolf Bonnet dan

Walter Spies.

(11)

3

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

litografi dan etsa yang mengisi khazanah visual pada masa itu merupakan cikal-bakal corak yang kelak pada akhir 1930-an ditinjau secara kritis oleh S.Sudjojono dengan sebutan Mooi Indie (Siregar, 2010, hlm. 44).

Kutipan di atas menunjukkan ada suatu kontradiksi dalam kehadiran seni

lukis pemandangan ini, yaitu pada masa ini Indonesia dalam kondisi terjajah.

Tentu saja banyak penderitaan, penindasan, pemerasan dan ketidakadilan lainnya,

sedangkan para pelukis pribumi bisa dikatakan hanya menjadi pelayan sang

penjajah dengan hanya hanya menciptakan kebagusan-kebagusan lewat lukisan

pemandangan Indonesia dibalik kepahitan yang ada. Peristiwa ini pernah

ditentang keras oleh S.Sudjojono, Bapak Seni Modern Indonesia. Dari sinilah

muncul istilah Mooi Indie (Hindia Molek) yang sering diutarakan oleh Sudjojono

dalam tulisan-tulisannya maupun orasi-orasinya. Di era ini juga mulai muncul

Persagi, gerakan seni yang memperjuangkan spirit dan corak Indonesia. Dalam

pengamatan penulis, pada perkembangannya masalah seni lukis pemandangan ini

mulai tidak menjadi bahan perdebatan yang serius, namun masih menjadi masalah

yang belum usai.

Jauh melompat dari sejarah ke masa sekarang. Warisan melukis

pemandangan alam Indonesia masih ada sampai sekarang. Terbukti jika di Kota

Bandung penulis menemukan beberapa seniman atau kelompok seniman yang

masih melestarikan seni lukis pemandangan ini. Di daerah Jelekong, Jalan Braga,

Kebun Seni Tamansari atau penulis menemukan lukisan-lukisan pemandangan ini

masih banyak diminati oleh publik. Juga di beberapa rumah makan Padang,

rumah masyarakat, rumah di pedesaan, termasuk di rumah penulis ada lukisan

pemandangan karya almarhum kakek penulis. Ada juga penerapan subjek lukisan

pemandangan ini ke media lain, seperti beberapa mural di sudut kota Bandung,

bagian belakang mobil angkutan umum, body truk besar dan beberapa bagian

badan becak. Semua itu adalah hasil pengamatan penulis.

Ditinjau dari segi aspek apresiasi, sebenarnya dibebaskan seseorang

memiliki karya seni seperti apa pun. Misalnya dalam hal kebebasan seniman

(12)

4

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

Namun berdasarkan sejarah, nilai, nasionalisme, perkembangan teknologi,

perkembangan edukasi dan spirit sosial sepertinya seni lukis pemandangan

menjadi satu tanda tanya besar.

Pengamatan penulis di zaman sekarang, ketika perhelatan-perhalatan seni

rupa yang sudah menggunakan berbagai media dalam presentasi karya-karyanya,

menjadikan semangat penulis untuk tertarik mengeksplorasi karya. Penggabungan

berbagai media membuat karya mempunyai daya tawar yang menarik sesuai

kondisi seniman dan apresiator hidup pada zamannya. Di samping itu

perkembangan teknologi yang menyebabkan persinggungan seni dan teknologi

melahirkan ungkapan-ungkapan baru baik itu yang bersifat digital, cyber, atau

hanya fisiknya saja. Penulis fokus pada seni kinetik yang pertumbuhannya di

Indonesia menjadi unik dan berbeda karena menggunakan media lokal dengan

penyesuaian tema yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat sampai

penggabungan antara nilai tradisional dengan modern baik deri segi tema maupun

teknis. Terbukti saat penulis mengamati langsung karya Heri Dono di ARTJOG

2013 di Taman Budaya Yogyakarta. Heri Dono menggabungkan teknologi rendah

seperti dinamo dan unsur-unsur gerak bayangan yang ada di wayang kulit yang

menjadikan karya tersebut memiliki daya tawar yang menakjubkan. Tema yang

diangkat merepresentasikan kondisi kemanusiaan sekarang.

(13)

5

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

luas, dan boleh jadi merepresentasikan situasi budaya tertentu di Indonesia (Kinetic Art. 2011. Edwinsgallery.com. 12.15 am 22 Agustus 2013).

Kehadiran unsur gerak dalam sebuah karya bisa menimbulkan apresiasi

lebih. Pemilihan karya seni kinetik juga merupakan bagian dari eksplorasi penulis

yang pada masa sebelum-sebelumnya aktif membuat karya dengan medium

konvensional. Berhubung dengan permasalahan seni lukis pemandangan

Indonesia dan seni kinetik, sebenarnya dari keduanya ada sebuah hubungan garis

perkembangan seni. Walaupun secara waktu memang jauh, keduanya jika

disatukan akan menjadi sebuah karya yang unik sekaligus merupakan penanda

tafsiran baru atas suatu kejanggalan di masa lalu yang berdampak hingga

sekarang. Juga di Pendidikan Seni Rupa Universitas Pendidikan Indonesia belum

pernah ada yang membuat skripsi dengan mengangkat tema seni kinetik. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membuat karya dengan judul “Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia Sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik”.

B. Fokus Masalah Penciptaan

Terciptanya sebuah karya seni diawali dengan adanya gerakan hati atau

semacam intuisi serta adanya pengaruh yang datang dari luar, misalnya pada

kehidupan sehari-hari ketika berkegiatan, kejadian-kejadian yang begitu berkesan,

pengalaman dan lain-lain yang bisa mempengaruhi kondisi perasaan dan pikiran,

hal ini tercipta dari hasil ungkapan batin penciptanya sendiri. Kenyataan ini tidak

datang begitu saja tanpa pengalaman artistik senimannya.

Dari latar belakang di atas, penulis dapat menarik beberapa poin yang dalam

hal ini dapat dijadikan sebagai suatu rumusan/simpulan permasalahan yang akan

penulis gagas, yakni:

1. Bagaimana mengembangkan berkarya seni kinetik dari membaca kembali

seni lukis pemandangan Indonesia?

2. Bagaimana ekspresi visual dari gagasan membaca kembali seni lukis

pemandangan indonesia sebagai gagasan berkarya seni kinetik?

(14)

6

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

C. Tujuan Penciptaan

Untuk penciptaan karya seni lukis kinetik dengan gagasan permasalahan

dalam lukisan pemandangan Indonesia maka tujuan penciptaan dapat dibuat

sebagai berikut:

1. Untuk mendeskripsikan proses visual konsep dengan gagasan membaca

kembali seni lukis pemandangan indonesia sebagai gagasan berkarya seni

kinetik.

2. Untuk mendeskripsikan visual dan konsep berkarya dari gagasan membaca

kembali seni lukis pemandangan indonesia sebagai gagasan berkarya seni

kinetik

D. Manfaat Penciptaan 1. Manfaat Bagi Penulis

a. Dapat mengembangkan dan mengasah proses kreatif juga kemampuan

berinovasi dalam proses penggarapan karya penciptaan.

b. Mengetahui bagaimana cara menggarap karya seni kinetik yang baik dengan

menggunakan kanvas, cat dan perangkat mekanik

c. Mendapatkan pengalaman estetis dari proses karya yang dibuat

d. Sebagai bagian proses kematangan dalam mengeksekusi karya seni rupa

sebelum terjun di medan sosial seni rupa

2. Manfaat Bagi Dunia Seni Rupa

a. Sebagai wujud realitas otentik sejarah seni rupa Indonesia yang berdasarkan

riset ilmiah terlebih dahulu

b. Pengembangan khasanah perkembangan pengetahuan, pendidikan dan wacana

Seni Rupa

3. Manfaat Bagi Dunia Pendidikan Seni Rupa

a. Sebagai acuan apresiasi karya perkembangan Seni Rupa Indonesia di wilayah

(15)

7

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

b. Contoh konkret permasalahan seni lukis pemandangan Indonesia untuk dikaji

dan dipahami dalam wacana sejarah seni rupa Indonesia yang berhubungan

dengan praktek seni dan apresiasi disetiap masing-masing tingkatan

pendidikannya

4. Manfaat Bagi Institusi Pendidikan

a.Aset karya seni murni yang berlandaskan kajian ilmiah yang sudah seharusnya

dipelihara dan diproyeksikan

b. Sebagai studi pengayaan kekaryaan bagi mahasiswa dan dosen Jurusan

Pendidikan Seni Rupa

5. Manfaat Bagi Masyarakat Umum

a. Sebagai pengembangan khazanah kesenirupaan

b. Menjadi wacana baru sesuai konteks zaman yang layak untuk diapresiasi

E. Sistematika Penulisan

Sistematika penulisan skripsi penciptaan ini adalah sebagai berikut:

BAB I PENDAHULUAN

Bab ini meliputi latar belakang, rumusan masalah, tujuan penciptaan,

manfaat penciptaan, kajian sumber penciptaan, dan sistematika penulisan.

BAB II LANDASAN PENCIPTAAN

Bab ini menjelaskan landasan yang mendasari proses penciptaan atau

rancangan dengan mengkaji berbagai sumber pustaka dan meninjau data

informasi lapangan.

BAB III METODE PENCIPTAAN

Bab ini meliputi proses uraian proses perancangan dimulai dari

kelengkapan alat dan bahan, pembuatan sketsa, pembuatan model, pengerjaan

(16)

8

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu BAB IV DESKRIPSI DAN PEMBAHASAN

Bab ini menjelaskan dan menggambarkan hasil karya yang dikaitkan dengan

gagasan awal.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini berisi tentang kesimpulan jawaban terhadap tujuan yang sudah

(17)

55

Muchamad Rizky Zakaria, 2014

Membaca Kembali Seni Lukis Pemandangan Indonesia sebagai Gagasan Berkarya Seni Kinetik

Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu | perpustakaan.upi.edu

BAB III

METODE PENCIPTAAN

Penulis menganggap bahwa dalam membuat karya seni tidak harus terpaku

dalam satu metode tetapi banyak cara atau varian untuk membuatnya. Proses

keragaman itu menjadi hal yang spesial dan menarik hingga berbeda dengan cara

individu yang lain. Begitupun hasilnya, setiap cara berbeda memiliki hasil akhir

yang berbeda pula.

Dalam proses penciptaan karya seni, setiap orang pasti mempunyai teknik

atau metodenya sendiri dalam mengekspresikan gagasan dalam menciptakan

karya seni yang kreatif. Sederhananya dalam membuat karya seni jika seseorang

mempunyai metode atau teknik yang baik, hasil yang diperoleh akan sesuai

dengan proses yang dicapai. Hal pertama yang dilakukan adalah menentukan

bagaimana memetakan proses membuat karya seni dari mulai penemuan gagasan,

pemilihan material, pengolahan material dan gagasan sampai menjadi karya seni

yang diinginkan.

Dari pengalaman penulis, setiap orang dalam membuat karya seni

dipengaruhi oleh berbagai hal atau pengalaman yang secara tidak langsung

mempengaruhi dalam karya seninya. Dengan demikian, hasil karya setiap orang

akan berbeda-beda sekalipun metode atau tekniknya sama. Gagasan dari pencipta

karya pun sangat berperan penting dalam penciptaan karya seni, karena ia dapat

menyampaikan pesan sesuai dengan misi yang diinginkan. Hal itulah yang

penting disadari oleh penulis dalam membuat karya seni, dengan

mempertimbangkan berbagai hal atau pengalaman untuk membuat karya seni.

A.Metode Penciptaan

Metode yang digunakan pada penciptaan karya ini yaitu melalui proses

intuisi dan kontemplasi serta berdasarkan hasil pengamatan pada karya-karya seni

kinetik sebelumnya. Teknik yang digunakan adalah penggabungan teknik melukis

dan gerak dengan teknik kerja dinamo, penggabungan teknik melukis dengan

(18)

56

dinamo. Dari tiga teknik yang digunakan, akan terbentuk visual yang berbeda.

Keragaman visual akhir ini sengaja penulis pilih dengan pertimbangan eksplorasi.

Beberapa tahapan yang digunakan penulis dalam menciptakan karya seni

kinetik yaitu:

1. Penemuan Ide Berkarya

Penemuan ide berkarya ini sebenarnya adalah pengembangan gagasan dari

proyek seni sebelumnya, yaitu ketika membuat pameran tunggal pada tahun 2012

dengan tema “Gambar Pemandangan, Pemandangan, Bebas”. Dalam pameran

tersebut, awalnya membuat karya dengan persoalan gambar pemandangan anak

yang berupa dua gunung, satu Matahari, petakan-petakan sawah, dan jalan raya.

Dalam pencarian mengenai sejarah seni lukis Indonesia, dari awal

pertumbuhannya seni lukis jenis ini bermasalah akibat ketidaksesuaian kondisi

sosial dengan penciptaan karya seni. Pasca pameran tersebut penulis sering

membuat karya dengan persoalan-persoalan utama yakni lukisan pemandangan

Indonesia. Akhirnya permasalahan lukisan pemandangan Indonesia dijadikan

pengkajian masalah dalam karya skripsi penciptaan di Jurusan Pendidikan Seni

Rupa UPI ini.

Seni kinetik juga salah satu gagasan yang dipilih untuk eksekusi akhir

karya. Pada masa sebelumnya penulis memiliki riwayat membuat seni kinetik

dengan pengolahan cara kerja dinamo mainan kereta yang dimodifikasi menjadi

karya seni kinetik. Saat di arena pameran karya tersebut mendapat perhatian yang

lebih serta apresiasi yang baik. Di sisi lain sebagai tantangan pribadi untuk

mengeksplorasi karya seni, karena media-media karya yang konvensional dirasa

sudah menjadi zona nyaman dalam membuat karya seni. Karena alasan itulah

penulis menentukan seni kinetik sebagai karya skripsi penciptaan.

2. Stimulus

Stimulus merupakan dorongan penulis yang timbul lewat kegemaran dalam

(19)

57

maupun eksternal yang bisa membantu terwujudnya gagasan menjadi sebuah

karya. Semangat membuat karya seni yang bisa dikatakan menjadi semcacam

kegemaran adalah stimulus internal, sedangkan untuk stimulus eksternal didapat

dari seringnya penulis mengapresiasi dan mengikuti perkembangan seni rupa.

Perkembangan yang sedang terjadi saat ini adalah seni rupa kontemporer. Pada

bagian ini, penulis bukan mengulas secara rinci mengenai seni rupa kontemporer

yang ditinjau dari berbagai aspek karena bukanlah menjadi fokus kajian dalam

pembuatan skripsi penciptaan. Misalnya sejarah, pengaruh akifitas sosial politik,

pengaruh peranan besar institusi seni, dan lain sebagainya yang mengukuhkan

terjadinya seni rupa kontemporer di Indonesia. Penulis memfokuskan kepada

pengaruh perkembangan seni rupa kontemporer terhadap proses penciptaan karya.

Bagian ini penting dicatat dalam penulisan karya skripsi penciptaan ini,

mengingat penulis lahir dan besar pada saat seni rupa kontemporer di Indonesia

khususnya Bandung tumbuh dan cukup dinamis dalam memberikan pengaruh dari

segi teknik maupun wacana yang diangkat secara otomatis karena

tontonan-tontonan yang hadir memberikan nafas yang terus bergerak menuju kebaruan.

Susanto (2011, hlm 355) menulis bahwa seni rupa kontemporer secara umum diartikan seni rupa yang berkembang masa kini, karena kata “kontemporer” itu sendiri berarti masa yang sezaman dengan penulis atau pengamat saat ini. Istilah

ini tidak merujuk pada satu karakter, identitas atau gaya visual tertentu. Karena

istilah ini menunjuk pada sudut waktu, sehingga yang terlihat adalah tren yang

terjadi dan banyak mewarnai pada suatu masa atau zaman.

Dari pengamatan penulis belakangan ini banyak sekali seniman membuat

karya seni rupa yang sangat keluar dari bentuk-bentuk seni rupa konvensional.

Dari segi teknis saja banyak karya yang menggunakan media yang tidak lazim

dalam berkarya juga bentuk-bentuk yang sangat eksploratif. Tahun 2009 adalah

pertama kalinya penulis masuk ke perguruan tinggi seni rupa di Bandung dan saat

yang bersamaan adalah pertama kalinya berkunjung ke salah satu galeri seni rupa

yang sedang menampilkan pameran tunggal dari seniman besar bernama Agus

(20)

58

cukup heboh dan mulai membuka referensi-referensi baru untuk bertindak kreatif

dalam membuat karya seni rupa mengingat karya-karya yang dibuat seniman

tersebut pada saat itu bervariasi juga memiliki bentuk-bentuk presentasi yang

tidak biasa. Sejak tahun tersebut hingga sekarang cukup banyak

tampilan-tampilan seni rupa kontemporer yang cukup memberikan berbagai pengetahuan

teknik dan wacana yang diangkat.

Seni rupa kontemporer berorientasi bebas, tidak menghiraukan batasan-batasan kaku seni rupa yang oleh sementara pihak dianggap baku. Ada yang menganggap seni rupa kontemporer dari sudut teknis, seperti munculnya seni instalasi (yang bersifat instalatif, multimedia, site specific installation), menguatnya seni lokal (indegenous art), sebagai jawaban atas masalah-masalah yang muncul dalam praktik dan perilaku artistik yang menyimpang dari konvensi sebelumnya (Modernisme), ada pula yang menganggap menguatnya pengaruh ideologi postmodern (pasca modernisme) dan

post-colonialism dewasa ini, sampai hanya dianggap sebagai pergantian istilah

semata dari kata “modern” pada praktik artistik yang sama (Susanto, 2011, hlm. 355).

Kebebasan memilah dan memilih beragam disiplin ilmu hingga

menggabungkannya dalam penciptaan sebuah karya seni sebenarnya sudah terjadi

oleh seniman-seniman yang membuat karya seni kinetik jika ditinjau dalam

sejarahnya yang telah dijelaskan pada bab sebelumnya. Aktivitas tersebut sangat

nampak dan cukup lazim dilakukan dalam munculnya kegiatan seni rupa

kontemporer di sekitar penulis walaupun karya yang dibuat tidak mengedepankan

juga tidak terbatas dengan langgam seni kinetik, namun setidaknya hal itu

semakin menguatkan penulis sebagai referensi yang baru dan menjadi kebiasaan

dalam proses penciptaan karya seni. Hal itu juga terbukti dengan kemunculan

berbagai pencipta karya seni rupa yang bukan melulu dari seniman seperti yang

terjadi dalam fase waktu seni rupa modern. Priatna (2013, hlm. 78) menulis

hancurnya batas-batas konvensi seni rupa modern (orisinalitas, otensitas dan

medium: lukisan, gambar, dan patung) memungkinkan berbagai karya desain, seni

jalanan, seni video, ilustrasi, seni mainan dan seni digital masuk ke berbagai

ruang pamer di berbagai galeri dan institusi seni di Indonesia. Desainer,

fotografer, arsitek, dan musisi yang berkarya adalah figur yang sangat eksotik

(21)

59

Dalam pengantar katalog Bandung Contemporary Art Awards (2011, hlm.

10) karya seni tak cuma soal sensibilitas (kepekaan estetis yang berpangkal

kepada semua kepekaan inderawi) yang sering dirancukan secara ngawur dengan

sensitifitas (kepekaan rasa-merasa melulu), tapi sedikit banyak juga soal

pewacanaan (discoursing), soal keluasan dan kedalaman wawasan dan

pengetahuan dan bagaimana memaknainya. Kutipan ini menguatkan bahwa

aktivitas seni rupa kontemporer menjadi semacam kewajiban menggali lebih luas

dari sisi pengetahuan atas permasalahan yang diangkat. Berbeda dengan praktek

seni rupa modern yang misalnya hanya mengutamakan getaran perasaan dalam

sebuah penciptaan karya seni. Akibat perluasan dan pendalaman wawasan

tersebut paling sedikit bisa diidentifikasi dalam penggunaan atau pengolahan

material yang selalu berhubungan dengan konsep. Lebih-lebihnya secara kesatuan

dalam karya akan nampak segar dan sangat berhubungan dengan tren yang sedang

terjadi bagi pembuat karya seni.

Hal yang lebih penting selain maraknya tontonan seni rupa kontemporer

adalah keterbukaan akses informasi. Penulis hidup dalam kondisi zaman yang

sangat mudah dan memungkinkan bagi siapa saja untuk membuka wawasan

melalui berbagai akses informasi baik itu media cetak maupun online. Penulis

merasakan sendiri jika melihat para seniman yang tumbuh sebelum tahun 2000

(bagi penulis keterbukaan informasi marak terbuka sejak tahun 2000) walaupun

mengangkat tema yang berbeda-beda namun secara visual nampak memiliki

kecenderungan yang sama. Berbeda dengan kondisi hari ini yang memiliki

keragaman cara ungkap yang kaya. Seperti apa yang ditulis oleh Zaelani dalam

buku Outlet “Yogya dalam Peta Seni Rupa Kontemporer Indonesia” (2000, hlm.

145) bahwa sebenarnya perkara “lintas budaya” adalah fenomena yang paling

tampak jelas dalam ekspresi tradisi seni rupa modern Indonesia, sesuatu yang jadi lumrah bagi sebuah “praktek seni serapan”, praktek yang menyerap pengaruh dari kebudayaan lain. Namun bagi seni rupa kontemporer Indonesia, yang terutama

berkembang subur di kota-kota besar, perkara “lintas-budaya” kini dipahami

sebagai ekspresi kesenian yang begitu bergantung pada (dan merupakan akibat

(22)

60

seniman lalu menjadi lebih peka terhadap seluruh akses informasi yang disediakan

dan dihasilkan oleh sejumlah kemajuan teknologi komunikasi dan informasi

dewasa ini, untuk kemudian dijadikan sumber gagasan berkaryanya. Berbeda juga

dengan sedikitnya dua puluh tahun sebelumnya, informasi tentang perkembangan

seni rupa modern di seluruh dunia kini semakin mudah untuk diperoleh oleh

masyarakat luas di luar lingkaran seniman atau pelaku seni di kalangan tertentu

saja. Jika sebelumnya informasi dan “ilmu” seni rupa modern sepertinya hanya

menjadi milik dan otoritas dunia pendidikan saja, atau seniman yang berada dalam

lingkaran dunia pendidikan, maka sejak tahun 80-an persoalan itu telah menjadi

perkara bagi lingkaran pemain yang lebih besar, yaitu berbagai lapisan masyarakat

yang lebih sadar pada kenyataan hidup yang menjagad.

Dari referensi-referensi tadi, sebenarnya adalah bagaimana seniman hari ini

dengan kreatif mengolah gagasan, material dan presentasi karya hingga

munculnya karya-karya yang tidak monoton untuk diapresiasi. Salah satu

imbasnya adalah dalam pembuatan karya skripsi penciptaan penulis ini tidak lain

sebagai salah satu syarat dalam dunia akademik juga merupakan salah satu

strategi dalam keberlangsungan proses kreatif penulis. Ada kesempatan untuk

meninjau lebih dalam, sehingga masukan dari luar dan dalam sesungguhnya

membuka jalan yang lebih eksploratif untuk ke depannya.

Tantangan bagi seniman muda masa kini adalah bagaimana mereka mampu mendefinisikan diri mereka sendiri sebagai seniman dan bagaimana mengartikulasikan definisi tersebut ke dalam karya-karya mereka serta secara cerdik untuk tetap menonjol di tengah-tengah serbuan visual tanpa terlihat sama dan berlebihan (Priatna, 2013, hlm. 80).

Pirous (2013, hlm.11) menulis, kesimpulannya di Bandung dan sekitarnya,

nyata telah mewariskan dua kekuatan yang potensial dalam bidang penciptaan,

seni rupa murni yang memberikan sumur dalam dengan kemungkinan berbagai

fantasi penciptaan. Pengaruh seni rupa kontemporer di Bandung khususnya adalah

salah satu contoh bahwa fenomena kesenian yang sedang terjadi akan sangat

mempengaruhi proses kreatif bagi siapapun yang ada di dalamnya.

Pengaruh-pengaruh tersebut jika dikendalikan dengan sempurna maka akan menghasilkan

(23)

61

3. Kontemplasi

Kontemplasi merupakan tahap perenungan saat penulis memilih tema

pengkajian terhadap lukisan pemandangan yang dipresentasikan dengan bentuk

karya seni kinetik. Perenungan tersebut didapat karena menurut penulis di balik

keterpesonaan tampilan lukisan pemandangan terdapat sekelumit permasalahan

yang secara kreatif bisa dieksplorasi secara luas untuk dijadikan karya seni.

Temuan dari kontemplasi itu adalah membayangkan bentuk akhir yang baru dan

menarik dari sebuah karya yang tidak nampak menjadi lukisan pemandangan

Indonesia seperti pada umumnya. Tiga karya yang dibuat masing-masing

memiliki bentuk secara umum yang berbeda. Karya yang pertama berbentuk

lingkaran terinspirasi dari sebuah jam dinding dengan gerakan jarum jamnya.

Karya ke-2 seperti rumah-rumahan terinspirasi dari rumah yang isinya didominasi

lukisan pemandangan Indonesia dan keadaan seperti itu menurut penulis adalah

sesuatu yang ironi. Lalu karya ke-3 berbentuk persegi yang di balik imejnya

tersebut ada imej lain. Hal ini adalah hasil dari pengamatan penulis atas dunia

bawah sadar orang-orang dalam konteks seni rupa yang hanya mengetahui lukisan

pemandangan Indonesia.

4. Berkarya

Bagi penulis berkarya menjadi semacam aktivitas menyatakan persoalan

dengan ungkapan artistik yang tidak bisa dilakukan oleh semua orang. Proses

pengejawantahan gagasan setiap orang memiliki pola dan proses yang

berbeda-beda. Ada kalanya riset dalam membuat karya menjadi hal yang menarik. Karena

setiap imej yang diciptakan adalah sebuah informasi yang faktual juga bisa

(24)

62

5. Bagan Proses Berkarya

Bagan 3.1. Bagan Proses Berkarya

Membuat karya seni tentunya hal pertama yang akan dilakukan adalah

memikirkan bagaimana karya tersebut bisa direalisasikan dengan kemampuan

untuk mencipta sesuatu yang baru dan berbeda dengan karya seni sebelumnya.

Kemudian terciptalah suatu ide gagasan yang berasal dari dalam diri pencipta

maupun dipengaruhi oleh lingkungan sekitar. Gagasan tersebut diciptakan baik

demi kepentingan atau kesenangan diri si pencipta maupun untuk pesan kepada

orang lain.

Bagan di atas merupakan salah satu penggambaran proses berkarya penulis

(25)

63

pameran tunggal penulis yang mengkritik seputaran lukisan lanskap Indonesia.

Pada saat itu penulis melakukan riset kecil-kecilan terhadap hubungan antara cara

menggambar pemandangan yang dilakukan oleh anak-anak Indonesia (berupa dua

gunung, petakan sawah, Matahari) dengan awal perkembangan seni lukis modern

Indonesia yang didominasi oleh lukisan-lukisan pemandangan (Mooi Indie). Ada

asumsi yang kuat akibat sangat populernya lukisan jenis tersebut yang berdampak

kuat pada seluruh elemen masyarakat yakni pandangan mayoritas orang pribumi

meyakini dan menganggap bahwa seni rupa (seni lukis) adalah lukisan

pemandangan. Itu terjadi di wilayah pendidik yang pada akhirnya materi utama

dalam pembelajaran seni untuk anak-anak adalah menggambar dengan tema

pemandangan yang pasti mengalami penyederhanaan bentuk untuk penyesuaian

proses belajar bagi anak-anak. Itu adalah penjelasan singkat mengenai tema yang

diangkat pada karya-karya penulis saat pameran tunggal di tahun 2012.

Untuk ide penyelesaian studi di Jurusan Pendidikan Seni Rupa Universitas

Pendidikan Indonesia akhirnya penulis memutuskan mengambil tema yang lebih

fokus lagi, yaitu mengenai mindset mayoritas orang pribumi meyakini dan

menganggap bahwa seni rupa (seni lukis) adalah lukisan pemandangan. Tema

tersebut diyakini penulis sangat menarik untuk dikembangkan. Setidaknya ada

bekal dari segi estetika dan wacana untuk mengerjakan karya berikutnya. Tahap

pengembangan yang lain adalah dengan dipilihnya karya seni kinetik untuk

pengucapan artistik akhir dalam berkarya. Pemilihan ini berdasarkan keyakinan

penulis menilai seni kinetik yang di dalamnya terdapat unsur gerak selain

merupakan tantangan untuk mengeksplorasi karya juga dianggap sangat menarik

untuk memperluas gagasan-gagasan atas wacana yang diangkat hingga termuat

dalam sebuah gerakan dalam karya yang tentu saja memiliki maksud-maksud

tertentu.

Untuk perkembangan proses berikutnya, ide muncul dengan dua faktor yaitu

faktor Eksternal dan faktor Internal. Faktor Eksternal muncul dari luar diri penulis

yaitu keharusan untuk mencapai proses tertentu yang lahir dari lingkungan sekitar

akibat dari pengamatan atas fenomena yang terjadi akibat dampak dari lukisan

(26)

64

dengan minimnya aktifitas apresiasi. Sedangkan faktor Internal yaitu faktor yang

muncul dari dalam diri yaitu keinginan yang kuat dalam menciptakan sebuah

karya seni dengan jalan kegemaran penulis yang diekspresikan melalui sebuah

karya seni kinetik dengan pertimbangan atas ingatan, pengetahuan dan persepsi

yang dimiliki.

Setelah menentukan ide kemudian berlanjut ke tahap kontemplasi yaitu

penulis merenungkan bagaimana gagasan tersebut bisa dituangkan ke dalam

sebuah karya seni dengan menentukan bahan, teknik, alat dan citra yang akan

diaplikasikan ke dalam lukisan tersebut. Untuk tahap ini penulis melakukan

pengkajian ulang pada karya-karya sebelumnya yang pernah dibuat. Karya-karya

ini bukanlah karya berdasarkan proses di tingkatan per mata kuliah pendalaman,

melainkan karya-karya seni murni yang dibuat di luar aktivitas akademik yang

pernah dipamerkan di berbagai ruang seni. Ada masa perenungan juga

perkembangan atas karya-karya tersebut untuk menciptakan karya-karya yang

baru. Proses tersebut merupakan proses pematangan saat seseorang akan memilih

dan memikirkan bagaimana kita menentukan sebuah tema dalam menciptakan

sebuah karya yang akan dijadikan skripsi penciptaan dalam menempuh ujian

sidang.

Setelah memikirkan dan merenungkan bagaimana mencapai sebuah gagasan

dengan menentukan imej, bahan dan teknik, tahap selanjutnya yaitu tahap

Stimulasi atau perangsang yang akan menguatkan ide serta konsep yang akan

dibuat dengan cara melihat dan mengamati referensi seniman-seniman pilhan serta

melakukan observasi terhadap subjek lukisan pemandangan dan subjek seni

kinetik untuk memperkaya gagasan dalam membuat karya. Selain itu, proses

stimulasi lainnya adalah mengatasi rasa penasaran dengan mengeksplorasi bahan

atau media yang digunakan penulis dengan beberapa cara, yaitu:

a. Mengumpulkan bahan sebagai media.

b. Memilih bahan yang sesuai dengan media yang digunakan penulis.

c. Menentukan bahan.

(27)

65

Bahan yang digunakan oleh penulis sangat bervariasi mengingat seni

kinetik yang penulis pilih tidak satu macam. Penulis membuat tiga karya seni

kinetik yang berbeda dalam pengolahan materialnya. Untuk karya ke-1 bahan

yang digunakan adalah dinamo listrik, seng, kabel, adaptor, multiplek, cak aklirik

dan kanvas. Untuk karya ke-2 bahan yang digunakan adalah cat besi, akuarium,

resin, kayu, cat duco, kain kaos, kain jeans, selang akuarium, adaptor yang

digunakan untuk akuarium beserta media pembuat gelembung akuarium,

perkabelan, saklar, pasir pantai dan air. Sedangkan untuk karya ke-3 bahan yang

digunakan adalah kayu pinus, cat aklirik, rantai sepeda, roda gigi derailleur dalam

sepeda, sekrup, engsel dan besi. Bahan-bahan tersebut dipilih karena alasan

mudah didapat dan telah dikuasai cara kerjanya oleh penulis.

6. Persiapan Alat dan Bahan

Untuk mempersiapkan alat dan bahan dibutuhkan peralatan sebagai berikut:

a. Alat:

1) Kertas Gambar dan Pensil

Gambar 3.1 Kertas Gambar dan Pensil

(Dokumentasi Penulis)

Kertas gambar dan pensil digunakan untuk membuat rancangan-rancangan

(28)

66

2) Kuas

Gambar 3.2

Kuas Berbagai Jenis dan Ukuran (Dokumentasi Penulis)

Kuas aneka ukuran dan jenis digunakan penulis untuk keperluan membuat

image di dalam bidang kanvas, kayu dan kaca. Kuas dengan bulu lebar digunakan

untuk mewarnai latar belakang karya supaya cepat tertutupi dengan warna. Untuk

membuat detail penulis biasa menggunakan kuas-kuas kecil juga campuran antara

kuas dengan ujung bulunya yang runcing dan kuas dengan ujung bulunya yang

rata. Kuas ini digunakan juga dalam pembuatan karya-karya berikutnya.

3) Palet

Gambar 3.3

(29)

67

Palet ini berfungsi untuk mencampur atau membubuhkan cat yang bertujuan

untuk mendapatkan campuran warna yang diinginkan. Penulis tidak biasa

menggunakan palet pada umumnya dalam membuat karya lukis atau yang biasa

dijual di toko-toko peralatan seni. Penulis biasa memberdayakan benda-benda

tidak terpakai untuk dijadikan kebutuhan membuat karya seni seperti wadah

plastik bekas dari tutup air mineral.

4) Gunting

Gambar 3.4 Gunting (Dokumentasi Penulis)

Gunting digunakan untuk berbagai keperluan dalam proses membuat karya.

Seperti meggunting kanvas dan memotong kabel-kabel.

5) Stapler

Gambar 3.5

Stapler Besar (kiri) dan Isi Stapler Besar (kanan)

(30)

68

Stapler besar digunakan untuk menempelkan kanvas pada rangka kanvas.

Penulis menggunakan stapler ini karena kanvas yang digunakan tidak berbentuk

seperti kanvas yang siap pakai dengan spanram pada umumnya berbentuk persegi.

Bentuk lukisan yang pelukis garap adalah lingkaran, jadi dalam penerapan kanvas

kepada rangka kanvas harus dilakukan sendiri sesuai keinginan.

6) Solder

Gambar 3.6 Solder dan Timah (Dokumentasi Penulis)

Solder dan timah dibutuhkan untuk menghubungkan arus-arus listrik yang

berada di komponen sederhana di dalam bagian karya. Solder dan timah

digunakan untuk karya ke-1 dan ke-2 karena di dalam karya tersebut terdapat

komponen-komponen listrik.

7) Obeng

Obeng dengan berbagai mata beserta macam-macam sekrup digunakan oleh

penulis untuk menerapkan beberapa komponen listrik ke bagian-bagian tertentu.

Untuk melubangi beberapa bagian dalam karya, penulis menggunakan bor listrik

dengan alasan kepraktisan dan cepat, juga besar lubang bisa disesuaikan dengan

kebutuhan. Untuk obeng, macam-macam sekrup dan bor penulis gunakan sebagai

(31)

69

Gambar 3.7

Obeng (kiri) dan Macam-macam Sekrup (kanan) (Dokumentasi Penulis)

8) Meteran

Meteran sangat berguna dalam proses pembuatan karya. Selain untuk

mengukur bidang garapan pada umumnya, juga berfungsi untuk mengukur

media-media lainnya supaya mendapatkan keakuratan panjang atau lebarnya.

(32)

70

9) Bor Listrik

Gambar 3.9

Bor listrik dan Macam-macam Matanya (Dokumentasi Penulis)

Bor listrik digunakan untuk melubangi beberapa bagian karya.

Lubang-lubang tersebut sebagian berfungsi untuk menancapkan sekrup-sekrup

penghubung di antara material.

10)Jangka

Gambar 3.10 Jangka

(Dokumentasi Penulis)

Ada 2 jenis jangka yang penulis gunakan sebagai bagian proses dalam

(33)

bentuk-71

bentuk tertentu yang diinginkan dengan ukuran kecil. Hal ini dilakukan pada

pembuatan karya ke-3 karena membutuhkan beberapa bidang kanvas berbentuk

lingkaran dengan ukuran yang tidak terlalu besar.

Gambar 3.11

Pensil, Paku, Benang (Jangka Rakitan Sederhana untuk Mencapai Bentuk Bulat Besar) (Dokumentasi Penulis)

Sedangkan jenis jangka lainnya adalah jangka rakitan sederhana dari pensil,

benang dan paku yang dibutuhkan untuk membuat lingkaran dengan ukuran besar

seperti pembuatan bidang kanvas karya ke-1 yang membutuhkan ukuran kanvas

berdiameter 100cm. Cara kerjanya adalah jarum sebagai poros yang ditancapkan

pada bagian tengah media, lalu diikatkan dengan benang yang panjangnya

disesuaikan dengan kebutuhan serta diikatkan pada bagian atas pensil sebagai

penanda garis. Setelah itu pensil tinggal ditarik memutar dengan syarat benang

harus kencang.

11)Gergaji

Gambar 3.12

(34)

72

Penulis menggunakan 2 jenis gergaji untuk kebutuhan memotong beberapa

material karya. Gergaji untuk potongan-potongan normal sedangkan gergaji pola

digunakan untuk memotong sesuai dengan pola-pola yang detail.

12)Kompresor

Gambar 3.13

Kompresor (Kiri) dan Spray Gun (Kanan) (Dokumentasi Penulis)

Dalam proses pengecatan karya, penulis tidak hanya menggunakan kuas.

Ada beberapa bagian karya yang membutuhkan pewarnaan dengan teknik semprot

karena dengan tujuan untuk hasil permukaan yang diwarnai tidak meninggalkan

bekas sapuan kuas. Oleh karena itu penulis menggunakan kompresor beserta

spray gun nya untuk memenuhi kebutuhan tersebut.

13)Lem

Lem digunakan sebagai perekat beberapa material. Lem kayu dan super

(35)

73

Gambar 3.14

Super Glue (Kiri) dan Lem Kayu (Kanan)

(Dokumentasi Penulis)

14)Tang

Gambar 3.15 Tang

(Dokumentasi Penulis)

Tang digunakan untuk menahan beberapa media, seperti penyangga

perangkat kinetik yang berasal dari sekrup berbagai ukuran.

15)Kunci Pas

Kunci pas berfungsi untuk mengencangkan baud-baud yang tertempel

(36)

74

Gambar 3.16 Kunci Pas (Dokumentasi Penulis)

16)Kunci Rantai Sepeda

Kunci rantai sepeda digunakan untuk memutus atau menyambungkan rantai

sepeda. Sedangkan rantai sepeda itu sendiri digunakan sebagai salah satu media

pendukung dalam karya.

(37)

75

b. Bahan

Untuk bahan dasar karya penulis menggunakan kanvas, kayu pinus dan kaca.

Selain eksplorasi media, pemilihan bahan yang beragam tersebut dipilih karena

pertimbangan kesesuaian gagasan serta kebutuhan penggerak dalam karya.

1) Kanvas

Kanvas yang digunakan penulis adalah kanvas gulungan untuk berbagai

jenis cat. Kanvas gulungan yang berarti tidak memiliki span ram dengan ukuran 3

x 1,5 m penulis gunakan dengan alasan kebutuhan media karya yang tidak

seragam dan bentuk yang tidak biasa Di karya pertama penulis menggunakan

kanvas dengan ukuran diameter 100cm, lalu pada karya ke-3 ada beberapa bagian

yang menggunakan potongan-potongan kecil kanvas.

Gambar 3.18 Kanvas (Dokumentasi Penulis)

2) Kaca

Kaca digunakan oleh penulis untuk media dasar melukis. Namun kaca ini

akan dikembangkan dan dikombinasikan dengan media-media lain sehingga kaca

disini akan dibangun menjadi akuarium serta di dalam dan di luarnya dikonstruksi

(38)

76

Gambar 3.19 Kaca

(Dokumentasi Penulis)

3) Kayu

Kayu sebagai media dasar dipilih karena pertimbangan kesesuaian gagasan.

Kayu yang dipilih adalah kayu pinus karena memiliki permukaan estetis yang

khas juga keberadaannya mudah didapat serta dianggap mewakili gagasan untuk

mendukung mekanisme kerja perangkat kinetik yang diposisikan di berbagai titik.

Kanvas tidak akan bisa menampung perangkat tersebut, butuh media yang keras

dan mudah untuk dimodifikasi dan dikombinasikan, maka dipilihlah kayu pinus

sebagai salah satu media untuk berkarya. Penulis juga menggunakan kayu jenis

(39)

77

Gambar 3.20

Kayu Multiplek (Kiri) dan Kayu Pinus (Kanan)

(Dokumentasi Penulis)

4) Cat

Ada tiga jenis cat yang digunakan penulis dalam berkarya, yaitu cat aklirik,

cat besi dan cat duco. Pemilihan cat tersebut disesuaikan dengan kebutuhan

karena tidak semua media bisa menggunakan satu jenis cat yang sama.

Gambar 3.21 Cat Aklirik Berbagai Warna

(40)

78

Dalam pembuatan citraan-citraan dalam karya penulis memilih

menggunakan cat aklirik dengan alasan kepraktisan dan dirasa telah menguasai

media ini pada karya-karya sebelumnya yang didominasi dengan penggunaan cat

aklirik. Warna yang digunakan tidak sebatas warna primer saja (merah, biru,

putih, merah dan hitam) melainkan penambahan warna-warna lain supaya saat

percampuran warna yang dihasilkan menjadi matang dan akselerasi warna di atas

bidang bisa maksimal. Cat aklirik ini selain digunakan di karya ke-satu (di atas

kanvas) juga digunakan di karya ke-3 dengan bidang kayu pinus.

Gambar 3.22 Cat Besi (Dokumentasi Penulis)

Cat besi digunakan untuk melukis di karya ke-dua (di atas kaca). Cat besi

dipilih karena cat jenis ini mempunyai daya rekat yang baik jika diaplikasikan di

atas kaca. Selain itu juga memilki ketahanan terhadap air yang kuat jika sudah

kering. Kaca yang selanjutnya menjadi akuarium akan diisi air hingga

memenuhinya. Oleh karena itu akan tidak mungkin jika menggunakan cat aklirik

yang mudah luntur jika terkena air. Sedangkan cat duco, digunakan untuk

mewarnai beberapa media pendukung karya yang cara pengaplikasiannya dengan

(41)

79

Gambar 3.23

Cat Duco (Kiri) dan Thinner (Kanan) (Dokumentasi Penulis)

5) Resin dan perangkatnya

Resin dan perangkatnya yang terdiri dari katalis, talk, gipsum dan vaseline adalah

bahan-bahan yang biasa digunakan untuk membuat benda 3 dimensi.

Bahan-bahan ini penulis gunakan untuk membuat media-media pendukung dalam

kesatuan karya.

Gambar 3.24

(42)

80

Gambar 3.25

Talk (Kiri) dan Gipsum (Kanan) (Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.26 Katalis (Dokumentasi Penulis) 5) Rantai dan Roda Gigi

Gambar 3.27

(43)

81

6) Media Penghubung

Media penghubung adalah benda-benda tertentu yang digunakan untuk

menghubungkan satu benda dengan yang lain dan dipertimbangkan kepraktisan

dalam penggunaannya. Penulis menggunakan engsel juga seng-seng kecil untuk

menghubungkan beberapa kayu.

Gambar 3.28

Seng (Kiri) dan Engsel (Kanan) (Dokumentasi Penulis)

7) Dinamo

Dinamo digunakan untuk sumber energi gerak dalam karya. Ada dua jenis

dinamo, yaitu dinamo yang biasa digunakan sebagai kipas pendingin komputer

dengan kecepatan rotasi per menit 2000 dan dinamo yang biasa digunakan untuk

pembuat angin dalam akuarium.

(44)

82

8) Adaptor

Adaptor berfungsi untuk menyambungkan arus listrik ke dinamo. Adaptor

juga berfungsi untuk penyeimbang tegangan arus lisrik.

Gambar 3.30 Adaptor (Dokumentasi Penulis)

9) Limbah besi

Ring, ball bearing, plat, as, dan mur penulis anggap adalah limbah besi

yang tersedia di kediaman penulis. Limbah tersebut masih bisa digunakan pada

bagian-bagian terentu di badan karya.

Gambar 3.31

(45)

83

10) Tombol

Tombol digunakan untuk menghidupkan arus listrik. Saklar jenis tombol ini

bertipe hidup-mati, jadi jika ingin suatu mesin hidup maka harus ditekan terus.

Gambar 3.32 Tombol (Dokumentasi Penulis)

11) Kabel dan Fitting

Gambar 3.33 Kabel dan Fitting (Dokumentasi Penulis)

(46)

84

12) Clay

Clay digunakan untuk membentuk beberapa bagian dalam karya. Jenis clay

yang digunakan dalam karya ini adalah tanah liat dan malam. Clay ini hanya

digunakan untuk membuat model. Lalu model tersebut dicetak karena media

utama untuk bagian ini adalah resin yang teruji ketahanan dan kekuatannya.

Gambar 3.34

Malam (Kiri) dan Tanah Liat (Kanan) (Dokumentasi Penulis)

13) Rambut

Rambut digunakan untuk melengkapi salah satu bagian dalam karya.

Rambut dipilih karena pertimbangan bahwa media ini akan diterapkan di dalam

air. Rambut jika di dalam air akan menimbulkan gerakan karena keringanannya.

(47)

85

14) Kain

Kain berfungsi untuk membuat pakaian pelindung pada salah satu bagian

karya yaitu patung-patung kecil. Kain yang digunakan tidak satu jenis, melainkan

memanfaatkan kain-kain perca yang beragam di kediaman penulis.

Gambar 3.36 Berbagai Jenis Kain Perca

(Dokumentasi Penulis)

15) Air

Pada umumnya seniman saat membuat karya, air hanya digunakan sebagai

pencampur saja. Misalnya air sebagai pencampur cat. Pada karya penulis

menggunakan air sebagai salah satu kesatuan media dalam karya. Air menjadi

kesatuan media untuk mewujudkan karya seni kinetik yang utuh.

Gambar 3.37 Air

(48)

86

16) Aksesori Akuarium

Aksesoris akuarium adalah media yang biasanya digunakan dalam akuarium

untuk membuat gelembung yang berisi udara untuk ikan. Penulis

memanfaatkannya sebagai bagian karya.

Gambar 3.38 Aksesori Akuarium (Dokumentasi Penulis)

17) Cermin

Ada beberapa bagian karya yang menggunakan cermin. Cermin digunakan

berdasarkan kebutuhan konsep karya.

(49)

87

7. Proses Pembuatan Karya

1) Karya ke-1

Dalam membuat karya pertama ada beberapa tahapan yang perlu dikerjakan.

Tahapan awal adalah dengan membuat lukisan di atas kanvas dengan membuat

sketsa terlebih dahulu.

(50)

88

Gambar 3.41

Membuat Pola Lingkaran di atas Kanvas dengan Menggunakan Jangka (Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.42

Proses Melukis di Atas Kanvas (Dokumentasi Penulis)

Tahapan berikutnya adalah menempel kanvas pada multiplek. Multiplek

sebagai pengganti span ram karena dibutuhkan bidang yang keras di balik kanvas

untuk menempelkan dinamo. Multiplek yang telah dipotong sebelumnya

berbentuk lingkaran. Penempelan kanvas menggunakan lem kayu. Meskipun

sudah menggunakan lem kayu, pada bagian belakang kanvas perlu direkatkan

dengan menggunakan stapler besar supaya benar-benar memastikan kanvas

(51)

89

Gambar 3.43

Proses Merekatkan Kanvas ke Kayu dengan Lem (Kiri) dan Stapler Besar (Kanan) (Dokumentasi Penulis)

Setelah kanvas tertempel, tahapan berikutnya adalah memodifikasi dinamo

berdasarkan bentuk yang diinginkan. Jika disalurkan listrik, dinamo ini akan

bekerja bergerak berputar ke kiri dengan cepat. Putaran tersebut yang dibutuhkan

oleh penulis. Tidak semua bahan dalam dinamo tersebut digunakan, melainkan

hanya mesinnya saja yang diperluksan lalu ditambahkan dengan media lain.

Gambar 3.44 Proses Memodifikasi Dinamo

(52)

90

Gambar 3.45

Proses Membuat Tuas Bagian dari Rangkaian Dinamo (Dokumentasi Penulis)

Setelah tahap perakitan dinamo tersebut selesai, tahap berikutnya adalah

pemasangan dinamo tersebut pada bagian tengah kanvas yang sudah dilubangi

sebelumnya serta menghubungkannya dengan adaptor untuk menyalurkan listrik.

Lalu menyempurnakan beberapa imej dalam kanvas hingga karya tersebut

terpasang pada pigura yang sudah dipersiapkan sebelumnya.

Gambar 3.46

(53)

91

Setelah selesai memasang dinamo tahapan terakhir adalah menyempurnakan

imej-imej dalam lukisan. Pada tahap ini yang dikerjakan adalah membuat

detail-detail dalam karya.

Gambar 3.47

Finishing Touch (Dokumentasi Penulis)

7) Karya ke-2

Karya ke dua ini memerlukan penggabungan berbagai teknik, yaitu antara

melukis dan mematung. Sebagaimana telah dijelaskan pada Bab II tentang metode

penciptaan karya yaitu mixed media, constructed sculpture dan kinetic sculpture,

bagi penulis merupakan metode yang sangat membukakan eksplorasi

seluas-luasnya. Untuk tahap awal adalah membuat sketsa dan melukis pada kaca yang

nantinya akan menjadi latar belakang dalam akuarium. Lukisan di kaca tersebut

(54)

92

Gambar 3.48 Sketsa Karya ke-2 (1)

(55)

93

Gambar 3.49 Sketsa Karya ke-2 (2)

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.50

Proses Melukis Latar Belakang Karya ke-2

(56)

94

Gambar 3.51

Proses Melapisi Permukaan dengan Resin

(Dokumentasi Penulis)

Tahap berikutnya adalah membuat konstruksi untuk atap akuarium

menggunakan kayu pinus yang telah dipotong berukuran kecil. Karya ke-2 ini

akan tampak seperti rumah dengan gentengnya. Genteng yang dibuat

menggunakan resin yang telah diwarnai.

Gambar 3.52

Proses Membuat Konstruksi Atap

(57)

95

Gambar 3.53

Proses Membuat Model Atap dengan Malam

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.54

Proses Mencetak Model dengan Gipsum

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.55

Proses Pengecoran dengan Resin

(58)

96

Gambar 3.56 Atap yang Sudah Jadi

(Dokumentasi Penulis)

Jumlah atap yang dibuat tidak sedikit. Setelah kering atap diwarnai dengan

cat aklirik hitam untuk memberikan kesan atap yang sudah berusia lama, juga

menjadi ciri khas atap di perumahan orang-orang Indonesia. Untuk

penempelannya terhadap rangka yang sudah jadi menggunakan super glue dan

bagian atasnya menggunakan resin.

Gambar 3.57

Proses Pewarnaan Atap Menggunakan Cat Aklirik

(59)

97

Gambar 3.58

Proses Pemasangan Atap Menggunakan Super Glue

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.59

Proses Penerapan Bagian Atas Atap Menggunakan Resin

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.60 Atap yang Sudah Terpasang

(60)

98

Tahap berikutnya adalah membuat patung-patung kecil. Dalam membuat

model patung-patung ini menggunakan tanah liat. Membuat cetakannya dengan

menggunakan gipsum dan pengecoran dilakukan dengan bahan resin.

Gambar 3.61

Membuat Model Menggunakan Tanah Liat

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.62

Membuat Cetakan Menggunakan Gipsum

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.63 Cetakan yang Sudah Kering

(61)

99

Gambar 3.64

Model yang Sudah Dicor dengan Resin

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.65

Proses Menghaluskan Permukaan Patung

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.66

Proses Menerapkan Cermin ke Salah Satu Bagian Patung

(62)

100

Selanjutnya adalah pengecatan menggunakan cat duco dan memakai alat

spray gun melalui kompresor. Penggunaan alat ini dikarenakan hasil yang

diinginkan adalah cat halus dan merata. Oleh karena itu pewarnaan harus dengan

teknik cat semprot. Berbeda jika pewarnaan melalui pengolesan cat ke permukaan

dengan menggunakan kuas akan meninggalkan tapak-tapak sapuan kuas tersebut.

Gambar 3.67 Proses Pewarnaan Patung

(Dokumentasi Penulis)

Ada bentuk-bentuk tertentu yang sulit dibuat jika menggunakan clay.

Penulis menginginkan bentuk otak yang detail. Cara yang paling praktis adalah

dengan membuat resin yang kental serta sudah diwarnai lalu memasukannya ke

dalam plastik dan membuat lubang kecil pada ujungnya hingga tinggal menekan

plastik tersebut sampai resin keluar. Cara ini biasa digunakan untuk menghias

kue.

Gambar 3.68

Proses Membuat Detail Patung

(63)

101

Tahap selanjutnya yaitu membuat pakaian dari kain-kain bekas. Cara yang

sangat sederhana hanya dengan memotong kain-kain dan menjaitnya dengan

jarum dan benang. Lalu menempelkan rambut di kepalanya dengan menggunakan

super glue. Upaya-upaya ini dilakukan supaya patung tampak nyata.

Gambar 3.69 Proses Pemasangan Pakaian

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.70 Proses Pemasangan Rambut

(Dokumentasi Penulis)

Berikutnya adalah membuat listrik paralel untuk dinamo. Jalur lisrik paralel

diperlukan karena ada penambahan tombol untuk membuka arus listrik. Dinamo

(64)

102

Gambar 3.71 Proses Perakitan Dinamo

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.72 Proses Pemasangan Tombol

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.73 Proses Pemasangan Dinamo

(65)

103

Setelah semua media sudah selesai dibuat, tinggal merangkai semua media

tersebut hingga menjadi kesatuan karya.

Gambar 3.74

Karya ke-2 yang Sudah Dirangkai

(Dokumentasi Penulis)

8) Karya ke-3

Pada karya ke-3 ini banyak mengolah berbagai media. Media utamanya

adalah kayu, namun secara keseluruhan didominasi oleh teknik melukis dengan

menggunakan cat aklirik. Kayu dipilih karena bahan tersebut keras dan sangat

memungkinkan untuk menempel bahan-bahan lain di kayu tersebut. Untuk unsur

gerak dalam karya adalah dengan merangkai roda gigi sepeda dan rantainya.

Tahap awal membuat karya adalah membuat sketsa dan memotong kayu sesuai

(66)

104

Gambar 3.75 Sketsa Karya ke-3 (1)

(67)

105

Gambar 3.76 Sketsa Karya ke-3 (2)

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.77 Proses Pemotongan Kayu

(68)

106

Gambar 3.78

Kayu yang Sudah Dipotong Sesuai Pola

(Dokumentasi Penulis)

Tahap selanjutnya adalah merekatkan tiap-tiap kayunya dengan

menggunakan lem kayu lalu perlu ditekan dengan menggunakan alat-alat berat

supaya kayu-kayu tersebut rekat maksimal.

Gambar 3.79

Proses Merekatkan Kayu dengan Lem Kayu

(69)

107

Gambar 3.80

Proses Pressing dengan Menggunakan Benda-benda Berat

(Dokumentasi Penulis)

Setelah kayu merekat maksimal tahap selanjutnya adalah membuat

imej-imej di atas kayu dengan menggunakan cat aklirik.

Gambar 3.81

Proses Melukis dengan Menggunakan Cat Aklirik

(Dokumentasi Penulis)

Berikutnya adalah membuat lukisan-lukisan kecil dari kanvas.

Lukisan-lukisan tersebut berbentuk lingkaran diperlukan untuk kebutuhan karya yang

(70)

108

.

Gambar 3.82

Proses Pembuatan Pola Lingkaran di Kanvas

(Dokumentasi Penulis)

Gambar 3.83

Proses Melukis dengan Menggunakan Cat Aklirik

(Dokumentasi Penulis)

Tahapan selanjutnya adalah menempelkan lukisan-lukisan tersebut ke kayu

yang sudah berbentuk lingkaran dengan ukuran yang telah disesuaikan.

Gambar 3.84

Proses Penerapan Kanvas pada Kayu

Gambar

Gambar 3.10      Jangka
Gambar 3.14  (Kiri) dan Lem Kayu (Kanan)
Gambar 3.17 Kunci Rantai Sepeda
Gambar 3.40 Sketsa Karya ke-1
+7

Referensi

Dokumen terkait

PENGARUH SENAM IRAMA TERHADAP KECERDASAN EMOSIONAL SISWA DI SMK NEGERI 2 CIMAHI. Universitas Pendidikan Indonesia | repository.upi.edu |

Mengingat  1.   Undang­Undang  Nomor  25  Tahun  1956  tentang  Pembentukan  Daerah­Daerah  Otonomi  Provinsi  Kalimantan  Sarat,  Kalimantan  Selatan  dan 

(4) Bunga Obligasi, Waktu Jatuh Tempo dan Likuiditas berpengaruh simultan terhadap perubahan harga obligasi.. Kata Kunci: Bunga Obligasi, Waktu Jatuh Tempo, Likuiditas, dan

3.   Kesepakatan  Bersama  antara  Pemerintah  Provinsi  Kalimantan  Timur  dengan  Tentara  Nasional  Indonesia  Angkatan  Darat  tentang  Pembangunan  3  (tiga) 

PENGGUNAAN PARALLEL BARS BAGI ANAK CEREBRAL PALSY YANG MENGALAMI HAMBATAN BERJALAN DI SLB D YPAC BANDUNG. DISETUJUI DAN DISAHKAN

[r]

untuk meningkatkan keterampilan metakognitif dapat dilihat pada lampiran 3.3. Pernyataan dalam angket berjumlah 16 butir. Pernyataan-pernyataan tersebut memuat persespsi, motivasi,

Kelompok Dalam Pemanfaatan Dana Pendidikan Program Keluarga Harapan. (PKH) Di Desa TalokKecamatan Dlanggu