PEMBELAJARAN TARI PADA ANAK USIA DINI
DI SANGGAR SEKAR PANGGUNG METRO MALL
BANDUNG
SKRIPSI
Diajukan untuk Memenuhi Sebagain dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari
Oleh
Fitri Chintia Dewi 0700435
JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI
FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI
UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA
PEMBELAJARAN TARI PADA ANAK USIA
DINI
DI SANGGAR SEKAR PANGGUNG METRO
MALL BANDUNG
Oleh Fitri Chintia Dewi
Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni
© Fitri Chintia Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia
Oktober 2013
Hak Cipta dilindungi undang-undang.
ABSTRAK
Penelitian ini berjudul Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di
Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung.Permasalahan yang diangkat
dalam penelitian ini: 1). Bagaimana respons peserta didik terhadap metode pembelajaran di sanggar Sekar Panggung yang menggunakan mall sebagai tempat pelaksanaannya 2).Bagaimana strategi-strategi pembelajaran tari yang diterapkan kepada anak usia dini di sanggar sekar panggung.
Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi dan metode pembelajaran tari pada anak usia dini yang diterapkan oleh Sanggar Sekar Panggung di Metro Mall Bandung. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.
Hasil penelitian yang didapat dalam penelitian ini bahwa Sanggar Sekar Panggung menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti metode demonstrasi dan metode peniruan dan latihan. Penggunaan strategi-strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak juga digunakan sehingga pembelajaran menjadi efektif. Lokasi sanggar yang berada di tengah-tengah Mall juga memberikan kontribusi yang positif terhadap minat peserta didik sanggar.
ABSTRACT
This research title is Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di
Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung. The main issues that this study
is trying to get the answers are: 1). How is the respons of the students on Sanggar Sekar Panggung that use Mall as one of its learning method. 2). How is the strategies that Sanggar Sekar Panggung is implying to its preschool-age students.
This research is aimed to describe what kind of methods and strategies that Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung use to teach their preschool-age students how to dance. The method that is used in this research is qualitative description method. And the data collective technique to gain the research’s data in this research are observation, interview, and documentation study.
The result after conducting this research are Sanggar Sekar Panggung is using more than one teaching methods such as demonstration method and mimicking and drill method. The use of adapted teachings strategies that consider with the student’s condition and abilities also applied by Sanggar Sekar Arum so that the teaching proses can be effective. The location of Sanggar Sekar Panggung that taken place inside of a Mall also contributes a very positive point in student’s interest.
A conclusion can be drawn from this research that giving dance lessons to preschool-age child should be using an appropiate teaching methods and strategies
such in Sanggar Sekar Panggung so that the student won’t be feeling
DAFTAR ISI
1.5 Organisasi Penulisan/Sistematika Penulisan ... 6
BAB II LANDASAN TEORETIS 8
2.3 Karakteristik Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini ... 20
2.3.1 Belajar dan bermain ... 20
2.3.2 Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Perkembangan ... 21
2.3.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 22
2.3.4 Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini ... 23
2.4 Pembelajaran Seni Tari ... 26
BAB III METODE PENELITIAN 30 3.1 Metode Penelitian ... 30
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 38
3.7 Verifikasi Data ... 40
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 4.1 HASIL PENELITIAN ... 43
4.1.1 Gambaran Umum Sanggar Sekar Panggung ... 43
4.1.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43
4.1.1.2 Sejarah Singkat Sanggar Sekar Panggung ... 43
4.1.1.3 Sarana dan Prasarana ... 45
4.1.1.4 Kondisi Peserta Didik Anak Usia Dini Sanggar Sekar panggung ... 46
4.1.1.5 Kondisi Pengajar Sanggar Sekar Panggung ... 47
4.1.1.6 Prestasi Yang Pernah Diraih ... 48
4.1.1.7 Peraturan Dan Tata Tertib Sanggar ... 48
4.1.2 Respons Peserta Didik Terhadap Metode Pembelajaran Di Sanggar Sekar Panggung ... 49
4.1.3 Strategi Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung ... 52
BAB I PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang Masalah
Tari adalah ekspresi jiwa yang media ungkapnya gerak tubuh. Gerak yang
digunakan untuk mengekspresikan isi hati merupakan gerak yang sudah diolah
sehingga sesuai dengan tema, maksud dan tujuan atau isi tarian. Dengan gerak
tubuh yang sesuai maka seorang penata tari atau yang sering disebut koreografer
dapat menyampaikan isi hatinya kepada penonton atau audience. Melihat gerak
sebagai media ungkap dalam menari berarti dapat dikatakan bahwa setiap orang
yang bisa bergerak pasti bisa menari. Tidak terkecuali anak-anak usia dini atau
anak-anak usia prasekolah.
Anak pada masa usia prasekolah sangat membutuhkan hal-hal yang
mampu memicu perkembangan fisik maupun psikisnya ke arah yang positif.
Tentunya hal ini adalah yang diinginkan oleh setiap orang tua. Anak memiliki
kemampuan motorik halus maupun kasar yang baik. Misalnya mampu bergerak
secara normal bahkan lebih. Berlari cepat, kemampuan mengkoordinasikan gerak
sehingga anak terlihat lebih gesit dan cekatan. Kemampuan mengekspresikan diri
secara spontan maupun dengan bimbingan.
Anak dibimbing untuk melakukan gerak dengan baik. hal ini tentunya
akan membantu pertumbuhan fisik anak. Menari membentuk anak untuk memiliki
kemampuan mengkoordinasikan gerak satu dengan gerak berikutnya. Bahkan
menari dapat melatih anak untuk mampu mengkoordinasikan gerak dengan musik
atau irama yang mengiringi tarian. Dengan kata lain menari dapat melatih gerak
tubuh anak menjadi lebih baik, baik itu dari aspek pertumbuhan fisik maupun
koordinasi gerak.
Selain kemampuan motorik, seorang anak juga diharapkan memiliki
kemampuan emosional yang seimbang bahkan tidak hanya standar, dengan
menari dapat melatih anak untuk mengontrol dan mengendalikan emosi dengan
2
menghadapi permasalahan sesuai umur mereka. Dalam menari anak diajarkan
bagaimana mengekspresikan tarian. Kebanyakan tarian anak bertemakan
kegembiraan sesuai dengan usia mereka yang masih masa bermain, sehingga
ekspresi yang diajarkanpun tentunya tentang kegembiraan. Namun ada juga tarian
yang berkisah tentang kesedihan, sehingga anakpun diberi arahan untuk
mengekspresikannya. Kemampuan mengekspresikan diri dalam menari
merupakan aspek yang dapat membentuk psikologis anak. Anak memiliki daya
imajinasi yang kuat, dan memiliki kemampuan mengendalikan atau mengontrol
emosi. Dalam menari juga dituntut kerjasama kelompok, apabila tarian tersebut
dalam bentuk grup atau kelompok. Hal ini berarti akan melatih anak bagaimana
cara kerjasama yang baik dan menghargai teman yang satu dengan yang lainnya.
Aspek yang tidak kalah penting dalam menari adalah kemampuan
menghafal rangkaian gerak satu dengan yang lain. Tarian tidak hanya terdiri dari
satu bentuk gerak, tetapi biasanya terdiri dari beberapa gerak yang dirangkai
menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal ini menuntut orang yang menari untuk
memiliki daya ingat atau hafalan yang kuat. Dengan hafalan atau daya ingat yang
baik berarti penari akan mampu menyampaikan tarian secara utuh. Aspek ini
melatih anak untuk memiliki daya ingat yang baik dan juga bagaimana cara
mengingat yang baik.
Menari sebagai media untuk membentuk motorik, emosional dan daya
ingat anak, tentunya tidak lepas dari teknik atau metode penyampaian pengajar
atau pelatih tari kepada anak. Tentunya metode yang digunakan dalam
penyampaian materi tari kepada anak harus menarik, sesuai dengan kondisi anak
usia prasekolah baik fisik maupun psikisnya. Metode yang menarik akan
menciptakan rasa nyaman kepada anak dalam menari. Anak akan menari dengan
rasa senang dan tidak merasa terpaksa. Anak akan berekspresi sesuai yang
diinginkan oleh anak maupun oleh tema tarian itu sendiri.
Selain metode penyampaian, sebaiknya memperhatikan materi tarian yang
akan disampaikan kepada anak usia prasekolah. Materi tari harus sesuai dengan
kondisi fisik dan psikis anak. Hal ini berarti bentuk gerak dan tema tarian harus
3
Sekarang ini sudah banyak orang tua yang menginginkan anaknya
mendapatkan pendidikan tari. Banyak sekali alasan yang mendasarinya dari mulai
mereka yang mempunyai pengharapan bahwa kelak anaknya akan menjadi
seorang penari, mereka yang hanya ingin melatih mental dan fisik anak mereka
dari sedini mungkin, ada pula orang tua yang menginginkan anaknya mempunyai
kemampuan menari karena sudah menjadi tradisi keluarga dan ada yang beralasan
karena semata–mata untuk mengisi waktu luang anak dengan kegiatan yang
berguna. Berbagai alasan itulah yang memicu banyaknya orang–orang membuka
sanggar tari dengan beraneka ciri dan jenis. Ada sanggar khusus tarian modern,
kontemporer, klasik, sampai tarian dari berbagai macam daerah, baik Indonesia
maupun luar Indonesia
Seperti yang kita ketahui, sekarang ini banyak sanggar tari yang
mempunyai peserta didik usia dini. Setiap sanggar berlomba–lomba menarik para
peserta didik dengan cara yang berbeda–beda pula. Bisa dikatakan, setiap sanggar
mempunyai metode dan tata cara dalam menyampaikan materi tari. Tetapi hanya
sedikit sanggar yang memiliki ciri unik atau trik tersendiri dalam menyampaikan
materi tari. Inilah yang menjadi ciri khas sanggar–sanggar tersebut. Ada sanggar
yang menitik beratkan pada fasilitas–fasilitas pendukung pembelajaran, ada yang
kepada tekhnik, olah tubuh, sampai kepada penggunaan tempat latihan yang
belum begitu lazim.
Sanggar Sekar Panggung merupakan sanggar dengan jumlah peserta didik
usia dini yang cukup banyak karena sanggar ini pada dasarnya memiliki pelatih
yang sudah cukup terkenal. Terlebih lagi, sanggar ini melakukan terobosan yang
jarang terfikir oleh kabanyakan sanggar, yaitu berada di sebuah mall tempat
orang-orang berbelanja, sehingga banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya
masuk sanggar ini. Para peserta didik, terutama yang berusia dini pun terlihat
menerima metode pembelajaran tari yang diberikan pengajar dengan sangat baik.
Proses pembelajaran atau strategi yang digunakan di sanggar Sekar
Panggung sangat menarik karena dengan menerapkan strategi pembelajaran yang
sesuai dengan kondisi anak usia dini akan menciptakan rasa nyaman dan tidak ada
4
Penggunaan beberapa metode dalam pembelajaran seperti metode kerja kelompok
dan demonstrasi yang sudah disesuaikan dengan keadaan anak, pemilihan lokasi
serta meteri pembelajaran tari yang tepat. Semua ini adalah beberapa strategi yang
digunakan oleh sanggar dalam proses pembelajaran tari pada anak usia dini.
Dengan proses pembelajaran atau strategi yang sesuai dengan kondisi anak usia
dini, dapat membantu membangkitkan gairah belajar para peserta didik dalam
berkreativitas dan bereksplorasi terhadap materi yang diberikan. Para peserta
didik juga mendapatkan banyak manfaat selain keterampilannya dalam menari,
mengetahui latar belakang dari tari tersebut, meningkatkan daya kreativitas serta
perubahan budi pekertinya kearah yang lebih baik.
Hal ini membuat peneliti tertarik untuk memahami secara utuh bagaimana
proses pembelajaran dan strategi yang tepat untuk diterapkan kepada anak usia
dini. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai proses
pembelajaran dan strategi atau teknik cara pembelajaran yang sesuai kepada anak
usia dini dengan baik, peneliti mengajukan penelitian dengan judul: “Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung ”.
1.2 Rumusan Masalah
Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana proses
pembelajaran atau strategi-strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan
kebutuhan anak dengan baik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di
atas, maka peneliti merumuskannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :
1. Bagaimana respons peserta didik terhadap metode pembelajaran di sanggar
Sekar Panggung yang menggunakan mall sebagai tempat pelaksanaannya?
2. Bagaimana strategi pembelajaran tari yang diterapkan kepada anak usia dini
5
1.3 Tujuan Penelitian
Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan
tujuan khusus.
1.3.1 Tujuan Umum
Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi
pembelajaran tari bagi anak-anak usia dini di sanggar sekar panggung metro mall
Bandung.
1.3.2. Tujuan Khusus
1. Mengetahui respon peserta didik terhadap metode pembelajaran di
Sanggar Sekar Panggung yang menggunakan mall sebagai sarana
pelaksanaannya.
2. Mengetahui strategi atau teknik-teknik yang tepat dalam proses
pembelajaran tari kepada anak usia dini.
1.4 Manfaat Penelitian
Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan
mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :
1.4.1 Secara Teoretis
1. Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama
dengan lebih mendalam dikemudian hari.
2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang kependidikan.
3. Mengembangkan atau mengadaptasi metode pembelajaran sehingga
dapat diterapkan dengan tepat.
1.4.2 Secara Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti :
Memberikan pengalaman berharga dengan mengetahui kondisi nyata
6
memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan dan
pembelajaran seni tari.
1.4.2.2 Bagi Pengajar Kesenian (Guru/Instruktur)
1. Sebagai motivasi pengajar untuk lebih terampil dalam berinteraksi
dengan peserta didik.
2. Sebagai acuan bagi pengajar dalam menyampaikan materi dengan
proses pembelajaran secara tepat dan sesuai kebutuhan.
1.4.2.3 Bagi Sanggar
Sebagai bahan masukan dalam mengelola pembelajaran tari dengan
memilih strategi yang sesuai dengan usia dan karakteristik peserta didik
1.5 Sistematika/Organisasi Penelitian
Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dapat disajikan secara garis besar
sebagai berikut:
BAB I : Pendahuluan
Bab ini menguraikan tentang masalah yang akan dibahas sebagai fokus
penelitian. Pada bab ini peneliti membahas mengenai latar belakang
Masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat
penelitian, metodologi dan sistematika penelitian yang memberikan
gambaran umum mengenai bab-bab berikutnya.
BAB II : Landasan Teoretis
Bab ini peneliti membahas mengenai dasar-dasar pemikiran serta
teori-teori yang telah ada dan teori-teori-teori-teori yang relevan dengan penelitian,
sebagai acuan untuk melakukan penelitian secara terarah dan dapat
dipertanggung jawabkan dalam pengutipan.
BAB III : Metode Penelitian
Pada bab ini peneliti menguraikan metode, pendekatan dan
7
analisis data yang digunakan dalam penelitian, serta memberi batasan
istilah dalam pengertian judul penelitian yang dijelaskan dalam definisi
operasional.
BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan
Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian
berdasarkan pada interprestasi data yang didapatkan melalui observasi,
wawancara dengan responden (sumber penelitian) dan studi
dokumentasi yang diperoleh di lokasi dimana penelitian berlangsung.
BAB V : Kesimpulan dan Saran
Dalam bab ini merupakan pemaparan mengenai simpulan yang diambil
setelah melakukan analisis hasil penelitian dan pembahasannya relevan
dengan masalah dan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti juga
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penelitian
Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia untuk
menemukan jawaban atau memecahkan masalah atau sesuatu yang
dipermasalahkan yang dihadapi berdasarkan kebenaran ilmiah. Dengan kata lain,
bahwa penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmiah.
Jenis penelitian ini dilakukan berdasarkan deskriptif analisis melalui
pendekatan kualitatif. Menurut Juliansyah Noor (2011), kualitatif deskriptif
dimaksudkan sebagai penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,
peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Sedangkan menurut furchan
penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data
deskriptif, ucapan atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dan orang-orang atau
subyek itu sendiri (Furchan, 1992: 21). Hal ini membuat penelitian kualitatif dapat
menggambarkan suatu kehidupan dari sisi yang berbeda berdasarkan sudut
pandang dari setiap orang yang mengamatinya (Marvasti, 2004). Penelitian
deskriptif memusatkan masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian
berlangsung. Peneliti mendeskripsikan peristiwa dan kejadian menjadi pusat
perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor,
2011 : 135).
Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang
bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek
penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan
bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan
berbagai metode ilmiah (Maleong, 2007: 6). Penelitian kualitatif ini merupakan
bentuk penelitian yang secara aktif melibatkan peneliti untuk mengumpulkan dan
menggunakan data-data empiris dengan berbagai cara dan metode (Norman K
31
Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini
dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai respons dan minat para
peserta didik anak usia dini di Sanggar Sekar Panggung dan strategi–strategi yang
diterapkan oleh Sanggar dalam proes pembelajaran tari secara mendalam dan
komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat
diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan
pembelajaran tari pada anak usia dini.
3.2 Lokasi Dan Subjek Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian
Sanggar Sekar Panggung berlokasi di Metro mall Bandung, Jl. Soekarno–
Hatta, kelurahan Cisaranten Wetan kecamatan Buah Batu kota Bandung. Peneliti
mengambil lokasi Sanggar Sekar Panggung dengan pertimbangan bahwa Sanggar
Sekar Panggung merupakan salah satu sanggar tari yang memiliki peserta didik
anak usia dini yang cukup banyak dan sanggar ini sudah berdiri sejak tahun 2004.
Sanggar ini didirikan oleh Bapak Awan yang biasa dipanggil Abah Awan. Pendiri
sendiri sudah malang melintang di dunia seni tari cukup lama dan dapat dikatakan
sebagai salah sorang senior di bidangnya.
3.2.2 Subjek Penelitian
Subjek penelitian dalam pembuatan skripsi ini adalah Sanggar Sekar
Panggung Metro Mall Bandung.
3.3. Definisi Operasional
Judul penelitian ini adalah " Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di
Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung ". Sedangkan untuk
memperjelas maksud dari judul tersebut dan dalam upaya untuk menghindari
kesalah pahaman serta kekeliruan penafsiran tentang judul tersebut, maka peneliti
ketengahkan arti kata atau istilah yang terdapat dalam judul yang berdasarkan
pada pengertian dalam kamus dan standar pengertian umum yang berlaku dengan
32
Kata dan istilah yang perlu peneliti ketengahkan sebagai berikut
a. Pembelajaran : menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara
menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.(KBBI, 2002 : 17)
b. Seni Tari : seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang dilakukan secara
sadar dan disengaja melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah
c. Usia Dini : dapat diartikan dari penggabungan dua kata, usia yang berarti
umur dan dini yang berarti se awal mungkin. Jadi usia dini
mempunyai arti umur yang sangat muda.
3.4 Langkah–Langkah Penelitian
Agar suatu penelitian mendapatkan hasil yang optimal, maka diperlukan
adanya prosedur yang harus dilalui. Prosedur itu berisikan langkah-langkah
sistematis yang menggambarkan kegiatan penelitian dari awal sampai dengan
membuat laporan hasil penelitian. Berikut adalah langkah–langkah yang diambil
oleh peneliti :
a. Persiapan Penelitian
Dimana dalam persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:
1. Menentukan masalah yang akan di teliti.
2. Melakukan perumusan dari masalah yang sudah di tentukan.
3. Menentukan fokus penelitian.
4. Menentukan metode yang di pakai dalam melakukan penelitian.
b. Pelaksanaan Penelitian
Sebelum peneliti menyusun hasil laporan penelitian, peneliti mempersiapkan
terlebih dahulu hal–hal yang akan menjadi isi di dalam laporan yaitu :
1. Mengenai nama dan perlengkapan alat pengumpul data untuk observasi
dan wawancara / interview kepada narasumber (sumber informasi), berupa
pedoman observasi dan wawancara. Peneliti membuat kesepakatan dengan
subjek penelitian mengenai waktu dan tempat untuk melakukan
wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara
dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara
33
2. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa data hasil penelitian yang
sudah terkumpul dari sumber informasi penelitian. Kemudian peneliti
melakukan interpretasi data dengan memilih dan memilah data, reduksi
dan display data
3. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data sesuai
dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian teknik pengolahan
dan analisis data di akhir bab ini.
c. Penyusunan Laporan
Pada bagian ini peneliti membuat suatu laporan lengkap yang berisi hasil dari
penelitian yang sudah dilakukan secara terperinci dan detail. Dimana data–
data yang berada di dalamnya telah diolah menggunakan berbagai macam
tekhnik pengolahan data.
Adapun langkah–langkah penelitian ini dapat juga dilihat dalam bagan
prosedur penelitian dibawah ini :
34
3.5 Teknik Pengumpulan Data
Pengumpulan data dilakukan peneliti di lokasi penelitian dengan
melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi baik berupa
sumber-sumber tertulis maupun berupa foto-foto kegiatan pembelajaran di sanggar
sebagai dokumen penting untuk pengolahan dan analisis data, yang selanjutnya
dilakukan penyusunan laporan penelitian. Burhan Bungin (2003: 42), menjelaskan
metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang
diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan
informasi yang valid dan reliable”.
Mengenai pengumpulan data, Suharsimi Arikunto (2002:136), berpendapat
bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam
mengumpulkan data penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara,
observasi dan dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan
dalam penelitian ini meliputi:
3.5.1 Observasi
Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.
Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan
secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau
gejala-gejala dalam objek penelitian.
Menurut Kriyantono, observasi lapangan adalah kegiatan yang setiap saat
dilakukan, dengan kelengkapan pancaindra yang dimiliki (Ardianto, 2010 : 179).
Peneliti melakukan penelitian dengan cara observasi untuk melengkapi data
penelitian dan lebih memahami objek penelitian yang dilakukan. Observasi
yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati secara langsung dalam kegiatan
pembelajaran tari. Dalam observasi yang dilakukan, peneliti ikut serta dalam
proses pembelajaran dengan terjun langsung ke lapangan, peneliti dapat
mengetahui dan merasakan bagaimana proses dalam kegiatan pembelajaran tari
35
Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses
terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.
Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek
selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap
relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah
mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,
orang- orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari
perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.
Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting,
namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.
Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting
karena :
a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal
yang diteliti akan atau terjadi.
b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada
penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk
mendekati masalah secara induktif.
c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian
sendiri kurang disadari.
d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang
karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka
dalam wawancara.Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan
bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan
pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat
dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.
Observasi juga dilakukan untuk mengetahui keadaan sanggar baik secara
fisik maupun hal-hal yang berada dalam sanggar. Mengetahui kegiatan sanggar
dan seluk beluk sanggar secara visual dan langsung melalui observasi. Data yang
didapat lalu dikumpulkan dan ditulis menjadi sebuah catatan observasi untuk
36
3.5.2 Wawancara
Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data
dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah
dengan bercakap-cakap secara tatap muka.
Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan
pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses
wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview
dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu
yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak
terbentuk pertanyaan yang eksplisit.
Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer
mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek
(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.
Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan
tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus
menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung
(Patton dalam poerwandari, 1998)
Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan
metode wawancara :
a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang
diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan
memberikan penjelasan.
b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.
c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tekhnik lain sudah tidak
dapat dilakukan.
Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga
37
a. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang
penyusunanya kurang baik.
b. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang
sesuai.
c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang
akurat.
d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar
oleh interviwer.
Wawancara dilakukan pada pendiri sanggar, pengajar, orang tua peserta
didik, dan peserta didik Sanggar Sekar Panggung. Wawancara yang dilakukan
untuk mengungkap permasalahan yang dibahas yang sifatnya mendalam antara
lain :
a. Wawancara pada pendiri sanggar
Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur, meliputi
Sejarah berdirinya Sanggar Sekar Panggung, Jumlah peserta didik, jumlah
dan pendidikan pengajar di Sanggar Sekar Panggung, fasilitas yang dimiliki
sanggar, kegiatan sanggar (mengikuti pasanggiri/perlombaan, penghargaan),
dan faktor pendukung serta kendala yang dihadapi oleh sanggar selama
proses pembelajaran tari.
b. Wawancara pada orang tua peserta didik
Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur, meliputi
Peran serta orang tua terhadap prestasi putra/putrinya di bidang seni tari,
daerah asal peserta didik, serta alasan mengikuti pembelajaran tari di sanggar
sekar panggung, dan tanggapan orang tua mengenai strategi dan metode
pembelajaran yang dilaksanakan di sanggar.
c. Wawancara pada peserta didik
Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara tak berstruktur
dengan maksud untuk menggali jawaban dari peserta didik yang masih usia
dini, meliputi hubungan peserta didik dengan peserta didik lainnya, minat
mereka belajar di sanggar sekar panggung, dan respons mereka (peserta
38
3.5.3 Studi Dokumentasi
Suharsimi Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah mencari data
yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen
rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005: 133) menyatakan
bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan
tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat,
dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.
Goba dan Lincholn dalam Maleong (1990: 161) menyatakan bahwa teknik
dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang berupa pertanyaan tertulis
yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu
peristiwa seperti sumber tertulis, film, data. Teknik dokumentasi ini dilaksanakan
untuk memperoleh data sekunder guna melengkapi data yang belum ada, yang
belum diperoleh melalui wawancara dan observasi.
Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh
data tentang kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran tari berupa
daftar peserta didik dan foto - foto proses pembelajaran tari di Sanggar Sekar
panggung.
3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data
Arikunto, Suharsimi. (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan
dengan analisis data adalah “pengolahan data yang diperoleh dengan
menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan
pendekatan penelitian atau desain yang diambil.Terkait dengan hal itu maka
diperlukan adanya tehnik analisis data”.
Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk
proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif
terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman
39
1. Mengorganisasikan Data
Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara
mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape
recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan
mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara
verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti
benar data atau hasil yang telah di dapatkan.
2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban
Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,
perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa
yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti
menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam
mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca
transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang
relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan
singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka
analisis yang telah dibuat.
Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.
Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal
diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti
dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata
kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan
dinamika yang terjadi pada subjek.
3. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data
Setelah kaitan antara kategori dan pola data, peneliti masuk ke dalam tahap
40
tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tentang
kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu
ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat
hal-hal yang menyimpang tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan
dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif
ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.
4. Menulis Hasil Penelitian
Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu
hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang
dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah
presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian
berdasarkan observasi dengan subjek dan wawancara mendalam. Proses dimulai
dari data-data yang diperoleh dari subjek, dibaca berulang kali sehinggga penulis
mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran
mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan
interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan
kesimpulan dari hasil penelitian.
3.7 Verifikasi /Keabsahan Data
Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif. Yin (2003)
mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu
penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :
3.7.1 Keabsahan Konstruk (Construct Validity)
Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang
berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga
dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya
adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang
memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan
41
1999) ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai
keabsahan, yaitu :
a. Triangulasi data
Mengguanakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil observasi
atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap
memeiliki sudut pandang yang berbeda.
b. Triangulasi Pengamat
Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan
data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak Sebagai pengamat
(expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan
data.
c. Triangulasi Teori
Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data
yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori
telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya
data tersebut.
d. Triangulasi metode
Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode
wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan
metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat
wawancra dilakukan.
3.7.2 Keabsahan Internal (Internal Validity)
Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh
kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.
Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.
Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya
akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji
keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang
42
3.7.3 Keabsahan Eksternal (Eksternal Validity)
Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat
digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki
sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif dapat dikatakan
memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut
memiliki konteks yang sama.
3.7.4 Keajegan (Reabilitas)
Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian
berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang
sama sekali lagi.
Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti
selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi
dengan subjek yang sama. Hal ini menunjukan bahwa konsep keajegan penelitian
kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan
BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 KESIMPULAN
Berdasarkan hasil pengamatan di Sanggar Sekar Panggung, peneliti dapat
menarik beberapa kesimpulan dan menuliskannya pada bab ini. Pembelajaran seni
tari bagi anak usia dini di Sanggar Sekar panggung meliputi tujuan, materi dan
bahan, metode, media, dan evaluasi. Dimana semua faktor-faktor ini adalah
bagian dari strategi pembelajaran anak usia dini di Sanggar Sakar Panggung.
Faktor-faktor ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus terjadi satu
kesinambungan antara tujuan, materi dan bahan sampai kepada evaluasi.
Strategi yang diterapkan Sanggar Sekar Panggung dapat dikatakan cukup
baik jika merujuk kepada pedoman-pedoman pembelajaran anak usia dini yang
sudah ada. Tujuan sanggar yang tidak bersifat memaksakan, materi dan bahan
pembelajaran yang diberikan sanggar seperti tari kreasi yang sudah diadaptasikan
sehingga tidak menyulitkan anak usia dini dalam menyerap materi tari tampak
baik tersampaikan sehingga peserta didik anak usia dini tidak merasa terbebani
dan dengan sukarela mengikuti proses pembelajaran.
Penggunaan metode-metode pembelajaran yang tepat seperti metode kerja
kelompok dan metode peniruan dan latihan juga cukup efektif karena dengan
menggunakan metode-metode ini anak usia dini menjadi lebih mudah untuk
diarahkan dan akan menciptakan atmosfer yang nyaman bagi anak usia dini.
Dalam hal ini penerapan metode juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan
kreatifitas pengajar. Karenanya kompetensi dan pengalaman pengajar haruslah
memadai.
Media pendukung pembelajaran juga harus diperhatikan dalam
memberikan pembelajaran kepada anak usia dini, karena tanpa media
pembelajaran yang cukup penyampaian materi tidak akan sempurna. Namun harus
78
boleh menuntut kesempurnaan gerakan. Tetapi cukup kepada pengapresiasian seni
tari.
Dalam memberikan pembelajaran kepada anak usia dini juga hendaklah
melakukan terobosan-terobosan dalam strategi pembelajarannya. Sanggar Sekar
Panggung dalam hal ini melakukan terobosan pada lokasi pembelajaran mereka
yang berada di tengah-tengah Mall. Strategi ini cukup berhasil karena anak
mendapatkan motivasi baru untuk mendapatkan pembelajaran, hal ini tampak dari
respon peserta didik yang cukup baik. Anak usia dini yang biasanya sulit diajak
berlatih ke sanggar sekarang jadi lebih mudah untuk diajak berlatih dan tanpa
disadari mental mereka juga ikut terbangun karena terbiasa tampil di tempat
umum. Dalam proses penampaian materi pun peserta didik tampak santai dan
nyaman. Namun terobosan ini tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak
didukung dengan strategi-strategi lainnya, maka dari itu seperti yang sudah
dikemukakan sebelumnya dalam pembelajaran tari pada anak usia dini hendaknya
menggunakan strategi-strategi yang saling melengkapi dan saling menutupi.
5.2 SARAN
Setelah mempelajari hasil dan data yang didapat selama penelitian.
Peneliti merumuskan beberapa saran yang mungkin dapat menjadi bahan masukan
dan pertimbangan bagi Sanggar Sekar Panggung dan sanggar-sanggar lainnya.
Ada baiknya bagi sanggar-sanggar yang memiliki peserta didik usia dini
melakukan terobosan-terobosan dalam strategi pembelajaran mereka sehingga
dikemudian hari proses pembelajaran tari dapat terus berkembang. Dan bagi
sanggar yang sudah berhasil dalam menemukan strategi pembelajaran tari pada
anak usia dini yang tepat hendaknya mempertajam strategi tersebut dan jika
DAFTAR PUSTAKA
_____________ (1987-1988). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: PT. Intermasa
Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian. Bandung: Simbiosa Rakatama Media.
Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.
Brakell, Clara dan S. Ngaliman. (1991). Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan
Peristilahannya. Jakarta: ILDEP-RULL.
Bungin, Burhan. (2003). Analisa Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman
Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta :
Raja Grafindo Persada
Dariyo, Agus (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Jakarta: PT. Refika Aditama.
Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.
Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln. (2003). Handbook of Qualitative
Research. Thousand Oaks, California: Sage Publications.
Djamarah, Bahri, dkk. (1995). Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.
Furchan, Arif. (1992). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.
Heryana, Agus dkk (2009). Mengungkap Nilai Tradisi Pada Seni Pertunjukan
Rakyat Jawa Barat. Bandung: Disparbud Jawa Barat.
Hurlock, Elizabeth B. (1992). Perkembangan Anak, Jilid I dan Ikan Mas, Jakarta : Erlangga.
Jazuli, M. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.
Maleong, Lexy J. (1991). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya.
Narawati, Tati (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST UPI.
Nawawi & M. Martini Hardari. (1991). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Jakarta:Balai Pustaka
Noor, Juliansyah. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer
Patton, Michael Quinn. (1987) Qualitative Education Methods, Beverly Hills: Sage Publication
Poerwadarminta, W.J.S. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru.
Poerwandari, E. Kristi.(1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia
Prabowo. (1996). Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Andi Offset
Ratna, J. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Rineka Cipta.
Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Semarang Press.
Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak
Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.
Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.
Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta
Soedarsono. (1977). Tari-Tarian Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka.
Sudjana, Nana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru
Sugandi, Acmad dan Haryanto. (2003). Teori Pembelajaran. Semarang : IKIP
Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.
Sulistiany. (1999). Skripsi. (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.
Surakhmad, Winarno (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda dan
Teknik. Bandung: Tarsito.
Syah, Muhibin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.
Sumber Internet: