• Tidak ada hasil yang ditemukan

PEMBELAJARAN TARI PADA ANAK USIA DINI DI SANGGAR SEKAR PANGGUNG METRO MALL BANDUNG.

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "PEMBELAJARAN TARI PADA ANAK USIA DINI DI SANGGAR SEKAR PANGGUNG METRO MALL BANDUNG."

Copied!
33
0
0

Teks penuh

(1)

PEMBELAJARAN TARI PADA ANAK USIA DINI

DI SANGGAR SEKAR PANGGUNG METRO MALL

BANDUNG

SKRIPSI

Diajukan untuk Memenuhi Sebagain dari Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Pendidikan Seni Tari

Oleh

Fitri Chintia Dewi 0700435

JURUSAN PENDIDIKAN SENI TARI

FAKULTAS PENDIDIKAN BAHASA DAN SENI

UNIVERSITAS PENDIDIKAN INDONESIA

(2)

PEMBELAJARAN TARI PADA ANAK USIA

DINI

DI SANGGAR SEKAR PANGGUNG METRO

MALL BANDUNG

Oleh Fitri Chintia Dewi

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Bahasa dan Seni

© Fitri Chintia Dewi 2013 Universitas Pendidikan Indonesia

Oktober 2013

Hak Cipta dilindungi undang-undang.

(3)
(4)

ABSTRAK

Penelitian ini berjudul Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di

Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung.Permasalahan yang diangkat

dalam penelitian ini: 1). Bagaimana respons peserta didik terhadap metode pembelajaran di sanggar Sekar Panggung yang menggunakan mall sebagai tempat pelaksanaannya 2).Bagaimana strategi-strategi pembelajaran tari yang diterapkan kepada anak usia dini di sanggar sekar panggung.

Penelitian ini bertujuan untuk mendeskripsikan strategi dan metode pembelajaran tari pada anak usia dini yang diterapkan oleh Sanggar Sekar Panggung di Metro Mall Bandung. Dalam penelitian ini metode yang digunakan adalah metode deskriptif kualitatif. Teknik pengumpulan data yang digunakan adalah observasi, wawancara, dan studi dokumentasi.

Hasil penelitian yang didapat dalam penelitian ini bahwa Sanggar Sekar Panggung menerapkan beberapa metode pembelajaran seperti metode demonstrasi dan metode peniruan dan latihan. Penggunaan strategi-strategi pembelajaran yang disesuaikan dengan keadaan dan kemampuan anak juga digunakan sehingga pembelajaran menjadi efektif. Lokasi sanggar yang berada di tengah-tengah Mall juga memberikan kontribusi yang positif terhadap minat peserta didik sanggar.

(5)

ABSTRACT

This research title is Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di

Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung. The main issues that this study

is trying to get the answers are: 1). How is the respons of the students on Sanggar Sekar Panggung that use Mall as one of its learning method. 2). How is the strategies that Sanggar Sekar Panggung is implying to its preschool-age students.

This research is aimed to describe what kind of methods and strategies that Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung use to teach their preschool-age students how to dance. The method that is used in this research is qualitative description method. And the data collective technique to gain the research’s data in this research are observation, interview, and documentation study.

The result after conducting this research are Sanggar Sekar Panggung is using more than one teaching methods such as demonstration method and mimicking and drill method. The use of adapted teachings strategies that consider with the student’s condition and abilities also applied by Sanggar Sekar Arum so that the teaching proses can be effective. The location of Sanggar Sekar Panggung that taken place inside of a Mall also contributes a very positive point in student’s interest.

A conclusion can be drawn from this research that giving dance lessons to preschool-age child should be using an appropiate teaching methods and strategies

such in Sanggar Sekar Panggung so that the student won’t be feeling

(6)

DAFTAR ISI

1.5 Organisasi Penulisan/Sistematika Penulisan ... 6

BAB II LANDASAN TEORETIS 8

2.3 Karakteristik Pembelajaran Untuk Anak Usia Dini ... 20

2.3.1 Belajar dan bermain ... 20

2.3.2 Pembelajaran Yang Berorientasi Pada Perkembangan ... 21

2.3.3 Prinsip-prinsip Pendidikan Anak Usia Dini ... 22

2.3.4 Strategi Pembelajaran Anak Usia Dini ... 23

(7)

2.4 Pembelajaran Seni Tari ... 26

BAB III METODE PENELITIAN 30 3.1 Metode Penelitian ... 30

3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data ... 38

3.7 Verifikasi Data ... 40

BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 43 4.1 HASIL PENELITIAN ... 43

4.1.1 Gambaran Umum Sanggar Sekar Panggung ... 43

4.1.1.1 Deskripsi Lokasi Penelitian ... 43

4.1.1.2 Sejarah Singkat Sanggar Sekar Panggung ... 43

4.1.1.3 Sarana dan Prasarana ... 45

4.1.1.4 Kondisi Peserta Didik Anak Usia Dini Sanggar Sekar panggung ... 46

4.1.1.5 Kondisi Pengajar Sanggar Sekar Panggung ... 47

4.1.1.6 Prestasi Yang Pernah Diraih ... 48

4.1.1.7 Peraturan Dan Tata Tertib Sanggar ... 48

4.1.2 Respons Peserta Didik Terhadap Metode Pembelajaran Di Sanggar Sekar Panggung ... 49

4.1.3 Strategi Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung ... 52

(8)
(9)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang Masalah

Tari adalah ekspresi jiwa yang media ungkapnya gerak tubuh. Gerak yang

digunakan untuk mengekspresikan isi hati merupakan gerak yang sudah diolah

sehingga sesuai dengan tema, maksud dan tujuan atau isi tarian. Dengan gerak

tubuh yang sesuai maka seorang penata tari atau yang sering disebut koreografer

dapat menyampaikan isi hatinya kepada penonton atau audience. Melihat gerak

sebagai media ungkap dalam menari berarti dapat dikatakan bahwa setiap orang

yang bisa bergerak pasti bisa menari. Tidak terkecuali anak-anak usia dini atau

anak-anak usia prasekolah.

Anak pada masa usia prasekolah sangat membutuhkan hal-hal yang

mampu memicu perkembangan fisik maupun psikisnya ke arah yang positif.

Tentunya hal ini adalah yang diinginkan oleh setiap orang tua. Anak memiliki

kemampuan motorik halus maupun kasar yang baik. Misalnya mampu bergerak

secara normal bahkan lebih. Berlari cepat, kemampuan mengkoordinasikan gerak

sehingga anak terlihat lebih gesit dan cekatan. Kemampuan mengekspresikan diri

secara spontan maupun dengan bimbingan.

Anak dibimbing untuk melakukan gerak dengan baik. hal ini tentunya

akan membantu pertumbuhan fisik anak. Menari membentuk anak untuk memiliki

kemampuan mengkoordinasikan gerak satu dengan gerak berikutnya. Bahkan

menari dapat melatih anak untuk mampu mengkoordinasikan gerak dengan musik

atau irama yang mengiringi tarian. Dengan kata lain menari dapat melatih gerak

tubuh anak menjadi lebih baik, baik itu dari aspek pertumbuhan fisik maupun

koordinasi gerak.

Selain kemampuan motorik, seorang anak juga diharapkan memiliki

kemampuan emosional yang seimbang bahkan tidak hanya standar, dengan

menari dapat melatih anak untuk mengontrol dan mengendalikan emosi dengan

(10)

2

menghadapi permasalahan sesuai umur mereka. Dalam menari anak diajarkan

bagaimana mengekspresikan tarian. Kebanyakan tarian anak bertemakan

kegembiraan sesuai dengan usia mereka yang masih masa bermain, sehingga

ekspresi yang diajarkanpun tentunya tentang kegembiraan. Namun ada juga tarian

yang berkisah tentang kesedihan, sehingga anakpun diberi arahan untuk

mengekspresikannya. Kemampuan mengekspresikan diri dalam menari

merupakan aspek yang dapat membentuk psikologis anak. Anak memiliki daya

imajinasi yang kuat, dan memiliki kemampuan mengendalikan atau mengontrol

emosi. Dalam menari juga dituntut kerjasama kelompok, apabila tarian tersebut

dalam bentuk grup atau kelompok. Hal ini berarti akan melatih anak bagaimana

cara kerjasama yang baik dan menghargai teman yang satu dengan yang lainnya.

Aspek yang tidak kalah penting dalam menari adalah kemampuan

menghafal rangkaian gerak satu dengan yang lain. Tarian tidak hanya terdiri dari

satu bentuk gerak, tetapi biasanya terdiri dari beberapa gerak yang dirangkai

menjadi satu kesatuan yang utuh. Hal ini menuntut orang yang menari untuk

memiliki daya ingat atau hafalan yang kuat. Dengan hafalan atau daya ingat yang

baik berarti penari akan mampu menyampaikan tarian secara utuh. Aspek ini

melatih anak untuk memiliki daya ingat yang baik dan juga bagaimana cara

mengingat yang baik.

Menari sebagai media untuk membentuk motorik, emosional dan daya

ingat anak, tentunya tidak lepas dari teknik atau metode penyampaian pengajar

atau pelatih tari kepada anak. Tentunya metode yang digunakan dalam

penyampaian materi tari kepada anak harus menarik, sesuai dengan kondisi anak

usia prasekolah baik fisik maupun psikisnya. Metode yang menarik akan

menciptakan rasa nyaman kepada anak dalam menari. Anak akan menari dengan

rasa senang dan tidak merasa terpaksa. Anak akan berekspresi sesuai yang

diinginkan oleh anak maupun oleh tema tarian itu sendiri.

Selain metode penyampaian, sebaiknya memperhatikan materi tarian yang

akan disampaikan kepada anak usia prasekolah. Materi tari harus sesuai dengan

kondisi fisik dan psikis anak. Hal ini berarti bentuk gerak dan tema tarian harus

(11)

3

Sekarang ini sudah banyak orang tua yang menginginkan anaknya

mendapatkan pendidikan tari. Banyak sekali alasan yang mendasarinya dari mulai

mereka yang mempunyai pengharapan bahwa kelak anaknya akan menjadi

seorang penari, mereka yang hanya ingin melatih mental dan fisik anak mereka

dari sedini mungkin, ada pula orang tua yang menginginkan anaknya mempunyai

kemampuan menari karena sudah menjadi tradisi keluarga dan ada yang beralasan

karena semata–mata untuk mengisi waktu luang anak dengan kegiatan yang

berguna. Berbagai alasan itulah yang memicu banyaknya orang–orang membuka

sanggar tari dengan beraneka ciri dan jenis. Ada sanggar khusus tarian modern,

kontemporer, klasik, sampai tarian dari berbagai macam daerah, baik Indonesia

maupun luar Indonesia

Seperti yang kita ketahui, sekarang ini banyak sanggar tari yang

mempunyai peserta didik usia dini. Setiap sanggar berlomba–lomba menarik para

peserta didik dengan cara yang berbeda–beda pula. Bisa dikatakan, setiap sanggar

mempunyai metode dan tata cara dalam menyampaikan materi tari. Tetapi hanya

sedikit sanggar yang memiliki ciri unik atau trik tersendiri dalam menyampaikan

materi tari. Inilah yang menjadi ciri khas sanggar–sanggar tersebut. Ada sanggar

yang menitik beratkan pada fasilitas–fasilitas pendukung pembelajaran, ada yang

kepada tekhnik, olah tubuh, sampai kepada penggunaan tempat latihan yang

belum begitu lazim.

Sanggar Sekar Panggung merupakan sanggar dengan jumlah peserta didik

usia dini yang cukup banyak karena sanggar ini pada dasarnya memiliki pelatih

yang sudah cukup terkenal. Terlebih lagi, sanggar ini melakukan terobosan yang

jarang terfikir oleh kabanyakan sanggar, yaitu berada di sebuah mall tempat

orang-orang berbelanja, sehingga banyak orang tua yang mendaftarkan anaknya

masuk sanggar ini. Para peserta didik, terutama yang berusia dini pun terlihat

menerima metode pembelajaran tari yang diberikan pengajar dengan sangat baik.

Proses pembelajaran atau strategi yang digunakan di sanggar Sekar

Panggung sangat menarik karena dengan menerapkan strategi pembelajaran yang

sesuai dengan kondisi anak usia dini akan menciptakan rasa nyaman dan tidak ada

(12)

4

Penggunaan beberapa metode dalam pembelajaran seperti metode kerja kelompok

dan demonstrasi yang sudah disesuaikan dengan keadaan anak, pemilihan lokasi

serta meteri pembelajaran tari yang tepat. Semua ini adalah beberapa strategi yang

digunakan oleh sanggar dalam proses pembelajaran tari pada anak usia dini.

Dengan proses pembelajaran atau strategi yang sesuai dengan kondisi anak usia

dini, dapat membantu membangkitkan gairah belajar para peserta didik dalam

berkreativitas dan bereksplorasi terhadap materi yang diberikan. Para peserta

didik juga mendapatkan banyak manfaat selain keterampilannya dalam menari,

mengetahui latar belakang dari tari tersebut, meningkatkan daya kreativitas serta

perubahan budi pekertinya kearah yang lebih baik.

Hal ini membuat peneliti tertarik untuk memahami secara utuh bagaimana

proses pembelajaran dan strategi yang tepat untuk diterapkan kepada anak usia

dini. Oleh karena itu, untuk mengetahui secara menyeluruh mengenai proses

pembelajaran dan strategi atau teknik cara pembelajaran yang sesuai kepada anak

usia dini dengan baik, peneliti mengajukan penelitian dengan judul: “Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung ”.

1.2 Rumusan Masalah

Permasalahan pokok dalam penelitian ini adalah bagaimana proses

pembelajaran atau strategi-strategi pembelajaran yang digunakan sesuai dengan

kebutuhan anak dengan baik. Berdasarkan latar belakang yang telah diuraikan di

atas, maka peneliti merumuskannya dalam bentuk pertanyaan sebagai berikut :

1. Bagaimana respons peserta didik terhadap metode pembelajaran di sanggar

Sekar Panggung yang menggunakan mall sebagai tempat pelaksanaannya?

2. Bagaimana strategi pembelajaran tari yang diterapkan kepada anak usia dini

(13)

5

1.3 Tujuan Penelitian

Tujuan yang diharapkan dari penelitian ini meliputi tujuan umum dan

tujuan khusus.

1.3.1 Tujuan Umum

Tujuan umum dari penelitian ini adalah untuk mengetahui strategi

pembelajaran tari bagi anak-anak usia dini di sanggar sekar panggung metro mall

Bandung.

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui respon peserta didik terhadap metode pembelajaran di

Sanggar Sekar Panggung yang menggunakan mall sebagai sarana

pelaksanaannya.

2. Mengetahui strategi atau teknik-teknik yang tepat dalam proses

pembelajaran tari kepada anak usia dini.

1.4 Manfaat Penelitian

Berdasarkan tujuan penelitian di atas, penelitian ini diharapkan

mempunyai beberapa manfaat sebagai berikut :

1.4.1 Secara Teoretis

1. Dapat dijadikan bahan kajian lebih lanjut mengenai hal yang sama

dengan lebih mendalam dikemudian hari.

2. Menambah wawasan ilmu pengetahuan dibidang kependidikan.

3. Mengembangkan atau mengadaptasi metode pembelajaran sehingga

dapat diterapkan dengan tepat.

1.4.2 Secara Praktis 1.4.2.1 Bagi Peneliti :

Memberikan pengalaman berharga dengan mengetahui kondisi nyata

(14)

6

memecahkan permasalahan yang berkaitan dengan pendidikan dan

pembelajaran seni tari.

1.4.2.2 Bagi Pengajar Kesenian (Guru/Instruktur)

1. Sebagai motivasi pengajar untuk lebih terampil dalam berinteraksi

dengan peserta didik.

2. Sebagai acuan bagi pengajar dalam menyampaikan materi dengan

proses pembelajaran secara tepat dan sesuai kebutuhan.

1.4.2.3 Bagi Sanggar

Sebagai bahan masukan dalam mengelola pembelajaran tari dengan

memilih strategi yang sesuai dengan usia dan karakteristik peserta didik

1.5 Sistematika/Organisasi Penelitian

Skripsi ini terdiri dari 5 (lima) bab yang dapat disajikan secara garis besar

sebagai berikut:

BAB I : Pendahuluan

Bab ini menguraikan tentang masalah yang akan dibahas sebagai fokus

penelitian. Pada bab ini peneliti membahas mengenai latar belakang

Masalah, rumusan masalah, ruang lingkup, tujuan penelitian, manfaat

penelitian, metodologi dan sistematika penelitian yang memberikan

gambaran umum mengenai bab-bab berikutnya.

BAB II : Landasan Teoretis

Bab ini peneliti membahas mengenai dasar-dasar pemikiran serta

teori-teori yang telah ada dan teori-teori-teori-teori yang relevan dengan penelitian,

sebagai acuan untuk melakukan penelitian secara terarah dan dapat

dipertanggung jawabkan dalam pengutipan.

BAB III : Metode Penelitian

Pada bab ini peneliti menguraikan metode, pendekatan dan

(15)

7

analisis data yang digunakan dalam penelitian, serta memberi batasan

istilah dalam pengertian judul penelitian yang dijelaskan dalam definisi

operasional.

BAB IV : Hasil Penelitian dan Pembahasan

Dalam bab ini peneliti menjelaskan mengenai hasil penelitian

berdasarkan pada interprestasi data yang didapatkan melalui observasi,

wawancara dengan responden (sumber penelitian) dan studi

dokumentasi yang diperoleh di lokasi dimana penelitian berlangsung.

BAB V : Kesimpulan dan Saran

Dalam bab ini merupakan pemaparan mengenai simpulan yang diambil

setelah melakukan analisis hasil penelitian dan pembahasannya relevan

dengan masalah dan tujuan penelitian. Selain itu, peneliti juga

(16)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1 Metode Penelitian

Penelitian merupakan suatu rangkaian kegiatan manusia untuk

menemukan jawaban atau memecahkan masalah atau sesuatu yang

dipermasalahkan yang dihadapi berdasarkan kebenaran ilmiah. Dengan kata lain,

bahwa penelitian merupakan suatu cara untuk memperoleh kebenaran ilmiah.

Jenis penelitian ini dilakukan berdasarkan deskriptif analisis melalui

pendekatan kualitatif. Menurut Juliansyah Noor (2011), kualitatif deskriptif

dimaksudkan sebagai penelitian yang berusaha mendeskripsikan suatu gejala,

peristiwa, kejadian yang terjadi saat sekarang. Sedangkan menurut furchan

penelitian deskriptif kualitatif adalah prosedur penelitian yang menghasilkan data

deskriptif, ucapan atau lisan dan perilaku yang dapat diamati dan orang-orang atau

subyek itu sendiri (Furchan, 1992: 21). Hal ini membuat penelitian kualitatif dapat

menggambarkan suatu kehidupan dari sisi yang berbeda berdasarkan sudut

pandang dari setiap orang yang mengamatinya (Marvasti, 2004). Penelitian

deskriptif memusatkan masalah aktual sebagaimana adanya pada saat penelitian

berlangsung. Peneliti mendeskripsikan peristiwa dan kejadian menjadi pusat

perhatian tanpa memberikan perlakuan khusus terhadap peristiwa tersebut (Noor,

2011 : 135).

Adapun yang dimaksud dengan penelitian kualitatif yaitu penelitian yang

bermaksud untuk memahami fenomena tentang apa yang dialami oleh subjek

penelitian secara holistik, dan dengan cara deskripsi dalam bentuk kata-kata dan

bahasa, pada suatu konteks khusus yang alamiah dan dengan memanfaatkan

berbagai metode ilmiah (Maleong, 2007: 6). Penelitian kualitatif ini merupakan

bentuk penelitian yang secara aktif melibatkan peneliti untuk mengumpulkan dan

menggunakan data-data empiris dengan berbagai cara dan metode (Norman K

(17)

31

Jenis penelitian deskriptif kualitatif yang digunakan pada penelitian ini

dimaksudkan untuk memperoleh informasi mengenai respons dan minat para

peserta didik anak usia dini di Sanggar Sekar Panggung dan strategi–strategi yang

diterapkan oleh Sanggar dalam proes pembelajaran tari secara mendalam dan

komprehensif. Selain itu, dengan pendekatan kualitatif diharapkan dapat

diungkapkan situasi dan permasalahan yang dihadapi dalam kegiatan

pembelajaran tari pada anak usia dini.

3.2 Lokasi Dan Subjek Penelitian 3.2.1 Lokasi Penelitian

Sanggar Sekar Panggung berlokasi di Metro mall Bandung, Jl. Soekarno–

Hatta, kelurahan Cisaranten Wetan kecamatan Buah Batu kota Bandung. Peneliti

mengambil lokasi Sanggar Sekar Panggung dengan pertimbangan bahwa Sanggar

Sekar Panggung merupakan salah satu sanggar tari yang memiliki peserta didik

anak usia dini yang cukup banyak dan sanggar ini sudah berdiri sejak tahun 2004.

Sanggar ini didirikan oleh Bapak Awan yang biasa dipanggil Abah Awan. Pendiri

sendiri sudah malang melintang di dunia seni tari cukup lama dan dapat dikatakan

sebagai salah sorang senior di bidangnya.

3.2.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian dalam pembuatan skripsi ini adalah Sanggar Sekar

Panggung Metro Mall Bandung.

3.3. Definisi Operasional

Judul penelitian ini adalah " Pembelajaran Tari Pada Anak Usia Dini Di

Sanggar Sekar Panggung Metro Mall Bandung ". Sedangkan untuk

memperjelas maksud dari judul tersebut dan dalam upaya untuk menghindari

kesalah pahaman serta kekeliruan penafsiran tentang judul tersebut, maka peneliti

ketengahkan arti kata atau istilah yang terdapat dalam judul yang berdasarkan

pada pengertian dalam kamus dan standar pengertian umum yang berlaku dengan

(18)

32

Kata dan istilah yang perlu peneliti ketengahkan sebagai berikut

a. Pembelajaran : menurut kamus besar bahasa Indonesia adalah proses, cara

menjadikan orang atau makhluk hidup belajar.(KBBI, 2002 : 17)

b. Seni Tari : seni tari merupakan ekspresi jiwa manusia yang dilakukan secara

sadar dan disengaja melalui gerak-gerak yang ritmis dan indah

c. Usia Dini : dapat diartikan dari penggabungan dua kata, usia yang berarti

umur dan dini yang berarti se awal mungkin. Jadi usia dini

mempunyai arti umur yang sangat muda.

3.4 Langkah–Langkah Penelitian

Agar suatu penelitian mendapatkan hasil yang optimal, maka diperlukan

adanya prosedur yang harus dilalui. Prosedur itu berisikan langkah-langkah

sistematis yang menggambarkan kegiatan penelitian dari awal sampai dengan

membuat laporan hasil penelitian. Berikut adalah langkah–langkah yang diambil

oleh peneliti :

a. Persiapan Penelitian

Dimana dalam persiapan kegiatan yang akan dilakukan oleh peneliti yaitu:

1. Menentukan masalah yang akan di teliti.

2. Melakukan perumusan dari masalah yang sudah di tentukan.

3. Menentukan fokus penelitian.

4. Menentukan metode yang di pakai dalam melakukan penelitian.

b. Pelaksanaan Penelitian

Sebelum peneliti menyusun hasil laporan penelitian, peneliti mempersiapkan

terlebih dahulu hal–hal yang akan menjadi isi di dalam laporan yaitu :

1. Mengenai nama dan perlengkapan alat pengumpul data untuk observasi

dan wawancara / interview kepada narasumber (sumber informasi), berupa

pedoman observasi dan wawancara. Peneliti membuat kesepakatan dengan

subjek penelitian mengenai waktu dan tempat untuk melakukan

wawancara berdasarkan pedoman yang dibuat. Setelah wawancara

dilakukan, peneliti memindahakan hasil rekaman berdasarkan wawancara

(19)

33

2. Mengecek kelengkapan data, yaitu memeriksa data hasil penelitian yang

sudah terkumpul dari sumber informasi penelitian. Kemudian peneliti

melakukan interpretasi data dengan memilih dan memilah data, reduksi

dan display data

3. Selanjutnya peneliti melakukan pengolahan dan analisis data sesuai

dengan langkah-langkah yang dijabarkan pada bagian teknik pengolahan

dan analisis data di akhir bab ini.

c. Penyusunan Laporan

Pada bagian ini peneliti membuat suatu laporan lengkap yang berisi hasil dari

penelitian yang sudah dilakukan secara terperinci dan detail. Dimana data–

data yang berada di dalamnya telah diolah menggunakan berbagai macam

tekhnik pengolahan data.

Adapun langkah–langkah penelitian ini dapat juga dilihat dalam bagan

prosedur penelitian dibawah ini :

(20)

34

3.5 Teknik Pengumpulan Data

Pengumpulan data dilakukan peneliti di lokasi penelitian dengan

melakukan observasi, wawancara, dan studi dokumentasi baik berupa

sumber-sumber tertulis maupun berupa foto-foto kegiatan pembelajaran di sanggar

sebagai dokumen penting untuk pengolahan dan analisis data, yang selanjutnya

dilakukan penyusunan laporan penelitian. Burhan Bungin (2003: 42), menjelaskan

metode pengumpulan data adalah “dengan cara apa dan bagaimana data yang

diperlukan dapat dikumpulkan sehingga hasil akhir penelitian mampu menyajikan

informasi yang valid dan reliable”.

Mengenai pengumpulan data, Suharsimi Arikunto (2002:136), berpendapat

bahwa “metode penelitian adalah berbagai cara yang digunakan peneliti dalam

mengumpulkan data penelitiannya”. Cara yang dimaksud adalah wawancara,

observasi dan dokumentasi. Adapun metode pengumpulan data yang digunakan

dalam penelitian ini meliputi:

3.5.1 Observasi

Disamping wawancara, penelitian ini juga melakukan metode observasi.

Menurut Nawawi & Martini (1991) observasi adalah pengamatan dan pencatatan

secara sistimatik terhadap unsur-unsur yang tampak dalam suatu gejala atau

gejala-gejala dalam objek penelitian.

Menurut Kriyantono, observasi lapangan adalah kegiatan yang setiap saat

dilakukan, dengan kelengkapan pancaindra yang dimiliki (Ardianto, 2010 : 179).

Peneliti melakukan penelitian dengan cara observasi untuk melengkapi data

penelitian dan lebih memahami objek penelitian yang dilakukan. Observasi

yang dilakukan oleh peneliti dengan mengamati secara langsung dalam kegiatan

pembelajaran tari. Dalam observasi yang dilakukan, peneliti ikut serta dalam

proses pembelajaran dengan terjun langsung ke lapangan, peneliti dapat

mengetahui dan merasakan bagaimana proses dalam kegiatan pembelajaran tari

(21)

35

Dalam penelitian ini observasi dibutuhkan untuk dapat memahami proses

terjadinya wawancara dan hasil wawancara dapat dipahami dalam konteksnya.

Observasi yang akan dilakukan adalah observasi terhadap subjek, perilaku subjek

selama wawancara, interaksi subjek dengan peneliti dan hal-hal yang dianggap

relevan sehingga dapat memberikan data tambahan terhadap hasil wawancara.

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) tujuan observasi adalah

mendeskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yang berlangsung,

orang- orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian di lihat dari

perpektif mereka yang terlihat dalam kejadian yang diamati tersebut.

Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) salah satu hal yang penting,

namun sering dilupakan dalam observasi adalah mengamati hal yang tidak terjadi.

Dengan demikian Patton menyatakan bahwa hasil observasi menjadi data penting

karena :

a. Peneliti akan mendapatkan pemahaman lebih baik tentang konteks dalam hal

yang diteliti akan atau terjadi.

b. Observasi memungkinkan peneliti untuk bersikap terbuka, berorientasi pada

penemuan dari pada pembuktiaan dan mempertahankan pilihan untuk

mendekati masalah secara induktif.

c. Observasi memungkinkan peneliti melihat hal-hal yang oleh subjek penelitian

sendiri kurang disadari.

d. Observasi memungkinkan peneliti memperoleh data tentang hal-hal yang

karena berbagai sebab tidak diungkapkan oleh subjek penelitian secara terbuka

dalam wawancara.Observasi memungkinkan peneliti merefleksikan dan

bersikap introspektif terhadap penelitian yang dilakukan. Impresi dan perasan

pengamatan akan menjadi bagian dari data yang pada giliranya dapat

dimanfaatkan untuk memahami fenomena yang diteliti.

Observasi juga dilakukan untuk mengetahui keadaan sanggar baik secara

fisik maupun hal-hal yang berada dalam sanggar. Mengetahui kegiatan sanggar

dan seluk beluk sanggar secara visual dan langsung melalui observasi. Data yang

didapat lalu dikumpulkan dan ditulis menjadi sebuah catatan observasi untuk

(22)

36

3.5.2 Wawancara

Menurut Prabowo (1996) wawancara adalah metode pengmbilan data

dengan cara menanyakan sesuatu kepada seseorang responden, caranya adalah

dengan bercakap-cakap secara tatap muka.

Pada penelitian ini wawancara akan dilakukan dengan menggunakan

pedoman wawancara. Menurut Patton (dalam Poerwandari 1998) dalam proses

wawancara dengan menggunakan pedoman umum wawancara ini, interview

dilengkapi pedoman wawancara yang sangat umum, serta mencantumkan isu-isu

yang harus diliput tampa menentukan urutan pertanyaan, bahkan mungkin tidak

terbentuk pertanyaan yang eksplisit.

Pedoman wawancara digunakan untuk mengingatkan interviewer

mengenai aspek-aspek apa yang harus dibahas, juga menjadi daftar pengecek

(check list) apakah aspek-aspek relevan tersebut telah dibahas atau ditanyakan.

Dengan pedoman demikian interviwer harus memikirkan bagaimana pertanyaan

tersebut akan dijabarkan secara kongkrit dalam kalimat tanya, sekaligus

menyesuaikan pertanyaan dengan konteks actual saat wawancara berlangsung

(Patton dalam poerwandari, 1998)

Kerlinger (dalam Hasan 2000) menyebutkan 3 hal yang menjadi kekuatan

metode wawancara :

a. Mampu mendeteksi kadar pengertian subjek terhadap pertanyaan yang

diajukan. Jika mereka tidak mengerti bisa diantisipasi oleh interviewer dengan

memberikan penjelasan.

b. Fleksibel, pelaksanaanya dapat disesuaikan dengan masing-masing individu.

c. Menjadi stu-satunya hal yang dapat dilakukan disaat tekhnik lain sudah tidak

dapat dilakukan.

Menurut Yin (2003) disamping kekuatan, metode wawancara juga

(23)

37

a. Rentan terhadap bias yang ditimbulkan oleh kontruksi pertanyaan yang

penyusunanya kurang baik.

b. Rentan terhadap terhadap bias yang ditimbulkan oleh respon yang kurang

sesuai.

c. Probling yang kurang baik menyebabkan hasil penelitian menjadi kurang

akurat.

d. Ada kemungkinan subjek hanya memberikan jawaban yang ingin didengar

oleh interviwer.

Wawancara dilakukan pada pendiri sanggar, pengajar, orang tua peserta

didik, dan peserta didik Sanggar Sekar Panggung. Wawancara yang dilakukan

untuk mengungkap permasalahan yang dibahas yang sifatnya mendalam antara

lain :

a. Wawancara pada pendiri sanggar

Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur, meliputi

Sejarah berdirinya Sanggar Sekar Panggung, Jumlah peserta didik, jumlah

dan pendidikan pengajar di Sanggar Sekar Panggung, fasilitas yang dimiliki

sanggar, kegiatan sanggar (mengikuti pasanggiri/perlombaan, penghargaan),

dan faktor pendukung serta kendala yang dihadapi oleh sanggar selama

proses pembelajaran tari.

b. Wawancara pada orang tua peserta didik

Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara terstruktur, meliputi

Peran serta orang tua terhadap prestasi putra/putrinya di bidang seni tari,

daerah asal peserta didik, serta alasan mengikuti pembelajaran tari di sanggar

sekar panggung, dan tanggapan orang tua mengenai strategi dan metode

pembelajaran yang dilaksanakan di sanggar.

c. Wawancara pada peserta didik

Wawancara dilakukan dengan menggunakan wawancara tak berstruktur

dengan maksud untuk menggali jawaban dari peserta didik yang masih usia

dini, meliputi hubungan peserta didik dengan peserta didik lainnya, minat

mereka belajar di sanggar sekar panggung, dan respons mereka (peserta

(24)

38

3.5.3 Studi Dokumentasi

Suharsimi Arikunto (2002: 206) metode dokumentasi adalah mencari data

yang berupa catatan, transkrip, buku, surat kabar, majalah, prasasti, notulen

rapat, legger, agenda dan sebagainya. Hadari Nawawi (2005: 133) menyatakan

bahwa studi dokumentasi adalah cara pengumpulan data melalui peninggalan

tertulis terutama berupa arsip-arsip dan termasuk juga buku mengenai pendapat,

dalil yang berhubungan dengan masalah penyelidikan.

Goba dan Lincholn dalam Maleong (1990: 161) menyatakan bahwa teknik

dokumentasi merupakan cara pengumpulan data yang berupa pertanyaan tertulis

yang disusun oleh seseorang atau lembaga untuk keperluan pengujian suatu

peristiwa seperti sumber tertulis, film, data. Teknik dokumentasi ini dilaksanakan

untuk memperoleh data sekunder guna melengkapi data yang belum ada, yang

belum diperoleh melalui wawancara dan observasi.

Dalam penelitian ini teknik dokumentasi digunakan untuk memperoleh

data tentang kegiatan yang berhubungan dengan proses pembelajaran tari berupa

daftar peserta didik dan foto - foto proses pembelajaran tari di Sanggar Sekar

panggung.

3.6 Teknik Pengolahan Dan Analisis Data

Arikunto, Suharsimi. (1998: 236) menjelaskan bahwa yang dimaksudkan

dengan analisis data adalah “pengolahan data yang diperoleh dengan

menggunakan rumus-rumus atau aturan-aturan yang ada sesuai dengan

pendekatan penelitian atau desain yang diambil.Terkait dengan hal itu maka

diperlukan adanya tehnik analisis data”.

Marshall dan Rossman mengajukan teknik analisa data kualitatif untuk

proses analisis data dalam penelitian ini. Dalam menganalisa penelitian kualitatif

terdapat beberapa tahapan-tahapan yang perlu dilakukan (Marshall dan Rossman

(25)

39

1. Mengorganisasikan Data

Peneliti mendapatkan data langsung dari subjek melalui wawancara

mendalam (indepth inteviwer), dimana data tersebut direkam dengan tape

recoeder dibantu alat tulis lainya. Kemudian dibuatkan transkipnya dengan

mengubah hasil wawancara dari bentuk rekaman menjadi bentuk tertulis secara

verbatim. Data yang telah didapat dibaca berulang-ulang agar penulis mengerti

benar data atau hasil yang telah di dapatkan.

2. Pengelompokan berdasarkan Kategori, Tema dan pola jawaban

Pada tahap ini dibutuhkan pengertiaan yang mendalam terhadap data,

perhatiaan yang penuh dan keterbukaan terhadap hal-hal yang muncul di luar apa

yang ingin digali. Berdasarkan kerangka teori dan pedoman wawancara, peneliti

menyusun sebuah kerangka awal analisis sebagai acuan dan pedoman dalam

mekukan coding. Dengan pedoman ini, peneliti kemudian kembali membaca

transkip wawancara dan melakukan coding, melakukan pemilihan data yang

relevan dengan pokok pembicaraan. Data yang relevan diberi kode dan penjelasan

singkat, kemudian dikelompokan atau dikategorikan berdasarkan kerangka

analisis yang telah dibuat.

Pada penelitian ini, analisis dilakukan terhadap sebuah kasus yang diteliti.

Peneliti menganalisis hasil wawancara berdasarkan pemahaman terhadap hal-hal

diungkapkan oleh responden. Data yang telah dikelompokan tersebut oleh peneliti

dicoba untuk dipahami secara utuh dan ditemukan tema-tema penting serta kata

kuncinya. Sehingga peneliti dapat menangkap penagalaman, permasalahan, dan

dinamika yang terjadi pada subjek.

3. Mencari Alternatif Penjelasan bagi Data

Setelah kaitan antara kategori dan pola data, peneliti masuk ke dalam tahap

(26)

40

tersebut, penulis merasa perlu mencari suatau alternative penjelasan lain tentang

kesimpulan yang telah didapat. Sebab dalam penelitian kualitatif memang selalu

ada alternative penjelasan yang lain. Dari hasil analisis, ada kemungkinan terdapat

hal-hal yang menyimpang tidak terfikir sebelumnya. Pada tahap ini akan

dijelaskan dengan alternative lain melalui referensi atau teori-teori lain. Alternatif

ini akan sangat berguna pada bagian pembahasan, kesimpulan dan saran.

4. Menulis Hasil Penelitian

Penulisan data subjek yang telah berhasil dikumpulkan merupakan suatu

hal yang membantu penulis untuk memeriksa kembali apakah kesimpulan yang

dibuat telah selesai. Dalam penelitian ini, penulisan yang dipakai adalah

presentase data yang didapat yaitu, penulisan data-data hasil penelitian

berdasarkan observasi dengan subjek dan wawancara mendalam. Proses dimulai

dari data-data yang diperoleh dari subjek, dibaca berulang kali sehinggga penulis

mengerti benar permasalahanya, kemudian dianalisis, sehingga didapat gambaran

mengenai penghayatan pengalaman dari subjek. Selanjutnya dilakukan

interprestasi secara keseluruhan, dimana di dalamnya mencakup keseluruhan

kesimpulan dari hasil penelitian.

3.7 Verifikasi /Keabsahan Data

Penelitian ini menggunakan pendekatan kualitataif. Yin (2003)

mengajukan empat kriteria keabsahan dan keajegan yang diperlukan dalam suatu

penelitian pendekatan kualitatif. Empat hal tersebut adalah Sebagai berikut :

3.7.1 Keabsahan Konstruk (Construct Validity)

Keabsahan bentuk batasan berkaitan dengan suatu kepastiaan bahwa yang

berukur benar- benar merupakan variabel yang ingin di ukur. Keabsahan ini juga

dapat dicapai dengan proses pengumpulan data yang tepat. Salah satu caranya

adalah dengan proses triangulasi, yaitu tehnik pemeriksaan keabsahan data yang

memanfaatkan sesuatu yang lain di luar data itu untuk keperluan pengecekan

(27)

41

1999) ada 4 macam triangulasi Sebagai teknik pemeriksaan untuk mencapai

keabsahan, yaitu :

a. Triangulasi data

Mengguanakan berbagai sumber data seperti hasil wawancara, hasil observasi

atau juga dengan mewawancarai lebih dari satu subjek yang dianggap

memeiliki sudut pandang yang berbeda.

b. Triangulasi Pengamat

Adanya pengamat di luar peneliti yang turut memeriksa hasil pengumpulan

data. Dalam penelitian ini, dosen pembimbing bertindak Sebagai pengamat

(expert judgement) yang memberikan masukan terhadap hasil pengumpulan

data.

c. Triangulasi Teori

Penggunaan berbagai teori yang berlainan untuk memastikan bahwa data

yang dikumpulkan sudah memasuki syarat. Pada penelitian ini, berbagai teori

telah dijelaskan pada bab II untuk dipergunakan dan menguji terkumpulnya

data tersebut.

d. Triangulasi metode

Penggunaan berbagai metode untuk meneliti suatu hal, seperti metode

wawancara dan metode observasi. Dalam penelitian ini, peneliti melakukan

metode wawancara yang ditunjang dengan metode observasi pada saat

wawancra dilakukan.

3.7.2 Keabsahan Internal (Internal Validity)

Keabsahan internal merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh

kesimpulan hasil penelitian menggambarkan keadaan yang sesungguhnya.

Keabsahan ini dapat dicapai melalui proses analisis dan interpretasi yang tepat.

Aktivitas dalam melakukan penelitian kualitatif akan selalu berubah dan tentunya

akan mempengaruhi hasil dari penelitian tersebut. Walaupun telah dilakukan uji

keabsahan internal, tetap ada kemungkinan munculnya kesimpulan lain yang

(28)

42

3.7.3 Keabsahan Eksternal (Eksternal Validity)

Keabsahan ekternal mengacu pada seberapa jauh hasil penelitian dapat

digeneralisasikan pada kasus lain. Walaupun dalam penelitian kualitatif memiliki

sifat tidak ada kesimpulan yang pasti, penelitiaan kualitatif dapat dikatakan

memiliki keabsahan eksternal terhadap kasus-kasus lain selama kasus tersebut

memiliki konteks yang sama.

3.7.4 Keajegan (Reabilitas)

Keajegan merupakan konsep yang mengacu pada seberapa jauh penelitian

berikutnya akan mencapai hasil yang sama apabila mengulang penelitian yang

sama sekali lagi.

Dalam penelitian ini, keajegan mengacu pada kemungkinan peneliti

selanjutnya memperoleh hasil yang sama apabila penelitian dilakukan sekali lagi

dengan subjek yang sama. Hal ini menunjukan bahwa konsep keajegan penelitian

kualitatif selain menekankan pada desain penelitian, juga pada cara pengumpulan

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 KESIMPULAN

Berdasarkan hasil pengamatan di Sanggar Sekar Panggung, peneliti dapat

menarik beberapa kesimpulan dan menuliskannya pada bab ini. Pembelajaran seni

tari bagi anak usia dini di Sanggar Sekar panggung meliputi tujuan, materi dan

bahan, metode, media, dan evaluasi. Dimana semua faktor-faktor ini adalah

bagian dari strategi pembelajaran anak usia dini di Sanggar Sakar Panggung.

Faktor-faktor ini tidak dapat berdiri sendiri-sendiri, melainkan harus terjadi satu

kesinambungan antara tujuan, materi dan bahan sampai kepada evaluasi.

Strategi yang diterapkan Sanggar Sekar Panggung dapat dikatakan cukup

baik jika merujuk kepada pedoman-pedoman pembelajaran anak usia dini yang

sudah ada. Tujuan sanggar yang tidak bersifat memaksakan, materi dan bahan

pembelajaran yang diberikan sanggar seperti tari kreasi yang sudah diadaptasikan

sehingga tidak menyulitkan anak usia dini dalam menyerap materi tari tampak

baik tersampaikan sehingga peserta didik anak usia dini tidak merasa terbebani

dan dengan sukarela mengikuti proses pembelajaran.

Penggunaan metode-metode pembelajaran yang tepat seperti metode kerja

kelompok dan metode peniruan dan latihan juga cukup efektif karena dengan

menggunakan metode-metode ini anak usia dini menjadi lebih mudah untuk

diarahkan dan akan menciptakan atmosfer yang nyaman bagi anak usia dini.

Dalam hal ini penerapan metode juga harus disesuaikan dengan kemampuan dan

kreatifitas pengajar. Karenanya kompetensi dan pengalaman pengajar haruslah

memadai.

Media pendukung pembelajaran juga harus diperhatikan dalam

memberikan pembelajaran kepada anak usia dini, karena tanpa media

pembelajaran yang cukup penyampaian materi tidak akan sempurna. Namun harus

(30)

78

boleh menuntut kesempurnaan gerakan. Tetapi cukup kepada pengapresiasian seni

tari.

Dalam memberikan pembelajaran kepada anak usia dini juga hendaklah

melakukan terobosan-terobosan dalam strategi pembelajarannya. Sanggar Sekar

Panggung dalam hal ini melakukan terobosan pada lokasi pembelajaran mereka

yang berada di tengah-tengah Mall. Strategi ini cukup berhasil karena anak

mendapatkan motivasi baru untuk mendapatkan pembelajaran, hal ini tampak dari

respon peserta didik yang cukup baik. Anak usia dini yang biasanya sulit diajak

berlatih ke sanggar sekarang jadi lebih mudah untuk diajak berlatih dan tanpa

disadari mental mereka juga ikut terbangun karena terbiasa tampil di tempat

umum. Dalam proses penampaian materi pun peserta didik tampak santai dan

nyaman. Namun terobosan ini tidak akan berjalan dengan lancar jika tidak

didukung dengan strategi-strategi lainnya, maka dari itu seperti yang sudah

dikemukakan sebelumnya dalam pembelajaran tari pada anak usia dini hendaknya

menggunakan strategi-strategi yang saling melengkapi dan saling menutupi.

5.2 SARAN

Setelah mempelajari hasil dan data yang didapat selama penelitian.

Peneliti merumuskan beberapa saran yang mungkin dapat menjadi bahan masukan

dan pertimbangan bagi Sanggar Sekar Panggung dan sanggar-sanggar lainnya.

Ada baiknya bagi sanggar-sanggar yang memiliki peserta didik usia dini

melakukan terobosan-terobosan dalam strategi pembelajaran mereka sehingga

dikemudian hari proses pembelajaran tari dapat terus berkembang. Dan bagi

sanggar yang sudah berhasil dalam menemukan strategi pembelajaran tari pada

anak usia dini yang tepat hendaknya mempertajam strategi tersebut dan jika

(31)

DAFTAR PUSTAKA

_____________ (1987-1988). Ensiklopedi Indonesia. Jakarta: PT. Intermasa

Ardianto, E. (2010). Metodologi Penelitian. Bandung: Simbiosa Rakatama Media.

Arikunto, Suharsimi (2002). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik. Jakarta: Rineka Cipta.

Brakell, Clara dan S. Ngaliman. (1991). Seni Tari Jawa Tradisi Surakarta dan

Peristilahannya. Jakarta: ILDEP-RULL.

Bungin, Burhan. (2003). Analisa Data Penelitian Kualitatif: Pemahaman

Filosofis dan Metodologis ke Arah Penguasaan Model Aplikasi. Jakarta :

Raja Grafindo Persada

Dariyo, Agus (2007). Psikologi Perkembangan Anak Tiga Tahun Pertama. Jakarta: PT. Refika Aditama.

Darsono, Max, dkk. (2000). Belajar dan Pembelajaran. Semarang: IKIP Semarang Press.

Denzin, Norman K. and Yvonna S. Lincoln. (2003). Handbook of Qualitative

Research. Thousand Oaks, California: Sage Publications.

Djamarah, Bahri, dkk. (1995). Srategi Belajar Mengajar. Jakarta: Rineka Cipta.

Furchan, Arif. (1992). Pengantar Metode Penelitian Kualitatif. Surabaya: Usaha Nasional.

Heryana, Agus dkk (2009). Mengungkap Nilai Tradisi Pada Seni Pertunjukan

Rakyat Jawa Barat. Bandung: Disparbud Jawa Barat.

Hurlock, Elizabeth B. (1992). Perkembangan Anak, Jilid I dan Ikan Mas, Jakarta : Erlangga.

Jazuli, M. (1994). Telaah Teoritis Seni Tari. Semarang: IKIP Semarang Press.

Maleong, Lexy J. (1991). Metode Penelitian Kualitatif . Bandung: Remaja Rosda Karya.

(32)

Narawati, Tati (2003). Wajah Tari Sunda dari Masa ke Masa. Bandung: P4ST UPI.

Nawawi & M. Martini Hardari. (1991). Instrumen Penelitian Bidang Sosial. Jakarta:Balai Pustaka

Noor, Juliansyah. (2011). Metode Penelitian. Jakarta: PT Bhuana Ilmu Populer

Patton, Michael Quinn. (1987) Qualitative Education Methods, Beverly Hills: Sage Publication

Poerwadarminta, W.J.S. (1991). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: PT. Ichtiar Baru.

Poerwandari, E. Kristi.(1998). Pendekatan Kualitatif dalam Penelitian Psikologi. Jakarta:LPSP3 Fakultas Psikologi Universitas Indonesia

Prabowo. (1996). Memahami Penelitian Kualitatif. Yogyakarta: Andi Offset

Ratna, J. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks. Rineka Cipta.

Rohani, Ahmad. (1997). Media Instruksional Edukatif. Jakarta: Rineka Cipta. Semarang Press.

Siti Aisyah dkk. (2007) Perkembangan dan Konsep Dasar Pengembangan Anak

Usia Dini. Jakarta: Universitas Terbuka.

Slamet Suyanto. (2005) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: Direktorat Pembinaan Pendidiikan Tenaga Kependidikan dan Ketegagaan Perguruan Tinggi.

Slameto. (2003). Belajar dan Faktor-Faktor yang Mempengaruhinya. Jakarta: Rineka Cipta

Soedarsono. (1977). Tari-Tarian Indonesia 1. Jakarta: Balai Pustaka.

Sudjana, Nana. (1989). Dasar-Dasar Proses Belajar Mengajar. Bandung: Sinar Baru

Sugandi, Acmad dan Haryanto. (2003). Teori Pembelajaran. Semarang : IKIP

(33)

Sujono, Yuliani nurani. (2009) Konsep Dasar Pendidikan Anak Usia Dini. Jakarta: PT Indeks.

Sulistiany. (1999). Skripsi. (Tidak diterbitkan). Depok: Fakultas Psikologi Universitas Indonesia.

Surakhmad, Winarno (1985). Pengantar Penelitian Ilmiah Dasar Metoda dan

Teknik. Bandung: Tarsito.

Syah, Muhibin. (2000). Psikologi Pendidikan dengan Pendekatan Baru. Bandung: Remaja Rosda Karya.

Sumber Internet:

Gambar

gambaran umum mengenai bab-bab berikutnya.

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Jakarta: Badan Pengawas Obat dan Makanan RI Deputi Bidang Obat Tradisional, Kosmetik dan Produk Komplemen.. Acuan Sediaan Herbal

néangan ide tur kudu miboga kandaga kecap nu jembar sarta maké ejahan jeung kekecapan nu merenah katitén tina hasil pancén nulis, loba kénéh siswa nu can

Gambar helai dan simplisia kubis ungu (Brassica oleracea L.var. capitata f.rubra).. Gambar helai

[r]

Gambar C.1 Foto Proses Pembuatan Perekat LSK 50 Gambar C.2 Foto Proses Penambahan Resorsinol 50 Gambar C.3 Foto Analisa Kenampakan 51 Gambar C.4 Foto Analisa pH 51

Sebuah skripsi yang diajukan untuk memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar Sarjana pada Fakultas Pendidikan Olahraga dan Kesehatan. © Irawati Hasanah Dhani 2015

Tujuan dari penulisan ini adalah untuk mengetahui pengaruh variabel jumlah uang beredar, BI rate dan utang luar negeri terhadap inflasi di Indonesia.Bank Indonesia memiliki tujuan