• Tidak ada hasil yang ditemukan

Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Tujuan dan arah pembangunan nasional sebagaimana ditetapkan dalam program pembangunan nasional (Propenas), yakni berusaha mewujudkan suatu masyarakat adil dan makmur, dimana masyarakat yang adil dan makmur itu akan diwujudkan melalui pembangunan di berbagai bidang diantaranya ekonomi. Pembangunan ekonomi identik dengan pembangunan sektor ekonomi, seperti sektor pertanian, kehutanan, perikanan, peternakan, pertambangan, industry, perdagangan, dan jasa-jasa. 1

1

Aminuddin Ilmar, Hukum Penanaman Modal di Indonesia ( Jakarta :Kencana, 2010 ), hlm 1.

(2)

Pelaksanaan pembangunan ekonomi memerlukan modal dalam jumlah yang cukup besar dan tersedia pada waktu yang tepat. Seharusnya modal dapat disediakan oleh pemerintah dan/atau masyarakat luas melalui tabungan nasional

(national saving). Keadaan yang ideal dari segi nasionalisme adalah apabila kebutuhan akan modal tersebut sepenuhnya dapat disediakan oleh kemampuan modal dalam negeri sendiri, apakah itu oleh pemerintah dan/atau dunia usaha swasta dalam negeri. Namun dalam kenyataannya tidaklah demikian. Oleh karena umumnya, negara berkembang dalam hal ketersediaan modal yang cukup untuk melaksanakan pembangunan secara menyeluruh mengalami berbagai kesulitan disebabkan oleh berbagai faktor antara lain : tingkat tabungan (saving) masyarakat yang masih rendah, akumulasi modal yang belum efektif dan efisien, keterampilan

(skill) yang belum memadai, serta tingkat teknologi yang belum modern. Kendala ini umumnya, oleh negara-negara berkembang atau sedang berkembang dicoba untuk diatasi dengan berbagai macam cara dan alternative diantaranya melalui bantuan dan kerja sama dengan luar negeri yang dibutuhkan untuk melengkapi modal dalam negeri yang dapat segera dikerahkan. 2

2Ibid,

hlm 2.

(3)

Penanaman modal sebagai sarana pemulihan ekonomi setidaknya akan menjadi suatu hubungan ekonomi yang tidak terelakkan. Sebagaimana hubungan ekonomi internasional lainnya, penanaman modal menjadi suatu tuntutan guna memenuhi kebutuhan suatu Negara, perusahaan dan juga masyarakat. Hubungan tersebut terjadi karena masing-masing pihak saling membutuhkan satu sama lain dalam memenuhi kebutuhan atau kepentingannya. Pada satu sisi, Negara penerima modal (host country) membutuhkan sejumlah dana, teknologi dan keahlian atau skill bagi kepentingan pembangunan dalam bentuk penanaman modal. Di sisi lain, investor sebagai pihak yang berkepentingan untuk menanamkan modal memerlukan bahan baku, tenaga kerja, sarana dan prasarana, pasar, jaminan keamanan, dan kepastian hukum untuk dapat lebih mengembangkan usaha dan memperbesar perolehan keuntungan. 3

Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) sebagai lembaga yang mempunyai tugas dan fungi mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, harus dapat meningkatkan daya saing Indonesia di antara Negara-negara tujuan penanaman modal lainnya. Berbagai kebijakan umum di bidang penanaman Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal mengamanatkan bahwa penanaman modal harus menjadi bagian dari penyelenggaraan perekonomian nasional sebagai upaya untuk menciptakan lapangan kerja, meningkatkan pembangunan ekonomi nasional yang berkelanjutan, meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional, serta mewujudkan kesejahteraan masyarakat dalam suatu system perekonomian yang berdaya saing.

3

ErmantoFahamsyah, HukumPenanaman Modal (Pengaturan, Pembatasan, Pengaruh Budaya Hukum dan Praktik Penanaman Modal di Indonesia) ( Yogyakarta: LaksBang

(4)

modal telah ditempuh untuk menarik kegiatan penanaman modal, anatara lain berupa pemberian insentif penanaman modal, penataan regulasi serta memberikan pelayanan prima di bidang penanaman modal, pengembangan berbagai kawasan ekonomi beserta berbagai fasilitasnya, mendorong partisipasi Usaha Mikro Kecil Menengah dan Koperasi (UMKMK), mendorong penanaman modal dalam pembangunan infrastruktur dengan pola kemitraan antara Pemerintah dan Badan Usaha (public-private partnership). 4

1. Meningkatkan pertumbuhan ekonomi nasional.

Permasalahan pokok yang dihadapi penanam modal dalam memulai usaha di Indonesia mendapat perhatian dalam Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 sehingga terdapat pengaturan mengenai pengesahan dan perizinan yang didalamnya terdapat pengaturan mengenai pelayanan terpadu satu pintu. Dengan system itu sangat diharapkan bahwa pelayanan terpadu di pusat dan di daerah dapat menciptakan penyederhanaan perizinan dan percepatan penyelesaiannya.

Penanaman modal mempunyai arti yang sangat penting dalam pembangunan ekonomi nasional sebagaimana tujuan yang hendak dicapai melalui Undang-Undang Nomor 25 tahun 2007 tentang Penanaman Modal. Tujuan penanaman modal menurut UndangNomor 25 tahun 2007 adalah :

2. Menciptakan lapangan kerja.

3. Meningkatkan pembangunan ekonomi berkelanjutan.

4. Meningkatkan kemampuan daya saing dunia usaha nasional. 5. Meningkatkan kapasitas dan kemampuan teknologi nasional. 6. Mendorong pengembangan ekonomi kerakyatan.

4

(5)

7. Mengolah ekonomi potensial menjadi kekuatan ekonomi riil dengan menggunakan dana yang berasal dari dalam negeri maupun dari luar negeri.

8. Meningkatkan kesejahteraan masyarakat.

Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 juga memberikan ruang kepada pemerintah untuk mengambil kebijakan guna mengantisipasi berbagai perjanjian internasional yang terjadi dan sekaligus untuk mendorong kerjasama internasional lainnya guna memperbesar peluang pasar regional dan internasonal bagi produk barang dan jasa di Indonesia. 5

Modal memiliki peran yang sangat penting bagi pertumbuhan perekonomian suatu negara untuk mengembangkan potensi kekayaan sumber daya alam yang belum dapat dimanfaatkan secara optimal. Setiap penanaman modal akan memberikan kontribusi yang sangat besar bagi pertumbuhan ekonomi sebuah negara karena penanaman modal akan mendorong berkembangnya aktivitas perekonomian secara keseluruhan.6

Sejak Januari 2001 negara Indonesia memulai babak baru penyelenggaraan pemerintah. Otonomi daerah dilaksanakan di seluruh daerah Tingakt II kota dan kabupaten. Hampir seluruh kewenangan pemerintah pusat diserahkan pada daerah kecuali lima bidang, yaitu politik luar negeri, pertahanan, keamanan, peradilan, moneter dan fiscal moneter, serta agama.

7

5

Asmin Nasution, Transparansi dalam Penanaman Modal ( Medan :Pustaka Bangsa Press, 2008), hlm.11-12.

6

Jonker Sihombing, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Bandung : PT. Alumni, 2009), hlm.31.

7

Rosyidah Rakhmawati, Hukum Penanaman Modal di Indonesia (Malang : Bayumedia Publishing, 2003), hlm.113.

(6)

pemerintah kota/kabupaten, pembentuk undang-undang mencoba menyusunnya berdasarkan kriteria tertentu. Kriteria yang dimaksud berdasarkan eksternalitas, akuntabilitas dan efisiensi dengan memperhatikan keserasian hubungan antar susunan pemerintahan. 8

Dalam Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah (selanjutnya disebut UU Pemda) disebutkan bahwa urursan pemerintah yang menjadi kewenangan pemerintah daerah terdiri atas urusan wajib dan urusan lain. Salah satu tugas yang menjadi urusan wajib pemerintah daerah dalam pasal 10 ayat (1) butir n UU Pemda, urusan wajib yang menjadi kewenangan pemerintah daerah provinsi merupakan urusan dalam skala provinsi yang meliputi pelayanan administrasi penanaman modal termasuk lintas kabupaten/kota. Dalam passal 11 ayat (2) Pemda disebutkan bahwa urusan pemerintahan wajib yang tidak berkaitan dengan pelayanan dasar meliputi bidang penanaman modal. 9

Pemerintah daerah menjalankan otonomi seluas-luasnya untuk mengatur dan mengurus diri sendiri urusan penyelenggaraan penanaman modal berdasarkan asas otonomi daerah dan tugas pembantuan atau dekonsentrasi. Untuk itu, dalam Dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal (selanjutnya disebut UUPM) pada Bab XII, Pasal 27 ayat (1) dinyatakan sebagai berikut :

Pemerintah mengkoordinasikan kebijakan penanaman modal, baik koordinasi antar instansi pemerintah, antara instansi pemerintah dengan Bank Indonesia, antara instansi pemerintah dengan daerah, maupun antar pemerintah daerah.

8

Pasal 10 ayat (3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah

9

(7)

rangka penyelenggaraan penanaman modal diatur mengenai penyelenggaraan urusan penanaman modal. Oleh karena itu dengan diberikannya kewenangan kepada pemerintah daerah mengurus daerahnya secara otonom termasuk diantaranya memberikan insentif kepada investor, perlu menciptakan peluang investasi yang memadai tidak hanya secara fisik, tetapi juga non fisik misalnya diterbitkannya peraturan daerah yang selanjutnya disebut perda dapat dijadikan sebagai pemacu kehadiran investor. 10

Konflik ini semakin rumit dengan hadirnya pemerintah dan para investor terutama investasi yang berhubungan dengan penggunaan lahan secara signifikan (luas) seperti perkebunan, pertambangan, industry manufaktur, termasuk juga kehutanan. Investasi pada sector tersebut akan memberikan tekanan terhadap penggunaan lahan yakni tanah.

Hidup manusia tidak dapat dipisahkan dari tanah. Sehingga apabila membicarakan eksistensi manusia maka secara tidak langsung juga membicarakan tentang tanah. Permasalahan tanah tidak semata-mata hanya menyangkut aspek ekonomi dan kesejahteraan saja, tetapi juga meliputi aspek sosial, kultur, politik, hukum dan agama. Diantara permasalahan-permasalahan yang berhubungan dengan masalah tanah tersebut, adalah persoalan tanah yang berada dalam lingkungan atau wilayah suatu masyarakat hukum adat. Di satu pihak ada masyarakat hukum adat dengan hak ulayat dan di pihak lain ada pemanfaatan tanah untuk kepentingan pembangunan oleh pemerintah. Benturan kewenangan antara masyarakat hukum adat dan pemerintah ini sering dianggap dapat menghambat pembangunan di Negara Indonesia.

11

10

Sentosa Sembiring, Hukum Investasi (Bandung : CV Nuansa Aulia, 2007), hlm.188

(8)

Sebagian besar tanah di Kabupaten Samosir adalah tanah adat yang tunduk atau dikuasai oleh hak petuanan dari desa yang dimaksud. Batas-batas petuanan suatu negeri/desa adat di Kabupaten Samosir biasanya bukan hanya dalam ruang lingkup tanah tempat tinggal atau kebun tempat berusaha saja, melainkan juga meliputi hutan, sungai dan segala hasil yang terdapat didalamnya.

Berdasarkan uraian diatas, penulis merasa perlu untuk mengkaji lebih lanjut mengenai penanaman modal di wilayah tanah adat, sehingga penulis mengangkat judul “Tinjauan Yuridis Penanaman Modal dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)”.

B. Perumusan Masalah

Berdasarkan pada latar belakang diatas, maka dirumuskan beberapa pokok permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal berdasarkan UU Nomor 25 tahun 2007?

2. Bagaimana pengaturan kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat?

(9)

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

Berdasarkan rumusan masalah diatas, maka tujuan dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Untuk mengetahui bagaimana pengaturan penanaman modal di Indonesia. 2. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan penanaman modal dalam wilayah

tanah adat.

3. Untuk mengetahui bagaimana kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat di Kabupaten Samosir.

Adapun yang menjadi manfaat dari penulisan skripsi ini adalah :

1. Manfaat Teoritis

Dari skripsi ini diharapkan mampu memberikan masukan secara konsep teoritis dalam perkembangan ilmu pengetahuan pada umumnya, khususnya terhadap perkembangan hukum ekonomi di bidang penanaman modal.

2. Manfaat Praktis

a. Bagi Akademisi

Diharapkan dapat memberikan kontribusi dalam memperkaya referensi kepustakaan bagi akademisi dan diharapkan dapat menambah wawasan bagi para pembaca.

b. Bagi Praktisi

(10)

c. Bagi Masyarakat

Penulisan skripsi ini diharapkan memberikan manfaat bagi masyarakat terkhusus bagi mereka yang belum mengetahui tentang kegiatan penanaman modal serta bagi mereka yang ingin terlibat dalam kegiatan penanaman modal.

D. Keaslian Penulisan

Salah satu upaya dalam mengembangkan pemikiran yang kristis dan menambah wawasan, penulis menuangkannya dalam sebuah skripsi yang berjudul “ Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di

Kabupaten Samosir)”. Untuk mengetahui keorisinalitas penulisan, sebelum

melakukan penulisan skripsi, penulis terlebih dahulu melakukan penelusuran terhadap berbagai judul skripsi yang tercatat pada Fakultas Hukum Universitas Sumatera Utara. Hal ini dibenarkan oleh Pusat Dokumentasi dan Informasi Hukum/ Perpustakaan Universitas Sumatera Utara cabang Fakultas Hukum melalui surat tertanggal 12 April 2017 yang menyatakan bahwa “tidak ada judul yang sama”

(11)

E. Tinjauan Kepustakaan

Berdasarkan judul “ Tinjauan Yuridis Penanaman Modal Dalam Wilayah Tanah Adat (Studi di Kabupaten Samosir)”, dapat ditemukan beberapa istilah, diantaranya adalah “

1. Penanaman Modal

Penanaman modal adalah segala bentuk kegiatan menanam modal, baik oleh penanam modal dalam negeri maupun penanam modal asing untuk melakukan usaha di wilayah Negara Kesatuan Republik Indonesia (selanjutnya NKRI). 12 Penanaman modal tersebut terdiri dari penanaman modal dalam negeri dan penanaman modal asing. Penanaman modal dalam negeri adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal dalam negeri dengan menggunakan modal dalam negeri. 13 Sedangkan penanaman modal asing adalah kegiatan menanam modal untuk melakukan usaha di wilayah NKRI yang dilakukan oleh penanam modal asing, baik yang menggunakan modal asing sepenuhnya maupun yang berpatungan dengan penanam modal asing. 14

Berdasarkan bentuknya, penanaman modal dapat dibedakan menjadi 2 bentuk, yaitu penanaman modal secara langsung (direct investment) dan penanaman modal secara tidak langsung (indirect investment). Penanaman modal secara langsung (direct investment) adalah penanaman modal yang modalnya diinvestasikan secara langsung ke dalam bidang usaha tertentu. Sedangkan penanaman modal secara tidak langsung (indirect investment) adalah penanaman

12

Pasal 1 ayat (1) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

13

Pasal 1 ayat (2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal

14

(12)

modal yang modalnya diinvestasikan secara tidak langsung melalui mekanisme atau sistem investasi lain, seperti lembaga pasar modal. 15

2. Masyarakat Hukum Adat

Terkait dengan permasalahan yang dibahas dalam skripsi ini, maka bentuk penanaman modal yang digunakan adalah penanaman modal secara langsung, karena investor secara langsung menginvestasikan sahamnya di wilayah tanah adat yang terdapat di Kabupaten Samosir. Dan investor juga secara langsung mengontrol jalannya kegiatan penanaman modal serta menanggung resiko atau untung rugi dari penanaman modal tersebut.

Siapapun yang ingin mengetahui tentang berbagai lembaga hukum yang ada dalam suatu masyarakat, seperti lembaga hukum tentang perkawinan, lembaga hukum tentang pewarisan, lembaga hukum tentang jual beli barang, lembaga hukum tentang milik tanah dan lain-lain, harus mengetahui struktur masyarakat yang bersangkutan. 16

1. Melakukan pemungutan hasil hutan untuk pemenuhan kebutuhan hidup sehari-hari masyarakat adat yang bersangkutan.

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 41 tahun 1999 tentang Kehutanan Bab IX Pasal 67 ayat (1) menyebutkan bahwa, masyarakat hukum adat sepanjang menurut keberadaannya masih ada dan diakui keberadaannya dan mempunyai hak:

2. Melakukan kegiatan pengelolaan hutan berdasarkan hukum adat yang berlaku dan tidak bertentangan dengan Undang-Undang.

15

https://resumehukum.blogspot.com>resume hukum: direct investment dan indirect

investment, diakses ttanggal 7 Juli 2017, pukul 20:00 wib.

16

(13)

3. Mendapatkan pemberdayaan dalam rangka peningkatan kesejahteraan.

Masyarakat hukum adat diakui keberadaannya jika menurut kenyataan memenuhi unsur-unsur antara lain :

1. Masyarakat masih dalam bentuk paguyuban.

2. Ada kelembagaan dalam bentuk perangkat pengusaha adatnya. 3. Ada wilayah hukum adat yang jelas.

4. Ada pranata dan perangkat hukum, khususnya peradilan adat yang masih ditaati. 17

Masyarakat hukum adat juga mempunyai kekayaan alam yang terkandung didalamnya serta kebebasan untuk mengelola serta memanfaatkan sumber daya alam secara arif. Kegiatan hutan rakyat dalam aktifitas tanah dan hutan umtuk dijadikan sumber kehidupan berlangsung secara turun-temurun bahkan eksistensi tradisional masyarakat hokum adat tumbuh dan tersebar sejak dahulu sebagai pengelola tanah hutan. Tanah ulayat dan hukum adat yang dilestarikan berlangsung terus-menerus secara swakelola diberbagai wilayah. 18

1. Masyarakat hukum desa

Ada tiga jenis masyarakat hukum adat yang strukturnya bersifat territorial, yaitu :

Masyarakat hukum desa adalah segolongan atau sekumpulan orang yang hidup bersama berasaskan pandangan hidup, cara hidup dan system kepercayaan yang sama, yang menetap pada suatu tempat kediaman bersama yang merupakan satu kesatuan, satu tata susunan yang tertentu, baik ke luar maupun kedalam.

17

https://masyarakathukumadat.com>2013, diakses tanggal 10 Juli 2017, pukul 21:30

wib.

18

(14)

2. Masyarakat hukum wilayah

Masyarakat hukum wilayah adalah suatu kesatuan sosial yang teritorialnya melingkupi beberapa masyarakat hukum desadan masing-masing tetap merupakan kesatuan-kesatuan yang berdiri sendiri. Biarpun masing-masing masyarakat hukum desa yang tergabung dalam masyarakat hukum wilayah itu mempunyai tata susunan dan pengurus sendiri-sendiri, masih juga masyarakat hukum desa tersebut merupakan bagian yang tak terpisahkan dari keseluruhan, yaitu merupakan bagian yang tak terpisahkan dari masyarakat wilayah sebagai kesatuan sosial teritorial yang lebih tinggi.

3. Masyarakat hukum serikat desa

Masyarakat hukum serikat desa adalah suatu kesatuan sosial yang territorial, yang melulu dibentuk atas dasar kerjasama diberbagai-bagai lapangan demi kepentingan bersama masyarakat hukum desa yang tergabung dalam masyarakat hukum serikat desa itu. Kerjasama itu dimungkinkan karena kebetulan berdekatan letaknya masyarakat hukum desa yang bersama-sama membentuk masyarakat hukum serikat desa itu. 19

F. Metode Penelitian

Metode adalah cara kerja atau tata kerja untuk dapat memahami obyek yang menjadi sasaran dari ilmu pengetahuan yang bersangkutan.20

19

Bushar Muhammad, Masyarakat Hukum Adat (Jakarta: CV Mandar Maju, 2010), hlm 28-30.

20

Soerjono Soekanto, Ringkasan Metodologi Penelitian Hukum Empiris (Jakarta : Indonesia Hillco, 1990), hlm.106.

(15)

yang digunakan oleh manusia untuk memperkuat, menguji, serta mengembangkan ilmu pengetahuan. 21

1. Jenis dan Sifat Penelitian

Untuk melengkapi penulisan skripsi ini agar tujuan dapat lebih terarah dan dapat dipertanggung jawabkan secara ilmiah, maka metode penelitian yang digunakan antara lain :

Penelitian dalam menyusun skripsi ini adalah penelitian hukum normatif yang bersifat deskriptif. Metode penelitian hukum normatif atau metode penelitian hukum kepustakaan adalah metode atau cara yang dipergunakan dalam penelitian hukum yang dilakukan dengan cara meneliti bahan pustaka yang ada. Tahapan pertama penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum objektif (norma hukum), yaitu dengan mengadakan penelitian terhadap masalah hukum. Tahapan kedua penelitian hukum normatif adalah penelitian yang ditujukan untuk mendapatkan hukum subjektif (hak dan kewajiban). 22

21

Soerjono Soekanto, Pengantar Penelitian Hukum (Jakarta : UI Press, 1986), hlm.250. Penelitian ini bersifat deskriptif yang bertujuan untuk meggambarkan secara tepat mengenai peraturan hukum dalam konteks teori-teori hukum dan pelaksanaannya serta menganalisis fakta secara cermat tentang kebijakan penanaman modal. Adapun pendekatan yang dilakukan dalam penelitian ini adalah pendekatan yang mengkonsepsikan hukum sebagai norma, kaidah, maupun azas dengan tahapan berupa studi kepustakaan dengan pendekatan dari berbagai literatur. Metode penelitian juga menggabungkan dengan studi kepustakaan (library research) dengan menggunakan media literatur yang ada maupun jurnal ilmiah elektronik lainnya seperti internet dan tinjauan yuridis.

22

(16)

2. Data Penelitian

Sumber data yang menjadi bahan penulisan skripsi ini adalah data sekunder yang dilakukan dengan cara studi kepustakaan dan didukung oleh data primer. Data primer merupakan data yang diperoleh langsung di lapangan melalui wawancara dengan informan yaitu Kepala Dinas Penanaman Modal dan Perizinan Pelayanan Terpadu Satu Pintu Kabupaten Samosir. Sedangkan data sekunder antara lain mencakup dokumen-dokumen resmi, buku-buku, hasil-hasil penelitian yang berbentuk laporan, buku harian dan seterusnya. Data-data sekunder meliputi:

a. Bahan Hukum Primer, terdiri dari :

1) Undang-Undang Dasar Republik Indonesia Tahun 1995

2) Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007 tentang Penanaman Modal 3) Undang-Undang Nomor 23 Tahun 2014 tentang Pemerintahan Daerah 4) Undang-Undang Nomor 5 Tahun 1960 tentang Undang-Undang Pokok

Agraria

5) Undang-Undang Nomor 41 Tahun 1999 tentang Kehutanan

6) Peraturan Kepala Badan Koordinasi Penanaman Modal Republik Indonesia Nomor 12 Tahun 2009

7) Peraturan Bupati Samosir Nomor 9 Tahun 2011 tentang Prosedur Standard/Standard Operating Procedure (SOP) Pelayanan Perizinan dan Non Perizinan di Bidang Penanaman Modal pada Badan Penanaman Modal dan Perizinan Terpadu Kabupaten Samosir

(17)

b. Bahan Hukum Sekunder, memberikan penjelasan terhadap bahan hukum primer. Bahan hukum sekunder berupa buku-buku yang terkait dengan judul skripsi, artikel-artikel dan hasil penelitian.

c. Bahan Hukum Tersier, berupa petunjuk dan penjelasan terhadap hukum primer dan sekunder seperti kamus hukum, jurnal ilmiah dan bahan-bahan hukum lain yang relevan dan bisa digunakan melengkapi data yang diperlukan dalam penulisan skripsi ini.

3. Teknik Pengumpulan Data

Teknik pengumpulan data dilakukan dengan cara :

a. Penelitian kepustakaan (library research), yakni mempelajari literatur atau dari sumber bacaan buku-buku, peraturan perundang-undangan, karya ilmiah para ahli, artikel-artikel baik dari surat kabar, majalah, media elektronik, dan bahan bacaan lain yang terkait dengan penulisan skripsi ini yang semua itu dimaksudkan untuk memperoleh bahan-bahan yang bersifat teoritis yang dipergunakan sebagai dasar dalam penelitian.

(18)

4. Analisis Data

Analisis data dilakukan dengan cara :

a. Mengumpulkan bahan-bahan hukum relevan dengan permasalahan yang diteliti.

b. Memilih kaidah-kaidah hukum atau doktrin yang sesuai dengan penelitian. c. Menjelaskan hubungan-hubungan antara berbagai konsep, pasal, atau

doktrin yang ada.

d. Menarik kesimpulan dengan pendekatan deduktif artinya diawali dengan mengemukakan secara umum kemudian diakhiri dengan menarik kesimpulan yang bersifat lebih khusus.

G. Sistematika Penulisan

Penulisan ini ditulis secara terperinci dan sistematis agar memeberikan kemudahan bagi pembaca dalam memahami makna dan memperoleh manfaatnya. Adapun sistematika penulisan yang terdapat dalam skripsi ini adalah :

Bab I yaitu pendahuluan. Bab ini dimulai dengan mengemukakan apa yang menjadi latar belakang penulisan skripsi. Kemudian dilanjutkan dengan rumusan masalah, tujuan dan manfaat penulisan, keaslian penulisan, tinjauan pustaka, metode penelitian dan ditutup dengan memberikan sistematika dari penulisan skripsi ini.

(19)

modal dan juga pokok-pokok pengaturan dalam Undang-Undang Nomor 25 Tahun 2007.

Bab III mengenai kegiatan penanaman modal dalam wilayah tanah adat. Bab ini berisikan pengakuan terhadap tanah adat di Indonesia, hak-hak masyarakat hukum adat terhadap tanah adat, manfaat dan dampak kegiatan penanaman modal terhadap masyarakat tanah adat.

Bab IV tentang kegiatan penanaman modal di wilayah tanah adat di Kabupaten Samosir. Bab ini membahas tentang pengaturan pemerintah daerah Kabupaten Samosir dalam hal penanaman modal, ketentuan bagi investor dalam menanamkan modal di wilayah tanah adat Kabupaten Samosir, dan juga jaminan hokum bagi masyarakat adat atass tanah adat.

Referensi

Dokumen terkait

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui: 1) Pengaruh persepsi mahasiswa tentang kemampuan dosen dalam pengelolaan kelas terhadap hasil belajar kewirausahaan. 2)

Untuk memudahkan dalam menganalisis data, maka variabel yang digunakan diukur dengan mempergunakan model skala 5 tingkat (likert) yang memungkinkan pemegang polis dapat

Penelitian lain yang dilakukan oleh Dienillah dan Anggraeni (2016) pada negara- negara di kawasan Asia menunjukkan adanya korelasi negatif antara keuangan inklusif dan

Sistem absensi bekerja dengan menggunakan inputan wajah ,sehingga dibutuhkan metode yang dapat mendeteksi dan mengenali wajah seseorang yang dimana metode

Hal ini ditunjukkan dengan nilai signifikansi sebesar 0.031< 0.05 adanya perbedaan signifikan ini menunjukan bahwa Bank Asing memiliki kemampuan yang lebih baik

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan yang telah dilakukan secara umum dapat diambil kesimpulan bahwa tindak tutur ilokusi pada aktor dalam pementasan drama

Simulasi Monte )arlo merupakan simulasi terha'ap sampling ang bertujuan Simulasi Monte )arlo merupakan simulasi terha'ap sampling ang bertujuan untuk mengestimasi 'istribusi

Apabila debitur atau pemberi fidusia cidera janji, dengan Sertipikat Jaminan Fidusia bagi kreditur selaku penerima fidusia akan mempermudah dalam pelaksanaan eksekusi