• Tidak ada hasil yang ditemukan

Aspek Hukum Internasional Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Aspek Hukum Internasional Akibat Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia"

Copied!
23
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Pada era globalisasi, pembangunan berkembang dengan sangat pesat.

Teknologi moderen dan alat-alat canggih digunakan dalam kegiatan

pembangunan dan mengeksploitasi sumber daya alam untuk

mensejahterahkan kehidupan rakyat dalam suatu negara. Semakin

berkembangnya pembangunan dalam suatu negara maka akan semakin

mempunyai dampak yang lain terhadap lingkungan hidupnya. Selama ini

telah banyak terjadi kerusakan lingkungan yang disebabkan oleh kegiatan

yang tujuannya untuk mensejahterahkan perekonomian negara. Kerusakan

lingkungan yang terjadi sangat banyak dampaknya terhadap kehidupan

manusia. Salah satu hal yang sangat merugikan dari kegiatan manusia yaitu

pencemaran udara akibat kebakaran hutan dan lahan.

Hutan merupakan faktor penting dalam kehidupan makhluk hidup dan

merupakan sumber daya alam yang tidak ternilai karena di dalamnya

mengandung banyak sekali keaneka ragaman hayati, sumber hasil hutan kayu

dan non-kayu, pentata air, dan pencegah banjir. Ekosistem hutan mempunyai

hubungan kompleks yaitu dimana pohon dan tumbuhan hijau lainnya

menggunakan cahaya matahari untuk membuat makanannya, karbondioksida

diambil dari udara, ditambah air dan unsur hara atau mineral yang diserap

dari dalam tanah. Hutan berfungsi sebagai paru-paru dunia dan juga dianggap

(2)

Salah satu kawasan hutan terbesar di dunia terdapat di Indonesia. Untuk

menjaga kelestarian hutan maka dari itu perlu adanya perangkat hukum yang

mengatur untuk pemanfaatan, pengelolahan dan perlindungan hutan.

Pemanfaatan hutan dan perlindungannya telah diatur dalam, Undang-undang

No. 5 tahun 1990 tentang “Konservasi Sumber Daya Alam dan

Ekosistemnya”, Undang-undang No. 27 tahun 1997 tentang

“Ketentuan-ketentuan pokok dan Pengelolaan Lingkungan Hidup”, Undang-undang No.

41 tahun 1999 tentang “Ketentuan-ketentuan Pokok Kehutanan” dan

beberapa keputusan Menteri Kehutanan serta keputusan dari Dirjen PHPA

dan Dirjen Pengusahaan Hutan. Dengan adanya perangkat hukum seperti ini

sangat menjadi harapan sekali bahwa pemanfaatan hutan dan pengelolaannya

dapat berjalan dengan baik sehingga tidak akan terjadi hal yang tidak

diinginkan yang dapat merugikan masyarakat bahkan merugikan negara

lainnya.

Dewasa ini terdapat banyak pembangunan di berbagai bidang yang

mempengaruhi terjadinya kerusakan hutan yang mengakibatkan terganggunya

keseimbangan alam dan dianggap sebagai bencana lingkungan secara global.

Di Indonesia sudah sering terjadi kebakaran hutan dan lahan yang berskala

waktu yang panjang setiap tahunnya. Dampak negatif kerusakan hutan yang

sering terjadi cukup besar yaitu mencakup kerusakan ekologis, menurunnya

peningkatan keanekaragaman hayati, merosotnya nilai ekonomi hutan dan

(3)

kabut asapnya mengganggu kesehatan masyarakat serta mengganggu

transportasi baik darat, sungai, danau, laut, dan udara.

Di Indonesia sudah tidak asing lagi selalu terjadi kebakaran hutan.

Pada setiap musim kemarau yang melanda di Indonesia pasti sering

mengalami kebakaran hutan dan lahan. Kejadian seperti ini sangat merugikan

masyarakat di sekitar wilayah tersebut. Beberapa hewan juga terancam punah

akibat kebakaran hutan dan lahan yang dimana hutan merupakan “rumah”

bagi berbagai hewan yang hidup bebas. Contohnya beberapa hewan seperti

Orang Utan di Kalimantan terancam punah karena kebakaran hutan yang

merambat ke banyak wilayah.

Baru-baru ini tercatat kebakaran hutan dan lahan yang melanda

wilayah Indonesia yang hasilnya sangat ironis. Pada tahun 2015 berdasarkan

data dari laman milik Kementrian Lingkungan Hidup dan Kehutanan terdapat

12 provinsi di Indonesia yang dilanda kebakaran hutan dan lahan. Kebakaran

hutan dan lahan tersebut meningkat dan berulang terus-menerus setiap

tahunnya.

Lahan terbakar terluas berada di Riau, mencapai 2.025,42 hektar (ha).

Provinsi dengan luas lahan terbakar signifikan lainnya ialah Kalimantan Barat

(900,20 ha), Kalimantan Tengah (655,78 ha), Jawa Tengah (247,73 ha), Jawa

Barat (231,85 ha), Kalimantan Selatan (185,70 ha), Sumatera Utara ( 146 ha),

Sumatera Selatan (101,57 ha) dan Jambi (92,50 ha).1

Sebelumnya kebakaran

lahan di Indonesia memiliki catatan rekor yang sangat tinggi.

(4)

Tercatat rekor kebakaran hutan di dunia selalu dipecahkan di

Indonesia, kebakaran hutan yang cukup besar pernah terjadi di Kalimantan

Timur pada 1982/1983, yang menghanguskan 3,5 juta hektar hutan yang

merupakan rekor terbesar kebakaran hutan dunia setelah kebakaran hutan

Brazil yang mencapai 2 juta hektar pada tahun 1963. Rekor kemudian di

pecahkan kembali oleh kebakaran dibeberapa wilayah di Indonesia pada

1997/1998 yang melalap 11,7 juta hektar hutan. Data dari Direktoral

Perlindungan Hutan dan Konservasi Alam menunjukan bahwa kebakaran

hutan yang terjadi tiap tahun sejak 1998 hingga 2002 tercatat sekitar antara

3000 hektar dan 515 ribu hektar.2

Secara umum penyebab kebabakaran hutan dikelompokan menjadi 2

macam faktor. Yang pertama kebakaran hutan disebabkan oleh faktor alam

dan yang kedua disebabkan oleh manusia atau kebakaran hutan yang

disengaja. Kebakaran hutan yang disebabkan oleh faktor alam yaitu

kebakaran hutan secara alami yang banyak dipicu oleh petir, lelehan gunung

berapi, dan gesekan beberapa pohon. Sambaran petir dan gesekan beberapa

pohon dapat memungkinkan terjadinya kebakaran apabila kondisinya

memungkinkan seperti halnya terjadi kemarau yang berkepanjangan.

Biasanya hal tersebut banyak terjadi di negara temperate seperti Amerika dan

Kanada. Untuk daerah hutan hujan tropis seperti di Indonesia hal tersebut

diatas mustahil terjadi, karena hal yang terjadi pada saat petir terjadi maka

(5)

akan terjadi turun hujan yang lebat atau pada saat hujan terjadi maka sering

ditemukan banyak petir.

Sama halnya dengan gesekan pohon hal tersebut tidak mungkin terjadi

di hutan hujan tropis yang memiliki tingkat kelembaban yang tinggi. Selain

faktor alam yang telah disebutkan, faktor lain yang mengakibatkan terjadinya

kebakaran hutan yaitu disebabkan oleh manusia. Kebakaran hutan yang

disebabkan oleh manusia juga dibagi menjadi dua yaitu dibuat secara sengaja

dan tidak sengaja. Dibuat secara tidak sengaja yaitu karena kelalaian manusia

itu sendiri. Seperti pembuangan sampah sembarangan yang dapat memicu

terjadinya kebakaran, kelalaian dalam membuat api unggun yang tidak

diperhatikan dengan baik, dan hal lainnya yang tidak disengaja dapat memicu

terjadinya kebakaran. Untuk faktor kebakaran hutan yang terjadi karena

disengaja yaitu penebangan hutan secara liar, membuka lahan dengan

pembakaran hutan yang dilakukan Perusahaan pemilik Hak Pengusahaan

Hutan (HPH) dalam Hutan Tanaman Industri (HTI). Pembukaan lahan untuk

kepentingan perusahaan biasanya dilakukan dengan cara yang murah dan

cepat seperti membakar hutan dan membiarkannya merambat ke sejumlah

wilayah yang diperlukan. Cara tersebut sangatlah berdampak buruk bagi

masyarakat sekitar wilayah bahkan dampaknya juga bisa sampai ke negara

tetangga.

Belakangan ini kebakaran hutan yang sering terjadi di wilayah

Indonesia bukan hanya karena faktor kemarau yang berkepanjangan, tetapi

(6)

Pengusahaan Hutan dengan cara yang murah. Pembukaan lahan dengan cara

membakar hutan adalah cara yang paling murah dan yang paling cepat.

Karena dengan membakar sedikit area hutan saja maka akan terjadi perluasan

kebakaran hutan secara merata keseluruh kawasan hutan diwilayah yang akan

dijadikan lahan untuk kegitan yang dilakukan perusahaan yang memiliki Hak

Pengusahaan Hutan.

Salah satu hal yang merugikan dari kebakaran hutan yaitu kabut asap

yang menjadi pencemaran udara. Dampak dari kabut asap ini meliputi setiap

aspek kehidupan manusia. Mulai dari ekonomi, sosial, pendidikan, dan

kesehatan. Dalam bidang ekonomi tentu saja masyarakat akan terganggu

dalam beraktifitas karena adanya kabut asap yang tebal sehingga

perekonomian terhambat serta kebakaran hutan juga dapat merugikan negara

sampai triliyunan rupiah. Akibat dari kabut asap juga sangat merugikan bagi

kesehatan masyarakat khususnya kepada mereka yang rentan seperti orang

yang lanjut usia, ibu hamil, dan bayi dibawah umur lima tahun. Gangguan

kesehatan yang ditimbulkan antara lain yaitu, Infeksi Saluran Pernafasan

Akut (ISPA), asma bronkial, bronkhitis, pnemonia (radang paru-paru), iritasi

mata dan kulit. Kebakaran hutan yang mengakibatkan pencemaran udara

disinyalir juga memberikan tiga ancaman strategis, komplek dan melintasi

batas-batas teritorial negara berupa penipisan lapisan ozon, berkurangnya

(7)

mengubah dan menggangu peran keseimbangan atmosfer yang penting dalam

sistem ekologi global.3

Kabut asap akibat kebakaran hutan ini sudah menjadi pencemaran

udara lintas batas yang juga merugikan negara-negara lain. Peristiwa ini

berhubungan langsung dengan kedaulatan negara yang menjadi unsur

terpenting dan utama sebagai dasar adanya yurisdiksi wilayah suatu negara.

Dalam hal ini Indonesia sebagai subejk internasional adalah pemegang hak

dan kewajiban menurut hukum internasional. Secara tidak langsung hal

tersebut akan berkaitan dengan masalah tanggung jawab negara (state

responbility). Kabut asap yang ditimbulkan oleh kebakaran hutan dan lahan di

Indonesia telah melintasi negara-negara lain dan tentunya mengganggu

aktivitas didalam negara-negara tersebut. Kerugian yang diderita juga

berdampak pada sosial dan ekonomi bagi negara-negara tetangga. Hal ini

sudah sangat menimbulkan keresahan bagi negara-negara yang tercemar oleh

kabut asap dari kebakaran hutan dan lahan di Indonesia. Kabut asap akibat

kebakaran hutan dan lahan tersebut telah mempengaruhi dan telah

menurunkan kualitas udara dan jarak pandang di wilayah Sumatera,

Kalimantan termasuk Malaysia, Singapura, Brunei Darussalam, serta

sebagian dari Thailand. Kejadian ini terjadi berulang dan yang paling parah

adalah pada tahun 1997-1998 dan tahun 2006 yang kemudian negara-negara

di kawasan Asia Tenggara yang terkena dampak pencemaran lintas batas

tersebut duduk bersama untuk membahas tentang masalah ini. Pemerintah

3

(8)

Indonesia diangggap tidak mampu untuk berbuat sesuatu tentang kebakaran

hutan dan lahan yang telah menimbulkan pencemaran lintas batas tersebut.

Indonesia telah dianggap tidak berbuat apa-apa sehingga memaksa

negara-negara di Asia Tenggara untuk duduk bersama membahas masalah yang

sudah sangat sering terjadi ini. Permasalahan ini menjadi perhatian bagi

hukum internasional. Pencemaran udara lintas batas merupakan polusi yang

berasal dari suatu negara tetap, dengan menyeberangi perbatasan melalui jalur

udara yang dapat menyebabkan kerusakan lingkungan di negara lain.

Permasalahan kabut asap yang ditimbulkan dari kebakaran hutan dan

lahan yang terjadi di Indonesia menimbulkan aksi protes dari negara tetangga

terhadap masalah ini. Protes yang dilakukan oleh negara Malaysia dan

Singapura ini berdasarkan oleh alasan bahwa kabut asap yang sampai ke

negara mereka menyebabkan terjadinya gangguan kesehatan. Berawal dari

kejadian pada tahun 1997/1998, para petinggi ASEAN mencoba merumuskan

pola penanganan yang efektif dengan mengadakan pertemuan persiapan di

Hanoi yang menghasilkan Plan Of Action dan Visi ASEAN 2020. Sebagai

puncak pertemuan tersebut, para petinggi ASEAN merumuskan pola

penanganan pencemaran kabut asap di Asia Tenggara dalam suatu ASEAN

Agreement on Transboundary Haze Pollution (Persetujuan ASEAN tentang

Pencemaran Kabut Asap Lintas Batas) yang mengatur tanggung jawab dan

(9)

Tenggara. Perjanjian ini ditandatangani oleh 10 negara peserta ASEAN pada

Juni 2002, dan kemudian came into force pada 25 November 2003.4

AATHP juga merupakan persetujuan regional pertama yang secara

khusus sangat diharapkan dapat menanggulangi masalah pencemaran kabut

asap di kawasan Asia Tenggara. Pencemaran lintas batas pada sebelumnya

sudah terjadi di banyak negara di dunia. Suatu prinsip pertanggungjawaban

negara sebagai salah satu prinsip utama dalam hukum internasional pada

intinya memuat kewajiban negara yang memberikan dampak kepada negara

lain untuk melakukan suatu reparasi kepada negara yang dirugikan dan

mengembalikan kondisi negara yang bersangkutan seperti semula.

Keberadaan hukum lingkungan internasional sebagai salah satu cabang dari

hukum interansional turut pula membawa pemberlakuan dari prinsip

pertanggungjawaban dalam kasus hukum lingkungan internasional seperti

kasus Trial Smelter case 1938antara Amerika Serikat dengan Kanada, Lake

Lanoux Case 1957 antara Perancis dan Spanyol, dan kasus Corfu Channel

Case 1938 antara Inggris dengan Albania. Berdasarkan Konferensi

Lingkungan Hidup Internasional hal yang memuat tentang State

Responsibility terdapat dalam Pasal 21 Deklarasi Stockholm 1972. Tanggung

jawab negara atas kebakaran hutan akan berkenaan dengan komitmen

internasional yang lain, yaitu pada The Geneva Convention on Long Range

Transboundary Air Pollution atau dikenal dengan Konvensi Jenewa 1979.

Melihat dampak dari kebakaran hutan dan lahan yang terjadi yang

4

(10)

mengakibatkan sampai pencemaran lintas batas maka dari itu penulis tertarik

untuk mengkaji permasalahan mengenai hukum internasional tentang

pencemaran lintas batas dan proses penyelesaian tanggung jawab dari sebuah

negara dengan mengangkat judul : ASPEK HUKUM INTERNASIONAL

(11)

B. Perumusan Masalah

Adapun didalam setiap peneliatan terdapat beberapa masalah yang

timbul sebagai batasan dalam penelitian ini, yaitu :

1. Bagaimanakah pengaturan pencemaran udara lintas batas menurut hukum

nasional dan hukum internasional?

2. Bagaimanakah penegakan hukum bagi pelaku kebakaran hutan dan lahan?

3. Bagaimana tanggung jawab Indonesia terhadap akibat yang ditimbulkan

oleh pencemaran udara lintas batas?

C. Tujuan Penulisan dan Manfaat Penelitian 1. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan yang ingin dicapai penulis dari peneliatan ini adalah

sebagai berikut :

1) Untuk mengetahui pengaturan menurut hukum nasional dan hukum

internasional mengenai pencemaran udara lintas batas.

2) Untuk mengetahui akibat-akibat yang ditimbulkan dari kebakaran hutan

dan lahan di Indonesia.

3) Untuk mengetahui tanggung jawab Indonesia dalam menangani

pencemaran udara lintas batas.

2. Manfaat Penelitian

Seperti pada umumnya dalam setiap penulisan skripsi pasti ada

manfaat yang dapat diambil dari peneliatan yang dilakukan oleh seorang

(12)

penulisan skripsi ini terdiri dari manfaat yang bersifat teoritis dan manfaat

yang bersifat praktis.

a. Manfaat Teoritis

Manfaat teoritis dari penulisan penulisan skripsi ini adalah untuk

menambah pengetahuan dalam mempelajari Hukum Internasional

khususnya dalam Hukum Lingkungan Internasional serta dapat bermanfaat

untuk memperluas wawasan mengenai tanggung jawab sebuah negara

dalam mengatasi permasalahan pencemaran udara lintas batas dalam

Hukum Internasional.

b. Manfaat Praktis

Manfaat praktis dari penulisan skripsi ini adalah menjadi sebuah

acuan dalam kerangka berpikir bagi upaya dan solusi penyelesaian

permasalahan pencemaran udara lintas batas di Indonesia.

D. Metode Penulisan

Penulisan skripsi ini menggunakan metode yuridis normatif, dengan

pendekatan yang bersifat kualitatif. Metode penelitian yuridis normatif adalah

metode penelitian yang mengacu pada norma-norma hukum yang terdapat

dalam peraturan perundang-undangan, dan putusan-putusan pengadilan.

Metode penelitian yuridis normatif dikenal juga sebagai penelitian doktrinal

yang menganalisis norma-norma hukum yang bersumber pada law as it is

decided by the judge through judicial process.5

5

(13)

Sumber data yang diperoleh dalam penelitian ini adalah sebagai

berikut :

a. Bahan hukum primer, yaitu bahan-bahan hukum yang mengikat yang

merupakan landasan utama yang digunakan dalam penelitian ini. Bahan

hukum primer yang digunakan dalam penelitian ini adalah hukum nasional

yaitu undang-undang tentang lingkungan hidup, Konvensi mengenai

lingkungan hidup dan beberapa sumber dari hukum internasional.

b. Bahan hukum sekunder, yaitu bahan hukum yang menunjang dan memberi

penjelasan mengenai bahan hukum primer seperti buku-buku, jurnal ilmiah

dan pendapat para ahli hukum internasional.

c. Bahan hukum tersier, yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

dari bahan hukum primer dan badan hukum sekunder, berupa kamus

hukum dan beberapa hal lainnya.

E. Keaslian Penulisan

Judul skripsi saya adalah Aspek Hukum Internasional Akibat

Kebakaran Hutan dan Lahan di Indonesia. Skripsi ini ditulis berdasarkan ide,

gagasan, serta pemikiran penulis yang diperoleh dari berbagai sumber

referensi, bukan dari hasil penggandaan karya tulis orang lain dan oleh karena

itu keaaslian skripsi ini dapat dipertanggungjawabkan secara ilmiah. Dalam

penulisan skripsi ini juga penulis memperoleh data dari buku-buku, jurnal

ilmiah, media cetak dan media elektronik. Jika ada kesamaan dan kutipan, hal

itu semata-mata digunakan sebagai referensi dan penunjang yang penulis

(14)

F. Tinjauan Pustaka

1. Pengertian Pencemaran Udara Lintas Batas

Menurut rekomendasi OECD tentang Principle Concerning

Transfrontier Pollution 1974 merumuskan pencemaran sebagai berikut :

the introduction by man, directly or indirectly, of substanceor energy into

the environment resulting in deleterious effects of living resources and

ecosystems, and impair or interfere with amenities and other legitimate

uses of the environment”. Menurut rekomendasi dari ASEAN Agreement

on Transboundary Haze Pollution yang dimaksud dengan pencemaran

udara adalah sebagai berikut : “smoke resulting from land and/or forest

fire which causes deleterious effects of such a nature as to endanger

human health, harm living resources and ecosystems and material

property and impair or interfere with amenities and other legitimate uses

of the environment”. Pencemaran lintas batas dapat diartikan sebagai suatu

gambaran yang menerangkan bahwa suatu pencemaran yang terjadi dalam

suatu negara akan tetapi dampak yang ditimbulkannya oleh karena faktor

media atmosfer atau biosfer melintas sampai ke wilayah negara lain.

Menurut ASEAN Agreement on Transboundary Haze Polution yang

dimaksud dengan pencemaran lintas batas adalah : “Transboundary haze

polution whose physical orgin in situated wholly or in port within the area

under the national jurisdiction of one member state and which is

transported into area under the jurisdiction of another member state”.6

(15)

2. Pengertian Kebakaran Hutan

Kebakaran Hutan merupakan suatu keadaan dimana hutan dilanda

oleh api sehingga berakibat timbulnya kerusakan dan kerugian ekosistem

dan terancamnya kelestarian lingkungan. Menurut Peraturan Menteri

Kehutanan kebakaran hutan adalah suatu keadaan dimana hutan dilanda

api sehingga mengakibatkan kerusakan hutan dan atau hasil hutan yang

menimbulkan kerugian ekonomis dan atau nilai lingkungan.7

Kebakaran hutan yang terjadi akibat kemarau yang panas

disebabkan oleh gejala El-Nino. Fenomena El-Nino adalah suatu gejala

penyimpangan kondisi laut yang ditandai dengan meningkatnya suhu

permukaan laut ( sea surface temperature SST ) di daerah Samudera Kebakaran hutan tidak saja terjadi akibat aktivitas manusia,

melainkan bisa terjadi karena faktor alam.Seperti pada musim kemarau

yang sangat panjang, sambaran petir, dan aktivitas vulkanik.

Di hutan – hutan subtropis seperti yang ada di wilayah Amerika

Serikat dan Kanada, sambaran petir dan gesekan ranting pohon sering

sekali memicu kebakaran.Hal ini sebagai pemicu alamiah terjadinya

kebakaran hutan.Di Indonesia hal tersebut tidaklah mungkin terjadi karena

Indonesia memiliki hutan hujan tropis. Pada saat terjadinya sambaran petir

biasanya juga akan diiringi hujan yang sangat lebat. Sehingga kebakaran

hutan tidak mungkin terjadi dengan hal tersebut.

7

(16)

Pasifik sekitaran equator ( equatorial pacific ) khususnya pada bagian

tengah dan timur ( sekitar pantai Peru ).

Dalam kondisi iklim normal, suhu permukaan laut di sekitar

Indonesia ( pasifik equator bagian barat ) umumnya hangat dan karenanya

proses penguapan mudah terjadi dan awan – awan hujan mudah terbentuk.

Namun ketika fenomena el-nino terjadi, saat suhu permukaan laut di

pasifik equator bagian tengah dan timur menghangat, justru perairan di

sekitar Indonesia umumnya mengalami penurunan suhu ( menyimpang

dari biasanya ).8

3. Pengertian Tanggung Jawab Negara

a. Latar Belakang

Latar belakang timbulnya tanggung jawab negara dalam hukum

internasional adalah tidak ada satu negara pun yang dapat menikmati

hak – haknya tanpa menghormati hak – hak negara lain. Setiap

pelanggaran terhadap hak negara lain, menyebabkan negara tersebut

wajib untuk memperbaiki pelanggaran hak itu. Dengan kata lain, negara

tersebut harus mempertanggung jawabkannya. Suatu negara

bertanggung jawab, misalnya karena telah melanggar kedaulatan

wilayah negara lain, merusak wilayah atau harta benda negara lain, dan

lain – lain.9

(17)

Sumber dari sebuah tanggung jawab negara itu ialah berasal dari

sebuah tindakan – tindakan yang melanggar hukum

internasional.Banyak tindakan yang dilakukan sebuah negara yang

menimbulkan permasalahan atau kerugian bagi negara yang

lainnya.Negara – negara yang merasa dirugikan oleh tindakan tersebut

mempunyai hak untuk mendapat ganti rugi sesuai kaidah dalam hukum

internasional.Kesalahan atau tindakan merugikan yang kemudian

menimbulkan tanggung jawab negara memiliki beragam jenis.

Menurut Professor Higgins, hukum tentang tanggung jawab

negara adalah hukum yang mengatur akuntabilitas ( Accountability )

terhadap pelanggaran hukum internasional. Jika suatu negara melanggar

kewajiban internasional, negara tersebut bertanggung jawab (

responsibility ) untuk pelanggaran yang dilakukannya.10

b. Definisi dan Teori Tanggung Jawab Negara

Menurut Sugeng Istanto, pertanggungjawaban berarti kewajiban

memberikan jawaban yang merupakan perhitungan atas semua hal yang

terjadi dan kewajiban untuk memberikan pemulihan atas kerugian yang

mungkin ditimbulkan. Menurut hukum internasional

pertanggungjawaban negara timbul dalam hal negara itu merugikan

negara lain. Pertanggungjawaban negara dibatasi pada

pertanggungjawaban atas perbuatan yang melanggar hukum

internasional saja. Perbuatan suatu negara yang merugikan negara

(18)

laintetapi tidak melanggar hukum internasional tidak menimbulkan

pertanggungjawaban. Misalnya perbuatan negara menolak seorang

warga negara asing yang masuk ke dalam wilayah negaranya.11

Pertanggung jawaban negara atau responsibility of states

mengandung kewajiban dalam bagian dari suatu negara untuk

memperbaiki kerusakan yang dihasilkan dari sebuah serangan yang

dilakukan dalam wilayah yurisdiksinya dan melawan anggota lainnya

dari komunitas internasional.12

Tanggung jawab negara muncul sebagai akibat dari prinsip

persamaan dan kedaulatan negara yang terdapat dalam hukum

internasional.Prinsip ini kemudian memberikan kewenangan bagi suatu

negara yang terlanggar haknya untuk menuntut reparasi. 13

a. Teori risiko yang kemudian melahirkan prinsip tanggung jawab

mutlak atau tanggung jawab objektif, yaitu bahwa suatu negara

mutlak bertanggung jawab atas setiap kegiatan yang menimbulkan Dalam

tanggung jawab negara terdapat dua hal yang menjadi perhatian, yaitu

responsibility dan liability.Konsep tanggung jawab negara ini dalam

hukum internasional berfungsi untuk mencegah terjadinya konflik antar

negara, dan juga sebagai perlindungan hukum.

Dalam tanggung jawab negara pada dasarnya terdapat dua

macam teori, yaitu sebagai berikut.

11

F. Soegeng Istanto, 1994, Hukum Internasional, Yogyakarta: Penerbitan UAJYogyakarta Hal. 77.

12

(19)

akibat yang sangat membahayakan ( harmful effects of untra –

hazardous activities ) walaupun kegiatan itu sah menurut hukum.

Contohnya Pasal II Liability Convention 1972 yang menyatakan

bahwa negara peluncur mujtlak bertanggung jawab untuk membayar

kompensasi untuk kerugian di permukaan bumi atau pada pesawat

udara yang sedang dalam penerbangan yang ditimbulkan oleh benda

angkasa miliknya.

b. Teori kesalahan yang melahirkan prinsip tanggung jawab subjektif

atau tanggung jawab atas dasar kesalahan, yaitu bahwa tanggung

jawab negara atas perbuatannya baru dikatakan ada jika dapat

dibuktikan adanya unsur kesalahan pada perbuatan itu.

c. Dasar Tanggung Jawab Negara

Berdasarkan hukum internasional, suatu negara bertanggung

jawab apabila suatu perbuatan atau kelalaian yang dipertautkan padanya

melahirkan pelanggaran terhadap kewajiban internasional, baik yang

lahir dari suatu perjanjian internasional maupun dari sumber hukum

internasional lainnya. Dengan demikian, secara umum, unsur – unsur

tanggung jawab negara adalah :

a) Ada perbuatan atau kelalaian (act or omission) yang dapat

(20)

b) Perbuatan atau kelalaian merupakan pelanggaran terhadap kewajiban

internasional, baik kewajiban itu lahir dari perjanjian maupun dari

sumber hukum internasional lainnya.14

d. Macam – macam Tanggung Jawab Negara

Tanggung jawab negara secara garis besar dapat dibagi menjadi

beberapa bagian, yaitu sebagai berikut:

• Tanggung jawab perbuatan melawan hukum

Tanggung jawab ini lahir karena adanya setiap kelalaian atau

kesalahan suatu negara terhadap orang asing yang ada di dalam

wilayahnya atau wilayah negara yang lain. Hal tersebut timbul

karena eksplorasi ruang angkasa, eksplorasi nuklir, dan kegiatan –

kegiatan lintas batas nasional.

• Tanggung jawab atas pelanggaran perjanjian

1) Pelanggaran suatu perjanjian

Pada sengketa Chorzow Factory ( 1927 ), pelanggaran

terhadap perjanjian melahirkan suatu kewajiban untuk membayar

ganti rugi. Sifat dan berapa ganti rugi untuk pelanggaran suatu

internasional dapat ditentukan oleh Mahkamah Internasional,

pengadilan, peradilan arbitrase, atau melalui perlindungan.

Pelanggaran seperti ini dapat pula dikategorikan sebagai

pelanggaran terhadap prinsip pacta sunt servanda atau bone fides

dalam hukum internasional.

(21)

2) Pelanggaran kontrak

Dalam hal pelanggaran kontrak, hukum internasional

dapat memainkan perannya dalam dua hal kemungkinan berikut:

Pertama, para pihak ( negara dan negara atau negara dan

perusahaan asing ) sepakat untuk memberlakukan prinsip –

prinsip hukum internasional dalam kontrak mereka. Sejak hukum

internasional diberlakukan, hukum internasional akan

memberikan perlindungan hukum kepada pihak yang lemah

dalam suatu kontrak.

Kedua, hukum internasional akan memainkan peran

pentingnya manakala suatu negara melakukan tindakan – tindakan

yang melanggar kontrak menurut hukum internasional. Tindakan

tersebut umumnya dilakukan berupa tindakan untuk menghindari

kewajiban negara sebagaima

G. Sistematika Penulisan

Untuk memudahkan pemahaman untuk mendapatkan jawaban atas

rumusan permasalahan, maka pembahasan akan diuraikan secara garis besar

melalui sistematika penulisan. Tujuannya supaya tidak terjadi

kesimpangsiuran dalam menguraikannya lebih lanjut mengenai inti

permasalahan yang akan dicari jawabannya. Pada bagian ini terdapat

ringkasan garis besar dari lima bab yang terdapat dalam skripsi. Setiap bab

terdiri dari beberapa sub-bab yang akan mendukung keutuhan pembahasan

(22)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab I ini diterangkan mengenai latar belakang yang

menjelaskan alasan pemilihan judul penelitian yang kemudian akan

dilanjutkan dengan perumusan masalah dan diikuti dengan tujuan

penelitian serta manfaat dari penelitian. Bab ini juga membahas

mengenai keaslian penulisan, tinjauan kepustakaan serta

metodelogi penelitian yang digunakan dan diakhiri dengan

sistematika penulisan.

BAB II : TINJAUAN PUSTAKA TENTANG PENCEMARAN

UDARA LINTAS BATAS, KEBAKARAN HUTAN,

DAN TANGGUNG JAWAB NEGARA

Dalam Bab ini berisi tentang definisi pencemaran udara,

pencemaran udara lintas batas, sejarah mengenai pencemaran udara

lintas batas, kebakaran hutan dan tanggung jawab negara.

BAB III : PENGATURAN TENTANG PENCEMARAN UDARA

Dalam Bab ini berisi mengenai aturan-aturan yang mengatur

tentang pencemaran udara menurut hukum nasional dan hukum

internasional.

BAB IV: TANGGUNG JAWAB INDONESIA DALAM

PENYELESAIAN TERHADAP PENCEMARAN UDARA

(23)

Dalam Bab ini berisi tentang bagaimana Indonesia mengatasi

permasalahan kebakaran hutan dan lahan dan pencemaran udara

lintas batas serta membahas bagaimana Indonesia menyelesaikan

sengketa Internasional menurut ketentuan hukum lingkungan

internasional.

BAB V : KESIMPULAN DAN SARAN

Merupakan Bab penutup dari keseluruhan rangkaian bab-bab

sebelumnya yang berisikan kesimpulan yang dibuat berdasarkan

Referensi

Dokumen terkait

Sehingga berdampak pada selisih temperatur menjadi meningkat maka laju pembuangan panas mesin pada radiator dengan kondisi pembebanan Air Conditioner lebih tinggi

[r]

[r]

Hasil dari kegiatan rekonsiliasi dalam sistem dan prosedur yang dilakukan secara manual dan komputerisasi dilakukan untuk menyesuaikan aktiva tetap yang tidak terdaftar di

We used a text in Jula from the Bobo-Dioulasso area to test inherent intelligibility as if Maraka-Jula were a dialect of Jula?. The average score for the ten subjects was 96.5%, with

Secara keseluruhan jika dilihat dari hasil pengamatan yang dilakukan selama proses pembelajaran menggunakan modul interaktif berlangsung siswa memberikan respon

Metode yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah metode deskriptif dengan pendekatan sejarah. 1) penelitian dengan pendekatan sejarah lebih banyak

Pemerintah pusat dapat memberikan biaya pribadi bagi Guru Dalam Jabatan yang. bertugas pada satuan pendidikan di daerah khusus dan yang