• Tidak ada hasil yang ditemukan

Ekonomi Sumber Daya Perikanan .

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Ekonomi Sumber Daya Perikanan ."

Copied!
17
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS BIOEKONOMI PEMANFAATAN SUMBERDAYA

IKAN HIAS INJEL NAPOLEON / BLUEFACE NAPOLEON (POMACANTHUS XANTHOMETAPON) DI PERAIRAN SULAWESI SELATAN

Elisah Fiyanih, Desi Triyani, Cyntia Kurniawati Kelompok 7

Email : fiyanih1@gmail.com, desitriyani09@gmail.com, cyntia.ck1@gmail.com Jurusan Perikanan, Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan, Universitas Padjadjaran

ABSTRACT

This research aims at: 1) Determine the utilization of fish in the waters blueface napolen South Sulawesi. 2) Knowing the production rate under on sustainability stocks in the waters of South Sulawesi. 3) to analyze the size and age structure of fish in the waters blueface napolen South Sulawesi. The basic method used in this research is descriptive and explanatory. Kinds of data in this study based dimensiwaktu, the time series data (time series) and cross section (cross-points) and the weight of the fish length.The Status of analysis is the use of the model to determine the relationship FOX CPUE and effort. The composition of the length and weight of fish length blueface napoleon analyzed descriptively in tables and graphs with units or percentages.

Indonesian ornamental fish export growth between 1987 to 2010 are likely to continue to rise. According AKKII and AKIS (2008), data obtained from the International Trade Center (ITC) shows the average growth of import demand for the country to reach 15% per year. Destination country or the world ornamental fish market, among others the European Union, the USA, Japan, Singapore and Taiwan. The purpose of the study was to determine the factors that affect the demand and supply of ornamental fish exports blueface napoleon and to determine the level of supply and demand blueface napoleon fish and its relation to the level of utilization. Ornamental fish export price blueface napoleon significant negative effect on the demand for ornamental fish export blueface napoleon. Ornamental fish export price blueface pajamas significant positive effect on the demand for ornamental fish export blueface napoleon. The rupiah exchange rate against the dollar has no significant effect terhada p number blueface napoleon fish export demand. Ornamental fish export price blueface napoleon and pajamas as well as the exchange rate against the dollar significantly influence the number of ornamental fish export demand blueface napoleon. Blueface Napoleon supply curve curved reverse (backward bending supply curve) shows that the supply is declining despite rising prices for suspected fish stock decreases.

(2)

ABSTRAK

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) Menentukan pemanfaatan ikan di perairan blueface napolen Sulawesi Selatan. 2) Untuk mengetahui faktor–faktor yang mempengaruhi permintaan dan penawaran ekspor ikan hias blueface napoleon dan untuk mengetahui tingkat penawaran dan permintaan ikan blueface napoleon serta kaitannya dengan tingkat pemanfaatan. Metode dasar yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriptif dan jelas. Jenis data dalam dimensiwaktu studi berdasarkan ini, data time series (time series) dan cross section (cross-poin) dan berat panjang ikan. Status analisis adalah penggunaan model untuk menentukan hubungan FOX CPUE dan usaha. Komposisi panjang dan berat panjang ikan blueface napoleon dianalisis secara deskriptif dalam bentuk tabel dan grafik dengan unit atau persentase.

Perkembangan ekspor ikan hias Indonesia mulai tahun 1987 sampai 2010 cenderung terus meningkat. Menurut AKKII dan AKIS (2008), data yang diperoleh dari Intemasional Trade Center (ITC) menunjukkan rata-rata pertumbuhan permintaan Negara impor mencapai 15% per tahun. Negara tujuan atau pasar ikan hias dunia antara lain Uni Eropa, Amerika Serikat, Jepang, Singapore dan Taiwan. Data dalam penelitian ini berdasarkan dimensi waktu, yaitu data time series (runtut waktu) yang diperoleh dari data primer maupun sekunder dari perusahaan ekspotir ikan hias dan asosiasi pengusaha ikan hias. Harga ekspor ikan hias blueface napoleon berpengaruh negatif signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan hias blueface napoleon. Harga eksport ikan hias blueface piyama berpengaruh positif signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan hias blueface napoleon. Nilai tukar rupiah terhadap dollar AS tidak berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan eksport ikan blueface napoleon. Harga eksport ikan hias blueface napoleon dan injel piyama serta nilai tukar rupiah terhadap dollar berpengaruh signifikan terhadap jumlah permintaan ekspor ikan hias blueface napoleon. Kurva penawaran blueface napoleon melengkung membalik (backward bending supply curve) menunjukkan bahwa supplai semakin menurun walaupun harga ikan meningkat karena diduga stok semakin berkurang.

Kata kunci : Permintaan, Penawaran, Ekspor, Pemanfaatan, Ikan Hias Blueface Napoleon

PENDAHULUAN

Indonesia terletak dalam kawasan segitiga terumbu karang (coral triangle) Dunia yang merupakan pusat keragaman biota laut tertinggi terutama spesies karang dan ikan hias yang sangat tinggi. Tercatat lebih dari 500 spesies karang dalam area sekitar 51.000 km2 dan telah teridentifikasi 2.057 spesies ikan dari 113 famili yang

diperkirakan sekitar 4.234 spesies ( Allen dan Adrim, 2003). Produk perikanan merupakan salah satu andalan ekspor Indonesia.

(3)

xanthometopon. Jenis ikan ini merupakan primadona bagi kolektor pecinta akuarium air laut dan merupakan salah satu komoditas ekspor disektor perikanan. Ikan blueface napoleon sebagai komoditas ekspor perikanan kedua telah menyumbangkan devisa pada tahun 1998 sebesar US$ 215,134 juta atau naik sebesar 13,57 % dari ekspor ikan blueface napoleon pada tahun 1997 yang mencapai US$ 189,43 juta.

Di kawasan ASEAN, Indonesia menempati urutan kedua sebagai Negara produsen ikan blueface napoleon setelah Philipina. Hal ini disebabkan perbedaan tingkat eksploitasi baik dari segi jumlah maupun teknologi penggunaan alat tangkap. Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting diperhatikan karena kapasitas suplai yang besar dan permintaan yang terus meningkat.

Tingginya permintaan terutama berasal dari negara-negara berkembang dan maju dengan meningkatnya jumlah penduduk (Andrews, C. 2006). Oleh sebab itu, upaya penangkapannya semakin digalakkan seiring dengan meningkatnya permintaan akan ikan blueface napoleon. Pemanfaatan sumber daya perikanan bertanggung jawab atau ramah lingkungan

atau penangkapan berkelanjutan merupakan isu pokok dalam pengembangan dan pengelolaan perikanan tangkap dimasa mendatang.

Pengelolaan sumber daya perikanan merupakan usaha yang dilakukan untuk meningkatkan eksploitasi sumber daya perikanan dengan tetap menjaga kelestarian sumber daya. Pada umumnya pengelolaan sumber daya perikanan tidak langsung ditujukan pada organisme, akan tetapi lebih cenderung pada usaha pengaturan aktivitas penangkapan dan upaya perbaikan kondisi lingkungan (Charles, 1994; FAO, 1995; Charles, 2001).

(4)

Pengelolaan sumber daya perikanan banyak dipergunakan dengan pendekatan pencegahan. Menurut Charles(2001) dalam rangka mendukung implementasi pendekatan pencegahan dalam manajemen perikanan, maka kegiatan penelitian perlu mengadopsi pada kebutuhan baru dan harus memenuhi kriteria. Kekurangan informasi penelitian jangan dijadikan alasan untuk menunda pengukuran biaya efektif untuk mencegah penurunan kualitas lingkungan. Oleh sebab itu, diperlukan informasi minimum dalam memulai dan melanjutkan kegiatan usaha perikanan dan perluasan kisaran penggunaan model–model perikanan (seperti model bioekonomi, multi spesis, ekosistim dan tingkah laku, dan pertimbanganpertimbangan antara lain adalah dampak lingkungan, interaksi spesies dan teknologi, dan tingkah laku social masyarakat nelayan.

Pendekatan pemanfaatan dan pengelolaan perikanan secara berkelanjutan untuk usaha ikan hias di Perusahaan ikan hias setidaknya merupakan salah satu alternative pendekatan efektif dan efisien bagi masing-masing pelaku kegiatan. Hal ini tentunya akan sangat menunjang industry ikan hias untuk semua jenis ikan hias yang sampai saat ini masih kekurangan pasokan.

Konsep Nilai Ekonomi Sumberdaya Alam Disebut sebagai keinginan membayar (willingness to pay) seseorang merupakan penjumlahan dari nilai-nilai pemanfaatan (use values) dan nilai-nilai non-pemanfaatan (non-use values).

Krutila (1967) memperkenalkan konsep valuasi ekonomi total, yaitu sebuah usaha untuk memasukkan seluruh nilai dari kedua komponen nilai ekonomi sumberdaya alam, yaitu use value dan non-use value.

(5)

Adapun dalam teknik replacement cost,nilai sumberdaya alam didekati dari biaya atau pengeluaran untuk restorasi sumberdaya alam. Menurut Djijono (2002), dengan menggunakan kurva permintaan dapat mengukur jumlah yang akan dibayar

oleh konsumen untuk tiap unit yang dikonsumsi. Gambar 1, menggambarkan kurva permintaan dan hubungannya dengan keinginan membayar serta besarnya surplus konsumen.

Konsep Pengukuran Nilai Ekonomi Sumberdaya

Secara tradisional nilai terjadi didasarkan pada interaksi antara manusia sebagai subjek (penilai) dan obyek (sesuatu yang dinilai) (Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan Bateman, 1994). Setiap individu memiliki sejumlah nilai yang dikatakan sebagai nilai penguasaan (held value) yang merupakan basis preferensi individu. Pada akhirnya nilai obyek ditentukan oleh bermacam-macam nilai yang dinyatakan (assigned value) oleh individu (Pearce dan Turner, 1990).

Nilai ekonomi atau total nilai ekonomi suatu sumberdaya secara garis besar dapat dikelompokan menjadi dua, yaitu nilai penggunaan ( use value ) dan nilai intrinsik (non use value) (Pearce dan Turner, 1990; Pearce dan Moran, 1994; Turner, Pearce dan Bateman, 1994). Selanjutnya dijelaskan bahwa nilai penggunaan (use value) dibagi

lagi menjadi nilai penggunaan langsung (direct use value),nilai penggunaan tidak langsung (indirect use value) dan nilai pilihan (option value). Nilai penggunaan diperoleh dari pemanfaatan aktual lingkungan (Turner,Pearce dan Bateman,1994). Nilai penggunaan berhubungan dengan nilai karena responden memanfaatkannya atau berharap akan memanfaatkan di masa mendatang (Pearce dan Moran, 1994). Nilai penggunaan langsung adalah nilai yang ditentukan oleh kontribusi lingkungan pada aliran produksi dan konsumsi (Munasinghe, 1993).

(6)

TUJUAN PENELITIAN sumberdaya ikan hias blueface napoleon pomacanthus xanthometapon menggunakan Surplus Production Method (Metode Produksi Surplus). Metode ini digunakan untuk menghitung potensi lestari (MSY) dan upaya (tingkat pemanfaatan) optimum dengan cara menganalisa hubungan upaya penangkapan (f) dengan hasil tangkapan per satuan upaya (CPUE). Data yang diperlukan berupa data hasil tangkapan (catch) tiap jenis ikan hias blueface

napoleon, dan upaya penangkapan (effort) berupa lama trip penangkapan tiap jenis alat tangkap. Pengolahan data melalui pendekatan Schaefer, dihitung dengan menggunakan alat bantu program Excel.

Y = yield = hasil tangkapan ikan (ton) R = recruitment = rekruitmen

(konstanta)

K = carriying capacity = daya dukung lingkungan (konstanta)

Q = fishing capacity = kapasitas penangkapan ikan (konstanta) F = effort = upaya penangkapan (trip)

Mengingat sifat perikanan di daerah tropis khususnya di Indonesia adalah multispecies dan multigear, maka untuk menghitung potensi didasarkan pada perhitungan tiap spesies, sehingga dapat dihitung dengan menggunakan persamaan

(7)

Y/f adalah hasil tangkapan per upaya penangkapan. Y adalah hasil tangkapan ikan (ton), yaitu keseluruhan hasil tangkapan suatu jenis ikan, sedangkan f adalah upaya penangkapan ikan standar, yaitu keseluruhan jumlah upaya penangkapan ikan yang digunakan untuk menangkap suatu jenis ikan tertentu. Jumlah trip penangkapan dari suatu armada penangkapan ikan biasanya merefleksikan upaya penangkapan yang dimaksud. Upaya penangkapan standar diperoleh dengan cara terlebih dahulu dilakukan perhitungan nilai FPI (Fishing Power Index) yang dihitung dengan menggunakan metode standarisasi alat tangkap (Guland, 1983). Bila dua kapal melakukan penangkapan terhadap sumberdaya yang sama dan dalam kondisi yang sama, maka daya tangkap relatif kapal A relatif terhadap kapal B adalah:

PA(B) = CPUE dari kapal B CPUE dari kapal A

Kapal A sering disebut sebagai kapal standar, sehingga apabila jumlah kapal A (NA) dan jumlah kapal B (NB) maka upaya penangkapan secara keseluruhan adalah:

menggunakan model Gordon-Schaefer

(Clark, 1985). Asumsi dasar yang digunakan adalah permintaan ikan hasil tangkapan dan penawaran upaya penangkapan adalah elastis sempurna. Harga ikan (p) dan biaya marginal upaya penangkapan masing-masing mencerminkan manfaat marginal dari ikan hasil tangkapan bagi masyarakat dan biaya sosial marginal upaya penangkapan. Berdasarkan asumsi tersebut, total penerimaan dari usaha penangkapan (TR) digambarkan dengan persamaan:

pY

TR

Total biaya penangkapan (TC) digambarkan dengan persamaan:

cf

TC

(8)

ikan hias dan Asosiasi Koral dan Ikan Hias Sulawesi (AKIS).

Metode Pengambilan Data Status Pemanfaatan

Pada pengamatan status pemanfaatan data sekunder :

1. Data Sekunder, yaitu data yang diperoleh dari kantor atau perusahaan dan Asosiasi Koral,Kerang, dan Ikan Hias Indonesia (AKKII) dan Asosiasi Koral dan Ikan Hias Sulawesi (AKIS) yang erat kaitannya dengan data yang diperlukan untuk melengkapi data primer, seperti data time series peroduksi ikan blueface napoleon. Jenis dan sumber data yang diperlukan dalam penelitian ini terdiri atas : Analisis Data

Status Pemanfaatan

Catch per unit effort (C/f) merupakan indeks kepadatan relatif. Kepadatan ikan blueface napoleon dapat diduga dengan menggunakan data hasil tangkapan dan upaya dari suatu seri penangkapan. Metode ini dapat digunakan untuk menduga besarnya populasi dimana situasinya tidak praktis untuk mendapat jumlah yang pasti

(9)

HASIL DAN PEMBAHASAN

Dari tabel didapatkan data bahwa fungsi penawaran Y= 50.739x + 134815 dan fungsi permintaan Y= -98.83x + 490333 maka didapatkan titik ekuilibrium sebesar Rp. 175.000 dan jumlah ekuilibrium 3200 ton. Besarnya surplus konsumen pada ikan napoleon di Sulawesi Selatan selama lima tahun terakhir yaitu sebesar Rp.200.000 sedangkan untuk surplus produsen pada ikan napoleon di Sulawesi Selatan yaitu sebesar

Rp.150.000. Dari data perhitungan yang didapatkan diperoleh perbandingan antara surplus produsen dan konsumen pada komoditas ikan napoleon yaitu sebesar 1,25 yang berarti nilai kepuasan terdapat pada konsumen sebesar 1,25.

Valuasi dan Net Present Value

(10)

Nilai ekonomi total adalah total keseluruhan langsung penangkapan ikan napoleon. Nilai ini terdiri atas nilai potensi

Ikan napoleon yang tertangkap yang memiliki nilai ekonomis dan harga jual di pasaran. Selanjutnya, proporsi nilai ekonomi tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan tidak memberikan nilai ekonomi yang terlalu tinggi. Nilai tersebut memberikan gambaran nilai keseluruhan dari fungsi dan manfaat yang dimiliki oleh komoditas ikan napoleon dilaut. Berdasarkan atas tingginya nilai persentase nilai ekonomi langsung dibandingkan nilai ekonomi tidak langsung, nilai pilihan dan nilai keberadaan, maka diketahui bahwa aktifitas pemanfaatan sumberdaya ikan napoleon masih dapat dilakukan dalam skala kecil dengan penerapan sistem supra intensif. Pada penelitian ini diketahui bahwa nilai guna langsung lebih tinggi dibandingkan dengan nilai guna tidak langsung. Menurut Barbier et. al., (1997) dalam Irmadi (2004), ada tiga jenis pendekatan penilaian sebuah ekosistem alam yaitu impact analysis, partial analysis dan

total valuation. Pendekatan impact analysis dilakukan apabila nilai ekonomi ekosistem dilihat dari dampak yang mungkin timbul sebagai akibat dari aktivitas tertentu, misalnya akibat reklamasi pantai terhadap ekosistem pesisir. Pendekatan partial analysis dilakukan dengan menetapkan dua atau lebih alternatif pilihan pemanfaatan ekosistem. Sementara itu, pendekatan total valuation dilakukan untuk menduga total kontribusi ekonomi dari sebuah ekosistem tertentu kepada masyarakat.

(11)

TEV = UV + NUV = (DUV + IUV + OV) + (EV + BV)

Namun dalam hal ini yang digunaka hanya Direct Use Value (DUV) dan Indirect Use Value (IUV). Nilai kegunaan langsung (DUV) yaitu output (barang dan jasa) yang terkandung dalam suatu sumberdaya yang

secara langsung dapat dimanfaatkan. Nilai kegunaan tidak langsung (IUV) yaitu barang dan jasa yang ada karena keberadaan suatu sumberdaya yang tidak secara langsung dapat diambil dari sumberdaya alam tersebut.

Nilai Potensi Ekonomi Total ikan Napoleon selama 5 tahun terakhir di Sulawesi Selatan

Nilai Ekonomi Langsung Nilai Ekonomi Rp/ha/Th % Proporsi Nilai ha/th

Nilai Penjualan 210.000.000 100 %

Total Nilai Ekonomi Langsung 210.000.000

-Total Nilai Ekonomi 210.000.000 100%

NPV=

NPV=

NPV=209200000

Hasil penangkapan ikan napoleon selama 1 tahun sebesar 1,2ton/tahun x 1.750.000= 210.000.000/tahun (Benefit dari suatu penangkapan pada tahun ke-t).

Nilai Biaya dari suatu penangkapan pada tahun ke-t= 15.000.000 x 12=180.000.000.

Berdasarkan hasil analisis optimalisasi penangkapan sumberdaya ikan

napoleon diketahui bahwa nilai proporsi sebesar 100% pada nilai ekonomi langsung. Nilai jual pada ikan napoleon sangat tinggi karena jumlah penangkapan per tahun meningkat dan jumlah permintaan naik . Berdasarkan hasil dari NPV sebesar Rp. 209200000 yang berarti bahwa usaha tambak udang vanamee dengan teknik supra intensif akan memperoleh net benefit sebesarRp. 209200000 selama umur usaha (5 tahun) tersebut apabila dinilai dari sekarang.

(12)

Upaya penangkapan (effort) untuk ikan blueface napoleon tahun 2002-2010 berfluktuasi dengan kecenderungan meningkat (Gambar 2). Upaya penangkapan terendah terjadi pada tahun 2004 dan 2005 sebesar 195 orang nelayan, sedangkan upaya penangkapan tertinggi terjadi pada tahun 2010 sebesar 234 orang nelayan.

Penambahan upaya yang merupakan salah satu alternatif untuk meningkatkan produksi tidak menunjukkan korelasi positif, sebagaimana yang terjadi pada tahun 2004 -2010. Produksi pada tahun 2004 mengalami penurunan dari 5.512 ekor menjadi 3.166 ekor di tahun 2010, meskipun upayanya bertambah dari 195 orang nelayan di tahun 2004 menjadi 234 orang nelayan di tahun 2010. Berdasarkan kondisi ini dapat dinyatakan bahwa pada batas-batas tertentu

dengan peningkatan upaya penangkapan akan menurunkan produksi hasil tangkapan. Hal ini disebabkan oleh kondisi potensi sumber daya yang telah dimanfaatkan secara intensif yang menjadi salah satu indikator kondisi overfishing(kelebihan penangkapan) terhadap ikan injel napoleon di perairan Pangkep dan Selayar. Penurunan hasil tangkapan tersebut dengan peningkatan jumlah upaya penangkapan dapat menjadi indikasi over eksploitasi. Ukuran ikan blueface napoleon yang tertangkappun pada umumnya berukuran kecil dengan umur sampel tidak lebih dari 2 tahun dan belum ditemukan induk yang matang gonad.

Hasil total tangkapan dan upaya penangkapan blueface napoleon sepanjang tahun 2004 – 2010 menunjukkan grafik yang menurun (Gambar 3).

(13)

Gambar 3. Hubungan antara total tangkapan dan upaya penangkapan 2004 – 2010

Gambar 4. Frekuensi penurunan produksi ikan injel napoleon di perairan Sulawesi Selatan

Grafik yang diperlihatkan pada gambar tersebut menunjukkan bahwa walaupun upaya ditingkatkan tetapi hasil tangkapan tetap menurun. Hal ini diduga juga berkaitan dengan kondisi sumberdaya yang menjadi target penangkapan. Status penangkapan ikan blueface napoleon yang dilakukan dalam kurun waktu tersebut diduga telah melewati titik optimum atau

(14)

titik EMSY akan diperoleh produksi yang maksimum. Produksi pada titik ini disebut sebagai titik Maximum Sustainable Yield. Karena sifat dari kurva Yield-Effort yang berbentuk kuadratik, peningkatan upaya yang terus menerus setelah melewati titik EMSY tidak dibarengi dengan peningkatan produksi lestari maka sudah terjadi overfishing(penangkapan berlebihan).

Frekuensi penurunan produksi ikan blueface napoleon tahun 2002 ke 2003 penurunannya 12%, tahun 2003 ke 2004 penurunannya derastis yaitu 30%, bahkan terlihat dari tahun tahun 2002 sampai 2010 mengalami kecendrungan penurunan dari di perairan Sulawesi Selatan (Gambar 4). Hal ini menunjukkan bahwa keberadaan populasi ikan blueface napoleon kecendrungannya memang sudah mengalami penurunan, seiring dengan hasil frekuensi produksi ikan injel napoleon setiap tahunnya mengalami penurunan.

Trend hasil produksi ikan blueface napoleon di perairan Sulawesi Selatan setiap tahun mengalami penurunan. Gambar 4. Produksi dipengaruhi atas besarnya tingkat upaya pemanfaatan terhadap target produksi itu sendiri. Semakin besar target produksi tersebut, maka tingkat pengupayaan terhadap target tersebut juga diintensifkan.

Dalam perikanan, hal semacam ini tidak selalu memberikan hasil positif karena banyaknya faktor yang mempengaruhinya, terutama keberadaan sumberdaya perikanan itu sendiri, kemampuan armada penangkapan dan kondisi oceanografis.

(15)

Gambar 5. Komposisi ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap di perairan Sulawesi Selatan.

dan malthusin overfishing.

Salah satu jenis ikan hias laut yang banyak diminati pecinta ikan hias adalah jenis ikan blueface napoleon. Jenis ikan ini merupakan primadona bagi kolektor pecinta akuarium air laut dan merupakan salah satu komoditas ekspor disektor perikanan. Sektor kelautan dan perikanan merupakan salah satu sumber pertumbuhan ekonomi yang penting diperhatikan karena kapasitas suplai yang besar dan permintaan yang terus meningkat. Tingginya permintaan terutama berasal dari negara-negara berkembang dan maju dengan meningkatnya jumlah penduduk (Fauzi, 2006). Oleh sebab itu, upaya penangkapannya semakin digalakkan seiring dengan meningkatnya permintaan

akan ikan blueface napoleon. Namun demikian, berdasarkan Data AKKII dan AKIS 2010, menunjukkan terjadinya penurunan jumlah hasil tangkapan ikan injel napoleon. Penurunan ini terutama pada tahun 2002 hingga tahun 2010 untuk ukuran M dan S (Gambar 5).

(16)

SIMPULAN DAN SARAN napoleon diduga telah melampaui produksi tangkapan lestari (MSY). Peningkatan usaha (effort) tidak diikuti peningkatan produksi bahkan produksi terus menurun dimana ukuran S (8,1 – 11 cm) dan M (11,1– 15 cm) menurun lebih drastic dibanding ukuran lainnya.

3. Hasil perhitungan surplus konsumen didapatkan data bahwa fungsi penawaran Y= 50.739x + 134815 dan fungsi permintaan Y= -98.83x + 490333 maka didapatkan titik ekuilibrium sebesar Rp. 175.000 dan jumlah ekuilibrium 3200 ekor/tahun. Besarnya surplus konsumen pada ikan napoleon di Sulawesi Selatan selama lima tahun terakhir yaitu sebesar 200.000 sedangkan untuk surplus produsen pada ikan napoleon di Sulawesi Selatan yaitu sebesar 150.000.

4. Berdasarkan hasil analisis optimalisasi penangkapan sumberdaya ikan napoleon diketahui bahwa nilai proporsi sebesar 100% pada nilai ekonomi langsung. Nilai jual pada ikan napoleon rendah karena jumlah penangkapan per tahun terus menurun akibat terus berkurangnya stok dan jumlah permintaan terus menurun akibat harga yang terus naik.

SARAN

1. Dari hasil penelitian ini disarankan untuk diberlakukannya batasan ukuran dan kuota tangkap untuk pemanfaatan ikan hias Blueface Napoleon karena kebanyakan masih berukuran juvenil sehingga dapat terjaga.

2. Penelitian ini hanya menemukan sebagian kecil variabel yang diukur mampu menerangkan model produksinya, sehingga penelitian selanjutnya disarankan menggunakan variabel variable/aspek-aspek biologi, teknologi, maupun kebijakan konservasi dalam model produksi.

(17)

4. Untuk menjamin suplai ikan blueface napoleon perlu penelitian upaya budidaya.

DAFTAR PUSTAKA

Allen, G and M. Adrim. 2003. Coral Reef Fishes of Indonesia. Zoological Studies. 42 (1). pp. 1-72.

Charles, A.T. 2001. Sustainable Fishery Systems. Blackweell Science, London. pp. 370.

Effendie, M.I. 1992. Metoda Biologi Perikanan. Yayasan Agromedia, Bogor. 112 hal.

FAO. 1998. Introduksi Pengkajian Stok Ikan Tropis. Kerjasama dengan Organisasi Pangan dan Pertanian Perserikatan Bangsa-Bangsa, Pusat Penelitian dan

Pengembangan Perikanan, Badan Penelitian dan Pengembangan Pertanian, Jakarta.

Indra. 2007. Model Bio-Ekonomi Opsi Rehabilitasi Sumber Daya Perikanan di Provinsi Nangroe Aceh Darussalam. Disertasi. IPB, Bogor.

Munday, P. L. and Wilson, S. K. 1997. "Comparative efficacy of clove oil and other chemicals in

anaesthetization of Pomacentrus amboinensis, a coral reef fish.

Journal of Fish Biology. 51(5) : 931 - 938.

Per Sparre dan Siebren C Venema, 1999. Introduksi Pengkajian Stok Ikan ropis. Pusat Penelitian dan Pengembangan

PerikananPerikanan dan Ilmu Kelautan, Institut Pertanian Bogor.

Gambar

Gambar 2. Trend total tangkapan, upaya, dan CPUE ikan injel napoleon
Gambar 3. Hubungan antara total tangkapan dan upaya penangkapan 2004 – 2010
Gambar 5. Komposisi ukuran ikan injel napoleon yang tertangkap di perairan Sulawesi

Referensi

Dokumen terkait

Mahasiswa tingkat akhir Fakultas Keperawatan akan diberikan lembar pernyataan terkait dengan Stres dan Pola makan dan memilih salah satu jawaban yang sesuai dengan

Berdasarkan hal tersebut, pengabdian ini bertujuan untuk meningkatkan pengetahuan, pemahaman dan kesadaran keselamatan berkendara melalui upaya penyuluhan, serta

Karakteristik anak usia dini adalah unik, begitu juga dengan cara belajar anak. Setiap anak memiliki cara belajar yang berbeda hal ini biasanya dipengaruhi oleh faktor

Dengan mengucap syukur Alhamdulillahirabbil’alamin , atas kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat, rahmat dan karunia-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan

Evaluasi Keterkaitan Penelitian Integratif dengan Sasaran Strategis Kemenhut. Evaluasi Pelaksanaan

LGD adalah suatu metode yang sangat efektif untuk mengatur penempatan calon  pemimpin ketika posisi mereka dipindahkan yang mana mereka mempunyai kekuasaandan dipercaya dapat

Dari uji lanjut duncan didapatkan bahwa perbandingan ekstrak laktosa pada konsentrasi senyawa flavonoid 1:2 mempunyai kandungan senyawa flavonoid berbeda tidak nyata

Program pembinaan olahraga yang berkesinambungan melalui Kelompok Berlatih Olahraga (KBO) yang lebih memadai, adalah merupakan kegiatan pembinaan kesegaran jasmani yang lebih