• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) dan Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) yang Ditanam di Daerah Berbeda Ketinggian

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Uji Aktivitas Antioksidan Ekstrak Etanol Daun Kangkung Air (Ipomoea aquatica Forsk.) dan Kangkung Darat (Ipomoea reptans Poir.) yang Ditanam di Daerah Berbeda Ketinggian"

Copied!
14
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Uraian Tumbuhan

Uraian tumbuhan meliputi daerah tumbuh, morfologi tumbuhan,

sistematika tumbuhan, nama asing, nama daerah, kandungan kimia dan kegunaan

dari tumbuhan.

2.1.1 Daerah tumbuh

Kangkung dapat tumbuh dan berproduksi dengan baik di dataran rendah

sampai dataran tinggi (pegunungan) ± 2000 meter dari permukaan laut. Baik

kangkung darat maupun kangkung air, keduanya dapat tumbuh di mana saja, baik

di dataran rendah maupun di dataran tinggi (Nazaruddin, 1993).

2.1.2 Morfologi tumbuhan

Batang kangkung bulat dan berlubang, berbuku-buku, banyak

mengandung air dan dari buku-bukunya mudah sekali keluar akar. Memiliki

percabangan yang banyak dan setelah tumbuh lama batangnya akan menjalar

(Djuariah, 2007). Kangkung memiliki tangkai daun melekat pada buku-buku

batang dan di ketiak daunnya terdapat mata tunas yang dapat tumbuh menjadi

percabangan baru. Bentuk daun umumnya runcing ataupun tumpul, permukaan

daun sebelah atas berwarna hijau tua, dan permukaan daun bagian bawah berwarna

hijau muda. Bentuk bunga kangkung umumnya berbentuk terompet dan daun

mahkota bunga berwarna putih atau merah lembayung (Suratman et al., 2000).

Perbedaan mendasar antara kangkung darat dan kangkung air (Dibyantoro,

(2)

a. Warna bunga.

Kangkung air berbunga putih kemerah-merahan, sedangkan kangkung darat

bunga putih bersih.

b. Bentuk daun dan batang.

Kangkung air berbatang dan berdaun lebih besar dari pada kangkung darat.

Warna batang keduanya berbeda. Kangkung air berbatang hijau, sedangkan

kangkung darat putih kehijau-hijauan.

c. Kebiasaan berbiji.

Kangkung darat lebih banyak berbiji dari pada kangkung air.Itu sebabnya

kangkung darat diperbanyak lewat biji, sedangkan kangkung air dengan stek

pucuk batang.

2.1.3 Nama asing

Ka ngkong, Swa mp Ca bba ge, Wa ter Convolvulus, Wa ter Spina ch, Chinese

Wa ter Spina ch, Patate aquatique, Espinaca aquatica (Spanyol), Karamta Liseron

d’Eau (Perancis), Nilkamli, (India, Bangladesh), Mr ibawa Ziwa (Kenya, Tanzania)

(Dibyantoro, 1996).

2.1.4 Nama daerah

Rumpun (Aceh), Kangkong (Madura), Pangpung (Bali), Lara (Nusa Tenggara), Kanto (Gorontalo), Namiri (Makassar), Lare (Bugis), Kako

(Halmahera), Kangko (Tidore) (Depkes RI, 2001).

2.1.5 Sistematika tumbuhan

Sistematika tumbuhan (Depkes RI, 2001) adalah sebagai berikut:

Kingdom : Plantae

(3)

Sub divisi : Angiospermae

Kelas : Dicotyledoneae

Ordo : Solanales

Suku : Convolvulaceae

Genus : Ipomoea

Spesies : Ipomoea aquatica Forsk.

Ipomoea repta ns Poir.

2.1.6 Kandungan kimia

Herba kangkung mengandung senyawa metabolit sekunder seperti saponin,

flavonoida dan polifenol (Depkes RI, 2001).

2.1.7 Kegunaan

Daun kangkung berkhasiat sebagai obat penenang dan obat sukar tidur

(Depkes RI, 2001).

2.2 Ketinggian Daerah

Berdasarkan ketinggian tempatnya, maka wilayah lingkungan terbagi menjadi

3 (Sutarya, et al., 1995), yaitu:

1. Dataran rendah, merupakan daerah pantai sampai daerah dengan ketinggian

200 m dari permukaan laut. Suhu maksimum berada diantara 27-30° C, dan

suhu pada malam hari berada diantara 22-25° C. Jenis tanah sebahagian besar

merupakan tanah alluvial dan latosol.

2. Dataran tinggi, merupakan daerah dengan ketinggian diatas 700 m dari

permukaan laut. Dari ketinggian tersebut, suhu rata-rata akan berkurang 1°C

(4)

rata-rata 24°C dan suhu pada malam hari 15°C. Intensitas penyinaran lebih rendah,

dan terutama berawan pada musim hujan. Kelembapan udara relatif tinggi.

Jenis tanah sebagian besar termasuk andosol dan grumosol.

3. Dataran medium, merupakan daerah dengan ketinggian berada di antara

dataran tinggi dan dataran rendah, yaitu ketinggian 200-700 m dari

permukaan laut.

2.3 Ekstraksi

Menurut Depkes RI (2000), ada beberapa metode ekstraksi yang sering

digunakan dalam berbagai penelitian antara lain yaitu:

A. Cara dingin

1. Maserasi, adalah proses penyarian simplisia dengan cara perendaman dengan

pelarut dengan sesekali pengadukan pada temperatur kamar. Maserasi yang

dilakukan pengadukan secara terus-menerus disebut maserasi kinetik sedangkan

yang dilakukan pengulangan panambahan pelarut setelah dilakukan

penyaringan terhadap maserat pertama disebut remaserasi.

2. Perkolasi, adalah proses penyarian simplisia dengan pelarut yang selalu baru

sampai terjadi penyarian sempurna yang umumnya dilakukan pada temperatur

kamar.

B. Cara panas

1. Refluks, adalah proses penyarian simplisia dengan menggunakan alat pada

temperatur titik didihnya, selama waktu tertentu dan jumlah pelarut terbatas

(5)

2. Digesti, adalah proses penyarian dengan pengadukan kontinu pada temperatur

lebih tinggi daripada temperatur ruangan, yaitu secara umum dilakukan pada

temperatur 40-50°C.

3. Soxhletasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut yang selalu

baru, dilakukan dengan menggunakan alat soklet sehingga menjadi ekstraksi

kontinu dengan pelarut relatif konstan dengan adanya pendingin balik.

4. Infundasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90°C selama 15 menit.

5. Dekoktasi, adalah proses penyarian dengan menggunakan pelarut air pada

temperatur 90°C selama 30 menit.

2.4 Radikal Bebas

Istilah radikal bebas merujuk ke atom atau gugus atom apa saja yang

memiliki satu atau lebih elektron tak berpasangan. Karena jumlah elektron ganjil,

maka tidak semua elektron dapat berpasangan. Mesikpun suatu radikal bebas tidak

bermuatan positif atau negatif, spesi semacam ini sangat reaktif karena adanya

elektron yang tidak berpasangan. Suatu radikal bebas biasanya dijumpai sebagai

zat-antara yang tak dapat diisolasi usia pendek, sangat reaktif, dan berenergi

tinggi. Pada bidang kimia organik, reaksi radikal bebas umumnya digunakan

dalam halogenasi hidrokarbon dan pirolisis (Fessenden dan Fessenden, 1986)

Sifat radikal bebas yang tidak stabil menyebabkan reaksi menerima atau

memberikan elektron dengan molekul sekitarnya. Kebanyakan molekul ini bukan

radikal bebas melainkan makromolekul biologi seperti lipid, protein, asam nukleat

(6)

terbentuknya radikal bebas baru yang bereaksi lagi dengan makromolekul lain

(Weisburger, 2004).

Senyawa oksigen reaktif (SOR) berperan dalam berbagai proses biologis

alami di dalam tubuh. SOR berasal dari oksigen (O2). Berbagai proses metabolisme dalam tubuh, seperti pada rantai pernapasan , reperfusi, dan proses

oksidasi asam lemak, oksigen berperan sebagai akseptor terakhir dari elektron.

Secara fisiologis tubuh menghasilkan SOR, namun apabila radikal bebas atau

oksidan dihasilkan secara berlebihan oleh tubuh, maka bahan tersebut akanbersifat

toksik dan merusak berbagai komponen dalam tubuh, seperti DNA, lipid dan

enzim.Golongan senyawa oksigen reaktif antara lain adalah hidroksil (OH-),

superoksida (O2-), peroksidal (RO2-), asam hipoklorit (HOCl) dan hidrogen peroksida (H2O2) (Ionita, 2005).

Secara umum (Froment dan Bischoff, 1979), reaksi pembentukan radikal

bebas melalui 3 tahapan reaksi berikut :

a. Tahap inisiasi

RH + initiator → R˙ + H˙

R˙→ R˙ + O2→ ROO˙ b. Tahap propagasi

R˙ + O2 → ROO˙

ROO˙ +RH → ROOH + R˙

c. Tahap terminasi

R˙ + R˙ → RR

(7)

Tahap inisiasi adalah tahap awal pembentukan radikal-radikal bebas,

sedangkan propagasi merupakan sederatan reaksi terbentuknya radikal baru akibat

reaksi antara suatu radikal dengan senyawa lain. Pada hakikatnya, pembentukan

awal beberapa radikal bebas akan mengakibatkan perkembangbiakan

radikal-radikal bebas baru dalam suatu reaksi pengabdian-diri (self-perpetuating) yang

disebut sebagai reaksi rantai. Tahap terakhir atau terminasi adalah reaksi

memusnahkan radikal bebas atau mengubah radikal bebas menjadi stabil dan tak

reaktif (Fessenden dan Fessenden, 1986).

2.5 Antioksidan

Antioksidan adalah zat yang dalam kadar rendah bila dibandingkan dengan

bahan yang dapat dioksidasi, dapat memperlambat atau menghambat oksidasi

bahan tersebut secara signifikan (Halliwell, 2002).

Senyawa ini memiliki berat molekul kecil, tetapi mampu menginaktivasi

berkembangnya reaksi oksidasi, dengan cara mencegah terbentuknya radikal atau

dengan mengikat radikal bebas dan molekul yang sangat reaktif(Winarsi, 2007).

Menurut Kumalaningsih (2006), antioksidan tubuh dikelompokkan

menjadi 3 yakni:

1. Antioksidan primer yang berfungsi untuk mencegah pembentuk senyawa

radikal baru karena dapat merubah radikal bebas yang ada menjadi molekul

yang berkurang dampak negatifnya, sebelum radikal bebas ini sempat bereaksi.

Contohnya adalah enzim superoksida dismutase (SOD) yang berfungsi sebagai

(8)

2. Antioksidan sekunder merupakan senyawa yang berfungsi menangkap senyawa

serta mencegah terjadinya reaksi berantai. Contohnya adalah vitamin E, vitamin

C, dan betakaroten yang dapat diperoleh dari buah-buahan.

3. Antioksidan tersier merupakan senyawa yang memperbaiki kerusakan sel-sel

dan jaringan yang disebabkan radikal bebas. Contohnya enzim metionin

sulfoksidan reduktase untuk memperbaiki DNA pada inti sel.

Khasiat antioksidan untuk mencegah berbagai penyakit akibat pengaruh

oksidatif akan lebih efektif jika kita mengkonsumsi sayur-sayuran dan

buah-buahan yang kaya akan antioksidan dan berbagai jenis daripada menggunakan

antioksidan tungggal. Hal ini mungkin dikarenakan oleh adanya komponen lain

dan interaksinya dalam sayur-sayuran dan buah-buahan yang berperan secara

positif (Silalahi, 2006).

Senyawa antioksidan alami tumbuhan umumnya adalah senyawa fenolik

atau polifenolik yang dapat berupa golongan flavonoid, kumarin, tokoferol, dan

asam-asam organik.Senyawa polifenolik dapat bereaksi sebagai pereduksi,

penangkap radikal bebas (Kumalaningsih, 2006).

2.5.1 Vitamin C

Struktur dari vitamin C (Iqbal, et al., 2004) dapat dilihat pada Gambar 2.1 berikut.

(9)

Vitamin C berhasil diisolasi untuk pertama kalinya pada tahun 1928 oleh

Albert Szent-Györgyi. Penemuan ini terjadi dikarenakan keinginan dari Albert

untuk mencoba mengidentifikasi suatu komponen yang mengikat oksigen dan

dapat mencegah kerusakan buah (Iqbal, et al., 2004).

Vitamin C atau asam askorbat mempunyai berat molekul 176,13 dengan

rumus bangun C6H8O6, dengan titik lebur 190-192°C. Asam askorbat

mengandung tidak kurang dari 99,0% C6H8O6. Pemerian: serbuk atau hablur putih

atau agak kuning, tidak berbau, rasa asam, oleh pengaruh cahaya lambat laun

menjadi gelap, dalam larutan cepat teroksidasi. Kelarutan: mudah larut dalam air,

agak sukar larut dalam etanol (95%) P, praktis tidak larut dalam kloroform P,

dalam eter P dan dalam benzen P. Penyimpanan dalam wadah tertutup rapat,

terlindung dari cahaya. Vitamin C mengandung khasiat sebagai antiskorbut

(Depkes, 1979).

Vitamin C berperan dalam mengurangi resiko hipertensi dan jantung

koroner, mencegah kanker, meningkatkan sistem kekebalan tubuh terhadap infeksi

virus dan bakteri, berperan dalam pembentukan kolagen serta produksi

neurotransmitter dan hormon tertentu dalam tubuh (Walingo, 2005).

Asam askorbat apabila terkena pengaruh oksigen, zat-zat pengoksidasi

lemah, atau oleh pengaruh enzim asam askorbat oksidase, akan mempermudah

senyawa ini mengalami oksidasi. Karena memiliki sifat mudah teroksidasi, asam

askorbat digunakan sebagai antioksidan (Iqbal, et al., 2004).

2.5.2 Flavonoid

(10)

Gambar 2.2 Rumus bangun flavonoid

Golongan flavonoid dapat digambarkan sebagai deretan senyawa C6-C3-C6. Kelompok terbesar flavonoid memiliki ciri adanya cincin piran yang

menghubungkan rantai tiga-karbon dengan salah satu dari cincin benzen. Senyawa

ini merupakan pereduksi yang baik karena mampu menghambat reaksi oksidasi

(Robinson, 1995). Flavonoid pada tumbuhan berfungsi sebagai pelindung terhadap

serangan jamur ataupun radiasi sinar UV yang dapat merusak tumbuhan. Selain

itu, flavonoid juga terlibat dalam proses fotosintesis, transfer energi, dan respirasi

pada tumbuhan.

2.5.3 Tokoferol

Struktur α-tokoferol (Lmid, 1995) dapat dilihat pada Gambar 2.3 berikut:

Gambar 2.3 Rumus bangun α- tokoferol

Tokoferol merupakan salah satu antioksidan yang terdapat dalam

tumbuhan. Beberapa tokoferol ada yang terdapat di alam, salah satunya α

-tokoferol yang merupakan senyawa paling aktif secara biologis (Silalahi, 2006).

Makanan yang paling banyak mengandung tokoferol adalah minyak nabati,

(11)

mencegah dan melindungi sel tubuh dari kerusakan, sehingga dapat memperlambat

penuaan, mencegah kanker dan aterosklerosis (Lamid, 1995).

2.5.4 Polifenol

Senyawa polifenol adalah senyawa yang paling sedikit memiliki satu cincin

aromatik dan mengikat beberapa gugus hidroksil. Polifenol merupakan senyawa

antioksidan alami yang paling banyak terdapat dalam buah-buahan dan sayuran.

Sifat antioksidan yang dimiliki oleh polifenol dapat menghambat spesies oksigen

reaktif. Polifenol dapat menghambat senyawa-senyawa karsinogen dengan cara

metilasi dan pembentukan glukoronid, serta pembukaan cincin, kebanyakan dari

bagian katekol polifenol, akibat pengaruh dari enzim-azim dan bakteri pencernaan

(Weisburger, 2004).

2.6 Spektrofotometri UV-Visible

Prinsip kerja spektrofotometer UV-Vis berdasarkan penyerapan cahaya

atau energi radiasi oleh suatu larutan. Jumlah cahaya atau energi radiasi yang

diserap memungkinkan pengukuran jumlah zat penyerap dalam larutan secara

kuantitatif (Triyati, 1985). Panjang gelombang untuk sinar ultraviolet antara

200-400 nm sedangkan panjang gelombang untuk sinar tampak/visible antara 200-400-750

nm (Rohman, 2007).

Metode spektrofotometri ultra-violet dan sinar tampak (visible) telah

banyak diterapkan untuk penetapan senyawa-senyawa organik yang umumnya

dipergunakan untuk penentuan senyawa dalam jumlah yang sangat kecil. Dalam

suatu larutan, gugus molekul yang dapat mengabsorpsi cahaya dinamakan gugus

(12)

mengalami perubahan pada panjang gelombang. Molekul yang mengandung dua

gugus kromofor atau lebih akan mengabsorpsi cahaya pada panjang gelombang

yang hampir sama dengan molekul yang hanya mempunyai satu gugus kromofor

tertentu, tetapi intensitas absorpsinya adalah sebanding dengan jumlah kromofor

yang ada (Triyati, 1985).

Spektrofotometer pada dasarnya terdiri dari sumber sinar, monokromator,

sel untuk zat yang diperiksa, detektor, penguat arus dan alat ukur atau pencatat.

Spektrofotometri serapan merupakan metode pengukuran serapan radiasi

elektromagnetik pada panjang gelombang tertentu yang diserap zat (Depkes RI,

1979).

2.7 Penentuan Aktivitas Antioksidan dengan Metode DPPH

Rumus bangun DPPH (Prakash et al., 2001) dapat dilihat pada Gambar 2.4

berikut :

Gambar 2.4 Rumus bangun DPPH

Pada tahun 1922, Goldschmidt dan Renn menemukan senyawa berwarna

ungu radikal bebas stabil DPPH. DPPH berwarna sangat ungu seperti KMnO4 dan tidak larut dalam air (Ionita, 2005). Metode DPPH adalah sebuah metode yang

sederhana yang dapat digunakan untuk menguji kemampuan antioksidan yang

(13)

padat dan juga dalam bentuk larutan. Prinsipnya dimana elektron ganjil pada

molekul DPPH memberikan serapan maksimum pada panjang gelombang 517 nm

yang berwarna ungu. Warna ini akan berubah dari ungu menjadi kuning lemah

apabila elektron ganjil tersebut berpasangan dengan atom hidrogen yang

disumbangkan senyawa antioksidan. Perubahan warna ini berdasarkan reaksi

kesetimbangan kimia (Prakash et al., 2001).

Parameter yang dipakai untuk menunjukan aktivitas antioksidan adalah

harga konsentrasi efisien atau efficient concentration (EC50) atau Inhibition Concentra tion (IC50) yaitu konsentrasi suatu zat antioksidan yang dapat menyebabkan 50% DPPH kehilangan karakter radikal atau konsentrasi suatu zat

antioksidan yang memberikan penghambatan 50%. Zat yang mempunyai aktivitas

antioksidan tinggi, akan mempunyai harga EC50 atau IC50 yang rendah (Molyneux,

2004).

2.7.1 Pelarut

Metode ini akan bekerja dengan baik menggunakan pelarut metanol atau

etanol dan kedua pelarut ini tidak mempengaruhi dalam reaksi antara sampel uji

sebagai antioksidan dengan DPPH sebagai radikal bebas (Molyneux, 2004).

2.7.2 Pengukuran absorbansi – panjang gelombang

Panjang gelombang maksimum (λmaks) yang digunakan dalam

pengukuran uji sampel uji sangat bervariasi. Menurut beberapa literatur panjang

gelombang maksimum untuk DPPH antara lain 515-520 nm, bagaimanapun dalam

praktiknya hasil pengukuran yang memberikan peak maksimum itulah panjang

gelombangnya yaitu sekitar panjang gelombang yang disebutkan diatas.

(14)

2.7.3 Pengukuran waktu operasional (operating time)

Cara ini biasa digunakan untuk pengukuran hasil reaksi atau pembentukan

warna. Tujuannya adalah untuk mengetahui waktu pengukuran yang stabil. Waktu

operasional ditentukan dengan mengukur hubungan antara waktu pengukuran

Gambar

Gambar 2.1 . Rumus bangun vitamin C
Gambar 2.3 Rumus bangun α- tokoferol
Gambar 2.4 Rumus bangun DPPH

Referensi

Dokumen terkait

Genus Aglaia merupakan salah satu genus dari tanaman pohon tanaman yang berasal dari famili Meliaceae. Genus ini terdiri dari beberapa jenis, dimana 103 diantaranya

h dir, nral(a RIJITS clipirnpirr olelr salah.seorang dari peserta yang hadir; dar r1lr:rrrlukrla l)erseTC)an, (lala,n hLll scrnrra Dewan Direksi ciiberhentikan

Instead, the Framework highlights and reinforces some fundamental shared values between signatory partners to demonstrate the need for collective action in ensuring

158 HIMPUNAN MAHASISWA JURUSAN BIOLOGI Universitas Negeri Medan Desa Binaan Berbasis Ekonomi Kreatif Pemanfaatan Limbah Daun Pisang Untuk Media Pertumbuhan Jamur Merang Sebagai

Jika proses pengambilan data dari aplikasi Feeder selesai, maka secara otomatis akan tampil pop-up untuk menyimpan file sinkronisasi dengan format nama file

Pajak yang terutang adalah pajak yang harus dibayar pada suatu saat, dalam masa pajak, dalam tahun pajak atau dalam bagian tahun pajak sesuai dengan ketentuan

Selanjutnya kami akan melakukan kaji ulang spesifikasi alat tersebut agar dilaksanakan sesuai dengan prinsip-prinsip pengadaan yang efisien, efektif, transparan,

Guru menunjuk beberapa siswa untuk maju dan menjelaskan hasil diskusi tentang penyelesaian pecahan campuran dengan bimbingan guruB. Guru memberikan pembenaran