• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Penilaian Kemampuan Dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011"

Copied!
15
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Lembaga keuangan atau perusahaan yang bergerak dibidang jasa keuangan

merupakan perusahaan yang aktivitasnya mengelola uang masyarakat. Artinya,

uang masyarakat yang dikelola lembaga keuangan harus dikelolah secara baik,

jangan sampai terjadi penyimpangan yang dapat merugikan masyarakat. Dana

atau uang masyarakat harus dilindungi dan dikelola secara baik sehingga

memberikan keuntungan yang maksimal. Secara teoritis dikenal dua macam

lembaga leuangan yakni lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan

Non-Bank. Adapun peran utama kedua lembaga ini relatif sama yaitu sebagai perantara

keuangan (financial intermediation) antar surplus unit (ultimate lenders) dengan

deficit unit (ultimate borrowers).

Industri atau lembaga keuangan bank adalah badan usaha yang

menghimpun dana dari masyarakat dalam bentuk simpanan dan menyalurkan

kepada masyarakat dalam bentuk kredit dan bentuk-bentuk lainnya dalam rangka

meningkatkan hidup rakyat banyak Undang-Undang Nomor 7 Tahun 1992 jo

Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan (selanjutnya disebut

UU Perbankan).

Kondisi ekonomi di Indonesia memang belum sepenuhnya pulih. Setelah

krisis ekonomi yang diikuti dengan krisis perbankan terjadi di pertengahan tahun

1997, bangsa ini sedikit demi sedikit mencoba untuk mengembalikan kepercayaan

(2)

Hilangnya kepercayaan masyarakat terhadap dunia perbankan pada masa krisis

berawal dari keputusan pemerintah untuk menutup 16 bank yang dianggap kurang

sehat, sesuai dengan rekomendasi dari International Monetary Fund (IMF).

Peristiwa inilah yang menjadi sumber menurunnya kepercayaan masyarakat

terhadap perbankan nasional.1

1

Rachmiamrinal.blogspot.com/2009/06/penilaian-kemampuan-dan-kepatutan-fit.html (diakses tanggal 10 Maret 2015).

Kondisi tingkat kepercayaan kepada bank yang

semakin rendah sebagai akibat penutupan 16 bank, justru semakin buruk karena

keputusan pemerintah yang hanya memberi jaminan terhadap simpanan yang

dibatasi hanya sampai Rp.20.000.000,00 (dua puluh juta rupiah) per rekening. Hal

tersebut otomatis semakin memicu ketidakpercayaan yang lebih tinggi terhadap

perbankan nasional dan menimbulkan anggapan bahwa Bank tidak lagi dapat

dijadikan tempat yang aman untuk menyimpan dana nasabah. Beberapa pengamat

asing berpendapat bahwa langkah kebijakan penutupan 16 bank yang diambil

tanpa disertai kriteria penutupan yang jelas dan transparan, serta tidak tersedia

informasi mengenai kesehatan bank-bank yang belum ditutup ini, ternyata hanya

menimbulkan kebingungan. Padahal, selama ini bank dipercaya sebagai salah satu

media lalu lintas keuangan.

Bank sebagai lembaga intermediasi dalam menjalankan kegiatan usahanya

bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana

pada suatu bank. Dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha bank semakin

meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis

(3)

Pemerintah terus melakukan berbagai upaya untuk memulihkan

perekonomian nasional. Pemulihan sektor perbankan sebagai salah satu aset

terbesar industri keuangan pun menjadi prioritas utama program pemerintah

dalam mereformasi perbankan agar masyarakat kembali tertarik untuk

menggunakan jasa perbankan. Apabila kepercayaan masyarakat membaik maka

membawa dampak besar bagi perekonomian, karena secara otomatis Bank dapat

kembali menjalankan fungsi utamanya sebagai penghimpun dana penyalur dana

masyarakat sebagaimana disebutkan dalam Pasal 3 UU Perbankan.

Peningkatan kompleksitas kegiatan usaha bank memberikan dampak yang

sangat besar terhadap eksposur risiko yang akan dihadapi oleh bank, sehingga

untuk itu diperlukan kompetensi semua organ organisasi yang ada pada bank

dalam melakukan upaya untuk meminimalisir risiko kegiatan usaha bank. Suatu

bank yang tidak dikelola dengan baik, sudah pasti akan memicu munculnya satu

atau lebih risiko dari 8 (delapan) risiko yang dihadapi bank dan akan

mengakibatkan kerugian pada bank serta kepada pihak-pihak yang berkepentingan

pada bank (stakeholders).2

2

Bank sebagai lembaga intermediasi dalam menjalankan kegiatan usahanya

bergantung pada tingkat kepercayaan masyarakat untuk bersedia menyimpan dana

pada suatu bank. Dewasa ini kompleksitas kegiatan usaha bank semakin

meningkat seiring perkembangan teknologi informasi dan perkembangan jenis

produk dan jasa.

(4)

Pada dasarnya kata fit dan proper dalam bahasa Inggris adalah kata sifat

yang memiliki arti sama, yaitu pantas, patut atau layak. Sehingga secara sederhana

banyak yang mengartikan Fit and Proper Test (selanjutnya disebut Penilaian

Kemampuan dan Kepatutan) sebagai tes kepantasan, kepatutan atau kelayakan

yang dipadatkan pada kalimat tes kemampuan dan kepatutan.3

Membangun industri keuangan bank yang sehat maupun menyediakan

pelayanan terbaik pada masyarakat dimana dapat memenuhi integritas,

kompetensi dan reputasi keuangan yang baik seperti yang diharapkan maka

dilakukan proses Penilaian Kemampuan dan Kepatutan melalui penelitian

adminitratif yang lebih efektif dalam proses wawancara yang lebih efisien, dengan

tetap memperhatikan pemenuhan persyaratan yang ditetapkan. Pelaksanaan Pengertian tentang

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan atau yang disebut Penilaian Kemampuan

dan Kepatutan dalam No: 5/25 /PBI/2003 tentang Penilaian Kemampuan dan

Kepatutan Pasal 1 butir kesatu adalah : hasil proses evaluasi secara berkala atau

setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas

pemegang saham pengendali, serta integritas dan kompetensi dari pengurus dan

pejabat eksekutif dalam mengelola kegiatan operasional.

Secara singkat Penilaian Kemampuan dan Kepatutan yaitu hasil dari

proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap perlu oleh Bank

Indonesia, terhadap integritas pemegang saham pengendali serta integritas,

kompetensi dan reputasi keuangan dewan komisaris, direksi dan pejabat eksekutif

bank dalam mengelola kegiatan operasional bank.

3

(5)

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan merupakan salah satu upaya dalam

meningkatkan tata kelola yang baik (Good Governance) dalam industri

perbankan.

Lembaga keuangan bank secara operasional dibina dan diawasi oleh

Otoritas Jasa Keuangan (selanjutnya disebut OJK) dan Bank Indonesia. Dengan

adanya OJK akan memberi perlindungan dan rasa aman atas penyimpanan dana

atau transaksi yang dijalankan lewat lembaga jasa keuangan bank. OJK pada

dasarnya memuat ketentuan tentang organisasi dan tata kelola (governance) dari

lembaga yang memiliki otoritas pengaturan dan pengawasan terhadap sektor jasa

keuangan. Artinya OJK akan memberikan pengelolahan secara baik dan benar

dalam lembaga keuangan bank. Bentuk pengawasan yang ada dapat berupa bentuk

penilaian kemampuan dan kepatutan direksi lembaga keuangan bank. Penilaian

kemampuan dan kepatutan itu dilakukan agar tidak terjadi penyimpangan atas

aktivitas pengelola uang masyarakat dalam kegiatan usaha yang dapat

menimbulkan kerugian bagi masyarakat dan pemerintah.

Penjelasan Pasal 7 OJK pengaturan dan pengawasan mengenai

kelembagaan, kesehatan, aspek kehati-hatian dan pemeriksaan bank merupakan

lingkup pengaturan dan pengawasan microprudential yang menjadi tugas dan

wewenang OJK. Adapun lingkup pengaturan dan pengawasan macroprudential

OJK yakni pengaturan dan pengawasan selain hal yang diatur dalam pasal ini

merupakan tugas dan wewenang Bank Indonesia. Dalam rangka pengaturan dan

pengawasan macroprudential, OJK membantu Bank Indonesia untuk melakukan

(6)

Kriteria hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan berbeda antara calon

pemilik dan pengurus bank dengan pemilik dan pengurus bank yang telah

menduduki jabatannya. Hasil Penilaian Kemampuan dan Kepatutan terhadap

calon pemilik dan pengurus bank dibagi menjadi 2 (dua) predikat, yaitu lulus dan

tidak lulus Pasal 32 ayat (1) PBI No. 12/23/PBI/2010 tentang Uji Kemampuan

dan Kepatutan (selanjutnya disebut PBI No. 12/23/PBI/2010).

Calon pemilik dan pengurus yang memperoleh predikat lulus dianggap

telah memenuhi persyaratan dan dapat diduduki jabatannya sebagai komisaris atau

direksi, sedangkan bagi calon pemilihan atau pengurus yang memperoleh predikat

tidak lulus dianggap tidak memenuhi persyaratan sehingga dianggap belum

mampu untuk menjadi komisaris atau direksi.

Idealnya, Penilaian Kemampuan dan Kepatutan dilakukan terhadap calon

pemilik dan atau pengurus bank, namun tidak menutup kemungkinan terhadap

pemilik dan atau pelaksanaannya tunduk pada aturan-aturan yang berhubungan

dengan perbankan yaitu UU Perbankan, No. 3 Tahun 2004 Tentang Perubahan

Atas Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun 1999 Tentang Bank

Indonesia (selanjutnya disebut UUBI)

Undang-Undang Bank Indonesia (selanjutnya disebut UUBI) dan

peraturan-peraturan lain yang menyangkut kegiatan operasional perbankan. Sama

halnya dengan sebuah Perseroan Terbatas (selanjutnya disebut PT), aturan yang

melandasi kegiatan sebuah bank yang berbentuk Perseroan Terbatas juga harus

(7)

Terbatas (selanjutnya disebut UU PT), dimana dalam implementasinya tidak

boleh terjadi benturan antara undang-undang.

Salah satu usaha yang dapat dilakukan untuk menghasilkan struktur

manajemen yang baik adalah melalui proses seleksi manajemen, terhadap pemilik

dan pengurus (direksi dan komisaris) pada semua bank yang dilakukan melalui

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan. Hal tersebut dianggap perlu oleh berbagai

pihak karena banyak kalangan menilai bahwa kemampuan manusia menjadi faktor

utama dalam menjalankan prinsip kehati-hatian, yang pada akhirnya akan

menentukan keberhasilan suatu bank. Oleh karena itu, Bank Indonesia sebagai

bank sentral yang memiliki fungsi pokok menjaga kestabilan moneter, keamanan

sistem pembayaran nasional, dan pengaturan serta pengawasan bank merasa perlu

untuk mengeluarkan peraturan kebijakan tentang Penilaian Kemampuan dan

Kepatutan. Dikeluarkannya peraturan kebijakan oleh Bank Indonesia mengenai

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan ini juga didasarkan pada hasil pengamatan

bahwa sebagian besar penutupan bank yang terjadi pada masa krisis karena

adanya kesalahan dalam pengelolaan, baik yang bersifat kelemahan maupun

penyimpangan biasa. Hal ini sebagai akibat tidak diterapkannya suatu tata kelola

perusahaan yang baik atau dengan istilah "Good Corporate Governance",

selanjutnya disebut GCG, yang mengakibatkan banyak terjadi praktik-praktik

menyimpang pada bank dalam menjalankan usahanya karena tidak ditangani oleh

pengelola yang mampu dan patut dalam praktek usaha.

Keharusan untuk menjalankan Penilaian Kemampuan dan Kepatutan bagi

(8)

UU Perbankan maupun UU Perseroan Terbatas. Namun, demikian, berdasarkan

ketentuan yang termuat dalam Pasal 2 PBI No. 5/25/PBI/2003 sebagaimana telah

disempurnakan dengan PBI No.12/23/PBI/2010 (selanjutnya disebut PBI

No.12/23/PBI/2010) calon pemilik dalam hal ini calon pemegang saham yang

akan mengendalikan suatu bank diharuskan untuk menjalankan Penilaian

Kemampuan dan Kepatutan terlebih dahulu penilaian ini juga dilaksanakan

terhadap calon pengurus bank, dalam hal ini direksi maupun komisaris.

Konsekuensi yang diberikan terhadap calon pemilik dan pengurus yang tidak lulus

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan sangat jelas menurut ketentuan yang ada

dalam PBI. No. 12/23/PBI/2010, artinya sehubungan dengan ketidaklulusan calon

tersebut maka yang bersangkutan secara tegas dilarang untuk menduduki

jabatannya dalam industri perbankan.

Berdasarkan uraian di atas maka judul Penilaian Kemampuan dan

Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank Oleh Otoritas Jasa Keuangan

Berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011, menjadi hal yangh perlu

diteliti.

B. Perumusan Masalah

Sebagaimana telah diuraikan pada pendahuluan, permasalahan yang akan

diangkat yaitu :

1. Bagaimanakah standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi dalam

(9)

2. Siapa pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan kepatutan direksi

dalam industri keuangan bank?

3. Bagaimanakah akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang

melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan yang

diatur dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

C. Tujuan dan Manfaat Penelitian

1. Tujuan penelitian

Adapun yang menjadi tujuan dalam penelitian ini adalah

a. Untuk mengetahui standar penilaian kemampuan dan kepatutan direksi

dalam industri keuangan bank.

b. Untuk mengetahui pihak yang terlibat dalam penilaian kemampuan dan

kepatutan direksi dalam industri keuangan bank

c. Untuk mengetahui akibat hukum bagi direksi pada industri keuangan bank

yang melanggar aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan

yang diatur dalam Undang-Undang Otoritas Jasa Keuangan (OJK)?

2. Manfaat penelitian

Adapun manfaat hasil penelitian skripsi ini terhadap rumusan

permasalahan yang sudah diuraikan dapat dibagi menjadi dua jenis manfaat, yaitu:

a. Manfaat teoritis

Secara teoritis, skripsi ini diharapkan dapat mampu memperkaya

khasanah perkembangan Ilmu hukum apada umumnya dan hukum

(10)

informasi juga sebagai literatur atau bahan informasi sehingga dapat

memberikan sumbangan pemikiran guna membangun argumentasi

ilmiah mengenai Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di

Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Berdasarkan

Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011.

b. Manfaat praktis

Secara praktis penulisan skripsi ini juga diharapkan dapat memberikan

masukan atau sumbangan pemikiran kepada pihak-pihak terkait mengenai

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Bank

Oleh Otoritas Jasa Keuangan.

D. Keaslian Penelitian

Berdasarkan pemeriksaan yang telah dilakukan oleh peneliti di

perpustakaan Universitas Sumatera Utara diketahui bahwa penelitian tentang

penilaian kemampuan dan kepatutan direksi di Industri keuangan bank oleh

Otoritas Jasa Keuangan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2001,

yang diangkat sebagai judul skripsi ini telah diperiksa dan diteliti secara

administrasi dan judul tersebut belum pernah ditulis di Fakultas Hukum

Universitas Sumatera Utara sebelumnya. Sehingga penulisan dan pembahasan

skripsi ini dengan mengangkat judul rasional dan objektif serta terbuka. Semua ini

merupakan implikasi ciri dari proses menemukan kebenaran ilmiah Sehingga

penelitian ini dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah dan

terbuka atas segala kritikan dan masukan yang sifatnya membangun guna

(11)

E. Tinjauan Pustaka

Berdasarkan PBI No. 12/23/PBI/2010 direksi dalam Pasal 1 butir 9 poin a

bagi bank berbentuk badan hukum perseroan terbatas adalah direksi sebagaimana

dimaksud dalam UUPT. Direksi adalah organ perseroan yang bertanggung jawab

penuh atas pengurusan perseroan untuk kepentingan dan tujuan perseroan serta

mewakili perseroan baik di dalam maupun diluar pengadilan sesuai dengan

ketentuan anggaran dasar Pasal 1 angka 4 UUPT.

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan menurut PBI No. 12/23/PBI/2010

adalah hasil proses evaluasi secara berkala atau setiap waktu apabila dianggap

perlu oleh Bank Indonesia terhadap integritas pemegang saham pengendali serta

integritas dan kompetensi dari pengurus dan pejabat eksekutif dalam mengelola

kegiatan operasional bank.

F. Metode Penelitian

1. Spesifikasi penelitian

Jenis penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah yuridis

normatif. Penelitian yuridis normatif adalah metode penelitian yang mengacu

pada norma-norma hukum yang terdapat dalam peraturan perundang-undangan.4

4

Soerjono Soekanto dan Sri Mamudji, Penelitian Hukum Normatif: Suatu Tinjauan

Singkat (Jakarta: RajaGrafindo Persada, 2009), hlm. 1.

Spesifikasi penelitian ini adalah penelitian deskriptif analitis. Penelitian ini

melakukan analisis hanya sampai pada taraf deskripsi, yaitu menganalisis dan

menyajikan fakta secara sistematis sehingga dapat lebih mudah untuk dipahami

(12)

untuk menggambarkan dan melaporkan secara rinci, sistematis dan menyeluruh,

mengenai segala sesuatu yang berkaitan dengan Penilaian Kemampuan dan

Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas Jasa Keuangan Bank

Berdasarkan UU OJK.

Pendekatan penelitian yang digunakan adalah bersifat kualitatif, dengan

cara menganalisis bahan hukum secara komprehensif baik bahan hukum primer

maupun bahan hukum sekunder yang diperoleh selama melakukan penelitian.

Selain itu juga dilakukan secara deskriptif yaitu penulis berkeinginan untuk

memberikan gambaran atau pemaparan atas subjek dan objek penelitian dikaitkan

dengan peraturan perundang-undangan dan teori-teori yang berkaitan dengan

Penilaian Kemampuan dan Kepatutan Direksi Di Industri Keuangan Oleh Otoritas

Jasa Keuangan Bank Berdasarkan UU OJK.

2. Data penelitian

Jenis sumber data yang dipergunakan dalam penelitian ini adalah berupa

data sekunder. Menurut Ronny Hanitijo Soemitro data sekunder adalah:5

a. Bahan hukum primer yaitu bahan hukum yang bersifat mengikat yang

terdiri dari:

Penelitian ini yang dijadikan data sekunder adalah data yang bersumber

dari:

1) Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2011 tentang Otoritas Jasa

Keuangan.

2) Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan

5

(13)

3) Undang-Undang Nomor 40 Tahun 2007 tentang Perseroan Terbatas

4) Undang-Undang Nomor 6 Tahun 2009 tentang Bank Indonesia.

b. Bahan hukum sekunder yaitu bahan hukum yang memberikan penjelasan

mengenai bahan hukum primer yang terdiri dari: hasil karya para ahli

hukum berupa buku-buku, pendapat-pendapat sarjana, yang berhubungan

dengan pembahasan skripsi ini.

3. Teknik pengumpulan data

Untuk memperoleh suatu kebenaran ilmiah dalam penulisan skripsi, maka

digunakan metode pengumpulan data dengan cara:6

4. Analisis data

studi kepustakaan, yaitu

mempelajari dan menganalisis secara digunakan sistematis buku-buku, surat

kabar, makalah ilmiah, majalah, internet, peraturan perundang-undangan dan

bahan-bahan lain yang berhubungan dengan materi yang dibahas dalam skripsi

ini.

Analisis data pada penelitian ini dilakukan secara kualitatif, yaitu dari data

yang diperoleh kemudian disusun secara sistematis kemudian dianalisis secara

normatif kualitatif untuk mencapai kejelasan masalah yang dibahas. Pengertian

analisis di sini dimaksudkan sebagai suatu penjelasan dan penginterpretasian

secara logis, sistematis. Logis sistematis menunjukkan cara berfikir

deduktif-induktif dan mengikuti tata tertib dalam penulisan laporan-laporan penelitian

ilmiah.

6

(14)

Setelah analisis data selesai maka hasilnya akan disajikan secara

deskriptif, yaitu dengan menuturkan dan menggambarkan apa adanya sesuai

dengan permasalahan yang diteliti.7

G. Sistematika Penulisan

Dari hasil tersebut kemudian ditarik suatu

kesimpulan yang merupakan jawaban atas permasalahan ini.

Untuk memudahkan penulisan skripsi ini agar permasalahan yang diangkat

dengan pembahasan skripsi sesuai, maka diperlukan adanya sistematika penulisan

yang teratur yang saling berkaitan satu sama lain. Tiap bab terdiri dari setiap sub

bab dengan maksud untuk mempermudah dalam hal-hal yang dibahas dalam

skripsi ini. Adapun sistematika penulisan skripsi ini adalah :

BAB I PENDAHULUAN

Pendahuluan merupakan pengantar. Didalamnya termuat mengenai

gambaran umum tentang penulisan skripsi yang terdiri dari latar

belakang penulisan skripsi, permasalahan, tujuan penulisan,

manfaat penulisan, keaslian penulisan, metode penelitian dan

sistematika penulisan.

BAB II STANDAR PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN

DIREKSI DI INDUSTRI KEUANGAN BANK

Bab ini berisikan mengenai faktor-faktor dalam penilaian

kemampuan dan kepatutan industri keuangan bank, alasan perlunya

dilakukan penilaian kemampuan dan kepatutan di industri

keuangan dan pengaturan berdasarkan Undang-Undang Nomor 21

7

(15)

Tahun 2011 mengenai penilaian kemampuan dan kepatutan

industri keuangan bank.

BAB III PIHAK YANG TERLIBAT DALAM PENILAIAN

KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN DIREKSI DALAM INDUSTRI KEUANGAN BANK

Bab ini berisikan mengenai direksi bank yang dipersyaratkan untuk

mengikuti penilaian kemampuan dan pihak-pihak yang berhak

memberikan penilaian dalam proses penilaian kepatutan Direksi

Bank serta hal-hal yang harus dipenuhi dalam pelaksanaan proses

penilaian kemampuan dan kepatutan.

BAB IV AKIBAT HUKUM BAGI DIREKSI PADA INDUSTRI

KEUANGAN BANK YANG MELANGGAR ATURAN

PELAKSANAAN PENILAIAN KEMAMPUAN DAN KEPATUTAN YANG DIATUR DALAM UNDANG-UNDANG OTORITAS JASA KEUANGAN (OJK)

Bab ini berisikan mengenai pelanggaran yang dapat terjadi dalam

pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan dan akibat

hukum bagi direksi pada industri keuangan bank yang melanggar

aturan pelaksanaan penilaian kemampuan dan kepatutan.

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

Bab ini merupakan bagian terakhir dari penulisan skripsi ini. Bab

ini berisi kesimpulan dari permasalahan pokok dari keseluruhan isi.

Kesimpulan bukan merupakan rangkuman ataupun ikhtisar. Saran

merupakan upaya yang diusulkan agar hal-hal yang dikemukakan

dalam pembahasan permasalahan dapat lebih berhasil guna berdaya

Referensi

Dokumen terkait

tidak ada yang terjadi dan anak bisa mematikannya alarm keesokan harinya Jika terjadi pembasahan, saat alarm dipicu anak harus bangun sepenuhnya, baik sendiri maupun

[r]

seseorang akan nampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari Kinerja seseorang akan ampak pada situasi dan kondisi kerja sehari-hari. Aktivitas-aktivitas yang dilakukan

Hasil analisis pakar menunjukkan: (1) terdapat isi uraian modul yang tidak penting bahkan salah; (2) beberapa pargraf yang tidak baik susunannya atau tidak memenuhi

Permasalahan yang menjadi fokus perhatian dalam tulisan ini tentang studi arkeologi di wilayah kepulauan khususnya di Laut Cina Selatan yang dipandang patut diteliti untuk

Haryasudirja Kampus ITNY, di dapat nilai tertinggi pada bagian sistem utilitas dengan nilai mean 2,900 pada item sistem listrik darurat yang diperoleh dari

Template Dokumen ini adalah milik Direktorat Pendidikan - ITB Dokumen ini adalah milik Program Studi PSPA-SF ITB. Dilarang untuk me-reproduksi dokumen ini tanpa diketahui

Oleh karena itu subjek 1 mau tidak mau mengizinkan suaminya menikah lagi dengan syarat madunya harus tinggal dengannya dalam satu rumah dan bersama-sama mengasuh