• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis Pengaruh Free Cash Flow Dan Struktur Kepemilikan Saham Terhadap Kebijakan Utang Pada Perusahaan Manufaktur Di Indonesia"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Kebijakan Pendanaan

Keputusan pendanaan merupakan satu kebijakan yang sangat penting bagi perusahaan, hal ini karena menyangkut perolehan sumber dana untuk kegiatan operasi perusahaan. Ada dua sumber dana berasal, yaitu dana yang berasal dari eksternal dan dana yang berasal dari internal perusahaan. Dana yang berasal dari sumber eksternal dapat diperoleh melalui utang dan penerbitan saham. Teori struktur modal dari Miller dan Modligiani dalam Setia (2008) berpendapat bahwa dengan asumsi tidak ada pajak, bankruptcy cost, tidak adanya informasi asimetris antara pihak manajemen dengan para pemegang saham, dan pasar terlibat dalam kondisi yang efisien, maka value yang bisa diraih oleh perusahaan tidak terkait dengan bagaimana perusahaan melakukan strategi pendanaan. Setelah menghilangkan asumsi tentang ketiadaan pajak, utang dapat menghemat pajak yang dibayar.

(2)

muncul dari utang berupa bunga yang akan menyebabkan semakin meningkatnya leverage keuangan dan semakin tidak pastinya tingkat pengembalian bagi para pemegang saham.

Pembiayaan dengan utang memiliki tiga implikasi penting, yaitu :

1. Memperolah dana melalui utang membuat pemegang saham dapat mempertahankan pengendalian atas perusahaan dengan investasi yang terbatas.

2. Kreditur melihat ekuitas atau dana yang disetor pemilik untuk memberikan margin pengaman, sehingga jika pemegang saham hanya memberikan sebagian kecil dari total pembiayaan maka resiko perusahaan sebagian besar ada pada kreditur.

3. Jika perusahaan memperoleh pengembalian yang lebih besar atas investasi yang dibiayai dengan dana pinjaman dibanding dengan pembayaran bunga, maka pengembalian atas modal pemilik akan lebih besar.

(3)

manajer. Para manajer mempunyai kecenderungan untuk konsumsi dan perilaku opportunistik yang lain karena mereka menerima manfaat yang penuh dari kegiatan tersebut tetapi kurang mau menanggung risiko dari biaya yang dikeluarkan tersebut.

Menurut Handayani dalam Rizka Putri (2009), bahwa penyebab konflik antara manajer dengan pemegang saham diantaranya adalah membuat keputusan yang berkaitan dengan aktivitas pencarian dana (financing decision). Konflik ini dapat diminimumkan dengan suatu mekanisme pengawasan yang dapat mensejajarkan kepentingan-kepentingan yang berbeda tersebut, namun akan menimbulkan biaya juga yang disebut agency cost.

Ada beberapa alternatif untuk mengurangi agency cost, yaitu:

1. Menurunkan agency cost dari free cash flow akan mengurangi sumber-sumber discreationary, khususnya aliran kas dibawah konrol manajemen (Jensen, 1986 dalam Pramudita Pawestri, 2010).

2. Meningkatkan dividend payout ratio.

3. Meningkatkan pendanaan dengan utang. Peningkatan utang akan menurunkan besarnya konflik antara pihak manajemen dengan pemegang saham. Meningkatkan kepemilikan saham perusahaan oleh manajemen (Jensen dan Mackling, 1976 dalam Pramudita Pawestri, 2010).

2.2 Free Cash Flow

(4)

membayar dividen, atau mengembangkan operasi perusahaan (Koch, Edward T.,et al 2008). Jensen, 1986 mendefinisikan free cash flow adalah aliran kas yang merupakan sisa dari pendanaan seluruh proyek yang menghasilkan net present value (NPV) positif yang didiskontokan pada tingkat biaya modal yang relevan. Free cash flow inilah yang sering menjadi pemicu timbulnya perbedaan kepentingan antara pemegang saham dan manajer.

Faisal (2004) membuktikan bahwa free cash flow mempunyai pengaruh signifikan terhadap kebijakan perusahaan. Ini berarti bahwa free cash flow yang tinggi mempengaruhi jumlah penggunaan utang yang tinggi pula.Jadi dengan adanya free cash flow yang memadai diharapkan mampu mempengaruhi kebijakan yang diambil khususnya mengenai utang. Free cash flow yang tersedia mencerminkan kemampuan perusahaan dalam membayar utangnya. Semakin tinggi free cash flow yang tersedia maka perusahaan dinilai semakin mampu untuk membayar utangnya sehingga memungkinkan perusahaan untuk menggunakan utang yang tinggi.

2.3 Kepemilikan Manajerial (Managerial Ownership)

Kepemilikan manajerial merupakan persentase kepemilikan saham oleh pihak manajerial. Kepemilikan manajerial akan dapat mensejajarkan kepentingan manajemen dengan pemegang saham sehingga manajer akan merasakan langsung manfaat dari keputusan yang diambil dengan benar dan merasakan kerugian jika keputusan yang diambil salah terutama pada pengambilan keputusan mengenai utang.

(5)

manajer sekaligus pemegang saham tidak ingin perusahaan dalam keadaan kesulitan keuangan bahkan mengalami kebangkrutan. Keadaan ini akan merugikan baik sebagai manajer atau sebagai pemegang saham. Sebagai manajer akan kehilangan insentif dan sebagai pemegang saham akan kehilangan return ataupun dana yang diinvestasikan (Pithaloka 2009 dalam Susanti 2013). Kepemilikan manajerial dirumuskan sebagai berikut:

Kepemilikan Manajerial = �����ℎ��ℎ�����������

�������ℎ��������� x 100%

2.4 Kepemilikan Institusional (Institusional Ownership)

Kepemilikan institusional merupakan persentase kepemilikan saham oleh investor-investor institusional seperti perusahaan investasi, bank, perusahaan asuransi maupun berupa kepemilikan lembaga dan perusahaan-perushaan lain. Kepemilikan ini mewakili sumber kekuasaan yang dapat digunakan untuk mendukung atau sebaliknya terhadap keberadaan manajemen. Jadi dengan adanya kepemilikan institusional akan mendorong peningkatan pengawasan yang lebih optimal terhadap kinerja perusahaan.

Hal ini berarti semakin besar persentase saham yang dimiliki oleh investor institusional akan menyebabkan usaha monitoring menjadi semakin efektif karena dapat mengendalikan perilaku opportunistik yang dilakukan oleh para manajer. Tindakan monitoring tersebut akan mengurangi biaya keagenan karena memungkinkan perusahaan menggunakan tingkat utang yang lebih rendah. Kepemilikan institusional dirumuskan sebagai berikut:

Kepemilikan Institusional = �����ℎ��ℎ���������������

(6)

2.5 Penelitian Terdahulu

Penelitian terdahulu mengenai pengaruh variabel-variabel yang mempengaruhi kebijakan utang dapat dilihat pada tabel berikut ini :

Tabel 2.1

Ringkasan Penelitian Terdahulu

Peneliti Judul Penelitian Metode

Penelitian free cash flow dan profitabiitas terhadap

Variabel terikat : kebijakan hutang Varabel bebas : kepemilikan free cash flow berpengaruh

Analisis Pengaruh Free Cas Flow dan Managerial Ownership Terhadap Kebijakan Hutang Perusahaan : Sebuah Perspektif Pada Agency Theory

Model analisis regresi berganda

Variabel terikat : kebijakan hutang Variabel bebas : free cash flow, managerial

ownership

Free cash flow (FCF) tidak

Kebijakan Dividen dan Struktur Kepemilikan Terhadap Kebijakan Utang: Sebuah Perspektif Agency Theory

Model analisis regresi berganda

Variabel terikat : kebijakan utang Variabel bebas : kebijakan dividen, kepemilikan

manajerial, kepemilikan institusional, Variabel kontrol :

(7)

agency theory terhadap

kebijakan utang, Kepemilikan institusional tidak berpengaruh signifikan terhadap kebijakan utang.

2.6 Kerangka Konseptual

Kerangka konseptual dari penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut:

Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Kebijakan utang dapat dipengaruhi dengan mempertimbangkan beberapa hal, diantaranya dapat dilihat dari besar kecilnya free cash flow, kepemilikan manajerial, dan kepemilikan institusional. Penelitian Firiany (2008) menunjukkan bahwa free cash flow berpengaruh positif terhadap kebijakan utang perusahaan. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan Faisal (2004), bahwa free cash flow berhubungan positif dengan level utang. Free cash flow mempunyai pengaruh

Free cash flow

Kebijakan

Utang Kepemilikan

manajerial

Kepemilikan

(8)

yang signifikan dalam pertimbanganpengambilan keputusan. Semakin tinggi free cash flow maka perusahaan dapat menggunakan utang yang tinggi pula.

Semakin besar persentase kepemilikan manajerial dalam suatu perusahaan, maka manajer tersebut akan merasakan langsung dampak dari pengambilan keputusan yang dibuatnya sebagai salah satu pemegang saham perusahaan. Susanti (2013), Putri (2009), Pawestri (2010) menyatakan bahwa kepemilikan manajerial tidak berpengaruh terhadap kebijakan utang. Hal itu disebabkan karena rendahnya kepemilikan saham oleh manajer dibandingkan dengan kelompok lainnya dalam perusahaan sehingga manajer tidak dapat mengambil keputusan berdasarkan atas keinginannya sendiri.

(9)

2.7 Hipotesis Penelitian

Berdasarkan dari perumusan masalah dan landasan teori yang dikemukakan sebelumnya, maka peneliti mengajukan hipotesis sebagai berikut: H1 : Free cash flow berpengaruh terhadap kebijakan utang perusahaan

Gambar

Tabel 2.1 Ringkasan Penelitian Terdahulu
Gambar 2.1 Kerangka konseptual

Referensi

Dokumen terkait

Indikator yang menjadi kekuatan dalam pengembangan agrowisata di Taman MoI yaitu pelayanan pengelola taman dengan besar nilai 2,733. Sebagian besar responden

Karakteristik Teknis Produk Spring bed /kasur Pegas ... Planning Matrix Produk Spring Bed /Kasur

Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Chung, Lee, dan Kuo (2016) yang membahas mengenai faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi seorang pegawai negeri di Taiwan

perpajakan pada pasal 1 angka 1 GLVHEXWNDQ DUWL SDMDN DGDODK ³.ontribusi kepada negara yang terutang oleh pribadi atau badan yang bersifat memaksa berdasarkan

Media E- Bookstory dalam penelitian ini merupakan buku elektronik yang berisi gambar animasi dan teks yang dibuat semenarik mungkin. Produk E-Bookstory dikembangkan

[r]

[r]

Peraturan Menteri Dalam Negeri Nomor 12 Tahun 2008 tentang Pedoman Analisis Beban Kerja di Lingkungan Departemen Dalam Negeri dan Pemerintah Daerah;... Peraturan