BAB II
TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Pentingnya Makanan Bagi Kesehatan
Makanan adalah segala sesuatu yang dipakai atau yang dipergunakan oleh
manusia supaya dapat hidup. Zat makanan yang diperlukan oleh tubuh manusia
dapat meliputi karbohidrat, lemak, protein, vitamin, mineral, dan air. Protein,
lemak, dan karbohidrat disebut zat makanan pokok karena banyak memberikan
kalori. Menurut Irianto (2007), zat-zat makanan yang baik harus memenuhi
syarat :
1. Harus cukup memenuhi kalori.
2. Harus ada perbandingan yang baik antara zat makanan pokok.
3. Protein yang masuk cukup dan mengandung asam amino.
4. Harus cukup mengandung vitamin.
5. Harus cukup mengandung garam mineral.
6. Harus mudah dicernakan oleh alat pencerna.
7. Harus bersifat hygienis.
2.2.Sapi
Menurut Murtidjo (1990), pada umumnya bangsa sapi yang terbesar di
seluruh penjuru dunia berasal dari bangsa sapi primitif yang telah mengalami
dosmetikasi (penjinakan). Pada garis besarnya sapi dapat dikelompokkan
menjadi tiga kelompok yaitu :
9
Bos indicus berkembang di India dan akhirnya menyebar ke berbagai Negara,
terlebih daerah tropis seperti Asia tenggara (termasuk Indonesia), Afrika,
Amerika, dan Australia.
2. Bos Taurus
Bos Taurus adalah bangsa sapi yang menurunkan bangsa-bangsa sapi potong
dan perah di Eropa. Golongan ini akhirnya menyebar keseluruh penjuru dunia,
terlebih Amerika, Australia, dan Selandia Baru. Belakangan ini keturunan Bos
Taurus telah banyak diternakkan dan dikembangkan di Indonesia.
3. Bos Sondaicu ( Bos bibos)
Golongan sapi ini merupakan sumber asli bangsa-bangsa sapi di Indonesia.
Sapi yang kini ada merupakan keturunan banteng (Bos Bibos), dewasa ini kita
kenal dengan nama sapi Bali, sapi Madura, sapi jawa, sapi Sumatera, dan sapi
lokal lainnya.
2.3. Karakteristik Sapi
1. Umur Sapi
Menafsir umur sapi merupakan salah satu pengetahuan yang perlu dikuasai
oleh peternak. Umur sapi dapat dideskripsikan dari :
a. Catatan tanggal lahir
Hasil catatan tanggal lahir yang dilakukan oleh peternak. Akan tetapi hal ini
hanya dilakukan oleh peternak tradisional.
b. Keadaan gigi serinya.
Pada prinsipnya, taksiran dengan metode gigi sapi adalah memperhitungkan
1. Sapi yang memiliki gigi susu semua pada rahang bawah, mempunyai
umur sekitar kurang dari 1,5 tahun.
2. Sapi yang memiliki gigi tetap sepasang pada rahang bawah, mempunyai
umur sekitar 2 tahun.
3. Sapi yang memiliki gigi tetap dua pasang pada rahang bawah, mempunyai
umur sekitar 3 tahun.
4. Sapi yang memiliki gigi tetap tiga pasang rahang bawah, mempunyai
umur sekitar 3,5 tahun.
5. Sapi yang memiliki gigi tetap empat pasang pada rahang bawah,
mempunyai umur sekitar 4 tahun.
6. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 25% bagian
telah aus, mempunyai umur sekitar 6 tahun.
7. Sapi yang memiliki gigi lengkap empat pasang, tapi 75% bagian telah
aus, mempunyai umur diatas 8 tahun.
8. Sapi yang memiliki gigi tetap lengkap empat pasang, tapi 75% bagian
telah aus, mempunyai umur diatas 8 tahun.
c. Keadaan tanduk, khususnya dengan memperhatikan gelang-gelang pada
tanduk. Sapi jantan akan menimbulkan gelang yang pertama setahun lebih
lambat dari sapi yang betina.
2. Jenis Sapi
Jenis-jenis sapi potong yang terdapat di Indonesia saat ini adalah sapi asli
11
daging adalah sapi Ongole, sapi PO (peranakan ongole), sapi Aceh, sapi
Brahman, sapi Bali, dll.
a. Sapi Ongole
Bangsa sapi ini berasal dari India (Madras) yang beriklim tropis dan bercurah
hujan rendah. Sapi ongole ini di Eropa disebut zebu, sedangkan di jawa sangat
populer dengan sebutan sapi benggala. Ukuran tubuh besar dan panjang
sehingga merupakan jenis sapi yang paling banyak dipelihara untuk dijadikan
sapi potong.
b. Sapi Bali
Sapi bali merupakan keturunan dari sapi liar yang disebut banteng yang telah
mengalami proses penjinakan beradab-adab lamanya. Sapi Bali termasuk tipe
sapi pedaging dan pekerja. Bentuk tubuh menyerupai banteng, tinggi badan
sapi dewasa mempunyai 130 cm dan berat badan sapi jantan mencapai 450 kg
sedangkan betina 300 – 400 kg.
c. Sapi Aceh
Sapi ini merupakan sapi asli Indonesia karena sudah ada sejak zaman
Kerajaan Sultan Iskandar Muda. Sapi ini adalah hasil persilangan antara bos
indicus dengan banteng, dengan beberapa keunggulan sehingga banyak
disiplin untuk sapi pembibitan.
d. Sapi Brahman
Bangsa sapi ini semula berkembang di Amerika Serikat kemudian tersebar
luas baik di daerah tropis maupun subtropis, yakni Australia dan juga di
Walaupun di daerah kurang subur, tetapi sapi Brahman tumbuh cepat karena
pakannya sedarhana.
3. Berat Sapi
Memberikan taksiran berat sapi, merupakan salah satu cakupan ketrampilan
yang menjadi tututan bagi peternak. Secara sederhana berat sapi dapat dihitung
dengan rumus terapan sebagai berikut :
Berat sapi = Pt x Ld x 70
Ld = Lingkar dada sapi
4. Jenis Kelamin Sapi
Peternakan sapi potong biasanya memelihara keduanya, baik sapi jantan
maupun betina. Tetapi untuk sapi potong biasanya peternak memilih sapi jantan
karena pertumbuhannya lebih cepat dari sapi betina.
2.3.1. Tujuan Pemeliharaan Sapi
Menurut Murtidjo (1990), dalam sebuah usaha peternakan sapi potong,
bibit ternak yang di beli mempunyai arti penting dalam mendukung keberhasilan
usaha. Sehingga pemeliharaan bibit ternak harus disesuaikan dengan tujuan
ternak sapi potong tersebut sehingga mendapatkan hasil yang maksimal seperti
tujuan yang diinginkan.
Adapun tujuan pemeliharaan :
a. Usaha pemeliharaan sapi potong bibit.
Usaha ini bertujuan mengembangbiakkan sapi potong sehingga diharapkan
13
b. Usaha pemeliharaan sapi potong untuk penggemukan.
Usaha ini bertujuan untuk mendapat hasil dari penggemukan sapi menjadi
gemuk. Sebagian besar peternak memilih untuk melakukan penggemukan
sapi potong atau disebut juga fattening.
2.3.2. Cara Pemeliharaan Sapi
Menurut Murtidjo (1990), adapun cara pemeliharaan sapi potong biasa
diterapkan adalah :
a. Pasture Fattening
Sapi biasanya dilepaskan di padang penggembalaan. Jadi, sapi merumput
sendiri sampai kenyang, kemudian menjelang petang hari dikandangkan dan
esoknya di lepas lagi. Sapi yang dipilih yang berumur 2,5 tahun dan lama
penggemukan berlangsung 6 – 8 bulan. Sapi tidak diberi makan penguat,
sapi menjadi gemuk hanya merumput.
b. Dry lot Fattening
Pada sistem penggemukan seperti ini, sapi yang digemukkan tinggal di
dalam kandang terus-menerus. Sapi-sapi itu tidak digembalakan ataupun
dipekerjakan. Pemeliharaan sapi dengan cara ini, sapi hanya diberi pakan
penguat saja, seperti bahan baku biji-bijian jagung, bungkil kepala dan
gandum. Pemeliharaan seperti ini pada prakteknya memerlukan biaya yang
cukup tinggi dan lamanya penggemukan sekitar 4 – 6 bulan.
c. Kombinasi Pasture – Dry Lot Fattening
Penggemukan dengan cara ini sangat cocok dilakukan di lingkungan tropis
sangat subur di padang penggembalaan, sapi-sapi dilepas untuk merumput
sendiri. Tetapi di musim kemarau, pada saat rumput sangat terbatas
jumlahnya, sapi-sapi dikandangkan dan diberi makan biji-bijian dan pakan
hijauan kering lainnya seperti jerami.
2.3.3. Pakan Sapi 2.3.3.1. Jenis Pakan
Menurut Sugeng (2000), sapi yang sehat memerlukan jumlah pakan yang
cukup dan berkualitas, baik dari segi kondisi pakan maupun imbangan nutrisi
yang dikandungnya. Jenis pakan yang biasa diberikan untuk sapi:
1. Pakan Hijauan
Pakan hijauan adalah semua bahan pakan yang berasal dari tanaman atupun
tumbuhan berupa daun-daunan, terkadang termasuk batang, ranting, dan
bunga. Pada umumnya pakan hijauan adalah rumput seperti rumput gajah
dan rumput benggala dan jerami.
2. Pakan Penguat (Konsentrat)
Bahan pangan penguat ini meliputi bahan makanan yang bersal dari
biji-bijian seperti jagung giling, menir, dedak, bungkil kelapa, dan berbagai
umbi. Pakan penguat berfungsi untuk meningkatkan dan memperkaya nilai
gizi pada bahan pakan lain yang nilai gizinya rendah. Sehingga sapi yang
sedang tumbuh ataupun yang sedang dalam masa penggemukan harus
15
3. Pakan Tambahan
Pakan tambahan bagi ternak sapi biasanya berupa vitamin, mineral, dan urea.
Pakan tambahan ini dibutuhkan oleh sapi yang dipelihara secara intensif,
yang hidupnya berada di dalam kandang terus-menerus. Vitamin yang
dibutuhkan ternak sapi adalah vitamin A dan vitamin D, sedangkan mineral
yang dibutuhkan terutama Ca dan P. Pada umumnya pakan tambahan
vitamin dan mineral berupa feed-supplement.
2.3.3.2. Nutrisi Pakan
Menurut Andoko (2012), makanan ternak sapi potong dari sudut nutrisi
merupakan salah satu unsur yang sangat penting untuk menunjang kesehatan,
pertumbuhan, dan reproduksi ternak. Makanan sangat esensial bagi ternak sapi.
Makanan yang baik akan menjadikan ternak sanggup menjalankan fungsi proses
dalam tubuh secara normal.
Bahan baku makanan yang diperlukan dalam menyusun bahan makanan
sapi, terutama tersusun atas kadar air, protein, lemak, serat kasar, sumber
mineral, dan karbohidrat.
1. Air
Air merupakan bahan pakan utama yang terkadang terlukapan mendapat
perhatian dari para peternak. Oleh karena itu tubuh hewan terdiri dari 70% air,
maka air benar-benar termasuk kebutuhan utama yang tidak bisa diabaikan. Bila
sampai terjadi pengurangan air hingga 20%, hewan bersangkutan akan mati.
Kebutuhan air bagi hewan ternak tergantung pada berbagai faktor: kondisi iklim,
lebih muda lebih banyak, apalagi jika kondisi lingkungan atau suhu meningkat.
Kebutuhan air tersebut dapat terpenuhi melalui air minum, air yang terkandung
di dalam pakan, dan air yang berasal dari proses metabolisme zat pakan dalam
tubuh. Sapi memerlukan 3 – 6 liter air per 1 kg pakan kering.
2. Protein
Protein berfungsi untuk mengganti dan membangun sel tubuh yang rusak.
Karena protein tidak dapat di bentuk dalam tubuh, tetapi mutlak diperlukan,
maka pakan sapi harus mengandung protein. Protein bisa diperoleh dari
bahan-bahan pakan yang berasal dari tumbuh-tumbuhan yang berupa hijauan
leguminosa seperti daun turi, daun lamtoro, ataupun dari biji-bijian seperti
bungkil kedelai, ataupun bungkil kacang tanah. Sumber protein juga bisa berasal
dari hewan, misalnya tepung darah, tepung ikan, dan tepung daging.
3. Lemak
Sebagai sumber energi, lemak juga berfungsi sebagai pelarut vitamin A, D, E,
dan K. Di dalam tubuh sapi, lemak yang terkandung dalam bahan pakan diubah
menjadi patih dan gula. Sumber lemak utama terdapat pada pakan berbutir
seperti bungkil kacang tanah, bungkil kelapa, dan bungkil kedelai.
4. Serat Kasar
Serat kasar diperoleh dari pakan hijauan jenis lenguminose seperti daun turi
dan petai cina. Kandungan serat kasar yang diperlukan ternak sapi paling sedikit
13% dari bahan kering di dalam ransum. Serat kasar berfungsi menjaga alat
pencernaan agar bekerja baik, membuat kenyang dan mendorong keluarnya
17
5. Mineral untuk Sapi potong
Beberapa unsur penting mineral yang diperlukan ialah natrium (Na), klor (Cl),
kalsium (Ca), forsor (P), sulfur (S), ferum (Fe), Kalium (K), magnesium (Mg),
iodium (I), kuprum (Cu), kobalt (Co), seng (Zn), dan selenium (Se). Pada
umumnya unsur-unsur ini banyak terdapat di dalam ransum pakan. Namun sering
kali, perlu ditambahkan unsur mineral, terutama garam (NaCl), Kalium (Ca), dan
Fosfor (P).
6. Karbohidrat
Karbohidrat adalah senyawa yang terbentuk dari senyawa molekul karbon,
hidrogen, dan oksigen. Sebagai salah satu jenis zat gizi, fungsi utama karbohidrat
adalah penghasil energi di dalam tubuh. Proses pembakaran karbohidrat akan
digunakan oleh sapi untuk berbagai fungsi penting seperti bernafas, kontraksi
jantung, dan aktivitas lainnya. Bahan pakan yang banyak mengandung
karbohidrat untuk pakan sapi adalah biji-bijian, seperti jagung, gandum, dan
jewawut.
2.3.3.2. Kendala dalam Ketersediaan Pakan
Menurut Sugeng (2000), terbatasnya pakan ternak sapi, terutama pakan
hijauan yang tersedia sepanjang tahun merupakan kendala besar dalam proses
penggemukan sapi potong.
Adapun kendala dalam keterediaan pakan adalah:
1. Pada umumnya produksi hijauan pakan ternak adalah musiman sehingga
hijauan berbeda dengan pakan penguat atau pakan berbiji yang bisa di
datangkan dari mana dan kapan saja.
2. Pengadaan pakan hijauan umumnya di hasilkan atau dibeli di lingkungan
sekitar. Terkadang jumlahnya sangat berlimpah dan berlebihan bila musim
panen lokal namun terkadang juga sangat terbatas dan penyediaannya pun
dalam waktu singkat. Volume, kualitas, dan kontinoitas penyediaan hijuan
masih belum memadai sebab para peternak masih menggunakan sistem
pemanfaatan sisa-sisa atau hasil ikutan tanaman berupa jerami ataupun sisa
hasil panen lainnya.
2.3.4. Tindakan Hygienis/ Sanitasi
Tindakan hygienis ialah usaha penjagaan kesehatan melalui kebersihan
agar ternak bebas dari suatu infeksi penyakit, baik virus, maupun parasit.
Tindakan hygienis berikut biasa dilakukan oleh para peternak guna
membebaskan infeksi penyakit tersebut.
1. Kebersihan Peralatan
Menjaga kebersihan dengan cara menyucihamakan peralatan, segala
peralatan yang pernah dipakai harus disucihamakan dengan cara:
a. Disemprot, disiram, atau direndam dengan cairan desinfektan: Creolin,
Lysol, ataupun bahan paten lain.
b. Dijemur langsung pada cahaya matahari.
c. Disiram atau direndam dengan air mendidih, dan
d. Dikapur dinding kandangnya dengan cairan kapur kental atau cat
19
2. Kebersihan Kandang
Sangat penting untuk menjaga kebersihan kandang baik dalam maupun di
luar kandang.
Adapun hal-halyang perlu diperhatikan adalah:
a. Kelembaban udara dan lantai harus dihindarkan dengan cara ventilasi
kandang diatur secara sempurna dan sinar matahari pagi diusahakan bisa
masuk ke dalam kandang. Usahakan populasi ternak sapi di dalam
kandang tidak terlalu padat.
b. Kotoran di tampung di tempat penampungan khusus yang letaknya agak
jauh dari kandang sehingga mengurangi lalat.
c. Sisa-sisa pakan yang mungkin berserakan dan juga semak-semak yang
tumbuh di sekitar kandang harus dibersihkan.
d. Pakan dan air minum harus bersih dan tidak terkontaminasi.
e. Kandang dan lingkungan agar tidak lembab, basah atau banyak kubangan
air.
f. Bersihkan rumput- rumput liar yang ada di sekitar kandang.
g. Berantas perantara perkembangan yaitu siput, sebaiknya secara biologi,
misalnya dengan pemeliharaan itik/bebek.
h. Hindari penumpukan sisa pakan.
3. Sistem Pengembalaan
Jika menggunakan sistem pengembalaan, hindari lahan pengembalaan
becek. Selanjutnya usahakan pengembalaan di lokasi yang bergilir, jangan
pengembalaan di padang rumput yang diberi pupuk kandang yang tidak jelas
asal usulnya. Untuk mencegah perkembangan cacing hati, dapat dilakukan
dengan cara menebar copper sulphate di lapangan pengembalaan.
4. Kebersihan Kulit Ternak yang Dipelihara
Kulit yang sehat dan bersih saja yang bisa berfungsi dengan baik,
sedangkan kulit yang kotor tak bisa berfungsi dengan baik. Kulit menjadi kotor
akibat kotoran seperti kulit ari yang mengelupas, serta tebu dan lumpur yang
melekat bersama keringat dan lemak kulit. Sedangkan sapi yang selalu berada di
dalam kandang biasanya menjadi kotor akibat debu dan kotorannya sendiri. Sapi
yang kulitnya kotor bisa menimbulkan radang kulit. Oleh karena itu, untuk
menjaga kebersihan kulit ini, ternak sapi perlu dimandikan dan disikat.
5. Kebersihan Petugas
Petugas harus mencuci hamakan diri dengan cara mencuci anggota badan
denga air hangat dan sabun, kemudian menggosok dengan obat-obatan penyuci
hama atau desinfektan.
6. Kebersihan Bahan Pakan dan Kandungann Racun
Bahan pakan yang kotor dan beracun akan menggagu kesehatan ternak
misalnya:
a. Pakan yang kotor akibat keadaan air dan tanah, seperti rumput yang
bercampur lumpur karena terkena banjir, pakan yang tercemar akibat
hama ulat ataupun tercemar cendawa, serta pakan yang sudah busuk.
b. Hijauan yang beracun akibat racun terjadi secara alamiah di dalam
21
merah, ataupun yang terkena racun kimia akan sangat berbahaya bagi
kesehatan ternak.
2.4. Daging
Daging merupakan bahan makanan utama yang dikonsumsi manusia baik
diperoleh dari hewan-hewan piaraan atau hewan buruan daging juga
didefenisikan sebagai semua jaringan hewan dan semua produk hasil pengolahan
jaringan-jaringan tersebut yang sesuai untuk dimakan serta tidak menimbulkan
gangguan kesehatan. Organ- organ misalnya hati, ginjal, otak, paru-paru,
jantung, limpa, pankreas, dan jaringan otot. (Sueparno, 1994).
2.4.1. Karakteristik kimia daging
Komposisi daging segar tergantung pada jenis hewan, kondisi hewan,
jenis daging dan cara penanganannya. Daging berlemak mengandung kadar air
dan protein yang rendah. Kadar air daging dari hewan mudah lebih banyak dari
hewan tua. (Anonimous, 2013).
2.4.2. Karakteristik Fisik Daging
Secara fisik daging tersusun atas serabut-serabut otot yang sejajar dan
terikat bersama-sama oleh suatu jaringan ikat. Bagian luar otot terbungkus
membran transparan yang disebut epimisium. Lapisan epimesium ini terdiri dari
jaringan ikat yang berupa serabut kolagen dan elastin.
Pada bagian otot terdapat jaringan iakt yang membentuk sekat-sekat yang
menyelubungi sekelompok jaringan otot. Sekat-sekat ini disebut perimisium yang
banyak urat darah dan urat saraf. Masing-masing serabut otot dilindungi oleh
Untuk mengetahui keadaan fisik daging masih dalam keadaan baik atau
tidak, ada 3 hal yang perlu diperhatikan:
a. Warna daging
Warna daging tergantung dari hewannya. Daging yang baik mempunyai
warna yang sama antara bagian dalam serta bagian luar daging sebab jika warna
bagian luar saja yang tampak segar mungkin telah terjadi pemalsuan, misalnya
dengan menambah zat warna pada daging.
b. Bau Daging
Bau daging adalah khas, sesuai dengan bau hewannya. Jika telah terjadi
proses pembusukan, maka bau daging akan berubah. Untuk mengetahui apakah
daging telah membusuk atau tidak dapat diketahui dari bau yang keluar dari
sendi-sendi tulang, selain itu daging digemari serangga (lalat) yang jumlahnya
makin banyak jika daging telah membusuk terutama pada daging yang tidak
dilindungi atau ditutup. Permukaan daging yang lendir serta tampak mengkilat
adalah tanda lain dari daging yang telah membusuk.
c. Konsistensi Daging
Daging yang baik adalah yang mempunyai konsistensi “mastis” bila ditekan
dan agak berdenyut, mempunyai turgor dan bila dipegang terasa basah kering,
artinya sekalipun radasanya basah, tetapi tidak sampai membasahi tangan
23
2.5. Metode Pemeriksaan Cacing Hati dengan Mikroskop.
Metode periksaan sampel di lakukan dengan menggunakan mikroskop
dilaboratorium Balai Tehnik Kesehatan Lingkungan dan Pengendalian Penyakit
Menular (BTKL & PPM) Medan bagian Instalasi Entomologi.
2.6. Cacing hati (Fasciola hepatica)
Cacing dewasa bentuknya seperti daun dan mempunyai bahu, panjangnya
30 mm lebar 13 mm, batil isap mulut dan batil isap perut hampir sama besarnya
dan letakknya berdekatan. Tracustus digestifus mempunyai caecum yang
bercabanga-cabang. Cacing ini hermafrodit, telur mempunyai operkulum, ukuran
140 x 80 mikron (Rosdiana,S. 2009).
2.6.1. Morfologi Cacing Hati (Fasciola hepatica)
Cacing dewasa dalam saluran empedu menghasilkan telur-telur yang
terbawa oleh cairan empedu masuk ke dalam lumen usus dan keluar ke alam
bebas bersama tinja, telur-telur tidak berembrio, mempunyai operkulum, besar,
ovoid, kuning kecoklatan, dan berukuran 130-150 µm x 63-90 µm. Mirasidium
berkembang dalam waktu 1 sampai 2 minggu dan keluar dari telur untuk
menginfeksi hospes perantara keong. Serkaria keluar dari keong setelah
terbentuknya sporokista dan dua atau tiga generasi redia. Serkaria mengadakan
2.6.2. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Sapi
Gambar 1. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Hewan (http://.dpd.cdc.gov/dpdx)
1. Telur keluar ke alam bebas bersama feses sapi. Bila menemukan habitat
basah. telur menetas dan menjadi larva bersilia, yang disebut Mirasidium.
2. Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput Lymnea akan tumbuh menghasilkan
Sporokista.
3. Sporokista seara partenogenesis akan menghasilkan Redia
4. Redia secara paedogenesis akan membentuk serkaria. Serkaria meninggalkan
25
5. Metaserkasria termakan oleh hewan ternak berkembang menjadi cacing muda
yang selanjutnya bermigrasi ke saluran empedu pada hati inang yang baru
untuk memulai daur hidupnya (Boray, 2007).
2.6.3. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Manusia
Gambar 2. Siklus Hidup Fasciola hepatica Pada Manusia (http://www.dpd.cdc.gov/dpdx)
Manusia terinfeksi umumnya karena memakan hati sapi yang
pengelolaannya kurang sempurna dimana hati sapi mengandung cacing hati,
dinding usus dan masuk melewati rongga perut sampai ke hati. Setelah cacing
menembus lapisan hati, sampailah cacing ke saluran empedu dan kantung empedu.
Dalam saluran empedu, cacing mudah menjadi cacing dewasa dalam jangka waktu
1 – 2 bulan. Cacing yang dewasa akan bertelur. Bersama cairan empedu, telur
berhasil masuk ke dalam saluran usus dan dapat di temukan dalam tinja (fases). (
Entjang, 2001).
Manusia terinfeksi karena memakan tanaman air yang tidak dimasak di
mana metaserkaria mengadakan enkistasi. Larva masuk kedalam hati dengan
menembus kapsul (kapsul Clissoni) dan mengembara ke selurus parenkin hati
selama 9 minggu. Larva akhirnya masuk ke dalam saluran empedu, di mana larva
menjadi dewasa dan menghasilkan telur. Cacing dewasa dapat manjadi panjang >
1 inci dan lebar > 0,5 inci (Garcia, 1996).
2.6.4. Morfologi Telur dan Larva Fasciola hepatica
Telur larva Mirasidium masuk ke dalam tubuh siput (Lymnea Sporokista)
berkembang menjadi larva (II): Redia Larva (III): serkaria yang berekor, kemudian
keluar dari tubuh keong Kista yang menempel pada tetumbuhan air terutama
selada air (Nasturqium officinale), kemudian termakan hewan ternak, apabila
memakan selada air yang mengandung cacing maka cacing akan masuk ke dalam
tubuh dan menjadi cacing dewasa dan akan menyebabkan Fascioliasis. (Budi,
2006).
Cara hidup dari tiap-tiap jenis keong tersebut dapat berbeda-beda (berair,
27
cairan usus. Pada stadium permulaan penyakit ini tidak ditemukan telur.
Pemeriksaan mikroskopis dapat dilakukan dengan metode serologis (CFT) dan tes
kulit (antigen didapat dari cacing dewasa). Dianjurkan pemakaian test
Immunofluorescent tidak langsung dengan mempergunakan mirasidium Fasciola
sebagai antigen. ( Irianto Kus, 2009).
2.6.5. Penyakit Fasciola hepatica Pada Manusia
Menurut Entjang (2001) penderita Fasciola hepatica bisa mengalami:
a. Gejala- gejala yang akan timbul seperti: demam, nyeri lambung, pembesaran
hati, nyeri perut pada ulu hati, dan muntah.
b. Penderita akan mengalami diare dan icterus
c. Fasciola hepatica yang hidup di dalam saluran empedu dan parenchym liver
menimbulkan peradangan berupa hyperplasia, necrosa dab fibrosa.
2.6.6. Pencegahan Fasciola hepatica
Agar masyarakat terhindar dari makanan dan minuman yang dapat
membahayakan kesehatan, pemerintah menetapkan standar dan persyaratan agar
makanan dan minuman layak dan aman dikonsumsi oleh masyarakat. Hal ini
dinyatakan dalam Undang-Undang No. 23 ayat 1 yaitu : Pengamanan makanan
dan minuman diselenggarakan untuk melindungi masyarakat dari makanan dan
minuman yang tidak memenuhi ketentuan standar dan persyaratan kesehatan
(Fardiaz, 1992).
Pencegahan yang efektif sulit dilakukan karena sulit untuk
mungkin dapat digunakan bebek yang digembalakan sehabis panen untuk
memberantas siput (Brotowidoyo 1987).
Pencegahan jangka panjang tergantung eradikasi penyakit pada hewan
hebivora, pengobatan untuk hewan peliharaan mungkin dapat diberikan, tetapi
untuk binatang air tidak memungkinkan. Infeksi pada manusia di daerah endemi
dapat dicegah dengan tidak makan sayur mentah (Brown 1997).
Menurut Suweta (1982) upaya pengendalian penyebarluasan penyakit
dapat dilaksanakan dengan memutuskan siklus hidup cacing, yaitu dengan
membrantas siput yang hidup di air persawahan dan lainnya dengan cara:
a. Pencegahan dilakukan dengan membrantas siput air, tanaman air
(sayuran dari daerah endemis jangan dimakan atau di jual di pasaran.
b. Hati sapi harus di masak terlebih dahulu sampai matang sebelum
dimakan.
c. Usaha pencegahan dapat dilakukan dengan pendidikan kesehatan
masyarakat dengan menekankan bahaya dari tumbuhan air yang banyak
terdapat binatang atau keong.
d. Pengobatan terhadap hewan yang terkena infeksi cacing hati.
e. Hindari konsumsi sayuran air yang mentah atau meminum air yang
tercemar metacerkaria.
f. Mengeringkan tempat-tempat berair yang tidak diperlukan sehingga
29
g. Dengan menggalakkan pemeliharaan itik (bebek) di lahan sawah, karena
bebek akan memakan siput-siput yang menjadi tempat berkembang biak
larva cacing hati.
Menurut Lubis (1983) pencegahan infeksi cacing dapat dilakukan dengan
memberikan ransum yang baik sangat perlu diperhatikan untuk menambah
2.7. Kerangka Konsep
Ditemukan cacing dewasa Hati Sapi
Sapi (f
Pemeriksaan laboratorium
Tidak ditemukan cacing dewasa
Feses Sapi
Mikroskop
Kk Menteri Kesehatan no: 424/ Menkes/ SK/ VI. 2006
Ditemukan telur cacing