PENGEMBANGAN TES PILIHAN GANDA BERALASAN PADA POKOK
BAHASAN SISTEM EKSKRESI UNTUK MENGUKUR KETERAMPILAN
BERPIKIR KRITIS SISWA BIOLOGI DI SMA WILAYAH KABUPATEN
BREBES
Penulis : Nur Aisyah*), Kartimi**), Eka Fitriah***)
*)Mahasiswa yang melakukan penelitian, *)Dosen pembimbing 1,***)Dosen pembimbing 2
IAIN Institut Agama Islam Negeri Alamat : Jl. Perjuangan By pass sunyaragi Telp. (0231) 489926 Cirebon 45132
Website : ww.iainsyekhnurjati.ac.id E-mail : iainsyekhnurjaticirebon.ac.id
Abstract
Evaluations are generally less measure critical thinking skills. Question of this study is whether the development of multiple-choice tests reasoned on the subject of excretion is an effective system to measure critical thinking skills high school biology students in the district of Bradford? The purpose of this study is to determine the effectiveness of a multiple choice test beralasa nuntuk measure students' critical thinking skills. This research method using the Research and Development (R and D) is a method of research and development to produce products. The population is class XI IPA SMAN 01 Ketanggungan as many as 70 students, XI IPA SMAN 01 Tanjung many as 175 students and XI IPA SMAN 01 Kersana as many as 105 students. So the total population of 345 students. The sampling technique in this study using purposive sampling technique. The number of samples in this study 193 students. Results of the study produces the characteristic items include average value validita ssebesar 0.421 (medium), reliability sebersar 0.76 (high), the level of difficulty of 0.601 (medium), distinguishing of 0.47 (good) and the functioning of the detractors of 75 % (works fine). Based on these results, the development of multiple-choice tests reasoned said to be effective based on the level of validity ≤r11≤ range of 0.40 to 0.20, the level
of reliability with a range of 0.60 ≤r11≤ 0.80, the level of difficulty with the range 0:30 <IK <0.70, distinguishing the level ranges from 0.40 to 0.60 and is said to be quite effective distractor level with a good level of confidence man. While the effectiveness of multiple-choice tests to measure thinking skills reasoned kriti ssiswa is quite effective when applied in schools.
Keywords: Evaluation, Critical Thinking Skills, Metodes (R and D)
Abstrak
Evaluasi pada umumnya kurang mengukur keterampilan berpikir kritis. Pertanyaan dari penelitian ini yaitu apakah pengembangan tes pilihan ganda beralasan pada pokok bahasan sistem ekskresi ini efektif untuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa biologi SMA di wilayah Kabupaten Brebes? Tujuan dari penelitian ini yaitu untuk mengetahui keefektivan tes pilihan ganda beralasa nuntuk mengukur keterampilan berpikir kritis siswa. Metode penelitian ini menggunakan metode Research and Development (R and D) yaitu suatu metode penelitian dan pengembangan untuk menghasilkan produk. Adapun populasi adalah siswa kelas XI IPA SMA Negeri 01 Ketanggungan sebanyak 70 siswa, XI IPA SMA Negeri 01 Tanjung sebanyak 175 siswa dan XI IPA SMA Negeri 01 Kersana sebanyak 105 siswa. Jadi total populasi sebanyak 345 siswa. Teknik pengambilan sampel dalam penelitian ini menggunakan teknik Purposive Sampling. Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini 193 siswa. Hasil dari penelitian menghasilkan karakteristik butir soal meliputi nilai rata-rata validita ssebesar 0,421 (sedang), realibilitas sebersar 0,76 (tinggi), tingkat kesukaran sebesar 0,601 (sedang), daya pembeda sebesar 0,47 (baik) dan keberfungsian pengecoh sebesar 75% (berfungsi dengan baik). Berdasarkan hasil tersebut maka pengembangan tes pilihan ganda beralasan dikatakan efektif berdasarkan tingkat validitas dengan rentang 0,20 ≤r11≤ 0,40, tingkat realibilitas dengan rentang 0.60 ≤r11≤ 0.80, tingkat kesukaran dengan rentang 0.30 <IK< 0.70, tingkat daya pembeda dengan rentang 0,40-0,60 dan tingkat distraktor dikatakan cukup efektif dengan tingkat pengecoh yang baik. Sedangkan efektivitas tes pilihan ganda beralasan untuk mengukur keterampilan berpikir kriti ssiswa tergolong cukup efektif apabila diterapkan di sekolah.
PENDAHULUAN
Pendidikan merupakan salah satu
komponen yang penting dalam pembentukan
sumber daya manusia yang berkualitas. Dalam
pendidikan terdapat tiga komponen yaitu
kurikulum, proses belajar dan penialaian.
Haryati (2006:115) menyatakan bahwa
penialaian merupakan penerapan berbagai
penggunakan beragam alat evaluasi. Penilaian
ini digunakan untuk memperoleh ragam
informasi tentang ketercapaian kompetensi
siswa untuk mengetahui sejauh mana hasil
belajar siswa.
Salah satu bentuk evaluasi yang di
selenggarakan di sekolah adalah dengan
mengadakan tes. Tes hasil belajar atau
Achievment adalah bentu tes yang digunakan
untuk menilai hasil belajar siswa tentang
materi pelajaran yang telah diberikan guru
kepada murid-muridnya dalam hjangka waktu
tertentu. Tes yang dilaksanakn pada akhir
semester disebut tes formatif atau dikenal
dengan sebutan ulangan umum. Sedangkan tes
yang dilaksanakan untuk memperbaiki proses
pembelajaran yang sedang atau yang sudah
dilaksankan si sebut tes formatif atau ualangan
harian. Tes hasil belajar yang digunakan guru
biasanya dibagi lagi menjadi tes subjetif dan
tes objektif. Tes subyektif untuk mengukur
kemampuan siswa dalam hala menganalisasi
pikirannya, mengemukakan kata-kata atau
kalimat siswa sendiri. Sedangkan tes objektif
pilihan ganda dapat mengukur kemampuan
intelktual atau kognitif, afektif dan psikomotor
siswa tetapi kurang mengukur kecakapan siswa
dalam hal mengorganisasikan materi dan
terdapat peluang untu siswa menebak kunci
jawaban.
Latar Belakang
Evaluasi merupakan kegiatan
identifikasi untuk melihat suatu program yang
direncanakan telah tercapai atau belum.
Evaluasi bertujuan untuk menjamin bahwa
proses dan kinerja yang dicapai telah sesuai
dengan rencana dan tujuan. Untuk kepentingan
tersebut, maka pelaksanaan evaluasi dilakukan
dengan pemberian tes sebagai instrumen
evaluasi.
Kaitannya dengan evaluasi, maka tidak
terlepas dari yang namanya tes. Arikunto
(2013:67) menyatakan bahwa tes merupakan
alat atau prosedur yang digunakan untuk
mengukur sesuatu yang telah dipelajari, salah
satunya adalah keterampilan berpikir siswa.
salah satu keterampilan berpikir yang menjadi
pusat kajian para guru dalam mengembangkan
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa
adalah keterampilan berpikir kritis. Scriven
(2001) berpendapat bahwa berpikir kritis
adalah proses intelektual yang aktif dan penuh
pengertian atau konsep, mengaplikasikan,
menganalisis, membuat sintesis, dan
mengevaluasi. Berpikir kritis adalah sebuah
keterampilan yang didapatkan melalui proses,
bukan merupakan sifat yang diwariskan orang
tua kepada anaknya. Keterampilan berpikir
kritis sangat penting di abad ke 21 ini. Abad ke
21 merupakan era informasi dan teknologi.
Seseorang harus merespon perubahan dangan
cepat dan efektif, sehingga memerlukan
keterampilan intelektual yang fleksibel,
kemampuan menganalisis informasi dan
mengintegrasikan berbagai sumber
pengetahuan untuk memecahkan masalah.
Selama ini penilaian lebih banyak ke
arah kemampuan kognitif tingkat rendah.
Soal-soal yang diberikan guru kepada siswa yang
bersumber dari buku paket atau LKS seringkali
hanya mengukur pengetahuan saja. Sebagian
besar soal hanya menilai keterampilan ingatan
saja, yaitu meliputi soal C1, C2 dan C3, jarang
dari soal-soal menilai keterampilan beripikir
kritis siswa, yang apabila dalam ranah kognitif
berada pada tingkatan soal C4, C5 dan C6.
Selain itu, siswa cenderung menjawab soal
dengan asal-asalan. Oleh karena itu, guru perlu
mengembangkan soal-soal yang menilai
keterampilan berpikir tingkat tinggi siswa,
salah satunya keterampilan berpikir kritis.
Mengembangkan soal-soal keterampilan
berpikir tingkat tinggi, mengajak siswa untuk
lebih berpikir kritis, seperti pada soal C4, C5
dan C6. Soal-soal tersebut, menuntut siswa
untuk berpikir kritis seperti menganalisis,
mensintesis atau menciptakan serta
mengevaluasi atau menyimpulkan suatu fakta
atau peristiwa.
Berdasarkan uraian tersebut, penulis
berasumsi bahwa pengembangan intrumen
evaluasi berupa tes sangat penting untuk
mengetahui keterampilan berpikir tingkat
tinggi siswa, kususnya dalam mengetahui
keterampilan berpikir kritis. Adapun alternatif
tes keterampilan berpikir tingkat tinggi untuk
mengukur keterampilan berpikir kritis siswa
adalah tes pilihan ganda Tes yang
dikembangkan penulis merupakan tes pilihan
ganda beralasan. Tes tersebut berisi soal yang
menuntut peserta tes untuk memberikan
jawaban atas pertanyaan atau pernyataan yang
tercantum dalam pokok soal yang disertai
dengan sejumlah kemungkinan jawaban serta
alasan yang mendasari dipilihnya jawaban
tersebut.
Pengembangan tes pilihan ganda
beralasan ini, siswa diminta untuk memilih
jawaban yang benar sekaligus mengemukakan
alasan yang mendasari atas jawabannya
tersebut. Apabila siswa menjawab soal tersebut
dengan benar disertai dengan alasan yang
tepat, maka dapat dikatakan bahwa
Namun, sebaliknya jika siswa menjawab soal
dengan benar tapi disertai dengan alasan yang
kurang tepat, maka dapat dikatakan bahwa
keterampilan berpikir kritis siswa kurang baik.
Hal ini, disesuaikan dengan indikator
keterampilan berpikir kritis menurut Robert
Ennis yaitu mengidentifikasi asumsi-asumsi,
menginduksi dan mempertimbangkan hasil
induksi, mendeduksi dan mempertimbangkan
hasil deduksi dan menganalisis argumen.
Pokok bahasan yang dipilih oleh
peneliti adalah bab materi sistem ekskresi.
pada bab materi tersebut banyak konsep yang
bersifat abstrak. Hal inilah yang menurut
penulis dapat memunculkan keterampilan
berpikir kritis siswa. Berdasarkan uraian
tersebut, maka penulis perlu mengadakan
penelitian yang berjudul pengembangan tes
pilihan ganda beralasan untuk mengukur
keterampilan berpikir kritis siswa SMA di
Kabupaten Brebes.
Landasan Teori
Tes pilihan ganda adalah sekumpulan
soal-soal yang menuntut peserta tes untuk
memberikan jawaban atas pertanyaan atau
pernyataan yang tercantum dalam pokok soal
yang di sertai dengan sejumlah kemungkinan
jawaban. Kemungkinan jawaban tersebut
berupa frase, kata, nama tempat, nama tokoh,
lambang atau kalimat yang sudah pasti. Pilihan
jawaban terdiri atas jawaban yang benar yang
kunci jawabannya serta kemungkinan jawaban
salah yang dinamakan pengecoh. Namun,
kemungkinan seseorang memilihnya apabila
tidak menguasai materi yang di tanyakan
dalam soal.
Berapa banyak kemungkinan jawaban
yang paling tepat? Tidak ada aturan yang baku
untuk menentukan jumlah alternatif jawaban.
Di Indonesia biasanya digunakan 3 atau 4
alternatif jawaban untuk sekolah dasar dan 5
alternatif jawaban untuk sekolah menengah.
Beberapa penulis soal menyukai alternatif
jawaban untuk mengurangi faktor menebak
dari para pengambil tes. Pengurangan faktor
menebak akan meningkatkan reliabilitas dan
validitas, sepanjang alternatif jawaban itu
bagus dan soalnya di buat denngaan baik.
Menurut Gronlund (1981) alternatif jawaban 4
kurang baik di bandingkan dengan yang
lainnya. Makin banyak alternatif jawaban,
makin kecil kemungkinan peserta didik
menerka. (Surapranata. 2004: 131)
Soal piliihan ganda sangat efektif untuk
mengukur kemampuan mulai dari kemampuan
yang sederhana sampai dengan kemampuan
yang rumit seperti kemampuan dalam
pengetahuan, pemahaman, dan penggunaan
konsep. Soal-soal pilihan ganda juga dapat
mengukur kemampuan dalam hal: mengenal
mengenal metode dan prosedur,
mengidentifikasi penggunaan fakta dan prinsip,
menginterpretasikan hubungan sebab akibat,
menilai metode dan prosedur. Selain itu, aspek
yang dapat di ukur dengan bentuk soal pilihan
ganda adalah kemampuan yang tinggi seperti:
pengamatan dan pengukuran,
mengklasifikasikan, inferring, reasoning,
predicting, reading a table, critical thinking,
problem solving dan ransangan percobaan.
(Surapranata, 2004:137)
Soal pilihan ganda juga dapat
mengukur keterampilan berpikir kritis siswa.
Menurut Ennis dalam Cottrel (2011:2)
menambahkan komponen tujuan berpikir kritis
dalam definisinya yang dipakai secara luas
yaitu: “reasonable reflective thinking focused on deciding what to belive or do” menurut
pendapat Ennis bahwa berpikir kritis adalah
pemikiran yang masuk akal dan reflektif yang
berfokus untuk memutuskan apa yang mesti
dipercaya dan dilakukan.
Definisi berpikir yang dikembangkan
oleh Ennis ini lebih menekankan pada
bagaiamana sseorang membuat keputusan atau
pertimbangan-pertimbangan. Selanjutnya
Ennis telah melakukan identifikasi lima kunci
unsur berpikir kritis, yaitu praktis, reflektif,
rasional, terpecaya dan berupa tindakan.
Dengan didasari pemikiran inilah, Ennis
merumuskan definisi berpikir kritis sebagai
aktivitas berpikir secara reflektif dan rasional
yang difokuskan pada penentuan apa yang
harus diyakini atau dilakukan.
Metode Penelitian
Metode penelitian ini menggunakan
metode Research and Development (R and D)
yaitu suatu metode penelitian dan
pengembangan untuk menghasilkan produk.
Adapun populasi adalah siswa kelas XI IPA
SMA Negeri 01 Ketanggungan sebanyak 70
siswa, XI IPA SMA Negeri 01 Tanjung
sebanyak 175 siswa dan XI IPA SMA Negeri
01 Kersana sebanyak 105 siswa. Jadi total
populasi sebanyak 345 siswa. Teknik
pengambilan sampel dalam penelitian ini
menggunakan teknik Purposive Sampling.
Adapun jumlah sampel dalam penelitian ini
193 siswa.
Hasil dan Pembahasan
Hasil dari penelitian menghasilkan
karakteristik butir soal meliputi nilai rata-rata
validitas ssebesar 0,421 (sedang), realibilitas
sebersar 0,76 (tinggi), tingkat kesukaran
sebesar 0,601 (sedang), daya pembeda
sebesar 0,47 (baik) dan keberfungsian
pengecoh sebesar 75% (berfungsi dengan baik)
Berdasarkan hasil analisis uji coba soal
didapat bahwa validitas berada pada rentang
menjunjukkan koefisien korelasi yang
diperoleh memenuhi kategori sedang atau
cukup. Uji coba soal juga menghasilkan tingkat
reliabilitas tinggi yaitu dengan nilai 0,769.
Sedangkan tingkat kesukaran dan daya
pembeda soal juga cukup baik. Hal itu
ditunjukan dengan tingkat kesukaran yang
berada pada kategori sedang dan daya pembeda
berada pada kategori baik. Selain itu, rata-rata
pada setiap tahap uji coba soal memiliki
keberfungsian pengecoh yang baik
ditunjukkan dengan kisaran rata-ratanya
antara 75%. Berdasarkan analisis karateristik
butir soal tersebut, maka dapat dikatakan
bahwa soal efektif untuk mengukur
keterampilan berpikir kritis siswa. Dan soal
layak apabila digunakan oleh guru sebagai alat
evaluasi di sekolah.
Kesimpulan
Berdasarkan hasil penelitian yang di lakukan
dapat disimpulkan:
1. Analisis validitas logis menghasilkan
soal-soal yang direvisi dari segi konten,
konstruk dan bahasa yaitu masing-masing
sebanyak 20 item soal.
2. Analisis validitas empiris menghasilkan
karakteristik butir soal meliputi nilai
rata-rata validitas sebesar 0,421 (sedang),
realibilitas sebersar 0,76 (tinggi), tingkat
kesukaran sebesar 0,601 (sedang), daya
pembeda sebesar 0,47 (baik) dan
keberfungsian pengecoh sebesar 75%
(berfungsi dengan baik)
3. Efektivitas dari pengembangan tes
pilihan ganda beralasan pada sistem
ekskresi manusia untuk mengukur
keterampilan berpikir siswa dikatakan
efektif berdasarkan tingkat validitas
dengan rentang 0,40 ≤r11≤ 0,60 , tingkat
realibilitas dengan rentang 0.60 ≤r11≤
0.80, tingkat kesukaran dengan rentang
0.30 <IK< 0.70, tingkat daya pembeda
dengan rentang 0,40-0,60 dan tingkat
distraktor dikatakan cukup efektif dengan
tingkat pengecoh yang baik.
Daftar Pustaka
Arikunto, S. 2004. Dasar-Dasar Evaluasi pendidikan. Jakarta: PT Bumi Aksara
Arikunto, S. 2011.
Dasar-DasarEvaluasiPendidikan.Jakarta : PT BumiAksara.
Arifin, Z. 2009. Evaluasi Pembelajaran. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Azwar, Saefuddin. 2010. Tes Prestasi Fungsi dan Pengambangan Pengukuran Prestasi Belajar. Yogyakarta : Pustaka Pelajar.
Emzir. 2010. Metodologi enelitian Pendidikan Kualitatif dan Kuantitatif. Jakarta: Rajawali Pers.
Ennis, R. 1993. “Theory Into Practice” dalam
(3). College Of Education: The Ohio State University: 2-8
Emeritus. 2011. “The Nature of Critical
Thinking” dalam Emeritus. An Outline of
Critical Thinking Dispositions and Abilities. University of Illinois: 1-8
Campbell. 2004. Biologi Jilid 2. Bandung: Erlangga
Cottrell, S. 2011. Critical Thinking Skills. Austraia: Palgrave Macmillan
Fathurohman, P danSutikno, S. 2007. Strategi Beajar Mengajar. Bandung: PT Refika Adimata
Fisher, A. 2011.Berpikir Kritis. Bandung: Erlangga
Jauhariyansyah, S. 2014. Pengembangan Dan Penggunaan Tes Diagnostik Pilihan Ganda Dua Tingkat (Two Tier Multiple Choice) Untuk Mengungkap Pemahaman Siswa Kelas X Pada Materi Konsep Redoks Dan Larutan Elektrolit. Universitas Bengkulu: Fakultas Keguruan Dan Ilmu Pendidikan Jurusan Pendidikan Matematika Dan Ilmu Pengetahuan Alam
Mulyasa, E. 2008. Menjadi Guru Profesional.
Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Mulyadi. 2010. Evaluasi Pendidikan,
Pengembangan Model
EvaluasiPendidikan Agama Islam di sekolah. Malang: UIN Maliki Press.
Purwanto, Ngalim. 2010. Prinsip-Prinsip dan Teknik Evaluasi Pengajaran. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Septiana, D. 2014. “Edusains” dalam D.
Septina. Identifikasi Miskonsepsi Siswa Pada Konsep Archaebacteria Dan Eubacteria Menggunakan Two-Tier Multiple Choice. Volume VI (02). Jakarta: Pendidikan Biologi FITK UIN Syarif Hidayatullah: 1-10
Sudjana, N. 1989. Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Sugiyono. 2009. Metode Penelitian Pendidikan Pendeka Kuantitatif, Kualitatif, dan R & D. Bandung : Alfabeta.
Sukardi. 2009. Evaluasi Pendidikan. Jakarta: BumiAksara
Sukmadinata, N. 2005.Landasan Psikologi Proses Pendidikan. Bandung : PT Remaja Rosdakarya
Surapranata, S. 2004. Panduan Penulisan Soal-soal. Bandung: PT Remaja Rosdakarya
Tuysuz, C. 2009. “Scientific Research and
Essay” dalam C. Tuysuz.Development of
two-tier diagnostic instrument anassess
students’ understanding in chemistry.Vol.
IV (6). Department of Primary Education: Mustafa Kemal University: 2-6