• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pri

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB III PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM DAN PENGATURAN HUKUMNYA A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan - Tinjauan Yuridis Keberadaan Kendaraan Bermotor (Mobil) Pri"

Copied!
49
0
0

Teks penuh

(1)

29 BAB III

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN UMUM

DAN PENGATURAN HUKUMNYA

A. Pengaturan Hukum Pengangkutan Darat Dengan Kendaraan Bermotor

Dalam UU Nomor 22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas Angkutan Jalan

Sarana Pengangkutan berguna untuk mempermudah seseorang atau barang

dari suatu tempat ke tempat yang lain dan dilakukan dengan cara yang berbeda.

Untuk menjaga terlaksananya pengangkutan itu secara tertib dan tentram, maka

peraturan perundang-undangan yang menjadi landasan hukumnya.

Adapun peraturan hukum yang menjadi landasan dalam pengangkutan

darat dengan kendaraan bermotor yakni :

- Undang – Undang No. 3 Tahun 1965 Tentang Lalu Lintas dan angkutan

jalan

- Peraturan Pemerintah No. 2 Tahun 1964 sebagai pengganti

“wegverkeersverordening” (stb 1936-451)

- Penetapan Lalu lintas perhubungan (surat keputusan direktur Perhubungan

dan pengairan, tanggal 26 september 1936, No. 101/9/2. Bijblad No.

13700, seperti yang telah dirubah dan ditambah terakhir dengan

penetapan menteri perhubungan tanggal 1 juli 1991 No. 24441/Menteri

(TLN No. 144).

- Penetapan Lalu lintas jalan dalam negeri (surat keputusan direktur

Pemerintahan dalam negeri tanggal 8 oktober 1936, No. Pol 35/6/1,

(2)

keputusan tanggal 29 desember 1938, No. Pol 35/8/16 (Bijblad No.

14137).

- Undang-undang No.33 Tahun 1965 (LN 1964-137), tentang “Dana

Pertanggungan wajib kecelakaan penumpang”.

- Peraturan pemerintah No.34 Tahun 1965 (LN 1965-28) tentang “

ketentuan pelaksanaan dana kecelakaan lalu lintas jalan”.

- Undang – Undang Nomor 14 Tahun 1992 (LNRI Tahun 1992 No.49)

Tentang lalu lintas dan angkutan jalan.

- Kitab Undang-undang hukum dagang (KUHD) yaitu Buku I, Bab V,

bagian 2 dan 3, mulai pasal 90 sampai dengan pasal 98.

- Undang-undang No. 22 Tahun 2009 Tentang “ lalu lintas dan angkutan

jalan”.22

Peraturan-peraturan diatas adalah landasan hukum dalam Hukum

pengangkutan darat dengan kendaraan bermotor, UU no. 22 tahun 2009 Tentang “

Lalu lintas dan angkutan jalan” menjadi Undang-Undang yang terakhir

dikeluarkan Hingga saat ini.

Didalam penyelenggaran pengangkutan darat perlu kita mengingat bahwa

perjanjian pengangkutan menjadi salah satu syarat untuk mengikat antara

penumpang dengan pengemudi atau pengusaha pengangkutan.Namun pada

asasnya tida tertulis, tetapi harus dibuktikan dengan dokumen angkutan.Dokumen

angkutan diatur dalam undang-undang pengangkutan karena dengan adanya

dokumen angkutan berarti telah terjadinya perjanjian pengangkutan.

22

(3)

31

Didalam hukum pegangkutan kita mengenal adanya objek hukum

pengangkutan, objek hukum pengangkutan itu antara lain orang dan barang, untuk

itu makam diterbitkanlah dua dokumen angkutan yaitu :

a. Dokumen angkutan penumpag yang disebut karcis penumpang untuk

angkutan darat, perairan, tiket penumpang untuk angkutan udara.

b. Dokumen angkutan barang yang disebut surat angkutan barang untuk

angkutan darat, dokumen muatan untuk angkutan perairan (dalam

KUHDagang disebut Konosemen), tiket bagasi untuk barang bawaan

penumpang, dan surat muatan udara untuk kargo.

Dalam hal ini penulis akan menjelaskan dokumen angkutan penumpang

untuk angkutan darat khususnya Dokumen angkutan kendaraan umum. Dokumen

angkutan kendaraan umum terdiri dari karcis penumpang dan surat angkutan

barang. Hal ini diatur dalam pasal 166, 167 dan 168 Undang-undang No. 22

Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan jalan Raya. Menurut ketentuan

pasal ini, karcis penumpang atau surat angkutan barang merupakan tanda bukti

telah terjadinya perjanjian dan pembayaran biaya angkutan. Berdasarkan

ketentuan pasal tersebut dapat dipahami bahwa dokumen angkutan hanya dapat

dimiliki oleh pengirim atau penumpang jika biaya angkutan sudah dibayar lunas.

a. Karcis penumpang

Karcis penumpang diterbitkan atas nama, artinya pada karcis penumpang

tidak boleh digunakan oleh orang lain selain penumpang yang bersangkutan.

Pasal 166,167 dan 168 undang-undang No.22 Tahun 2009 tentang lalu lintas

dan angkutan jalan yang mengatur dokumen angkutan tidak memuat

(4)

praktik perjanjian pengangkutan penumpang antar propinsi. Sebagai contoh

adalah karcis penumpang pengangkutan darat yang sudah dibakukan dan

memuat rincian berikut ini :

1. Nama dan Nomor bus perusahaan angkutan

2. Nama dan alamat penumpang

3. Terminal pemberangkatan dan terminal tujuan

4. Nomor seri karcis, hari tanggal dan waktu keberangkatan

5. Nomor kursi/tempat duduk

6. Tariff biaya angkutan pengangkut termasuk premi asuransi

7. Tanda tangan pengangkut atau orang atas nama pengangkut

8. Ketentuan-ketentuan lain sebagai klausul angkutan.

b. Surat Angkutan barang

Mengenai surat angkutan barang diatur dalam pasal 90 KUHDagang.

Menurut pasal ini, surat angkutan barang memuat keterangan sebagai berikut

ini.

1. Nama dan alamat perusahaan angkutan (pengangkut)

2. Nama dan alamat pengirim dan penerima

3. Nama, jumlah, berat,ukuran,merek barang yang diangkut

4. Jumlah biaya angkutan

5. Tempat dan tanggal pembuatan surat angkutan barang

6. Tanda tangan pengangkut dan pengirim/ekspeditur.

Karcis penumpang dan surat angkutan barang juga diatur dalam pasal

163,168 dan 169 Undang-undang No. 22 tahun 2009 Tentang lalu lintas dan

(5)

33

dimuat dalam surat angkutan barang. Rincian tersbut di atur dalam pasal 90

KUHDagang dapat diikuti sebagai standar isi surat angkutan barang yang dapat

dikembangkan dalam praktik angkutan. Surat angkutan barang biasanya sudah

dibakukan dan dicetak oleh perusahaan angkutan dalam bentuk blanko.Pengirim

hanya mengisi blanko tersebut dan menandatanganinya.

Penyelenggaraan peraturan hukum pengangkutan darat dengan kendaraan

bermotor selain dapat dilihat dari sudut pandang dokumen namun banyak yang

harus kita tinjau dalam penyelenggarannya, yakni dalam BAB V undang –

undang No. 22 Tahun 2009 Tentang lalu lintas angkutan jalan menjelaskan

Tentang penyelenggaraan dalam Lalu lintas dan angkutan jalan.

Penyelenggaraan lalu lintas dan angkutan jalan dalam kegiatan pelayanan

langsung kepada masyarakat dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah,

badan hukum, dan/ atau masyarakat. Adapun yang dilakukan oleh pemerintah

memiliki tugas pokok dan fungsi masing-masing meliputi :

a. Penyelenggaraan Di bidang jalan meliputi kegiatan pengaturan,pembinaan,

pembangunan,dan pengawasan prasarana jalan sebagaimana dimaksud

dalam pasal 7 ayat(2) huruf a yaitu :

- Inventarisasi tingkat pelayanan dan permasalahannya

- Penyusupan rencana dan program pelaksanaannya serta tingkat

penetapan tingkat pelayanan jalan yang diinginkan.

- Perencanaan,Pembangunan, dan optimalisasi pemanfaatan ruas jalan;

- Perbaikan geometric ruas jalan dan persimpangan jalan;

(6)

- Uji kelaikan fungsi jalan sesuai dengan standart keamanan dan

keselamatan berlalu-lintas.

- Pengembangan system informasi dan komunikasi di bidang prasarana

jalan.

b. Penyelenggaraan di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan

jalan sebagaimana dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf b meliputi:

- Penetapan rencana umum lalu lintas dan angkutan jalan;

- Manajemen dan rekayasa lalu lintas;

- Persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor;

- Perizinan angkutan umum;

- Pengembangan system informasi dan komunikasi;

- Penyidikan terhadap pelanggaran perizinan angkutan umum, persyaratan

teknis dan kelaikan jalan kendaraan bermotor yang memerlukan keahlian

dan/atau peralatan khusus yang dilaksanakan sesuai dengan ketentuan

undang-undang.

c. Penyelenggaraan di bidang industry sebagaimana dimaksud dalam pasal 7

ayat (2) huruf c meliputi :

- Penyusanan rencana dan program pelaksanaan pengembangan industri

kendaraan bermotor;

- Pengembangan industry perlengkapan kendaraan bermotor yang

menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan;dan

- Pengembangan industri perlengkapan jalan yang menjamin keamanan

(7)

35

d. Penyelenggaraan di bidang pengembangan teknologi sebagaimana

dimaksud dalam pasal 7 ayat (2) huruf d meliputi :

- Penyusunan rencana dan program pelaksanaan pengembangan teknologi

kendaraan bermotor;

- Pengembangan teknologi perlengkapan kendaraan bermotor yang

menjamin keamanan dan keselamatan lalu lintas dan angkutan jalan dan;

- Pengembangan teknologi perlengkapan jalan yang menjamin ketertiban

dan kelancaran lalu lintas dan angkutan jalan.

e. Penyelenggaraan di bidang registrasi dan indentifikasi kendaraan bermotor

dan pengemudi, penegak hukum , operasional manajemen dan rekayasa

lalu lintas, serta pendidikan berlalu lintas sebagaimana dimaksud dalam

pasl 7 ayat (2) huruf e meliputi :

- Pengujian dan penertiban surat izin mengemudi kendaraan bermotor;

- Pelaksanaan registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor;

- Pengumpulan,pemantauan,pengolahan,dan penyajian data lalu lintas dan

angkutan jalan;

- Pengelolaan pusat pengendali system informasi dan komunikasi lalu

lintas dan angkutan jalan;

- Pengaturan, penjagaan, pengawalan, dan patrol lalu lintas;

- Penegakan hukum yang meliputi penindakan pelanggaran dan

penanganan kecelakaan lalu lintas;

- Pendidikan berlalu lintas;

- Pelaksanaan manajemen dan rekayasa lalu lintas; dan

(8)

Dari setiap instansi penyelenggaraan harus tetap terkoordinasi oleh forum

lalu lintas dan angkutan jalan agar dapat menjalankan/merencanakan dan

menyelesaikan masalah lalu lintas dan angkutan jalan secara baik.

B. Para Pihak Dan Hubungan Hukum Dalam Perjanjian Pengangkutan

Darat

Perjanjian pengangkutan ialah suatu perjanjian dimana satu pihak

menyanggupi untuk dengan aman membawa orang atau barang dari suatu tempat

tujuan, sedangkan pihak yang lainnya menyanggupi akan membayar biaya

pengangkutan. Pada umumnya dalam suatu perjanjian pengangkutan pihak

pengangkut bebas untuk memilih sendiri alat pengangkutan yang hendak

dipakainya.23

Didalam Perjanjian Pengangkutan darat ada pihak-pihak yang terkait

didalamnya dan bagaimana hubungan hukum. Para pihak yang terkait yaitu

pengusaha angkutan, pengemudi, dan penumpang. Menurut HMN Purwosutjipto,

Pihak-pihak dalam pengangkutan yaitu pengangkut dan pengirim. Pengangkut

adalah orang yang mengikatkan diri untuk menyelenggarakan pengangkutan

barang dan/atau orang dari suatu tempat ke tempat tujuan tertentu dengan selamat.

Lawan dari pihak pengangkut ialah pengirim yaitu pihak yang mengikatkan dari

untuk membayar uang angkutan, dimaksudkan juga ia memberikan muatan.24

Berdasarkan Buku I Bab V bagian ketiga KUHDagang Tentang

pengangkutan darat dan perairan darat,yang dimaksud dengan pengangkut adalah

23

R.Subekti.,Aneka Perjanjian, Cetakan kesepuluh, PT Citra aditya bakti, Bandung, 1995, hal. 69-70

24

(9)

37

bukanlah sopir pada mobil atau nahkoda pada kapal, tetapi majikan dari sopir atau

nahkoda tersebut yang menjadikan pihak dalam perjanjian pengangkutan.25

Menurut Purwosutjipto, Pengusaha angkutan merupakan orang yang

bersedia menyelenggarakan seluruh pengangkutan dengan jumlah uang angkutan

yang dibayar sekaligus untuk semuanya, tanpa mengikatkan diri untuk melakukan

pengangkutan itu sendiri.26Dikatakan Menyelenggarakan angkutan berarti

pengangkutan itu dapat dilakukan sendiri oleh pengangkut atau dilakukan oleh

orang lain atas perintahnya.27

Pihak Lain yang Terkait dalam pengangkutan yaitu pengemudi,

Pengemudi menurut pasal 1 ayat 23 UULLAJ, adalah orang yang mengemudikan

kendaraan bermotor di jalan yang telah memiliki surat izin mengemudi. Adapun

pengemudi dalam hal ini merupakan pihak yang menjalankan pengangkutan yang

terikat dalam perjanjian kerja dengan pengusaha angkutan.Sedangkan Pihak

Penumpang merupakan individu atau perorangan yang berstatus sebagai subyek

hukum yang memiliki hak dan kewajiban dalam perjanjian pengangkutan, yaitu

penumpang berhak mendapatkan pelayanan jasa angkutan dengan selamat sampai

di tempat tujuan, serta berkewajiban membayar ongkos angkutan.

Namun Berdasarkan Pasal 1 ayat 21 UULLAJ,

Perusahaan angkutan umum merupakan badan hukum yang menyediakan jasa

angkutan orang dan/atau barang dengan kendaraan bermotor umum.Hal Ini

dimaksudkan bahwa pengangkut harus merupakan badan hukum yang berbentuk

perusahaan bukan merupakan usaha perseorangan hal ini merupakan ketentuan

yang berbeda dari UULLAJ yang lama dimana kepemilikan terhadap usaha

angkutan umum bisa dimiliki perseorangan.

(10)

Pihak-pihak yang diuraikan diatas merupakan pihak-pihak yang secara

langsung terkait pada perjanjian pengangkutan, maka dari pihak pihak tersebut

dapat kita kemukakan hubungan hukum yang terjadi antara pihak pengusaha

angkutan dengan pengemudi dan pengangkut dengan penumpang.

Hubungan Hukum antara pengangkut dan pengemudi berdasarakan

perjanjian kerja diatur dalam UU No.13 Tahun 2003 Tentang ketenaga kerjaan

dan dalam pasal 1601 buku Ketiga bab VII bagian kesatu KUHPdt. Dalam UU

No.13 Tahun 2003 tentang ketenagakerjaan disebutkan dalam pasal 1 ayat 14

bahwa :“perjanjian kerja adalah perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha

atau pemberi kerja yang memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para

pihak”. Sedangkan Menurut Pasal 1601 Buku ketiga Bab VII bagian kesatu

KUHPdt yaitu perjanjian antara pihak yang satu (pengemudi) mengikatkan

dirinya dibawah perintah majikan ( pengusaha angkutan ) untuk suatu waktu

melakukan pekerjaan atau melaksanakan pengangkutan.

Hubungan hukum antara pengusaha angkutan dan pengemudi adalah

hubungan yang bersifat subordinasi atay bertingkat dan pemberi kuasa. Dimana

pengusaha angkutan mengikatkan diri menyediakan jasa angkutan dan wajib

membayar upah bagi pengemudi.

Setelah kita megetahui hubungan hukum antara pengusaha angkutan

dengan pengemudi, penulis akan membahas mengenai hubungan hukum dalam

perjanjian pengangkutan antara penumpang dengan pengusaha angkutan, dimana

hubungan hukum tersebut penumpang mempunyai hubungan hukum yang sejajar

atau koordinasi dengan pengangkut. Bahwasannya penumpang bukanlah bawahan

(11)

39

Penumpang disini merupakan pihak yang bebas untuk mempergunakan jasa

angkutan sesuai dengan kebutuhannya, sedangkan pengangkut merupakan pihak

yang menyelenggarakan pengangkut.

C. Hak Dan Kewajiban Para Pihak Dalam Perjanjian Pengangkutan Darat

Dalam Perjanjian pengangkutan darat terdapat para pihak dan dari para pihak

tersebut yang mengikatkan diri maka timbullah hak dan kewajiban antar pihak

dalam perjanjian pengangkutan darat.Hak dan kewajiban menjadi pendukung

dalam subjek hukum. Menurut HMN Purwosujtipto, Kewajiban-Kewajiban dari

pihak pengangkut adalah :28

1. Meyediakan alat pengangkut yang akan digunakan untuk

menyelenggarakan pengangkut.

2. Menjaga keselamatan orang (penumpang) dan/atau barang yang

diangkutnya.dengan demikian maka sejak pengangkut menguasai orang

(penumpang) dan/atau barang yang akan diangkut, maka sejak saat itulah

pihak pengangkut mulai bertanggung jawab (pasal 1235 KUHperdata).

3. Kewajiban yang disebutkan dalam pasal 470 KUHD yang meliputi:

a. Mengusahakan pemeliharaan, perlengkapan atau peranakbuahan alat

pengangkutnya;

b. Mengusahakan pengangkutan alat pengangkut itu untuk dipakai

menyelenggarakan pengangkutan menurut persetujuan;

c. Memperlakukan dengan baik dan melakukan penjagaan atas muatan

yang diangkut.

28

(12)

4. Menyerahkan muatan ditempat tujuan sesuai dengan waktu yang telah

ditetapkan dalam perjanjian.

Dalam UU no. 22 Tahun 2009 terdapat beberapa kewajiban yang harus

dipenuhi oleh perusahaan penyedia angkutan umum yaitu :

1. Menyerahkan tiket penumpang (pasal 167 UU No. 22 Tahun 2009);

2. Menyerahkan tanda bukti pembayaran pengangkut untuk angkutan tidak

dalam trayek (pasal 167 UU no. 22 tahun 2009);

3. Menyerahkan tanda pengenal bagasu kepada penumpang

4. Menyerhakan manifest kepada pengemudi penumpang

5. Perusahaan angkutan umum wajib mengangkut orang dan/atau barang

setelah disepakati perjajian angkutan dan/atau pengirim barang (pasal 186

UU no. 22 Tahun 2009)

6. Perusahaan angkutan umum wajib mengembalikan biaya angkutan yang

telah dibayar oleh penumpang dan/ atau pengirim barang jika terjadi

pembatalan pemberangkatan(pasal 187 UU no. 22 Tahun 2009)

7. Perusahaan angkutan umum wajib mengganti kerugian yang diderita oleh

penumpang atau pengirim barang karena lalai dalam melaksanakan

pelayanan angkutan (pasal 188 UU No. 22 Tahun 2009);

8. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan tanggung jawabnya (

pasal 189 UU no. 22 Tahun 2009 ).

Di samping kewajiban yang dibebankan kepada pengangkut (perusahaan

penyedia angkutan) oleh undang-undang, terdapat juga hak-hak yang diberikan

kepada pengangkut. Hak-hak yang dimiliki oleh pihak pengangkut, antara lain;

(13)

41

2. Pemberitahuan dari pengirim mengenai sifat, macam dan harga barang

yang akan diangkut, seperti yang disebutkan dalam pasal 469,470 ayat (2),

479 ayat (1) KUHD.

3. Penyerahan surat-surat yang diperlukan dalam rangka mengangkut barang

yang diserahkan oleh pengirim kepada pengangkut berdasarkan pasal 478

ayat (1) KUHD.

Selain kewajiban-kewajiban yang telah disebutkan di atas, pada UU No.

22 Tahun 2009 juga terdapat beberapa hak-hak dari pihak pengangkut, yaitu :

1. Perusahaan angkutan umum berhak untuk menahan barang yang diangkut

jika pengirim atau penerima tidak memenuhi kewajiban dalam batas waktu

yang ditetapkan sesuai dengan perjanjian angkutan (pasal 195 ayat (1).

2. Perusahaan angkutan umum berhak memungut biaya tambahan atas

barang yang disimpan dan tidak diambil sesuai dengan kesepakatan (pasal

195 ayat (2).

3. Perusahaan angkutan umum berhak menjual barang yang diangkut secara

lelang sesuai dengan ketentuan peraturan perundang-undangan jika

pengirim atau penerima tidak memnuhi kewajiban (pasal 195 ayat (3).

4. Jika barang angkutan tidak diambil oleh pengirim atau penerima sesuai

dengan batas waktu yang tekag disepakati, perusahaan angkutan umum

berhak memusnahkan barang yang sifatnya berbahaya atau mengganggu

dalam penyimpanannya sesuai dengan ketentuan peraturan

(14)

Adapun juga kewajiban dari pengemudi kendaraan bermotor umum

menurut Pasal 124 ayat (1) UU No. 22 Tahun 2009 tentang Lalu lintas dan

angkutan jalan yaitu :

1. Mengangkut penumpang yang membayar sesuai dengan tariff yang telah

ditetapkan;

2. Memindahkan penumpang dalam perjalanan ke kendaraan lain yang

sejenis dalam trayek yang sama tanpa dipungut biaya tambahan jika

kendaraan mogok, rusak, kecelakaan, atau atas perintah petugas;

3. Menggunakan lajur jalan yang telah ditentukan atau menggunakan lajur

paling kiri, kecuali saat akan mendahului atau mengubah arah;

4. Memberhentikan kendaraan selama menaikkan dan/atau menurunkan

penumpang;

5. Menutup pintu selama kendaraan berjalan dan

6. Mematuhi batas kecepatan paling tinggi untuk angkutan umum.

Sedangkan hak dari pengemudi kendaraan bermotor mendapatkan upah

dari perusahaan angkutan sesuai dengan perjanjian pengangkutan darat, mengenai

hak pengemudi kendaraan bermotor tidak dijelaskan pada UU no. 22 Tahun

2009.

Selanjutnya Pihak penumpang turut dikenakan kewajiban dan haknya

dalam perjanjian pengangkutan dimana yang menjadi kewajiban utamanya adalah

membayar biaya pengangkutan.setelah membayar biaya pengangkutan kepada

pihak pengangkut maka secara otomatis pihak penumpang mempunyai hak atas

pelayanan pengangkutan dari pihak pengangkut.29

29

(15)

43 BAB IV

PENYELENGGARAAN PENGANGKUTAN DARAT DENGAN

KENDARAAN BERMOTOR PRIBADI (MOBIL PLAT HITAM)

MENURUT UNDANG-UNDANG NOMOR 22 TAHUN 2009 TENTANG

LALU LINTAS ANGKUTAN JALAN

A. Peraturan Yang Digunakan Untuk Mengatur Kendaraan Bermotor

Pribadi (Mobil Plat Hitam) Sebagai Angkutan Umum

Telah kita ketahui bersama di lapangan, bahwa kendaraan bermotor

pribadi sangat banyak digunakan sebagai angkutan umum.Hal tersebut sudah

dilakukan oleh pemilik kendaraan bermotor pribadi sehari-hari dan lebih parah

lagi dijadikan sebagai mata pencaharian. Pemilik kendaraan bermotor pribadi

tersebut mengetahui bahwa tindakan itu sebenarnya telah melanggar hukum

khususnya terhadap Undang-Undang Nomor 22 Tahun 2009 dan Peraturan

Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 tentang lalu lintas dan Angkutan jalan.

Kendaraan bermotor (mobil Plat Hitam) yang digunakan sebagai angkutan umum

sebelumnya harus memenuhi persyaratan Undang-Undang lalu lintas dan jalan

umum (UULLAJ) terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan mengingat

jaminan pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan.

Persyaratan-persyaratan tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan operasi angkutan umum,

kelaikan jalan mobil yang digunakan sebagai angkutan umum, asuransi kendaraan

angkutan umum, serta ketentuan mobil yang harus dipenuhi sebagai angkutan

(16)

menyelenggarakan angkutan orang diatur dalam Pasal 173 Undang-Undang

Nomor 22 Tahun 2009 selanjutnya disebut (UULLAJ) yang berbunyi antara lain :

Pasal 173 UULLAJ

1. Perusahaan angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang

dan/atau barang wajib memiliki :

a. Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek;

b. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek; dan/atau

c. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus atau alat berat.

2. Kewajiban memiliki izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) tidak

berlaku untuk:

a. Pengangkutan orang sakit dengan menggunakan ambulans; atau

b. Pengangkutan jenazah.

Syarat wajib perolehan ijin usaha angkutan umum lebih khusus di atur

dalam Pasal 20 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 Tentang Angkutan

Jalan mengenai persyaratan yang wajib dipenuhi yaitu :

a. Memiliki nomor pokok wajib pajak (NPWP)

b. Memiliki akte pendirian perusahaan bagi pemohon yang berbentuk

badan usaha sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (2) huruf a

dan huruf b, akte pendirian koperasi bagi pemohon sebagaimana

dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf c dan tanda jati diri bagi

pemohon sebagaimana dimaksud dalam pasal 18 ayat (1) huruf d;

c. Memiliki surat keterangan domisili perusahaan;

(17)

45

e. Pernyataan kesanggupan untuk memiliki atau menguasai kendaraan

bermotor;

f. Pernyataan kesanggupan untuk menyediakan fasilitas penyimpanan

kendaraan bermotor.

Untuk izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek diatur dalam

pasal - pasal berikut ini :

Pasal 174 UULAJ

1. Izin sebagaimana dimaksud dalam pasal 173 ayat (1) berupa dokumen

kontrak dan/atau kartu elektronik yang terdiri atas surat keputusan, surat

pernyataan, dan kartu pengawasan.

2. Pemberian izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dilaksanakan melalui

seleksi atau pelelangan sesuai dengan ketentuan peraturan

perundang-undangan.

3. Izin sebagaimana dimaksud pada ayat (1) dapat berupa izin pada 1(satu)

trayek atau pada beberapa trayek dalam satu kawasan.

Syarat wajib lainnya untuk memperoleh ijin trayek angkutan umum

tertuang dalam pasal 27 perauran pemerintah Nomor 41 Tahun 1993 yaitu :

1. Untuk memperoleh ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat

(2) wajib memenuhi persyaratan :

a. Memiliki ijin usaha angkutan;

b. Memiliki atau menguasai kendaraan bermotor yang laik jalan;

c. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor;

(18)

2. Untuk kepentingan tertentu kepada perusahaan angkutan dapat diberikan

ijin untuk menggunakan kendaraan bermotor cadangannya menyimpang

dari ijin trayek yang dimiliki.

Pasal 175 UULLAJ

1. Izin penyenggaraan angkutan umum berlaku untuk jangka waktu tertentu

2. Perpanjangan izin harus melalui proses seleksi atau pelelangan

sebagaimana dimaksud dalam pasal 174 ayat (2).

Pasal 176 UULLAJ

Izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud

dalam pasal 173 ayat (1) huruf a diberikan oleh :

a. Menteri yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas

dan angkutan jalan untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

1. Trayek lintas batas Negara sesuai dengan perjanjian antar Negara;

2. Trayek antar kabupaten kota yang melampui wilayah 1(satu) provinsi;

3. Trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1 (satu) provinsi;

dan

4. Trayek perdesaan yang melewati wilayah 1 (satu) provinsi

b. Gubernur untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

1. Trayek antar kota yang melampaui wilayah 1 (satu) kabupaten/kota

dalam 1 (satu) provinsi;

2. Trayek angkutan perkotaan yang melampaui wilayah 1(satu)

kabupaten/kota dalam satu provinsi; dan

3. Trayek perdesaan yang melampui wilayah 1 (satu) kabupaten dalam

(19)

47

c. Gubernur daerah khusus ibukota Jakarta untuk penyelenggaraan angkutan

orang yang melayani trayek yang seluruhnya berada dalam wilayah

provinsi daerah khusus ibu kota Jakarta.

d. Bupati untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani:

1. Trayek perdesaaan yang berada dalam satu wilayah kabupaten;

2. Trayek perkotaan yang berada dalam satu wilayah kabupaten.

e. Walikota untuk penyelenggaraan angkutan orang yang melayani trayek

perkotaan yang berada dalam satu wilayah kota.

Pasal 177 UULLAJ

Pemegang izin penyelenggaraan angkutan orang dalam trayek wajib:

a. Melaksanakan ketentuan yang ditetapkan dalam izin yang diberikan; dan

b. Mengoperasikan kendaraan bermotor umum sesuai dengan standar

pelayanan minimal sebagaimana dimaksud dalam pasal 141 ayat (1).

Lebih khusus mengenai permohonan ijin trayek angkutan umum diatur dalam

pasal 30 peraturan pemerintah nomor 41 tahun 1993 yaitu :

1. Permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam pasal 26 ayat (2)

diajukan kepada menteri.

2. Persetujuan atau penolakan ijin trayek diberikan dalam jangka waktu 14

(empat belas) hari kerja setelah permohonan diterima secara lengkap.

3. Penolakan permohonan ijin trayek sebagaimana dimaksud dalam ayat (2)

diberikan secara tertulis disertai dengan alasan penolakan.

Sedangkan untuk perizinanan penyelenggaraan angkutan orang diatur

(20)

Pasal 179 UULLAJ

1. Izin penyelenggaraan angkutan orang tidak dalam trayek sebagaimana

dimaksud dalam pasal 173 ayat (1) huruf b diberikan oleh :

a. Menteri yang bertanggung jawan di bidang sarana dan prasarana lalu

lintas dan angkutan jalan untuk angkutan orang yang melayani :

a.1. angkutan taksi yang wilayah operasinya melampui satu daerah

provinsi ;

a.2. angkutan dengan tujuan tertentu atau

a.3. angkutan pariwisata.

b. Gubernur untuk angkutan taksi yang wilayah operasinya melampui

lebih dari satu daerah kabupaten/kota dalam satu provinsi;

c. Gubernur daerah khusus ibu kota Jakarta untuk angkutan taksi dan

angkutan kawasan tertentu yang wilayah operasinya berada dalam

wilayah provinsi daerah khusus ibukota Jakarta dan

d. bupati/walikota untuk taksi dan angkutan kawasan tertentu yang

wilayah operasinya berada dalam wilayah kabupaten/kota.

2. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin

sebagaimana dimaksud pada ayat (1) diatur dengan peraturan menteri yang

bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan

jalan.

Izin penyelenggaraan angkutan untuk barang diatur dalam pasal 180

(21)

49

Pasal 180

1. Izin penyelenggaraan angkutan barang khusus sebagaimana dimaksud

dalam pasal 173 ayat (1) huruf c diberikan oleh menteri yang bertanggung

jawab di bidang saraba dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan

dengan rekomendasi dari instansi terkait.

2. Izin penyelenggaraan angkutan alat berat sebagaimana dimaksud dalam

pasal 173 ayat (1) huruf c diberikan oleh menteri yang bertanggung jawab

di bidang sarana dan prasarana lalu lintas dan angkutan jalan.

3. Ketentuan lebih lanjut mengenai tata cara dan persyaratan pemberian izin

penyelenggaraan angkutan barang khusus dan alat berat diatur dengan

peraturan menterti yang bertanggung jawab di bidang sarana dan prasarana

lalu lintas dan angkutan jalan.

Khusus bagi angkutan umum untuk keperluan wisata termasuk carter dan

sewa, juga harus memiliki perizinan. Mobil yang dipergunakan tetap berplat hitam

bukan kuning seperti angkutan umum lain akan tetapi menggunakan tanda atau

kode khusus pada plat nomornya dan ijinnya diatur sendiri oleh Dinas lalu lintas

dan angkutan jalan raya (DLLAJR). Hal tersebut diatur dalam pasal 154 UULLAJ

Yakni :

1. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata sebagaimana dimaksud dalam

pasal 151 huruf c harus digunakan untuk pelayanan angkutan wisata.

2. Penyelenggaraan dimaksud pada ayat (1) harus menggunakan mobil

(22)

3. Angkutan orang untuk keperluan pariwisata tidak diperbolehkan

menggunakan kendaraan bermotor umum dalam trayek, kecuali di daerah

yang belum tersedia angkutan khusus untuk pariwisata.

Mobil yang digunakan sebagai angkutan umum harus memiliki ijin operasi

angkutan karena sudah diatur dalam pasal 35 peraturan pemerintah nomor 41

Tahun 1993 yaitu :

1. Untuk melakukan kegiatan pengangkutan dengan kendaraan umum tidak

dalam trayek sebagaimana dimaskud dalam pasal 9, wajib memiliki ijin

operasi angkutan.

2. Ijin operasi angkutan sebagaimana dimaksud dalam ayat (1) diberikan

menteri.

Perolehan ijin operasional angkutan umum diatur dalam pasal 36 peraturan

pemerintah nomor 41 tahun 1993 dengan persyaratan sebagai berikut :

a. Memiliki ijin usaha angkutan;

b. Memiliki atau menguasai fasilitas penyimpanan kendaraan bermotor;

c. Memiliki atau menguasai fasilitas perawatan kendaraan bermotor.

Permohonan ijin operasi angkutan umum diatur dalam pasal 38 peraturan

pemerintah nomor 41 tahun 1993 yaitu :

1. Permohonan ijin operasi angkutan sebagaimana dimaksud dalam pasal 35

ayat (1) diajukan kepada menteri.

2. Persetujuan permohonan penolakan ijin operasi dalam jangka waktu 14

(23)

51

3. Penolakan ijin operasi sebagaimana dimaksud dalam ayat (2) diberikan

secara tertulis disertai dengan alasan penolakan.

Mobil yang akan dipergunakan sebagai angkutan umum sebelumnya harus

memenuhi persyaratan teknis dan laik jalan serta sesuai dengan peruntukannya

sebagai angkutan umum yang memadai. Tujuannya untuk memenuhi keselamatan

dan kenyamanan penumpang beserta awak angkutan umum sendiri mengingat

keselamatan keduanya harus diutamakan. Hal ini sesuai dengan bunyi dari pasal

48 UULLAJ ayat 1 sampai 3 yang berbunyi :

Pasal 148

1. Setiap kendaraan bermotor yang dioperasikan di jalan harus memenuhi

persyaratan teknis dan laik jalan.

2. Persyaratan teknis sebagaimana dimaskud pada ayat (1) terdiri atas :

a. Susunan

b. Perlengkapan

c. Ukuran

d. Karoseri

e. Rancangan teknis kendaraan sesuai dengan peruntukkannya

f. Pemutaran

g. Penggunaan

h. Penggandengan kendaraan bermotor dan atau

i. Penempelan kendaraan bermotor.

3. Persyaratan laik jalan sebagaimana dimaksud pada ayat (1) ditentukan

oleh kinerja minimal kendaraan bermotor yang diukur

(24)

a. Emisi gas buang

b. Kebisingan suara

c. Efisiensi sistem rem utama

d. Efisiensi sistem rem parker

e. Kincup roda depan

f. Suara klakson

g. Daya pancar dan arah sinar lampu utama

h. Radius putar

i. Akurasi alat penunjuk kecepatan

j. Kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban dan

k. Ksesuaian daya mesin penggerak terhadap beray kendaraan.

Sedangkan mengenai kenyamanan dan keamanan penumpang dalam

mempergunakan fasilitas angkutan dapat ditegaskan pada pasal 34 UULAJ, yang

menyatakan bahwa “ pengangkuan orang dengan kendaraan bermotor wajib

menggunakan kendaraan bermotor untuk penumpang.”

Pasal 137

1. Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor

kendaraan tidak bermotor.

2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda

motor, mobil penumpang, atau bus.

3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil

barang.

(25)

53

a. Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,

dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai;

b. Untuk pengerahan atau pelatihan tentara nasional Indonesia dan/atau

kepolisian Negara republik Indonesia; atau

c. Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan kepolisian Negara

republic Indonesia dan/atau pemerintah daerah.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk

angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan

peraturan pemerintah.

Begitu juga asuransi harus dipenuhi sebagai penunjang persyaratan

keselamatan, khususnya bagi penumpang umum dan awak angkutan seain

persyaratan teknis dan laik jalan bagi kendaraan bermotor khususnya mobil yang

akan dijadikan sebagai angkutan umum. Dalam pasal 237 UULLAJ yang

mengatur asuransi yaitu :

Pasal 237

1. Perusahaan angkutan umum wajib mengatasi program asuransi kecelakaan

sebagai wujud tanggung jawabnya atas jaminan asuransi bagi korban

kecelakaan.

2. Perusahaan angkutan umum wajib mengasuransikan orang yang

dipekerjakan sebagai awak kendaraan.

Menurut penjelesan pasal 237 UULLAJ disebutkan bahwa yang dimaksud

dengan “awak kendaraan” adalah pengemudi,pengemudi cadangan, kondektur,dan

pembantu pengemudi. Ketentuan-ketentuan mengenai mobil yang harus dipenuhi

(26)

lulus uji dari Dinas Lalu Lintas dan Angkutan Jalan Raya (DLLAJR) untuk

beroperasi dijalan. Mengenai pengujian kendaraan bermotor diatur dalam pasal 49

UULLAJ yaitu :

Pasal 49

1. Kendaraan bermotor, keretea gandengan, dan kereta tempelan yang

diimpor, dibuat dan atau dirakit di dalam negeri yang akan dioperasikan di

jalan wajib dillakukan pengujian.

2. Pengujian sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Uji tipe dan

b. Uji berkala.

Menurut UULLAJ uji tipe terdiri atas pengujian fisik untuk pemenuhan

persyaratan teknis dan laik jalan yang dilakukan terhadap landasan kendaraan

bermotor dan kendaraan bermotor dalam keadaan lengkap.Sedangkan uji berkala

meliputi kegiatan pemeriksaan dan pengujian fisik kendaraan bermotor dan

pengesahan hasi uji.Uji tipe sebagaimana dimaksud dilaksanakan oleh unit

pelaksana uji tipe pemerintah.Sedangkan untuk pengujian fisik berkala pada

kendaraan bermotor selain bisa dilakukan oleh unit pelaksana pengujian

pemerintah kabupaten/kota juga bisa dilakukan oleh unit pelaksana agen tunggal

pemegang merek yang mendapat izin dari pemerintah; atau unit pelaksana

pengujian swasta yang mendapatkan izin dari pemerintah.

Tujuan pengujian kendaraan bernotor yang dilakukan secara berkala

(27)

55

tidak membahayakan dan tetap dalam keadaan laik jalan, termasuk persyaratan

tambang batas emisi gas buang dan kebisingan harus dipenuhi.30

1. Setiap kendaran bermotor wajib diregristrasikan.

Pendaftaran kendaraan bermotor terutama bagi mobil yang digunakan

sebagai angkutan umum juga penting, karena menyangkut pengendalian

kendaraan yang beroperasi di jalan. Diatur dalam pasal 64 UULLAJ yaitu :

2. Regristrasi sebagaimana dimaksud pada ayat (1) meliputi :

a. Registrasi kendaraan bermotor baru

b. Registrasi perubahan identitas kendaraan bermotor dan pemilik

c. Registrasi perpanjangan kendaraan bermotor dan/atau

d. Registrasi pengesahan kendaraan bermotor.

3. Registrasi kendaraan bermotor sebagaimana dimaksud pada ayat (1)

bertujuan untuk :

a. Tertib administrasi

b. Pengendalian dan pengawasan kendaraan bermotor yang dioperasikan

di Indonesia

c. Mempermudah penyidikan pelanggaran dan/atau kejahatan

d. Perencanaan, operasional manajemen dan rekayasa lalu lintas dan

angkutan jalan; dan

e. Perencanaan pembangunan nasional.

4. Registrasi kendaraan bermotor dilaksanakan oleh kepolisian Negara

republik Indonesia melalui sistem manajemen registrasi kendaraan

bermotor.

30

(28)

5. Data registrasi dan identifikasi kendaraan bermotor merupakan bagian dari

sistem informasi dan komunikasi lalu lintas angkutan jalan dan digunakan

untuk forensik kepolisian.

6. Ketentuan lebih lanjut mengenai registrasi sebagaimana dimaksud pada

ayat (2) diatur dengan peraturan kepala kepolisian Negara republik

Indonesia.

Setelah kendaraan tersebut didaftarkan, maka diberikan bukti pendaftaran

bermotor (BPKB) sebagai tanda bukti pendaftaran atas kendaraan tersebut. Selain

diberikan BPKB, diberikan pula surat tanda nomor kendaraan bermotor (STNK)

dan tanda nomor kendaraan bermotor bagi kendaraan sesuai dengan

ketentuan-ketentuan perundang-undangan yang berlaku.31

1. Angkutan orang dan/atau barang dapat menggunakan kendaraan bermotor

dan kendaraan tidak bermotor.

Mengenai standar mobil yang

dipergunakan dalam angkutan umum dimana sesuai dengan peruntukannya

mengacu pada Pasal 137 UULLAJ yaitu :

2. Angkutan orang yang menggunakan kendaraan bermotor berupa sepeda

motor, mobil penumpang atau bus.

3. Angkutan barang dengan kendaraan bermotor wajib menggunakan mobil

barang.

4. Mobil barang dilarang digunakan untuk angkutan orang, kecuali:

a. Rasio kendaraan bermotor untuk angkutan orang, kondisi geografis,

dan prasarana jalan di provinsi/kabupaten/kota belum memadai.

31

(29)

57

b. Untuk pengerahan atau peatihan Tentara Nasional Indonesia dan/atau

Kepolisian Negara Republik Indonesia atau

c. Kepentingan lain berdasarkan pertimbangan kepolisian Negara

Republik Indonesia dan/atau Pemerintah Daerah.

5. Ketentuan lebih lanjut mengenai mobil barang yang digunakan untuk

angkutan orang sebagaimana dimaksud pada ayat (4) diatur dengan

peraturan pemerintah.

Dalam Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 1993, juga ditegaskan

mengenai mobil yang dipergunakan sebagai angkutan umum dalam pasal 4 yaitu

Pengangkutan orang dengan kendaraan umum dilakukan dengan menggunakan

mobil bus atau mobil penumpang.

B. Faktor-Faktor yang Mendorong Terjadinya Penyelenggaraan Angkutan

Darat Dengan Kendaraan Bermotor Pribadi (mobil Pribadi Plat Hitam)

Timbulnya mobil pribadi plat Hitam yang dijadikan kendaraan umum

diakibatkan adanya beberapa faktor-faktor yang mendorong hal ini terjadi dan

semakin bebas dalam kegiatan transportasi ada 4 ( empat ) Faktor yaitu Faktor

Ekonomi, administrasi mengenai ijin angkutan umum, banyaknya pengguna

angkutan umum dibandingkan angkutan resmi dan Faktor kendala penertiban

(30)

A. Faktor Ekonomi

Setiap manusia diharuskan untuk memenuhi kebutuhan hidupnya serta

memperoleh kehidupan yang layak, baik untuk dirinya sendiri, keluarga,dan

orang-orang di sekitarnya. Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi

kebutuhan dan memperoleh kehidupan yang layak. Diantaranya menjadi

pengusaha, pengrajin,karyawan,dan profesi pekerjaan lainnya. Begitu juga dengan

supir atau kernet angkutan umum ataupun termasuk pemilik/pengusaha angkutan

umum. Semua profesi tersebut adalah cara dimana mereka berusaha untuk

memenuhi kebutuhan hidup mereka dan untuk mendapatkan kehidupan yang lebih

layak.

Bagi supir dan kernet sebagian besar dari mereka bekerja sepenuh waktu

untuk mengejar setoran atau mencapai target yang telah ditetapkan oleh pemilik

usaha angkutan umum. Semakin bertambahnya jumlah angkutan umum setiap

harinya, menggambarkan bahwa semakin banyak pula orang yang memilih untuk

bekerja di dunia transportasi umum, mengingat bahwa pekerjaan tersebut

memiliki potensi untuk dikembangkan dan angkutan umum semakin banyak

dibutuhkan oleh masyarakat untuk bepergian sehari-hari.

Dengan begitu banyaknya angkutan umum yang sekarang digunakan oleh

masyarakat, semakin besar pula persaingan transportasi angkutan

umum.Angkutan umum yang sifatnya resmi dan diperbolehkan untuk beroperasi

adalah semua angkutan umum yang berplat kuning, menandakan mereka diijinkan

dan diakui oleh pemerintah, dewasa ini jumlahnya dibatasi.Keadaan ini memicu

beroperasinya mobil pribadi berplat hitam yang kemudian digunakan sebagai

(31)

59

mendapatkan ijin mengoperasikannya juga tidaklah mudah, ini juga yang menjadi

salah satu faktor maraknya mobil pribadi yang beralih menjadi transportasi

umum.

Keadaan ini memicu terjadinya persaingan untuk menarik penumpang

antara angkutan resmi berplat kuning dengan angkutan umum yang tidak resmi

berplat hitam. Badan usaha trasnportasi umum berplat hitam ini sangatlah lazim

kita temukan terutama di kota-kota besar khususnya kota Medan. Persaingan ini

semakin tidak sehat karena ini menyangkut kendaraan yang resmi beroperasi dan

tidak resmi beroperasi, yang akhirnya tidak jarang menimbulkan konflik antara

supir angkutan umum yang resmi dan supir angkutan umum yang tidak

resmi.Apabila yang berwenang mengambil tindakan terhadap angkutan umum

tidak resmi berplat hitam pada saat dijalan raya ataupun mereka melanggar lalu

lintas, supir dan pemilik/pengusaha angkutan umum tersebut tidak mau

dipersalahkan. Mereka berusaha untuk berdalih dengan alasan faktor ekonomi

yang tidak memungkinkan untuk mengurus surat izin mengoperasikan kendaraan

umum tersebut, dan dengan jalan lain mereka berusaha untuk mencari jalan pintas

dengan memberikan uang kepada aparat.

Berikut ini merupakan salah satu contoh kasus yang pernah terjadi yang

berkaitan dengan Mobil pribadi plat hitam yang dijadikan angkutan umum, yang

penulis kutip dari media online yang mana berita tersebut terbit pada tanggal 2

Oktober 2014. Judul berita yang dijadikan contoh kasus berikut ini adalah

Organda Minta Jokowi Tertibkan Angkot Plat Hitam.

(32)

dari pemerintah. Eka menambahkan, organda sudah melaporkan atas apa yang terjadi di lapangan kepada instansi terkait seperti Kementrian Perhubungan maupun kepada pihak kepolisian agar ditindak tegas.

“kita sudah berikan data yang komprehensif. Efeknya ini tidak hanya merugikan operator yang resmi tapi juga penumpang,” tegas Eka saat konferensi pers di hotel Bidakara, Jakarta, Kamis (2/10/2014).

Eka memberikan Contoh, jika ada angkutan ilegal ini membuat kesalahan atau tindakan pelanggaran akan sulit dilacak, pasalnya tidak ada identitas yang jelas. “ Alamat nya dimana, Punya siapa, dan sebagainya. Kalau ada apa-apa, bingung bagaimana menindaklanjutinya. Tapi sayangnya belum ada tindakan konkret ke lapangan mengenai ketidakjelasan masalah operator ilegal ini, “ paparnya. Dia berharap pemerintah secepatnya dapat menertibkan masalah ini sebelum terus berlarut dan menjamurnya angkutan umum ilegal.“ kalau mau bisa jadi angkutan umum kan bisa dengan terbit izinnya, jadi bisa dihitung suplai dan demandnya,”pungkasnya.32

B. Faktor Administrasi Mengenai Izin Angkutan Umum

Izin bagi angkutan umum mutlak diperlukan. Kendaraan bermotor ataupun

mobil yang sudah mendapatkan izin untuk beroperasi maka menjadi sah dan

diakui oleh pemerintah sebagai angkutan umum resmi dan memakai plat kuning.

Disampingkan kendaraan tersebut telah memenuhi persyaratan dan layak jalan

sebagai angkutan umum menurut UU dan Peraturan pemerintah mengenai Lalu

Lintas dan Angkutan Jalan (UULLAJ).Izin tersebut meliputi izin usaha angkutan,

izin trayek, dan izin operasional.

Untuk memperoleh izin menjadikan mobil pribadi sebagai angkutan

umum, pemilik/pengusaha diwajibkan untuk mengurus administrasi sesuai dengan

ketentuan yang berlaku. Seperti diantaranya, persyaratan dalam izin usaha, trayek,

opersional, membayar sumbangan wajib dan dana asuransi serta

pungutan-pungutan lainnnya. Yang mana biasanya biaya administrasinya jauh lebih besar

daripada mobil pribadi.Ditambah pula biaya perawatan dan operasional angkutan

32

(33)

61

umum resmi, setiap tahun tergolong sangat besar disamping untuk

memperpanjang izin mengoperasikan angkutan umum.

Hal tersebut membuat banyak pemilik/pengusaha mobil pribadi enggan

untuk mengurus perizinan angkutan umum, dikarenakan biaya yang dikenakan

sangatlah besar, disamping menghindari prosedur perizinan yang menurut

sebagian besar pemilik/pengusaha angkutan mobil pribadi dirasakan terlalu

berbelit-belit dan menyita waktu mereka.

C. Faktor Banyaknya Jumlah Pengguna Jasa Angkutan Umum Yang Tidak

Tertampung Oleh Angkutan Umum Resmi

Dengan bertambah banyaknya jumlah pengguna jasa angkutan umum

ditambah dengan mobilitas yang tinggi dari pengguna jasa itu sendiri

menimbulkan satu permasalahan baru didalam bidang angkutan umum.Mengingat

jumlah angkutan resmi sendiri sangatlah terbatas tetapi keadaan dilapangan

membuktikan bahwa angkutan umum resmi yang beredar tidak dapat menampung

banyaknya pengguna jasa angkutan umum.Keadaan ini memberikan kesempatan

kepada angkutan umum tidak resmi berplat hitam untuk beroperasi.Mengingat

angkutan umum berplat hitam tidak memberikan jaminan asuransi dan ganti rugi

apabila terjadi musibah, pengguna jasa harus menerima resiko dan menanggung

konsekuensi ketika memilih untuk menggunakan angkutan umum tidak resmi

tersebut.

Menurut Kepala Sub Bagian Program Agustinus M.T dalam hasil

wawancara yang dilakukan oleh penulis di Dinas Perhubungan Provinsi Sumatera

(34)

kondisi yang berbeda. Layaknya asuransi yang ditawarkan kepada angkutan

umum legal, ternyata hal yang sama juga dimiliki oleh sebagian angkutan umum

ilegal. Dimana banyak juga instalasi terkait sebenarnya tidak terlalu mengetahui

hal tersebut, dikarenakan adanya perusahaan asuransi yang menerima dan

bersedia memberikan jaminan terhadap usaha angkutan umum ilegal.33

33

Hasil wawancara dengan Kepala Sub Bagian Program Dinas perhubungan Agustinus M.T ,tanggal 27 november 2013 di kantor Dinas perhubungan Provinsi sumatera utara.

Kekurangan angkutan umum ilegal adalah tidak bisa menampung

pengguna jasa angkutan umum dalam jumlah yang banyak dikarenakan jumlah

armadanya dibatasi dalam masing masing trayek kecuali mobil pribadi yang

difokuskan sebagai angkutan umum pariwisata.Seperti sewa menyewa mobil,

yang sekarang ini banyak kita temukan.Biasanya pengguna jasa menyewa

angkutan umum berplat hitam untuk digunakan tidak hanya untuk penggunaan

jangka panjang tetapi juga jangka pendek, tidak jarang pengguna jasa

menyewanya hanya dalam hitungan jam.Jaminan yang diberikan pun sepenuhnya

ditanggung oleh pengguna jasa, badan usaha seperti ini banyak diminati oleh

masyarakat berkaitan dengan faktor kenyamanan dan privasi yang dibutuhkan

oleh sebagian orang.

Semakin banyak angkutan umum resmi yang beroperasi, semakin banyak

juga angkutan umum tidak resmi.Akibatnya menurunkan presentase peluang

penumpang terhadap angkutan umum yang resmi.Disatu sisi pengguna jasa

angkutan umum dihadapkan dengan begitu banyak pilihan fasilitas yang mereka

(35)

63

Jumlah angkutan umum resmi mengenai pengaturan trayek, diatur dengan

pasal 28 ayat 1 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993 Mengenai pembukaan

trayek baru dengan ketentuan yaitu :

1. Adanya permintaan angkutan yang potensial dengan perkiraan faktor

muatan diatas 70% (Tujuh puluh Persen);

2. Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai.

Selain itu pembatasan jumlah angkutan umum resmi yang diperbolehkan

untuk beroperasi dan penambahan jumlah angkutan dalam satu wilayah, diatur

pula dalam Pasal 37 Peraturan Pemerintah No. 41 Tahun 1993.Dicantumkan

dalam pasal tersebut bahwa penetapan wilayah operasi yang terbuka untuk

penambahan jumlah kendaraan bermotor, dilakukan apabila tingkat penggunaan

kendaraan bermotor diatas 60% (enam puluh persen). Selain itu Keputusan

Menteri Perhubungan No. 35 Tahun 2003 Pasal 6 ayat 3 mengenai kebutuhan

penambahan kendaraan dengan mempertimbangkan, yaitu:

a. Jumlah kendaraan pergi-pulang perhari rata-rata dan tertinggi

b. Jumlah rata-rata tempat duduk kendaraan

c. Laporan realisasi faktor muatan

d. Faktor muatan 70%

e. Tersedianya fasilitas terminal yang sesuai

(36)

D.Faktor kendala penertiban operasional angkutan umum oleh Instalasi terkait

Dengan pertumbuhan angkutan umum ilegal yang terjadi membuat

semakin sulitnya untuk aparat menertibkan mereka.Dimana DITLANTAS dan

DISHUB merasakan kesulitan karna dapat kita ketahui bahwasannya masalah

tersebut tidak memiliki dasar hukum yang tetap.

Direktorat Lalu Lintas secara terus menerus melakukan langkah-langkah

penegakkan hukum. Dari Direktorat Lalu lintas maupun satuan ke Wilayahan,

tetap konsisten setiap harinya melakukan razia pelanggaran kendaraan plat hitam

yang dijadikan sebagai angkutan umum. Kita melakukan penindakkan setiap

harinya dalam kegiatan rutin dan bila menemukan kasus seperti ini, pengawasan

adalah fokus utama yang dilakukan oleh Direktorat Lalu Lintas, mungkin instansi

terkait lainnya yang berkompeten juga tentunya harus melakukan langkah-langkah

sesuai dengan bidang dan tugas pokok masing-masing. Seperti Dishub misalnya

memberikan sanksi administrasi kepada perusahaan-perusahaan angkutan umum

tersebut, kemudian dari Organda melakukan pembinaan yang berkesinambungan,

demi diharapkannya meminimalisir kasus-kasus seperti ini, ungkap Bapak AKBP

Robert K. Aritonang Spd., Selaku Kabag Bin Opsnal.34

Seperti halnya dengan pendapat Kepala Sub Bagian Program DISHUB

PROVINSI SMATERA UTARA, Agustinus, M.T mengungkapkan bahwa

mereka sendiri sudah melakukan upaya, baik itu Razia, penyuluhan, pertemuan

dengan “ASCASE” Wilayah Sumatera Utara (Asosiasi Angkutan Cara Sewa

Wilayah Sumatera Utara). Namun kendala yang kita hadapi untuk

menertibkannya apabila kendaraan itu sudah berada di jalan raya (beroperasi)

34

(37)

65

dimana sulit mengetahui apa angkutan tersebut mengangkut penumpang dan

menyalahgunakan angkutan tersebut, jadi ini sebenarnya harus dari dua sisi tidak

hanya dari DISHUB dan DITLANTAS namun masyarakat juga harus disadarkan

bahwasannya dia menaiki angkutan umum yang salah, hal ini agar menciptakan

Transportasi yang sehat dan benar.35

C. Sanksi Hukum Terhadap Penggunaan Kendaraan Bermotor Pribadi

(Mobil) Sebagai Angkutan Umum.

Harus diberlakukan suatu sanksi untuk menertibkan penggunaan mobil

pribadi sebagai angkutan umumoleh para penegak hukum yaitu sanksi pidana

berupa hukuman denda ataukurungan.Dimana Hal tersebut sudah diatur dalam

Undang-Undang Nomor 22 Tahun2009 mengenai berbagai ketentuan pidana yang

dapat dikenakan pada parapelanggar.Ketentuan tersebut perlu diberlakukan untuk

memberikan peringatan ataupun shock therapy kepada pemilik/pengusaha yang

menjalankan mobil pribadisebagai angkutan umum, dimana mereka harus

menyadari bahwa perbuatan tersebut diancam pidana yang tergolong berat.Hal

iniJuga dapat meminimalisir pengoperasian angkutan umum ilegal yangsemakin

bertambah setiap tahunnya.

Menurut hasil wawancara penulis dengan Robert K. Aritonang Selaku

Kabag Bin Opsnal di Ditlantas Poldasu.Sanksi hukum nya itu sesuai dengan UU

22 Tahun 2009 Tentang Lalu Lintas dan Angkutan Jalan dimana dalam pasal 304

jelas diterangkan :

35

(38)

Pasal 304 UULAJ

Setiap orang yang mengemudikan kendaraan angkutan orang dengan tujuan tertentu yang menaikkan atau menurunkan penumpang lain di sepanjang perjalanan atau menggunakan kendaraan angkutan tidak sesuai dengan angkutan untuk keperluan lain sebagaimana dimaksud dalam pasal 153 ayat (1) dipidana dengan pidana kurungan paling lama 1 (satu) bulan atau denda paling banyak Rp.250.000,00 (dua ratus lima puluh ribu rupiah).

Dari pasal tersebut dapat kita ketahui pada prakteknya banyak

kendaraan-kendaraan angkutan kota dalam Propinsi sekarang ini yang trayeknya kita tidak

perlu sebut, karena kurangnya armada yang sesuai dengan ketentuan plat kuning,

maka mereka menggunakan kendaraan berplat hitam tentu saja ini sudah

menyalahi aturan, jadi sanksi hukumnya itu seperti yang saya katakana

sebelumnya pada Pasal 304 UU No. 22 Tahun 2009, dimana Sanksi pidana nya

itu kurungan 1 bulan dan denda 250 ribu rupiah, dimana pelanggar dapat kita

tindak dengan tilang dan kita menyita kendaraannya dengan catatan pelanggar

wajib mengikuti sidang di pengadilan.36

Sanksi tersebut perlu diberlakukan,mengingat keberadaan angkutan

umumberplat hitam sangat merugikan masyarakat dan negara, Merugikan

masyarakat, atau pengguna jasa angkutan umum tersebut, karena angkutan

tersebut tidak mempunyai jaminan asuransi dan ganti rugi serta dapat bertindak

semena-mena dalam hal tarif penumpang dan tata cara pengangkutan penumpang.

Negara dirugikan pula karena tidak memperoleh retribusi dan pajak dari

beroperasinya angkutan tersebut. Disamping itu menambah beban instalasi

pemerintahan Negara dalam hal mengendalikan dan mengawasi serta menertibkan

36

(39)

67

angkutan umum ilegal. Mobil pribadi yang dijadikan sebagai angkutan umum

belum tentu memenuhi persyaratan secara teknis sebagai angkutan umum yang

sesuai dengan UULLAJ. Mereka harus menjalani serangkaian pengujian untuk

memastikan apakah mereka sudah memenuhi persyaratan secara teknis dan laik

jalanserta sesuai fungsinya sebagai angkutan umum sebagaimana disyaratkan

olehpihak DISHUB menurut UULLAJ.

Sepertidijelaskan bahwa dalam Pasal 48 UULLAJ ditentukan bahwaSetiap

Kendaraan Bermotor yang dioperasikan di Jalanharuslah memenuhipersyaratan

secara teknis dan laik jalan. Persyaratan teknis terdiri atas:

susunan;perlengkapan;ukuran; karoseri; rancangan teknis kendaraan sesuai

denganperuntukannya;pemuatan; penggunaan; penggandenganKendaraan

Bermotor;dan/atau penempelan Kendaraan Bermotor. Persyaratan laik jalan

sebagaimanadimaksud ditentukan oleh kinerja minimal Kendaraan Bermotor yang

diukursekurang-kurangnya terdiri atas: emisi gas buang; kebisingan suara;

efisiensisistem rem utama; efisiensi sistem rem parkir; kincup roda depan; suara

klakson;daya pancar dan arah sinar lampu utama; radius putar; akurasi alat

penunjukkecepatan; kesesuaian kinerja roda dan kondisi ban; dan kesesuaian daya

mesinpenggerak terhadap berat Kendaraan.

Dalam Pasal 106 ayat 3 ditentukanpula bahwaSetiap orang yang

mengemudikan Kendaraan Bermotor di Jalanwajib mematuhi ketentuan tentang

persyaratan secara teknis dan laik jalan. Bagi merekayang mengoperasikan

kendaraan bermotor (mobil) plat hitam sebagai angkutanumum, sesuai UULLAJ

dan belum diujikan peruntukannya, syarat teknis dan laikjalan diancam pidana.

(40)

Pasal 285 ayat 2 UULLAJ

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat ataulebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan teknis yang meliputi kacaspion, klakson, lampu utama, lampu mundur, lampu tanda batas dimensibadan kendaraan, lampu gandengan, lampu rem, lampu penunjuk arah, alatpemantul cahaya, alat pengukur kecepatan, kedalaman alur ban, kacadepan,spakbor,bumper, penggandengan, penempelan, atau penghapus kacasebagaimana dimaksud dalam Pasal 106 ayat (3) juncto Pasal 48 ayat (2)dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau dendapaling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Pasal 286 UULLAJ

Setiap orang yang mengemudikan Kendaraan Bermotor beroda empat ataulebih di Jalan yang tidak memenuhi persyaratan laik jalan sebagaimanadimaksud dalam Pasall06 ayat (3)juncto Pasal48 ayat (3) dipidana denganpidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau denda paling banyakRp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah).

Ketentuan mengenai persyaratan teknis dan laik jalan diisyaratkan bagi

kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan sebagai angkutan umum

harusdipenuhi. Ini terkait dengan jaminan keselamatan dan kenyamanan pengguna

jasaangkutan umum itu sendiri.Para angkutan umum plat hitam, mereka tidak

dilengkapi dengan perizinan dimana meliputi izin usaha, trayek dan operasi

angkutan umum.Izin angkutan umumdiharuskan oleh pemerintah terkait dengan

pengendalian dan pengawasan sertapenertiban terhadap jumlah angkutan umum

yang beroperasi di suatu wilayah.Izin tersebut mutlak diperlukan oleh kendaraan

bermotor (mobil) yangdijadikan sebagai angkutan umum resmi. Dimaksudkan

agar pemilik/pengusaha angkutan umum senantiasa terus mengikuti dan mematuhi

ketentuan-ketentuanangkutan umum sesuai UULLAJ.

Bagi pemilik/pengusaha angkutan umum berplat hitam yang tidak

mengindahkan persyaratan mengenai perizinan suatu angkutan umum, diancam

(41)

69

Dipidana dengan pidana kurungan paling lama 2 (dua) bulan atau dendapaling banyak Rp500.000,00 (lima ratus ribu rupiah), setiap orang yangmengemudikan Kendaraan Bermotor Umum yang:

a. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang dalam trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal173 ayat (1) huruf a; b. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan orang tidak dalam

trayek sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf b; c. tidak memiliki izin menyelenggarakan angkutan barang khusus dan

alat berat sebagaimana dimaksud dalam Pasal 173 ayat (1) huruf c; atau

d. menyimpang dari izin yang ditentukan sebagaimana dimaksud dalam Pasal173.

Selain peruntukan, persyaratan teknis dan laik jalan serta perijinan

untukangkutan umum, juga harus ada asuransi untuk kendaraan bermotor.

Asuransiuntuk kendaraan bermotor yang dijadikan sebagai angkutan umum

berfungsisebagai jaminan ganti kerugian dan bukti tanggung jawab pemilik/

pengusahaangkutan umum atas keselamatan orang dan atau barang didalamnya.

Tanpa adaasuransi dalam angkutan umum, maka kepentingan penumpang dan

awak tidakterlindungi dengan adanya jaminan tanggung jawab atas kerugian

dankeselamatan oleh pemilik/pengusaha angkutan umum apabila terjadi sesuatu.

Apabila pemilik/pengusaha kendaraan bermotor melakukan kesalahan

atasterjadinya kecelakaan lalu lintas yang menimpa korban, maka dia

wajibmengganti jumlah pembayaran dana yang telah dibayarkan oleh Perum

AsuransiGanti Kerugian Jasa Raharja kepada si korban atau ahli warisnya.37

Apabila pengusaha angkutan kendaraan bermotor (mobil) berplat hitam

yang dijadikansebagai angkutan umum tidak mengasuransikan tanggungjawabnya

sebagaijaminan keselamatan dan ganti kerugian serta bukti tanggung jawab

pengangkutoleh pemilik/pengusaha angkutan, maka dapat diancam sanksi pidana

yang diaturdalam pasal 309 UULLAJ yakni :

37

(42)

Pasal 309 UULLAJ :

Setiap orang yang tidak mengasuransikan tanggung jawabnya untukpenggantian kerugian yang diderita oleh Penumpang, pengirim barang, ataupihak ketiga sebagaimana dimaksud dalam Pasal 189 dipidana dengan pidanakurungan paling lama 6 (enam) bulan atau denda paling banyakRp1.500.000,00 (satujuta lima ratus ribu rupiah).

Tidak hanya penumpang Awak angkutan juga perlu diasuransikan oleh

pemilik/pengusaha angkutan umum, karena pemilik/pengusaha sebagai atasannya

mempunyai tanggung jawab terhadap awak yang lalai atau mengalami musibah.

Tanggung jawab pemilik/pengusaha angkutan umum terhadap awak angkutan

diatur dalam Pasal 237 UULLAJ jo Pasal 1367 ayat (1) Kitab Undang-undang

Hukum Perdata.Pasal 1367 KUHPerdata berbunyi :

"Seseorang tidak sajabertanggung jawab untuk kerugian yang disebabkan perbuatannya sendiri, tetapi juga untuk kerugian yang disebabkan karena perbuatan orang-orang yang menjaditanggungannya atau yang disebabkan oleh barang-barang yang berada di bawahpengawasannya."

Tanggung jawab pemilik/pengusaha angkutan umum terhadap awak

angkutan yang bekerja padanya diatur dalam Pasal 523 Kitab Undang-Undang

Hukum Dagang (KUHD). Dalam pasal tersebut tercantum bahwa sipengangkut

harus menanggung segala perbuatan dari mereka yang dipekerjakannya terhadap

segala benda yang dipakainya dalam menyelenggarakan pengangkutan tersebut.

Awak angkutan harus diberikan asuransi, karena pemilik/pengusahaangkutan

umum bertanggung jawab atas keselamatan awak angkutan yang bekerja pada

pemilik/pengusaha angkutan tersebut. Diancam dengan sanksi pidana bagi

pemilik/pengusaha yang tidak mengasuransikan anak buahnya yang bekerja

sebagai awak angkutan. Diatur dalam Pasal 313 UULLAJ yaitu :

(43)

71

Bagi pemilik/pengusaha kendaraan bermotor (mobil) yang dijadikan

sebagai angkutan umum harus memperhatikan dan mematuhi ketentuan-ketentuan

angkutan umum UULLAJ, jika tidak maka akan diancam pidana seperti yang

disebutkan diatas.

Selain sanksi denda yang telah disebutkan di atas, mengatasi keberadaan

angkutan umum plat hitam, aparat yang berwenang di bidang lalu lintas dan

angkutan jalan harus bertindak tegas berdasarkan ketentuan-ketentuan UULLAJ.

Penindakan mobil pribadi berplat hitam yang dijadikan sebagai angkutan umum

dalam Undang-UndangNomor 22 Tahun 2009, dapat dilakukan penyitaan

terhadap mobil tersebutoleh aparat.Penyitaan mobiltersebut dilakukan untuk

kepentingan penyidikan olehaparat, apakah mobil yang dioperasikan tersebut

melanggar persyaratan- persyaratan angkutan umum. Apabila terbukti melanggar,

maka mobil tersebut dapat disita selamanya oleh aparat, karena dapat mengurangi

keselamatan masyarakat dan keamanan lalu lintas.

Angkutan umum ilegal dapat disita olehaparat untuk kepentingan

penyidikan apabila terbukti melakukan pelanggaranterhadap tindak pidana

mengenai persyaratan angkutan umum menurut UULLAJ.Aparat dalam hal ini

berpedoman pada Pasal 260 ayat 1 huruf a UULLAJ

Pasal 260 ayat 1 huruf a UULLAJ :

(44)

Aparat yang berwenang melakukan penyidikan dalam hal ini adalah

pihakkepolisian dan Dinas perhubungan,dimana keduanya diberi tugas sebagai

penyidik tindakpidana di bidang lalu lintas dan angkutan jalan oleh negara. Diatur

dalam Pasal262 ayat 1 UULLAJ yang pada intinya mengatur bahwa Penyidik

Pegawai NegeriSipil juga berwenang untuk melakukan pemeriksaan atas

pelanggaran persyaratanteknis dan laik jalan Kendaraan Bermotor sebagaimana

dimaksud dalam pasal 259 ayat (1) huruf b berwenang untuk:

a. Melakukan pemeriksaan atas pelanggaran persyaratan teknis dan laik jalan kendaraan bermotor yang pembuktiannya memerlukan keahlian dan peralatan khusus;

b. melakukan pemeriksaan atas pelanggaranperizinan angkutan orang dan/atau barang dengan Kendaraan Bermotor Umum;

c. melakukan pemeriksaan atas pelanggaran muatan dan/atau dimensi KendaraanBermotor ditempat penimbangan yang dipasang secara tetap; d. melarang ataumenunda pengoperasian Kendaraan Bermotor yang tidak

memenuhi persyaratanteknis dan laik jalan

e. meminta keterangan dari Pengemudi, pemilik KendaraanBermotor, atau Perusahaan Angkutan Umum atas pelanggaran persyaratan teknisdan laikjalan, pengujian Kendaraan Bermotor, dan perizinan; dan/atau

f. melakukanpenyitaan surat tanda lulus uji dan/atau surat izin penyelenggaraan angkutanumum atas pelanggaran dengan membuat dan menandatangani berita acarapemeriksaan.

Jadi dalam hal ini dapat disimpulkan bahwa kendaraan bermotor(mobil)

pribadi berplat hitam yang digunakan sebagai angkutan umum dimana

angkutantersebut tidak memenuhi persyaratan-persyaratan angkutan umum dan

tidak sah menurut UULLAJ, maka aparat yang berwenang dapat melakukan

(45)

73 BAB V

PENUTUP

A. KESIMPULAN

1. Bahwa kendaraan bermotor (mobil) pribadi berplat hitam yang dijadikan

angkutan umum dalam Undang-Undang No. 22 tahun 2009 tentang lalu

lintas dan angkutan jalan,dewasa ini tidak memiliki badan hukum yang

tetap.Pemilik kendaraan bermotor pribadi tersebut sesungguhnya

mengetahui bahwa tindakan tersebut melanggar hukum khususnya

terhadap Undang-Undang No.22 tahun 2009 dan Peraturan Pemerintahan

nomor 41 tahun 1993 tentang lalu lintas dan angkutan jalan. Kendaraan

bermotor (mobil plat hitam) yang digunakan sebagai angkutan umum

sebelumnya harus memenuhi Persyaratan undang-undang lalu lintas dan

jalan umum (UULAJ) terlebih dahulu. Hal tersebut perlu dilakukan

mengingat jaminan pelayanan kualitas angkutan umum harus diutamakan.

Persyaratan-persyaratan tertulis tersebut meliputi izin usaha, trayek, dan

operasi angkutan umum, asuransi kendaraan angkutan umum, kelaikan

jalan mobil yang digunakansebagai angkutan umum, serta ketentuan mobil

yang harus dipenuhi sebagai angkutan umum menurut UULAJ. Adapun

izin usaha angkutan umum yang menyelenggarakan angkutan orang diatur

(46)

2. Timbulnya mobil pribadi berplat Hitam yang dijadikan kendaraan umum

di akibatkan adanya beberapa faktor yang mendorong hal ini terjadi dan

semakin bebas dalam kegiatan transportasi ada 4 (empat ) faktor yaitu :

1. Faktor ekonomi

Banyak cara yang dapat dilakukan untuk memenuhi kebutuhan dan

memperoleh kehidupan yang layak. Diantaranya menjadi pengusaha,

pengrajin, karyawan, dan profesi pekerjaan lainnya. Begitu juga dengan

supir atau kernet angkutan umum ataupun termasuk pemilik/pengusaha

angkutan umum.Semua profesi tersebut adalah cara dimana mereka

berusaha untuk mendapatkan kehidupan yang lebih layak.

2. Faktor administrasi mengenai ijin angkutan umum

Untuk memeperoleh izin menjadikan mobil pribadi sebagai angkutan

umum, pemilik/pengusaha diwajibkan untuk mengurus administrasi sesuai

dengan ketentuan yang berlaku.Yang mana biasanya biaya administrasinya

jauh lebih besar dari pada mobil pribadi. Ditambah pula biaya perawatan

dan operasional angkutan umum resmi, setiap tahun tergolong sangat besar

disamping untuk memperpanjang izin mengoperasikan angkutan

umum.Hal tersebut membuat banyakpemilik/pengusaha mobil pribadi

enggan untuk mengurus perizinan angkutan umum, dikarenakan biayanya

sangatlah besar disamping dirasakan terlalu berbelit-belit dan menyita

waktu mereka.

3. Faktor banyaknya jumlah pengguna jasa angkutan umum yang tidak

(47)

75

Mengingat jumlah angkutan resmi sendiri sangatlah terbatas tetapi

keadaan dilapangan membuktikan bahwa angkutan umum resmi yang

beredar tidak dapat menampung banyaknya pengguna jasa angkutan

umum.Keadaan ini memberikan keuntungan dan kesempatan kepada

angkutan umum tidak resmi berplat hitam untuk beroperasi.

4. Faktor kendala penertiban operasional angkutan umum oleh instalasi

terkait.

Kendala yang dihadapi untuk menertibkannya adalah apabila kendaraan

tersebut sudah berada di jalan raya (beroperasi) dimana sulit mengetahui

apa angkutan tersebut mengangkut penumpang dan menyalahgunakan

angkutan tersebut, jadi penertiban ini harus dari dua sisi tidak hanya dari

DISHUB dan DITLANTAS tetapi peran penting kesadaran masyarakat

untuk mengindahkan peraturan Negara yaitu tertulis dalam peraturan

perundang-undangan agar menciptakan suasana kondusif berkendara yang

sesuai dengan ketentuan yang berlaku dan tidak menyalahi aturan.

3. Sanksi hukum dapat mencegah dan mengurangi pengoperasian mobil

pribadi berplat hitam yang dijadikan angkutan umum, sanksi tersebut

berupa sanksi pidana dan sanksi administrasi. Hukumannya dapat berupa

penilangan kendaraan, kurungan, denda, serta pencabutan izin usaha.

Adapun tindakan yang dilakukan Ditlantas dalam penanganan ini berupa

Sanksi pidana seperti penilangan, kurungan serta denda. Dari Dishub

Referensi

Dokumen terkait

Sedangkan dari hasil analisis yang dilakukan menunjukkan bahwa persepsi atas harga ber- pengaruh nyata negatif terhadap permintaan sayuran segar di Alpha Supermarket Semarang,

Berdasarkan hasil implementasi sistem pengukuran kinerja dengan SMART System di Fakultas Teknik disimpulkan, Key Performance Indicator (KPI) yang telah mencapai

Pada penyelesaian untuk tes awal, subjek hanya memberikan solusi benar, 1 solusi salah, dan 2 solusi tanpa hasil akhir penyelesaian yaitu mengisi kue segitiga

Hasil pengamatan peneliti selama di Fisip Umada, dapat dikatakan bahwa pelayanan yang diberikan kepada mahasiswa dalam rangka proses belajar mengajar sudah sesuai

Hasil uji statistik dengan Wilcoxon diperoleh hasil p value 0,001 dengan standa r defiasi α = 0,05, Nilai p < 0,05 maka terdapat pengaruh pemberian teknik

Hasil yang diperoleh dalam penelitian ini bahwa pada substitusi kaca Pyrex lebih baik dari kaca botol Coca Cola, hal ini berarti komposisi dan struktur kristal di dalam

Pada subbab ini akan dijelaskan proses penyusunan HR strategies. Proses penyusunan HR strategies ini berawal dari pengidentifikasian misi atau strategi dari unit HR