• Tidak ada hasil yang ditemukan

Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan dan Pembinaan Jasa Konsultan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Focus Group Discussion (FGD) Pengembangan dan Pembinaan Jasa Konsultan"

Copied!
36
0
0

Teks penuh

(1)

PENGEMBANGAN DAN PEMBINAAN

KONSULTAN DALAM PEMBANGUNAN NASIONAL

Dr. Ir. Taufik Hanafi, MUP

Deputi Bidang Pemantauan, Evaluasi, dan Pengendalian Pembangunan

Focus Group Discussion (FGD)

Pengembangan dan Pembinaan Jasa Konsultan

Bappeda Provinsi Jawa Barat

(2)

Outline

Pembangunan Nasional dan Peran Konsultan

Isu Strategis Pembangunan di Provinsi Jawa Barat

Penguatan Pengembangan dan Pembinaan Jasa

Konsultan Oleh Bappenas Saat Ini

Langkah Strategis Dalam Penguatan Konsultan Di Masa

Mendatang

A

B

C

(3)

Pembangunan Nasional dan

Peran Konsultan

(4)

4

Kerangka Kebijakan RPJMN

2015-2019

SEKTOR UNGGULAN

PEMERATAAN DAN

KEWILAYAHAN

PEMBANGUNAN

POLHUKAM

Visi, Misi, Agenda Pembangunan

Pelaksanaan Pembangunan Kabinet Kerja

Kondisi Internal dan Eksternal

Pertumbuhan

Ekonomi

Kemiskinan

Pengangguran

Moneter

Neraca Pembayaran

Keuangan Negara

Investasi

Usaha Mikro,

Menengah, Besar

Kependudukan dan

Keluarga Berencana

Pendidikan

Kesehatan

Kesetaraan Gender

Pemberdayaan

Perempuan

Perlindungan Anak

Pembangunan

Masyarakat

Perumahan dan

Permukiman

Kedaulatan Pangan

Ketahanan Air

Kedaulatan Energi

SDA, Lingkungan Hidup, dan Pengendalian Bencana

Kemaritiman dan

Kelautan

Pariwisata

Industri Manufaktur

Infrastruktur dan

Konektivitas

Pemerataan Antar Kelompok Pendapatan

Pengembangan

Wilayah

Pembangunan

Pedesaan

Pembangunan

Kawasan Perbatasan

Pembangunan

Kawasan Tertinggal

Pusat Pertumbuhan Ekonomi di Luar Jawa

Pembangunan

Kawasan Perkotaan

Politik dan

Demokrasi

Penegakan Hukum

Tata Kelola dan

Reformasi

Pertahanan dan

Keamanan

Penguatan Tata Kelola Pemerintah

Daerah

Kerangka Pelaksanaan Pembangunan Nasional 2015-2019

RPJMN III

(2015-2019)

Memantapkan pembangunan

menyeluruh di berbagai bidang

dengan menekankan

pencapaian daya saing

kompetitif perekonomian

berlandaskan keunggulan SDA

dan SDM berkualitas serta

kemampuan Iptek yang terus

meningkat

3 DIMENSI

PEMBANGUNAN

Pembangunan Manusia

Sektor Unggulan

Pembangunan dan Kewilayahan

N

Penguatan dilaksanakan

dengan Pendekatan

Tematik,

(5)

REPUBLIK INDONESIA

5

Pencapaian Sasaran Makro Pembangunan

TINGKAT

PENGANGGURAN

turun

menjadi

5,13%

5,70%

(Februari 2014)

5,13%

(Februari 2018)

ANGKA

KETIMPANGAN

turun

menjadi

0,389

dan semakin membaik

Sumber: Sakernas, Februari 2018

INDEKS PEMBANGUNAN

MANUSIA

Tingkat kemiskinan

turun

menjadi

9,82%

dan

jumlah

penduduk miskin

berkurang

menjadi

25,95 juta jiwa

Persentase penduduk miskin

berkurang (persen)

Jumlah penduduk miskin berkurang

(juta jiwa)

Keterangan: Susenas, Maret 2014 – Maret 2018

Sumber: BPS, April 2018

Sumber: Susenas, Maret 2018

0,406

0,408

0,397

(6)

6

Prioritas Pembangunan Nasional Tahun 2019

Pembangunan Manusia melalui Pengurangan

Kemiskinan dan Peningkatan Pelayanan Dasar

1

Pengurangan Kesenjangan antarwilayah melalui

Penguatan Konektivitas dan Kemaritiman

2

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan Penciptaan

Lapangan Kerja melalui Pertanian, Industri,

Pariwisata, dan Jasa Produktif Lainnya

3

Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan, dan

Sumber Daya Air

4

Stabilitas Keamanan Nasional dan

Kesuksesan Pemilu

5

Pemerataan

Pembangunan

untuk

(7)

7

Prioritas Pembangunan Nasional 2019

Pembangunan Manusia melalui

Pengurangan Kemiskinan dan Peningkatan

Pelayanan Dasar

1

Pengurangan Kesenjangan antarwilayah

melalui Penguatan Konektivitas dan

Kemaritiman

2

Peningkatan Nilai Tambah Ekonomi dan

Penciptaan Lapangan Kerja melalui Pertanian,

Industri, Pariwisata, dan Jasa Produktif

3

Pemantapan Ketahanan Energi, Pangan,

dan Sumber Daya Air

4

Stabilitas Keamanan Nasional dan

Kesuksesan Pemilu

5

PP1. Percepatan Pengurangan Kemiskinan. PP2. Peningkatan

Pelayanan dan Gizi Masyarakat. PP3. Pemerataan Layanan

Pendidikan. PP4. Peningkatan Akses Perumahan dan

Permukiman Layak. PP5. Peningkatan Tata Kelola Dasar

PP1. Peningkatan Konektivitas dan TIK. PP2. Percepatan

Pembangunan Papua dan Papua Barat. PP3. Percepatan

Pembangunan Daerah Tertinggal. PP4. Penanggulangan

Bencana. PP5. Peningkatan Sistem Logistik

PP1. Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Pertanian. PP2.

Percepatan Peningkatan Ekspor dan Nilai Tambah Industri

Pengolahan. PP3. Peningkatan Nilai Tambah Pariwisata dan

Jasa Produktif. PP4. Percepatan Peningkatan Keahlian Tenaga

Kerja. PP5. Pengembangan Iptek dan Inovasi

PP1. Peningkatan Produksi dan Pemenuhan Energi. PP2.

Peningkatan Produksi, Akses, dan Kualitas Konsumsi Pangan.

PP3. Peningkatan Kuantitas, Kualitas, dan Aksesibilitas Sumber

Daya Air. PP4. Peningkatan Daya Dukung Alam dan Daya

Tampung Lingkungan

(8)

8

Sasaran Makro Pembangunan 2019

Pertumbuhan Ekonomi

5,3%

Tingkat Pengangguran Terbuka

4,8

5,2%

Tingkat Kemiskinan

8,5

9,5%

Rasio Gini

0,380

0,390

Indeks Pembangunan Manusia

(9)

9

10,55

7,02

7,01

6,87

9,75%

5,33%

5,13%

0,0% 2,0% 4,0% 6,0% 8,0% 10,0% 12,0%

0 20 40 60 80 100 120 140 160

Jut

a

O

ra

n

g

Angkatan Kerja

Pekerja

Penganggur

TPT

2007

2008

2009

2010

2011

2012

2013

2014

2015

2016

2017

2018

2019

4,8

5,2%

(RKP 2019)

5,0

5,3%

(RKP 2018)

Pengangguran Turun dan Angkatan Kerja Baru Meningkat

Penurunan ini perlu didukung oleh penciptaan kesempatan kerja sebanyak 2,6

2,9 juta orang. Lapangan kerja formal

diharapkan dapat bertambah, terutama bagi angkatan kerja berpendidikan SMA ke atas, di sektor-sektor yang

(10)

10

Peningkatan IPM Indonesia

IPM Indonesia terus meningkat dan sudah masuk

kategori tinggi, mencapai 70,81 (2017)

68,90

69,55

70,18

70,81

71,5

71,98

Target 2017:

70,1

(NK APBN)

Target 2018 (NK APBN)

Target 2019 (Rancangan RKP 2019)

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Pilar Peningkatan IPM

Meningkatkan akses terhadap pelayanan kesehatan

yang merata dan berkualitas:

peningkatan kesehatan ibu dan anak;

perbaikan gizi masyarakat;

penguatan upaya promotif dan preventif untuk mendorong masyarakat hidup

sehat;

mencegah penyakit menular dan penyakit tidak menular.

Meningkatkan akses dan kualitas pelayanan

pendidikan:

percepatan pelaksanaan Wajib Belajar 12 Tahun;

peningkatan kualitas pembelajaran;

pemerataan akses, kualitas, dan relevansi pendidikan tinggi.

Meningkatkan pendapatan masyarakat:

perbaikan iklim investasi dan usaha;

peningkatan ketersediaan lapangan kerja layak;

fasilitasi pengembangan usaha mikro kecil menengah (UMKM);

subsidi yang tepat sasaran bagi masyarakat miskin.

KESEHATAN

PENDIDIKAN

(11)

11

Peran Konsultan Dalam Pembangunan Nasional

Indonesia Emas

2045

Globalisasi Pasar

Tenaga Kerja

Pembangunan Wilayah

dan Kualitas SDM

PERCEPATAN PEMBANGUNAN

NASIONAL

PENINGKATAN DAYA SAING BANGSA

SINERGI & PEMERATAAN PEMBANGUNAN

WILAYAH TENAGA KERJA KUALITAS INTERNASIONAL

KEMAMPUAN INOVASI DAN ADAPTASI TEKNOLOGI

PROFESIONALISME DAN MULTI-SKILL

Konsultan sebagai

Aktor Pembangunan

Konsultan sebagai

Sumberdaya Pembangunan

Mampu bersaing dalam pasar jasa

internasional

Menguasai ilmu dan teknologi terkini

Memiliki Etika dan Profesionalisme

Penyedia software dan brainware

dalam pembangunan

Pionir inovasi dan adaptasi

teknologi

Pendamping pembangunan

daerah

Mampu bersaing dalam pasar

Internasional

Menguasai ilmu dan teknologi

Memiliki etika dan profesionalisme

USULAN JASA KONSULTAN

DI INDONESIA

1.

Politik

2.

Ekonomi

3.

Pendidikan

4.

Kesehatan

5.

Sosial Kemasyarakatan

6.

Keagamaan

7.

Kebudayaan

8.

Keamanan

9.

Kewilayahan dan Tata Ruang

10. Lingkungan Hidup

11. Sarana Prasarana

12. Pemerintahan

13. Hukum

14. Kedirgantaraan

15. Kelautan

16. Manajemen

17. Bidang Lain (yang belum

tercakup)

(12)

12

Pengguna Jasa Konsultansi di Indonesia

Seluruh Kementerian

Republik Indonesia

Badan-badan serta

Lembaga Pemerintah

Nasional

Pemerintah Daerah

(Pemda)

Perbankan Nasional dan

Swasta

Perusahaan BUMN

Lembaga Keuangan

Multilateral (ADB,IDB,

lainnya)

Lembaga Bilateral (JBIC,

AusAid, USAID, lainnya)

Perusahaan Swasta

Murni

Proyek Kerja Sama

Pemerintah dengan

Swasta

(13)

13

Peluang Konsultan dalam Pembangunan Indonesia

BIDANG IPTEK

• Infrastruktur Iptek masih belum

memadai

• Masih belum optimalnya fungsi

Science Techno Park (STP) yang sudah ada.

• Kapasitas dan jumlah SDM

peneliti/perekayasa masih rendah.

• Kelembagaan dan jaringan

Iptek dinilai masih rendah sehingga diperlukan berbagai upaya peningkatan.

• Masih rendahnya anggaran

litbang

• Pengelolaan sumber-sumber

inovasi masih belum optimal

BIDANG WILAYAH

Pembangunan infrastruktur di

seluruh wilayah

Peningkatan mutu Sumber Daya

Manusia (SDM) yang terampil,

terdidik dan profesional

BIDANG SUMBER DAYA ALAM

Produksi minyak dan gas bumi terus

menurun,

sementara

kebutuhan

energi terus meningkat

Harga pangan (khususnya beras)

yang

masih

berfluktuatif

dan

cenderung meningkat

Penurunan kuantitas, kualitas dan

aksesibilitas air untuk memenuhi

kebutuhan rumah tangga, pertanian,

dan industri

Tingkat pencemaran dan kerusakan

lingkungan hidup masih tinggi dan

banyaknya kasus lingkungan hidup

BIDANG KEMARITIMAN

6,04% sumbangan PDB

Maritim yang termasuk dalam

kategori rendah

Produktivitas kemaritiman

belum optimal

Kawasan konservasi perairan

hanya seluas 19,1 juta Ha

BIDANG KESEHATAN

Peningkatan kualitas dan

pemerataan pelayanan

kesehatan

Penguatan sistem kesehatan

meliputi farmasi dan alat

kesehatan, SDM kesehatan,

pembiayaan kesehatan ,

keamanan obat dan

makanan,.

BIDANG POLHUKAM

Ancaman Kejahatan Siber

(Paham Radikal, Narkoba,

Kejahatan Transnasional)

Pemilu yang aman dan

damai

Kejahatan Transnasional

Lemahnya sentralitas

ASEAN, Belum

terpadunya Diplomasi

Ekonomi, Lemahnya

koordinasi antar Lembaga

Gini Koefisien masih tinggi 0.391

Tingkat Pengangguran Terbuka

5.13% terdiri dari penganggur

terdidik: SMA, SMK Diploma

Bonus Demogtafi; 68.5% usia

produktif sebesar 181 Juta Jiwa

BIDANG BUDAYA

• Peningkatan upaya inclusivitas

warisan budaya ditandai dengan registrasi 25.130 cagar budaya, pembangunan 11 museum tematis, revitalisasi 17 museum, 4 taman budaya, dan 118 desa adat.

• Peningkatan ketahanan dan peran

budaya Indonesia di tengah peradaban dunia

BIDANG KEPENDUDUKAN

(14)

14

Best Practice

Negara Lain Dalam Kontribusinya Terhadap

Perencanaan Pembangunan Nasional

Korean Development

Institute (KDI)

KDI membantu pemerintah

untuk

formulasi

rencana

pembangunan ekonomi 5

tahunan, 3 tahunan, rencana

manajemen

ekonomi

tahunan,

serta

untuk

melakukan evalusi kebijakan

ekonomi.

Korean Institute

For International Economy

Policy (KIEP)

KIEP

memegang

peran

penting dalam kebijakan FTA

Korea melalui partisipasi

langsung

maupun

tidak

langsung dalam

negosiasi-negosiasi FTA

Korea Labor Institute (KLI)

KLI membantu kebijakan

terkait

ketenagakerjaan

termasuk pengangguran dan

upah, pengembangan SDM,

hubungan

industri

serta

keamanan dan keselamatan

kerja

Philippine Institute for

Development Study

PIDS merupakan

‘think

tank’

utama

terkait

kebijakan

sosio-ekonomi. Think Thank

ini dibiayai oleh Pemerintah

Philipina

Behavioural Insights Team

BIT membantu mendesain

ulang

kebijakan

dengan

pendekatan

behavioural

sehingga

dampak

yang

dihasilkan diharapkan dapat

mengatasi

permasalahan

terkait pengangguran dan

peningkatan

pengumpulan

pajak

(15)

ISU STRATEGIS PEMBANGUNAN

PROVINSI JAWA BARAT

(16)

16

Pertumbuhan Ekonomi Provinsi Jawa Barat Tahun

2011-2017

Sumber utama pendorong pertumbuhan ekonomi:

a. Sektor Industri Pengolahan

b. Sektor Perdagangan Besar dan Eceran

c. Sektor Kontruksi

d. Sektor Informasi dan Komunikasi

e. Sektor Transporatsi dan Pergudangan

(17)

17

Rata-Rata Share Provinsi Jawa Barat Tahun 2011-2017

Kota Bandung

13,01 %

Terhadap

Pulau Jawa

22,63 %

Share

Terbesar

3

Dari 6 Provinsi di

Pulau Jawa

Terhadap Nasional

13,03 %

Share

Terbesar

3

Dari 34 Provinsi

secara Nasional

TERENDAH: Kota Banjar 0,22 %

Kabupaten Bekasi

15,71 %

Kab. Karawang

10,95 %

SHARE

KABUPATEN / KOTA

TERBESAR TAHUN 2016

Pertanian,

Kehutanan, dan

Perikanan

Industri

Pengolahan

Perdagangan

Besar dan Eceran

15,27 %

35,13%

13,69%

SEKTOR DENGAN RATA-RATA SHARE TERBESAR

TAHUN 2012 S/D 2017

(18)

18

Angka Kemiskinan Lebih Rendah Dibandingkan Angka Kemiskinan Nasional

Pola Spasial Persentase Penduduk

Miskin 2017

Angka Kemiskinan Provinsi Jawa Barat dan

Nasional

Tahun 2011-2017 (September)

Kota Tasikmalaya

14,80 %

Kab. Kuningan

13,27 %

Kab. Indramayu

13,67 %

Angka Kemiskinan di Provinsi Jawa Barat lebih rendah dibandingkan

angka kemiskinan nasional, serta cenderung mengalami penurunan

dengan laju lebih cepat dari laju penurunan angka kemiskinan nasional.

Secara Spasial angka kemiskinan tertinggi pada tahun 2017 (Maret)

terdapat di Kota Tasikmalaya, Kab. Indramayu, dan Kab. Kuningan,

(19)

19

Tingkat Pengangguran Terbuka (TPT)

Pola Spasial TPT Tahun 2017 (Agustus)

Perkembangan TPT Provinsi Jawa Barat dan

Nasional

Tahun 2011-2017 (Agustus)

Kab. Bekasi

10,97 %

Kab. Cirebon

9,61 %

Kab. Cianjur

10,10 %

TPT Provinsi Jawa Barat masih lebih tinggi dibandingkan rata-rata TPT

nasional, namun pada tahun 2017 mengalami penurunan dari tahun

sebelumnya dan pertumbuhan angka TPT lebih cepat dibandingkan

nasional.

Secara Spasial, TPT tertinggi pada tahun 2017 (Agustus) terdapat Kab.

Bekasi, Kab. Cianjur, dan Kab. Cirebon, sedangkan TPT terendah di Kab.

Pangandaran yakni 3,34 %

(20)

20

Indeks Pembangunan Manusia (IPM)

Sumber: Badan Pusat Statistik (diolah)

Pola Spasial IPM Tahun 2016

20

Perkembangan IPM Jawa Barat dan

Nasional

Tahun 2011-2017

Kab. Cianjur

62,92

Kab. Garut

63,64

Kab. Tasimalaya

63,57

Secara spasial IPM terendah terdapat di Kab. Cianjur, Kab. Tasikmalaya,

dan Kab. Garut, sedangkan IPM tertinggi di Kota Bandung yakni 80,13.

IPM Provinsi Jawa Barat sedikit lebih rendah dibandingkan IPM nasional.

(21)

21

Jawa Barat Mencapai Puncak Bonus Demografi Pada Tahun 2023

40,00

Angka Ketergantungan

Late-transition

Rasio Ketergantungan Terendah: 44 Usia

Non-Produktif setiap 100 Produktif

2,05

2015 2020 2025 2030 2035 2040 2045

Tingkat Fertilitas (TFR) & Angka Kematian Bayi (IMR)

TFR

IMR

Jawa Barat sudah memasuki periode

bonus demografi dan diperkirakan akan

bertahan hingga tahun 2039.

Bonus demografi dapat diraih dengan

kebijakan yang tepat, sebagai berikut:

a. Memperluas

kesempatan

investasi

pada sektor unggulan.

b. Meningkatkan keahlian tenaga kerja

muda.

c. Menjaga keseimbangan pertumbuhan

penduduk.

d. Menurunkan IMR 3% setiap tahunnya.

Isu kependudukan sebagai fundamental

perencanaan pembangunan untuk meningkatkan

pelayanan publik.

1. Penyelesaian administrasi kependudukan.

2. Perluasan kepesertaan SJSN pekerja

(22)

22

Cakupan Jaminan Sosial Provinsi Jawa Barat

Isu strategis cakupan SJSN:

1. Cakupan JKN baru mencapai sekitar 65,8% penduduk.

2. Kepesertaan sektor informal (PBPU) SJSN

Ketenagakerjaan dan JKN masih sangat terbatas.

3. Rendahnya kepesertaan SJSN terjadi pada seluruh

tingkat ekonomi masyarakat.

Peran Pemerintah Daerah dalam mencapai

Universal Health

Coverage

(UHC) dan jaminan semesta program Jaminan Sosial

Bidang Ketenagakerjaan pada 2019:

1. Sosialisasi, Edukasi, dan Advokasi pentingnya SJSN.

2. Mendukung Penerima Bantuan Iuran melalui APBD bagi

kedua program SJSN terutama bagi sektor informal

pertanian, perikanan serta pekerja informal rentan.

3. Peningkatan kepatuhan perusahaan mendaftarkan SJSN

pegawainya.

Sumber: BPJS Kesehatan

Sumber: BPJS Ketenagakerjaan

15.673.971

Kepesertaan Jaminan Kesehatan Nasional 2017

2.460.996

222.210

1.407.448

4.090.654

Penerima Upah

Bukan Penerima

Upah

Jasa Konstruksi

Total

(23)

23

Target Indikator Makro Pembangunan Provinsi Jawa Barat

Proyeksi Tahun 2019

IPM:

PROVINSI

-

NASIONAL

71,98

GINI RASIO:

PROVINSI

-

NASIONAL

0,38

0,39

TINGKAT

KEMISKINAN:

PROVINSI

7,27 %

NASIONAL

8,50

9,50

%

PERTUMBUHAN

EKONOMI:

PROVINSI

5,65 %

NASIONAL

5,40

5,80

%

TINGKAT

PENGANGGURA

N:

PROVINSI

7,88 %

NASIONAL

4,8

5,2 %

(24)

24

Highlight

Hasil Rakortek Renbang Jawa Barat (1/3)

Program Prioritas Peningkatan Pelayanan Kesehatan dan Gizi

Masyarakat

Peningkatan Imunisasi

Peningkatan Kapasitas Petugas Imunisasi

Peningkatan Cakupan Pemberian PMT Ibu Hamil KEK

Stimulan Sarana Sanitasi Dasar

Pergerakan KB Fasilitasi Kampung KB

Percepatan dan Penguatan STBM

Pembinaan Kesehatan Keluarga

Program Prioritas Percepatan Pengurangan Kemiskinan

Kegiatan penyediaan bantuan pengembangan perpustakaan dan minat

baca di daerah

Pembinaan Norma Perlindungan Tenaga Kerja Perempuan

Program Prioritas Pemerataan Layanan Pendidikan Berkualitas

N/A

(25)

25

Highlight

Hasil Rakortek Renbang Jawa Barat (2/3)

Pembangunan Cold Storage

Meningkatnya Jalan Nasional

Pembangunan Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Higienis

Percontohan Budidaya Ikan Air Payau

Penyusunan dan Evaluasi Program Penumbuhan dan Pengembangan Industri

Kecil dan Menengah

Pelatihan Kewirausahaan

Pengembangan Jaringan Pemasaran Koperasi dan UMKM

Fasilitasi Permodalan bagi Wirausaha Pemula

Pengembangan Tanaman Tahunan dan Penyegar (Pengembangan Tanaman

Kelapa dan Kopi Arabika)

Pengadaan Sistem Pemantauan Kualitas Air Secara Kontinyu, Otomatis, dan

Online

Kegiatan Rehabilitasi/Pembangunan Prasarana Budidaya Perikanan di

Kabupaten Indramayu

Pengembangan Usaha Pangan Pangan Masyarakat (PUPM)

Lumbung Pangan Masyarakat

PN 2

PN 3

(26)

26

Highlight

Hasil Rakortek Renbang Jawa Barat (3/3)

PN 5

Operasional Speddboat 6,8 m dan 12 m

Pembangunan Pos PSDKP

Saat ini di Provinsi Jawa Barat terdapat usulan proyek Kerjasama Pemerintah dengan Badan

Usaha (KPBU) maupun Pembiayaan Investasi Non Anggaran Pemerintah (PINA) yang akan

dilaksanakan, yakni:

1. Jalan Tol Cisumdawu dalam tahap

transaction PPP Agreement Signing

2. Bandara Internasional Jawa Barat, PT (BIJB)

Kertajati Internasional Airport, IDR 932

miliyar (USD 69,7 juta), RDP Ekuitas

(27)

PENGUATAN PENGEMBANGAN DAN

PEMBINAAN JASA KONSULTAN OLEH

BAPPENAS SAAT INI

(28)

Latar Belakang Pedoman Pelaksanaan Kegiatan Jasa Konsultan

28

s/d

1998

Inkindo dan

sektor jasa

konsultan

rate

mengalami

stagnansi

- Pemerintah

kesulitan dalam

penganggaran

pengadaan

jasa konsultan

s/d

2015

Kemen PU

menerbitkan

- Permen PU No. 13/

2013 standar

maksimal

billing rate

konsultan

- Kepmen PU No. 31

/ 2015 untuk

mengatasi darurat

kekurangan tenaga

ahli.

s/d

2017

Bappenas

menerbitkan

Permen Bappenas

Nomor 4 Tentang

Pengembangan

dan Pembinaan

Jasa Konsultan

s/d

2018

Bappenas dibawah

Kedeputian Bidang

PEPP bersama

Bappeda

Provinsi/OPD/INKIN

DO melakukan

penguatan

pelaksanaan

kegiatan jasa

konsultan

Penerbitan Surat

Edaran Bersama

Bappenas

Kementerian

Keuangan terkait

penetapan standar

billing rate

konsultan

Billing rate

diserahkan kepada

mekanisme pasar

(Bappenas tidak

memiliki

kewenangan

terhadap

billing

rate

)

Billing rate

diatur

oleh PUPR (berlaku

sektoral di

Kementerian PUPR

dan hanya bidang

konstruksi)

Permen Bappenas

Nomor 4 Tahun 2018

meliputi 7 pasal,

pengembangan dan

pembinaan terdapat

di dalam pasal 3-5

(29)

Aspek Kebijakan

1.

Belum ada Institusi

Pembina untuk Jasa Non

Konstruksi

2.

Belum ada roadmap

arah pengembangan

3.

Belum ada regulasi

tentang kualitas

pekerjaan

4.

Belum adanya kebijakan

dan strategi nasional

5.

Belum ada upaya

sinkronisasi antar K/L/D/I

terkait penetapan

kualifikasi badan usaha

Aspek Regulasi

1.

Belum ada payung

hukum Usaha Jasa

Konsultansi

2.

Standar

billing rate

sangat bervariasi dan

stagnan sejak 1998

3.

Syarat sertifikat Badan

Usaha Non Jasa

Konstruksi belum

diterapkan secara

konsisten

4.

Adanya rangkap

pekerjaan untuk

Tenaga Ahli yang sama

Aspek Operasional

Pengadaan

1.

Proses pengadaan yang

tidak efisien

(pembuktian dokumen

dilakukan

berulang-ulang pada setiap pokja

pengadaan)

2.

Keterbatasan jumlah

tenaga ahli akibat

permasalahan billing

rate

3.

Adanya pola pengadaan

NCS untuk pekerjaan

yang sebenarnya adalah

pekerjaan konsultansi

Aspek Akuntabilitas

dan Audit

1.

Auditor belum standar

menerapkan kaidah

pemeriksa jasa

konsultansi sehingga

berpotensi terjadi

kriminalisasi pelaku

usaha

2.

Standar format kontrak

yang berbelit berpotensi

multitafsir

3.

Payroll Audit

menghambat kelas

remunerasi.

Dibutuhkan perkuatan kelembagaan dan fasilitasi antara K/L/Daerah dan penyedia jasa konsultan

29

(30)

30

Rangkaian Kegiatan Pengembangan Jasa Konsultan oleh BAPPENAS

Penyusunan

Draft

Action

Plan

2018

dan RAB

Sinkronisasi

Action Plan

(internal

Bappenas dan

INKINDO)

Focus Group

Discussion ke

Daerah (13 kota)

Analisis Hasil

FGD

Penyusunan

Laporan FGD

Per-review

Laporan ke

Menteri

Bappenas

Arahan

Selanjutnya

Apr-Mei

Juni-Sept

Okt-Nov

Desember

Dilaksanakan

oleh Bappenas

Bappeda-OPD

DPN/DPP Inkindo

Disusun oleh

Tim JK

Bappenas

Disusun oleh

Tim JK

Bappenas

Didiskusikan

oleh

Bappena dan

INKINDO

Disusun oleh

Tim JK

Disusun oleh

Tim JK

Bappenas

Disusun oleh Tim

JK Bappenas

(31)

31

Resume Hasil FGD April s.d September 2018 Yang Dilakukan BAPPENAS

No Pokok

Pembicaraan

Provinsi Jawa Barat (Kota Bogor)

Provinsi Jawa Tengah (Kota Semarang)

Provinsi Sumatera Utara

(Kota Medan)

Provinsi NTB (Kota Mataram)

Provinsi Jawa Timur (Kota Surabaya)

Provinsi Bali (Kota Denpasar)

FGD INKINDO Emas (DKI Jakarta)

1 Regulasi dan Billing Rate

13,5 juta untuk S1, 52 juta untuk S3 (batas minimal oleh Bappeda)

Penawaran HPS dalam kontrak pengadaan jasa konsultan rendah

Konsultan belum berkembang secara maksimal.

Billing rate tidak

terimplementasi Billing ratedengan kemampuan disesuaikan anggaran daerah

Standar remunerasi minimal belum terimplementasi

Standar remunerasi minimal belum terimplementasi

2 Sertifikasi dan Standar Kompetensi

Sertifikasi badan usaha dilakukan oleh INKINDO

Dibutuhkan Roadmap atau Rencana Aksi Nasional

Belum ada pembinaan yang dilakukan khusus untuk jasa konsultan

Anggaran yang minim dalam pembinaan

Akses peningkatan kompetensi di bale-bale masih minim

Konsultan

bersertifikat hanya 3%

Kerja sama dengan LPJK dan Kadin. Sertifikasi harus diakui internasional

3 Pembinaan Personil Konsultan

Belum ada pembinaan tenaga ahli oleh

pemerintah daerah

Dibutuhkan mekanisme

pembinaan yang sistematis dari pusat dan daerah

Kehadiran Bappenas dibutuhkan dalam pembinaan sektor konsultan

Pembinaan oleh PU tidak berjalan dengan optimal untuk jasa konsultan non konstruksi

Dibutuhkan

pembinaan satu pintu dari pusat s.d daerah

Belum ada sistem dan modul pembinaan untuk konsultan non konstruksi

INKINDO melalui iuran tahunan dapat membina anggotanya (Bina Konstruksi)

4 Badan Usaha Perusahaan tidak memiliki tenaga ahli tetap sesuai yang dibutuhkan

(Bappeda)

Belum ada

implementasi dari Pasal 24 dalam UU No.2 tahun 2017.

Menurunnya jumlah anggota badan usaha konsultan karena beralih profesi

NTB memiliki lebih dari 90% perusahaan kecil dan hanya 1 perusahaan kategori besar

90% BU kecil, minim TA, akses permodalan, sistem keuangan, inovasi dan teknologi

90% BU kecil, minim TA, dan perizinan SBU yang mahal

Perlu pasal permodalan sektor jasa konsultan

5 Penilaian Tenaga Ahli Belum ada standar penilaian tenaga ahli jasa konsultan

Belum ada standar penilaian terkait tenaga ahli jasa konsultan

Belum ada standar penilaian.

Penilaian kapasitas diberatkan kepada tenaga fungsional

Belum ada standar penilaian

Belum ada standar penilaian

Bappenas mendukug penilaian tenaga ahli

6 Pengawasan Kontrak dan Jaminan Mutu

Belum ada sistem jaminan kualitas dari output yang telah disusun oleh seorang konsultan

Perlu disusun mekanisme jaminan mutu terkait Quality Assurance (QA)

Diperlukan aturan baku dalam mengawasi kontrak konsultan adalah kontrak lumpsum

Kontrak jasa konsultan adalah lumpsum bukan unit price

Belum ada penerapan ISO 9001

Belum ada standar jaminan mutu dan QA

Dibutuhkan penerapan ISO dan QA

7 Tantangan Konsultan Belum

diintegrasikannya pengembangan

money follow program.

Bentuk-bentuk kegiatan yang sifatnya kontraktual berlaku untuk umum.

Minimnya konsultan daerah memahami RPJP, RPJM yang diturunkan kedalam RKPD

Perlu didorong sektor jasa konsultan tidak lagi

project based tetapi

knowledge based

Minimnya konsultan yang mampu mengembangkan pembangunan di kabupaten terpencil

Belum ada

pemetaan keahlian konsultan dalam pembangunan

(32)

LANGKAH STRATEGIS DALAM

PENGUATAN KONSULTAN DI MASA

MENDATANG

(33)

33

Prioritas 2019 Dalam Peningkatan Sumber Daya Manusia

Tenaga Kerja

Kompeten

Standar

Kompetensi

Program Diklat

Berbasis Kompetensi

untuk

kompetensi di pasar

kerja dalam negeri

dan luar negeri

Harmonisasi regulasi di

bidang standarisasi dan

sertifikasi kerja serta

pendidikan dan pelatihan

berbasis kompetensi

Kepastian dan kredibilitas

lembaga pendidikan dan

pelatihan berbasis

kompetensi

Standar kompetensi kerja di

berbagai sektor/bidang profesi

Kapasitas dan kredibilitas

lembaga sertifikasi

kompetensi profesi

1

2

3

4

5

KOORDINASI DAN KERJA SAMA ANTARA

PEMERINTAH, LEMBAGA PENDIDIKAN DAN

PELATIHAN, DUNIA USAHA

Langkah-langkah yang dilaksanakan antara

lain:

Pemetaan kompetensi

di sektor masing-masing;

Penyusunan

standar kompetensi

sesuai kebutuhan

industri;

Pelaksanaan

pendidikan dan pelatihan vokasi

berbasis kompetensi

;

Pelaksanaan

uji kompetensi

;

Penguatan lembaga

yang berfungsi melaksanakan

sertifikasi;

Kerjasama

dengan asosiasi profesi dan industri.

(34)

34

Sinkronisasi Peraturan Yang Relevan terhadap Penguatan Peran

Jasa Konsultan

1.

UU Insinyur No.11 tahun

2014

2.

UU Arsitek No.6 tahun

2017

3.

UU Jasa Konstruksi No.2

tahun 2017

1. UU Jasa Konstruksi No.2 th 2017

2. UU SPPN No.25 th 2004

3. UU Ketenagakerjaan No.13 th 2003

4. UU Praktek Monopoli dan Persaingan Usaha Tidak

Sehat No.5 th 1994

5. Perpres pengadaan barang dan Jasa No.16 th

2018

6. Perpres SKKNI No.8 th 2012

7. Perpres Sistem Pelatihan Kerja Nasional No.31 th

2006

8. Permen PUPR Standar Remunerasi Minimal

No.19/PRT/M/2017

9. Permen PU Sub Kualifikasi Tenaga Ahli No.8 th

2011

10. Permen PU Kerja Sama BUJK Asing dan Nasional

No.5 th 2011

(35)

35

UU NO. 25 TAHUN 2004

MoU

Menteri PPN/Kepala Bappenas

Selaku Kepala Lembaga

Lembaga Pembina Jasa Konsultan

INKINDO

Asosiasi Jasa

Konsultan

Indonesia

MENTERI PPN /

KEPALA BAPPENAS

Pembina Jasa

Konsultan sebagai KIBS

Sistem Perencanaan Pembangunan

Nasional

Kementerian PPN/Bappenas

menyelenggarakan tugas

perencanaan pembangunan nasional

termasuk di antaranya merencanakan

kebutuhan

dukungan dari unsur jasa

konsultan non- kontruksi dalam

rangka penyelenggaraan realisasi

rencana pembangunan.

Menteri PPN/Bappenas selaku

kepala lembaga Pembina jasa

konsultan secara substansi

memfasilitasi:

1) Sertifikasi Jasa Konsultan

Non-konstruksi.

2) Penguatan jasa konsultasi dalam

kerangka daya saing nasional.

BAB II

ASAS DAN TUJUAN

Pasal 2

1. Pembangunan Nasional diselenggarakan berdasarkan

demokrasi dengan prinsip-prinsip kebersamaan,

berkeadilan, berkelanjutan, berwawasan lingkungan,

serta kemandirian dengan menjaga keseimbangan

kemajuan dan kesatuan Nasional.

2. Perencanaan Pembangunan Nasional disusun secara

sistematis, terarah, terpadu, menyeluruh, dan tanggap

terhadap perubahan.

3. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

diselenggarakan berdasarkan Asas Umum

Penyelenggaraan Negara.

4. Sistem Perencanaan Pembangunan Nasional

bertujuan untuk:

a. mendukung koordinasi antarpelaku pembangunan;

b.

menjamin terciptanya integrasi, sinkronisasi, dan sinergi

baik antardaerah, antarruang, antarwaktu, antarfungsi

pemerintah maupun antara Pusat dan Daerah;

c.

menjamin keterkaitan dan konsistensi antara

perencanaan, penganggaran, pelaksanaan, dan

pengawasan;

d. mengoptimalkan partisipasi masyarakat; dan

e.

menjamin tercapainya penggunaan sumber daya

secara efisien, efektif, berkeadilan, dan berkelanjutan.

Bekerjasama dengan Bappeda-

Bappeda

(36)

36

Referensi

Dokumen terkait

Peran penyuluhan sangat penting dalam usaha tani dengan mem- perhatikan kelestarian dari sumber daya alam (Djari, 2014). Pelaksanaan kegiatan penyulu- han dan

Terjadi interaksi antara varietas dan konsentrasi larutan hara, konsentrasi larutan hara yang baik untuk varietas Tosakan adalah 6 ml/L, hal tersebut ditunjukkan oleh

Tirta Investama (DC) Manado menggunakan pendekatan buttom up dalam menyusun anggaran dimana anggaran disusun terlebih dahulu oleh masing-masing manajer pusat

Isutersebut terjadi pada perusahaan PT Krakatau Steel Indonesia yaitu adanya pengalihan baja yang dilakukan oleh eksportir baja luar negeri untuk menghindari bea masuk

Menunjuk Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 191 Tahun 2013, Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG)

Produk pemetaan geomorfologi adalah peta geomorfologi pada skala 1:25.000 yang berdasarkan pada analisis desk-study, dengan peta dasar adalah peta topografi,

karnaval, mengikuti lomba dan yang terahir dengan menggunakan media sosial. Pada saat awal di bangunya wisata Watu Angkrik, masyarakat sekitar secara tidak langsung

Judul skripsi mengenai “PENGARUH GAYA KEPEMIMPINAN, MOTIVASI, DAN DISIPLIN KERJA TERHADAP KINERJA KARYAWAN PADA PT TRITUNGGAL MULIA WISESA SURAKARTA (Studi Kasus