• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah di kota Surakarta

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pelaksanaan peraturan pemerintah nomor 41 tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah di kota Surakarta"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

DI KOTA SURAKARTA

Penulisan Hukum (Skripsi)

Disusun dan Diajukan untuk Melengkapi Syarat-syarat Guna Memperoleh Derajat Sarjana Dalam Ilmu Hukum

Pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta

Disusun Oleh : SIGIT PAMUNGKAS

NIM. E. 1104196

FAKULTAS HUKUM

UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA

(2)

PERSETUJUAN PEMBIMBING

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH

DI KOTA SURAKARTA

Disusun Oleh : SIGIT PAMUNGKAS

NIM. E. 1104196

Disetujui untuk dipertahankan

Pembimbing I

Suranto, S. H., M. H. NIP. 19508121986011001

Pembimbing II

(3)

PENGESAHAN PENGUJI

Penulisan Hukum (Skripsi)

PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KOTA

SURAKARTA

Disusun Oleh : SIGIT PAMUNGKAS

NIM. E. 1104196

Telah di terima dan disahkan oleh Tim Penguji Penulisan Hukum (Skripsi) Fakultas Hukum Universitas sebelas Maret Surakarta

Pada : Hari : Senin

Tanggal : 10 Agustus 2009

TIM PENGUJI

1. Sutejo, S.H., M.M : ... Ketua

2. Adriana Grahani F, S. H., M. H : ... Sekretaris

3. Suranto, S. H., M. H : ... Anggota

MENGETAHUI Dekan

(4)

MOTTO

Dan mintalah kepada ALLAH dengan sabar dan sholatmu, dan sesungguhnya yang demikian itu sungguh berat, kecuali bagi orang-orang yang khusyuk, yaitu orang-orang yang meyakini bahwa mereka akan menemui Tuhannya, dan bahwa

(5)

KATA PENGANTAR

Dengan menyebut asma Allah Yang Maha Pengasih dan Maha Penyayang serta diiringi rasa syukur ke Hadirat Allah SWT, penulisan hukum (Skripsi) yang berjudul PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KOTA SURAKARTA dapat Penulis selesaikan.

Penulisan hukum ini membahas tentang pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta beserta faktor-faktor pendukung dan penghambatnya. Pembahasan mengenai Organisasi perangkat daerah masih sedikit dalam kepustakaan hukum, khususnya Hukum Tata Negara yang membahas tentang pemerintah daerah. Oleh karena itu, penulis mencoba melakukan penelitian mengenai organisasi perangkat daerah di Kota Surakarta untuk menambah kekayaan pembahasan mengenai hukum pemerintah daerah. Oleh sebab itu, dalam kesempatan ini, penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. Bapak Moh. Jamin, S.H.,M.Hum., selaku Dekan Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

2. Ibu Aminah, S.H.,M.H., Selaku Ketua bagian Hukum Tata Negara. 3. Bapak Suranto S.H.,M.H., selaku Pembimbing Pertama yang telah

memberikan bimbingan dan petunjuk sehingga penulis dapat menyelesaikan Penulisan Hukum ini.

4. Ibu Adriana Grahani Firdausy, S.H., M.H., selaku Pembimbing Kedua yang telah memberikan kejelasan orientasi dan bimbingan selama proses penyusunan Penulisan Hukum sehingga dapat diselesaikan dengan baik.

(6)

6. Karyawan dan Staf Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta yang telah membantu kelancaran perkuliahan.

7. Ibu Maya Pramita, S. H., selaku Kepala Bagian Dokumentasi Hukum dan Perundang-undangan, atas wawancaranya dan bantuan datanya. 8. Seluruh teman-teman kost Alam Sanur, FH UNS Non Reguler

angkatan 2004, baik yang sudah lulus dan belum lulus, terima kasih atas pertemanan selama ini.

Semoga Penulisan Hukum ini bermanfaat bagi kita semua, terutama untuk penulisan, akademisi, juga untuk pembaca pada umumnya.

Surakarta, Juli 2009

(7)

DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL... i

HALAMAN PERSETUJUAN... ii

HALAMAN PENGESAHAN... iii

HALAMAN MOTO DAN PERSEMBAHAN ... iv

KATA PENGANTAR ... v

DAFTAR ISI... vii

ABSTRAK ... ix

BAB I PENDAHULUAN... 1

A. Latar Belakang ... 1

B. Perumusan Masalah ... 6

C. Tujuan Penelitian ... 6

D. Manfaat Penelitian ... 7

E. Metode Penelitian ... 8

F. Sistematika Penulisan Hukum ... 10

BAB II TINJAUAN PUSTAKA... 12

A. Kerangka Teori ... 12

1. Tinjauan tentang Pemerintahan Daerah ... 12

a. Pengertian pemerintah daerah ... 12

b. Prinsip penyelenggaraan pemerintahan daerah... 13

2. Tinjauan tentang Organisasi Perangkat Daerah ... 15

a. Pengertian organisasi perangkat daerah ... 15

b. Besaran organisasi dan perumpunan perangkat daerah ... 21

3. Tinjauan tentang Organisasi... 24

a. Definisi organisasi... 24

b. Alasan pembentukan organisasi... 25

c. Ciri-ciri organisasi... 26

4. Tinjauan tentang Peraturan Pemerintah ... 27

a. Definisi peraturan pemerintah... 27

(8)

c. Materi muatan peraturan pemerintah ... 30

d. Fungsi peraturan pemerintah... 30

B. Kerangka Pemikiran... 31

BAB III HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ... 33

A. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Surakarta... 33

B. Faktor-faktor penghambat dan pendukung pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta ... 67

BAB IV KESIMPULAN DAN SARAN ... 72

A. Kesimpulan ... 72

B. Saran... 74

(9)

ABSTRAK

Sigit Pamungkas, E 1104196. PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KOTA SURAKARTA, FAKULTAS HUKUM UNIVERSITAS SEBELAS MARET SURAKARTA, 2009.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta.

Penelitian ini merupakan penelitian hukum dengan metode empiris berjenis deskriptif empiris. Berlokasi di Kota Surakarta. Jenis dan sumber data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Teknik pengunpulan data menggunakan wawancara dan studi kepustakaan. Teknik analisis data menggunakan metode analisis kualitatif.

(10)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Dalam pertimbangan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah dinyatakan efisiensi dan efektivitas penyelenggaraan pemerintah daerah perlu ditingkatkan dengan lebih memperhatikan aspek-aspek hubungan antarsusunan pemerintahan dan antarpemerintahan daerah, potensi dan keanakeragaman daerah, peluang dan tantangan persaingan global dengan memberikan kewenangan yang seluas-luasnya kepada daerah disertai dengan pemberian hak dan kewajiban menyelenggarakan otonomi daerah dalam kesatuan sistem penyelenggaraan pemerintahan daerah. Salah satu pasal yang mengatur hal tersebut adalah Pasal 120 ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menyatakan bahwa Perangkat daerah kabupaten/kota terdiri atas sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan. Pada Pasal 128 ayat (1) dan ayat (2) Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah menjelaskan: susunan organisasi perangkat daerah sebagaimana dimaksud dalam Pasal 120 ayat (1) dan ayat (2) ditetapkan dalam perda dengan memperhatikan faktor-faktor tertentu dan berpedoman pada Peraturan Pemerintah dan pengendalian organisasi perangkat daerah sebagaimana dimaksud ayat (1) dilakukan oleh pemerintah untuk provinsi dan oleh gubernur untuk kabupaten/kota dengan berpedoman pada Peraturan Pemerintah.

(11)

dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah, kepala daerah dibantu oleh perangkat daerah yang terdiri dari unsur staf yang membantu penyusunan kebijakan dan koordinasi, diwadahi dalam sekretariat, unsur pengawas yang diwadahi dalam bentuk inspektorat, unsur perencana yang diwadahi dalam bentuk badan, unsur pendukung tugas kepala daerah dalam penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik, diwadahi dalam lembaga teknis daerah, serta unsur pelaksana urusan daerah yang diwadahi dalam dinas daerah.

Dasar utama penyusunan perangkat daerah dalam bentuk suatu organisasi adalah adanya urusan pemerintahan yang menjadi kewenangan daerah, yang terdiri dari urusan wajib dan urusan pilihan, namun tidak berarti bahwa setiap penanganan urusan pemerintahan harus dibentuk ke dalam organisasi tersendiri. Dengan perubahan terminologi pembagian urusan pemerintah yang bersifat concurrent (konkuren) berdasarkan Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004, maka dalam implementasi kelembagaan setidaknya terwadahi fungsi-fungsi pemerintahan tersebut pada masing-masing tingkatan pemerintahan. Penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat wajib, diselenggarakan oleh seluruh provinsi, kabupaten, dan kota, sedangkan penyelenggaraan urusan pemerintahan yang bersifat pilihan hanya dapat diselenggarakan oleh daerah yang memiliki potensi unggulan dan kekhasan daerah, yang dapat dikembangkan dalam rangka pengembangan otonomi daerah. Hal ini dimaksudkan untuk efisiensi dan memunculkan sektor unggulan masing-masing daerah sebagai upaya optimalisasi pemanfaatan sumber daya daerah dalam rangka mempercepat proses peningkatan kesejahteraan rakyat.

(12)

pilihan. Urusan wajib meliputi: pendidikan, kesehatan, lingkungan hidup, pekerjaan umum, penataan ruang, perencanaan pembangunan, perumahan, kepemudaan dan olahraga, penanaman modal, koperasi dan usaha kecil dan menengah, kependudukan dan catatan sipil, ketenagakerjaan, ketahanan pangan, pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak, keluarga berencana dan keluarga sejahtera, perhubungan, komunikasi dan informatika, pertanahan, kesatuan bangsa dan politik dalam negeri, otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian, pemberdayaan masyarakat dan desa, sosial, kebudayaan, statistik, kearsipan, dan perpustakaan (Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan, Antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota).

(13)

menggambarkan keseragaman atau efektivitas organisasi perangkat daerah dalam pelaksanaan otonomi daerah. Oleh sebab itu, pemerintah berniat menyeragamkan organisasi perangkat daerah di tingkat kabupaten/kotamadya (Karaniya Dharmasaputra, 2005: 98).

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah pada prinsipnya dimaksudkan memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional sesuai dengan kebutuhan dan kemampuan daerah masing-masing serta adanya koordinasi, integrasi, sinkronisasi dan simplifikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah. Besaran organisasi perangkat daerah sekurang-kurangnya mempertimbangkan faktor keuangan, kebutuhan daerah, cakupan tugas yang meliputi sasaran tugas yang harus diwujudkan, jenis dan banyaknya tugas, luas wilayah kerja dan kondisi geografis, jumlah dan kepadatan penduduk, potensi daerah yang bertalian dengan urusan yang akan ditangani, sarana dan prasarana penunjang tugas.

Oleh karena itu kebutuhan akan organisasi perangkat daerah bagi masing-masing daerah tidak senantiasa sama atau seragam. Penjelasan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah menetapkan kriteria untuk menentukan jumlah besaran organisasi perangkat daerah masing-masing pemerintah daerah dengan variabel jumlah penduduk, luas wilayah dan jumlah APBD, yang kemudian ditetapkan pembobotan masing-masing variabel yaitu 40 % (empat puluh persen) untuk variabel jumlah penduduk, 35 % (tiga puluh lima persen) untuk variabel luas wilayah dan 25 % (dua puluh lima persen) untuk variabel jumlah APBD, serta menetapkan variabel tersebut dalam beberapa kelas interval.

(14)

perangkat daerah akan semakin sedikit karena efisiensi serta berdampak pada hapusnya jabatan sekaligus dinas derah karena merger atau memang dihilangkan. Selain itu, apabila pejabat yang dilengser itu semakin menumpuk dan tidak segera menempati jabatan sesuai dengan pangkatnya, maka akan ada sejumlah pejabat mengganggur di lingkungan pemerintahan kabupaten/kota sebagai akibat eselonisasi dan perampingan jabatan serta perangkat daerah kabupaten/kota (Dahono Fitrianto, Kompas 15 November 2007, hal. 26).

Pasal 39 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangka Daerah pada ayat (2) menyatakan pembinaan dan pengendalian organisasi perangkat daerah dilakukan melalui fasilitasi terhadap rancangan peraturan daerah tentang organisasi perangkat yang telah dibahas bersama antara pemerintah daerah dan DPRD. Rancangan peraturan daerah itu disampaikan kepada gubernur bagi organisasi perangkat daerah kabupaten/kota. Fasilitasi yang dilakukan oleh gubernur paling lama dilakukan 15 hari setelah diterima rancangan peraturan daerah, apabila dalam tenggang waktu sebagaimana dimaksud tidak dapat memberikan fasilitasi, maka rancangan peraturan daerah dapat ditetapkan menjadi peraturan daerah (Pasal 40 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah).

Surakarta adalah salah satu kota/kabupaten yang akan melaksanakan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah ini. Slogan Dirgahayu Kota Solo ke 264 adalah Solo Sejahtera, Solo Kreatif. Slogan menggambarkan bahwa penyusunan organisasi perangkat daerah tidak hanya diikuti pertimbangan teknis, tapi juga harus diikuti keunikan yang harus dilakukan secara kreatif. Kota Surakarta sekarang berpenduduk 548. 233 (data KPUD Surakarta), APBD kurang lebih Rp. 600 miliar, memiliki dinas daerah berjumlah 15 buah, kantor dinas sebanyak 8

buah, dan badan sebanyak 4 buah

(15)

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, sudah ditetapkan secara limitatif dinas, kantor dinas, dan badan yang dapat dibentuk oleh daerah, walaupun tidak menutup ada lembaga-lembaga di luar ketiga bentuk tersebut sebagai bentuk keunikan daerah. Berdasarkan uraian di atas, penulis tertarik ingin melakukan penelitian dan penulisan hukum dengan judul “PELAKSANAAN PERATURAN PEMERINTAH NOMOR 41 TAHUN 2007 TENTANG ORGANISASI PERANGKAT DAERAH DI KOTA SURAKARTA”.

B. Rumusan Masalah

1. Bagaimana pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta?

2. Apakah faktor-faktor penghambat dan faktor-faktor pendukung pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta?

C. Tujuan Penelitian 1. Tujuan Obyektif:

a. Untuk mengetahui pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta.

b. Untuk mengetahui faktor-faktor pendukung dan faktor-faktor penghambat pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta.

2. Tujuan Subyektif:

(16)

b. Melatih kemampuan peneliti dalam menerapkan teori ilmu hukum yang didapat selama perkuliahan guna menganalisis permasalahan– permasalahan yang muncul dalam pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta.

c. Melengkapi syarat-syarat guna memperoleh derajat Sarjana dalam Ilmu Hukum pada Fakultas Hukum Universitas Sebelas Maret Surakarta.

D. Manfaat Penelitian

Manfaat yang penulis harapkan dari penelitian ini: 1. Manfaat teoritis:

a. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat pada pengembangan ilmu pengetahuan di bidang ilmu hukum pada umumnya dan Hukum Tata Negara pada khususnya.

b. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat memperkaya referensi dan literatur dalam dunia kepustakaan tentang tentang organisasi perangkat daerah yang dapat melaksanakan tugasnya dengan efektif dan efisien. c. Hasil penelitian ini, dapat dipakai sebagai acuan terhadap

penelitian-penelitian sejenis untuk tahapan berikutnya. 2. Manfaat Praktis:

a. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat dipakai sebagai bahan pertimbangan dan rekomendasi bagi pemerintah daerah dalam pembentukan organisasi perangkat daerah yang efektif dan efisien. b. Hasil penelitian ini, diharapkan dapat membantu memberikan

(17)

E. Metode Penelitian 1. Jenis penelitian

Sesuai dengan masalah yang hendak diteliti, penelitian ini merupakan jenis penelitian hukum dengan pendekatan empiris yang bersifat deskriptif. Deskriptif artinya penelitian bermaksud untuk membuat pencandraan (deskripsi) mengenai situasi-situasi atau kejadian-kejadian. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk membuat pencandraan secara sistematis, faktual dan akurat mengenai fakta-fakta dan sifat-sifat populasi atau daerah tertentu (Sumadi Suryabrata, 2003: 19).

2. Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini dilakukan di Pemerintahan Kota Surakarta. Lebih khusus lagi, penelitian ini dilakukan Sekretariat Daerah yang membidangi masalah Susunan Organisasi dan Tata Kerja dan Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta.

3. Jenis dan sumber data

Data yang digunakan dalam penelitian ini dapat dikelompokkan manjadi 2 (dua) jenis yaitu:

a. Data Primer, yaitu data yang diperoleh secara langsung dari sumber pertama. Terkait dengan problematika penelitian, maka data primer diperoleh dari pejabat Sekretariat Daerah yang membidangi susunan organisasi dan tata kerja dan pejabat di Sekretariat Dewan Perwakilan Rakyat Daerah Kota Surakarta.

b. Data sekunder yaitu data yang digunakan untuk mendukung dan melengkapi data primer yang berhubungan dengan masalah penelitian. 4. Teknik pengumpulan data

(18)

a. Wawancara adalah proses tanya-jawab dalam penelitian yang berlangsung secara lisan antara dua orang atau lebih bertatap muka mendengarkan secara langsung informasi-informasi atau keterangan-keterangan (Cholid Narbuko dan Abu Achmadi, 2004: 83). Wawancara dilakukan dengan sistem wawancara bebas terpimpin artinya wawancara ini merupakan kombinasi antara wawancara bebas dan terpimpin. Pewawancara hanya membuat pokok-pokok masalah yang akan diteliti, selanjutnya dalam proses wawancara berlangsung mengikuti situasi. Pewawancara harus pandai mengarahkan responden apabila ternyata ia menyimpang. Pedoman interview berfungsi sebagai pengendali jangan sampai proses wawancara kehilangan arah.

b. Studi kepustakaan, yaitu suatu bentuk pengumpulan data dengan cara membaca buku literatur, hasil penelitian terdahulu, dan membaca dokumen, peraturan perundang-undangan, peraturan daerah yang berhubungan dengan obyek penelitian.

5. Teknik analisis data

(19)

a. Data Reduction merupakan proses seleksi, pemfokusan, penyederhanaan dan abstraksi data kasar yang ada dalam field note. Reduksi data dilakukan selama penelitian berlangsung, hasilnya data dapat disederhanakan dan ditransformasikan melalui seleksi, ringkasan serta penggolongan dalam suatu pola.

b. Data Display adalah paduan organisasi informasi yang memungkinkan

kesimpulan riset yang dilakukan, sehingga peneliti akan mudah memahami apa yang terjadi dan harus dilakukan.

c. Conclution Drawing adalah berawal dari pengumpulan data peneliti

harus mengerti apa arti dari hal-hal yang ditelitinya, dengan cara pencatatan peraturan, pola-pola, pernyataan konfigurasi yang mapan dan arahan sebab akibat, sehingga memudahkan dalam pengambilan kesimpulan.

Tiga komponen analisis data di atas membentuk interaksi dengan proses pengumpulan yang berbentuk siklus (diagram flow) (HB Sutopo, 1999: 37).

F. Sistematika Penulisan Hukum

Sistematika yang akan digunakan penulis dalam penelitian dan penulisan hukum ini terdiri dari beberapa bab, yakni pendahuluan, tinjauan pustaka, hasil penelitian dan pembahasan serta penutup. Penulisan hukum ini disusun dengan sistematika sebagai berikut:

D

Concl Pen gum

(20)

BAB I : PENDAHULUAN

Dalam Bab I pendahuluan berisi latar belakang masalah, rumusan masalah, tujuan penelitian, manfaat penelitian, metode penelitian, dan sistematika penulisan hukum. BAB II : TINJAUAN PUSTAKA

Dalam Bab II tinjauan Pustaka berisi mengenai kerangka teori dan kerangka pemikiran. Kerangka teori terdiri dari: tinjauan tentang pemerintahan daerah, tinjauan tentang organisasi, tinjauan tentang organisasi, dan tinjauan tentang peraturan pemerintah. Kerangka pemikiran berisi bagan mengenai garis besar penulisan hukum ini dan penjelasannya.

BAB III : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Bab III Hasil Penelitian dan Pembahasan berisi tentang hasil penelitian dan pembahasan tentang: pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta dan faktor-faktor pendukung dan penghambat pelaksanaan Peraturan Pemerintahan Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Kota Surakarta.

BAB IV : PENUTUP

Bab IV Penutup berisi tentang kesimpulan dan saran. DAFTAR PUSTAKA

(21)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Kerangka Teori

1. Tinjauan tentang Pemerintahan Daerah a. Pengertian Pemerintah Daerah

Penyelenggaraan pemerintahan daerah di Indonesia didasarkan pada ketentuan Pasal 18 amandemen Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia 1945, pemerintah pusat tidak mungkin mengatur sendiri urusan dalam penyelenggaraan pemerintahan, mengingat luasnya wilayah negara serta padatnya penduduk. Pemerintahan daerah menurut Pasal 1 butir 2 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah penyelenggaraan urusan pemerintahan oleh pemerintahan daerah dan DPRD menurut asas otonomi dan tugas pembantuan dengan prinsip otonomi seluas-luasnya dalam sistem dan prinsip Negara Kesatuan Republik Indonesia sebagaimana dimaksud dalam Undang-Undang Dasar Negara Republik Indonesia Tahun 1945. Sedangkan pemerintah daerah adalah gubernur, bupati, atau walikota dan perangkat daerah sebagai unsur penyelenggara pemerintahan daerah (Pasal 1 butir 3 UU Nomor 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah).

(22)

pendapatan dan belanja daerah. Selain itu DPRD juga berfungsi sebagai pengawas atas pelaksanaan kebijaksanaan daerah yang dilaksanakan oleh kepala daerah (Eko Sutoro, 2007: 61).

b. Prinsip Penyelenggaraan Pemerintahan Daerah

Pembagian daerah di Indonesia terbagi atas daerah-daerah provinsi, di mana provinsi ini masih dibagi lagi menjadi daerah kabupaten dan kota sebagaimana yang termuat dalam Pasal 2 ayat (1) Undang-Undang 32 Tahun 2004 tentang Pemerintahan Daerah yang menyebutkan bahwa Negara Kesatuan Republik Indonesia dibagi atas daerah-daerah provinsi dan daerah provinsi itu dibagi atas kabupaten dan kota yang masing-masing mempunyai pemerintahan daerah.

Dalam pelaksanaan pemerintahan daerah harus berdasarkan asas-asas penyelenggaraan pemerintah, yaitu:

1) Asas desentralisasi

(23)

2) Asas dekonsentrasi

Asas dekonsentrasi adalah asas yang menyatakan pelimpahan wewenang dari pemerintah pusat atau kepala wilayah atau kepala instansi vertikal yang lebih tinggi kepada pejabat-pejabatnya di daerah. Baik perencanaan dan pelaksanaannya maupun pembiayaannya tetap menjadi tanggung jawab pemerintah pusat. Unsur pelaksanaannya dikoordinasikan oleh kepala daerah dalam kedudukannya selaku wakil pemerintah pusat. Latar belakang diadakannya sistem dekonsentrasi ialah bahwa tidak semua urusan pemerintah pusat dapat diserahkan kepada pemerintah daerah menurut asas desentralisasi (CST. Kansil, 2001: 4). Asas dekonsentrasi menurut Pasal 1 butir 8 Undang-Undang Nomor 32 Tahun 2004 adalah pelimpahan wewenang pemerintahan oleh pemerintah kepada gubernur sebagai wakil pemerntah dan/atau kepada instansi vertikal di wilayah tertentu.

3) Asas pembantuan

(24)

2. Tinjauan tentang Organisasi Perangkat Daerah a. Pengertian organisasi perangkat daerah

Perangkat daerah kabupaten/kota adalah unsur pembantu kepala daerah dalam penyelenggaraan pemerintahan daerah yang terdiri dari sekretariat daerah, sekretariat DPRD, dinas daerah, lembaga teknis daerah, kecamatan, dan kelurahan.

1) Sekretariat daerah

Sekretariat daerah mempunyai tugas dan kewajiban membantu bupati/walikota dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan dinas daerah dan lembaga teknis daerah. Sekretariat daerah dipimpin oleh seorang sekretaris daerah dan terdiri dari asisten, masing-masing asisten terdiri paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian. Berdasarkan Pasal 10 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, fungsi Sekretariat Daerah adalah:

(1) Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah.

(2) Pengordinasian pelaksanaan tugas dinas daerah dan lembaga teknis daerah.

(3) Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai tugas dan fungsinya.

2) Sekretariat DPRD

(25)

DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah. Sekretariat DPRD dipimpin oleh sekretaris dewan dan terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian, dan masing-masing bagian terdiri dari 3 (tiga) subbagian. Sekretariat DPRD menyelenggarakan fungsi (Pasal 11 ayat (2) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah), antara lain:

(1) Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD. (2) Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD. (3) Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD.

(4) Penyediaan dan pengordinasian tenaga ahli yang diperlukan DPRD.

3) Dinas Daerah

Dinas daerah merupakan unsur pelaksana otonomi daerah. Dinas daerah mempunyai tugas melaksanakan urusan pemerintahan daerah berdasarkan asas otonomi dan tugas pembantuan. Dinas daerah dipimpin oleh kepala dinas. Dinas terdiri dari 1 (satu) sekretariat dan paling banyak 4 (empat) bidang, sekretariat terdiri dari 3 (tiga) subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari paling banyak 3 (tiga) seksi. Sedangkan, unit pelaksana teknis pada dinas terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Dinas daerah menyelenggarakan fungsi (Pasal 14 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah):

(1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya. (2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai

dengan lingkup tugasnya.

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. (4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai

(26)

4) Lembaga Teknis Daerah

Lembaga teknis daerah merupakan unsur pendukung tugas kepala daerah. Lembaga teknis daerah mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah yang bersifat spesifik. Lembaga teknis daerah sebagaimana dimaksud pada ayat (1), dapat berbentuk badan, kantor, dan rumah sakit. Lembaga teknis daerah yang berbentuk badan dipimpin oleh kepala badan, yang berbentuk kantor dipimpin oleh kepala kantor, dan yang berbentuk rumah sakit dipimpin oleh direktur. Lembaga teknis yang berbentuk badan terdiri dari 1 sekretariat dan paling banyak 4 bidang, terdiri dari 3 subbagian, dan masing-masing bidang terdiri dari 2 subbidang atau kelompok jabatan fungsional. Lembaga teknis yang berbentuk kantor terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan paling banyak 3 seksi. Sedangkan unit pelaksana teknis pada badan, terdiri dari 1 subbagian tata usaha dan kelompok jabatan fungsional. Lembaga teknis daerah menyelenggarakan fungsi (Pasal 15 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah):

(1) Perumusan kebijakan teknis sesuai dengan lingkup tugasnya. (2) Penyelenggaraan urusan pemerintahan dan pelayanan umum sesuai

dengan lingkup tugasnya.

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas sesuai dengan lingkup tugasnya. (4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai

dengan tugas dan fungsinya. 5) Kecamatan

(27)

subbagian. Camat menyelenggarakan tugas umum pemerintahan meliputi (Pasal 17 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah):

(1) Mengoordinasikan kegiatan pemberdayaan masyarakat.

(2) Mengoordinasikan upaya penyelenggaraan ketenteraman dan ketertiban umum.

(3) Mengoordinasikan penerapan dan penegakan peraturan perundang-undangan.

(4) Mengoordinasikan pemeliharaan prasarana dan fasilitas pelayanan umum.

(5) Menggoordinasikan penyelenggaraan kegiatan pemerintahan di tingkat kecamatan.

(6) Membina penyelenggaraan pemerintahan desa dan/atau kelurahan. (7) Melaksanakan pelayanan masyarakat yang menjadi ruang lingkup

tugasnya dan/atau yang belum dapat dilaksanakan pemerintahan desa atau kelurahan.

6) Kelurahan

Kelurahan merupakan wilayah kerja lurah sebagai perangkat daerah kabupaten/kota dalam wilayah kecamatan. Kelurahan dipimpin oleh lurah yang membawahi 1 sekretariat dan paling banyak 4 seksi.

Selain organisasi perangkat daerah di atas, ada beberapa lembaga yang dapat dibentuk oleh daerah berdasarkan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah yaitu:

1) Inspektorat

(28)

kabupaten/kota, pelaksanaan pembinanan atas penyelenggaraan pemerintah desa dan pelaksanaan urusan pemerintah desa. Inspektorat, menurut Pasal 12 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah menyelenggarakan fungsi:

(1) Perencanaan program pengawasan.

(2) Perumusan kebijakan dan fasilitasi pengawasan.

(3) Pemeriksaan, pengusutan, pengujian, dan penilaian tugas pengawasan.

2) Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah

Menurut Pasal 13 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang organisasi perangkat daerah, badan perencanaan dan pembangunan daerah merupakan unsur perencana penyelenggaraan pemerintahan daerah yang mempunyai tugas melaksanakan penyusunan dan pelaksanaan kebijakan daerah di bidang perencanaan pembangunan daerah. Badan ini menyelenggarakan fungsi:

(1) Perumusan kebijakan teknis perencanaan.

(2) Pengordinasian penyusunan perencanaan pembangunan.

(3) Pembinaan dan pelaksanaan tugas di bidang perencanaan pembangunan daerah.

(4) Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh bupati/walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

3) Rumah sakit daerah

Rumah sakit daerah berbentuk rumah sakit umum dan rumah sakit khusus daerah. Rumah sakit umum daerah terdiri atas 4 (empat) kelas:

a) Rumah sakit umum daerah terdiri dari 4 (empat) kelas: (1) Rumah sakit umum daerah kelas A.

(29)

terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional dan/atau terdiri dari 2 (dua) seksi. Pada wakil direktur sebagaimana dimaksud pada ayat (1) yang membidangi administrasi umum terdiri dari paling banyak 4 (empat) bagian dan bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian.

(2) Rumah sakit umum daerah kelas B.

Rumah sakit umum daerah kelas B terdiri dari paling banyak 3 (tiga) wakil direktur, dan masing-masing wakil direktur terdiri dari paling banyak 3 (tiga) bagian/bidang, masing-masing bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi.

(3) Rumah sakit umum daerah kelas C.

Rumah sakit umum daerah kelas C terdiri dari 1 (satu) bagian dan paling banyak 3 (tiga) bidang, bagian terdiri dari paling banyak 3 (tiga) subbagian dan masing-masing bidang membawahkan kelompok jabatan fungsional atau terdiri dari paling banyak 2 (dua) seksi.

(4) Rumah sakit umum daerah kelas D.

Rumah sakit umum daerah kelas D terdiri dari (satu) subbagian tata usaha dan 2 (dua) seksi.

b) Rumah sakit khusus daerah terdiri dari 2 (dua) kelas yaitu: (1) Rumah sakit khusus daerah kelas A.

(30)

(2) Rumah sakit khusus daerah kelas B.

Rumah sakit khusus daerah kelas B terdiri dari 1 (satu) subbagian tata usaha dan paling banyak 3 (tiga) seksi.

Penetapan kriteria rumah sakit umum daerah dan rumah sakit khusus daerah dilakukan oleh menteri kesehatan setelah berkoordinasi tertulis dengan menteri dan menteri yang membidangi urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

4) Staf ahli

Walikota/bupati dalam melaksanakan tugasnya dapat dibantu oleh staf ahli yang diangkat dan diberhentikan oleh bupati/walikota dari pegawai negeri sipil. Tugas dan fungsi staf ahli bupati/walikota ditetapkan oleh walikota di luar tugas dan fungsi perangkat daerah. 5) Unit pelayanan terpadu.

Untuk meningkatkan dan keterpaduan pelayanan masyarakat di bidang perizinan yang bersifat lintas sektor, gubernur/bupati/walikota dapat membentuk unit pelayanan terpadu. Unit pelayanan terpadu merupakan gabungan dari unsur-unsur perangkat daerah yang menyelenggarakan fungsi perizinan. Unit pelayanan terpadu didukung oleh sebuah sekretariat sebagai bagian dari perangkat daerah. Pedoman organisasi dan tata kerja unit pelayanan terpadu ditetapkan oleh Menteri setelah mendapat pertimbangan dari menteri yang menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pendayagunaan aparatur negara.

b. Besaran organisasi dan perumpunan perangkat daerah a) Penentuan besaran organisasi.

Menurut Pasal 19 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, pada ayat (1) menyatakan besaran organisasi perangkat daerah ditetapkan berdasarkan variabel:

(31)

b) Luas wilayah.

c) Jumlah Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD).

Pada Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah memberikan batasan mengenai jumlah organisasi perangkat daerah di sebuah pemerintah kabupaten/kota. Batasan mengenai besaran organisasi perangkat daerah kabupaten/kota dijelaskan sebagai berikut:

a) Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40 terdiri dari:

(1) Sekretariat daerah, terdiri dari paling bayak 3 asisten. (2) Sekretariat DPRD.

(3) Dinas paling banyak 12 (dua belas).

(4) Lembaga teknis daerah paling banyak 8 (delapan). (5) Kecamatan.

(6) Kelurahan.

b) Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 (empat puluh) sampai dengan 70 (tujuh puluh) terdiri dari:

(1) Sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 (tiga) asisten. (2) Sekretariat DPRD.

(3) Dinas paling banyak 15 (lima belas).

(4) Lembaga teknis daerah paling banyak 10 (sepuluh). (5) Kecamatan.

(6) Kelurahan.

c) Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70 (tujuh puluh) terdiri dari:

(1) Sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 4 (empat) asisten. (2) Sekretariat DPRD.

(3) Dinas paling banyak 18 (delapan belas).

(32)

(6) Kelurahan.

b) Perumpunan perangkat daerah

Penyusunan organisasi perangkat daerah berdasarkan pertimbangan adanya urusan pemerintah yang perlu ditangani. Perangkat daerah yang dibentuk untuk melaksanakan urusan pilihan, berdasarkan pertimbangan adanya urusan yang secara nyata ada sesuai dengan kondisi, kekhasan dan potensi unggulan daerah. Penanganan urusan tidak harus dibentuk dalam bentuk dinas daerah, bisa lembaga lainnya. Perumpunan organisasi perangkat daerah dibagi menjadi dua:

a) Perumpunan urusan yang diwadahi dalam bentuk dinas yang diatur Pasal 22 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah terdiri dari:

(a) Bidang sosial, pemudah, dan olahraga. (b) Bidang kesehatan.

(c) Bidang sosial, tenaga kerja, dan transmigrasi. (d) Bidang perhubungan, komunikasi, dan informatika. (e) Bidang kependudukan dan catatan sipil.

(f) Bidang kebudayaan dan pariwisata.

(g) Bidang pekerjaan umum yang meliputi bina marga, pengairan, cipta karya, dan tata ruang.

(h) Bidang perekonomian yang meliputi koperasi dan usaha mikro, kecil, dan menengah, industri dan perdagangan.

(i) Bidang pelayanan pertanahan.

(j) Bidang pertanian yang meliputi tanaman pangan, peternakan, perikanan darat, kelautan dan perikanan, perkebunan dan kehutanan.

(k) Bidang pertambangan dan energi.

(l) Bidang pendapatan, pengelolaan keuangan daerah dan aset.

(33)

Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah terdiri dari:

(a) Bidang perencanaan pembangunan dan statistik. (b) Bidang penelitian dan pengembangan.

(c) Bidang kesatuan bangsa, politik dan perlindungan masyarakat. (d) Bidang lingkungan hidup.

(e) Bidang ketahanan pangan. (f) Bidang penanaman modal.

(g) Bidang perpustakaan, arsip, dan dokumentasi.

(h) Bidang pemberdayaan masyarakat dna keluarga berencana. (i) Bidang kepegawaian, pendidikan, dan pelatihan.

(j) Bidang pengawasan.

(k) Bidang pelayanan kesehatan. 3. Tinjauan tentang Organisasi

a. Definisi Organisasi

1) Menurut James L. Gibson

Organisasi adalah entitas-entitas yang memungkinkan masyarakat mencapai hasil-hasil tertentu, yang tidak mungkin dilaksanakan oleh individu-individu yang bertindak secara sendiri (Gibson dalam Robbins, 2004: 13).

2) Menurut L. F. Urwick

Organisasi adalah alat untuk menciptakan barang-barang dan menyelenggarkan jasa-jasa. Organisasi menciptakan kerangka, di mana banyak di antara kita melaksanakan proses kehidupan. Sehubungan dengan itu dapat kita mengatakan bahwa organisasi menimbulkan pengaruh besar atas perilaku kita (J. Winardi, 2003: 3).

3) Menurut Winardi

(34)

saling berinteraksi dalam upaya mencapai sasaran-sasaran atau tujuan organisasi yang bersangkutan (J. Winardi, 2003: 3).

b. Alasan Pembentukan Organisasi

Alasan pembentukan organisasi adalah (J. Winardi, 2003: 3-5): 1) Alasan sosial

Banyak organisasi dibentuk untuk memenuhi kebutuhan manusia untuk pergaulan. Hal ini sama terlihat pada organisasi yang memiliki sasaran intelektual atau ekonomi. Adakalanya kebutuhan-kebutuhan sosial seseorang demikian sempurna terpenuhi oleh perusahaan tempat ia bekerja, sehingga orang melontarkan kata-kata pekerjaan adalah kehidupannya. Jadi, dapat dikatakan bahwa manusia berorganisasi karena ia membutuhkan dan menikmati kepuasan sosial yang diberikan oleh organisasi.

2) Alasan material

Manusia juga melaksanakan kegiatan pengorganisasian karena alasan-alasan material. Melalui bantuan organisasi, manusia dapat melakukan tiga macam hal yang tidak mungkin dilakukannya sendiri yakni:

a) Ia dapat memperbesar kemampuannya.

Alasan ini bagi organisasi berarti melalui organisasi manusia dapat melaksanakan aneka macam tugas atau pekerjaan secara lebih efisien, dibandingkan dengan situasi apabila ia bekerja sendiri tanpa bantuan pihak lain.

b) Ia dapat menghemat waktu yang diperlukan untuk mencapai sesuatu sasaran, melalui bantuan sebuah organisasi.

(35)

dibandingkan dengan efisiensi biasa. Suatu sasaran yang dapat dilaksanakan oleh seorang individu atau oleh sebuah kelompok yang relatif kecil, dapat dialihkan kepada sebuah organisasi besar, sekalipun kelompok yang lebih besar tersebut akan memerlukan lebih banyak upaya atau lebih banyak biaya untuk melaksanakan.

c) Ia dapat menarik manfaat dari pengetahuan generasi-generasi sebelumnya, yang telah dihimpun.

Kemampuan organisasi untuk menghemat waktu, yang diperlukan untukmencapai suatu sasaran merupakan alasan material kedua untuk eksistensi organisasi tersebut. Dalam banyak kasus, upaya mengurangi waktu total yang diperlukan, jauh lebih penting dibandingkan dengan efisiensi biasa. Suatu sasaran yang dapat dilaksanakan oleh seorang individu atau oleh sebuah kelompok yang relatif kecil, dapat dialihkan kepada sebuah organisasi besar, sekalipun kelompok yang lebih besar tersebut akan memerlukan lebih banyak upaya atau lebih banyak biaya untuk melaksanakan.

c. Ciri-Ciri Organisasi

Ciri-ciri umum organisasi, menurut Schein dalam Robbins (2004: 12-15):

1) Koordinasi upaya

Para individu yang bekerja sama dan mengkoordinasi upaya mental atau fisik mereka dapat mencapai banyak hal yang hebat dan menakjubkan. Dapat terlihat pada piramida di Mesir dan Candi Borobudur di Indonesia. Seluruh karya itu jauh melampaui bakat dan kemampuan seorang individu tunggal. Kontribusi upaya memperbesar kontribusi-kontribusi individual.

2) Tujuan umum bersama

(36)

yang merupakan kepentingan bersama. Sebuah tujuan umum bersama memberikan kepada anggota sesuatu organisasi sebuah rangsangan untuk bertindak.

3) Pembagian kerja

Dengan jalan membagi-bagi tugas yang kompleks menjadi pekerjaan yang terspesialisasi, maka sesuatu organisasi dapat memanfaatkan sumber-sumber daya manusianya secara efisien. Pembagian kerja memungkinkan para anggota organisasi menjadi lebih terampil dan mampu karena tugas terspesialisasi dilaksanakan secara berulang-ulang.

4) Hirarki otoritas

Menurut teori organisasi tradisional, apabila ingin dicapai sesuatu hasil melalui upaya kolektif formal, maka harus ada orang yang diberikan otoritas untuk melaksanakan kegiatan agar tujuan yang diinginkan dilaksanakan secara efektif dan efisien.

4. Tinjauan tentang Peraturan Pemerintah a. Definisi peraturan pemerintah.

Peraturan Pemerintah adalah Peraturan Perundang-undangan yang ditetapkan oleh Presiden untuk menjalankan Undang-Undang sebagaimana mestinya.

b. Ciri-ciri Peraturan Pemerintah.

A. Hamid S. Attamimi dalam Maria Farida Indrati Soeprapto (2008: 195) menjelaskan beberapa ciri Peraturan Pemerintah sebagai berikut:

1) Peraturan Pemerintah tidak dapat dibetuk tanpa terlebih dulu ada undang-undang yang menjadi induknya.

(37)

3) Ketentuan Peraturan Pemerintah tidak dapat menambah atau mengurangi ketentuan undang-undang yang bersangkutan.

4) Untuk menjalankan, menjabarkan, atau merinci ketentuan undang, Peraturan Pemerintah dapat dibentuk meski ketentuan undang-undang tidak memintanya secara tegas.

5) Ketentuan-ketentuan Peraturan Pemerintah berisi peraturan atau gabungan peraturan dan penetapan: Peraturan Pemerintah tidak berisi penetapan semata-mata.

Untuk mengetahui lebih jelas beberapa karakteristika khusus yang ada pada Peraturan Pemerintah, dapat dikemukakan penjelasan sebagai berikut:

1) Regederingsverordering yang sudah ada pada zaman Hindia Belanda

(38)

2) Peraturan Pemerintah dapat dibentuk meski undang-undang yang bersangkutan tidak memintanya dengan tegas-tegas, atau meski undang-undang itu tidak menyatakan dalam ketentuannya tentang perlunya sebuah Peraturan Pemerintah. Meskipun Peraturan Pemerintah merupakan peraturan pendelegasian dari undang-undang dan mendelegasikan kewenangan memerlukan pernyataan yang tegas, namun dalam hal Peraturan Pemerintah ini pendelegasian kewenangan itu sudah dilakukan secara tidak langsung dalam UUD 1945 Pasal 5 ayat (2) dalam wujud kekuasaan reglementer. Sebaliknya Peraturan Pemerintah tidak dapat dibentuk meski kekuasaan reglementer sudah diberikan oleh UUD 1945, mengingat sifat dan hakekat Peraturan Pemerintah yang berfungsi menjalankan undang-undang.

3) Sebagaimana halnya peraturan yang menjalankan peraturan yang lebih tinggi (dalam hal ini undang-undang) suatu Peraturan Pemerintah tidak dapat mengubah materi yang ada dalam undang-undang yang dijalankannya, tidak menambah, tidak mengurangi, dan tidak menyisipi suatu ketentuan, serta tidak memodifikasi materi dan pengertian yang telah ada dalam undang-undang yang menjadi induknya.

4) Dari nama yang diberikan oleh UUD 1945 sendiri dapat diketahui, suatu Peraturan Pemerintah hanya dapat berisi peraturan atau kombinasi peraturan dan penetapan, namun tidak dapat berisi hanya penetapan semata-mata (penetapan yang diperlukan untuk menjalankan undang-undang ialah keputusan presiden).

5) Kecuali apabila sangat diperlukan, suatu Peraturan Pemerintah tidak mendelegasikan lagi kewenangan yang diperolehnya kepada peraturan

(39)

tidak dilarang meskipun tidak dipujikan (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2008: 195 – 197).

c. Materi Muatan Peraturan Pemerintah

Sesuai dengan sifat dan hakikat Peraturan Pemerintah yang merupakan peraturan delegasi dari undang-undang atau peraturan yang melaksanakan suatu undang-undang, maka materi muatan Peraturan Pemerintah adalah seluruh materi muatan undang-undang tetapi sebatas yang dilimpahkan, artinya sebatas yang perlu dijalankan atau diselenggarakan lebih lanjut oleh Peraturan Pemerintah.

Pasal 10 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 2004 tentang Pembentukan Peraturan Perundang-Undangan Pasal 9 menetapkan bahwa materi muatan Peraturan Pemerintah berisi materi untuk menjalankan undang-undang sebagaimana mestinya. Dalam penjelasan Pasal 10 dirumuskan, bahwa yang dimaksud dengan sebagaimana mestinya adalah materi muatan yang diatur dalam Peraturan Pemerintah tidak boleh menyimpang dari materi yang diatur dalam undang-undang yang bersangkutan.

d. Fungsi Peraturan Pemerintah

Sebagai peraturan yang mendapatkan delegasi dari undang-undang, fungsi Peraturan Pemerintah adalah menyelenggarakan (Maria Farida Indrati Soeprapto, 2008: 197):

1) Peraturan lebih lanjut ketentuan dalam undang-undang yang tegas-tegas menyebutnya.

(40)

2) Menyelenggarakan pengaturan lebih lanjut ketentuan lain dalam undang-undang yang mengaturnya meskipun tidak tegas-tegas menyebutnya.

Apabila suatu ketentuan dalam undang-undang memerlukan pengaturan lebih lanjut, sedangkan di dalam ketentuan tersebut tidak menyebutkan secara tegas-tegas untuk diatur dengan Peraturan Pemerintah, maka presiden dapat membentuk Peraturan Pemerintah sepanjang hal itu merupakan pelaksanaan lebih lanjut dari undang-undang tersebut. Pelaksanaan ketentuan dalam undang-undang yang tidak tegas-tegas memerintahkan itu dilandasi suatu kenyataan, bahwa ketentuan dalam Pasal 5 ayat (2) UUD 1945 telah merupakan delegasi kepada setiap Peraturan Pemerintah untuk melaksanakan undang-undang.

B. Kerangka Pemikiran

Umpan Balik

Umpan Balik

Pasal 128 ayat (1) dan (2) UU

Pela ksa Fakt

or

PP Nomor 41 Tahun Susunan dan organisasi

(41)
(42)

BAB III

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Pelaksanaan Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah di Pemerintah Kota Surakarta.

Dalam hal penataan kelembagaan perangkat daerah agar kelembagaan tersebut efektif dan efisien sesuai dengan kebutuhan harus memperhatikan:

a. Urusan wajib dan pilihan yang dimiliki oleh pemerintah daerah. b. Karakteristik, potensi, dan kebutuhan daerah.

c. Kemampuan keuangan daerah. d. Ketersediaan sumber daya aparatur.

e. Pengembangan pola kerjasama antar daerah atau dengan pihak ketiga. Lampiran Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah menjelaskan untuk kota di daerah Pulau Jawa dan Madura dipakai indikator sebagai berikut:

1. Jumlah Penduduk, diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kota dengan penduduk kurang dari 100. 000 jiwa diberi nilai 4.

b. Kota dengan penduduk antara 100. 001 – 200. 000 jiwa diberi nilai 16. c. Kota dengan penduduk antara 200. 001 – 300. 000 diberi nilai 24. d. Kota dengan penduduk antara 300. 001 – 400. 000 diberi nilai 32. e. Kota dengan penduduk lebih dari 400. 000 diberi nilai 40.

2. Luas Wilayah diklasifikasikan sebagai berikut:

(43)

3. Jumlah Anggaran Pendapatan Dan Belanja Daerah diklasifikasikan sebagai berikut:

a. Kota dengan jumlah APBD kurang dari 200 miliar diberi nilai 5. b. Kota dengan jumlah APD antara 200. 000. 000. 001, 00 – 400 miliar

diberi skor 10.

c. Kota dengan jumlah APBD antara 400. 000. 000. 001 – 600 miliar diberi skor 15.

d. Kota dengan jumlah APBD antara 600. 000. 000. 001 – 800 miliar diberi skor 20.

e. Kota dengan jumlah APBD lebih dari 800 miliar diberi skor 25.

Kategori A, B, C ditentukan dengan mengacu pada Pasal 21 Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah, yaitu:

1. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai kurang dari 40, masuk kategori A, terdiri dari:

a. Sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten. b. Sekretariat DPRD.

c. Dinas daerah paling banyak 12 buah.

d. Lembaga teknis daerah paling banyak 8 buah. e. Kecamatan.

f. Kelurahan.

2. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai antara 40 sampai dengan 70, masuk kategori B terdiri dari:

a. Sekretariat daerah, terdiri dari paling banyak 3 asisten. b. Sekretariat DPRD.

c. Dinas daerah banyak 15 buah.

d. Lembaga teknis daerah paling banyak 10 buah. e. Kecamatan.

(44)

3. Besaran organisasi perangkat daerah dengan nilai lebih dari 70, masuk kategori C, terdiri dari:

a. Sekretariat Dinas, terdiri dari paling banyak 4 asisten. b. Dinas daerah paling banyak 18 buah.

c. Lembaga teknis daerah paling banyak 12 buah. d. Kecamatan.

e. Kelurahan.

Berdasarkan ketentuan di atas, maka besaran scoring organisasi perangkat daerah Kota Surakarta nilainya 67 berdasarkan skor tersebut masuk tipe B (skore 40 – 70), dengan perhitungan sebagai berikut:

1. Jumlah penduduk 518. 000 jiwa : skore 40 2. Luas wilayah < 50 km2 : skore 7 3. Jumlah APBD Rp. 765. 271. 047. 791 : skore 20

Dalam rangka penataan kelembagaan daerah telah ditetapkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, didalam peraturan daerah tersebut jumlah dan besaran kelembagaan perangkat daerah telah dibatasi sesuai dengan perhitungan skoring. Besaran organisasi perangkat daerah Kota Surakarta sesuai variabel nilainya 67 sehingga masuk tipe B yang terdiri dari: 1. Sekretariat Daerah, membawahkan paling banyak 3 Asisten.

2. Sekretariat DPRD.

3. Dinas Daerah paling banyak 15 di luar Keuangan.

4. Lembaga Teknis Daerah paling banyak 10, di luar Inspektorat, Kepegawaian, Satuan Polisi Pamong Praja dan Rumah Sakit Daerah.

(45)

Kabupaten/Kota. Urusan Pemerintahan, dalam Pasal 1 angka 5 Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mempunyai pengertian fungsi-fungsi pemerintahan yang menjadi hak dan kewajiban setiap tingkatan dan/atau susunan pemerintahan untuk mengatur dan mengurus fungsi-fungsi tersebut yang menjadi kewenangannya dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat.

Oleh sebab itu, untuk mengurus fungsi-fungsi yang menjadi hak dan kewajiban yang menjadi kewenangan dalam rangka melindungi, melayani, memberdayakan, dan menyejahterakan masyarakat dibentuklah dinas dan badan untuk mengurusi fungsi-fungsi tersebut. Urusan pemerintahan yang diserahkan kepada pemerintahan daerah kabupaten/kota tidak semuanya merupakan urusan wajib, ada juga urusan pilihan. Urusan wajib, sebagaimana yang diatur dalam Pasal 7 ayat (1) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mempunyai arti urusan pemerintahan yang wajib diselenggarakan oleh pemerintahan daerah provinsi dan pemerintahan daerah kabupaten/kota, berkaitan dengan pelayanan dasar.

Sedangkan urusan pilihan, sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (3) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, mempunyai arti urusan pemerintahan yang secara nyata ada dan berpotensi untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat sesuai dengan kondisi, kekhasan, dan potensi unggulan daerah yang bersangkutan.

(46)

Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah: pendidikan; kesehatan; lingkungan hidup; pekerjaan umum; penataan ruang; perencanaan pembangunan; perumahan; kepemudaan dan olahraga; penanaman modal; koperasi dan usaha kecil dan menengah; kependudukan dan catatan sipil; ketenagakerjaan; ketahanan pangan; pemberdayaan perempuan dan perlindungan anak; keluarga berencana dan keluarga sejahtera; perhubungan; komunikasi dan informatika; pertanahan; kesatuan bangsa dan politik dalam negeri; otonomi daerah, pemerintahan umum, administrasi keuangan daerah, perangkat daerah, kepegawaian, dan persandian; pemberdayaan masyarakat dan desa; sosial; kebudayaan; statistik; kearsipan; dan perpustakaan. Sedangkan urusan pilihan pemerintahan daerah kabupaten/kota, sebagaimana diatur Pasal 7 ayat (4) Peraturan Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota adalah kelautan dan perikanan; pertanian; kehutanan; energi dan sumber daya mineral; pariwisata; industri; perdagangan; dan ketransmigrasian.

(47)

Pemerintah Nomor 38 Tahun 2007 tentang Pembagian Urusan Pemerintahan antara Pemerintah, Pemerintahan Daerah Provinsi, dan Pemerintahan Daerah Kabupaten/Kota, bukan urusan wajib, melainkan urusan pilihan.

Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah itu sendiri. Berdasarkan wawancara, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah ini lebih proporsional dan lebih tegas.

Lebih proporsional artinya besaran organisasi perangkat daerah dibagi dalam kategori minimal, sedang, dan maksimal. Untuk kategori minimal, perangkat daerah dibatasi maksimal 12 dinas dan 8 lembaga teknis. Daerah kategori sedang dibatasi maksimal 15 dinas dan 10 lembaga teknis. Sedangkan daerah kategori maksimal bisa membentuk 18 dinas dan 12 lembaga teknis.

Penentuan kategori dan besaran organisasi perangkat daerah, Peraturan Pemerintah Nomor 41 Tahun 2007 tentang Organisasi Perangkat Daerah menggunakan tiga variabel. Yaitu, jumlah penduduk, luas wilayah, dan jumlah anggaran pendapatan dan belanja daerah (APBD). Bobot setiap variabel adalah 40 persen (jumlah penduduk), 35 persen (luas wilayah), dan 25 persen (jumlah APBD). Setiap variabel dibagi ke dalam beberapa kelas interval. Khusus variabel jumlah penduduk dan luas wilayah, kelas interval provinsi di Jawa dibedakan dengandari provinsi di luar Jawa. Selain itu, kelas interval kabupaten/kota di Jawa dan Madura dibedakan dari daerah lain di luar kedua pulau tersebut.

(48)

Dalam rangka pembinaan dan pengendalian organisasi, peraturan daerah tentang organisasi perangkat daerah dan peraturan pelaksanaannya yang bertentangan dengan peraturan pemerintah ini dapat dibatalkan pemerintah. Konsekuensinya, pembatalan hak-hak keuangan dan kepegawaian serta tindakan administratif lainnya. Selain ditujukan untuk memberikan arah dan pedoman yang jelas kepada daerah dalam menata organisasi yang efisien, efektif, dan rasional, peraturan ini mempunyai misi mendorong koordinasi, integrasi, sinkronisasi, dan simplifikasi serta komunikasi kelembagaan antara pusat dan daerah.

Berdasarkan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta. Berdasarkan perda tersebut, organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Surakarta terdiri dari:

1. Sekretariat Daerah. 2. Sekretariat DPRD.

3. Dinas Daerah, yang terdiri dari:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga. b. Dinas Kesehatan.

c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi. d. Dinas Perhubungan.

e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil. f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

g. Dinas Pekerjaan Umum. h. Dinas Tata Ruang Kota.

i. Dinas Kebersihan dan Pertamanan.

j. Dinas Koperasi dan Usaha Mikro Kecil Menengah (UMKM). k. Dinas Perindustrian dan Perdagangan.

(49)

n. Dinas Pendapatan, Pengelolaan Keuangan dan Aset. o. Dinas Komunikasi dan Informatika.

4. Lembaga teknis daerah, yang terdiri dari: a. Inspektorat.

b. Badan Perencanaan Pembangunan Daerah. c. Badan Kepegawaian Daerah.

d. Badan Lingkungan Hidup.

e. Badan Pemberdayaan Masyarakat, Pemberdayaan Perempuan, Perlindungan Anak dan Keluarga Berencana.

f. Kantor Kesatuan Bangsa, Politik, dan Perlindungan Masyarakat. g. Kantor Arsip dan Perpustakaan Daerah.

h. Kantor Ketahanan Pangan. i. Kantor Penanaman Modal. j. Rumah Sakit Umum Daerah. 5. Kantor Pelayanan Perijinan Terpadu. 6. Satuan Polisi Pamong Praja.

7. Kecamatan-kecamatan. 8. Kelurahan-kelurahan.

Berikut akan dijelaskan satu persatu tentang organisasi dan tata kerja perangkat daerah Kota Surakarta sesuai dengan Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 8 Tahun 2008.

1. Sekretariat Daerah

(50)

pokok membantu Walikota dalam menyusun kebijakan dan mengoordinasikan Sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga Teknis Daerah, Satpol PP, Lembaga Lain, Kecamatan, dan Kelurahan.

Untuk melaksanakan tugas pokok, Sekretariat Daerah menyelenggarakan fungsi (Pasal 3 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

a. Penyusunan kebijakan pemerintahan daerah.

b. Pengoordinasian pelaksanaan sekretariat DPRD, Dinas Daerah, Lembaga teknis daerah, satpol PP, lembaga lain, kecamatan, dan kelurahan.

c. Pemantauan dan evaluasi pelaksanaan kebijakan pemerintahan daerah. d. Pembinaan administrasi dan aparatur pemerintahan daerah.

e. Pelaksanaan tugas lain yang diberikan oleh walikota sesuai dengan tugas dan fungsinya.

2. Sekretariat DPRD.

Sekretariat DPRD, menurut Pasal 5 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, merupakan unsur pelayanan terhadap DPRD yang dipimpin oleh seorang Sekretaris DPRD yang berkedudukan secara teknis operasional berada di bawah dan tanggung jawab kepada pimpinan DPRD dan secara administratif bertanggung jawab kepada walikota melalui Sekretaris Daerah. Sekretariat DPRD mempunyai tugas menyelenggarakan administrasi kesekretariatan, administrasi keuangan, mendukung pelaksanaan tugas dan fungsi DPRD, dan menyediakan serta mengoordinasikan tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD sesuai dengan kemampuan keuangan daerah.

(51)

Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

a. Penyelenggaraan administrasi kesekretariatan DPRD. b. Penyelenggaraan administrasi keuangan DPRD. c. Penyelenggaraan rapat-rapat DPRD.

d. Penyediaan dan pengoordinasian tenaga ahli yang diperlukan oleh DPRD.

3. Dinas Daerah

Dinas daerah adalah lembaga yang menangani urusan pemerintah, baik yang wajib maupun pilihan, diwadahi dalam bentuk dinas. Dinas daerah di Pemerintah Kota Surakarta menurut Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta adalah:

a. Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga.

Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga, menurut Pasal 8 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, menyelenggarakan urusan pemerintah di bidang pendidikan, pemuda, dan olahraga dan melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Pendidikan, Pemuda, dan Olah Raga menyelenggarakan fungsi (Pasal 8 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

(52)

3) Penyelenggaraan pembinaan teknis pendidikan dasar dan anak usia dini.

4) Penyelenggaraan dan pembinaan teknis pendidikan menengah, non formal, kepemudaan, dan olah raga.

5) Pembinaan tenaga pendidik dan kependidikan. 6) Penyelenggaraan sosialisasi.

7) Pembinaan jabatan fungsional.

8) Pengelolaan unit pelaksana teknis daerah (UPTD). b. Dinas Kesehatan.

Dinas Kesehatan, menurut Pasal 10 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang kesehatan dan dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokok, Dinas Kesehatan menyelenggarakan fungsi (Pasal 10 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

3) Penyelenggaraann promosi kesehatan.

4) Pengendalian penyakit dan penyehatan lingkungan. 5) Penyelenggaraan upaya kesehatan.

6) Penyelenggaraan bina kesehatan.

7) Penyelenggaraan dan pembinaan teknis rumah sakit dan kesehatan khusus.

(53)

9) Penyelenggaraan registrasi, akreditasi, dan ijin praktek. 10)Pencegahan dan pemberantasan penyakit.

11)Peningkatan kesehatan masyarakat dan lingkungan. 12)Peningkatan kesehatan ibu dan anak.

13)Pembinaan kesehatan remaja dan usia lanjut. 14)Penyelenggaraan sosialisasi.

15)Pembinaan jabatan fungsional.

16)Pengelolaan unit pelaksana teknis daerah (UPTD). c. Dinas Sosial, Tenaga Kerja, Dan Transmigrasi.

Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi, menurut Pasal 12 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang sosial, tenaga kerja, dan ketransmigrasian dan dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Sosial, Tenaga Kerja, dan Transmigrasi menyelenggarakan fungsi:

1) Penyelenggaraan keskretariatan dinas.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

3) Penyelenggaraan rehabilitasi dan bantuan sosial.

4) Penyelenggaraan informasi, pelatihan dan penempatan tenaga kerja Dalam dan Luar Negeri.

5) Pembinaan pengusaha dan organisasi pekerja, penyelesaian perselisihan dan pengupahan pekerja.

6) Pengawasan norma kerja, kesehatan, dan keselamatan kerja. 7) Penyelenggaraan ketransmigrasian.

(54)

10)Pengelolaan unit pelaksana teknis daerah (UPTD). d. Dinas Perhubungan.

Dinas Perhubungan, menurut Pasal 14 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang perhubungan dan dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Perhubungan menyelenggarakan fungsi (Pasal 14 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, dan evaluasi, dan pelaporan.

3) Penyelenggaraan manajemen dan rekayasi lalulintas. 4) Pengaturan angkutan orang dan barang.

5) Pembinaan usaha sarana dan prasarana teknis kendaraan dan bengkel.

6) Penyelenggaraan uji kendaraan.

7) Penyelenggaraan pengelolaan terminal. 8) Penyelenggaraan pengelolaan perparkiran. 9) Penyelenggaraan sosialisasi.

10)Pembinaan jabatan fungsional.

11)Pengelolaan unit pelaksana teknis daerah (UPTD). e. Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil.

(55)

catatan sipil dan dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugas pokoknya, Dinas Kependudukan dan Pencatatan Sipil, menyelenggarakan fungsi (Pasal 16 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

3) Pengelolaan data dan statistik.

4) Pengelolaan administrasi kependudukan.

5) Pencatatan dan penerbitan akta-akta kependudukan dan pencatatan sipil.

6) Pengelolaan dan pelayanan dokumen. 7) Penyelenggaraan sosialisasi.

8) Pembinaan jabatan fungsional. f. Dinas Kebudayaan dan Pariwisata.

Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, menurut Pasal 18 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, mempunyai tugas pokok menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pariwisata, seni, sejarah, kebudayaan, dan purbakala dan dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

(56)

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

3) Penyelenggaraan dan pembinaan usaha akomodasi wisata, rekreasi dan hiburan umum.

4) Pembinaan dan pengembangan kesenian, bahasa dan budaya. 5) Pelestarian nilai-nilai sejarah dan kepurbakalaan.

6) Pembinaan pelaku wisata.

7) Pengendalian dan pengembangan aset wisata, seni, dan kebudayaan.

8) Pemasaran wisata.

9) Penyelenggaraan sosialisasi. 10)Pembinaan jabatan fungsional.

11)Pengelolaan unit pelaksana teknis dinas (UPTD). g. Dinas Pekerjaan Umum.

Dinas Pekerjaan Umum, menurut Pasal 20 Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta, mempunyai tugas menyelenggarakan urusan pemerintahan di bidang pekerjaan umum dan dalam melaksanakan tugas dipimpin oleh seorang Kepala Dinas yang berkedudukan di bawah dan bertanggung jawab kepada Walikota melalui Sekretaris Daerah.

Untuk melaksanakan tugasnya, Dinas Pekerjaan Umum menyelenggarakan fungsi (Pasal 20 ayat (3) Peraturan Daerah Kota Surakarta Nomor 6 Tahun 2008 tentang Organisasi Dan Tata Kerja Perangkat Daerah Kota Surakarta):

1) Penyelenggaraan kesekretariatan dinas.

2) Penyusunan rencana program, pengendalian, evaluasi, dan pelaporan.

Referensi

Dokumen terkait

Penyakit yang sering menyerang Sapi di peternakan ini adalah penyakit Mastitis. Ciri-ciri susu sapi sudah terjangkit penyakit ini ialah : susunya berwarna kebiru-biruan dan

Tehnik pengumpulan data yang digunakan pada penelitian ini adalah sebagai berikut: pertama dengan metode observasi,Observasi dilakukan selama proses pembelajaran berlangsung un-

Analisa ini berupa data akurasi yang akan dibandingkan antara alat dengan Google Earth.yang mana dari data tersebut dapat disimpulkan letak akurasi yang

Oleh karena itu, hingga tahun 1989, tepatnya sampai disahkan Undang Undang Nomor 7 Tahun 1989 tentang Peradilan Agama, Peradilan Agama masih belum bisa disebut sebagai

[r]

[r]

struktur jaringan penyusun organ pada sistem sirkulasi dan mengaitkannya dengan bioprosesnya sehingga dapat menjelaskan mekanisme peredaran darah serta gangguan