• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Kesehatan - Penggunaan media sosial (facebook dan twitter)terkait dengan pencarian informasi kesehatan oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1 Komunikasi Kesehatan - Penggunaan media sosial (facebook dan twitter)terkait dengan pencarian informasi kesehatan oleh Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara"

Copied!
27
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Komunikasi Kesehatan

Menurut Notoatmodjo (2007), komunikasi kesehatan adalah usaha yang sistematis untuk mempengaruhi secara positif perilaku kesehatan masyarakat, dengan menggunakan berbagai prinsip dan metode komunikasi, baik menggunakan komunikasi interpersonal, maupun komunikasi massa.

Komunikasi kesehatan meliputi informasi tentang pencegahan penyakit, promosi kesehatan, kebijakan pemeliharaan kesehatan, kebijaksanaan pemeliharaan kesehatan, regulasi bisnis dalam bidang kesehatan, yang sejauh mungkin mengubah dan membaharui kualitas individu dalam suatu komunitas atau masyarakat dengan mempertimbangkan aspek ilmu pengetahuan dan etika (Health Communication

Partnership’s M/MC Health Communication Materials Database, 2004).

Agar terjadi komunikasi yang efektif antara pihak satu dengan pihak yang lain, antara kelompok satu dengan yang lain, atau seseorang dengan orang lain, diperlukan keterlibatan beberapa unsur komunikasi, yakni : komunikator, komunikan, pesan dan saluran atau media.

1. Komunikator (source)

(2)

atau pihak lain tersebut tidak memberikan respons atau jawaban, berarti tidak terjadi komunikasi antara kedua variabel tersebut.

2. Komunikan (receiver)

Komunikan adalah pihak yang menerima stimulus dan memberikan respons terhadap stimulus terebut. Respons tersebut dapat bersifat pasif yakni memahami atau mengerti apa yang dimaksud oleh komunikan, atau dalam bentuk aktif yakni dalam bentuk ungkapan melalui bahasa lisan atau tulisan (verbal) atau menggunakan simbol-simbol (nonverbal). Menerima stimulus saja tanpa memberikan respons belum terjadi proses komunikasi.

3. Pesan (message)

Adalah isi stimulus yag dikeluarkan oleh komunikator (sumber) kepada komunikan (penerima). Isi stimulus yang berupa pesan atau informasi ini dikeluarkan oleh komunikan tidak sekedar diterima atau dimengerti oleh komunikan, tetapi diharapkan agar direspons secara positif dan aktif berupa perilaku atau tindakan.

4. Saluran (media)

(3)

Agar proses komunikasi kesehatan itu efektif dan terarah, dapat dilakukan melalui bentuk-bentuk komunikasi antara lain sebagai berikut :

a. Komunikasi intrapersonal (interpersonal communication)

Adalah komunikasi dalam diri sendiri, terjadi apabila seeorang memikirkan masalah yang dihadapi. Komunikasi interpersonal juga terjadi apabila seseorang melakukan pertimbangan-pertimbangan sebelum mengambil suatu keputusan.

b. Interpersonal communication (face to face communication)

Komunikasi ini adalah satu benuk komunikasi yang paling efektif, karena antara komunikan dan komunikator dapat langsung tatap muka, sehingga stimulus yakni pesan atau informasi yang disampaikan oleh komunikan, langsung dapat direspons atau ditanggapi pada saat itu juga.

c. Mass communication (communication through the mass media)

Komunikasi ini menggunakan saluran (media) massa, atau berkomunikasi melalui media massa. Media yang paling banyak digunakan dalam komunikasi massa atau lebih populer disebut media massa ini bermacam-macam antara lain ;

1. Media cetak : koran, majalah, jurnal, selebaran (flyer), dan sebagainya 2. Media elektronik : radio, televisi, internet, dan sebagainya

(4)

d. Komunikasi Organisasi

Adalah komunikai yang terjadi di antara organisasi, institusi atau lembaga. Komunikasi organisasi juga dapat terjadi di antara unit. Organisasi itu sendiri misalnya antarbagian, antarseksi atau subbagian, antardepartemen, dan sebagainya.

Bentuk komunikasi yang sering digunakan dalam program-program kesehatan adalah komunikasi antarpribadi (interpersonal communication) dan komunikasi massa (mass communication). Komunikasi massa adalah penggunaan media massa untuk menyampaikan pesan-pesan atau informasi kepada khlayak atau masyarakat. Komunikasi dalam kesehatan masyarakat berarti menyampaikan pesan-pesan kesehatan kepada masyarakat melalui berbagai media massa (TV, radio, media cetak, dan sebagainya), dengan tujuan agar masyarakat berperilaku hidup sehat.

2.2 Media

2.2.1 Definisi Media

Suiraoka (2012) mengatakan bahwa media berasal dari bahasa latin dan merupakan bentuk jamak dari kata medium yang secara harafiah berarti perantara atau pengantar. Menurut Gagne, 1970 (dalam Sadiman, dkk, 2003) menegaskan bahwa media adalah berbagai jenis komponen dalam lingkungan siswa yang dapat merangsangnya untuk belajar. Dalam pengertian ini media dipandang sebagai komponen yang ada dalam lingkungan siswa baik lingkungan fisik, sosial, dan psikososial yang dapat menimbulkan minat siswa untuk belajar.

(5)

media dilihat sebagai alat fisik dengan wujud tertentu yang digunakan untuk menyajikan suatu pesan, sehingga dalam proses pembelajaran mampu meningkatkan perhatian siswa dalam proses belajar mengajar.

Sebagai suatu sarana untuk menimbulkan minat/rangsangan dalam belajar, Notoadmodjo, 1997 mengemukakan bahwa media disusun berdasarkan prinsip bahwa pengetahuan yang ada pada setiap manusia itu dapat diterima atau ditangkap melalui panca indera. Dimana semakin banyak indera yang digunakan untuk menerima sesuatu maka semakin banyak dan semakin jelas pula pengertian/pengetahuan yang diperoleh.

Gerlach dan Ely (1971), mengatakan bahwa media apabila dipahami secara garis besar adalah manusia, materi atau kejadian yang membangun kondisi sehingga membuat siswa mampu memperoleh pengetahuan, keterampilan atau sikap.

Heinich, dkk (1982), mengemukakan istilah medium sebagai perantara yang mengantar informasi antara sumber dengan penerima, jadi televisi, film, radio, rekaman, audio, gambar yag diproyeksikan, bahan-bahan cetak dan sejenisnya adalah media komunikasi.

2.2.2 Media Promosi Kesehatan

(6)

Media atau saluran (chanel) dalam proses komunikasi kesehatan adalah sarana yang digunakan oleh komunikator dalam menyampaikan pesan atau informasi kesehatan pada komunikan. Jenis dan bentuk media komunikasi sangat bervariasi mulai dari yang tradisional yakni melalui mulut (lisan), bunyi-bunyia (kentongan), tulisan (cetakan) sampai dengan elektronika yang paling modern, yakni televisi dan internet.

Yang dimaksud dengan content/isi informasi kesehatan (pesan) dalam suatu media adalah:

1. Content/isi adalah “kelengkapan” jumlah (kuantitas) dan kualitas informasi verbal dan visual mengenai kesehatan yang didistribusikan oleh komunikator atau media.

2. Jumlah/kuantitatif isi itu merujuk pada jumlah waktu yang digunakan dalam detik, menit, jam untuk memuat berita, film, dan lain-lain. Atau jumlah kolom surat kabar/majalah yang memuat berita, opini, gambar, cerpen, berita daerah, kolom, feature, dalam satu kali terbitan.

3. Kualitatif merujuk pada mutu, kualitas isi, penampilan faktual, pemerolehan berita, daya guna sebuah berita, fakta, keabsahan, metode dan teknik pengolahan. Penting untuk diperhatikan hal-hal berikut ini:

 Prominence/important – pesan yang mau disampaikan itu merupakan “sesuatu” yang menonjol dan penting.

(7)

 Conflict/controversy – pesan yang mau disampaikan itu mengandung konflik, kontraversial, aneh.

 The unusual – pesan yang mau disampaikan itu merupakan peristiwa yang jarang terjadi, tidak lazim.

 Timeliness – pesan yang disampaikan itu merupakan peristiwa sesuai dengan waktunya (aktual).

 Proximity – pesan yang disampaikan itu merupakan yang “dekat” secara sosiologi/antropologis atau psikologis dengan audiens.

2.3 Internet

Internet tidaklah asing di telinga masyarakat dunia. Keberadaan internet dimulai pada tahun 1969, saat Departemen Pertahanan (DOD) Amerika Serikat mendanai sebuah proyek penelitian jaringan komputer yang dilakukan oleh Advanced Research Projects Agency (ARPA) yang bertujuan untuk menghubungkan antara agen pemerintah dengan militer dalam berbagai informasi walaupun masing-masing menggunakan tipe jaringan yang berbeda. Dari sejak itu, internet makin berkembang dengan pesat dan maju (Suherman, 2010).

Secara harafiah, internet (kependekan daripada “internetwork”) ialah rangkaian

(8)

memungkinkan kumpulan komputer untuk berkomunikasi dan bertukar data di dalam suatu network (jaringan) (Nugroho, 2008).

Menurut Laquey (1997), internet merupakan jaringan longgar dan ribuan komputer yang menjangkau jutaan orang di seluruh dunia. Misi awalnya adalah menyediakan sarana bagi para peneliti untuk mengakses data dari sejumlah sumber daya perangkat keras komputer yang mahal. Namun, sekarang internet telah berkembang menjadi ajang komunikasi yang sangat cepat dan efektif, sehingga telah menyimpang jauh dari misi awalnya. Dewasa ini, internet telah tumbuh menjadi sedemikian besar dan berdaya sebagai alat informasi dan komunikasi yang tak dapat diabaikan.

Internet juga bisa diistilahkan dengan jaringan WAN (Wide Area Network), yaitu sebuah jaringan yang menghubungkan kelompok jaringan sekolah pemerintahan, instansi, maupun perusahaan di lain tempat juga negara. Internet adalah singkatan dari Interconnected Network, Internet merupakan sebuah sistem komunikasi yang mampu menghubungkan jaringan-jaringan komputer di seluruh dunia.

Berbagai jenis komputer dengan spesifikasi yang berbeda-beda dapat saling berkomunikasi melalui internet. Beberapa bentuk jaringan yang berbeda beda dapat saling bertukar informasi dan data melalui internet menggunakan seperangkat aturan yang disebut protokol TCP/IP.

(9)

mulai dari teks, gambar, audio, video, dan lainnya yang sangat membantu bagi semua orang dalam menjalankan berbagai aktivitasnya ataupun hanya untuk hiburan semata.

Internet mampu membuat pekerjaan kita menjadi lebih mudah dan efisien. Segala informasi bisa dengan mudah didapat melalui internet. Dengan adanya internet, perbedaan jarak tidak lagi menjadi hambatan dalam melakukan komunikasi. Pengguna internet menggantungkan pada situs untuk memperoleh berita. Dua sampai tiga pengguna internet mengakses situs untuk mendapatkan berita terbaru setiap minggunya (Straubhar dan LaRose. 2000: 67).

Sebagian besar komputer dan jaringan yang tersambungkan ke internet masih berkaitan dengan masyarakat pendidikan dan penelitian. Kenyataan ini tidaklah mengejutkan karena internet memang lahir dari benih penelitian. Namun semakin banyak universitas kini bekerjasama dengan kalangan bisnis untuk mengembangkan berbagai katalog dan arsip online.

Laju pertumbuhan jenis sumber daya yang terakses melalui internet sungguh mencengangkan. Istilah sumber daya menyatakan segala sesuatu yang dapat mengakses pada internet, tak peduli di mana pun lokasinya.

(10)

Internet adalah perkakas sempurna untuk menyiagakan dan mengumpulkan sejumlah orang besar secara elektronis. Informasi mengenai suatu peristiwa tertentu dapat ditransmisikan secara langsung, sehingga membuatnya menjadi suatu piranti meriah yang sangat efektif. Banyak sekali forum yang tersedia untuk tujuan istimewa ini.

2.4 Media Sosial

Menurut „What is”, media sosial adalah “saluran komunikasi online kolektif yang didedikasikan untuk input, interaksi, berbagi konten, dan kolaborasi berbasis masyarakat”. Situs web dan aplikasi yang didedikasikan untuk forum, microblogging, jaringan sosial, bookmark sosial, kurasi sosial, dan wiki adalah salah satu jenis media sosial (Laksono, dkk, 2014).

Definisi yang hampir sama dilansir dalam Merriam-Webster Encyclopedia, yang mendefinisikan media sosial sebagai “bentuk komunikasi elektronik (seperti situs web untuk jaringan sosial dan microblogging) di mana pengguna membuat komunitas online untuk berbagi informasi, ide, pesan pribadi, dan konten lainnya (seperti video)”. Sedang menurut Kaplan & Haenlein (2010), definisi media sosial adalah kelompok aplikasi berbasis internet yang membangun ideologi berbasis teknologi Web 2.0, yang memungkinkan penciptaan dan pertukaran konten yang bisadigunakan semua orang (Agung Dwi Laksono, dkk, 2014).

(11)

informasi dari yang sebelumnya bersifat satu ke banyak audiens, banyak audiens ke banyak audiens (Paramitha, 2011).

Menurut Gunelius (2011) media sosial adalah penerbitan online dan alat-alat komunikasi, situs, dan tujuan dari Web 2.0 yang berakar pada percakapan, keterlibatan, dan partisipasi. Menurut Wikipedia definisi media sosial adalah sebuah media online, dengan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan isi meliputi blog, jejaring sosial, wiki, forum dan dunia virtual.

Menurut Juju (2010), Media sosial adalah sebuah media online yang memungkinkan para penggunanya bisa dengan mudah berpartisipasi, berbagi, dan menciptakan suatu karya. Dewasa ini jenis media sosial yang berkembang di masyarakat cukup banyak. Jenis-jenis media sosial yang berkembang saat ini antara lain Facebook, Twitter, Google+, Tumblr, YouTube, Blogger, dan lain lain. Media sosial mengusung kombinasi antara ruang lingkup elemen dunia maya, dalam produk-produk layanan online seperti blog, forum diskusi, chat rooms, email, website, dan juga kekuatan komunitas yang dibangun melalui jejaring sosial. Juju juga mengatakan bahwa apa yang disampaikan dalam media sosial memberikan efek kekuatan (power) tersendiri karena basis pembangunannya berupa teknologi dan juga berbagai media interaksi yang dikomunikasikan dalam teks, gambar, audio, maupun video. Tambahan pula, eleman jejaring sosial yang memang ditujukan untuk terus terkoneksi, berkomunikasi bahkan saling berbagi (sharing).

(12)

 Partisipasi

Media sosial mendorong kontribusi dan umpan balik dari semua orang yang tertarik. Ini mengaburkan batas antara media dan khalayak

 Keterbukaan

Kebanyakan layanan media sosial yang terbuka untuk umpan balik dan partisipasi. Mereka mendorong voting, komentar dan berbagi informasi. Hampir tidak ada hambatan untuk mengakses dan memanfaatkan konten-sandi melindungi konten disukai.

 Percakapan

Sedangkan media tradisional adalah tentang "broadcast" (konten ditransmisikan atau didistribusikan kepada khalayak) media sosial lebih baik dilihat sebagai dua arah percakapan.

 Komunitas (media sosial memungkinkan masyarakat untuk membentuk cepat dan berkomunikasi secara efektif. Masyarakat share kepentingan bersama, seperti cinta fotografi, isu politik atau acara TV favorit.

Media sosial adalah sebuah media untuk bersosialisasi satu sama lain dan dilakukan secara online yang memungkinkan manusia untuk saling berinteraksi tanpa dibatasi ruang dan waktu. Sosial media dapat dikelompokkan menjadi beberapa bagian besar yaitu (http://unpas.ac.id/pages/apa-itu-sosial-media/):

(13)

2. Discuss, media sosial yang memfasilitasi sekelompok orang untuk melakukan obrolan dan diskusi (Google Talk, Yahoo! M, Skype, Phorum, dan sebagainya)

3. Share, media sosial yang memfasilitasi kita untuk saling berbagi file, video, music (Youtube, Slideshare, Feedback, Flickr, Crowdstorm, dan sebagainya) 4. Publish, (Wordpredss, Wikipedia, Blog, Wikia, Digg, dan sebagainya)

5. Social game, media sosial berupa game yang dapat dilakukan atau dimainkan bersama-sama (Koongregate, Doof, Pogo, Cafe.com, dan sebagainya)

6. MMO (Kartrider, Warcraft, Neopets, Conan, dan sebagainya) 7. Virtual worlds (Habbo, Imvu, Starday, dan sebagainya)

8. Livecast (Y! Live, Blog tv, Justin tv, Listream tv, Livecastr, dan sebagainya) 9. Livestream (Socializr, Froendsfreed, Socialthings!, dan sebagainya)

10. Micro blog (Twitter, Plurk, Pownce, Ttwirxr, Plazes, Tweetpeek, dan sebagainya)

Media sosial dalam ranah kekinian merupakan sebuah era baru dalam hal sarana komunikasi yang semakin intensif dalam pemanfaatan kemajuan teknologi. Teknologi berbasis Web 2.0 memungkinkan tumbuhnya masyarakat baru yang semu, atau dalam dunia baru tersebut biasa disebut sebagai dunia maya. Mau tidak mau semua bidang harus mengikuti, trend ini bila tidak ingin ketinggalan zaman (Laksoo, dkk, 2014).

(14)

Beberapa studi atau penelitian yang telah dilakukan tentang kontribusi media sosial untuk bidang kesehatan telah banyak dilakukan, meski di dalam negeri sendiri hal ini masih belum menjadi topik kajian yang menarik. Penelitian dan kajian tersebut banyak mengupas tentang potensi media sosial, ketersediaan informasi, dukungan untuk pasien penyakit tertentu, efektivitasnya dalam penyampaian informasi, ataupun diskursus tentang suatu topik tertentu (Laksono, dkk, 2014).

Media sosial sebagai sebuah media baru untuk promosi kesehatan mau tidak mau merupakan sebuah keniscayaan.Efektivitasnya yang mampu menjangkau ribuan dan bahkan jutaan sasaran dalam waktu singkat membuat media ini menjadi primadona baru bagi setiap promotor kesehatan yang berorientasi masif. Beberapa organisasi sudah menggunakan media online dalam melakukan promosi kesehatan. Hal ini berkaitan dengan jangkauan yang luas dan waktu yang singkat. Misalnya, pusat promosi kesehatan yang mampu membuat web dibidang promosi kesehatan, belum lagi dinas-dinas kesehatandaerah yang sudah memanfaatkan internet dalam melakukan. promosi kesehatan. Beberapa perusahaan swasta juga sudahmulai melakukan hal yang sama dalam melakukan promosi kesehatan (Laksono, dkk, 2014).

(15)

Pemaparan (exposure), umpan balik (feed back), keterlibatan (connecting) dan pertukaran (sharing) yang telah disediakan media sosial, menciptakan perubahan besar bagi pemahaman komunikasi tradisional. Pada dasarnya, arus informasi tidak lagi dianggap “jalan satu arah” di mana penonton menerima pesan semacam mantra “Saya bicara – Anda menerima”. Sebaliknya, integrasi media sosial dipandang

sebagai suatu proses interaktif yangmemungkinkan pertukaran informasi dengan tingkatan yang sama antara penonton dan pemberi pesan, menciptakan proses komunikasi umpan balik yang tahan lama, dan memberikan pemberi pesan untuk pendekatan keterlibatan total dari penonton (Garcia, 2011).

Facebook merupakan media paling populer sebagai sebuah media jejaring. Sebagai media dengan pengguna aktif terbanyak, Facebook sangat berpotensi sebagai media promosi karena pada laman Facebook hampir tidak ada batasan yang berarti untuk melakukan sebuah posting. Kita bisa sharing foto, artikel, suara, video, link (tautan), atau apapun.

(16)

Pernahkah kita terbayang bahwa ada posting 50 juta tweets per hari? Atau, rata-rata 600 tweets per detik? Atau,fakta menakjubkan lain bahwa statistik resmi perusahaan Facebook menguraikan sudah ada 400 juta pengguna aktif di seluruh dunia dan terus bertambah sebesar 20 juta setiap hari. Menganalisis dampak media sosial di lingkungan kita, memberi kita gambaran secara utuh bahwa ada sesuatu yang sedang terjadi ketika kita menggunakan komunikasi dengan media sosial (Bailey, 2010; Garcia, 2011).

Efektivitas media sosial sebagai sebuah media informasi ataupun promosi dipetakan secara gamblang oleh Israel Garcia (2011) dalam “Model Teori Integrasi Sosial Media”.Menurut Garcia, model integrasi one-to-many (satu – ke –banyak) dapat bekerja dengan baik ketika kita secara cermat memeriksa saluran komunikasi atau implementasi pemasaran online. Meski demikian, platform media sosial interaktif (Facebook, LinkedIn, Del.ici.ous, Twitter, YouTube, Foursquare, Digg in, dan lain-lain) telah secara radikal mengubah paradigma komunikasi. Karena adopsi yang cepat dari pe-masaran media sosial sebagai media integrasi komunikasi utama, penting untuk mempertimbangkan bagaimana interaksi sosial telah memengaruhi proses komunikasi.

Pemaparan (exposure), umpan balik (feed back), keterlibatan (connecting) dan pertukaran (sharing) yangtelah disediakan media sosial, menciptakan perubahanbesar bagi pemahaman komunikasi tradisional. Pada dasarnya, arus informasi tidak lagi dianggap “jalan satu arah” dimana penonton menerima pesan semacam mantra “Saya

(17)

sama antara penonton dan pemberi pesan, menciptakan proses komunikasi umpan balik yang tahan lama, dan memberikan pemberi pesan untuk pendekatan keterlibatan total dari penonton (Garcia, 2011).

Twitter saat ini mampu menjadikan alternatif kepada masyarakat yang haus

akan informasi kesehatan untuk mulai “mengikuti” beberapa akun yang

mengkhususkan diri dalam menyampaikan kesehatan, misalnya: @promosi_sehat, @infokesmas, @HIVinsight, @KerenTanpaRokok, dan masih banyak lagi akun diTwitter yang merupakan sarana penyampaian pesan dan informasi promosi kesehatan. Sebagai media transisi kesehatan masyarakat untuk keterlibatan dan percakapanyang lebih dialogis, potensi Twitter untuk membantu dalam usaha membentuk kemitraan dengan masyarakat dan melibatkan mereka sebagai peserta suatu program, dapat mengarah pada tindakan untuk meningkatkan derajat kesehatan (Neiger, et al , 2013).

2.5 Informasi

Menurut Harrington (1993), informasi dapat dimaknai dalam dua paradigma yang dapat mempengaruhi sebuah organisasi. Sedangkan menurut Gordon B. Davis, informasi adalah data yang telah diolah menjadi suatu bentuk yang penting bagi si penerima dan mempunyai nilai yang nyata yang dapat dirasakan dalam keputusan - keputusan yang sekarang atau keputusan-keputusan yang akan datang.

(18)

"masyarakat informasi," dan teknologi informasi, dalam bidang ilmu informasi dan ilmu komputer yang sering disorot, namun kata "informasi" sering dipakai tanpa pertimbangan yang cermat mengenai berbagai arti yang dimilikinya.

Menurut Nasution (2011), informasi merupakan sesuatu yang lebih sementara (transitory) daripada pengetahuan. Informasi memiliki nilai pada seseorang, seperti informasi harga saham, headline berita, balance bank, atau info di mana membeli sepatu yang bagus, semua hal itu bersifat sementara (momentary) dan bukan berarti abstrak. Informasi dapat menyumbang untuk pengetahuan dalam arti digunakan untuk mendukung atau menolak suatu teori (Darmawan, 2012).

Koswara (1998) mengatakan, tidak ada informasi yang bersifat “netral”. Suatu

informasi selalu diciptakan berkaitan dengan konteks pola pikir tertentu utnuk melayani kebutuhan-kebutuhan, baik yang bersifat nasional, organisasi maupun kebutuhan personal atau pribadi. Informasi tidak dapat dikatakan baik atau buruk. Penilaian tersebut itu hanya dibuat oleh pemakai informasi yang banyak, bergantung pada pengetahuan dan pola pandang masing-masing. Untuk itu kita harus memiliki pengetahuan yang memadai tentang ragam sumber infomasi. Pemahaman akan keragaman informasi tersebut akan membantu kita dalam mengakomodasi, menganalisis, dan mendiseminasi informasi lebih lanjut. Apabila hal itu tidak tampak pada diri kita, tidak mustahil dapat menimbulkan kebingungan dan salah perlakuan terhadap informasi yang sampai pada diri kita (Darmawan, 2012).

2.6 Teori Perilaku

(19)

sebab itu, dari sudut pandang biologis semua makhluk hidup mulai dari tumbuh-tumbuhan, binatang sampai dengan manusia itu berperilaku, karena mereka mempunyai aktivitas masing-masing. Sehingga yang dimaksud dengan perilaku manusia, pada hakikatnya adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang mempunyai bentangan yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca dan sebagainya. Dari uraian ini dapat disimpulkan bahwa yang dimaksud perilaku (manusia) adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar.

Menurut Skinner (1938) seorang ahlli psikologi, merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Oleh karena perilaku ini terjadi melalui proses adanya stimulus terhadap organisme, dan kemudian organisme tersebut merespons, maka teori Skinner ini disebut teori “S

-O-R” atau Stimulus Organisme Respons. Skinner membedakan adanya dua respons:

(20)

2. Operant respons atau instrumental respons, yakni respons yang timbul dan berkembang kemudian diikuti oleh stimulus atau perangsang tertentu. Perangsang ini disebut reinforcing stimulation atau reinforcer, karena memperkuat respons. Misalnya apabila seorang petugas kesehatan melaksanakan tugasnya dengan baik (respons terhadap uraian tugasnya atau job skripsi) kemudian memperoleh penghargaan dari atasannya (stimulus baru), maka petugas kesehatan tersebut akan lebih baik lagi dalam melaksanakan tugasnya.

Hosland, et al (1953) mengatakan bahwa perubahan perilaku pada hakikatnya adalah sama dengan proses belajar. Proses perubahan perilaku tersebut menggambarkan proses belajar pada individu yang terdiri dari:

a) Stimulus (rangsang) yang diberikan kepada organisme dapat diterima atau ditolak. Apabila stimulus tersebut tidak diterima atau ditolak berarti stimulus itu tidak efektif dalam mempengaruhi perhatian indidvidu, dan berhenti di sini. Tetapi bila stimulus diterima oleh organisme berarti ada perhatian dari individu dan stimulus tersebut efektif.

b) Apabila stimulus telah mendapatkan perhatian dari organisme (diterima) maka ia mengerti stimulus ini dan dilanjutkan kepada proses berikutnya. c) Setelah itu organisme mengolah stimulus tersebut sehingga terjadi

kesediaan untuk bertindak demi stimulus yang telah diterimanya (bersikap) d) Akhirnya dengan dukungan fasilitas serta dorongan dari lingkungan maka

(21)

Meskipun perilaku adalah bentuk respons atau reaksi terhadap stimulus atau rangsangan dari luar organisme (orang), namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Hal ini berarti meskipun stimulusnya sama bagi beberapa orang, namun respons tiap-tiap orang berbeda. Faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku ini dapat dibedakan menjadi dua, yakni:

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan, yang bersifat given atau bawaan, misalnya: tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

2. Determinan atau faktor eksternal, yakni lingkungan, baik lingkungan fisik, sosial, budaya, ekonomi, politik, dan sebagainya. Faktor lingkungan ini sering merupakan faktor yang dominan yang mewarnai perilaku seseorang. Teori S-O-R dapat dirumuskan sebagai berikut:

Benyamin Bloom (1908) dalam Notoatmodjo (2007), membagi perilaku manusia ke dalam 3 (tiga) domain, ranah atau kawasan yakni : 1) kognitif (cognitive), 2) afektif (affective), 3) psikomotorik (psychomotor). Dalam perkembangannya, teori ini dimodifikasi untuk pengukuran hasil pendidikan kesehatan, yakni :

1. Pengetahuan (knowledge)

(22)

Pengetahuan yang tercakup dalam domain kognitif mempunyai 6 tingkat yaitu: a. Tahu (know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. Termasuk ke dalam pengetahuan tingkat ini adalah mengingat kembali (recall) terhadap suatu yang spesifik dari seluruh bahan yang dipelajari atau rangsangan yang paling rendah. Oleh sebab itu tahu ini merupakan tingkat pengetahuan yang paling rendah. Kata kerja untuk mengukur bahwa orang tahu tentang apa yang dipelajari antara lain, menyebutkan, menguraikan, mendefenisikan, dan sebagainya. Contoh : dapat menyebutkan manfaat dari pemeriksaan kehamilan.

b. Memahami (comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar. Orang yang telah paham terhadap objek atau materi tersebut harus dapat menjelaskan, menyebutkan, contoh : menyimpulkan, meramalkan dan sebagaimana terhadap objek yang dipelajari.

c. Aplikasi (application)

Aplikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi dan kondisi riil (sebenarnya). Aplikasi ini dapat diartikan atau penggunaan hukum-hukum, rumus, metode, prinsip dan sebagainya dalam konteks atau situasi yang lain.

d. Analisis (analysis)

(23)

tersebut dan masih ada kaitannya satu sama lain. Kemampuan analisis ini dapat dilihat dari penggunaan kata kerja, seperti dapat menggambarkan, membedakan, memisahkan, mengelompokkan, dan sebagainya.

e. Sintesis (synthesis)

Sintesis menunjukkan kepada suatu kemampuan untuk meletakkan atau menghubungkan bagian-bagian di dalam suatu bentuk yang baru. Dengan kata lain sintesis adalah suatu kemampuan untuk menyusun formulasi baru dan formulasi-formulasi yang ada.

f. Evaluasi (evaluation)

Evaluasi berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penilaian terhadap suatu materi atau objek. Penilaian-penilaian itu berdasarkan suatu kriteria yang ditentukan sendiri atau menggunakan kriteria-kriteria yang telah ada.

2. Sikap (attitude)

Sikap merupakan reaksi atau respon yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap mempunyai tiga komponen pokok :

1) Kepercayaan (keyakinan), ide, konsep terhadap suatu objek 2) Kehidupan emosional atau evaluasi terhadap suatu objek 3) Kecenderungan untuk bertindak (tend to behave)

Seperti halnya pengetahuan, sikap ini terdiri dari berbagai tingkatan : 1) Menerima (receiving)

(24)

2) Merespon (responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap. Karen dengan suatu usaha untuk menjawab pertanyaan atau mengerjakan tugas yang diberikan, terlepas dari perkerjaan itu benar atau salah, adalah berarti bahwa orang menerima ide tersebut

3) Menghargai (valuing)

Mengajak orang lain untuk mengerjakan atau mendiskusikan suatu masalah adalah suatu indikasi sikap tingkat tiga.

4) Bertanggung jawab (responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang paling tinggi.

3. Praktik atau tindakan (practice)

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behavior). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan yang nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan, antara lain adalah fasilitas dan faktor dukungan (support) praktik ini mempunyai beberapa tingkatan :

1) Persepsi (perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktik tingkat pertama.

2) Respon terpimpin (guide response)

(25)

3) Mekanisme (mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mancapai praktik tingkat tiga.

4) Adopsi (adoption)

Adaptasi adalah suatu praktik atau tindakan yang sudah berkembang dengan baik. Artinya tindakan itu sudah dimodifikasi tanpa mengurangi kebenaran tindakan tersebut.

2.7 Penelitian yang Terkait

(26)

Penelitian terkait media sosial Facebook lainnya adalah oleh Agung Dwi Laksono dan Ratna Dwi Wulandari (2011) tentang studi kasus pada grup Facebook “Forum Jejaring Peduli Aids”. Penelitian yang dipublikasi dengan judul “Analisis Potensi Penyebaran Informasi Kesehatan melalui Jejaring Sosial” ini menyimpulkan

bahwa media sosial (Facebook) sangat efektif sebagai media difusi informasi yang melampaui wilayah geografis (negara) dan administratif. Hal ini dibuktikan dengan anggota grup Facebook yang berasal dari 20 negara, meski yang terbanyak tetap berasal dari Indonesia (Laksono, dkk, 2014).

Pemanfaatan utama lebih kepada komunikasi satu arah dengan topik pribadi-kesehatan, serta informasi terkait organisasi. Ada juga bukti bahwa petugas kesehatan mulai menggunakan Twitter dengan melibatkan audiens mereka (follower) dalam percakapan. Sebagai media transisi kesehatan masyarakat untuk keterlibatan dan percakapan yang lebih dialogis, potensi Twitter untuk membantu dalam usaha membentuk kemitraan dengan masyarakat dan melibatkan mereka sebagai peserta suatu program, dapat mengarah pada tindakan untuk meningkatkan derajat kesehatan (Neiger, et al, 2013) (Laksono, dkk, 2014).

(27)

Kesimpulan lain yang didapat adalah bahwa klasifikasi “mesin posting ”yang berhubungan dengan tembakau lebih unggul dengan pendekatan berbasis keyword , dan membuka jalan untuk sebuah software otomatis surveilans tembakau pada Twitter (Laksono, dkk, 2014).

2.8 Kerangka Konsep

Menurut Notoatmodjo (2010), kerangka konsep adalah merupakan formulasi atau simplifikasi dari kerangka teori atau teori-teori yang mendukung penelitian tersebut. Oleh sebab itu, kerangka konsep ini terdiri dari variabel-variabel serta hubungan variabel yang satu dengan yang lain.

Tindakan Terhadap Pencarian Informasi

Kesehatan

Sikap Terhadap Pencarian Informasi Kesehatan Identifikasi Penggunaan

Referensi

Dokumen terkait

Merek Produk Rabbani No Pernyataan 1 2 3 4 1 Menurut Anda merek “Rabbani” sudah dikenal sejak dahulu Sangat tidak dikenal sejak dahulu Tidak dikenal sejak dahulu

Subjek AEP belum mampu mengerjakan soal dengan caranya sendiri,sehingga dapat dikatakan subjek AEP belum mampu dalam mengerjakan soal nomor 2 pada indikator

politik pada tingkatan pemerintahan lokal, nasional, dan internasional. Dengan demikian pendidikan untuk pembangunan berkelanjutan sangat berkaitan erat dengan

Pada tahun 2016 di Rumah Sakit Bhayangkara Anton Soedjarwo Pontianak masih belum memiliki fasilitas yang baik untuk menunjang pelayanan PONEK, yaitu belum adanya

Secara teoritis kewenangan lembaga-lembaga negara di Indonesia mengarah pada sistem pemerintahan presidensil, namun kemudian secara praktek dalam menjalankan fungsi dan

Ketiga, Rekruitmen Syamsari kitta sebagai calon kepala daerah karena dia merupakan kader PKS yang memiliki pengalaman dan kemampuan dibidang politik, ketokohannya dikenal

dengan memberi bukaan, sehingga angin dapat masuk kedalam. bangunan

Imunoglobulin G, IgA, IgE pada jenis primata dan manusia dapat diturunkan langsung melalui plasenta, sedangkan pada ruminansia, IgG tidak bisa diturunkan langsung dari