• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN - Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN - Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro Di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan"

Copied!
29
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Usaha keuangan dilaksanakan oleh perusahaan yang bergerak dibidang

keuangan atau yang disebut dengan lembaga keuangan. Kegiatan utama lembaga

keuangan adalah membiayai permodalan suatu bidang usaha di samping usaha lain

seperti menampung uang yang sementara waktu belum digunakan oleh pemiliknya.

Selain itu kegiatan lainnya lembaga keuangan tidak terlepas dari jasa keuangan.

Dalam praktiknya lembaga keuangan digolongkan kedalam dua golongan besar yaitu

: lembaga keuangan bank dan lembaga keuangan lainnya (lembaga pembiayaan).1

Lembaga keuangan bank merupakan lembaga keuangan yang memberikan

jasa keuangan yang paling lengkap. Usaha keuangan yang dilakukan di samping

menyalurkan dana atau memberikan pinjaman (kredit) juga melakukan usaha

menghimpun dana dari masyarakat luas dalam bentuk simpanan. Kemudian usaha

bank lainnya memberikan jasa-jasa keuangan yang mendukung dan memperlancar

kegiatan memberikan pinjaman dengan kegiatan menghimpun dana.

Sebaliknya lembaga keuangan lainnya atau lembaga pembiayaan lebih

terfokus kepada salah satu bidang saja apakah penyaluran dana atau penghimpunan

walaupun ada juga lembaga pembiayaan yang melakukan keduanya. Kemudian

1

(2)

masing-masing lembaga keuangan lainnya dalam menghimpun atau menyalurkan

dana mempunyai cara-cara tersendiri.2

Kehadiran lembaga perbankan telah dimanfaatkan oleh masyarakat dengan

munculnya berbagai kegiatan usaha baru dan pengembangan kegiatan usaha yang

telah ada maka akan terbuka luas lapangan kerja baru yang akan mengurangi

pengangguran dan meningkatkan pendapatan masyarakat.3

Bank merupakan lembaga intermediasi yang menjadi perantara antara para

penabung dan investor. Tabungan hanya akan berguna apabila diinvestasikan,

sedangkan para penabung tidak dapat diharapkan untuk sanggup melakukannya

sendiri dengan terampil dan sukses, maka tidak diragukan lagi bahwa bank dapat

melakukan fungsi yang berguna bagi masyarakat. Dengan diberlakukannya

Undang-Undang No.10 Tahun 1998 tentang Perbankan, yang menetapkan sistem perbankan di

Indonesia sebagai dual banking system atau sistem perbankan ganda : konvensional

dan syariah, dimana bank-bank konvensional beroperasi berdampingan dengan bank

syariah.4

Maka eksitensi bank-bank yang berdasarkan syariah ini dipertegas dan

kegiatannya diperluas dari semula hanya melakukan pembiayaan dengan berdasarkan

sistem bagi hasil, diubah menjadi melakukan pembiayaan dan/ atau melakukan

2

Ibid, hlm 6

3

Munir Fuadi, Hukum Tentang Pembiayaan (Dalam Teori dan Praktek), (Bandung: PT. Citra Aditya Bakti, 2002), hlm 13

4

Zainul Arifin, Memahami Bank Syariah, Lingkup, Peluang, Tantangan dan Prospek,

(3)

kegiatan perbankan berdasarkan prinsip syariah yang ditetapkan oleh Bank

Indonesia.5

Sejalan dengan upaya restrukturisasi perbankan nasional yang sedang

dilaksanakan dewasa ini, maka diharapkan akan lahir sistem perbankan yang sehat

dalam rangka mendukung program pemulihan dan kebangkitan ekonomi nasional

khususnya dalam sektor perbankan maka lahirlah Undang-Undang No.21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah. Tujuannya6 :

1. Untuk memenuhi kebutuhan jasa perbankan bagi masyarakat yang tidak dapat menerima konsep bunga.

2. Diterapkannya sistem perbankan syariah yang berdampingan dengan sistem perbankan konvensional, mobilisasi dana masyarakat dapat dilaksanakan lebih optimal terutama dari segmen masyarakat yang selama ini belum dapat tersentuh oleh sistem perbankan konvensional.

3. Peluang pembiayaan bagi pengembangan usaha yang lebih berdasarkan syariah.

4. Kebutuhan akan produk-produk dan jasa perbankan yang memiliki keunggulan yang unik dan berlandaskan nilai-nilai moral dan syariah.

Bank syariah lahir sebagai salah satu alternatif terhadap persoalan bunga

bank, karena bank syariah merupakan lembaga keuangan/ perbankan yang beroperasi

dan produknya dengan prinsip dasar tanpa menggunakan sistem bunga dengan

menawarkan sistem lain yang sesuai dengan syariah Islam. Dengan diperkenalkannya

bank berdasarkan prinsip syariah (syariah principle), maka bank dapat pula memilih

5

Munir Fuadi, Hukum Perbankan Modern, (Bandung : Citra Aditya Bakti, 2003), hlm 165

6

(4)

kegiatan usahanya berdasarkan syariah. Prinsip inilah yang membedakan secara

prinsipil antara sistem operasional bank syariah dengan bank konvensional.7

Dalam sistem bunga bank dan bagi hasil mempunyai sisi persamaan yaitu

sama-sama memberikan keuntungan bagi pemilik modal, namun keduanya memiliki

perbedaan yang prinsipil, yaitu sistem bunga uang yang merupakan sistem yang

dilarang agama Islam, sedangkan bagi hasil merupakan keuntungan yang tidak

mengandung riba sehingga tidak diharamkan oleh ajaran Islam dan penentuan

imbalan yang diinginkan akan diberikan semata-mata didasarkan prinsip syariah yang

sumbernya dari Al-qur‟an, Hadits dan Ijmak.8

Dalam praktek perbankan, adanya hubungan hutang piutang dan upaya pinjam

meminjam uang dengan jumlah tertentu, adalah merupakan suatu perbuatan lazim

yang sering dilakukan. Pihak bank sebagai kreditur, memberikan kredit kepada

nasabah sebagai debitur. Praktek pinjam meminjam sejumlah uang dalam sistem

perbankan berakibat pada lahirnya pihak pemberi pinjaman (kreditur) yaitu bank, dan

pihak penerima pinjaman (debitur), yaitu nasabah.9

Sistem perbankan dengan prinsip syariah istilah kredit berubah menjadi istilah

pembiayaan, hal ini dapat dilihat dalam Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 10

Tahun 1998 tentang Perbankan yang menyebutkan:

7

Abdulhay Marhainis, Hukum Perbankan Indonesia, (Jakarta : Padnya Paramita, 1984), hlm 15

8

Muslimin Kara, Bank Syariah di Indonesia Analisa Kebijakan Pemerintah Indonesia Terhadap Perbankan Syariah, (Yogyakarta : UII Press, Cetakan Pertama, 2005), hlm 72

9

(5)

“Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang atau tagihan yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan atau kesepakatan antara bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak pihak yang dibiayai untuk mengembalikan uang atau tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan imbalan atau bagi hasil.”

Prinsip syariah oleh Pasal 1 angka 12 Undang-Undang Nomor 21 Tahun 2008

tentang Perbankan Syariah diberikan defenisi, yaitu “prinsip hukum Islam dalam

kegiatan perbankan berdasarkan fatwa yang dikeluarkan oleh lembaga yang memiliki

kewenangan dalam penetapan fatwa di bidang syariah”.

Pemerintah didukung Bank Indonesia telah menetapkan bahwa salah satu

strategi pemulihan ekonomi nasional yang harus ditempuh antara lain adalah

pemberdayaan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM). Sehubungan dengan hal

tersebut maka pemerintah berusaha mengembangkan kemampuan usaha mikro

melalui berbagai kebijakan. Mengacu pada VISI dan MISI Bank Syariah Mandiri,

maka Bank Syariah Mandiri sebagai lembaga yang mempunyai fungsi intermediasi

mempunyai responsibilitas untuk ikut serta membantu dan mengembangkan bisnis

mikro dengan cara melakukan investasi pembiayaan mikro berdasarkan prinsip

syariah sesuai dengan kebijakan pembiayaan Bank Syariah Mandiri. Investasi pada

pembiayaan mikro bertujuan membangun customer base pada segment bisnis mikro

yang relatif lebih dapat bertahan pada krisis ekonomi. Sehubungan dengan hal

tersebut adanya karakteristik yang khusus pada bisnis mikro untuk mencapai sasaran

bisnis mikro dengan strategi yang ditetapkan tanpa meninggalkan prinsip

(6)

Salah satu jenis transaksi yang digunakan Bank Syariah Mandiri dalam

menyalurkan produk pembiayaan warung mikro adalah menggunakan akad

pembiayaan murabahah al-wakalah. Artinya, bank sebagai lembaga intermediasi

memiliki peluang untuk mengembangkan bisnis dalam pembiayaan segmen mikro

mengingat potensi pasar pembiayaan mikro yang cukup luas. Pemberian pembiayaan

kepada segmen mikro mempunyai keuntungan antara lain sebagai berikut :

1. Mendiversifikasi penyebaran risiko karena pemberian pembiayaan tidak terkonsentrasi kepada satu kelompok.

2. Memungkinkan bank memperoleh pendapatan margin/ bagi hasil yang memadai karena tingkat margin pembiayaan pada segmen mikro relatif lebih tinggi dibandingkan margin pembiayaan komersial.

Agar marketable dan kompetitif di pasar, maka fitur pembiayaan untuk

segmen mikro dituntut menarik, dengan cara proses pemberian pembiayaan mudah,

cepat, efektif, dan efisien serta sesuai dengan kaidah-kaidah umum dalam

pembiayaan mikro. Untuk mengakomodir hal tersebut, maka Bank Syariah Mandiri,

meluncurkan layanan mikro dengan nama Warung Mikro.

Penyusunan standart prosedur operasional warung mikro dilakukan dengan

tetap memperhatikan azas-azas pengembangan bisnis warung mikro yaitu

kesederhanaan, keterbukaan, mudah dijangkau, dapat menutup seluruh biaya,

menguntungkan, aktifitas usaha berkelanjutan, serta struktur organisasi yang

(7)

tanpa meninggalkan prinsip kehati-hatian dan memenuhi azas penyaluran

pembiayaan yang sehat. 10

Pembiayaan warung mikro ini bertujuan, untuk11 :

1. Pembiayaan Modal Kerja, adalah fasilitas pembiayaan Bank untuk membiayai modal kerja perusahaan/ perorangan yang habis dalam satu siklus usaha dan dapat diperpanjang sesuai kebutuhan.

2. Pembiayaan Investasi, adalah fasilitas pembiayaan Bank untuk membiayai barang-barang modal dalam rangka rehabilitasi, modernisasi, perluasan ataupun pendirian proyek baru.

3. Pembiayaan Kredit Usaha Rakyat (KUR), adalah fasilitas pembiayaan Bank untuk membiayai usaha rakyat dalam rangka penambahan modal usaha. 4. Pembiayaan Usaha Mikro Tunas (PUM- Tunas), adalah fasilitas pembiayaan

Bank yang diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan Rp. 2.000.000 – Rp. 10.000.000,-.

5. Pembiayaan Usaha Mikro Madya (PUM- Madya), adalah fasilitas pembiayaan Bank yang diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan Rp. 10.000.000 – Rp. 50.000.000,-.

6. Pembiayaan Usaha Mikro Utama (PUM- Utama), adalah fasilitas pembiayaan Bank yang diberikan kepada perorangan, baik bagi golongan berpenghasilan tetap maupun golongan berpenghasilan tidak tetap serta badan usaha. Limit pembiayaan Rp. 50.000.000 – Rp. 100.000.000,-.

Sebagai realisasi dari hubungan antara nasabah debitur dengan bank ini

biasanya diikat dengan akad atau perjanjian. Rumusan akad diartikan bahwa

perjanjian harus merupakan perjanjian kedua belah pihak untuk mengikatkan diri

tentang perbuatan yang akan dilakukan dalam suatu hal yang khusus.12

Didalam Al-Qur‟an sendiri setidaknya ada 2 (dua) istilah yang berkaitan

dengan perjanjian yaitu kata akad al-aqdu dan kata al-ahdu, Al-Qur‟an memakai kata

10

Standart Prosedur Operasional Bisnis, PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/1

11

Standart Prosedur Operasional Bisnis, PT. Bank Syariah Mandiri, SPOB/ PEM/ WMK/1

12

(8)

pertama dalam perikatan atau perjanjian,13 sedangkan kata yang kedua dalam berarti masa, pesan penyempurnaan dan janji atau perjanjian. Oleh karenanya akad

disamakan dengan istilah perikatan atau verbintenis, sedangkan kata al-ahdu dapat

dikatakan dengan istilah perjanjian atau overenkomst yang diartikan sebagai suatu

pernyataan dari seseorang untuk mengerjakan sesuatu.14

Secara terminologi fiqh, akad didefenisikan dengan pertalian ijab (pernyataan

melakukan ikatan) dan qabul (pernyataan menerima ikatan) sesuai dengan kehendak

syariat yang berpengaruh pada objek perikatan yang sesuai dengan kehendak

syariat.15

Ijab dan kabul ini diadakan untuk menunjukan adanya sukarela timbal balik

terhadap perikatan yang dilakukan oleh dua pihak yang bersangkutan sesuai dengan

kehendak syariat. Artinya seluruh perikatan yang diperjanjikan oleh kedua belah

pihak atau lebih dianggap sah apabila sesuai dengan atau sejalan dengan ketentuan

Islam.16 Untuk sahnya suatu akad para ahli fiqh menyatakan harus memenuhi rukun/ syarat akad.

Adapun rukun/ syarat sahnya suatu akad terbagi 3 (tiga), yaitu 17:

13

Mariam Darus Badrulzaman, Kompilasi Hukum Perikatan, (Bandung : Citra Aditya Bhakti, 2001), hlm 247

14

Abdul Ghofur Anshori, Pokok-pokok Hukum Perjanjian Islam di Indonesia, (Yogyakarta: Citra Media, 2006), hlm 19

15

Syamsudin Anwar, Hukum Perjanjian Syariah Studi Tentang Teori Akad Dalam Fiqih Muamalat, (Jakarta : PT. RajaGrafindo Persada, 2007), hlm 156

16

Daeng Naja, Akad Bank Syariah, (Yogyakarta : Pustaka Yustisia, 2011), hlm 20

17

(9)

1. Syarat Rukun, yakni ijab dan kabul, yaitu berbentuk perkataan, tulisan, perbuatan dan isyarat, semua rukun diatas mempunyai kekuatan hukum yang sama.

2. Pihak-pihak yang berakad (al-muta’aqidain) atau pihak-pihak yang berakad, dan pernyataan untuk mengikatkan diri.

3. Syarat objektif, yakni al-ma’qud alaih/ mahal al-qud atau objek akad, dan

maudhu ‘al-aqd atau tujuan akad.

Dalam Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah pada Bab II Pasal 21

dikemukakan tentang azas akad, yaitu18 : (a) Ikhtiyari/ sukarela; (b) Amanah/ menepati janji; (c) Ikhtiyati/ kehati-hatian; (d) Luzum/ tidak berobah; (e) Saling

Menguntungkan; (f) Taswiyah/ kesetaraan; (g) Tranparansi; (h) Kemampuan; (i)

Taisir/ kemudahan; (j) Itikad Baik; (k) Sebab yang halal.

Secara harfiah, murabahah al-wakalah berarti jual beli dengan memberikan

kuasa dan secara tekhnis bank pada pembiayaan warung mikro adalah bank memberi

kuasa kepada nasabah debitur untuk membeli barang atas nama bank, kemudian

nasabah debitur membeli barang tersebut kepada bank. Pada umumnya, bank tidak

akan memesan barang yang akan dijual kepada nasabah debitur, sebelum ada

pemesanan dari calon pembeli.

Murabahah merupakan penjualan benda oleh bank dengan harga yang

disepakati, yang pembayarannya dilakukan secara tangguh (berhutang). Dengan

demikian nasabah berkewajiban membayar harga benda yang dibeli sampai dengan

pelunasannya sebagaiman kewajiban membayar hutang. Jadi nasabah mengetahui

18

Peraturan Mahkamah Agung Republik Indonesia, Kompilasi Hukum Ekonomi Syariah,

(10)

keuntungan yang diambil bank, selama akad belum berakhir, maka harga jual beli

tidak boleh berubah.

Apabila terjadi perubahan, akad tersebut menjadi batal, dan cara pembayaran

dan jangka waktu yang disepakati bersama dapat lumpsum atau secara angsuran.19 Dalam kegiatan perbankan syariah, transaksi secara angsuran ini mendominasi

praktek pelaksanaan jual beli secara perwakilan dengan sistem murabahah

al-wakalah.

Pelaksanaan akad murabahah al-wakalah di Bank Syariah Mandiri cabang

Medan dalam perikatan pembiayaan Warung Mikro merupakan bentuk pemberian

kuasa dari bank kepada nasabah dalam hal pembelian barang. Sejak awal tahun 2013,

nasabah yang mengajukan pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan

kredit warung mikro sebanyak 87 orang.

Berdasarkan semua pernyataan tersebut diatas, maka dianggap bahwa

permasalahan diatas adalah merupakan permasalahan yang sangat menarik untuk

dibahas dan diteliti. Penelitian ini kemudian dituangkan dalam tesis dengan judul

“Pelaksanaan Akad Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung

Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri Cabang Medan”.

B. Perumusan Masalah

19

(11)

Berdasarkan pada latar belakang masalah di atas, maka dirumuskan beberapa

masalah yang harus dibahas dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

1. Mengapa akad pembiayaan murabahah al-wakalah menjadi keharusan dalam

proses pemberian pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri

cabang Medan ?

2. Bagaimana pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada

pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan ?

3. Apakah hambatan yang dihadapi dalam pelaksanaan akad pembiayaan

murabahah al-wakalah pada pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah

Mandiri cabang Medan ?

C. Tujuan Penelitian

Menurut Soerjono Soekanto, tujuan penelitian dirumuskan secara deklaratif

dan merupakan pernyataan-pernyataan tentang apa yang hendak dicapai dengan

penulisan tersebut. Berdasarkan permasalahan di atas, maka tujuan penelitian ini

adalah :

1. Untuk mengetahui dan menganalisis alasan keharusan digunakannya akad

pembiayaan murabahah al-wakalah dalam proses pembiayaan Warung Mikro

di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan.

2. Untuk mengetahui dan menganalisis pelaksanaan akad pembiayaan

murabahah al-wakalah pada pembiayaan Warung Mikro di PT. Bank Syariah

(12)

3. Untuk mengetahui dan menganalisis hambatan yang dihadapi dalam

pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan

Warung Mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang Medan.

D. Manfaat Penelitian

Penelitian merupakan pencerminan secara konkrit kegiatan ilmu dalam

memproses ilmu pengetahuan. Secara operasional penelitian dapat berfungsi sebagai

pengembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, menunjang pembangunan,

mengembangkan sistem dan mengembangkan kualitas manusia.20

Penelitian ini diharapkan dapat membawa manfaat bagi semua pihak dan

bertitik tolak dari tujuan penelitian sebagaimana tersebut diatas, diharapkan dengan

penelitian ini akan dapat memberikan manfaat atau kegunaan secara teoritis dan

praktis di bidang hukum yaitu sebagai berikut :

1. Secara teoritis

Secara teoritis penelitian ini diharapkan dapat menambah masukan sebagai

sarana untuk mengembangkan ilmu pengetahuan hukum dan pemahaman yang

lebih mendalam dalam hal “Pelaksanaan akad pembiayaan murabahah

al-wakalah pada pembiayaan warung mikro di PT. Bank Syariah Mandiri cabang

Medan”.

2. Secara praktis

20

(13)

Secara praktis penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan bagi

kalangan praktisi perbankan, mahasiswa dan masyarakat umum dalam praktek

pelaksanaan akad pembiayaan syariah khususnya akad murabahah al- wakalah

sehingga dapat berjalan seimbang antara bank dan nasabah sesuai dengan prinsip

syariah dan pada akhirnya ketentuan-ketentuan syariat dalam perjanjian (akad)

pembiayaan perbankan syariah dapat ditegakkan.

E. Keaslian Penelitian

Berdasarkan hasil penelusuran kepustakaan yang ada di lingkungan

Universitas Sumatera Utara, khususnya dilingkungan Pascasarjana Universitas

Sumatera Utara menunjukan bahwa penelitian dengan beberapa judul tesis yang

berhubungan dengan judul topik dalam tesis ini adalah :

1. Penelitian dengan judul “Penerapan Sistem Jual Beli Murabahah Pada Bank

Syariah (Studi Terhadap Pembiayaan Rumah/ Properti Pada Bank Negara

Indonesia Syariah Cabang Medan)” oleh Ridha Kurniawan Adnans NIM

057011074/ MKn. Rumusan yang dibahas adalah :

a. Bagaimanakah konsep jual beli murabahah menurut syariat Islam?

b. Bagaimanakah penerapan sistem jual beli murabahah terhadap

pembiayaan rumah/property pada Bank BNI Syariah ?

c. Faktor-faktor apa saja yang menjadi kendala dalam pelaksanaan sistem

jual beli murabahah terhadap pembiayaan rumah/property pada Bank

BNI Syariah ?

2. Penelitian dengan judul “Kuasa Menjual Dalam Akad Pembiayaan

(14)

Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan)“ oleh Hasbullah Hadi

NIM 077011092/MKn. Rumusan yang dibahas adalah :

a. Bagaimanakah isi perjanjian pembiayaan Murabahah yang

dilaksanakan oleh Bank Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima

Medan ?

b. Bagaimanakah kekuatan yuridis dari Akta Kuasa Menjual yang dibuat

mengikuti Akta Perjanjian Pembiayaan Murabahah di Bank

Perkreditan Rakyat Syariah Gebu Prima Medan ?

c. Bagaimanakah proses yang dilakukan oleh Bank Perkreditan Rakyat

Syariah Gebu Prima Medan dalam menjual barang jaminan milik

nasabah debitur yang ingkar janji ?

3. Penelitian dengan judul “Kajian Hukum Terhadap Peranan Notaris Dalam

Pembuatan Akad Pembiayaan Murabahah Dengan Jaminan Tanah Yang

Belum Bersertifikat“ oleh Nurhimmi Falahiyati NIM 077011053/MKn.

Rumusan yang dibahas adalah :

a. Bagaimana kekuatan hukum atas tanah yang belum bersertifikat

sebagai objek jaminan dalam pembiayaan Murabahah ?

b. Bagaimana resiko bank atas pembiayaan murabahah dengan jaminan

tanah yang belum bersertifikat ?

c. Bagaimana peranan Notaris dalam pembuatan akta jaminan dalam

akad pembiayaan murabahah atas tanah yang belum bersertifikat ?

Dari ketiga penelitian diatas sejauh yang diketahui tidak ada kesamaan dengan

(15)

Murabahah Al-Wakalah Pada Pembiayaan Warung Mikro di PT.Bank Syariah

Mandiri Cabang Medan” belum pernah dilakukan. Oleh karena itu judul tesis ini

dapat dijamin keasliannya sepanjang mengenai judul dan permasalahan seperti

diuraikan diatas. Hal ini juga menambah keyakinan bahwa penelitian ini akan dapat

dipertanggungjawabkan secara ilmiah.

F. Kerangka Teori dan Konsepsi

1. Kerangka Teori

Penelitian merupakan sarana yang dipergunakan oleh manusia untuk

memperkuat, membina serta mengembangkan ilmu pengetahuan. Ilmu pengetahuan

merupakan ilmu yang tersusun secara sistematis dengan penggunaan kekuatan,

pemikiran, pengetahuan mana senantiasa dapat diperiksa dan ditelaah secara kritis,

akan berkembang terus atas dasar penelitian-penelitian. Hal ini disebabkan karena

penggunaan ilmu pengetahuan bertujuan agar manusia lebih mengetahui dan lebih

mendalam.21

Ilmu hukum tidak terlepas dari ketergantungan pada berbagai bidang ilmu

termasuk ketergantungan pada metodologi, karena aktivitas penelitian hukum dan

imajinasi sosial juga sangat ditentukan oleh teori.22

Hukum tetap ada pada setiap masyarakat dimana pun juga. Bagaimanapun

primitifnya dan modernnya suatu masyarakat pasti mempunyai hukum. Sehingga

21

Peter Mahmud Marzuki, Penelitian Hukum, (Jakarta : Kencana Pradana Media Group, 2005), hlm 22

22

(16)

keberadaan (eksitensi) hukum sifatnya universal. Hukum tidak bisa dipisahkan

dengan masyarakat, tetapi justru memiliki hubungan timbal balik. 23 Hukum memiliki 3 (tiga) peranan utama dalam masyarakat, yaitu :

1. Sebagai sarana pengendalian sosial.

2. Sebagai sarana memperlancar proses interaksi sosial.

3. Sebagai sarana untuk menciptakan keadaan tertentu.

Kerangka teori merupakan kerangka pemikiran atau butir-butir pendapat, atau

teori, tesis mengenai suatu kasus atau permasalahan yang menjadi bahan

perbandingan, pegangan teoritis.24 Dalam penelitian ini, menetapkan suatu kerangka teori adalah merupakan keharusan. Hal ini dikarenakan, kerangka teori itu akan

digunakan sebagai landasan berpikir untuk menganalisa permasalahan yang dibahas

dalam tesis ini. Terutama tentang keabsahan akad murabahah al-wakalah.

Jadi kerangka teori yang digunakan dalam penelitian akad murabahah

al-wakalah ini adalah teori Al- ta’awun25 adalah prinsip yang diberlakukan dalam akad

murabahah al-wakalah yaitu prinsip yang untuk saling membantu dan bekerja sama

antara bank syariah dengan masyarakat dalam suatu kebaikan yang berdasarkan

ta’awun atau tolong menolong. Kenyataan ini membuktikan, bahwa suatu pekerjaan atau apa saja yang membutuhkan dengan pihak lain, pasti tidak akan dapat dilakukan

sendirian oleh seseorang, meskipun ia memiliki kemampuan dan pengetahuan tentang

hal itu.

M. Solly Lubis, Filsafat dan Penelitian, (Bandung : Mandar Maju, 1994), hlm 80

25

(17)

Ada 4 (empat) klasifikasi manusia di dalam tolong menolong, yaitu26 : 1. Al-mu’in wal Musta’in

Orang yang memberi pertolongan dan juga minta tolong. Orang ini memiliki

sikap timbal balik dan insyaf (seimbang). Ia melaksanakan kewajibannya dan

ia juga mengambil apa yang menjadi haknya. Ia seperti orang yang berutang

ketika sangat butuh, dan mengutangi orang lain ketika sedang dalam

kecukupan.

2. La Yu’in wa la Yasta’in

Orang yang tidak mau menolong dan juga tidak minta tolong. Ia ibarat orang

yang hidup sendirian dan terasing, tidak mendapatkan kebaikan, namun juga

tidak mendapat kejelekan orang. Dia tidak dicela karena tidak pernah

mengganggu, namun tidak pernah mendapatkan kebaikan dan ucapan terima

kasih karena tidak melakukan sesuatu untuk orang lain. Namun posisinya

lebih dekat pada posisi tercela.

3. Yasta’in wa la Yu’in

Orang yang maunya minta tolong saja, namun tidak pernah mau menolong. Ia

adalah orang yang paling tercela, terhina dan terendah. Ia sama sekali tidak

punya semangat berbuat baik dan tidak punya perasaan khawatir mengganggu

orang. Tidak ada kebaikan yang diharapkan dari orang bertipe ini, maka

26

(18)

cukuplah seseorang dianggap hina jika ketidakberadaannya membuat orang

lain lega dan merdeka. Ia tidak mendapatkan loyalitas di masyarakat, ia

bahkan sering menjadi penyakit yang membuat orang terganggu.

4. Yu’in wa la Yasta’in

Orang yang selalu menolong orang lain, namun dia tidak meminta balasan

pertolongan mereka. Ini merupakan orang yang paling mulia dan berhak

mendapatkan pujian. Dia telah melakukan dua kebaikan dalam hal ini, yaitu

memberi pertolongan dan menahan diri dari mengganggu orang, tidak pernah

merasa berat di dalam memberi bantuan dan tidak pernah mau berpangku

tangan ketika ada orang lain butuh pertolongan.

Teori ta’awun banyak sekali manfaat yang dapat diambil dengan tolong- menolong maka pekerjaan akan dapat terselesaikan dengan lebih sempurna. Sehingga

jika di satu sisi ada kekurangan, maka yang lain dapat menutupinya. Dengan

tolong-menolong, maka terealisasi salah satu pokok ajaran Islam dengan saling tolong-

menolong dan kerja sama, maka akan memperlancar pelaksanaan perintah Allah

SWT, membantu terlaksananya amar ma’ruf dan nahi munkar dengan saling merangkul dan bergandengan tangan akan menguatkan antara satu dengan yang lain,

sebagimana yang diperintahkan oleh Rasullullah Sallallahu ‘alaihi wassalam.

Ini menunjukan, bahwa tolong- menolong dan saling membantu adalah

keharusan dalam hidup bermasyarakat. Allah SWT telah berfirman, dalam Al-Qur‟an

(19)

“ Tolong- menolonglah kamu dalam mengerjakan kebajikan dan taqwa, dan jangan tolong- menolong dalam berbuat dosa dan pelanggaran.”

Dalam Hadist Rasullulah bersabda :

“Allah akan senantiasa menolong hambanya sepanjang ia menolong saudaranya, perumpamaan kaum muslimin dalam kecintaan dan kasih sayang mereka seperti jasad yang satu, jika salah satu tubuh anggota tubuh sakit, seluruh anggota badan ikut merasakan dan tidak bisa tidur.”

Konsep ta’awun bisa diartikan dengan bertemunya individu yang memiliki kemampuan dan keahlian yang berbeda, untuk bekerja sama saling membahu

mencapai tujuan yang ingin diwujudkan bersama.

Bila dikaitkan dengan pemberian pembiayaan oleh bank syariah kepada

penerima pembiayaan merupakan salah satu kebijakan perbankan syariah sebagai

konsekuensi semakin tinggi berkembangnya lembaga perbankan syariah di Indonesia.

Dengan demikian, dapat dipahami bank syariah adalah suatu lembaga keuangan yang

berfungsi sebagai perantara bagi pihak yang berkelebihan dana disalurkan kepada

masyarakat sebagai pihak yang kekurangan dana untuk kegiatan usaha dan kegiatan

lainnya sesuai dengan hukum Islam.

Dalam hukum perikatan Islam, kebebasan mengadakan perjanjian dalam suatu

akad perjanjian, serta pemberian kuasa adalah juga merupakan hak yang dimiliki

(20)

Al-Qur‟an menjelaskan, bahwa makna akad dalam firman Allah SWT adalah “Akad

(perjanjian) mencakup janji prasetia hamba kepada Allah, dan perjanjian oleh

manusia dalam pergaulan sesamanya.”27

....ِدوُقُعْلاِب اوُف ْوَأ اوُنَمَآ َنٌِذَّلا اَهٌَُّأ اٌَ

“Wahai orang-orang yang beriman penuhilah akad-akad itu...” (QS. Al-Mai‟dah ayat 1)

Dari pengertian diatas, dapat diketahui bahwa perikatan hukum Islam, titik

tolak yang menjadi esensi dasar terjadinya suatu perikatan adalah adanya unsur serah

terima (ijab kabul) dalam setiap transaksi. Karena apabila dua janji antara para pihak

telah disepakati, kemudian dilanjutkan dengan ikrar (ijab kabul), maka terjadilah

aqdu (perikatan). Berdasarkan esensi dasar ini, maka dapat dilihat bahwa kesepakatan

kedua belah pihak yang ada dalam ijab dan kabul adalah menjadi syarat utama sahnya

suatu perjanjian.

Hasballah Thaib merumuskan, bahwa ada 8 syarat umum yang harus dipenuhi

dalam suatu akad yang dilakukan oleh para pihak. Adapun syarat-syarat umum akad

itu adalah :28

a. Pihak-pihak yang melakukan akad itu telah cakap bertindak hukum (mukallaf)

b. Objek akad itu diakui oleh nash (ayat atau hadist) syara‟ c. Akad itu tidak dilarang oleh nash (ayat atau hadist) syara‟

d. Akad yang dilakukan itu memenuhi syarat-syarat khusus yang terkait dengan akad itu

e. Akad itu bermanfaat

f. Pernyataan Ijab tetap utuh sampai terjadinya Kabul

27

Oemar Bakry , Al-Qur’an dan Terjemahannya, (Jakarta : Yayasan Penyelenggara Penterjemah/ Penafsir Al-Qur‟an, 1984), hlm 201

28

(21)

g. Ijab dan Kabul dilakukan dalam satu majelis h. Tujuan akad itu harus jelas dan diakui oleh syara‟

2. Konsepsi

Konsepsi adalah salah satu bagian terpenting dari teori. Karena konsep adalah

sebagai penghubung yang menerangkan sesuatu yang sebelumnya hanya baru ada

dalam pikiran. Peranan konsep dalam penelitian adalah untuk menghubungkan dunia

teori dan observasi, antara abstraksi dan realitas.29 Konsep diartikan sebagai kata yang menyatakan abstraksi yang digeneralisasikan dari hal-hal yang khusus, yang

disebut dengan defenisi operasional.30

Defenisi operasional perlu disusun, untuk memberi pengertian yang jelas atas

masalah yang dibahas. Karena istilah yang digunakan utuk membahas suatu masalah,

tidak boleh memiliki makna ganda. Terhadap pentingnya disusun defenisi operasional

ini, Tan Kamello mengatakan, pentingnya defenisi operasional adalah untuk

menghindarkan perbedaan pengertian atau penafsiran mendua (dubius) dari suatu

istilah yang dipakai.31

Selain itu, konsepsi juga digunakan untuk menberikan pegangan pada psoses

penelitian. Oleh karena itu, dalam rangka penelitian ini perlu dirumuskan serangkaian

defenisi operasional atas beberapa variabel yang digunakan, sehingga dengan

demikian tidak akan menimbulkan perbedaan penafsiran atas sejumlah istilah dan

masalah yang dibahas. Disamping itu, dengan adanya penegasan kerangka konsepsi

29

Masri Singarimbun dkk, Metode Penelitian Survey, (Jakarta: LP3ES, 1999), hlm 34

30

Sumandi Suryabrata, Metodologi Penelitian, (Jakarta : Raja Grafindo Persada, 1998), hlm 3

31

(22)

ini, diperoleh suatu persamaan pandangan dalam menganalisa masalah yang diteliti,

baik dipandang dari aspek yuridis, maupun dipandang dari aspek sosiologis.

Untuk menghindari terjadinya salah pengertian dan pemahaman yang berbeda

tujuan yang akan dicapai dalam penelitian ini, maka perlu diuraikan pengertian

konsepsi yang digunakan, yaitu :

a. Bank Syariah

Bank Syariah adalah lembaga keuangan yang usaha pokoknya memberikan

kredit dan jasa-jasa lain dalam lalu lintas pembayaran serta peredaran uang

yang beroperasi disesuaikan dengan prinsip-prinsip syariah.32 Selain itu, Bank Syariah biasa disebut Islamic Banking atau Interest fee banking, yaitu suatu

sistem perbankan dalam pelaksanaan operasional tidak menggunakan sistem

bunga (riba), spekulasi (maisir), dan ketidakpastian atau ketidakjelasan

(gharar).33

b. Perbankan Syariah

Perbankan Syariah adalah segala sesuatu yang menyangkut tentang Bank

Syariah dan Unit Syariah, mencakup kelembagaan, kegiatan usaha, serta cara

dan proses dalam melaksanakan kegiatan usahanya.

c. Akad

32

Muhamad, Sistem & Prosedur Operasional Bank Syariah, (Yogyakarta: UII Press, 2000), hlm 15

33

(23)

Akad menurut bahasa berarti ikatan (al-rabthu), kaitan (al- 'akadah) atau janji

(al-'ahdu). Akadatau perjanjian adalah janji setia kepada Allah SWT dan juga

meliputi perjanjian yang dibuat oleh manusia dengan sesama manusia dalam

pergaulan hidupnya sehari-hari.34

d. Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah

Pembiayaan berdasarkan prinsip syariah adalah penyediaan uang/ tagihan

yang dipersamakan dengan itu berdasarkan persetujuan/ kesepakatan antara

Bank dengan pihak lain yang mewajibkan pihak yang dibiayai untuk

mengembalikan uang/ tagihan tersebut setelah jangka waktu tertentu dengan

imbalan atau bagi hasil.35

e. Harga Jual adalah harga beli bank dari pemasok ditambah keuntungan

(margin)36

f. Pembiayaan Murabahah Al-Wakalah

adalah pemberian kuasa dari pihak bank sebagai muwakil kepada pihak

nasabah sebagai wakil didalam akad perjanjian pembiayaan murabahah

yang berisi pemberian pinjaman atau hutang kepada debitur atau nasabah

peminjam terhadap transaksi jual beli barang, dimana bank bertindak sebagai

penjual dan nasabah debitur sebagai pembeli, dengan harga jual dari bank

berdasarkan harga jual asal dari pemasok barang ditambah dengan persentase

34

Chairuman Pasaribu, Suhrawadi K. Lubis, Hukum Perjanjian Dalam Islam, (Jakarta : Sinar Grafika, 1994), hlm 2.

35

Pasal 1 angka 1 butir 12 Undang-Undang Nomor 10 Tahun 1998 tentang Perbankan Syariah

36

(24)

tambahan keuntungan untuk bank, yang besarnya telah disepakati bersama

antara kedua belah pihak. Dalam hal ini, pihak bank harus memberi tahu

harga awal produk yang dia beli, dan menentukan besarnya keuntungan yang

diperoleh sebagai tambahannya. Biasanya pembayaran harga dalam transaksi

jual beli ini dilangsungkan dengan cara angsuran.

g. Pembiayaan Warung Mikro

Pembiayaan Warung Mikro adalah pembiayaan bank kepada nasabah/ calon

nasabah perorangan/ badan usaha untuk membiayai kebutuhan usahanya

melalui pembiayaan modal kerja dan/ atau pembiayaan investasi.37

h. Agunan

Agunan adalah hak dan kekuasaan atas barang/ asset yang diserahkan oleh

nasabah kepada Bank guna menjamin perlunasan hutangnya apabila

pembiayaan yang diterimanya tidak dapat dilunasi sesuai dengan waktu yang

diperjanjikan dalam perjanjian pembiayaan berikut perpanjangan dari

perubahan-perubahannya.

i. Bank Syariah Mandiri

Bank Syariah Mandiri adalah lembaga perbankan di Indonesia. Bank ini

berdiri pada tahun 1973 dengan nama Bank Susila Bakti dan tahun 1999, bank

ini terpengaruhi krisis moneter. Saat itu pula, Bank Dagang Negara, Bank

37

(25)

Pembangunan Indonesia, Bank Bumi Daya dan Bank Ekspor Impor Indonesia

merger membentuk Bank Mandiri. Bank Susila Bakti diambil alih oleh Bank

Mandiri menjadi Bank Syariah Sakinah Mandiri, sejak tanggal 8 September

1999 berubah menjadi Bank Syariah Mandiri. Resmi menjadi Bank Syariah

tanggal 1 November 1999.

G. Metodologi Penelitian

1. Sifat dan Jenis Penelitian

Penelitian tesis ini merupakan penelitian yang menggunakan penelitian

deskriptif analitis, yaitu suatu penelitian yang bertujuan untuk mendeskripsikan atau

menggambarkan dan menganalisis data yang diperoleh secara sistematis, faktual dan

akurat termasuk didalamnya peraturan perundang-undangan yang berlaku dikaitkan

dengan teori-teori hukum dan praktek pelaksanaan hukum positif yang menyangkut

permasalahan di atas yang diarahkan untuk mengetahui secara lebih mendalam serta

menganalisa pelaksanaan akad pembiayaan murabahah al-wakalah pada pembiayaan

warung mikro di PT. Bank Syariah Mandiri.

Jenis penelitian yang diterapkan adalah memakai penelitian dengan metode

pendekatan yuridis empiris yaitu merupakan cara prosedur yang dipergunakan untuk

memecahkan masalah penelitian dengan meneliti data sekunder terlebih dahulu

kemudian dilanjutkan dengan mengadakan penelitian terhadap data primer di

lapangan.38

38

(26)

Hal ini diperlukan dengan pertimbangan bahwa efektif tidaknya berlaku suatu

aturan hukum sangat dipengaruhi oleh berbagai faktor seperti perubahan pemikiran

masyarakat.

2. Lokasi Penelitian

Penelitian ini dilakukan di Medan, tepatnya di Bank Syariah Mandiri Cabang

Medan. Karena kota Medan adalah termasuk salah satu kota besar di Indonesia,

ibukota Sumatera Utara ini merupakan pusat pemerintahan dan pusat perekonomian,

sehingga pembangunannya berkembang cukup pesat, termasuk juga di bidang

perekonomian terhadap pembiayaan akad murabahah al-wakalah mengenai

pembiayaan di warung mikro.

3. Sumber Data

Berdasarkan sifat penelitian tersebut di atas, maka data yang dikumpulkan

berasal dari data primer dan data sekunder, yaitu data yang dikumpulkan melalui

studi dokumen terhadap bahan kepustakaan antara lain meliputi bahan hukum primer,

bahan hukum sekunder dan bahan hukum tersier.39 Adapun yang menjadi data sekunder dalam penelitian ini adalah :

a) Bahan hukum primer hukum yang mengikat dari sudut norma dasar, dan

peraturan perundang-undangan. Bahan hukum primer yang terdiri dari :

1) Al-Qur‟an, Hadist

2) Undang- Undang Nomor 21 Tahun 2008 perihal Perbankan Syariah

39

Burhan Bungin, Metodologi Penelitian Sosial, Format-Format Kuantitatif dan Kualitatif,

(27)

3) Undang-Undang Republik Indonesia No.20 Tahun 2008 perihal Usaha

Mikro, Kecil dan Menengah

4) Fatwa DSN No. 04/DSN-MUI/IV/2000 perihal Pembiayaan Murabahah

5) Surat Edaran Pembiayaan No.11/009/PEM perihal Pembiayaan Melalui

Warung Mikro

6) Akad murabahah al-wakalah mengenai pembiayaan warung mikro

b) Bahan hukum sekunder adalah bahan hukum yang memberikan penjelasan

terhadap bahan hukum primer misalnya buku-buku perbankan syariah yang

ada kaitannya dengan akad murabahah al-wakalah, seperti makalah,

hasil-hasil penelitian, artikel, karya ilmiah atau hasil-hasil-hasil-hasil seminar yang relevan

dengan penelitian ini.

c) Bahan hukum tersier adalah bahan hukum yang memberikan petunjuk dan

juga penjelasan terhadap yang mencakup bahan yang member petunjuk

maupun penjelasan terhadap bahan hukum primer dan sekunder, seperti

kamus hukum, kamus fiqh, majalah, surat kabar, internet dan jurnal ilmiah.

4. Teknik Pengumpul Data

Untuk mendapatkan hasil yang objektif dan dapat dibuktikan kebenarannya

serta dapat dipertanggungjawabkan hasilnya, maka data dalam penelitian ini

diperoleh melalui alat pengumpulan data yang dilakukan dengan menggunakan cara

sebagai berikut :

a. Studi Dokumen, digunakan untuk memperoleh data sekunder dengan

membaca, mempelajari, meneliti, mengidentifikasi, dan menganalisis data

(28)

mengumpulkan data sekunder guna dipelajari kaitannya dengan permasalahan

yang diajukan. Data ini diperoleh dengan mempelajari buku-buku, hasil

penelitian, dan dokumen-dokumen perundang-undangan tentang perbankan

syariah yang ada kaitannya dengan akad pembiayaan murabahah al-wakalah.

b. Wawancara40, dilakukan dengan pedoman wawancara kepada informan yang telah ditetapkan dengan memilih wawancara langsung (tatap muka), yang

terlebih dahulu dibuat pedoman wawancara dengan sistematis. Adapun yang

menjadi informan adalah Kepala Warung Mikro (KWM) PT. Bank Syariah

Mandiri cabang Medan dan nasabah yang telah menerima pembiayaan

murabahah al-wakalah berjumlah 7 orang. Tujuannya agar mendapatkan data

yang mendalam dan lebih lengkap dan punya kebenaran yang konkrit baik

secara hukum maupun kenyataan yang ada di lapangan.

5. Analisis Data

Setelah semua data dalam penelitian ini diperoleh, baik data primer

maupun sekunder, maka dalam menganalisis data yang digunakan secara kualitatif41 (tidak berbentuk angka). Metode yang dipakai menggunakan metode deduktif, yaitu

data yang diperoleh melalui penelitian lapangan maupun penelitian kepustakaan

kemudian disusun secara sistematis dan logis agar dapat memberikan jawaban atas

40

Herman Warsito, Pengantar Metodologi Penelitian, Buku Panduan Mahasiswa, (Jakarta : PT. Gramedia Pustaka Utama, 1997), hlm 71, yang menyatakan wawancara merupakan alat pengumpul data untuk memperoleh informasi langsung dari sumbernya. Ada beberapa faktor yang mempengaruhi arus informasi dalam wawancara, yaitu pewawancara (interviewer), responden (interview), pedoman wawancara, dan situasi wawancara.

41

(29)

permasalahan yang telah dipaparkan dan akhirnya ditariklah suatu kesimpulan serta

tujuan penelitian dapat terpenuhi.

Referensi

Dokumen terkait

Dalam menganalisa laporan keuangan sangat bergantung pada informasi yang diberikan dari laporan keuangan perusahaan. Salah satu cara untuk menilai kondisi dari laporan

Nada-nada yang terdapat dalam tangga nada Bes minor dalam finger board (1 oktaf).

Implikasi kajian ini adalah penekanan kepada penguasaan lisan dan tulisan bahasa Inggeris sedikit oleh pihak universiti sedikit sebanyak mempengaruhi tahap jati diri

Penambahan variabel akses didasarkan pada penelitian Sari (2010) yang me- nyatakan bahwa akses berpengaruh terhadap kepuasan wajib pajak. Adapun perumusan masalah

Dari hasil analisis tersebut dapat dikatakan bahwa perangkat pembelajaran yang dikembangkan dengan model PBL ini dapat digunakan untuk membantu mengatasi

Program Ipteks bagi Masyarakat yang diusulkan yaitu membekali Mitra dengan mensosialisasikan Undang-Undang Pemberantasan Tindak Pidana Korupsi dan Peraturan Daerah

Pada BPRS Artha Mas Abadi Pati untuk menarik para nasabah selain dengan produk, yaitu dengan penentuan lokasi, karena penempatan lokasi yang salah akan menjadi kendala

Alhamdulillah, puji syukur penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT yang telah melimpahkan rahmat dan hidayah-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penyusunan tesis