• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata - Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Pulau Pandang Kabupaten Batubara

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "BAB II URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN 2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan 2.1.1 Pengertian Pariwisata - Wisata Memancing Ikan Sebagai Daya Tarik Wisata Pulau Pandang Kabupaten Batubara"

Copied!
21
0
0

Teks penuh

(1)

BAB II

URAIAN TEORITIS TENTANG KEPARIWISATAAN

2.1 Pengertian Pariwisata dan Wisatawan

2.1.1 Pengertian Pariwisata

Pariwisata merupakan salah satu industri yang mampu menyediakan pertumbuhan ekonomi yang cepat dalam hal penyediaan lapangan kerja, pendapatan, tarif hidup, dan dalam mengaktifkan sektor produksi lain di dalam negara penerima wisatawan (Kusuma, 2011:30) Menurut UU No. 9 Tahun 1990 Tentang Kepariwisataan, yang dimaksud dengan kepariwisataan adalah sebagai berikut:

1. Wisata adalah kegiatan perjalanan atau sebagian dari kegiatan tersebut yang dilakukan secara sukarela serta bersifat sementara untuk menikmati obyek atau daya tarik wisata.

2. Wisatawan adalah orang yang melakukan kegiatan wisata.

3. Pariwisata adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan wisata, termasuk pengusahaan obyek dan daya tarik wisata serta usaha-usaha yang terkait dibidang tersebut.

4. Kepariwisataan adalah segala sesuatu yang berhubungan dengan penyelenggaraan pariwisata. 5. Usaha pariwisata adalah kegiatan yang bertujuan menyelenggarakan jasa.

Beberapa ahli mengemukakan pengertian pariwisata, antara lain :

(2)

2. Norval (dalam Kesrul, 2003:3) menjelaskan arti wisata, yaitu “ kegiatan yang berhubungan dengan masuk, tinggal dan bergeraknya penduduk asing di dalam atau luar suatu negara atau wilayah.

3. Prof. Hunziger dan Kraf dari Swiss dari tahun 1942 (dalam Kesrul, 2003:3) memberikan batasan pariwisata yang bersifat teknis, yaitu “ kepariwisataan adalah keseluruhan hubungan dengan gejala-gejala yang timbul dari perjalanan atau tinggalnya orang asing, dimana perjalanan tidak bersifat menetap atau dimaksudkan untuk mencari nafkah.

2.1.2 Pengertian Wisatawan

Setiap orang yang datang dari suatu Negara yang alasannya bukan untuk menetap atau

bekerja di situ secara teratur, dan yang di Negara dimana ia tinggal untuk sementara itu

membalanjakan uang yang didapatkannya di lain tempat (Norval dalam Yoeti, 1995).

Menurut Forum Internasional dilakukan pada 1937 oleh Komisi Ekonomi Liga Bangsa-Bangsa (Economic Commission of the League of Nations). Komisi merumuskan bahwa yang bisa dianggap wisatawan adalah:

1. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk kesenangan karena alasan keluarga, kesehatan, dan lain-lain.

2. Mereka yang mengadakan perjalanan untuk keperluan pertemuan-pertemuan atau tugas-tugas tertentu (ilmu pengetahuan, tugas pemerintah diplomasi, agama, olahraga, dan lain-lain). 3. Mereka yang mengadakan perjalanan dengan tujuan usaha.

4. Mereka yang datang dalam rangka perjalanan dengan kapal laut walaupun berada di suatu negara kurang dari 24 jam.

(3)

1. Mereka yang datang baik dengan maupun tanpa kontrak kerja, dengan tujuan mencari pekerjaan atau mengadakan kegiatan usaha di suatu negara.

2. Mereka yang datang untuk mengusahakan tempat tinggal tetap di suatu negara. 3. Penduduk di suatu tapal batas negara dan mereka bekerja di negara yang berdekatan.

4. Wisatawan-wisatawan yang melewati suatu negara tanpa tinggal, walaupun perjalanan tersebut berlangsung lebih dari 24 jam. (Dalam Muljadi 2009:10).

2.2 Pengertian Industri Pariwisata

Pengertian kata industri di sini bukanlah suatu tempat untuk mengubah bahan mentah

menjadi bahan jadi. Namun pengertian kata industri di sini lebih cenderung memberikan pengertian

industri pariwisata yang artinya kumpulan dari berbagai macam perusahaan yang secara

bersama-sama menghasilkan barang dan jasa ( Goods and Service ) yang dibutuhkan wisatawan pada

khususnya dan travel pada umumnya.

Menurut pandangan para ahli industri pariwisata adalah :

1. Menurut W. Hunzieker (Yoeti,1994:38), Industri Pariwisata adalah “ Tourism enterprises are all

business entities wich, by combining various means of production, provide goods and services of a specially tourist nature ”. Maksudnya industri pariwisata adalah semua kegiatan usaha yang terdiri dari bermacam-macam kegiatan produksi barang dan jasa yang diperlukan para wisatawan.

2. Menurut GA. Schmoll dalam bukunya Tourism Promotion (Yoeti, 1985:143) , Industri pariwisata

lebih cenderung berorientasi dengan menganalisa cara-cara melakukan pemasaran dan promosi

hasil produk industri pariwisata. Industri pariwisata bukanlah industri yang berdiri sendiri, tetapi

merupakan suatu industri yang terdiri dari serangkaian perusahaan yang menghasilkan jasa-jasa

(4)

dihasilkan tetapi juga dalam besarnya perusahaan, lokasi atau tempat kedudukan, letak secara

geografis, fungsi, bentuk organisasi yang mengelola dan metode permasalahannya.

3. Menurut Damarji (Yoeti, 1996:154), Industri Pariwisata adalah rangkuman dari berbagai bidang

usaha yang secara bersama-sama menghasilkan produk-produk dan service yang nantinya secara

langsung akan dibutuhkan oleh wisatawan dalam perjalanan.

Pengertian industri akan lebih jelas apabila kita mempelajari dari jasa atau produk yang

dihasilkan atau pelayanan yang diharapkan wisatawan ketika melakukan perjalanan. Dengan

demikian akan terlihat tahap-tahap wisatawan sebagai konsumen yang memerlukan pelayan tertentu.

Industri pariwisata di Indonesia setelah dikeluarkan instruksi Presiden RI No. 9 Tahun 1969.

Pada tanggal 6 Agustus 1969, dimana dalam Bab II Pasal 3 (Yoeti, 1983:138) disebutkan :

“usaha-usaha pengembangan pariwisata di Indonesia bersifat suatu pengembangan industri

pariwisata dan merupakan bagian dari usaha pengembangan dan pembangunan serta kesejahteraan

masyarakat dan negara”.

Sesuai dengan instruksi Presiden tersebut (Yoeti, 1983:138) dikatakan bahwa tujuan

pengembangan pariwisata di Indonesia adalah :

a. Meningkatkan pendapatan devisa p[ada khususnya dan pendapatan negara p[ada umumnya, perluasan kesempatan serta lapangan kerja dan mendorong kegiatan-kegiatan industri sampingan

lainnya.

b. Memperkenalkan dan mendayagunakan keindahan alam dan kebudayaan Indonesaia. c. Meningkatkan persaudaraan/ persahabatan nasional dan internasional

Dengan pernyataan tersebut, jelaslah bahwa usaha-usaha yang berhubungan dengan

kepariwisataan merupakan usaha yang bersifat “Comercial”. Hal tesebut dapat dilihat dari betapa

(5)

berangkat dari rumahnya sehingga kembali ke rumahnya tersebut. Jasa yang diperoleh tidak hanya

oleh satu perusahaan yang berbeda fungsi dalam proses pemberian pelayanannya.

Perusahaan-perusahaan yang termasuk dalam industri pariwisata yaitu :

1. Travel agent

2. Perusahaan angkutan (transportasi)

3. Akomodasi perhotelan

4. Bar dan restouran

5. Souvenir dan Handicraff

6. Perusahaan-perusahaan yang berkaitan dengan aktivitas wisatawan, seperti ; tempat orang menjual

dan mencetak film, kamera, postcard, kantor pos, money changer, bank, dan lain-lain (Yoeti,

1983: 147).

2.3 Pengertian Sarana dan Prasarana Kepariwisataan 2.3.1 Sarana Kepariwisataan

Sarana Pariwisata (tourism superstructures) adalah perusahaan-perusahaan yang memberikan pelayanan kepada wisatawan, baik secara langsung atau tidak langsung dan hidup serta kehidupan perusahaan tersebut sangat tergantung pada kedatangan wisatawan. Sarana Pariwisata dapat di bagi ke dalam tiga bagian, yaitu : sarana pokok pariwisata, sarana pelengkap pariwisata, dan sarana penunjang pariwisata (Adi, 2008: 13)

Sarana wisata dibagi dalam tiga unsur pokok (Adi, 2008: 13), antara lain : A. Sarana Pokok Pariwisata (Main Tourism Superstructures)

Sarana pokok pariwisata adalah perusahaan yang hidup dan kehidupannya sangat tergantung kepada arus kedatangan orang yang melakukan perjalanan wisata, yaitu :

(6)

2. Perusahaan-perusahaan angkutan wisata 3. Hotel dan jenis akomodasi lainnya

4. Bar dan Restoran, serta rumah makan lainnya 5. Objek wisata dan atraksi wisata

Pada dasarnya, perusahaan-perusahaan tersebut merupakan fasilitas minimal yang harus ada pada suatu daerah tujuan wisata, jika salah satu tidak ada maka dapat dikatakan perjalanan wisata yang dilakukan tidak berjalan seperti yang diharapkan. Sarana pokok parwisata ini oleh Nyoman S. Pendit disebut dengan istilah “perusahaan utama yang langsung” yang terbagi ke dalam Objek Sentra dan Subjek Sentra sebagai berikut :

1. Objek Sentra : termasuk perusahaan akomodasi, perusahaan pengangkutan/transportasi, tempat peristirahatanyang khusus bagi pengunjung yang sakit beserta kliniknya, perusahaan manufaktur (kerajinan tangan atau barang-barang kesenian), toko-toko souvenir, badan usaha yang menyajikan hiburan-hiburan (EO) atau menyediakan pemandu (guide) serta penerjemah, lembaga khusus untuk mempromosikan pariwisata.

2. Subjek Sentra : perusahaan penerbitan pariwisata yang memajukan promosi pariwisata secara umum ataupun khusus, kantor yang membiayai pariwisata (Travel Bank, Travel Credit, Social Tourism, and Youth Travel), asuransi pariwisata (seperti kecelakaan, sakit dan biaya rumah sakit saat melakukan perjalanan).

B. Sarana Pelengkap Pariwisata (Suplementing Tourism Superstructures)

(7)

pariwisata sekunder”, karena tidak seluruhnya tergantung kepada kedatangan wisatawan tetapi juga diperuntukan bagi masyarakat setempat yang membutuhkannya. Nyoman S. Pendit memberi contoh perusahaan pariwisata sekunder sebagai berikut :

1. Perusahaan yang membuat kapal khusus untuk wisatawan, seperti : cuiser, gerbong khusus bagi wisatawan, mobil atau bus khusus bagi wisatawan.

2. Toko pakaian (boutiques), toko perhiasan (jewellery), toko kelontongan dan toko foto (cuci-cetak).

3. Binatu, salon (barbershop), salon kecantikan, dan lain-lain.

C. Sarana Penunjang Pariwisata (Supporting Tourism Superstructures)

Sarana penunjang pariwisata adalah perusahaan yang menunjang sarana pelengkap dan sarana pokok. Selain berfungsi untuk membuat wisatawan lebih lama tinggal pada suatu daerah tujuan wisata, sarana penunjang pariwisata memiliki fungsi yang jauh lebih penting yaitu membuat wisatawan lebih banyak mengeluarkan atau membelanjakan uangnya di tempat yang dikunjunginya. Misalnya night club, casinos, steambaths, dan lain-lain. Adanya sarana pelengkap dan penunjang pariwisata seperti yang telah diuraikan di atas akan mendukung sarana-sarana pokok. Hal ini berarti bahwa ketiga sarana-sarana pariwisata tersebut, satu sama lainnya harus saling mengisi dan melengkapi.

2.3.2 Prasarana Kepariwisataan

(8)

menumngkinkan proses perekonomian dapat berjalan dengan lancer sedemikian rupa sehingga dapat memudahkan manusia memenuhi kebutuhannya”. Jadi fungsi dari prasarana adalah untuk melengkapi sarana kepariwisataan sehingga dapat memberikan pelayanan sebagaimana mestinya(Yoeti, 1983:170).

Adapun beberapa prasarana yang dapat menunjang pelayanan dan kemudahan bagi wisatawan, meliputi :

1. Pelayanan makan dan minum, yang dapat menyajikan makanan dan minuman yang khas

setempat.

2. Pelayanan tenaga kerja, yang sangat dominan sekali dibutuhkan karena salah kunci

keberhasilan pembangunan objek wisata adalah kemampuan para tenaga kerja untuk

mengelola dengan baik suatu kawasan objek wisata.

3. Pelayan informasi, agar dapat mengatur pengunjung yang datang ke objek wisata.

Untuk menghidarai hal-hal yang dapat merusak unsur objek wisata yang dikunjungi, maupun

yang dapat mengganggu ketenangan pengunjung itu sendiri mengingat arus kunjungan yang datang

cenderung akan lebih meningkat.

2.4 Potensi dan Daya Tarik Wisata

Potensi dan daya tarik objek wisata merupakan salah satu unsur pokok dalam pembangunan kepariwisataan di samping unsur-unsur yang lainnya seperti: akomodasi, restoran, usaha jasa perjalanan, dan lainnya. Potensi daya tarik suatu objek wisata adalah suatu sifat yang dimiliki oleh suatu objek berupa keunikan, keaslian, kelangkaan, atau lain dari pada yang lain memiliki sifat yang menimbulkan semangat dan nilai bagi wisatawan.

(9)

baik harus terus dibangun dan dikembangkan, sehinnga mempunyai daya tarik agar wisatawan puas akan objek wisata yang dikunjunginya. Potensi dan daya tarik wisata di dalam objek wisata yang berwujud pada ciptaan Tuhan Yang Maha Esa adalah keadaan alam, beserta flora dan faunanya. Daya tarik suatu objek wisata sebagai sumber daya wisata antara lain:

a. Daya tarik historis

b. Lokasi suatu kawasan objek wisata yang memberikan suatu pemandangan yang indah c. Perkembangan tehnik pengelolaan yang baik.

Daya tarik suatu objek wisata yang memiliki potensi haruslah mempunyai suatu keanekaragaman sumber daya alam hayati dan dan ditunjang oleh keadaan lingkungannya.

2.5 Pengertian Objek Wisata dan Atraksi Wisata

Objek dan daya tarik wisata adalah suatu bentukan dan fasilitas yang berhubungan, yang dapat menarik minat wisatawan atau pengunjung utuk datang ke suatu daerah atau tempat tertentu. Daya tarik yang tidak atau belum dikembangkan merupakan sumber daya potensial dan belum dapat disebut sebagai daya tarik wisata, sampai adanya suatu jenis pengembangan tertentu. Objek dan daya tarik wisata merupakan dasar bagi kepariwisataan. Tanpa adanya daya tari di suatu daerah atau tempat tertentu, kepariwisataan akan sulit untuk dikembangkan.

Dalam Undang-Undang No.9 tahun 1990 tentang kepariwisataan disebutkan bahwa objek dan daya tarik wisata adalah suatu yang menjadi sasaran wisata terdiri atas :

1. Objek dan daya tarik wisata ciptaan Tuhan Yang Maha Esa yang berwujud keadaan alam, flora

dan fauna.

2. Objek dan daya tarik wisata hasil karya manusia yang berwujud museum, peninggalan purbakala,

penilnggalan sejarah, seni dan budaya, wisata agro, wisata guru, wisata petualangan alam, taman

(10)

Objek dan daya tarik wisata menurut Direktorat Jenderal Pemerintah dibagi menjadi tiga

macam, yaitu:

1. Objek wisata alam

Objek wisata alam adalah sumber daya alam yang berpotensi serta memiliki daya tarik bagi

pengunjung baik dalam keadaan alami, maupun setelah ada usaha budidaya. Potensi objek wisata

alam dapat menjadi empat kawasan, yaitu :

a. Flora dan fauna

b. Keunikan dan kekhasan ekosistem, misalnya ekosistem pantai dan ekosistem hutan bakau.

c. Gejala alam, misalnya kawah, sumber air panas, air terjun dan danau.

d. Budidaya sumber daya alam, misalnya sawah, perkebunan, peternakan, usaha perikanan.

2. Objek wisata sosial budaya

Objek wisata sosial budaya dapat dimanfaatkan dan dikembangkan sebagai objek dan daya tarik

wisata, meliputi museum, peninggalan sejarah, upacara adat, seni pertunjukan, dan kerajinan.

3. Objek wisata minat khusus

Objek wisata minat khusus merupakan jenis wisata yang baru dikembangkan di Indonesia.

Wisata ini lebih diutamakan pada wisatawan yang mempunyai motivasi khusus. Dengan demikian,

biasanya para wisatawan harus memiliki keahlian. Contohnya, berburu, mendaki gunung, arung

jeram, tujuan pengobatan, memancing, agrowisata dan lain-lain.

Perencanaan dan pengelolaan objek dan daya tarik wisata alam, sosial budaya, maupun objek

wisata minat khusus harus berdasarkan kebijakan rencana pembangunan nasional maupun regional.

Jika kedua kebijakan rencana tersebut belum tersusun, tim perencana pengembangan objek daya tarik

wisata harus mampu mengasumsikan rencana kebijakan yang sesuai dengan area yang bersangkutan.

Suatu objek wisata dapat enarik untuk dikunjungi oleh wisatawan harus memenuhi

syarat-syarat untk pengembangan daerahnya, menurut Mariani (1991:11) syarat-syarat-syarat-syarat tersebut adalah :

(11)

Di tempat tersebut harus ada objek wisata dan atraksi wisata yang berbeda dengan yang dimiliki

daerah yang lain. Dengan kata lain daerah tersebut harus memiliki daya tarik khusus dan atraksi

budaya yang dapat dijadikan “entertainment” bagi wisatawan.

1. What to see, meliputi pemandangan alam, kegiatan kesenian, dan atraksi wisata.

2. What to do

Di tempat tersebut selain banyak yang dapat dilihat dan disaksikan, harus disediakan fasilitas rekreasi

yang dapat membuat wisatawan betah tinggal lama di tempat itu.

3. What to buy

Tempat tujuan wisata harus tersedia fasilitas untuk berbelanja terutama barang souvenir dan

kerajinan rakyat sebagai oleh-oleh untuk dibawa pulang ke tempat asal.

4. What to arrived

Di dalamnya termasuk askesbilitas, bagaimana kita mengunjungi objek wisata tersebut, kendraan apa

yang digunakan, dan berapa lama tiba di tempat tujuan wisata tersebut.

5. What to stay

Bagaimana wisatawan akan tinggal untuk sementara selama dia berlibur di objek wisata itu.

Diperlukan peningapan-penginapan baik hotel berbintang atau hotel non berbintang dan sebagainya.

Selain itu pada umumnya daya tarik suatu objek wisata berdasarkan atas :

1. Adanya sumber daya yang dapat menimbulkan rasa senang, indah, nyaman dan bersih.

2. Adanya aksesbilitas yang tinggi untuk dapat mengunjunginya.

3. Adanya ciri khusus atau spesifikasi yang bersifat langka.

4. Adanya sarana dan prasarana penunjang untuk melayani para wisatawan yang hadir.

5. Objek wisata alam mempunyai daya tarik tinggi karena keindahan alam pegunungan, sungai,

(12)

6. Objek wisata budaya mempunyai daya tarik tinggi karena mempunyai nilai khusus dalam bentuk

atraksi kesenian, upacara-upacara adat, nilai luhur yang terkandung dalam suatu objek buah

karya manusia pada masa lampau.

1. Atraksi (attraction)

Atraksi wisata yaitu sesuatu yang dipersiapkan terlebih dahulu agar dapat dilihat, dinikmati dan yang termasuk dalam hal ini adalah : tari-tarian, nyanyian kesenian rakyat tradisional, upacara adapt, dan lain-lain. Dalam Oka A. Yoeti (1997:172) tourism disebut attractive spontance, yaitu segala sesuatu yang terdapat di daerah tujuan wisata yang merupakan daya tarik agar orang-orang mau datang berkunjung ke suatu tempat tujuan wisata diantaranya adalah:

a) Benda-benda yang tersedia dan terdapat di alam semesta, yang dalam istilah Natural Amenities. Termasuk klompok ini adalah:

∙Iklim contohnya curah hujan, sinar matahari, panas, hujan, dan salju.

∙Bentuk tanah dan pemandangan contohnya pegunungan, perbukitan, pantai, air terjun, dan

Gunung api. ∙Hutan belukar.

∙Flora dan fauna, yang tersedia di Cagar alam dan daerah perburuan.

∙Pusat-pusat kesehatan, misalnya : sumber air mineral, sumber air panas, dan mandi Lumpur.

Dimana tempat tersebut diharapkan dapat menyembuhkan macam -macam penyakit.

b) Hasil ciptaan manusia (man made supply). Kelompok ini dapat dibagi dalam empat produk wisata yang berkaitan dengan tiga unsur penting yaitu historical (sejarah), cultural (budaya), dan religious (agama).

∙Monumen bersejarah dan sisa peradaban masa lampau (artifact)

(13)

∙Acara tradisional, pameran, pestival, upacara naik haji, pernikahan, khitanan, dan lain-lain. ∙Rumah-rumah ibadah, seperti mesjid, candi, gereja, dan kuil.

2. Aksesibilitas (accesibility)

Aktivitas kepariwisataan banyak tergantung pada transportasi dan komunikasi karena faktor jarak dan waktu yang sangat mempengaruhi keinginan seseorang untuk melakukan perjalanan wisata. Unsure yang terpenting dalam aksesbilitas adalah transportasi, maksudnya yaitu frekuensi penggunaannya, kecepatan yang dimilikinya dapat mengakibatkan jarak seolah-olah menjadi dekat. Selain trasnportasi yang berkaitan dengan aksesbilitas adalah prasarana meliputi jaln, jembatan, terminal, stasiun dan bandara. Prasarana ini berfungsi untuk menghubungkan suatu tempat dengan tempat yang lain. Keberadaan prasarana transportasi akan mempengaruhi laju tingkat transportasi itu sendiri. Kondisi prasarana yang baik akan membuat laju transportasi optimal.

3.Fasilitas (amenities)

Fasilitas pariwisata tidak akan terpisah dengan akomodasi perhotelan Karena pariwisata tidak akan pernah berkembang tanpa penginanapan. Fasilitas wisata merupakan hal-hal penunjang terciptanya kenyamanan wisatawan untuk dapat mengunjungi suatu daerah tujuan wisata. Adapun sarana-sarana penting yang berkaitan dengan perkembangan pariwisata adalah sebagai berikut :

a) Akomodasi Hotel b) Restoran

(14)

f) Keamanan

Pembangunan suatu objek wisata harus dirancang dengan bersumber pada potensi daya tarik yang dimiliki objek tersebut dengan mengacu pada criteria keberhasilan pengembangan yang meliputi berbagai kelayakan, yaitu diantaranya adalah :

1. Kelayakan Finansial, Studi kelayakan ini menyangkut perhitungan secara komersial dari pembangunan objek wisata tersebut. Perkiraan untung–rugi sudah harus diperkirakan dari awal. Berapa tenggang waktu yang dibutuhkan untuk kembali modal pun sudah harus diramalkan.

2. Kelayakan Sosial Ekonomi Regional, Studi kelayakan ini dilakukan untuk melihat apakah investasi yang ditanamkan untuk membangun suatu objek wisata juga akan memiliki dampak social ekonomi secara regional; dapat menciptakan lapangan kerja atau berusaha, dapat meningkatkan penerimaan devisa, dapat meningkatkan penerimaan pada sektor yang lain seperti pajak, perindustrian, perdagangan, pertanian, dan lain–lain. Dalam kaitannya dengan hal ini pertimbangan tidak semata-mata komersial saja tetapi juga memperhatikan dampaknya secara lebih luas (UPI, 2001:1-10)

2.6 Penetapan Lokasi Objek Wisata

Dalam menetapkan suatu lokasi objek wisata harus benar-benar diperhatikan tentang

karakteristik alam dan juga letak lokasi obyek wisata yang strategis, karena dapat mempengaruhi

minat wisatawan yang akan datang nantinya. Untuk itu perencanaan harus sesuai dengan

pembangunan pariwisata di

(15)

strategis, yang nantinya dapat menarik minat pengunjung terutama bagi obyek wisata yang berorientasi menjual suasana obyeknya dan produknya. Faktor yang menjadi pertimbangan objek wisata, yaitu :

• Mudah dijangkau dan dekat dengan kelompok sasaran.

• Pada suatu objek wisata penetapan lokasi merupakan salah satu pendukung pariwisata yang

nantinya dapat menentukan seberapa banyaknya wisatawan yang akan datang bila ingin menetapkan suatu lokasi objek wisata yang ingin dibangun.

2.7.1 Landasan Hukum Objek Wisata

Landasan hukum dalam pengembangan obyek wisata bertujuan untuk meningkatkan koordinasi antara keduanya dan dalam rangka memanfaatkan potensi obyek wisata. Suatu kegiatan dalam pengembangan suatu obyek wisata perlu adanya hukum yang turut membantu dan mengikat serta menjaga obyek wisata dalam upaya perlindungan terhadap pelestarian dan perawatan obyek wisata. Secara fungsional perencanaan, pemanfaatan, pembinaan, dan pengembangan kepariwisataan menjadi tugas dan tanggung jawab Kementerian Pariwisata Dan Ekonomi Kreatif RI. Untuk itu perlu adanya koordinasi antara kementerian ini dengan pihak-pihak yang terkait dalam pengembangan obyek wisata. Untuk itu landasan hukum ini sekaligus sebagai wadah dan payung hukum bagi suatu obyek wisata.

Landasan hokum pengembangan objek wisata berdasarkan surat keputusan (SK) bersama Menteri Pariwisata Pos dan Telekomunikasi (Menparpostel) dan Menteri Pertanian No. KM 47/PW-89 dan No.204/KPTS/HK/050/4/1989.

(16)

sangat dijunjung tinggi oleh Negarasebagai negara yang berazaskan hukum maupun mengutamakan hukum yang berlaku. Landasan hukum inilah yang menjadi pedoman masyarakat Indonesia dalam kehidupan sehari-hari.

2.7.2 Tujuan dan Asas Pengembangan Objek Wisata.

Tujuan pengembangan dari obyek wisata adalah : 1. Meningkatkan nilai estetika dan keindahan alam. 2. Meningkatkan pengembangan objek wisata. 3. Memberikan nilai rekreasi.

4. Meningkatkan kegiatan ilmiah dan pengembangan ilmu pengetahuan. 5. Meningkatkan keuntungan.

a. Keuntungan ekonomi bagi masyarakat daerah :

• Membuka lapangan kerja baru bagi masyarakat pengangguran.

• Meningkatkan pendapatan masyarakat daerah.

• Meningkatkan popularitas daerah.

• Meningkatkan produksi.

b. Keuntungan ekonomi bagi objek wisata.

• Meningkatkan pendapatan objek wisata tersebut.

• Meningkatkan gaji pegawai pengelola objek wisata.

• Meningkatkan sarana dan prasarana yang ada pada objek wisata.

• Meningkatkan sikap kesediaan dalam berperan serta untuk melestarikan potensi daerah objek

wisata dan lingkungan hidup serta manfaat yang diperoleh.

(17)

• Serta meningkatkan mutu asesilitas dan bahan-bahan promosi dalam pengembangan suatu

objek wisata.

Pengembangan obyek wisata didasarkan atas asas sebagai berikut : 1. Asas Pelestarian

Penyelenggaraan program sadar wisata terhadap suatu objek wisata yang hendak dikembangkan dan diarahkan bertujuan untuk meningkatkan kelestarian alam dan lingkungan objek wisata serta kesegaran udara di daerah objek wisata tersebut.

2. Asas Manfaat

Penyelenggaraan program sadar wisata diarahkan untuk dapat memberikan manfaat dan

dampak praktis baik Ekonomi, Sosial

2.9 Motif Perjalanan Wisata

McIntosh mengklasifikasikan motif-motif wisata yang dapat diduga menjadi empat (4) kelompok, yaitu:

1. Motif Fisik, yaitu motif-motif yang berhubungan dengan kebutuhan badaniah, seperti olahraga, istirahat, kesehatan dan sebagainya;

(18)

3. Motif Interpersonal, yang berhubungan dengan keinginan untuk bertemu dengan keluarga, teman, tetangga, atau sekedar dapat melihat tokoh-tokoh terkenal: penyanyi, penari, bintang film, tokoh politik dan sebagainya;

4. Motif status atau motif prestise. Banyak orang beranggapan bahwa orang yang pernah mengunjungi tempat lain itu dengan sendirinya melebihi sesamanya yang tidak bepergian. Orang yang pernah bepergian ke daerah-daerah lain dianggap atau merasa dengan sendirinya naik gengsinya atau statusnya.

Klasifikasi McIntosh tersebut sudah tentu dapat disubklasifikasikan menjadi kelompok-kelompok motif yang lebih kecil. Motif-motif yang lebih kecil tersebut digunakan untuk menentukan tipe perjalanan wisata. Misalnya, tipe wisata rekreasi, olahraga, ziarah, kesehatan. Dibawah ini tercantum sejumlah subkelas motif wisata serta tipe wisatanya yang sering disebut-sebut sebagai berikut:

1. Motif Bersenang-senang atau Tamasya. Motif bersenang-senang atau tamasya, melahirkan tipe wisata tamasya. Wisatawan tipe ini ingin mengumpulkan pengalaman sebanyak-banyaknya, mendengarkan dan menikmati apa saja yang menarik perhatian. Ia tidak terikat pada satu sasaran yang sudah ditentukan dari rumah. Wisatawan tamasya berpindah-pindah dari tempat yang satu ke tempat yang lain dengan menikmati pemandangan alam, adat kebiasaan setempat, pesta rakyat, hiruk pikuk kota besar atau ketenangan tempat yang sepi, monumen, peninggalan sejarah dan sebagainya. Wisatawan tipe ini sukar dibedakan dari tipe wisatawan tipe berikutnya.

(19)

berkuda, mendaki gunung), membaca, mengerjakan hobi dan sebagainya; juga dapat diisi dengan perjalanan tamasya singkat untuk menikmati keadaan di sekitar tempat menginap (Sightseeing). Bedanya dengan wisatawan tipe wisata tamasya adalah; wisatawan tipe rekreasi biasanya menghabiskan waktunya di satu tempat saja, sedang wisatawan tamasya berpindah-pindah tempat.

3. Motif Kebudayaan. Dalam tipe wisata kebudayaan orang tidak hanya sekedar mengunjungi suatu tempat untuk menyaksikan dan menikmati atraksi, akan tetapi lebih dari itu. Ia mungkin datang untuk mempelajari atau mengadakan penelitian tentang keadaan setempat. Seniman-seniman sering mengadakan perjalanan wisata untuk memperkaya diri, menambah pengalaman dan mempertajam kemampuan penghayatannya. Pelukis-pelukis sering menjelajahi daerah-daerah tertentu untuk mencari dan mengumpulkan obyek lukisan. Mereka itu semua mengadakan perjalanan berdasarkan motif kebudayaan. Jelaslah bahwa atraksi tidak selalu berupa kebudayaan, dapat juga berupa keindahan alam, atau seniman, atau guru yang terkenal, untuk mengadakan wawancara, bertukar pikiran dan sebagainya. Dalam wisata budaya itu juga termasuk kunjungan wisatawan ke berbagai peristiwa khusus (special events) seperti upacara keagamaan, penobatan raja, pemakaman tokoh tersohor, pertunjukan rombongan kesenian yang terkenal dan sebagainya.

(20)

5. Wisata Bisnis. Bisnis merupakan motif dalam wisata bisnis. Banyak hubungan terjadi antara orang-orang bisnis. Ada kunjungan bisnis, ada pertemuan-pertemuan bisnis, ada pekan raya dagang yang perlu dikunjungi dan sebagainya, ada yang besar, ada yang kecil. Semua peristiwa itu mengundang kedatangan orang-orang bisnis, baik dari dalam maupun dari luar negeri. Arus wisatawan itu tidak hanya bertambah besar pada waktu peristiwa-peristiwa itu terjadi.

6. Wisata Konvensi. Banyak pertemuan-pertemuan nasional maupun internasional untuk membicarakan bermacam-macam masalah: Kelaparan dunia, pelestarian hutan, pemberantasan penyakit tertentu, sekadar untuk pertemuan tahunan antara ahli-ahli di bidang tertentu, dan sebagainya. Perjalanan wisata yang timbul karenanya pada umumnya disebut wisata konvensi.

7. Motif Spiritual. Motif spiritual dan wisata spiritual merupakan salah satu tipe wisata yang tertua. Sebelum orang mengadakan perjalanan untuk rekreasi, bisnis, olahraga dan sebagainya, orang sudah mengadakan perjalanan untuk berziarah (pariwisata ziarah) atau untuk keperluan keagamaan lain. Tempat-tempat ziarah di Palestina, Roma, Mekkah dan Madinah merupakan tempat-tempat tujuan perjalanan pariwisata yang penting.

8. Motif Interpersonal. Istilah ini belum mapan dalam literatur kepariwisataan. Maksudnya jelas, yaitu bahwa orang dapat mengadakan perjalanan untuk bertemu dengan orang lain: orang dapat tertarik oleh orang lain untuk mengadakan perjalanan wisata, atau dengan istilah kepariwisataan: manusia pun dapat merupakan atraksi wisata.

(21)

menyembuhkan penyakit. Atau wisata kesehatan seperti yang sekarang sering dilakukan pasien Indonesia yang berobat ke Singapura, Jepang, check up ke Amerika Serikat, dan sebagainya. Perjalanan pasien-pasien tersebut adalah perjalanan wisata kesehatan.

Referensi

Dokumen terkait

1 Tetap, gedung dan ruangan kantor UPT Uji Mutu Bahan Bangunan dan Perbengkelan saat ini 3.3 UPT Perkantoran Terpadu Perkantoran Terpadu gedung B lantai 2 sisi

Mosher (1987:198) memberi batasan bahwa petani adalah manusia yang bekerja memelihara tanaman dan atau hewan untuk diambil manfaatnya guna menghasilkan

Pawito (2013) mendasarkan pada pandangan Rummens (2001) menyatakan bahwa identitas kultural biasanya dirasakan sangat penting oleh warga masyarakat/bangsa

Penelitian ini bertujuan untuk: 1) mengembangkan media pembelajaran komik pembuatan busana secara industri bagi siswa kelas XI SMK Negeri 1 Sewon; 2)

Kondisi Cuaca : Pagi cerah, Siang cerah dan Sore berawan Palangkaraya Kegiatan harian daops :.. Apel pagi dan pergantian shift posko jaga malam ke regu posko selanjutnya

Kegiatan pengabdian ini terinspirasi dari permasalahan yang dihadapi guru-guru SD di Gugus V Kecamatan Kububerupa rendahnya produk penelitian yang dihasilkan

Prestasi kerja penulis dalam kegiatan pemupukan tanah adalah 0.15 ha/HK, sedangkan untuk kegiatan pemupukan daun 0.014 ha/HK Beberapa alat yang digunakan dalam kegiatan

Untuk kondisi minimum phase, seperti yang terlihat pada gambar 12 dan 13, kedua kontroler baik MPC maupun PI, terlihat mampu mengikuti referensi yang diharapkan,