• Tidak ada hasil yang ditemukan

HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2019

Membagikan "HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI PADA LANSIA"

Copied!
85
0
0

Teks penuh

(1)

SKRIPSI

HUBUNGAN ANTARA

KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN HIPERTENSI

PADA LANSIA

( Studi di Posyandu Lansia Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Propinsi Kalimantan Selatan )

Oleh :

M I S B A H

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT

UNIVERSITAS AIRLANGGA

SURABAYA

2006

i

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(2)

PENGESAHAN

Dipertahankan di depan Tim Penguji Skripsi

Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga dan Diterima untuk memenuhi salah satu syarat guna memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM) Pada tanggal 30 Juni 2006

Mengesahkan Universitas Airlangga Fakultas Kesehatan Masyarakat

Dekan,

Prof. Dr. H. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk NIP. 130517177

Tim Penguji : 1. Ernawaty, drg., M.Kes

2. Fariani Syahrul, S.KM., M.Kes 3. Waloejo Soetoto, dr

ii

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(3)

SKRIPSI

Diajukan sebagai salah satu syarat guna memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM)

Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Airlangga

Oleh:

M I S B A H

NIM. 100431362

Surabaya, Juli 2006 Mengetahui, Menyetujui,

Ketua Bagian Pembimbing

Dr. Chatarina U.W,dr.,M.S.,M.PH Fariani Syahrul, S.KM,M.Kes NIP. 131290054 NIP. 132087862

iii

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(4)

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala Rahmat dan Hidayah-Nya sehingga dapat terselesaikannya skripsi dengan judul

“HUBUNGAN ANTARA KEBIASAAN HIDUP DENGAN KEJADIAN

HIPERTENSI PADA LANSIA (Studi di Posyandu Lansia wilayah kerja

Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan) “, sebagai salah satu persyaratan dalam rangka memperoleh gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (S.KM).

Hipertensi merupakan gangguan pada sistem peredaran darah , yang cukup mengganggu kesehatan masyarakat. Ada beberapa faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain faktor keturunan, karakteristik orang dan kebiasaan hidup. Oleh karena itu peneliti ingin mempelajari apakah ada hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian hipertensi di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah sehingga dapat dilakukan pencegahan secara dini.

Pada kesempatan ini kami mengucapkan terima kasih yang tak terhingga kepada Ibu Fariani Syahrul, S.KM, M.Kes selaku dosen pembimbing yang telah membimbing dengan sabar serta memberi saran, petunjuk, arahan dan semangat sehingga skripsi ini bisa terselesaikan. Kemudian penulis juga menyampaikan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Tjipto Suwandi, dr., M.OH., SpOk selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga Surabaya

iv

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(5)

2. Ibu Dr. Chatarina U.W., dr., M.S, M.PH selaku Ketua Bagian Epidemiologi Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Airlangga

3. Kepala Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu Sungai Tengah

4. Kepala Puskesmas Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah beserta staf

5. Orang Tua, semua Kakakku dan Kakak Ipar yang telah memberikan dukungan baik moril maupun materil serta do’a

6. Om Eddy Setiadi terima kasih telah memberikan semangat dan dukungan baik moril maupun materil

7. Rekan – rekan Mahasiswa Minat Epidemiologi Lapangan dan Semua pihak yang telah membantu dalam penyusunan skripsi ini.

Semoga Allah SWT memberikan balasan pahala atas segala jerih payah yang diberikan dan skripsi ini berguna bagi peneliti sendiri maupun pihak lain yang memanfaatkan.

Surabaya, Juli 2006

Penulis

v

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(6)

ABSTRACT

Hypertension represent one of disease mounting its patient amount every year, causing the increasing of risk stroke, aneurisma, heart failure, heart attack and kidney damage. Factor causing the happening of hypertension for example clan factor, people characteristic (age, gender) and the life habit (salt consumption, cigarette, alcohol, hypercholesterolemia and stress).

This research aim to learn the relation of between life habit with the hypertension occurence of at compact service post work region Barabai sub district public health center Middle River Pate District Province South Kalimantan.

This Research type is analytic research observasional by using design of research of cross sectional. Sampel is resident of elderly have age to 60 years noted as member of compact service post elderly in region work the public health center Barabai as much 58 people. To know the relation between variable with the hypertension occurence of elderly used by a statistical test of chi square and fisher’s exact test.

Result of research show which is a lot of suffering hypertension of according to age is which have age to 60-69 year 81,03%, woman gender 68,97%, education do not school / finish do not elementary School 72,41%, status marry which still has the couple 72,41% and status work as farmer. Life habit which deal with hypertension occurence of elderly is salt consumption ( p = 0,003) while life habit which not relate to the hypertension occurence of elderly is cigarette ( p = 1,000), athletic activity ( p = 0,450) and leeway exploiting ( p = 0,206).

Is Suggested to do the screening hypertension of to be hypertension patient earn in detecting early before happened by the more fatal risk factor the example is risk stroke, aneurisma, heart failure, heart attack and kidney damage so that can degrade the number prevalence in the area.

Keyword : Life Habit, Hypertension, Elderly

vi

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(7)

ABSTRAK

Hipertensi merupakan salah satu penyakit yang meningkat jumlah penderitanya setiap tahun, menyebabkan meningkatnya risiko stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal. Faktor yang menyebabkan terjadinya hipertensi antara lain faktor keturunan, karakteristik orang (umur, jenis kelamin) dan kebiasaan hidup ( konsumsi garam, merokok, konsumsi alkohol, kolesterol tinggi, kopi dan stress).

Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi Kalimantan Selatan.

Jenis penelitian ini adalah penelitian observasional analitik yang menggunakan desain penelitian cross sectional. Sampel adalah penduduk yang berusia 60 tahun ke atas yang tercatat sebagai anggota Posyandu lansia di wilayah kerja Puskesmas Barabai dengan besar sampel 58 orang. Untuk mengetahui hubungan antara variabel dengan kejadian hipertensi pada lansia digunakan uji statistik chi square dan fisher’s exact test.

Hasil penelitian menunjukkan bahwa sebagian besar lansia yang menderita hipertensi berusia 60 - 69 tahun sebesar 81,03%, jenis kelamin perempuan sebesar 68,97%, pendidikan tidak sekolah / tidak tamat SD sebesar 72,41%, status kawin yang masih mempunyai pasangan hidup sebesar 72,41% dan status bekerja sebagai petani sebesar 79,31 %. Kebiasaan hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah konsumsi garam (p = 0,003) sedangkan kebiasaan hidup yang tidak berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lansia adalah merokok ( p = 1,000), aktivitas olahraga (p = 0,479) dan pemanfaatan waktu luang (p = 0,154).

Disarankan melakukan skrining hipertensi agar penderita hipertensi dapat di deteksi secara dini sebelum terjadi faktor risiko yang lebih fatal seperti stroke, aneurisma, gagal jantung, dan kerusakan ginjal serta dapat menurunkan angka prevalensi di daerah tersebut.

Kata kunci : Kebiasaan hidup, Hipertensi, Lansia

vii

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(8)

DAFTAR ISI

Halaman

HALAMAN JUDUL ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

HALAMAN PERSETUJUAN ... iii

KATA PENGANTAR ... iv

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN ... xvi

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Identifikasi Masalah ... 4

1.3Pembatasan dan Perumusan Masalah ... 5

BAB II TUJUAN DAN MANFAAT ... 7

II.1 Tujuan Umum ... 7

II.2 Tujuan Khusus ... 7

II.3 Manfaat Penelitian ... 8

BAB III TINJAUAN PUSTAKA ... 9

III.1 Lanjut Usia ... 9

III.1.1 Pengertian Lansia ... 9

III.1.2 Batasan Lanjut Usia ... 9

III.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lansia ... 11

III.2 Hipertensi ... 13

III.2.1 Pengertian ... 13

III.2.2 Penyebab (Etiologi) ... 14

III.2.3 Hipertensi pada Lansia ... 15

III.2.4 Gejala Hipertensi ... 18

III.2.5 Komplikasi Hipertensi ... 19

III.2.6 Faktor-faktor Risiko yang Berhubungan dengan Terjadinya Hipertensi ... 20

III.3 Kebiasaan Pemanfaatan Waktu Luang ... 25

III.4 Usaha Pencegahan Hipertensi ... 26

BAB IV KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS ... 27

IV.1 Kerangka Konseptual ... 27

IV.2 Hipotesis ... 28

viii

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(9)

BAB V METODE PENELITIAN ... 29

V.1 Jenis dan Rancang Bangun Penelitian ... 29

V.2 Populasi Penelitian ... 29

V.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel ... 29

V.3.1 Sampel ... 29

V.3.2 Besar Sampel ... 30

V.3.3 Cara Pengambilan Sampel ... 31

V.4 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

V.5 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran ... 31

V.5.1 Variabel yang Diteliti ... 31

V.5.2 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran ... 32

V.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data ... 34

V.7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data ... 34

BAB VI HASIL PENELITIAN ... 35

VI.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian ... 35

VI.1.1 Keadaan Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Barabai ... 35

VI.1.2 Keadaan Demografis ... 35

VI.1.3 Sosial Ekonomi ... 37

VI.1.4 Sarana Pendidikan ... 37

VI.2 Karakteristik Responden ... 37

VI.2.1 Umur dan Jenis Kelamin ... 37

VI.2.2 Pendidikan ... 38

VI.2.3 Status Kawin ... 38

VI.2.4 Status Bekerja... 39

VI.2.5 Konsumsi Garam ... 39

VI.2.6 Merokok ... 40

VI.2.7 Aktivitas Olahraga ... 40

VI.2.8 Pemanfaatan Waktu Luang ... 41

VI.3 Gambaran Karakteristik Lansia Menurut Kejadian Hipertensi ... 41

VI.3.1 Gambaran Umur Menurut Kejadian Hipertensi ... 41

VI.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi .... 42

VI.3.3 Gambaran Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi ... 42

VI.3.4 Gambaran Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi ... 43

VI.3.5 Gambaran Status Bekerja Menurut Kejadian Hipertensi ... 44

VI.4 Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Lansia dengan Kejadian Hipertensi ... 44

VI.4.1 Hubungan Antara Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi ... 44

VI.4.2 Hubungan Antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi ... 45

VI.4.3 Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Hipertensi ... 46

VI.4.4 Hubungan Antara Pemanfaatan Waktu Luang dengan Kejadian Hipertensi ... 47

VI.5 Hasil Analisis Statistik Menurut Variabel Penelitian ... 48

ix

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(10)

BAB VII PEMBAHASAN ... 49

VII.1 Karakteristik Lansia ... 49

VII.1.1 Gambaran Umur Menurut Kejadian Hipertensi ... 49

VII.1.2 Gambaran Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi .... 50

VII.1.3 Gambaran Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi ... 50

VII.1.4 Gambaran Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi ... 51

VII.1.5 Gambaran Status Bekerja Menurut Kejadian Hipertensi .... 51

VII.2 Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Lansia dengan Kejadian Hipertensi ... 52

VII.2.1 Hubungan Antara Konsumsi Garam dengan Kejadian Hipertensi ... 52

VII.2.2 Hubungan Antara Merokok dengan Kejadian Hipertensi ... 54

VII.2.3 Hubungan Antara Aktivitas Olahraga dengan Kejadian Hipertensi ... 55

VII.2.1 Hubungan Antara Pemanfaatan Waktu Luang dengan Kejadian Hipertensi ... 56

BAB VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... 58

VIII.1 Kesimpulan ... 58

VIII.2 Saran ... 59

DAFTAR PUSTAKA ... 60 LAMPIRAN

x

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(11)

DAFTAR TABEL

Nomor Judul Tabel Halaman

III.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint Nationale Committee VI 14

III.2 Perubahan Pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Ginjal

Sehubungan dengan Perubahan Umur 16

III.3 Aliran Darah, Volume Cairan dan Endokrin Dalam Rangkaian

Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi 16

III.4 Prevalensi Hipertensi Pada Umur Lebih dari 60 Tahun 17

VI.1 Distribusi Jumlah Penduduk per Desa / Kelurahan di Wilayah

Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2005 36

VI.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja

Puskesmas Barabai Tahun 2005 37

VI.3 Distribusi Lansia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin

di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 38

VI.4 Distribusi Lansia Menurut Tingkat Pendidikan Wilayah Kerja

Puskesmas Barabai Tahun 2006 38

VI.5 Distribusi Lansia Menurut Status Kawin di Wilayah Kerja

Puskesmas Barabai Tahun 2006 39

VI.6 Distribusi Lansia Menurut Status Bekerja di Wilayah Kerja

Puskesmas Barabai Tahun 2006 39

xi

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(12)

VI.7 Distribusi Lansia Menurut Konsumsi Garam di Wilayah Kerja

Puskesmas Barabai Tahun 2006 40

VI.8 Distribusi Lansia Menurut Kebiasaan Merokok di Wilayah

Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 40

VI.9 Distribusi Lansia Menurut Aktivitas Olahraga di Wilayah

Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 41

VI.10 Distribusi Lansia Menurut Pemanfaatan Waktu Luang di

Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 41

VI.11 Distribusi Umur Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 42

VI.12 Distribusi Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi pada

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 42

VI.13 Distribusi Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 43

VI.14 Distribusi Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi pada

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 43

VI.15 Distribusi Status Bekerja Menurut Kejadian Hipertensi pada

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 44

VI.16 Distribusi Konsumsi Garam Menurut Kejadian Hipertensi pada

Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 45

VI.17 Distribusi Merokok Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 45

xii

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(13)

VI.18 Distribusi Aktivitas Olahraga Menurut Kejadian Hipertensi

pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006 46

VI.19 Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Menurut Kejadian Hipertensi pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai

Tahun 2006 47

VI.20 Distribusi Pemanfaatan Waktu Luang Berdasarkan Kejadian Hipertensi di Posyandu Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas

Barabai Tahun 2006 48

VI.21 Hasil Analisis Statistik Menurut Variabel Penelitian 48

xiii

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(14)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Judul Gambar Halaman

IV.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Kebiasaan Hidup 27 Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia

xiv

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(15)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Judul Lampiran Halaman

1. Kuesioner (Form Wawancara) 63

2. Hasil Uji Statistik 66

3. Surat Ijin Penelitian 70

xv

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(16)

DAFTAR ARTI LAMBANG DAN SINGKATAN

Arti Lambang

% = persentase

> = lebih besar

< = lebih kecil

α = alfa

> = lebih besar atau sama dengan < = lebih kecil atau sama dengan

n = jumlah

p = probabilitas

Singkatan

Lansia = Lanjut Usia

Depkes = Departemen Kesehatan

dkk = dan kawan – kawan

Posyandu = Pos Pelayanan Terpadu

PT = Perguruan Tinggi

PNS = Pegawai Negeri Sipil

Puskesmas = Pusat Kesehatan Masyarakat

KB = Keluarga Berencana

SD = Sekolah Dasar

MI = Madrasah Ibtidaiyah

SLTP = Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama MTsN = Madrasah Tsanawiyah Negeri SLTA = Sekolah Lanjutan Tingkat Atas

SMU = Sekolah Menengah Umum

SMK = Sekolah Menengah Kejuruan TNI = Tentara Nasional Indonesia POLRI = Polisi Republik Indonesia

WHO - ISH = World Health Organization – International Society of Hypertension

xvi

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(17)

BAB I

PENDAHULUAN

I.I Latar Belakang

Pembangunan yang telah dilaksanakan selama ini telah berhasil

meningkatkan derajat kesehatan yang cukup bermakna, walaupun masih

dijumpai berbagai masalah dan hambatan. Reformasi dibidang kesehatan

dimulai dengan dicanangkannya Rencana Pembangunan Kesehatan Menuju

Indonesia Sehat 2010 (Depkes RI, 2000).

Keberhasilan pembangunan ditandai juga dengan meningkatnya usia

harapan hidup dari 45,7 tahun pada tahun 1968 menjadi 68 tahun pada tahun

1995. Usia harapan hidup penduduk Indonesia, diperkirakan terus

meningkat diwaktu-waktu yang akan datang. Salah satu konsekuensi yang

perlu diantisipasi sejak dini adalah meningkatnya persentase penduduk

lansia. Pada tahun 1990 jumlah penduduk berusia 60 tahun keatas mencapai

11,3 juta sedangkan pada tahun 2010 diperkirakan akan melebihi jumlah

anak Balita (Setyoko,1997).

Perubahan demografi ini akan mempengaruhi berbagai aspek

kehidupan lanjut usia, seperti : sosial ekonomi, budaya, kesehatan fisik dan

mentalnya. Dengan demikian, beberapa hal mendasar tentang aspek

kesehatan lanjut usia perlu diketahui dan dipahami, serta dijadikan pedoman

oleh lanjut usia dan berbagai pihak yang terkait dalam mengatasi

permasalahan kesehatan lanjut usia (Hardywinoto,1999). ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(18)

Menurut hasil Survei Kesehatan Rumah Tangga (SKRT) tahun 1972,

1986, dan 1992 diketahui bahwa penyakit jantung dan pembuluh darah

merupakan salah satu dari penyakit degeneratif yang sekarang sudah

menduduki tempat nomor satu penyebab kematian di Indonesia. Dari

berbagai penelitian menunjukkan adanya hubungan antara Dislipidemia,

Diabetes Mellitus, Hipertensi dengan penyakit Jantung Koroner

(Seminar, 2004).

Angka kejadian Hipertensi atau tekanan darah tinggi di Indonesia

cukup tinggi, yaitu 83 per 1000 anggota rumah tangga. Hal ini cukup

mengkhawatirkan, mengingat hipertensi merupakan salah satu penyakit yang

jumlah penderitanya semakin meningkat setiap tahun. Secara umum,

hipertensi merupakan suatu keadaan tanpa gejala, dimana tekanan darah

yang abnormal tinggi didalam arteri menyebabkan meningkatnya risiko

stroke, aneurisma, gagal jantung, serangan jantung dan kerusakan ginjal

(www.indomedia.com,2005).

Diantara penyakit kardiovaskuler ternyata hipertensi atau tekanan

darah tinggi penyebab kematian utama tertinggi yaitu sebesar 53,8%.

Prevalensi hipertensi di Indonesia mencapai angka 10-20 %, berbagai

penelitian yang dikumpulkan Darmojo (1991) sebanyak 1,8 – 28,6 %

penduduk yang berusia diatas 20 tahun adalah penderita hipertensi

(Sidabutar,1993).

Ada berbagai macam batasan tingginya tekanan darah untuk dapat

disebut hipertensi menurut Joint Nationale Committee for Detection,

Evaluation and Treatment for High Blood Pressure ke VI 1999 yaitu apabila ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(19)

mempunyai tekanan sistoliknya ≥ 140 mmHg dan /atau tekanan diastoliknya

≥ 90 mmHg. Hipersistolik apabila mempunyai tekanan sistoliknya saja ≥

140 mmHg, sedangkan untuk hiperdiastolik apabila tekanan diastoliknya

saja yang ≥ 90 mmHg (WHO, 1999).

Gambaran umum masalah hipertensi ini adalah prevalensi 6 - 15%

pada orang dewasa, sebagai suatu proses degeneratif dan ditemukan

kecenderungan peningkatan prevalensi menurut peningkatan usia. Sebanyak

50% penderita tidak menyadari diri sebagai penderita hipertensi mereka

cenderung untuk menderita hipertensi yang lebih berat karena tidak berubah

dan tidak menghindari faktor risiko. Hipertensi ringan sebanyak 70%,

karena itu hipertensi banyak diacuhkan atau terabaikan sampai saat menjadi

ganas (hipertensi maligna). Hipertensi esensial sebesar 90% tidak diketahui

seluk beluk penyebabnya ( Bustan, 1997).

Ada beberapa faktor risiko terjadinya hipertensi, yaitu umur, ras /

suku, urban / rural, geografis, jenis kelamin, kegemukan, stress, tipe

kepribadian, diet tinggi garam, Diabetes Mellitus, alkohol, rokok, kopi dan

pil KB (Bustan, 1997).

Dalam rekomendasi World Health Organization - International

Society of Hypertension (WHO-ISH) bahwa pengobatan hipertensi pada usia

lanjut sama seperti usia yang lebih muda. Tetapi terdapat beberapa hal yang

khusus yang sering dijumpai pada usia lanjut antara lain banyak yang

menderita hipertensi sistolik terisolasi, faktor-faktor risiko kardiovaskuler,

komplikasi kardiovaskuler termasuk kerusakan organ target, banyaknya,

gangguan kognitif, dan lain-lain. Pada usia lanjut hipertensi terbukti jauh ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(20)

lebih tinggi menyebabkan morbiditas dan mortalitas. Hal ini mengakibatkan

sebagian besar hipertensi usia lanjut termasuk dalam golongan risiko tinggi

(www.depkes,2005).

Di kecamatan Barabai kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi

Kalimantan Selatan tahun 2002 terbentuk Posyandu Lansia di bawah

pembinaan puskesmas Barabai. Kegiatan posyandu yang dilakukan adalah

pemantauan kesehatan lanjut usia serta pelayanan pengobatan rawat jalan.

Selama pelaksanaan kegiatan posyandu para lansia yang melakukan

pengobatan banyak yang menderita hipertensi. Dengan demikian perlu

dilakukan penelitian untuk mengetahui faktor yang berhubungan dengan

kejadian hipertensi pada lanjut usia di Posyandu lansia wilayah kerja

Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

1.2 Identifikasi Masalah

Hipertensi adalah suatu gangguan pada sistem peredaran darah yang

cukup banyak mengganggu kesehatan masyarakat. Namun banyak orang

tidak menyadari bahwa dirinya menderita hipertensi. Ada beberapa faktor

risiko terjadinya hipertensi, baik faktor yang dapat diubah maupun faktor

risiko yang tidak dapat diubah. Faktor risiko yang tidak dapat dihindarkan

atau tidak dapat diubah meliputi umur, genetik, dan suku / ras. Sedangkan

faktor risiko hipertensi yang dapat dihindari / diubah antara lain : rokok,

kegemukan, kopi, alkohol, hiperkolesterolemia, obesitas, stress dan diet

tinggi garam (Bustan,1997).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(21)

Usaha pencegahan bermanfaat bagi penderita hipertensi agar

penyakitnya tidak menjadi lebih parah antara lain : olahraga teratur, latihan

meditasi atau relaksasi dan berusaha membina hidup yang positif (Gunawan,

2001).

Besarnya jumlah penduduk lanjut usia dan tingginya persentase

kenaikan lanjut usia memerlukan upaya peningkatan kualitas pelayanan dan

pembinaan kesehatan bagi lanjut usia. Menurut International Institue on

Aging, World Health Organization, Malta (1998) jenis penyakit degeneratif

pada lanjut usia yang penting diketahui adalah hipertensi atau tekanan darah

tinggi (Hardywinoto,1999).

Berdasarkan laporan tahunan Dinas Kesehatan Kabupaten Hulu

Sungai Tengah jumlah penderita hipertensi tahun 2005 sebesar 7376 . Di

Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai pada tahun 2005 diketahui penyakit

hipertensi termasuk 10 besar penyakit yang menempati urutan ke 7 ( 5,90

%) dengan jumlah kasus 841 dan penderita hipertensi terbanyak pada usia >

45 tahun.

1.3 Pembatasan dan Perumusan Masalah

1.3.1 Pembatasan Masalah

Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi.

Data – data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang sering

menyebabkan terjadinya hipertensi. Faktor risiko tersebut antara lain

faktor keturunan / genetik, ras, obesitas, stress / ketegangan jiwa,

alkohol, kopi, dan pola makan. Oleh karena keterbatasan ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(22)

kemampuan peneliti maka penelitian ini dibatasi hanya pada

karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin,

dan status bekerja) dan kebiasaan hidup (konsumsi garam, merokok,

aktivitas olahraga, dan pemanfaatan waktu luang ).

1.3.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang dan identifikasi masalah, maka dapat

dirumuskan permasalahan penelitian sebagai berikut : “ Apakah

kebiasaan hidup berhubungan dengan kejadian hipertensi pada lanjut

usia di Posyandu lansia wilayah kerja Puskesmas Barabai Kecamatan

Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah ?” ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(23)

BAB II

TUJUAN DAN MANFAAT

II.1 Tujuan Umum

Mempelajari hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian

hipertensi pada lanjut usia di Posyandu Lansia wilayah kerja Puskesmas

Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah Propinsi

Kalimantan Selatan.

II.2 Tujuan Khusus

1. Mempelajari karakteristik lansia (umur, jenis kelamin, pendidikan, status

kawin dan status bekerja).

2. Mempelajari hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian

hipertensi pada Lansia.

3. Mempelajari hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi pada

Lansia.

4. Mempelajari hubungan antara aktivitas olah raga dengan kejadian

hipertensi pada Lansia.

5. Mempelajari hubungan antara pemanfaatan waktu luang dengan kejadian

hipertensi pada Lansia.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(24)

II.3 Manfaat Penelitian

1. Bagi Program / Puskesmas

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sebagai bahan informasi

bagi puskesmas Barabai sebagai tempat pelayanan kesehatan terutama

dalam upaya pembinaan kesehatan lansia di Desa Babai.

2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan akan menambah informasi tentang faktor

kebiasaan hidup yang berhubungan dengan kejadian hipertensi pada

lansia.

3. Bagi Peneliti

Dapat menambah wawasan dan mengetahui gambaran karakteristik

tentang kejadian hipertensi pada Lansia serta menambah pengalaman

dalam melakukan penelitian.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(25)

9

BAB III

TINJAUAN PUSTAKA

III.1 LANJUT USIA

III.1.1 Pengertian Lansia

Lanjut usia adalah suatu keadaan alamiah sebagai proses menua. Golongan penduduk yang mendapat perhatian atau pengelompokan tersendiri yang beumur 60 tahun keatas (Bustan, 1997).

III.1.2 Batasan Lanjut Usia

Umur manusia tiap tahun bertambah, usia anak-anak meningkat remaja, kemudian dewasa dan akhirnya usia lanjut (Djiteng,1989).

Peristiwa ketuaan merupakan peristiwa alami yang pasti akan dialami oleh setiap orang. Bila seserorang mulai menua, maka sel-sel tubuhnya akan mengalami proses degenerasi secara fisiologik. Peristiwa ini ditandai dengan semakin menurunnya kemampuan sel-sel tubuh untuk memperbaiki diri dari kerusakan dan efisiensi kerja yang berkurang dari kelenjar-kelenjar tubuh (Astawan,1998).

Batasan usia lanjut yang dipakai selama ini adalah sebagai berikut : 1. Kriteria PBB dalam World Assembly or Aging (WAA) di Wina

pada tahun 1983, batasan usia untuk golongan usia lanjut adalah 60 tahun keatas.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(26)

10

2. Batasan menurut WHO

a. Usia pertengahan (Middle Age) adalah kelompok usia antara 49 – 59 tahun.

b. Usia lanjut (Elderly) adalah kelompok usia antara 60-70 tahun.

c. Tua (old) adalah kelompok usia antara 70-90 tahun.

d. Sangat Tua (Very Old) adalah kelompok usia lanjut lebih dari 90 tahun

3. Indonesia

a. UU RI No.4 tahun1996, batasan usia lanjut adalah berusia 55 tahun keatas dalam program usia pensiun.

b. Menurut Dokumen Pelembagaan Lanjut Usia Dalam Kehidupan Bangsa yang diterbitkan oleh Departemen Sosial dalam rangka pencanangan Hari Lansia Nasional tanggal 29 Mei 1996 oleh Presiden RI, batas umur usia lanjut adalah 60 tahun atau lebih (Pedoman Binkes Usila Bagi Petugas Puskesmas Kesehatan,1998).

c. Pedoman Pembinaan kesehatan usia lanjut bagi petugas kesehatan tahun 2001, membagi menjadi :

1. Usia Prasenilis / virilitas adalah seseorang yang berusia antara 45-59 tahun

2. Usia lanjut adalah seseorang yang berusia 60 tahun keatas. ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(27)

11

3. Usia lanjut resiko tinggi adalah seseorang yang berusia 70 tahun lebih, atau seseorang yang berusia 60 tahun lebih dengan masalah kesehatan.

III.1.3 Perubahan Yang Terjadi Pada Lanjut Usia

Pertambahan usia akan menimbulkan beberapa perubahan, baik secara fisik maupun mental. Perubahan ini akan mempengaruhi kondisi seseorang dari aspek psikologis, fisiologis dan sosio ekonomi. Perubahan – perubahan tersebut akan mengakibatkan terjadinya kemunduran biologis. Kemunduran tentunya akan berpengaruh terhadap penurunan fungsi beberapa organ tubuh (Wiratakusumah, 2001). Oleh karenanya manusia juga harus menyadari bahwa proses menjadi tua tidak bisa dihindari dan harus diterima dengan segala kewajaran sehingga sekarang terletak pada upaya untuk mempertahankan dan meningkatkan kualitas hidup pada tahun – tahun terakhir tadi agar tetap sehat dan berguna bagi masyarakat serta lingkungannya mengingat kondisi anatomi dan faali organ-organ tubuhnya tidak sesempurna ketika berusia muda (Nurkusuma, 2001).

Adapun proses menjadi tua tersebut ditandai dengan perubahan aspek dalam kehidupan lanjut usia, antara lain :

1. Perubahan Fisiologis

Perubahan ini sering ditandai dengan adanya kemunduran fungsi panca indra, berkurangnya elastisitas organ paru, jantung, ginjal, dan tulang, tekstur kulit menjadi kering, kekakuan dan kerapuhan pada

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(28)

12

sendi serta penurunan fungsi faal tubuh secara keseluruhan sehingga kerentanan terhadap penyakit akan meningkat yang biasanya bersifat kronis dan progresif.

Pada lansia tanpa latihan jasmani akan terjadi penurunan absorbsi oksigen dan kapasitas aerobik. Masalah kurang gerak beserta segala dampaknya akan mengarah pada penyakit kardiovaskuler dan menurunnya kebugaran jasmani pada gilirannya akan menurunkan produktivitas kerja dan kualitas fisiknya (Depkes RI, 2002).

2. Perubahan Psikologis

Perubahan ini sering ditandai dengan berkurangnya daya intelektual dan menyempitnya konsentrasi sehingga orang yang mendekati tua seyogyanya berspesialisasi agar lebih matang dalam bidang yang sempit. Kehidupan orang tua biasanya lebih mudah sedih, curiga dan perasaan kurang dihargai sehingga sering merasa kesepian, murung atau bahkan depresi.

3. Perubahan Sosiologis

Berkurangnya keikutsertaan dan partisipasi lansia dalam lingkungannya serta semakin terbatasnya komunikasi dengan orang lain akan berpengaruh terhadap kehidupan emosionalnya. Misalnya masih akan lebih mudah mengalami depresi akibat kehilangan status atau pekerjaan, kehilangan orang yang dicintai serta rasa khawatir yang berlebihan. Keseluruhan perubahan tersebut diatas

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(29)

13

kemungkinan akan sangat berpengaruh terhadap perubahan kepribadiannya.

III.2 HIPERTENSI

III.2.1 Pengertian

Hipertensi adalah suatu keadaan dimana tekanan darah meningkat yang memberikan gejala yang akan berlanjut untuk suatu target organ seperti stroke (otak), penyakit jantung koroner (pembuluh darah jantung) dan hipertropi ventrikel kiri (untuk otot jantung) (Soeparman,1998).

Hipertensi didefinisikan sebagai tekanan darah lebih tinggi dari 140 / 90 mmHg, merupakan penyakit yang cukup banyak diderita masyarakat (Sidabutar,1999). Kebanyakan penderita hipertensi tidak memberikan gejala sehingga dikenal dengan sebagai “Silent Disease”. Keadaan hipertensi yang tidak dikendalikan dapat menimbulkan komplikasi berupa kerusakan organ target (www.indomedia.com,2005).

Menurut Joint Nationale Committee for Detection, Evaluation and Treatment for High Blood Pressure ke VI 1999 yaitu apabila responden mempunyai tekanan sistolik > 140 mmHg dan / atau tekanan diastolik > 90 mmHg.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(30)

14

Tabel III.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint Nationale Committee VI

Kategori Sistolik

Normal Tinggi 130-139 85-89

Glade 1. Hipertensi Ringan Borderline

140-159 140-149

90-99 90-94 Glade 2. Hipertensi Sedang 160-179 100-109 Glade 3. Hipertensi Berat

Isolated Systolic Hypertension

III.2.2 Penyebab (Etiologi)

Hipertensi berdasarkan penyebab dapat dibedakan menjadi 2 (dua ) golongan besar ( www. indomedia.com. 2005) :

1. Hipertensi Esensial (Primer)

Yaitu hipertensi yang tidak diketahui penyebabnya. Berbagai faktor yang diduga turut berperan sebagai penyebab hipertensi primer, seperti bertambahnya umur, stress psikologis, dan hereditas (keturunan). Sekitar 90 % penderita hipertensi diperkirakan dalam kategori ini.

2. Hipertensi Sekunder

Yaitu hipertensi yang disebabkan oleh penyakit. Golongan hipertensi ini yang penyebabnya diketahui secara pasti, misalnya ginjal yang tidak berfungsi, pemakaian kontrasepsi oral, dan terganggunya keseimbangan hormon yang merupakan faktor pengatur tekanan darah.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(31)

15

III.2.3 Hipertensi Pada Lansia

Proses menjadi tua adalah proses yang alamiah dan tidak bisa kita hindarkan, selama proses ini berlangsung akan terjadi pula perubahan anatomi, fisiologi dan biokimia dari organ tubuh termasuk pula sistem kardiovaskuler .

Lansia seringkali menderita lebih dari satu macam penyakit, sehingga pengelolaan hipertensi pada lansia berbeda dengan hipertensi pada orang muda. Beberapa hal yang perlu diperhatikan atau menjadi perhitungan dalam pengelolaan hipertensi pada lansia adalah :

A. Patofisiologi

Sebagian besar etiologi dari hipertensi pada lansia maupun orang muda adalah sama yaitu tidak diketahui (esensial) meskipun demikian sifat dan kelainan hemodinamik yang ada sangatlah berbeda. Hipertensi pada lansia lebih didominasi oleh hipertensi sistolik. Dengan bertambahnya umur terjadi pula proses aterosklerosis sehingga terjadi penurunan compliance pembuluh darah besar, berarti elastisitas dan distensibilitas dari aorta dengan cabangnya menurun. Keadaan inilah yang menimbulkan terjadinya peningkatan tekanan sistolik dan pulse pressure.

Disamping itu pada lansia terjadi pula penurunan sensitivitas dari baroreseptor, rangsangan reseptor simpatis, gangguan sistem renin angiostensin dan sistem renal.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(32)

16

Tabel III.2 Perubahan pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Ginjal Sehubungan dengan Perubahan Umur

Perubahan pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Ginjal Sehubungan dengan Perubahan Umur

Perubahan

Kepekaan reseptor beta adrenal Massa renal

Kecepatan ginjal dalam menyaring darah Aliran darah yang melewati ginjal Kemampuan untuk menjaga sodium Aktivitas plasma rennin

Volume plasma

Tinggi Sumber : Yogiarto,1990

Karakteristik penderita hipertensi pada golongan lanjut usia berbeda dengan golongan usia dewasa. Perbedaan tersebut dapat dilihat dalam tabel sebagai berikut :

Tabel III.3 Aliran Darah, Volume Cairan dan Endokrin Dalam Rangkaian Penyakit Kardiovaskuler Hipertensi

Hipertensi

Total hambatan perifer

Volume cairan diluar sel

Volume cairan dalam pembuluh darah

Aktivitas plasma rennin

Plasma katekolamin

(33)

17

B. Prevalensi

Prevalensi hipertensi pada lansia cenderung meningkat. Hal ini terjadi karena dengan bertambahnya umur, terjadi pula peningkatan tekanan darah baik sistolik maupun diastolik. Tekanan sistolik akan meningkat terus setiap pertambahan umur 10 tahun, sedangkan tekanan darah diastolik akan meningkat lalu mendatar atau menurun setelah umur 40 – 60 tahun.

Tabel III.4 Prevalensi Hipertensi Pada Umur Lebih Dari 60 Tahun Referensi Tipe Hipertensi Ras Pemotongan

Nilai

Dahulu para klinisi beranggapan bahwa penurunan tekanan darah diastolik adalah lebih penting daripada penurunan tekanan darah sistolik pada lansia. Pada kenyataannya dari banyak penelitian Framingham a.l. Chicago Stroke Studi terbukti ada korelasi yang kuat antara tingginya tekanan darah sistolik dengan terjadinya stroke dan gangguan jantung serta penyakit jantung koroner. Penelitian dari HDFP dilaporkan mortalitas hipertensi sistolik terisolasi lebih tinggi 2 kali dari mortalitas dari semua sebab. Jadi peningkatan morbiditas dan mortalitas kardiovaskuler adalah akibat peningkatan tekanan darah sistolik dan diastolik (Yogiarto, 1990).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(34)

18

Pada Lansia yang menderita hipertensi akan terjadi perubahan-perubahan antara lain (Idham, 2002) :

a. Perubahan Vaskuler

Mekanisme dasar peningkatan tekanan sistolik pada lansia adalah hilangnya distensibilitas dan elastisitas pada arteri kapasitas besar.

b. Hipotensi Postural

Disebut hipotensi postural bila terdapat penurunan tekanan sistolik 20 mmHg pada saat berdri. Pada studi SHEP (The Systolic Hypertension in Elderly Program), hipotensi postural terdapat 10,4 % populasi manula.

III.2.4 Gejala Hipertensi

Peninggian tekanan darah sering merupakan satu-satunya gejala pada hipertensi esensial. Hipertensi esensial berjalan tanpa gejala dan baru timbul gejala setelah terjadi komplikasi pada organ sasaran seperti pada ginjal, mata, otak, dan jantung. Gejala hipertensi seperti sakit kepala, mimisan, pusing atau migren sering ditemukan sebagai gejala klinis hipertensi esensial. Pada survey hipertensi di Indonesia gejala-gejala hipertensi misalnya : pusing, mudah marah, sukar tidur, rasa berat ditengkuk, mudah lelah, mata berkunang-kunang, dan telinga berdenging (www.Novita.2002).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(35)

19

III.2.5 Komplikasi Hipertensi

Berbagai macam komplikasi dapat timbul akibat tekanan darah tinggi dalam jangka waktu yang lama. Komplikasi dapat berupa terganggunya fungsi atau kerusakan berbagai organ tubuh.

Organ yang paling sering menjadi target kerusakan akibat hipertensi menurut Hembing (2004) adalah :

1. Kerusakan pada Otak

Kerusakan ini terjadi akibat stroke karena jaringan otak kekurangan oksigen akibat penyumbatan atau pecahnya pembuluh darah otak. Akibatnya timbul kelemahan atau kelumpuhan separuh badan dengan berbagai gangguan lainnya dan dapat menyebabkan kematian.

2. Kerusakan pada Jantung

Komplikasi tekanan darah tinggi dapat menyebabkan pembesaran otot jantung kiri yang berakhir dengan gagalnya jantung menjalankan fungsinya untuk memompa darah ke seluruh tubuh. Keadaan ini ditandai dengan bengkak pada kaki dan kelopak mata, cepat lelah dan sesak napas.

3. Kerusakan pada Ginjal

Kerusakan pada ginjal sangat berbahaya karena dapat mengakibatkan gagalnya fungsi ginjal.

4. Kerusakan pada Mata

Kerusakan pada mata dapat menyebabkan gangguan penglihatan sampai kebutaan.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(36)

20

III.2.6 Faktor – faktor Risiko yang Berhubungan dengan Terjadinya

Hipertensi

Adapun faktor risiko yang berhubungan dengan terjadinya hipertensi adalah sebagai berikut :

1. Umur

Dengan bertambahnya umur, risiko terkena hipertensi lebih besar sehingga prevalensi hipertensi dikalangan lanjut usia cukup tinggi yaitu sekitar 40 % dengan kematian sekitar 50 % di atas usia 65 tahun (Nurkhalida, 2003).

2. Pendidikan

Peran pendidikan mempunyai peran terbalik terhadap tekanan darah, dengan alasan tergantung pada sosial ekonomi itu sendiri (Padmawinata, 2001). Tingkat pendidikan seseorang dapat mempengaruhi dalam mencari alternatif pemecahan masalah untuk mengatasi gangguan kesehatan yang dialaminya. Tingkat pendidikan juga berperan penting dalam beradaptasi dengan lingkungannya termasuk dalam mencegah, mengobati dan memelihara kesehatan dari gangguan penyakit (Notoatmodjo, 2003).

3. Jenis kelamin

Wanita memiliki risiko yang lebih besar untuk terjadinya hipertensi daripada laki-laki (Bustan, 1997).

4. Status bekerja

Di usia muda pada saat produktif selalu dibebani pekerjaan padat sehingga menyita seluruh waktunya, tetapi saat memasuki masa tua tidak ada lagi kesibukan atau memasuki masa pensiun tertentu

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(37)

21

mengalami kebosanan, hidup serba cukup atau dekat dengan anak cucu yang menyayanginya (Trimarjono, 1995). Terdapat banyak bukti bahwa pekerjaan tidak banyak mempengaruhi peningkatan tekanan darah dengan alasan bergantung pada sosio ekonomi (Padmawinata, 2001).

5. Minum kopi

Pengaruh kopi terhadap kejadian hipertensi belum ditemukan tapi kemungkinan besar disebabkan oleh cafein yang ada dalam kopi tersebut (Bustan, 1997).

6. Genetik

Seorang yang mempunyai keluarga, orang tua yang menderita hipertensi maka orang tersebut akan memiliki risiko yang lebih besar untuk menderita hipertensi (Leonard, 1992). Apabila riwayat hipertensi didapatkan pada kedua orang tua maka terjadinya hipertensi esensial lebih besar.

7. Obesitas

Seseorang yang memiliki berat badan yang berlebihan cenderung memiliki tekanan darah yang lebih tinggi daripada orang yang kurus. Hal ini sebagian disebabkan karena tubuh orang yang memiliki berat badan yang berlebihan harus bekerja lebih keras untuk membakar kelebihan kalori yang dikonsumsi (Beevers, 2002).

8. Konsumsi garam

Hipertensi jarang diderita oleh orang dewasa dengan konsumsi garam rendah. Dunia kedokteran juga telah membuktikan bahwa

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(38)

22

pembatasan konsumsi garam dapat menurunkan tekanan darah dan pengeluaran garam (natrium) oleh obat diuretik ( pelancar kencing) akan menurunkan tekanan darah. Adapun pemasukan garam yang tinggi akan menaikkan tekanan darah, hal ini disebabkan karena garam yang mengandung sodium yang berikatan dengan air menyebabkan tekanan darah meningkat (Leonard, 1992).

9. Stress

Stress adalah keadaan ketegangan fisik dan mental / kondisi yang dialami oleh seseorang yang dapat mempengaruhi emosi, proses berfikir dan dapat menyebabkan ketegangan. Stress / ketegangan jiwa (rasa tertekan, murung, rasa marah, rasa takut dan rasa bersalah) dapat merangsang anak ginjal melepaskan hormon adrenalin dan memacu jantung untuk berdenyut lebih cepat dan kuat, sehingga tekanan darah akan meningkat. Jika stress berlangsung lama maka tubuh akan berusaha mengadakan penyesuaian sehingga timbul kelainan organis atau perubahan patologis dengan gejala yang menonjol adalah hipertensi ( Gunawan, 2001).

10.Tipe Kepribadian

Orang yang mempunyai tipe kepribadian A mempunyai risiko terjadinya hipertensi daripada orang yang mempunyai tipe kepribadian B (Bustan, 1997). Kepribadian tipe A cenderung menunjukkan sikap sangat sadar waktu, tidak sabaran, sangat kompetitif, ambisius, agresif, pekerja keras, menetapkan target yang tinggi bagi dirinya dan orang lain, dan cenderung mengembangkan

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(39)

23

emosi yang mengeras pada stress seperti cemas. Sedangkan kepribadian tipe B cenderung menunjukkan sikap tenang, santai, tidak ambisius, kurang rentan terhadap stres dan penyakit jantung (Munandar, 2001).

11.Merokok

Pada perokok risiko untuk terkena hipertensi lebih besar daripada yang tidak merokok, hal ini disebabkan karena merokok dapat merangsang sistem adrenergik yang dapat meningkatkan tekanan darah, tapi hal ini belum dibuktikan secara signifikan (Gunawan, 2001). Ada 2 zat yang dianggap mempunyai efek yang besar yaitu Karbon monoksida (CO) yang terkandung dalam asap rokok dapat mengikat dirinya pada Hemoglobin dengan akibat bahwa Oksigen tersingkir dan tidak dapat digunakan oleh tubuh. Efek kepanjangannya adalah bahwa jaringan pembuluh darah akan terganggu, menyempit dan mengeras sehingga akhirnya dapat mengakibatkan penyumbatan. Nikotin dapat merangsang pelepasan katekolamin yang berfungsi memacu sistem aliran darah dan tekanan darah. Akibatnya adalah bahwa aliran darah akan lebih cepat, tekanan darah akan naik baik sistolik maupun diastolik. Semakin banyak rokok yang dihisap, semakin hebat jantung dipacu. Disamping itu nikotin juga mempunyai efek terhadap penggumpalan darah dalam arti kata bahwa sel-sel trombosit darah akan menggumpal (Slamet, 2002).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(40)

24

12.Alkohol

Kebiasaan minum alkohol berhubungan erat dengan terjadinya obesitas yang merupakan salah satu faktor untuk terjadinya hipertensi. Kebiasaan minum alkohol dan obesitas mempunyai efek aditif terhadap peningkatan tekanan darah. Pada penelitian epidemiologi cross sectional rata-rata tekanan darah meningkat bila intake alkohol di atas 3 gelas perhari. Pada penderita hipertensi yang konsumsi alkoholnya tinggi, tekanan akan menurun dengan menurunnya konsumsi alkohol (Budiman, 1999).

13.Pola makan

Perubahan pola makan yang mengandung lemak, protein dan garam tinggi tapi rendah serat pangan, membawa terhadap berkembangnya penyakit degeneratif termasuk hipertensi (www.Indomedia.com,2005).

14.Aktivitas Olah raga

Tekanan darah meningkat secara tajam ketika sedang berolah raga, tetapi apabila berolah raga secara teratur akan lebih sehat dan bisa memiliki tekanan darah yang lebih rendah daripada yang tidak melakukan olah raga ( Beveers, 2002). Menurut penelitian, olahraga secara teratur seperti gerak jalan, naik sepeda dapat menyerap atau menghilangkan endapan kolesterol dari pembuluh nadi (Gunawan, 2001).

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(41)

25

III.3 KEBIASAAN PEMANFAATAN WAKTU LUANG

Wiratakusumah (2000) menyatakan bahwa orang yang terbiasa untuk mensyukuri segala bentuk kehidupan dan berfikir positif dan selanjutnya menyalurkan hobi, hidup santai dan lepas dari masalah atau stress merupakan cara mengatasi hipertensi.

Stress merupakan salah satu faktor risiko terjadinya hipertensi. Stress tersebut tidak dapat dihindarkan, namun demikian dengan memahami stress itu kita dapat meminimalkan stress dan membuat diri kita lebih sehat, baik secara fisik maupun mental.

Adapun 3 cara mengelola stress yaitu : 1. Penghindaran (Avoidance)

Teknik penghindaran ini digunakan untuk menghindarkan diri dari stress. Misalnya mengelola waktu dengan lebih baik untuk menghindari faktor pencetus stress.

2. Pemutusan hubungan (Short circuiting)

Teknik ini didasarkan atas sebuah kebenaran yang sederhana bahwa sesuatu itu tidak akan menyebabkan stress, kecuali membiarkannya menjadi stress. Misalnya pada waktu antri bisa menggunakan waktu yang ada dengan membaca buku atau majalah favorit.

3. Mitigasi (Mitigation)

Stress tidak mungkin dicegah secara keseluruhan, maka dengan memelihara tubuh kita dengan baik, maka kita mampu mengendalikan stress yang ada dengan baik. Dengan teknik ini ada beberapa metode yang dapat digunakan untuk membantu tubuh memberikan toleransi

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(42)

26

stress dengan lebih baik, sehingga dapat kembali ke kondisi normal dengan lebih cepat, misalnya diet sehat, tidur, berolah raga, rekreasi dan respon relaksasi.

Dengan menggunakan metode-metode tersebut, maka tubuh dapat dengan lebih mudah mengendalikan stress yang tidak dapat dilakukan dengan teknik penghindaran dan pemutusan hubungan.

III.4 USAHA PENCEGAHAN HIPERTENSI

Pencegahan lebih baik daripada pengobatan, demikian juga terhadap hipertensi. Pada umumnya orang akan mengenali hipertensi kalau dirinya atau keluarga sakit atau sampai meninggal dunia akibat hipertensi.

Usaha pencegahan juga bermanfaat bagi penderita hipertensi agar penyakitnya tidak menjadi lebih parah. Untuk menghindari komplikasi hipertensi yang fatal harus dilakukan tindakan pencegahan antara lain sebagai berikut (Gunawan,2001) :

1. Mengurangi konsumsi garam. 2. Menghindari kegemukan (obesitas). 3. Membatasi konsumsi lemak.

4. Olahraga teratur.

5. Makan banyak buah dan sayuran segar. 6. Tidak merokok dan tidak minum alkohol. 7. Latihan relaksasi atau meditasi.

8. Berusaha membina hidup yang positif. ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(43)

29

BAB IV

KERANGKA KONSEPTUAL DAN HIPOTESIS

IV.1 Kerangka Konseptual Penelitian

Ket :

Diteliti Karakteristik Lansia : - Umur

- Jenis kelamin - Pendidikan - Status kawin - Status bekerja

Kebiasaan Hidup : - Konsumsi Garam - Merokok

- Aktivitas OlahRaga - Kebiasaan pemanfaatan waktu luang

- Minum kopi - Alkohol - Pola Makan

HIPERTENSI

- Stress

- Tipe Kepribadian

Tidak diteliti

Gambar IV.1 Kerangka Konseptual Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(44)

29

Banyak faktor risiko yang berhubungan dengan kejadian hipertensi. Penelitian ini bertujuan untuk mempelajari hubungan antara kebiasaan hidup dengan kejadian hipertensi pada lansia. Faktor karakteristik lansia yang akan diteliti yaitu umur, jenis kelamin, pendidikan, status kawin dan status bekerja.

Tekanan darah manusia bukanlah suatu nilai konstan, namun lebih merupakan suatu nilai yang berubah – ubah sepanjang hari. Perubahan itu juga disebabkan oleh kebiasaan hidup pada diri lansia tersebut seperti konsumsi garam, merokok dan aktivitas olahraga, dimana variabel ini diteliti untuk mengetahui kebiasaan hidup dan kebiasaan pemanfaatan waktu luang. Sedangkan faktor minum kopi, konsumsi alkohol, pola makan, stress dan tipe kepribadian tidak diteliti.

VI.2 Hipotesis

1. Ada hubungan antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada lansia

2. Ada hubungan antara merokok dengan kejadian hipertensi pada lansia 3. Ada hubungan antara aktivitas olahraga dengan kejadian hipertensi pada

lansia

4. Ada hubungan antara pemanfaatan waktu luang dengan kejadian hipertensi pada lansia

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(45)

BAB V

METODE PENELITIAN

V.1. Jenis dan Rancang Bangun Penelitian

Jenis penelitian yang digunakan merupakan penelitian observasional

karena dalam pengumpulan data / informasi tanpa melakukan intervensi

atau perlakuan pada responden. Sedangkan berdasarkan tipe penelitian

adalah penelitian analitik karena bermaksud menganalisis hubungan antara

variabel-variabel penelitian. Rancang bangun penelitian ini adalah cross

sectional dimana dalam penelitian ini seluruh variabel diamati pada saat

yang bersamaan dan pada waktu berlangsungnya kegiatan penelitian.

V.2 Populasi Penelitian

Populasi dalam penelitian ini adalah semua penduduk lanjut usia

yang berusia 60 tahun keatas yang tercatat sebagai anggota Posyandu lansia

di wilayah kerja Puskesmas Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah

sebesar 145 orang.

V.3 Sampel, Besar Sampel dan Cara Pengambilan Sampel

V.3.1 Sampel

Sampel adalah penduduk lansia yang berumur 60 tahun keatas

yang tercatat sebagai anggota posyandu lansia dan tinggal di wilayah

kerja puskesmas Barabai kecamatan Barabai kabupaten Hulu Sungai

Tengah.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(46)

V.3.2 Besar Sampel

Besar sampel diambil dalam penelitian ini yaitu menggunakan

rumus sampel minimal menurut Azwar (1993) yaitu :

n1= Z2 x p x q

L2

n2 = _____n1 1+ n1/N

Keterangan :

n1 = Jumlah sampel

n2 = Jumlah sampel sebenarnya

N = Populasi (145 orang)

Z = Titik kepercayaan, α=0,05 = 1,96

p = Sifat suatu keadaan dalam %, jika tidak diketahui maka dianggap

50%

q = 100%-p =50%

L = Bias kesalahan yang diterima, dianggap 10%.

Maka :

n1 = 1,962X 0,5 X 0,5 (10%)

= 1,962 X 0,5 X 0,5 0,12

= 0,9604 0,01

= 96,04

n2 = _____96,04__ = 57,85 1 + 96,04/145

Jadi jumlah sampel dalam penelitian ini adalah sebanyak 58 orang. ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(47)

V.3.3 Cara Pengambilan Sampel

Dalam penelitian ini cara pengambilan sampel dilakukan

secara acak sederhana (simple random sampling) terhadap daftar

anggota Posyandu lansia.

V.4. Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian yang dilakukan di Posyandu Lansia wilayah kerja

Puskesmas Barabai Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah

Propinsi Kalimantan-Selatan karena hanya terdapat satu Posyandu lansia

yang masih aktif dan banyak lansia yang berobat serta belum pernah

dilakukan penelitian. Sedangkan waktu penelitian ini dilaksanakan mulai

penyusunan proposal sampai dengan ujian skripsi dan perbaikan dari bulan

Oktober 2005 sampai dengan Juli 2006.

V.5 Variabel, Definisi Operasional dan Cara Pengukuran

V.5.1 Variabel yang diteliti

a. Variabel terikat (Dependent variable)

Variabel terikat adalah hipertensi.

b. Variabel bebas (Independent variable)

Variabel bebas dalam penelitian ini adalah konsumsi garam, merokok,

aktivitas olah raga, dan pemanfaatan waktu luang. ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(48)

V.5.2 Definisi Operasional dan Cara Pengukuran

Variabel Definisi Operasional Cara Pengukuran Skala

Hipertensi Tekanan darah yang

diukur, hipertensi apabila (WHO, 1999) : sistolik > 140 mmHg atau diastolik > 90 mmHg.

Tidak hipertensi apabila:

sistolik < 140 mmHg atau diastolik < 90 mmHg.

Pengukuran dengan Tensimeter,dikategorikan : 1. Hipertensi

2. Tidak hipertensi

Nominal

Umur Lama waktu hidup

yang dihitung mulai dari tahun lahir sampai tahun penelitian berusia diatas 60 tahun.

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan :

1. 60-69 Tahun

2. > 70 Tahun

Ordinal

Pendidikan Pendidikan formal

terakhir yang pernah dilalui oleh responden.

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan :

1. Tidak sekolah/tidak tamat SD

2. Tamat SD/sederajat

3. Tamat

Status kawin Status perkawinan responden

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan : 1. Kawin untuk setiap bulan

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan :

1. Petani

2. PNS

3. Pensiunan

4. Pedagang

5. Tidak bekerja

Nominal ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(49)

Konsumsi Garam

Kebiasaan responden dalam mengkonsumsi makanan yang rasanya asin ataupun suka menambahkan garam/kecap asin kedalam makanan yang sudah diolah dengan garam.

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan : 1. Tinggi / suka asin 2. Rendah / tidak suka

asin

Nominal

Merokok Kebiasaan merokok

sehari-hari selama 10 tahun terakhir

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan : 1. Ya, bila setiap harinya

menghisap rokok minimal 1 batang/hari dan telah melakukan minimal selama 10 tahun terakhir 2. Tidak, bila selama

hidupnya / selama 10 tahun tidak merokok / tidak rutin

Nominal

Aktivitas Olahraga

Kebiasaan latihan jasmani di udara terbuka secara teratur yang sifatnya ringan, misal : jalan kaki, senam, berlari, bersepeda, minimal dilakukan selama 15 menit

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan : 1.Ya, bila mempunyai

kebiasaan berolahraga > 3 kali dalam

seminggu

2. Tidak, bila mempunyai kebiasaan berolahraga atau mempunyai kebiasaan berolahraga tapi kurang dari 3 kali dalam seminggu dalam mengisi / memanfaatkan waktu luang dengan aktivitas / hobi dan dilakukan terus menerus selain olahraga

Wawancara dengan kuesioner, dikategorikan :

1.Ya, jika memanfaatkan waktu luang

2.Tidak, tidak melakukan sesuatu atau hanya diam dirumah

Nominal ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(50)

V.6 Teknik dan Instrumen Pengumpulan Data

A. Data Primer

Data primer yang dikumpulkan dalam penelitian ini meliputi :

1. Wawancara

Wawancara dilakukan kepada Responden (lansia yang berusia 60

tahun keatas) dengan panduan kuesioner yang telah disiapkan.

2. Pengukuran Tekanan darah dengan menggunakan Tensimeter.

B. Data Sekunder

Data sekunder dalam penelitian ini meliputi :

1. Data demografi dan geografi diperoleh dari Kantor Kecamatan

Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

2. Data jumlah penderita hipertensi diperoleh dari puskesmas Barabai

Kecamatan Barabai Kabupaten Hulu Sungai Tengah.

V. 7 Teknik Pengolahan dan Analisis Data

Data karakteristik lansia dianalisis secara deskriptif kemudian

disajikan dalam bentuk distribusi frekuensi dan tabel. Untuk mengetahui

hubungan antara variabel (konsumsi garam, merokok, aktivitas olahraga dan

pemanfaatan waktu luang) dengan kejadian hipertensi menggunakan uji

statistik Chi square (χ2) dan Fisher’s exact test dengan tingkat kemaknaan

α = 0,05.

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(51)

35

BAB VI

HASIL PENELITIAN

VI.1 Gambaran Umum Lokasi Penelitian

VI.1.1 Keadaan Geografi Wilayah Kerja Puskesmas Kecamatan Barabai

Kecamatan Barabai merupakan salah satu dari 9 kecamatan di Kabupaten Hulu Sungai Tengah (HST), mempunyai 2 buah Puskesmas yaitu Puskesmas Barabai dan Puskesmas Awang Besar. Penelitian ini dilakukan di wilayah kerja puskesmas Barabai yang mempunyai luas wilayah + 39 Km2 atau 71, 47 % dari seluruh luas wilayah kecamatan Barabai ( 54,57 Km2 ) terdiri dari 8 desa dan 5 kelurahan, dengan batas wilayah kerja sebagai berikut :

a. Sebelah Utara berbatasan dengan Kecamatan Batang Alai Utara

b. Sebelah Selatan berbatasan dengan wilayah kerja puskesmas Awang Besar

c. Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Labuan Amas Utara d. Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Batang Alai Selatan

VI.1.2 Keadaan Demografis

Berdasarkan pendataan diperoleh data jumlah penduduk wilayah kerja puskesmas Barabai 39.016 jiwa, terdiri dari laki – laki 18.714 jiwa (47,96 %) dan perempuan 20.302 jiwa (52,04 %) dengan tingkat kepadatan penduduk tidak merata karena sebagian berada di perkotaan yaitu sekitar 25.719 jiwa atau 67,4%. Distribusi jumlah penduduk per desa di wilayah

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(52)

36

kerja puskesmas Barabai Tahun 2005 dapat dilihat pada tabel VI.1 berikut ini :

Tabel VI.1 Distribusi Jumlah Penduduk Per Desa / Kelurahan di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2005

Jumlah Jiwa Desa / Kelurahan

n %

Barabai Barat Barabai Timur Barabai Selatan Barabai Utara

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Barabai, Tahun 2006

Distribusi penduduk yang terbesar di Kelurahan Barabai Darat sebesar 21,04% sedangkan penelitian dilakukan di desa Babai dengan jumlah jiwa 1275 ( 3,26 %) dari seluruh jumlah penduduk di kecamatan Barabai.

Komposisi penduduk menurut jenis kelamin menunjukkan jumlah yang lebih besar pada perempuan 20.302 jiwa (52,04 %) lebih banyak dibandingkan dengan laki-laki 18714 jiwa ( 47,96 %). Distribusi penduduk

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(53)

37

menurut jenis kelamin di wilayah kerja puskesmas Barabai tahun 2005 dapat dilihat pada tabel VI.2 berikut :

Tabel VI.2 Distribusi Penduduk Menurut Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2005

Jenis Kelamin Jumlah (Jiwa) %

Laki – laki Perempuan

18714 20302

47,96 52,04

Jumlah 39016 100

Sumber : Laporan Tahunan Puskesmas Barabai Tahun 2006

VI.1.3 Sosial Ekonomi

Mata pencaharian penduduk di wilayah kerja puskesmas Barabai terdiri dari petani sawah tadah hujan dan rawa, peternak, pedagang, pengrajin, buruh, PNS, TNI , POLRI dan lain-lain.

VI.1.4 Sarana Pendidikan

Fasilitas pendidikan yang ada di kecamatan Barabai adalah Taman Kanak-kanak 21 buah, SD / MI 30 buah, SLTP / MTsN 7 buah, SMU / SMK 7 buah dan Pondok Pesantren 6 buah.

VI.2 Karakteristik Responden

VI.2.1 Umur dan Jenis Kelamin

Umur Lansia sebagian besar antara 60 - 69 tahun sebanyak 47 orang (81,03%) sedangkan yang berumur 70 tahun keatas sebanyak 11 orang (18,97%). Lansia yang berjenis kelamin laki-laki sebanyak 18 orang (31,03%) sedangkan perempuan sebanyak 40 orang (68,97%). Distribusi lansia menurut kelompok umur dan jenis kelamin dapat dilihat dalam tabel VI.3 berikut :

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(54)

38

Tabel VI.3 Distribusi Lansia Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Laki-laki Perempuan Jumlah Kelompok Umur

n % n % n %

60 -69 Tahun 70 Tahun keatas

16

VI.2.2 Pendidikan

Tingkat pendidikan Lansia di wilayah kerja puskesmas Barabai mulai dari tidak sekolah / tidak tamat SD sampai tamat SLTA / Sederajat. Tingkat pendidikan lansia sebagian besar tidak sekolah / tidak tamat SD sebanyak 42 orang ( 72,41 %). Distribusi lansia menurut tingkat pendidikan dapat dilihat dalam tabel VI.4 berikut :

Tabel VI.4 Distribusi Lansia Menurut Tingkat Pendidikan di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Tingkat Pendidikan n %

Tidak Sekolah / Tidak Tamat SD Tamat SD / Sederajat

Tamat SLTP / Sederajat Tamat SLTA / Sederajat

42

VI.2.3 Status Kawin

Sebagian besar lansia di wilayah kerja puskesmas Barabai berdasarkan status kawin yang masih mempunyai pasangan hidup yaitu 42 orang (72,41 %) sedangkan yang mempunyai status kawin janda / duda

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(55)

39

sebesar 16 orang ( 27,59 %). Distribusi lansia menurut status kawin dapat dilihat pada tabel VI.5 berikut :

Tabel VI.5 Distribusi Lansia Menurut Status Kawin di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Status Kawin n %

VI.2.4 Status Bekerja

Sebagian besar lansia di wilayah kerja puskesmas Barabai bekerja sebagai petani yaitu 46 orang (78,31 %) sedangkan lansia yang tidak bekerja termasuk pensiunan sebanyak 12 orang (20,69 %). Distribusi lansia menurut status bekerja dapat dilihat pada tabel VI.6 berikut :

Tabel VI.6 Distribusi Lansia Menurut Status Bekerja di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Status Bekerja n %

Petani

Tidak bekerja / Pensiunan

46 12

79,31 20,69

Jumlah 58 100

VI.2.5 Konsumsi Garam

Lansia yang suka mengkonsumsi garam / makanan yang rasanya asin di wilayah kerja puskesmas Barabai sebanyak 37 orang (63,8%). Distribusi konsumsi garam oleh lansia di wilayah kerja puskesmas Barabai dapat dilihat pada tabel VI.7 berikut :

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(56)

40

Tabel VI.7 Distribusi Lansia Menurut Konsumsi Garam di Wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Konsumsi Garam n %

Tinggi / suka asin Rendah / tidak suka asin

37

Sebagian besar lansia tidak mempunyai kebiasaan merokok yakni 49 orang (84,48%). Dari lansia yang merokok jumlahnya sedikit yaitu 9 orang (15,52%). Kebiasaan merokok dilakukan sejak usia muda (15 tahun ke atas) jenis rokok yang dihisap adalah rokok kretek dengan jumlah rata - rata yang dihisap sehari antara 10 – 19 batang. Distribusi merokok pada lansia dapat dilihat pada tabel VI..8 berikut :

Tabel VI.8 Distribusi Lansia Menurut Kebiasaan Merokok di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Merokok n %

VI.2.7 Aktivitas Olah Raga

Dari 58 responden lansia sebagian besar tidak mempunyai kebiasaan aktivitas olah raga yakni sebanyak 49 orang ( 84,5 %) sedangkan lansia yang mempunyai kebiasaan olah raga hanya sebanyak 9 orang (15,5 %), jenis olah raga yang dilakukan adalah jalan kaki. Distribusi lansia menurut aktivitas olah raga dapat dilihat pada tabel VI.9

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(57)

41

Tabel VI.9 Distribusi Lansia Menurut Aktivitas OlahRaga di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Aktivitas Olah Raga n %

VI.2.8 Pemanfaatan Waktu Luang

Berdasarkan hasil wawancara dengan kuesioner terhadap 58 responden diketahui lansia yang memanfaatkan waktu luang hanya sebanyak 9 orang ( 15,5 %) sedangkan yang tidak memanfaatkan waktu luang sebanyak 49 orang (84,5 %). Distribusi lansia menurut pemanfaatan waktu luang disajikan dalam tabel VI.10

Tabel VI.10 Distribusi Lansia Menurut Pemanfaatan Waktu Luang di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Pemanfaatan waktu luang n %

VI.3 Gambaran Karakteristik Lansia Menurut Kejadian Hipertensi

VI.3.1 Gambaran Umur Menurut Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Berdasarkan hasil penelitian sebagian besar Lansia pada semua kategori umur menderita hipertensi yaitu yang berumur 60 – 69 tahun sebesar 55,3% sedangkan yang berumur 70 tahun keatas sebesar 63,6%. Distribusi umur menurut kejadian hipertensi pada lansia dapat dilihat pada tabel VI.11 berikut :

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(58)

42

Tabel VI.11 Distribusi Umur Menurut Kejadian Hipertensi Pada Lansia di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Jumlah Kategori Umur

n % n % n %

60 -69 tahun 70 tahun keatas

26

VI.3.2 Gambaran Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Lansia yang berjenis kelamin perempuan sebagian besar (61,5%) menderita hipertensi sedangkan yang berjenis kelamin laki-laki hanya 47,4% menderita hipertensi. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel VI.12 berikut ini :

Tabel VI.12 Distribusi Jenis Kelamin Menurut Kejadian Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Jumlah

VI.3.3 Gambaran Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Lansia yang tidak sekolah / tidak tamat SD sebagian besar (57,1%) menderita hipertensi sedangkan yang berpendidikan lebih tinggi yaitu tamat SLTA / Sederajat yang menderita hipertensi sebesar 50 %. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel VI.13 berikut :

ADLN-Perpustakaan Universitas Airlangga

(59)

43

Tabel VI.13 Distribusi Pendidikan Menurut Kejadian Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Kejadian Hipertensi Hipertensi Tidak

Hipertensi

Jumlah Pendidikan

n % n % n %

Tidak sekolah/tdk tmt SD

Tamat SD/Sederajat

VI.3.4 Gambaran Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi Pada Lansia

Berdasarkan status kawin lansia yang masih mempunyai pasangan hidup sebesar 52,4 % menderita hipertensi sedangkan janda/duda yang menderita hipertensi sebesar 68,8%. Untuk lebih jelasnya dapat dilihat pada tabel VI.14 berikut :

Tabel VI.14 Distribusi Status Kawin Menurut Kejadian Hipertensi di wilayah Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2006

Kejadian Hipertensi

Hipertensi Tidak Hipertensi

Jumlah

Gambar

Tabel III.1 Klasifikasi Hipertensi Menurut Joint Nationale Committee VI
Tabel  III.2  Perubahan pada Kardiovaskuler, Endokrin dan Ginjal Sehubungan dengan Perubahan Umur
Gambar IV.1     Kerangka Konseptual Hubungan Antara Kebiasaan Hidup Dengan Kejadian Hipertensi Pada Lansia
Tabel VI.1 Distribusi Jumlah Penduduk Per Desa / Kelurahan di Wilayah                            Kerja Puskesmas Barabai Tahun 2005
+7

Referensi

Dokumen terkait

Tidak ada hubungan signifikan antara kegiatan sosial dengan kejadian insomnia pada lansia di Posyandu Lansia Desa Blulukan, Colomadu Karanganyar. Diharapkan lansia

Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah ada hubungan positif antara kecemasan dengan kejadian hipertensi pada lansia. Subjek dalam penelitian ini

Berdasarkan data yang ada dan meningkatnya hipertensi di Indonesia, maka penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Hubungan Gaya Hidup dengan Kejadian Hipertensi

Dari hasil uji statistik diperoleh nilai p-value sebesar 0,331 artinya tidak ada hubungan yang bermakna antara konsumsi garam dengan kejadian hipertensi pada

Hubungan Antara Perilaku Merokok dan Kebiasaan Olahraga dengan Kejadian Hipertensi Pada Laki-laki usia 18-44 tahun.. Hubungan Konsumsi Rokok dengan Perubahan Tekanan Darah

Asumsi peneliti bahwa lansia hipertensi yang tidak memiliki kebiasaan merokok dapat mengurangi terjadinya peningkatan tekanan darah karena dengan merokok

Skripsi yang berjudul Hubungan antara Konsumsi Makanan dengan Kejadian Hipertensi pada Lansia di UPT Pelayanan Sosial Lanjut Usia Jember telah diuji dan disahkan oleh Fakultas

Hubungan Gaya Hidup Kebiasaan Merokok dengan Kejadian Hipertensi Berdasarkan hasil penelitian, yang dilakukan dengan menggunakan uji chi square antara kejadian hipertensi dengan pola