• Tidak ada hasil yang ditemukan

Pancasila sebagai Ideologi dan Filsafat

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Pancasila sebagai Ideologi dan Filsafat"

Copied!
9
0
0

Teks penuh

(1)

Pancasila sebagai Ideologi dan Filsafat

17:56 |

BAB 1. PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang

Perkembangan masyarakat Indonesia pada saat ini dalam menghadapi era globalisasi yang penuh dengan tantangan dan kemungkinan yang bisa terjadi seakan-akan masyarakat Indonesia terlupa akan jati diri dan falsafah negara Indonesia yang sebenarnya. Pengaruh utama dari luar dapat memberikan pergeseran kehidupan masyarakat sehingga memungkinkan adanya rasa untuk jauh dari kehidupan yang sesuai dengan pancasila. Pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara Indonesia. Dalam pancasila kita dapat menemukan jati diri bangsa menghadapi sekaligus menyesuaikan diri dengan era globalisasi.

Pancasila sebagai dasar falsafah negara Indonesia yang harus diketahui oleh seluruh warga negara Indonesia agar menghormati, menghargai, menjaga dan menjalankan apa-apa yang telah dilakukan oleh para pahlawan khususnya pahlawan proklamasi yang telah berjuang untuk kemerdekaan negara Indonesia ini. Sehingga baik golongan muda maupun tua tetap meyakini.

Pancasila sebagai dasar negara Indonesia tanpa adanya keraguan guna memperkuat

persatuan dan kesatuan bangsa dan negara Indonesia.

Berdasarkan pernyataan diatas perlu adanya kajian yang membahas masalah ini guna adanya solusi yang tepat dalam menghadapi era globalisasi yang mempengaruhi perkembangan zaman pada saat ini tanpa melupakan pancasila sebagai falsafah dan ideologi negara.

1.2 Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas, rumusan masalah yang kita ambil adalah. 1) Apa yang dimaksud pancasila sebagai falsafah negara?

2) Apa yang dimaksud pancasila sebagai ideologi negara?

3) Bagaimana bentuk penyimpangan pancasila sebagai filsafat dan ideologi bangsa ?

1.3 Tujuan dan Manfaat

Berdasarkan rumusan yang telah kami tetapkan, tujuan dan manfaat yang kita peroleh adalah.

1) Untuk mengetahui pancasila sebagai falsafah negara, agar kita dapat memahami falsafah

Negara;

2) Untuk mengetahui pancasila sebagai ideologi Negara, agar kita dapat mengetahui ideologi

Negara;

3) Untuk mengetahui contoh-contoh penyimpangan terhadap filsafat dan ideologi Negara.

BAB 2. PEMBAHASAN

2.1 Pancasila sebagai Filsafat

(2)

Filsafat secara definitif menurut beberapa para ahli filsafat (filsuf) adalah

1. Plato: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang berminat mencapai kebenaran yang asli.

2. Aristoteles: filsafat adalah ilmu pengetahuan yang meliputi kebenaran yang terkandung di dalamnya ilmu-ilmu metafisika, logika, retorika, etika, politik dan estetika.

3. Prof. Drs. Notonegoro, SH: filsafat adalah pengetahuan atau ilmu pengetahuan yang mencari dan mempelajari yang ada (ontologi) dan hakekat yang ada (metafisika) dengan perenungan (kontemplasi) yang mendalam (radikal) sampai menemukan substansinya.

Ditinjau dari perspektif permasalahannya filsafat dapat dikelompokkan menjadi dua macam, yaitu:

1. Pertama: filsafat sebagai hasil perenungan/kontemplasi (produk).

Filsafat sebagai jenis pengetahuan, ilmu, konsep pemikiran-pemikiran para filsuf.

Pada zaman dahulu, yang lazimnya merupakan suatu aliran/paham, misal: idealism rasionalisme, materialisme, pragmatisme. Filsafat sebagai suatu jenis problema yang dihadapi oleh manusia sebagai hasil aktivitas berfilsafat. Jadi manusia mencari suatu kebenaran yang timbul dari persoalan pada akal manusia.

2. Kedua: Filsafat sebagai suatu proses, yang berbentuk sebagai aktivitas berfilsafat, sekaligus proses pemecahan masalah (problem solving) dengan menggunakan berbagai metode tertentu sesuai dengan objeknya.

Adapun cabang-cabang filsafat adalah sebagai berikut:

1. Metafisika: memepelajari hal-hal yang ada di balik alam fisik/alam indrawi (riil), yang meliputi bidang-bidang : ontologi, kosmologi, antropologi, dan theologi.

2. Epistimologi: yang mepelajari tentang hakekat pengetahuan.

3. Logika mempelajari tentang kaidah-kaidah berpikir, yakni tentang axioma, dalil dan rumusan berpikir (thinking) dan bernalar (reasoning)

4. Etika: mempejari hal-hal yang berkaitan dengan moralitas, tingkah laku manusia.

5. Estetika: mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan yang indah (estetik) dan yang mempunyai nilai seni (artistik).

6. Methodologi: mempelajari hal-hal yang berhubungan dengan suatu metode, diantaranya, metode deduksi, induksi, analisa, dan sintesa .

Berdasarkan cabang-cabang filsafat inilah, maka Pancasila dapat dikatakan:

1. Sebagai Sistem Filsafat, karena di dalamnya terdapat nilai-nilai Ketuhanan (theologi), nilai manusia (antropologi), nilai kesatuan (metafisika, yang berhubungan dengan penger tian hakekat satu), kerakyatan (hakekat demokrasi) dan keadilan (hakekat keadilan).

2. Sebagai Susunan kesatuan Organis

Pancasila pada hakekatnya yang terdiri dari sila-sila merupakan satu kesatuan yang tak terpisahkan (komprehensif integralistik). Kesatuan sila-sila dari Pancasila merupakan kesatuan organis yang pada hakekatnya secara filosofis bersumber pada hakekat dasar ontologis manusia, sebagai pendukung dari isi dan inti sila-sila Pancasila, yakni berupa hakekat manusia monopluralis. Hakekat manusia monoprularistik, terdiri dari pertama, hakekat susunan kodrat manusia, yang terdiri dari unsur jiwa (rohani) dan unsur raga (jasmani), kedua: hakekat sifat kodrat manusia yang terdiri dari unsur individu dan sosial, ketiga: hakekat kedudukan kodrat manusia, yang terdiri dari unsur sebagai makhluk yang berdiri

sendiri, maupun sebagai makhluk Tuhan. Unsur-unsur hakekat manusia tersebut merupa kan satu kesatuan yang bersifat organis dan harmonis, yang setiap unsur-unsurnya mempunyai fungsinya masing-masing.

3. Pancasila Bersifat Hierarkis Piramidal

Susunan Pancasila adalah hierarkis piramidal, pengertian matematis pyramidal

(3)

rangkaian tingkat (gradual) dalam luas dan isi sifatnya. Kesatuan sila-sila Pancasila memiliki susunan yang hierarki piramidal, maka Ketuhanan Yang Maha Esa menjadi basis (landasan) dari sila kemanusiaan, persatuan, kerakyatan dan keadilan. Secara ontologis sila-sila dalam Pancasila, yaitu: Tuhan, Manusia, Satu, Rakyat dan Adil.

Pendekatan filsafat pancasila adalah ilmu pengetahuan yang mendalam tentang pancasila. Untuk mendapatkan pengertian yag mendalam, harus mengetahui sila-sila pancasila tersebut dan mengetahui intinya.

Pancasila sebagai filsafat mengandung pandangan, nilai, dan pemikiran yang dapat menjadi subtansi dan isi pembentukan ideologi pancasila. Pancasila sebagai filsafat hidup bangsa Indonesia tumbuh dan berkembang bersamaan dengan tumbuh dan berkembangnya bangsa Indonesia. Prinsip-prinsip yang terdapat dalam pancasila bersumber pada budaya dan pengalaman bangsa Indonesia yang berkembang akibat usaha bangsa dalam mencari jawaban atas persoalan-persoalan esensial yang menyangkut makna atas hakikat sesuatu yang menjadi bagian dari kehidupan bangsa Indonesia. Bagi bangsa Indonesia rumusan daripada nilai-nilai dasar tersebut termuat dalam alinea keempat dari pembukaan UUD 1945.

Pancasila mengandung nilai kerohanian, yakni yang didalamnya terkandung nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai-nilai material, nilai-nilai vital, nilai-nilai kebenaran, nilai-nilai estetis, dan nilai etis/moral. Apabila memahami nilai-nilai dan sila-sila pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan hak dan kewajiban antara hubungan tersebut, yaitu

1. Hubungan vertical, adalah hubungan manusia dengan Tuhan TME sebagai penjelmaan dari

nilai-nilai ketuhan YME.

2. Hubungan horizontal, adalah hubungan manusia dengan sesamanya baik dalam fungsinya

sebagai warga masyarakat, warga bangsa, dan warga Negara.

3. Hubungan alamiah, adalah hubungan manusia dengan alam sekitar yang meliputi hewan,

tumbuh-tumbuhan, dan alam dengan segala kekayaan.

2.2 Pancasila sebagai Ideologi

Idea, berarti gagasan, buah pikiran dan logika berarti ajaran. Maka, ideologi adalah ilmu/ajaran tentang gagasan dan buah pikiran. Pengertian ideologi secara umum adalah suatu kumpulan gagasan, ide, keyakinan serta kepercayaan yang bersifat sistematis yang memberikan arah dan menyangkut tingkah laku sekelompok manusia tertentu dalam berbagai bidang kehidupan, seperti; bidang politik, hukum, hankam, sosial-budaya, dan bidang keagamaan.

Ideologi secara praktis diartikan sebagai sistem dasar seseorang tentang nilai-nilai dan tujuan-tujuan serta sarana-sarana pokok untuk mencapainya. Jika diterapkan oleh Negara maka ideologi diartikan sebagai kesatuan gagasan-gagasan dasar yang disusun secara sistematis dan dianggap menyeluruh tentang manusia dan kehidupannya, baik sebagai individu, sosial, maupun dalam kehidupan bernegara

Ideologi juga dikatakan sebagai ajaran, teori atau ilmu yang yang diyakini kebenarannya, disusun secara sistematis dan diberi petunjuk pelaksanaannya dalam menanggapi dan menyelesaikan masalah yang dihadapi dalam kehidupan bermasyarakat, berbangsa & bernegara. Ideologi pun dikatakan juga sebagai keseluruhan prinsip atau norma yang berlaku dalam suatu masyarakat yang meliputi berbagai aspek, sebagai pedoman dasar dalam mengatur kehidupan berbangsa & bernegara. Contohnya:

1. AS : Declaration of Independence Ideologi Liberal-kapitalistik. 2. Ex Uni Soviet : Manifesto Komunis Ideologi Komunis-Sosialis.

3. Jepang : Tenno Koodo Seismisme. 4. Arab Saudi : Islamisme

(4)

6. Indonesia : Pancasila

Ideologi sebagai suatu istilah yang sering dipergunakan untuk sekelompok cita-cita mengenai berbagai macam masalah politik dan ekonomi serta filsafat sosial yang sering dilaksanakan bagi suatu rencana yang sistematis tentang cita-cita yang dijalankan oleh sekelompok atau lapisan masyarakat. Ideologi memiliki fungsi yang sangat penting, yaitu menanamkan keyakinan akan kebenaran perjuangan kelompok atau kesatuan yang berpegang teguh pada ideologi itu. Ideologi menjadi sumber inspirasi dan sumber cita-cita hidup bagi para warganya, khususnya para warganya yang masih muda.

Ideologi berupa pedoman, artinya menjadi pola dan norma hidup dan sekaligus menjadi ideal atau cita-cita. Realisasi dari ide-ide dipandang sebagai kebesaran, kemuliaan manusia. Dengan melaksanakan ideologi, manusia tidak hanya ingin melakukan apa yang disadari sebagai kewajiban, karena dengan ideologi maka manusia mengejar keluhuran. Oleh karena itu, manusia sanggup mengorbankan harta benda, bahkan hidupnya demi ideologi. Maka, tidak mengherankan jika ideologi menjadi bentuk hidup.

2.2.1 Konsepsi Ideologi

1. Nicollo Machiavelli (Italia, 1469-1527).

Orang pertama yang secara langsung membahas fenomena ideologi (praktik-praktik

politik “Sang Penguasa”) dalam bukunya yang berjudul “Il Principe”

Pendapat Nicollo, yaitu Ideologi merupakan Siasat berpolitik praktis, ini tampak dalam hal :

a) Menilai keadaan menurut kepentingannya.

Contohnya : Seorang pemimpin hanya mementingkan kepentingan pribadinya dibandngkan dengan kepentingan kelompok/organisasinya demi keuntungan pribadinya.

b) Konsepsi keagamaan dipakai untuk menggalang kekuasaan dan melakukan dominasi. Contohnya : Seorang calon anggota legislatif melakukan ceramah-ceramah di suatu tempat untuk mendapat dukungan yang banyak agar dapat memenangkan pemilu (pemilihan anggota legislatif)

2. Antoine Destut de Tracy (Prancis, 1754-1856).

Dalam bukunya berjudul “Les elements del’idelogie”, untuk pertama kali digunakan istilah

ideologi, sekaligus pencipta istilah tersebut.

Pendapat-pendapat Antoine Destut de Tracy adalah;

a) Ideologi merupakan ilmu mengenai gagasan atau ilmu tentang ide-ide (gagasan

yang sehat yang sesuai dengan realitas).

b) Dalam kehidupan praktis sehari-hari, ideologi digunakan untuk memberikan

patokan-patokan untuk melakukan perbaikan keadaan masyarakat.

c) Urusan agama harus dipisahkan dari urusan negara. Negara harus dijalankan

berdasarkan kaidah-kaidah akal budi, bukan kaidah-kaidah agama.

Puspowardoyo (1992) menyebutkan bahwa ideologi dapat dirumuskan sebagai komplek pengetahuan dan nilai secara keseluruhan menjadi landasan seseorang atau masyarakat untuk memahami jagat raya dan bumi seisinya serta menentukan sikap dasar untuk mengolahnya. Berdasarkan pemahaman yang dihayatinya seseorang dapat menangkap apa yang dilihat benar dan tidak benar, serta apa yang dinilai baik dan tidak baik.

2.2.2 Ciri- ciri dan Fungsi Ideologi

(5)

• Sebagai sarana untuk memformulasikan dan mengisi kehidupan manusia secara individual. (Cahyono, 1986)

• Sebagai jembatan pergeseran kendali kekuasaan dari generasi tua (founding fathers) dengan generasi muda. (Setiardja, 2001)

• Sebagai kekuatan yang mampu memberi semangat dan motivasi individu, masyarakat, dan bangsa untuk menjalani kehidupan dalam mencapai tujuan.(Hidayat,2001)

2.2.3 Pembagian Ideologi

Berdasarkan pemikirannnya, ideologi dapat dibagi menjadi dua, yaitu; ideologi tertutup dan ideologi terbuka.

1. Ideologi Tertutup.

Ideologi disebut tertutup, jika tidak dapat menerima dan mengembangkan pemikiran-pemikiran baru, tidak berinteraksi dengan perkembangan zaman, hanya mengandung dimensi idealitas yang bersifat semu, tidak demokratis dan lebih bersifat otoriter. Juga dapat dikatakan sebagai suatu sistem yang bersifat mutlak.

Ciri-ciri ideologi tertutup, yaitu;

a. Bukan cita-cita yang sudah hidup dalam masyarakat, melainkan cita-cita

sekelompok orang yang digunakan untuk mengubah masyarakat;

b. Apabila kelompok tersebut berhasil menguasai negara, maka ideologinya akan

dipaksakan kepada masyarakat

c. Bersifat totaliter, artinya mencakup/mengurusi semua bidang kehidupan,

terutama bidang informasi dan pendidikan karena ini efektif mempengaruhi perilaku masyarakat;

d. Pluralisme pandangan dan kebudayaan ditiadakan, hak asasi tidak dihormati;

e. Menuntut masyarakat untuk setia total dan berkorban untuk ideologi;

f. Isi ideologi tidak hanya nilai-nilai dan cita-cita, tetapi tuntutan-tuntutan konkret operasional

yang keras, mutlak dan total.

2. Ideologi Terbuka

Ideologi disebut terbuka jika ideologi itu dapat menerima dan mengembangkan pemikiran baru dari luar yang tidak bertentangan dengan niali-nilai dasarnya. Ideologi terbuka disebut juga sebagai ideologi yang demokratis, artinya bersedia membuka diri (openmindedness) demi masuknya unsur-unsur dari luar untuk memperkaya nilai-nilai dalam diri sendiri. Dimensi yang di kandung ideologi terbuka ialah dimensi idealitas, realitas, normalitas dan dimensi fleksibelitas.

Ideologi terbuka merupakan suatu sistem pemikiran yang terbuka (ideologi yang tidak dimutlakkan). Pancasila harus terus menerus dimaknai, diwacanakan, dan dijadikan bahan perdebatan publik dalam rangka mencapai solusi atas masalah bangsa. Tidak ada yang keliru dengan Pancasila. Yang keliru adalah pemahaman tunggal atasnya untuk mempertahankan kekuasaan seperti terjadi pada masa lalu (Edi Sudrajat : 2006).

Pancasila merupakan jati diri bangsa, sebagai ideologi terbuka, Indonesia yang kita dituju adalah sesuai dengan cita-cita kemerdekaan kita yang tertuang dalam pembukaan UUD 1945. Indonesia yang maju, modern, dan tidak tercabut dari jati dirinya.

Ciri-ciri ideologi terbuka, yaitu;

a. Merupakan kekayaan rohani, moral, dan budaya masyarakat, bukan keyakinan ideologis sekelompok orang melainkan hasil musyawarah dari konsensus masyarakat itu sendiri;

b. Tidak diciptakan oleh negara, tetapi ditemukan dalam masyarakat sendiri, ia milik seluruh rakyat, dan bisa digali dan ditemukan dalam kehidupan mereka;

c. Isinya tidak langsung operasional. Setiap generasi baru dapat dan perlu menggali kembali falsapah tersebut dan mencari implikasinya dalam situasi kekinian mereka;

(6)

e. Menghargai pluralitas, sehingga dapat diterima warga masyarakat yang berasal dari berbagai latar belakang budaya dan agama.

Keterbukaan Ideologi Pancasila ada batas-batasnya yang tidak boleh dilanggar, yaitu; a. Stabilitas nasional yang dinamis.

b. Larangan terhadap pandangan ekstrim yang menggelisahkan kehidupan masyarakat. c. Penciptaan norma yang baru harus melalui konsensus.

Dimensi Positif & Dimensi Negatif dari Ideologi adalah Keragaman makna ideologi mencerminkan dimensi positif dan negatif ideologi itu. Meskipun ideologi memiliki makna yang bermacam-macam (beragam), namun tidak perlu untuk dipertentangkan. Keragaman

tersebut mencerminkan 2 kutub ideologi, yaitu;

1. Ideologi dapat menjadi sesuatu yang baik, manakala ideologi mampu menjadi pedoman

hidup menuju kehidupan yang lebih baik (Dimensi positif ideologi = menjadi pandangan

hidup).

2. Ideologi menjadi hal yang tidak baik, bila ideologi dijadikan alat untuk menyembunyikan

kepentingan penguasa (Dimensi negatif ideologi = ideologi tidak lebih dari sebuah

kesadaran palsu).

2.2.4 Pancasila sebagai Ideologi Bangsa

Pancasila sebagai ideologi bangsa adalah Pancasila sebagai cita-cita negara atau cita-cita yang menjadi basis bagi suatu teori atau sistem kenegaraan untuk seluruh rakyat dan bangsa Indonesia, serta menjadi tujuan hidup berbangsa dan bernegara Indonesia. Bila kita terapkan rumusan ini pada Pancasila dengan definisi-definisi filsafat dapat kita simpulkan, maka Pancasila itu ialah usaha pemikiran manusia Indonesia untuk mencari kebenaran, kemudian sampai mendekati atau menanggap sebagai suatu kesanggupan yang digenggamnya seirama dengan ruang dan waktu.

Hasil pemikiran manusia yang sungguh-sungguh secara sistematis radikal itu kemuduian dituangkan dalam suatu rumusan rangkaian kalimat yang mengandung suatu pemikiran yang bermakna bulat dan utuh untuk dijadikan dasar, asas, pedoman atau norma hidup dan kehidupan bersama dalam rangka perumusan satu negara Indonesia merdeka, yang diberi nama Pancasila.Kemudian isi rumusan filsafat yang dinami Pancasila itu kemudian diberi status atau kedudukan yang tegas dan jelas serta sistematis dan memenuhi persyaratan sebagai suatu sistem filsafat. Termaktub dalam Pembukaan Undang-Undang Dasar 1945 alinea ke empat maka filsafat Pancasila itu berfungsi sebagai Dasar Negara Republik Indonesia yang diterima dan didukung oleh seluruh bangsa atau warga Negara Indonesia.

Demikian isi rumusan sila-sila dari Pancasila sebagai satu rangkaian kesatuan yang bulat dan utuh merupakan dasar hukum, dasar moral, kaidah fundamental bagi peri kehidupan bernegara dan masyarakat Indonesia dari pusat sampai ke daerah-daerah. Pancasila sebagai dasar Negara, maka mengamalkan dan mengamankan Pancasila sebagai dasar Negara mempunyai sifat imperatif dan memaksa, artinya setiap warga Negara Indonesia harus tunduk dan taat kepadanya. Siapa saja yang melangggar Pancasila sebagai dasar Negara, harus ditindak menurut hukum yakni hukum yang berlaku di Indonesia. Dengan kata lain pengamalan Pancasila sebagai dasar Negara disertai sanksi-sanksi hukum. Sedangkan pengamalan Pancasila sebagai weltanschuung, yaitu pelaksanaan Pancasila dalam hidup sehari-hari tidak disertai sanksi-sanksi hukum tetapi mempunyai sifat mengikat, artinya setiap manusia Indonesia terikat dengan cita-cita yang terkandung di dalamnya untuk mewujudkan dalam hidup dan kehidupanya, sepanjang tidak melanggar peraturan perundang-undangan yang barlaku di Indonesia.

(7)

Negara. Artinya pancasila merupakan satu ideologi yang dianut oleh Negara atau pemerintah dan rakyat Indonesia secara keseluruhan, bukan milik atau monopoli seseorang ataupun sesuatu golongan tertentu. Sebagai filsafat atau dasar kerohanian Negara, yang meruapakn cita-cita bangsa, Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan, yang mewujudkan kenyataan dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan kebangsaan dan kemasyarakatan kita. Bila terjadi kesenjangan dalam kehidupan kenegaraan dan kemasyarakatan, kita harus kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk meluruskan kembali.

2.3 Penyimpangan Pancasila sebagai Fifsafat

Filsafat yang merupakan ilmu pengetauhan yang mempelajari kebenaran suatu ilmu, sama halnya dengan kebenaran tentang pancasila. Salah satu contoh penyimpangan terhadap pancasila sebagai filsafat adalah banyaknya aliran sesat terhadap agama, terutama agama islam. Majelis Ulama Indonesia (MUI) Jember menangani sebanyak lima kasus aliran sesat di kabupaten setempat, yang semuanya bisa diatasi tanpa kekerasan. Ketua MUI Jember bidang Fatwa dan Hukum, Abdullah Samsul Arifin, Selasa kemarin menuturkan, pihaknya banyak menerima keluhan dari masyarakat terkait dengan adanya aliran sesat yang meresahkan di sejumlah daerah.

"Kami menangani sebanyak lima kasus aliran sesat selama beberapa pekan terakhir, namun semuanya bisa diatasi tanpa ada aksi kekerasan," tutur Abdullah yang akrab disapa Gus Aab.Menurut dia, faktor yang menyebabkan timbulnya aliran sesat, antara lain keterbatasan keilmuan yang dimiliki oleh orang yang bersangkutan dan motivasi pelaksanaan ibadah yang kurang tepat.

"MUI Jember selalu melakukan dialog dan membina penganut aliran sesat itu, agar kembali ke jalan yang benar sesuai ajaran agama Islam," ucap Gus Aab yang juga Ketua PCNU Jember.

Kasus aliran sesat yang terbaru adalah aliran yang diasuh oleh Yayasan Qodriyatul Qosimiyah di Kecamatan Wuluhan karena ucapan kalimat syahadat tersebut menyimpang dari ajaran agama Islam. Anggota MUI Jember lainnya, Baharudin Rosyid, menambahkan biasanya tokoh aliran sesat tersebut bukan berasal dari kalangan intelektual, dan mencari terobosan baru yang mudah diikuti oleh masyarakat.

"Biasanya mereka masih mencari jati diri tentang agama Islam, seperti yang dilakukan Yayasan Qodriyatul Qosimiyah yang mengarang buku kitab kuning sendiri, sehingga menyalahi ajaran Islam dan sudah dinyatakan sesat oleh MUI Jember," tuturnya.Menurut Baharudin yang juga Pembina Pimpinan Daerah Muhammadiyah Jember, kriteria aliran sesat antara lain mengingkari salah satu dari enam rukun iman dan lima rukun Islam, menyakini atau mengikuti aqidah yang tidak sesuai dengan Al Quran dan sunnah, dan meyakini turunnya wahyu setelah Al Quran. "Saya mengimbau masyarakat tidak main hakim sendiri dan bertindak anarkhis, apabila ada aliran yang diduga sesat dan menyimpang dari ajaran agama Islam. Lebih baik dilaporkan ke tokoh agama setempat atau MUI Jember," katanya, menambahkan.

Masalah tersebut menyimpang karena, pancasila mengandung nilai kerohanian, yakni yang didalamnya terkandung nilai-nilai secara lengkap dan harmonis, yaitu nilai material, nilai vital, nilai kebenaran, nilai estetis, dan nilai etis/moral. Apabila memahami nilai-nilai dan sila-sila pancasila akan terkandung beberapa hubungan manusia yang melahirkan keseimbangan hak dan kewajiban antara hubungan tersebut, bukan menciptakan suatu kebenaran baru yang belum kuat landasannya.

2.3.1 Cara Menghindari Aliran Sesat

(8)

2.4 Penyimpangan Pancasila sebagai Ideologi

Berbagai bentuk penyimpangan pancasila sebagai Ideologi ini misalnya pada pergaulan bebas pada remaja-remaja. Pergaulan bebas ini menyimpang dari ideologi pancasila karena tidak sesuai dengan cara hidup dan adat istiadat bangsa Indonesia, yang memliki agama, kesopanan, dan rasa sosial yang tinggi. Pergaulan bebas juga dapat berakibat sangat berbahaya bagi masa depannya. Dari pergaulan bebas ini mereka mudah terpengaruh akibatnya dapat mengakibatkan seks bebas yamg akhirnya terjadi hamil diluar nikah, Selain itu, penyebaran penyakit. Penyakit yang saat ini paling menakutkan adalah penyakit kurangnya daya tahan tubuh terhadap serangan HIV aids dan Herpes Simplex II. yang menyebabkan kematian. Seks bebas yang saat ini marak terjadi adalah pergaulan bebas pada anak kuliahan, di jember sendiri saat ini marak adanya penggrebekan di kost-an bebas dan rumah-rumah kontrakan oleh pihak kepolisian pada malam hari.

2.3.1 Penyebab Terjadinya Pergaulan Bebas

Pergaulan bebas berawal ketika remaja mulai melakukan perbuatan yang keluar dari jalur norma-norma yang berlaku di sekitar kehidupan kita. Penyebabnya karena kurang perhatian dari kedua orang tua mereka yang sibuk dengan pekerjaannya atau disebabkan dengan kerusakan rumah tangga karena perceraian dan akhirnya mereka terkena pergaulan bebas akibat terpengaruh dari lingkungan yang tidak baik, dan adanya lingkungan yang mempengaruhi untuk berbuat tidak baik.

2.3.2 Cara Menghindari Pergaulan Bebas

Cara menghindari pergaulan bebas sebenarnya mudah tetapi harus dengan kesadaran dan keinginan untuk berubah yang lebih baik dengan cara sebagai berikut:

1. Bergaullah hanya dengan orang-orang yang taat beragama kelompok muda- mudi dalam peribadatan atau teman-teman sekolah/kuliah yang taat beribadat.

2. Jangan pulang kerumah melebihi jam 9 malam

3. Jangan coba menonton blue film atau baca majalah porno 4. Jangan baca roman picisan/stensilan

5. Perbanyak amal ibadah dan menuruti nasihat orang tua

6. Isi kegiatan waktu senggang dengan berolah raga atau membaca buku-buku yang bermutu.

BAB 3. PENUTUP

3.1 Kesimpulan

Setiap bangsa yang ingin berdiri kokoh dan mengetahui dengan jelas ke arah mana tujuan yang ingin dicapainya sangat memerlukan pandangan hidup (filsafat hidup).Dengan pandangan hidup inilah suatu bangsa akan memandang persoalan-persoalan yang dihadapinya dan menentukan arah serta cara bagaimana memecahkan persoalan tadi.Tanpa memiliki pandangan hidup maka suatu bangsa akan merasa terombang ambing dalam menghadapi persoalan-persoalan besar yang pasti akan timbul,baik persoalan-persoalan di dalam masyarakatnya sendiri,maupun persoalan-persoalan besar umat manusia dalan pergaulan masyarakat bangsa-bangsa di dunia ini.Dengan pandangan hidup yang jelas sesuatu bangsa akan memiliki pegangan dan pedoman bagaimana ia memecahkan masalah-masalah politik,ekonomi,sosial dan budaya yang timbul dalam gerak masyarakat yang makin maju.Dengan berpedoman pada pandangan hidup itu pula suatu bangsa akan membangun dirinya.

(9)

adalah kristalisasi dari nilai-nilai yang dimiliki suatu bangsa itu sendiri,yang diyakini kebenaran nya dan menimbulkan tekad pada bangsa itu untuk mewujudkan nya.

3.2 Saran

Pancasila harus dilaksanakan atau diamalkan karena merupakan satu ideologi yang dianut oleh negara atau pemerintah dan rakyat Indonesia,yang mewujudkan kenyataan dalam penyelenggaraan hidup kenegaraan,kebangsaan dan kemasyarakatan,kita harus kembali kepada filsafat Negara Republik Indonesia untuk mencari jalan keluarnya atau untuk meluruskan kembali.

DAFTAR PUSTAKA

Baso, Andi. 2008. Pendidikan Pancasila. Makassar: FKIP Universitas Muhammadiyah Makassar.

Ibsik, Sangkala. 2005/2006. Pendidikan Pancasila. Makassar: Universitas Negeri Makassar.

Hariyadhie. 1994. Perspektif Gerakan Mahasiswa 1978 dalam Percaturan Politik Nasional. Jakarta: Golden Terayon Press, hlm.128

Hasanuddin, Muhajirah. 2008. Pendidikan Pancasila. Makassar: Universitas Muhammadiyah Makassar.

Mahifal. 2008. Pancasila sebagai Falsafah Hidup Bangsa

Indonesia. http://bisikankalbu.files.wordpress.com/2008/11/1-pancasila-sebagai-pandangan-hidup-bangsa-dan-dasar-negara-republik-indonesia.pdf. [2 Mei 2013]

Djanarko, Indri. 2011. BAB III Pancasila sebagai

Referensi

Dokumen terkait

SSL VPN V O IP Terdapat studi yang menjelaskan bahwa penambahan SSL VPN pada koneksi IP phone call menggunakan jaringan broadband yang stabil dapat membuat transmisi suara

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: 1) penerapan prinsip-prinsip manajemen mutu pendidikan di SMA Negeri 3 Gorontalo. 2) prinsip-prinsip yang belum terlaksana dalam

Dari definisi tersebut dikatakan bahwa Educational data mining adalah disiplin ilmu yang mendalami tentang pembangunan pola- pola yang unik yang dihasilkan dari

Pemberian nilai setiap subklas variabel didasarkan pada pendekatan teoritis dan hasil penelitian-penelitian sebelumnya yang menunjukan kesesuaian variabel pada lahan

Produsen 2 dengan modal Rp 20.600.00 dan hanya memproduksi dua jenis produk yakni kursi tamu dan kursi makan memiliki rasio omset penjualan terbesar yakni 1,40 berarti

daya antioksidannya sedang yang dipengaruhi oleh banyaknya senyawa antioksidan yang terdapat dalam ekstrak daun salam seperti flavonoid, saponin, steroid dan

Data Primer ialah jenis dan sumber data penelitian yang di peroleh secara langsung dari sumber pertama (tidak melalui perantara), baik individu maupun

Hasil tersebut menunjukkan Ho ditolak dan Ha diterima, bisa dikatakan secara parsial variabel reliability memiliki pengaruh yang positif dan signifikan terhadap