• Tidak ada hasil yang ditemukan

Penerapan Kaidah Bahasa Indonesia dalam

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2018

Membagikan "Penerapan Kaidah Bahasa Indonesia dalam"

Copied!
19
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN A.Latar Belakang

Dalam pemahaman umum, bahasa Indonesia sudah diketahui sebagai alat berkomunikasi. Setiap situasi memungkinkan seseorang memilih variasi bahasa yang akan digunakannya. Berbagai faktor turut menentukan pemilihan tersebut, seperti penulis, pembaca, pokok pembicaraan, dan sarana.

Dalam situasi resmi, misalnya dalam kegiatan ilmiah, sudah sepantasnya digunakan bahasa Indonesia ragam baku. Salah satu ciri ragam bahasa ilmiah ialah benar.Pemahaman benar yaitu menyangkut kesesuaian dengan kaidah bahasa Indonesia baku. Ragam bahasa baku dipahami sebagai ragam bahasa yang dipandang sebagai ukuran yang pantas dijadikan standar dan memenuhi syarat sebagai ragam bahasa orang yang berpendidikan.

Kaidah yang menyertai ragam baku mantap, tetapi tidak kaku, cukup luwes sehingga memungkinkan perubahan yang bersistem dan teratur di berbagai bidang. Hal ini tentu saja dalam kerangka bahasa Indonesia yang baik dan benar. Baik dalam pemahaman sesuai dengan situasi dan benar dalam pemahaman sesuai dengan kaidah tata bahasa.

(2)

B.Rumusan Masalah

1. Apa pengertian Ejaan?

2. Apa saja pembagian dari Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD?

C.Tujuan Penelitian

1. Untuk mengetahui pengertian Ejaan

(3)

BAB II PEMBAHASAN Penerapan Kaidah Bahasa Indonesia dalam Ejaan

A. Pengertian Ejaan

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antar lambang-lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

B. Dari Ejaan Van Ophuijsen Hingga EYD a. Ejaan Van Ophuijsen

Pada tahun 1901 ditetapkan ejaan bahasa Melayu dengan huruf latin, yang disebut ejaan Van Ophuijsen. Van Ophuijsen merancang ejaan itu yang dibatu oleh Engku Nawawi Gelar Soetan Ma’moer dan Moehammad Taib Soetan Ibrahim. Hal-hal yang menonjol dalam ejan van Ophijsen adalah sebagai berikut.

1. Huruf j dipakai untuk menuliskan kata-kata jang, pajah, sajang.

2. Huruf oe dipakai untuk menuliskan kata-kata goeroe, itoe, oemoer

3. Tanda diakritik, seperti koma, ain dan tanda trema, dipakai untuk menuliskan kata-kata ma’moer, ‘akal, ta’, pa’, dinamai’.

b. Ejaan Soewandi

Pada tanggal 19 maret 1947 ejaan soewandi diresmikan untuk menggantikan ejaan Van Ophuijsen. Ejaan baru itu oleh masyarakat diberi julukan ejaan republik. Hal-hal yang perlu diketahui sehubungan dengan pergantian ejaan itu adalah sebagai berikut.

1. Huruf oe diganti dengan huruf u seperti guru, itu, umur.

2. Bunyi hamzah dan bunyi sentak ditulis dengan k, seperti pada kata-kata tak, pak, maklum,rakjat.

3. Kat ulang boleh ditulis denga angka-2, seperti anak2, berjalan2, ke-barat2-an.

(4)

Perkembangan politik selama tahun-tahun berikutnya mengurungkan peresmian ejaan itu.

d. Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan

Pada tanggal 16 agustus 1972 Presiden Republik Indonesia meresmikan pemakaian ejaan Bahasa Indonesia. Peresmian ejaan baru itu berdasarkan putusan presiden No.57, tahun 1972. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan menyebarkan buku kecil yang berjudul Pedoman Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan, sebagai pematokan pemakaian ejaan itu.

Beberapa hal yang perlu diemukakan sehubungan dengan ejaan bahasa indonesian yang disempurnakan adalah sebagai berikut.

1. Perubahan Huruf

Ejaan soewandi Ejaan yang Disempurnakan

dj djalan, djauh j jalan, jauh

j pajung, laju y payung, layu

nj njonja, bunyi ny nyonya, bunyi

2. Huruf-huruf dibawah ini, yang sebelumnya sudah terdapat dalam ejaan soewandi sebagai unsur pinjaman abjad asing, diresmikan pemakaiannya.

Contohnya: f maaf, fakir

v valuta, universitas

3. Huruf-huruf q dan x yang lazim digunakan dalam ilmu eksakta tetap dipakai.

Contohnya: a : b = p : q Sinar-X

4. Penulisan di-atau ke sebagai awalan dan di atau ke sebagai kata depan dibedakan, yaitu di- atau ke- sebagai awalan ditulis serangakai dengan kata yang mengikutinya, sedangkan di atau ke sebagai kata depan ditulis terpisah dengan yang mengikutinya.

5. Contohnya:

di-(awalan) di(kata depan)

ditulis di kampus

dibakar di rumah

dilempar di jalan

(5)

Ejaan ini berbicara tentang (1) pemakaian huruf, (2) penulisan huruf, persukuan, dan (4) penulisan nama diri.

(1) Nama-nama Huruf

Dalam buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang Disempurnakan Disebutkan bahwa abjad yang digunakan dalam bahasa indonesia terdiri atas huruf-huruf yang berikut. Nama tiap-tiap huruf disertakan di sebelahnya.

Disamping itu, dalam bahasa Indonesia terdapat pula diftong, yang biasa dieja au, ai dan oi yang dilafalkan sebagai vokal yang diikuti oleh bunyi konsonan luncuran w dan y. Dalam bahasa Indonesia terdapat juga konsonan yang terdiri dari atas gabungan huruf, seperti

kh, ng, ny, dan sy.

Dalam hal-hal khusus terdapat juga gabungan huruf nk, misalnya dalam bank dan sanksi , sedangkan pemakaian gabungan huruf dl, dh, gh, dz, th, dan ts, seperti dalam kata hadlir, dharma, maghrib, adzan, bathin, dan hatsil tidak digunakan dalam bahasa Indonesia.

(6)

Huruf e dapat dilafalkan menjadi e benar, seperti terdapat dalam kata-kata lele, beres, materi, merah, dan kaget, dan dapt pula dilafalkan menjadi e lemah atau e pepet, seperti terdapat dalam kata-kata beras, segan, kenal, benar dan cepat.

(2) Lafal singkatan dan kata

Semua singkatan atau kata yang terdapat dalam bahasa Indonesia termasuk singkatan yang berasal dari bahasa asing harus dilafalkan secara lafal Indonesia.

Singkatan/Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

AC [a se] [a ce]

Ke mana [ke mana?] [ke mana]

Beberapa [be’be’rapa] [bebrapa]

Akronim bahasa asing (singkatan yang dieja seperti kata) yang bersifat internasional mempunyai kaidah tersendiri, yakni tidak dilafalkan seperti lafal Indonesia, tetapi singkatan ituntetap dilafalkan seperti lafal aslinya.

Misalnya:

Kata Lafal Tidak Baku Lafal Baku

Unesco [u nes tjo] [yu nes ko]

Unicef [u ni tjef] [yu ni sef]

Sea Games [se a ga mes] [si ge ims]

(7)

persukuan yang perlu diperhatika dengan cermat adalah sebagai berikut.

a. Penyukuan Dua Vokal yang Berurutan Ditengah Kata

Jika ditengah kata ada dua vokal yang berurutan pemisahan tersebut dilakukan diantara kedua vokal itu.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

lain la - in la-in

saat sa - at sa-at

b. Penyukuan Dua Vokal Mengapit Konsonan di Tengah Kata

Jika di tengah kata ada konsonan di antara dua vokal, pemisahan tersebut dilakukan sebelum konsonan itu.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Seret ser-et se-ret

Masam mas-am ma-sam

Ng, ny, sy, dan kh melambagkan satu konsonan, gabungan huruf itu tidak pernah diceraikan sehingga pemisahan suku kata terdapat sebelum atau sesudah pasagan huruf itu.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Langit lan-git la-ngit

Masyarakat mas-yarakat ma-syarakat

c. Penyukuan Dua Konsonan Berurutan di Tengah Kata

Jika di tengah kata ada dua konsonan yang berurutan, pemisahan tersebut terdapat diantara kedua konsonan itu.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Maksud ma-ksud mak-sud

Langsung langs-ung lang-sung

d. Penyukuan Tiga Konsonan atau Lebih di Tengah Kata

Jika di tengah kata ada tiga konsonan atau lebih, pemisahan tersebut dilakukan diantara konsonan yang pertama (termasuk ng, ny, sy, dan kh) dengan yang kedua.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Abstrak abs-trak ab-strak

(8)

Untuk kata-kata yang berasal dari dua unsur yang masing-masing mempunyai arti, cara penyukuannya melalui dua tahap. Pertama,

kata tersebut dipisahkan unsur-unsurnya. Kedua , unsurnya yang telah dipisahkan itu dipenggal suku-suku katanya.

Misalnya :

Kilogram -kilo gram -ki-lo-gram

Telegram -tele gram -te-le-gram

e. Penyukuan Kata yang Berimbuhan dan Berpartikel

Imbuhan (awalan dan akhiran), termasuk yang mengalami perubahan bentuk, dan partikel yang biasanya ditulis serangkai dengan kata dasarnya, dalam penyukuan kata dipisahkan sebagai satu kesatuan.

Misalnya:

Kata Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Santapan santa-pan santap-an

Mengail meng-ail me-ngail (kata dasar kail) f. Penyukuan Nama Orang

Nama pemisahan yang salah pemisahan yang benar

Yuyun Nailufar Yuyun Nai-lur Yuyun

Nailufar

Isa Ansori Isa An-sori Isa Ansori

(4) Penulisan nama diri

Penulisan nama diri, nama sungai, gunung, jalan, dan sebagainya disesuaikan dengan kaidah yang berlaku.

Misalnya:

Universitas Padjajaran Soepomo Poedjosoedarmo

f. Penulisan Huruf

Dalam ejaan bahasa Indonesia yang disempurnakan, penulisan huruf menyangkut dua masalah yaitu, (1) penulisan huruf besar atau huruf kapital dan, (2) penulisan huruf miring.

1. Penulisan Huruf Besar atau Huruf Kapital

Kaidah penulisan huruf besar atau huruf kapital sebagai berikut.

a. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama kalimat berupa petikan langsung.

Misalnya:

(9)

Presiden RI, Susilo Bambang Yudhoyono, mengatakan, “Yang diperlukan oleh bangsa kita saat ini adalah rekonsiliasi nasional.”

b. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama dalam ungkapan yang berhubungan dengan hal-hal keagamaan, kitab suci, dan nama tuhan, termasuk kata ganti Nya.

Misalnya:

Limpahkan rahmat-Mu, ya Allah.

Dalam Al-Quran terdapat ayat-ayat yang menganjurkan agar manusia berakhlak terpuji.

c. Huruf besar atau kapital dipakai sebagai huruf pertama nama gelar (kehormatan, keturunan, agama),jabatan, dan pangkat yang diikuti nama orang.

Misalnya:

Pergerakan itu dipimpin oleh Haji Agus Salim

Pemerintah memberikan anugerah kepada Mahaputra Yamin

Jika tidak diikuti oleh nama orang tua atau nama wilayah, nama gelar, jabatan, dan pangkat itu harus dituliskan dengan huruf kecil.

Misalnya:

Calon jemaah haji DKI tahun ini berjumlah 525 orang. Seorang presiden akan diperhatikan oleh rakyatnya.

Akan tetapi, jika mengacu kepada orang tertentu,nama gelar, jabatan, dan pangkat itu dituliskan dengan huruf kapital.

Misalnya:

1. Pagi ini Menteri perindustrian terbang ke Nusa Penida. Di Nusa Penida Menteri meresmikan sebuah kolam renang.

2. Dalam seminar itu Presiden Susilo Bambang Yudhoyono memberikan sambutan. Dalam sambutan nya Presiden mengharapkan agar para ilmuwan lebih ulet mengembangkan ilmunya untuk kepentingan bangsa dan negara.

d. Kata-kata van, den, da, de, di, bin, dan ibnu yang digunakan sebagai nama orang tetap ditulis dengan huruf kecil, kecuali jika kata-kata digunakan sebagai nama pertama atau terletak pada awal kalimat. Misalnya:

1. Tanam paksa di Indonesia diselenggarakan oleh van den Bosch. 2. Harta yang melimpah milik Jufri ibnu Sulaiman sebagian besar akan

disumbangkan ke panti asuhan.

(10)

Misalnya:

1. Dalam bahasa Sunda terdapat kata lahan.

2. Kita bangsa Indonesia harus bertekad untuk menyukseskan pembangunan.

Jika nama bangsa, suku, dan bahasa itu sudah diberi awalan dan akhiran sekaligus, kata-kata itu harus ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

1. Kita harus berusaha mengindonesiakan kata-kata asing.

2. Baru saja ia tinggal disana satu tahun, ia sudah keinggris-inggrisan.

Kalau tidak membawa nama suku, nama itu harus dituliskan dengan huruf kecil. tahun, bulan, hari, hari raya, dan peristiwa sejarah.

Misalnya:

1. Biasanya, umat Islam seluruh dunia merasa sangat berbahagia pada

hari Lebaran.

2. Tahun 1998 Masehi adalah tahun yang suram bagi perekonomian kita.

g. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama khas geografi.

Misalnya:

1. Tahun 1985 Provinsi Sumatera Barat mendapat anugerah Parasamya Purnakarya Nugraha.

2. Di Teluk Jakarta telah dibangun suatu proyek perikanan laut.

h. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama nama resmi badan, lembaga pemerintahan, dan ketatanegaraan, serta nama dokumentasi resmi.

Misalnya:

(11)

Akan tetapi, jika tidak menunjukkan nama resmi, kata-kata seperti itu ditulis dengan huruf kecil.

Misalnya:

Menurut undang-undang dasar kita, semua warga negara mempunyai kedudukan yang sama.

Iran adalah suatu negara yang berbentuk kerajaan

i. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama

semua kata didalam nama buku, majalah, surat kabar, dan judul karangan, kecuali kata partikel seperti di, ke, dari, untuk, dan yang,

yang terletak pada posisi awal. Misalnya:

1. Idrus mengarang buku Dari Ave Maria ke jalan lain ke Roma. 2. Buku Pedoman Umum Ejaan Bahasa Indonesia yang

Disempurnakan diterbitkan oleh Balai Pustaka.

j. Huruf besar atau huruf kapital dipakai dalam singkatan nama gelar dan sapaan, kecuali gelar dokter.

Misalnya:

Proyek itu dipimpin oleh Dra. Jasika Murni.

Hadi Nurzaman, M.A. diangkat menjadi pimpinan kegiatan itu.

k. Huruf besar atau huruf kapital dipakai sebagai huruf pertama kata penunjuk hubungan kekerabatan, seperti bapak, ibu, saudara, kakak, adik, dan paman yang dipakai sebagai kata ganti atau sapaan.

Misalnya:

Surat Saudara telah saya terima.

Ibunya menjawab pertanyaan Samsi, “pagi tadi Ibu menjemput pamanmu di pelabuhan.

Penulisan huruf miring

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan nama buku, nama majalah, dan surat kabar yang dikutip dalam keterangan. Misalnya:

Pusat Pembinaan dan Pengembangan Bahasa menerbitkan majalah

Bahasa dan Kesusastraan.

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menegaskan atau mengkhususkan huruf, bagian kata, atau kelompok kata.

misalnya:

(12)

Huruf miring dalam cetakan dipakai untuk menuliskan kata nama-nama ilmiah atau ungkapan bahasa asing atau bahsa daerah, kecualiyang disesuaikan ejaannya.

Misalnya:

Nama ilmiah buah manggis ialah carcinia mangestana.

g. Penulisan kata

a) Kata dasar ditulis sebagai satu satuan yang berdiri sendiri, sedangkan pada kata turunan, imbuhan (awalan, sisipan, atau akhiran) dituliskan serangkain dengan kata dasar nya. Gabungan kata hanya mendapat awalan atau akhiran,awalan atau akhiran itu dituliskan dengan kata yang bersangkutan saja.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Di didik dididik

Di suruh disuruh

Di lebur dilebur

Kalau gabungan kata sekaligus mendapat awalan dan akhiran, bentuk kata turunannya itu harus dituliskan serangkai.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Menghancur leburkan menghancurleburkan

Pemberi tahuan pemberitahuan

Ketidak adilan ketidakadilan

Mengambing hitamkan mengambinghitamkan

b) Kata ulang ditulis secara lengkap dengan menggunakan tanda hubung. Kata ulang, tidak hanya berupa pengulangan kata dasar dan sebagian lagi kata turunan, mungkin pula pengulangan kata itu sekaligus mendapatkan awalan dan akhiran. Kemungkinan yang lain, salah satu bagiannya adalah bentuk yang dianggap berasal dari kata dasar yang sama dengan ubahan bunyi. Mungkin pula, bagian itu sudah agak jauh berbeda dari bentuk dasar (bentuk asal). Namun, apabila ditinjau dari maknanya, keseluruhan itu menyatakan perulangan.

Misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Jalan2 jalan-jalan

di-besar2-an dibesar-besarkan

(13)

c) Gabungan kata majemuk termasuk yang lazim disebut kata majemuk bagian-bagiannya dituliskan terpisah

misalnya:

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Dayaserap daya serap

Bentuk Tidak Baku Bentuk Baku

Mana kala manakala

Sekali gus sekaligus

Bila mana bilamana

Dari pada daripada

Selain itu, jika salah satu unsurnya tidak dapat berdiri sendiri sebagai satu kata yang mengandung arti penuh, hanya muncul dalam kombinasi, unsur itu harus dituliskan serangkai dengan unsur lainnya.

Misalnya:

Bentuk Tidak baku Bentuk Baku

A moral amoral

Antar warga antarwarga

Catur tunggal caturwarga

Catatan:

(1) Jika bentuk tersebut diikuti oleh kata yang huruf awalnya huruf besar, di antara kedua unsur itu dituliskan tanda kurung (-)

Misalnya: non-Indonesia pan-islamisme

(2) Unsur maha dan peri dalam gabungan kata ditulis serangkai dengan unsur berikutnya, yang berupa kata dasar. Tetapi jika diikuti kata berimbuhan, kata maha dan peri itu ditulis terpisah. Ada ketentuan khusus, yaitu kata

maha yang diikuti oleh esa ditulis terpisah walaupun diikuti kata dasar. Misalnya:

Semoga Yang Mahakuasa merahmati kita.

(14)

d) Kata ganti ku dan kau -yang ada pertaliannya dengan aku dan engkau -ditulis serangkai dengan kata yang mengikutinya; kata ganti ku, mu, dan

nya –yang ada pertaliannya dengan aku, kamu, dan dia –ditulis serangkai dengan yang mendahuluinya.

Misalnya:

Pikiranmu dan kata-katamu berguna untuk memajukan negeri ini. Kalau mau, boleh kauambil buku itu.

e) Kata depan, di, ke, dan dari ditulis terpisah dari kata yang mengikutinya, kecuali jika berupa gabungan kata yang sudah dianggap padu benar, seperti kepada dan daripada.

Misalnya:

1) Saya pergi ke beberapa daerah untuk mencarinya, tetapi belum berhasil 2) Ketika truk Belanda sudah bergerak ke timur, gerilyawan yang

sembunyi di bawah kaki bukit lari ke arah barat.

f) Partikel pun dipisahkan dari kata yang mendahuluinya karena pun sudah hampir seperti kata lepas.

Misalnya:

1) Jika saya pergi, dia pun ingin pergi.

2) Ia sudah sering ke desa ini, tetapi sekali pun ia belum pernah singgah ke rumah saya.

2) Bagaimanapun sulitnya, saya harus menempuh ujian sekali lagi.

g) Partikel per yang berarti ‘mulai’, ‘demi’ dan ‘tiap’ ditulis terpisah dari bagian-bagian kalimat yang mendampinginya.

Misalnya:

1) Harga kain itu Rp10.000,00 per meter.

2) Saya diangkat menjadi pegawai negeri per oktober 1974

(15)

Misalnya:

1) Hotel Sahid Jaya, Kamar 125 2) Surah Ali Imran, Ayat 12 3) 5 cm

i) Penulisan lambang bilangan dengan huruf dilakukan sebagai berikut. 1) Dua ratus tiga puluh lima (235)

2) Seratus empat puluh delapan (148)

j) Penulisan kata bilangan tingkat dapat dilakukan dengan tiga cara yang berikut.

1) Abad XX ini dikenal juga sebagai abad tekhnologi.

2) Presiden Bill Clinton mengirimkan 250 orang wartawan ke Afrika Selatan. Ke-250 orang itu mengalami kesulitan disana.

k) Penulisan kata bilangan yang mendapatkan akhiran –an mengikuti cara yang berikut.

Misalnya:

1) Sutan Takdir Alisyahbana adalah pujangga tahun 30-an 2) Bolehkah saya menukar uang dengan lembaran 1.000-an

l) Lambang bilangan yang dapat dinyatakan dengan satu atau dua kata, ditulis, dengan huruf, kecuali jika beberapa lambang dipakai secara berurutan, seperti dalam perincian atau pemaparan.

Misalnya:

1) Dia sudah memesan dua ratus bibit cengkeh

2) Ada sekitar lima puluh calon mahasiswa yang tidak diterima di akademi itu.

m) Lambang bilangan pada awal kalimat ditulis dengan huruf. Misalnya:

1) Dua belas orang menderita luka berat dalam kecelakaan itu. 2) Dua puluh helai kemeja terjual pada hari ini.

n) Kecuali di dalam dokumen resmi, seperti akta dan kuitansi, bilangan tidak perlu ditulis dengan angka dan huruf sekaligus dalam teks.

Bentuk Tidak Baku

1) Jumlah pegawai di perusahaan itu 12 (dua belas) orang

(16)

Bentuk Baku

1) Jumlah pegawai di perusahaan itu dua belas orang. 2) Di perusahaan kami terdapat 350 buah buku.

h. Penulisan Unsur Serapan

Berdasarkan taraf integrasinya unsur pinjaman dalam bahsa Indonesia dapat dibagi atas dua golongan besar.

Pertama, unsur yang belum sepenuhnya terserap ke dalam bahasa Indonesia, seperti reshuffle, shuttle, cock, I’exploitation de I’homme par I’homme, unsur-unsur ini dipakai dalam konteks bahasa Indonesia, tetapi pengucapannya masih mengikuti cara asing.

Kedua, unsur asing yang pengucapan dan penulisannya disesuaikan dengan kaidah bahasa Indonesia diusahakan agar ejaan asing hanya diubah seperlunya hingga bentuk Indonesianya masih dapat dibandingkan dengan bentuk asalnya.1 Misalnya:

Kata Asing Penyerapan yang Salah Penyerapan yang Benar

Risk resiko risiko

System sisitim sistem

Effective efektip efektif

Survey survei survai

Management managemen manajemen

(17)

Pertanyaan

1. Kapankah Ejaan Soewandi di resmikan ? 2. Apakah nama lain dari konsep ejaan bersama ? 3. Jelaskan secara singkat sejarah peresmian EYD ?

4. Pedoman umum ejaan Bahasa Indonesia yang disempurnakan dan Pedoman umum pembentukan istilah. Kapan kah kedua pedoman tersebut di revisi ?

(18)

BAB III PENUTUP KESIMPULAN

Yang dimaksud dengan ejaan adalah keseluruhan peraturan bagaimana melambangkan bunyi ujaran dan bagaimana antar hubungan antar lambang-lambang itu ( pemisahan dan penggabungannya dalam suatu bahasa). Secara teknis, yang dimaksud dengan ejaan adalah penulisan huruf, penulisan kata, dan pemakaian tanda baca.

Sebelum EYD diresmikan oleh presiden republik indonesia,terdapat beberapa Ejaan lainnya yaitu :

1.Ejaan Van Ophuijsen

2.Ejaan Soewandi

3.Ejaan Melindo

(19)

DAFTAR PUSTAKA

Referensi

Dokumen terkait

Perjanjian dengan pembebanan jaminan fidusia ini diberlakukan karena adanya suatu pemberian kredit berarti ada suatu resiko tidak dibayarnya pengembalian kredit kepada

Di Koridor Jalan Ahmad Yani Medan yang menjadi kawasan penelitian, arcade muncul sebagai salah satu karakterisik ruko-ruko pada masa kolonial. Arcade merupakan ruang untuk

Prinsip pengukuran tinggi badan menggunakan tranduser ultrasonik adalah sebagai berikut:Pulsa ultrasonik yang merupakan sinyal gelombang ultrasonik dikirimkan dari

Proses analisa semantik akan dicari kata-kata yang berhubungan dengan kata relasi dan kata kunci domain ontologi yang dicari, dari teks bebas yang diberikan

Rapat Pleno tersebut juga dihadiri oleh saksi 3 (tiga) Pasangan Calon dan berlangsung dengan aman, lancar serta demokratis dan berakhir sekitar pukul 23.00 dengan

60 Pembahasan lebih komprehensif mengenai aliran fungsionalisme teks seperti dikutip Esack, lihat Buckley, “The Hermeneutical Deadlock Between Revelationists, Textualists,

It is concluded that by comparing the degree of differences between the two models in daytime and night: by using the model ATC E to simulate the LST annual

Metode pengajaran yang diberikan berupa tutorial, kuliah, diskusi kelompok, belajar mandiri, PKL; keterampilan medik (tramed) berupa anamnesis dan pemeriksaan yang