• Tidak ada hasil yang ditemukan

Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Materi Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Hindu-Budha Di Indonesia Kelas IV Di SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan Tahun Ajaran 2018/2019

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Materi Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Hindu-Budha Di Indonesia Kelas IV Di SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan Tahun Ajaran 2018/2019"

Copied!
169
0
0

Teks penuh

(1)
(2)
(3)
(4)
(5)

i

NIM : 36151029

Jurusan : Pendidikan Guru Madrasah Ibtidaiyah

Pembimbing I : Dr. Usiono, MA

Pembimbing II : Nunzairina, M.Ag

: Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa dengan Menggunakan Model Pembelajaran Snowball Throwing Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha di Indonesia Kelas IV di SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan Tahun Ajaran 2018/2019

Kata Kunci : Model pembelajaran Snowball Throwing, hasil belajar.

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui: (1) Hasil belajar siswa sebelum diterapkannya model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia. (2) mengetahui proses penerapan model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran IPS tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia (3) Mengetahui respon siswa terhadap proses pembelajaran dengan menerapkan model pembelajaran

snowball throwing pada mata pelajaran IPS tokoh-tokoh sejarah pada masa

Hindu-Budha di Indonesia. (4) hasil belajar siswa setelah diterapkannya model pembelajaran snowball throwing pada mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia.

Penelitian ini merupakan penelitian tindakan kelas (PTK). Subjek penelitian ini adalah siswa kelas IV SD Negeri 064966 Medan yang berjumlah 22 orang. Tehnik pengumpulan data dilakukan dengan 3 cara yaitu: (1) observasi (2) wawancara (3) tes.

Temuan penelitian ini adalah sebagai berikut: (1) hasil belajar siswa sebelum di terapkannya model pembelajaran snowball throwing masih sangat rendah, hal ini dapat dilihat dari nilai rata-rata siswa sebesar 68,63 dan yang tuntas belajar hanya 9 orang (40,90%). (2) penerapan model pembelajaran snowball

throwingpada mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa

Hindu-Budha di Indonesia. Siklus I memiliki persentase ketuntasan hasil belajar klasikal 63,63% dengan nilai rata-rata 79,09 (3) Pada siklus II hasil belajar siswa memiliki persentase ketuntasan klasikal 86,36% dengan nilai rata-rata 86,36. (4) Serta respon siswa terhadap penerapan model pembelajaran snowball throwingsangat baik.

Medan, Juni 2019 Pembimbing Skripsi

Dr. Usiono, MA

(6)

ii

Assalamu‟alaikum Warahmatullahi wabaraakatuh

Segala puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah Subhanahu Wata‟ala, yang telah melimpahkan nikmat yang tak terhitung, Rahmad dan Karunia-Nya kepada penulis sehingga dapat menyelesaikan skripsi ini. Shalawat dan salam kepada Rasulullah Shallallahu „Alaihi Wasallam, selaku panutan memberi risalah yang baik bagi umat Islam.

Skripsi yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing Mata Pelajaran IPS Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha di Indonesia Kelas IV SD Negeri 064966 Kec Medan Perjuangan T. A 2018/2019” merupakan sebuah karya ilmiah yang di susun penulis untuk memenuhi persyaratan memperoleh gelar Sarjana Pendidikan (S.Pd) pada Fakultas Ilmu Tarbiyah dan Keguruan.

Penulis menyadari bahwa penulis hanyalah manusia biasa yang tidak akan luput dari salah dan khilaf. Sehingga penulis yakin, dalam karya ini terdapat kesalahan ataupun kejanggalan. Untuk itu, dengan segala kerendahn hati penulis memohon maaf yang sebesar-besarnya dan tidak lupa penulis mengharapkan kritikan dan saran yang membangun bagi perbaikan karya ini nantinya.

(7)

iii

menyampaikan ucapan terima kasih yang sedalam-dalamnya terkhusus kepada Ibu tersayang Nurli Sigalingging dan Ayahanda Tercinta Ma’Mun Situmorang serta kakak yang luar biasa hebatnya dimata saya Yusnidar Situmorang, M.A yang telah banyak memberikan dorongan, semangat, nasehat, serta materil yang diberikan kepada penulis dari kecil hingga seperti sekarang. Tidak lupa pula penulis berterima kasih kepada:

1. Bapak Rektor Universitas Islam Negeri Sumatera Utara Prof.Dr.H.Saidurrahman, M.Ag.

2. Bapak Dekan Fakultas Tarbiyah dan Keguruan UIN Sumatera Utara Medan Dr. Amiruddin Siahaan, M.Pd.

3. Ibu Dr. Salminawati, S.S, M.Aselaku ketua jurusan PGMI FITK UINSU dan selaku penasehat akademik beserta para staf-stafnya yang telah membantu dalam penyelesaian skripsi ini.

4. Bapak Dr. Usiono, M.A selaku Dosen Pembimbing I dan IbuNunzairina, M.Agselaku dosen pembimbing II yang telah bersedia meluangkan waktu dan pikirannya untuk membimbing, mengarahkan dan memberikan saran kepada penulis hingga selesainya penyusunan skripsi ini.

5. Ucapan terima kasih kepada Ibu Salminawati Nasution S.Pd selaku kepala SD Negeri 064966 Medan Perjuangan dan Ibu Roidah Gultom S.Pd selaku guru wali kelas IV serta seluruh dewan guru dan para siswa kelas IV yang telah banyak membantu penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

(8)

iv

peminjaman buku, baik selama masa kuliah, maupun proses penyusunan skripsi.

7. Ucapan terima kasih kepada adik-adik kost tersayang, Nur Mawaddah, Khairunnisa, Khoiriah, Putri, yang telah mendukung untuk membantu penulis selama mengerjakan skripsi dan sama-sama berjuang untuk meraih gelar “S.Pd.”

8. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang dan tercinta, Risma Sari, Ainun Aini, Nurkholidan Dalimunthe, Riska Desiana, Puji Ummi Riskiati, Rita Aini Irawan, Hamimah, Sairina Simanungkalit, yang senantiasa memberi motivasi, semangat dan dukungan untuk membantu penulis selama mengerjakan skripsi dan sama-sama berjuang untuk meraih gelar “S.Pd” 9. Ucapan terima kasih kepada sahabat-sahabat tersayang dan tercinta

seperjuangan PGMI-4 Stambuk 2015 yang luar biasa yang tidak bisa saya sebutkan satu persatu yang senantiasa memberi motivasi, semangat dan dukungan untuk membantu penulis selama mengerjakan skripsi dan sama-sama berjuang untuk meraih gelar “S.Pd”.

Untuk itu dengan hati yang tulus penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada mereka, semoga Allah SWT membalas kebaikan mereka dengan berlipat ganda. Penulis juga meminta maaf apabila ada kekurangan dan kelemahan didalam skripsi ini karena kesempurnaan itu hanya milik Allah SWT.

(9)
(10)

vi HALAMAN JUDUL HALAMAN PERSETUJUAN HALAMAN PENGESAHAN HALAMAN PERNYATAAN ABSTRAK ...i

KATA PENGANTAR ...iii

DAFTAR ISI ...vii

DAFTAR TABEL ...ix

DAFTAR LAMPIRAN ...x

BAB I: PENDAHULUAN...1

A. Latar Belakang Masalah ...1

B. Identifikasi Masalah ...7

C. Batasan Masalah...8

D. Rumusan Masalah ...8

E. Tujuan Penelitian ...8

F. Manfaat Penelitian ...9

BAB II LANDASAN TEORITIS ...11

A. Kerangka Teoritis ...11

1. Kajian Tentang Belajar ...11

a. Pengertian Belajar ...11

b. Hasil Belajar ...14

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Hasil Belajar ...17

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial ...19

3. Materi Tokoh-tokoh Sejarah Pada Masa Hindu-Budhadi Indonesia ...21

4. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing ...27

a. Pengertian Model Pembelajaran ...27

b. Model Pembelajaran Kooperatif ...28

c. Model Snowball Throwing ...36

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Snowball Throwing ...37

(11)

vii

BAB III METODE PENELITIAN ...44

A. Pendekatan dan Jenis Penelitian...44

B. Subyek Penelitian ...47

C. Tempat dan Waktu Penelitian ...47

D. Prosedur Penelitian...47

1. Siklus I ...48

2. Siklus II ...51

E. Tehnik Pengumpulan Data ...54

F. Tekhik Analisi Data ...55

BAB IV: HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN ...58

A. Paparan Data ...58

1. Deskripsi Profil Sekolah ...58

B. Hasil Belajar Sebelum Tindakan ...59

C. Hasil Belajar Setelah Tindakan ...61

1. Tindakan Pertama (Siklus I) ...61

2. Tindakan Kedua (Siklus II) ...72

D. PEMBAHASAN ...83

BAB V: PENUTUP ...92

A. Kesimpulan ...92

B. Saran ...93

DAFTAR PUSTAKA ...94 DAFTAR RIWAYAT HIDUP

(12)

viii

Tabel 3.1 Bagan Siklus Penelitian Tindakan kelas45 Tabel 4.1 Profil Sekolah 58

Tabel 4.2 Data Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar Pra Tindakan 60 Tabel 4.3 DataHasil Observasi Guru Pada Siklus I65

Tabel 4.4 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus I 68

Tabel 4.5Data Ketuntasan Belajar Siswa PadaTesHasilBelajar I 70 Tabel 4.6 Data Hasil Observasi Guru Pada Siklus II76

Tabel 4.7 Data Hasil Observasi Aktivitas Belajar Siswa Pada Siklus II79 Tabel 4.8 Data Ketuntasan Belajar Siswa Pada Tes Hasil Belajar II80

Tabel 4.9 Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pada Pre Test, siklus I dan siklus II83 Tabel 4.10 Hasil Observasi Guru Siklus I dan Siklus II86

Tabel 4.11Observasi Aktivitas Siswa Pada Saat Kegiatan Belajar Pada Siklus I dan Siklus II89

Tabel 4.12 Peningkatan Nilai Rata-Rata, Persentase Jumlah Siswa Tuntas dan Belum Tuntas 90

(13)

ix

Lampiran 2 : Rencana Pelaksanaan Pembelajaran Siklus II Lampiran 3 : Silabus

Lampiran 4 : Wawancara Guru Lampiran 5 : Wawancara Siswa

Lampiran 6 : Lembar Evaluasi Pree Test Siswa Lampiran 7 : Lembar EvaluasiPost Test Siklus I Lampiran 8 : Lembar EvaluasiPost Test Siklus II Lampiran 9 : Kunci Jawaban Pree Test

Lampiran 10 : Kunci Jawaban Post Test Siklus I Lampiran 11 : Kunci Jawaban Post Test Siklus II Lampiran 12 : Nilai Pree Test Siswa

Lampiran 13 : Nilai Post Test Siklus I Lampiran 14 : Nilai Post Test Siklus II Lampiran 15 : Observasi Guru Siklus I Lampiran 16 : Observasi Guru Siklus II Lampiran 17 : Observasi Siswa Siklus I Lampiran 18 : Observasi Siswa Siklus II

Lampiran 19 : Peningkatan Nilai Rata-Rata, Persentase Jumlah Siswa Tuntas & Tidak Tuntas

Lampiran 20 : Rekapitulasi Hasil Belajar Siswa Pree Test, Siklus I dan Siklus II Lampiran 21 : Hasil Observasi Guru Siklus I dan Siklus II

(14)
(15)

1 A. Latar Belakang Masalah

Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) merupakan salah satu mata pelajaran yang wajib diajarkan di Indonesia disemua jenjang pendidikan dari SD sampai dengan Perguruan Tinggi, hal ini dibuktikan dalam pasal 3 Pendidikan Nasional, dimana berfungsi untuk mengembangkan kemampuan dan membentuk watak dan peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa. Pendidikan tidak hanya melahirkan seseorang yang ahli dalam bidang tertentu, termasuk juga bagaimana seseorang mampu membawa dirinya dalam lingkungan masyarakat, berbangsa dan bernegara. Oleh karena itu, pendidikan IPS merupakan mata pelajaran yang sangat penting untuk dipelajari, karena setiap individu ialah makhluk sosial yang hidup bermasyarakat, manusia tidak akan lepas dengan segala sesuatu yang berbentuk kemasyarakatan.

Sehingga kita dapat berinteraksi dan peka terhadap lingkungan disekitar kita, namun kenyataannya banyak siswa yang masih kurang mengetahui pentingnya pembelajaran IPS di Sekolah Dasar, mereka menganggap pembelajaran IPS hanya berupa mata pelajaran yang menghafaldan teori, hal ini dibuktikan pada pembelajaran IPS setiap harinya, siswa hanya membaca setiap halaman yang ada dalam buku pelajaran dan guru menjelaskan maksud dari apa yang telah dibacakan oleh siswa.

(16)

Ilmu Pendidikan Sosial (IPS) merupakan mata pelajaran yang memfokuskan kejadian tentang manusia dan lingkungannya dimana kehidupan manusia sebagai makhluk yang berakal budi dan juga sebagai mahluk sosial dan mampu melaksanakan hak-hak serta kewajiban untuk menjadi warga negara Indonesia, hal ini membuktikan dalam Pasal 1 Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 20 Tahun2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional menyebutkan bahwa pendidikan adalah usaha secara sadar dan terencana untuk mewujudkan suasana belajar dan proses pembelajaran agar peserta didik secara aktif mengembangkan potensi dirinya untuk memiliki kekuatan spiritual keagamaan, pengendalian diri, kepribadian, kecerdasan, akhlak mulia, serta keterampilan yang diperlukan dirinya, masyarakat, bangsa, dan negara, namun pada kenyataannya masih banyaknya siswa yang kurang menghargai guru, suka mengganggu temannya, tawuran, bulliying dan sebagainya yang semua itu berlawanan dengan apa yang diajarkan dalam pendidikan.

Pendidik merupakan peran yang amat penting dalam kegiatan proses belajar mengajar, dikarenakan pendidikan komponen utama yang mengelola pembelajaran, hal ini dibuktikan UU No. 14 Tahun 2005 dimana guru adalah pendidik profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih, menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal, pendidikan dasar dan pendidikan menengah, namun pada kenyataannya kebanyakan guru dalam mengajarkan IPS membuat anak membosankan salah satu penyebabnya adalah paham atau tidaknya siswa dalam materi yang guru sampaikan, hal itu disebabkan pada saat guru menyampaikan materi kebanyakan pembelajaran bersifat abstrak, sehingga materi

(17)

yang disampaikan akan sulit dimengerti oleh siswa, kemudian kesulitan yang di rasakan oleh siswa menimbulkan rasa kebosanannya ketika pembelajaran berlangsung.

Pendidik yang profesional diharapkan akan lebih mampu menciptakan lingkungan belajar yang efektif, yang menyenangkan dan akan lebih mampu mengelola kelasnya, sehingga kegiatan belajar peserta didik akan berada pada saat taraf yang optimal, hal ini dibuktikan Undang-Undang peraturan pemerintah nomor 19 Tahun 2005 mengatakan bahwa guru wajib memiliki kualifikasi akademik, kompetensi, sertifikat pendidik, sehat jasmani dan rohani, serta memiliki kemampuan untuk mewujudkan tujuan pendidikan nasional, namun pada kenyataannya kurangnya keaktifan siswa dalam belajar dikarenakan kurangnya guru mencipkatan lingkungan pembelajaran yang aktif. Dalam mewujudkan suasana belajar untuk mengembangkan potensi peserta didik guru dapat menciptakan lingkungan belajar banyak siswa yang tidak aktif, hal ini disebabkan guru jarang memberikan pembelajaran yang berbentuk timbal balik seperti memberikan pertanyaan kepada siswa atau meminta siswa untuk bertanya. Kurangnya keaktifan siswa juga bisa disebabkan variasi guru dalam menerapkan berbagai metode, strategi dan model pembelajaran.

Pembelajaran, khususnya pada bidang studi Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS) penggunaan strategi, model, pendekatan-pendekatan ataupun metode-metode yang tepat, yang telah direncanakan guru sangat dibutuhkan untuk meningkatkan hasil belajar siswa. Oleh karena itu, semestinya para guru merancangtujuan-tujuan pembelajaran IPS itu sendiri, yakni pembelajaran yang ditujukan untuk pembekalan konsep juga pembekalan kemampuan dan keterampilan dalam

(18)

memecahkan masalah sosial, namun pada kenyataannya pembelajaran IPS lebih menitikberatkan pada pembekalan anak terhadap penugasan konsep-konsep yang sifatnya hafalan, hal itu disebabkan kondisi proses belajarnya siswa terlihat pasif dalam mengikuti pembelajaran, siswa jarang diberi kesempatan untuk menyampaikan pendapat, guru kurang merangsang kemampuan berpikir dalam memecahkan masalah-masalah sosial khususnya keterkaitan dengan mata pelajaran IPS, siswa kurang semangat dalam mengikuti pelajaran, dan hal ini berdampak negatif terhadap rendahnya hasil belajar siswa terhadap mata pelajaran IPS.

Bidang studi IPS sebagai materi pokok, sangat efektif membentuk kepribadian dan mentalitas siswa. Pembelajaran IPS ini tidak hanya sebatas kemampuan anak untuk menerima materi yang diajarkan, akan tetapi anak yang dituntut agar dapat bersosialisasi dan berinteraksi dalam kehidupannya sehari-hari baik dilingkungan keluarga, sekolah dan dimasyarakat, hal ini membuktikan pasal 37 UU SISDIKNAS 2003 bahwa kurikulum pendidikan dasar dan menengah wajib memuat IPS, dalam penjelasannya disebutkan bahwa IPS merupakan ilmu bumi, sejarah, ekonomi, kesehatan, dan sebagainya dimaksudkan untuk mengembangkan pengetahuan, pemahaman, dan kemampuan analisis peserta didik terhadap kondisi sosial masyarakat. Pendidikan IPS dasar merupakan suatu bidang studiyang mempelajari manusia dalam semua aspek kehidupan dan interaksinya di masyarakat. Tujuan pembelajaran IPS tentang kehidupan masyarakat manusia dilakukan secara sistematis.

(19)

Bidang studi IPS ini sangat penting untuk mendidik siswa dalam mengembangkan pengetahuan, sikap dan keterampilan agar dapat mengambil bagian secara aktif dalam kehidupan kelak sebagai anggota masyarakat dan warga negara yang baik, namun pada kenyataannya bayak guru yang lebih mengandalkan metode ceramah sehingga yang dijelasakan guru sebagai pusat informasi atau guru hanya menyalurkan ilmu kepada siswa, sedangkan siswa hanya sebagai pendengar setia, ditambah lagi guru sering menugaskan siswa untuk menghapal atau menulis (mencatat semua materi pelajaran) dijelaskan dalam pembelajaran IPS sehingga siswa menjadi bosan dan kurang aktif. Mata pelajaran IPS pun masih dianggap sebagai mata pelajaran yang menuntut kemampuan menghapal, tanpa perlu adanya upaya memahami dan dikaitkan dengan permasalahan dalam kehidupan sehari-hari. Permasalahan seperti ini terjadi pula di SD Negeri 064966 berdasarkan wawancara yang dilakukan oleh peneliti kepada salah satu seorang guru di SD Negeri 064966, dalam mengajarkan pembelajaran IPS guru tersebut menggunakan metode konvensional. Siswa masih kurang aktif dalam proses pembelajaran dan pemahaman siswa terhadap materi IPS masih jauh yang diharapkan. Jika dilihat dari hasil ujian yang diperoleh siswa pada mata pelajaran IPS disemester sebelumnya rata-rata masih dibawah KKM yaitu 75.

Berbagai masalah dalam kegiatan pembelajaran IPS di kelas, tentu akan berpengaruh pada hasil belajar siswa. Penggunaan metode yang tepatdalam pelaksanaannya, serta pelaksanaan evaluasi hasil belajar, hal ini dibuktikan PERMENDIKBUD Nomor 53 Tahun 2015, menjelaskan bahwa penilaian hasil belajar oleh pendidik adalah proses pengumpulan informasi data tentang capaian

(20)

pembelajaran peserta didik dalam aspek sikap, aspek pengetahuan, dan aspek keterampilan yang dilakukan untuk memantau proses, kemajuan belajar, dan perbaikan hasil belajar melalui penugasan dan evaluasi hasil belajar, namun pada kenyataannya yang terjadi di kleas IV di SD Negeri 064966.

Keberhasilan belajar IPS agar proses belajar mengajar tersebut sesuai dengan tujuan yang diharapkan, dibutuhkan metode, strategi atau model yang tepat, hal tersebut dapat diatasi dengan menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing. Melalui model ini diharapkan proses pembelajaran siswa berlangsung dengan baik dan dapat merangsang minat siswa untuk aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan tujuan yang diharapkan, sebagai hasil belajar siswa menjadi lebih meningkat.Model pembelajaran kooperatif snowball

throwing merupakan salah satu model pembelajaran yang menekankan siswa lebih

aktif dalam pembelajaran dalam model ini siswa dapat belajar sambil bermain.Model pembelajaran kooperatif snowball throwing adalah model pembelajaran berkelompok,yang dapat bekerja sama dalam satu kelompok. Model ini siswa dibawa kesituasi permainan yang dapat membuat pembelajaran menarik, membuat pembelajaran yang kondusif, interaktif dan aktif. Model ini juga siswa dibuat merumuskan suatu pertanyaan yang dikemas dalam bentuk permainan menarik.

Model pembelajaran kooperatif snowball throwing menjadi pilihan karena model pembelajaran ini akan cenderung disukai anak SD Negeri 064966. Melalui model ini siswa akan terhibur permainan yang membangkitkan motivasi siswa untuk belajar dan kelas akan lebih kondusif. Salah satu model ini juga dapat membawa situasi siswa yang menyenangkan. Dengan adanya model pembelajaran

(21)

kooperatif snowball throwing bukan hanya dibawa siswa kesituasi permainan, akan tetapi siswa ditekankan dalam belajar sambil bermain. Dengan penerapan model ini dapat meningkatkan hasil belajar siswa dan memperbaiki hasil belajarnya.

Berdasarkan latar belakang masalah yang telah peneliti uraikan diatas maka peneliti tertarik untuk mengadakan penelitian yang berjudul “Upaya Meningkatkan Hasil Belajar Siswa Melalui Model Pembelajaran Snowball Throwing Mata Pelajaran IPS Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha di Indonesia kelas IV SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan T.A 2018/2019

B. Identifikasi Masalah

1. Rendahnya pandangan siswa terhadap pentingnya pembelajaran IPS SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

2. Rendahnya pendidikan IPS pada sikap dan perilaku siswa terhadap guru SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

3. Munculnya sikap kebosanan dan kejenuhan pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

4. Kurangnya keaktifan siswa dalam belajar di SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

5. Kurangnya penerapkan model pembelajaran yang sesuai dan guru belum menerapkan variasi model pembelajaran di SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

6. Rendahnya hasil belajar siswa pada mata pelajaran IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) di bawah KKM.

(22)

C. Batasan Masalah

Mengingat luasnya cakupan masalah yang berhubungan dengan penelitian ini dan keterbatasan kemampuan, waktu serta biaya, maka peneliti perlu membatasi masalah dengan peneliti ini, yaitu penggunaan model pembelajaran kooperatif snowball throwing untuk meningkatkan hasil belajar siswa pada pembelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia kelas IV SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

D. Rumusan masalah

1. Bagaimana hasil belajar siswa sebelum menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia kelas IV SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan?

2. Bagaimana hasil belajar siswa setelah menggunakan model pembelajaran kooperatif snowball throwing mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa Hindu-Budha di Indonesia kelas IV SD Negeri 064966?

E. Tujuan Penelitian

Adapun tujuan penelitian ini dilakukan untuk mengetahui:

1. Untuk meningkatkan aktivitas belajar siswa dalam pembelajaran snowball

throwing mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh pada masa Hindu-Budha di

Indonesia kelas IV SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

2. Untuk meningkatkan hasil belajar siswa dalam pembelajaran snowball

throwing pada mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh sejarah pada masa

Hindu-Budha di Indonesia kelas IV SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

(23)

F. Manfaat penelitian 1. Manfaat Teoritis

Berdasarkan perumusan masalah diatas, secara teoritis manfaat dari penelitian ini adalah upaya meningkatkan hasil belajar siswa melalui model Pembelajaran snowball throwing mata pelajaran IPS materi tokoh-tokoh pada masa Hindu-Budha di Indonesia Kelas IV SD Negeri 064966 Kec. Medan Perjuangan.

2. Manfaat Praktis a. Bagi siswa

1) Membantu siswa dalam meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaranIPS melalui model pembelajaran aktif, kreatif, efektif dan menyenangkan.

2) Membantu siswa untuk lebih kreatif dalam mata pelajaran IPS, dan memungkinkan siswa terlibat secara aktif dalam kegiatan belajar dan mengajar, sehingga siswa termotivasi untuk mengikuti proses pembelajaran.

b. Bagi guru

1) Sebagai bahan masukan untuk menggunakan model pembelajaran

snowball throwing mata pelajaran IPS.

2) Sebagai pembaharuan mendesain kegiatan belajar mengajar dalam memberikan latihan secara langsung kepada siswa untuk dapat meningkatkan keaktifan dan motivasi siswa.

(24)

c. Bagi sekolah

Hasil penelitian ini dijadikan sebagai bahan informasi untuk mengevaluasi kinerja pendidik.

d. Bagi peneliti

Menambah pengetahuan peneliti dibanding pendidikan secara teori maupun peraktek langsung.

e. Peneliti lain

Peneliti ini diharapkan dapat dijadikan sebagai referensi untuk melakukan penelitian berikutnya dan sebagai bahan perbandingan.

(25)

11 A. Kerangka Teoritis

1. Kajian Tentang Belajar a. Pengertian Belajar

Kata atau istilah bukanlah sesuatu yang baru, sudah sangat dikenal secara luas, namun dalam pembahasan belajar masing-masing ahli memiliki pemahaman dan defenisi yang berbeda-beda, walaupun secara praktis masing-masing sudah sangat memahami apa yang dimaksud belajar, berikut akan dikemukakan berbagai defenisi belajar menurut para ahli.

Menurut KBBI belajar adalah “ berusaha memperoleh kepandaian atau ilmu, berlatih, berubah tingkah laku atau tanggapan yang disebabkan oleh pengalaman.”1

Belajar merupakan:

Salah satu faktor yang mempengaruhi dan berperan penting dalam pembentukan perilaku individu, sebagian terbesar perkembangan individu berlangsung melalui kegiatan belajar. Menurut Surya belajar dapat diartikan sebagai suatu proses yang dilakukan oleh individu untuk memperoleh perubahan prilaku baru secara keseluruhan, sebagai hasil dari pengalaman individu itu sendiri dalam berinteraksi dengan lingkungan.2 Menurut Rogers belajar pada dasarnya bertumpu pada prinsip kebebasan dan perbedaan individu dalam pendidikan. Dengan demikian, peserta didik akan lebih mengenal dirinya, menerima diri sebagaimana adanya, dan akhirnya merasa

1

Depatermen Pendidikan Kebudayaan, (2017), Kamus Besar Bahasa Indonesia, Balai Pustaka, hal. 125.

2

Rusman, (2017), Belajar dan Pembelajaran Berorientasi Standar Proses Pendidikan, Jakarta: Kharisma Putra Utama Kencana, hal.76.

(26)

bebas memilih dan berbuat menurut individualitasnya dengan penuh dan tanggung jawab.3

Menurut H.S Hawkins mengatakan, bahwa belajar adalah “proses memperoleh atau memperbaiki kemampuan untuk melaksanakan suatu pola sikap melalui pengalaman dan praktik. Manusia mencoba berperilaku sedemikian rupa sehingga dapat memberikan hasil yang sesuai dengan yang diinginkan. Oleh karenanya, belajar dalam konteks tersebut diletakkan sebagai jalan menetapkan teori dan selanjutnya harus dilanjutkan dengan peraktik.”4

Belajar merupakan “simbol atau lambang pencapaian seseorang dalam belajar. Karena tujuan pendidikan hendaknya berorientasi dan fokus pada peserta didik, bersifat belajar, dan mencakup aspek-aspek tertentu, seperti kognitif, efektif, dan psikomotorik.”5

Pada hakikatnya belajar merupakan “suatu proses yang dilalui oleh individu untuk memperoleh perubahan tingkah laku kearah yang lebih baik sebagai hasil dari pengalaman individu dalam interaksi dengan lingkungan. Perubahan tingkah laku sebagai hasil belajar dapat terjadi melalui usaha mendengar, membaca mengikuti petunjuk, mengamati, memikirkan, menghayati meniru, melatih atau mencoba sendiri dengan pengajaran atau latihan”.6

Islam telah memberi anjuran untuk belajar atau menuntut Ilmu dari sejak buaian sampai liang lahat. Belajar ditunjukkan dalam wahyu pertama dimana Allah berfirman sebagai berikut:

3

Hanafy dan Muh Sain, (2014), Konsep Belajar dan Pembelajaran, Vol 17, Lenteran Pendidikan, No 1, hal. 70.

4

Moh Yamin, (2015), Teori dan Metode Pembelajaran, Malang: Madani, hal. 8.

5

Muri Yusuf, (2015), Asensi Dan Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Prenadamedia Grub, hal. 263.

6

(27)



































































Artinya : Bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang Menciptakan, Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah.Bacalah, dan Tuhanmulah yang Maha pemurah,Yang mengajar (manusia) dengan perantaran kalam. Dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya.(QS Al-A’la:1-5)

Surah ini adalah surah yang pertama kali turun kepada Rasulullah Shallaallahu‟laihi wasallam: turun pada awal kenabian ketika beliau tidak mengetahui apa itu kitab dan apa itu iman, lalu jibril‟ alaihis salam datang kepada beliau membawa wahyu dan menyuruh beliau membaca, ia berkata, “bacalah”. Dengan terperanjat Muhammad shallahhahu „alaihi wa sallam menjawab, saya merasakan kepayahan, lalu dilepaskan sambil disuruh membacanya sekali lagi, “Bacalah”. Tetapi Muhammad shallallahu „alaihi wa sallam masih tetap menjawab, “Aku tidak dapat membaca” Begitulah keadaan berulang sampai tiga kali, dan pada ketiga kalinya jibril berkata kepadanya, “bacalah dengan (menyebut) nama Tuhanmu yang menciptakan”. Dia telah menciptakan manusia dari segumpal darah. Bacalah, dan Tuhanmu yang maha pemurah yang mengajar (manusia) dengan peraturan kalam dia mengajar kepada manusia apa yang tidak diketahuinya. Bacalah agar engkau membekali dirimu dengan jaga alam danmasyarakatmu.7 Membaca merupakan salah satu cara dimana manusia menuntut ilmu seperti yang dikatakan Rasulullah yang berbunyi:

7

M. Quraish Shihab, (2015), Tafsir AL-Misbah 15: Pesan, Kesan dan Keserasian Alquran, Jakarta: Lentera Hati, hal. 454.

(28)

ِشَمْعَ ْلْا ْهَع َةَماَسُأ ُُبَأ اَىَثَّدَح َن َلَْيَغ ُهْب ُدُُم ْحَم اَىَثَّدَح

يِبَأ ْهَع ٍحِناَص يِبَأ ْهَع

ًِيِف ُسِمَتْهَي اًقيِزَط َلَهَس ْهَم َمَّهَسََ ًِْيَهَع ُ َّاللَّ ىَّهَص ِ َّاللَّ ُلُُسَر َلاَق : َلاَق َةَزْيَزٌُ

ِةَّى َجْنا ىَنِإ اًقيِزَط ًَُن ُ َّاللَّ َمٍََّس اًمْهِع

Artinya: Mahmud binGhailan menceritakan kepada kami, Abu Usamah Memberikan kepada kami, dari Al-A’masy dari Abi Shalih, dari Abi Hurairah berkata: Rasulullah SAW bersabda: “Barang siapa menempuh Jalan untuk

mencari Ilmu, maka Allah memudahkannya baginya jalan menuju syurga” (H.R.

At-Tarmidzi).

Sedangkan menurut peneliti belajar merupakan proses perkembangan yang dipengaruhi baik oleh faktor pembawaan maupun faktor lingkungan. Itu artinya dapat dikatakan bahwa kedua faktor tersebut saling berhubungan dalam menentukan perkembangan siswa baik perkembangan fisik maupun mentalnya. Artinya serangkaian kegiatan atau aktifitas yang mempengaruhi suatu perubahan tingkah laku seorang dan kemampuan individu untuk memproduksi hasil belajarnya menjadi hal yang bermanfaat. Sehingga Allah menjanjikan orang yang mencari Ilmu diberi ganjaran menuju surga.8

b. Hasil Belajar

Hasil belajar seringkali digunakan sebagai ukuran untuk mengetahui seberapa jauh seseorang menguasai bahan yang sudah diajarkan. Untuk mengaktualisasikan hasil belajar tersebut diperlukan serangkaian pengukuran menggunanakan alat evaluasi yang baik dan memenuhi syarat. Pengukuran demikian dimungkinkan karena pengukuran merupakan kegiatan alamiah yang dapat diterapkan pada berbagai bidang termasuk pendidikan.

Menurut Suprijono hasil belajar adalah “pola-pola perbuatan, nilai-nilai, pengertian-pengertian, sikap-sikap, apresiasi, dan keterampilan. Hasil belajar merupakan segala prilaku yang dimiliki peserta didik sebagai akibat dari proses

8

(29)

belajar yang ditempuhnya. Perubahan mencakup aspek tingkah laku secara menyeluruh baik aspek kognitif, afektif dan psikomotorik”.9

Nana Sudjana menyatakan bahwa “hasil belajar kemampuan yang dimiliki siswa setelah ia menerima pelajaran. Hasil belajar merupakan indikator dan derajat perubahan tingkah laku siswa”.10

Hasil belajar merupakan wujud pencapaian peserta didik: sekaligus merupakan lambang keberhasilan pendidik dalam membelajarkan peserta didik.11 Klasifikasi kemampuan hasil belajar yang dikemukakan Benyamin S. Bloom atau yang lebih dikenal dengan Taksonomi Bloom. Bloom mengelompokkan 3 ranah atau domain yaitu:

1) Kemampuan kognitif merupakan kemampuan yang ditunjukkan olehadanya perubahan pada kondisi siswa. Lebih lanjut Ornstein mengemukakan bahwa ranah kognitif berkaitan dengan kemampuan mengingat atau mengenal pengetahuan serta mengembangkan pengetahuan dan keterampilan intelektual. Dengan demikian, dapat dikemukakan bahwa kemampuan kognitif mengacu pada hasil belajar yang berkenaan dengan pengembangan kemampuan otak dan penalaran siswa. Menurut Bloom, domain kognitif ini memiliki enam tingkatan. Pada awalnya keenam tingkatan tersebut adalah knowledge (pengetahuan), comprehension (pemahaman), application (penerapan),

analysis (analisis).

9

M Thobroni, (2017), Belajar dan Pembelajaran, Yogyakarta: Ar-Ruzz Media, hal. 20.

10

Nurmawati, (2016), Evaluasi Pendidikan Islam, Bandung: Cipta Pustaka Media, hal. 53.

11

Muri Yusuf, (2015), Asesmen Dan Evaluasi Pendidikan, Jakarta: Prenada Media Grup, hal. 181.

(30)

2) Kemampuan afektif mengacu kepada sikap dan nilai yang diharapkan dikuasai siswa setelah mengikuti pembelajaran. Setelah suatu periode pembelajaran guru mengaharapkan semua siswa menghargai, memilih dan tertarik terhadap sesuatu yang diajarkan lima tingkatan hasil belajar efektif sebagai berikut: menerima (receiving), menanggapi (responding), menghargai (valuing), mengatur diri (organization), menjadikan pola hidup (characterization by value).

3) Kemampuan psikomotorik mengacu pada tindakan fisik (keterampilan fisik) siswa untuk ditampilkan. Pada kemampuan psikomotorik tercakup juga kemampuan kognitif,tetapi pada dasarnya menekankan pada perilakufisik. Mooremengemukakan bahwa taksonomi psikomotorik mengklasifikasikan aspek-aspek kordinasi yang berkaitan dengangerakandan mengintegrasikan konsekuensi kognitif dan afektif dengan penampilan tubuh. Slavin mengemukakan tingkatan hasil belajar padaranah psikomotorik sebagai berikut: persepsi, kesiapan, gerakan terbimbing, bertindak secara mekanis, gerakan kompleks.12

Berdasarkan hal diatas dapat kita ambilkesimpulan bahwa hasil pembelajaran meliputi kecakapan, informasi, pengertian dan sikap.Yang harus diingat hasil belajar adalah perubahan perilaku secara keseluruhan bukan hanya salah satu aspek potensi kemanusiaan. Perubahan tingkah laku siswa terhadap materi yang telah diajarkan oleh guru dapat dari hasil tes yang diberikan setelah mendapat pengajaran. Hasil belajar dipengaruhi oleh usaha yang dilakukan siswa. Pembelajaran yang efektif ditandai dengan terjadinya proses belajar dari dalam

12

Asep Herry Hernawan dkk,(2014), Pengembangan Kurikulum dan Pembelajaran di SD, Tangerang Selatan: Universitas Terbuka, hal.10-19.

(31)

diri siswa sehingga dengan demikian perubahan perilaku bagi siswa dan hasil belajar siswa akan menjadi lebih baik dan meningkat.

c. Faktor-faktor yang Mempengaruhui Hasil Belajar

Adapun faktor-faktor yang mempengaruhi hasil belajar sebagai berikut: 1) Faktor Internal yaitu faktor yang berasal dalam diri siswa, siswa ini terdiri

dari:

a) Faktor Fisiologis

(1) Kondisi fisik, yang mana pada umumnya kondisi fisik mempengaruhi kehidupan seseorang.

(2) Panca indera b) Faktor Psikologis

Keadaan psikologis yang terganggu akan sangat berpengaruh terhadap prestasi belajar siswa, adapun yang mempengaruhi faktor ini adalah: (1) Intelegensi adalah kesanggupan untuk menyesuaikan diri kepada

kebutuhan baru, dengan menggunakan alat-alat berfikir yang sesuai dengan tujuan.

(2) Minat, merupakan kecenderungan dan kegairahan yang tertinggi atau keinginan yang besar terhadap sesuatu. Oleh karena itu minat dapat mempengaruhi hasil belajar dalam mata pelajaran tertentu. (3) Bakat, menurut Zakiah Drajat bakat adalah semacam perasaan dan

keduniaan dilengkapi dengan adanya bakat salah satu metode berfikir.

(32)

(4) Motivasi, menurut MC Donald motivasi sebagai sesuatu perubahan tenaga dalam diri atau pribadi seseorang yang ditandai oleh dorongan efektif dan reaksi-reaksi dalam usaha mencapai tujuan. (5) Sikap, adalah gejala internal yang berdimensi afektif berupa

kecenderungan untuk mereaksi dan merespon dengan cara yang relatif tetap terhadap obyek orang, barang dan sebagainya, baik secara positif maupun negatif.

2) Faktor eksternal yaitu faktor yang berasal dari luar siswa, meliputi: (a) Faktor lingkungan sosial

Faktor sosial menyangkut hubungan antara manusia yang terjadi dalam berbagai situasi sosial. Lingkungan sosial sekolah seperti para guru, para staf administrasi dan teman-teman sekelas dapat mempengaruhi semangat belajar seseorang siswa.

(b) Faktor lingkungan non sosial

Faktor lingkungan yang bukan sosial seperti lingkungan non sosial seperti gedung, sekolah dan letaknya, rumah tempat tinggal keluarga siswa dan letaknya, alat-alat belajar, keadaan dan waktu belajar yang digunakan siswa.

(c) Faktor pendekatan belajar

Pendekatan belajar dapat dipahami sebagai gejala cara atau strategi yang digunakan siswa dalam menunjang keefektifan dan efisiensi pembelajaran materi tertentu. Strategi dalam hal ini berarti seperangkat

(33)

operasional yang direkayasa sedemikian rupauntuk memecahkan masalah atau mencapai tujuan belajar tertentu.13

2. Pengertian Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS)

Ilmu pengetahuan sosial adalah mata pelajaran disekolah yang didesain atas fenomena, masalah dan realitas sosial dengan pendekatan (interdisipliner) yang melibatkan berbagai cabang ilmu-ilmu sosial dan humaniora seperti kewarganegaraan, sejarah, geografi, ekonomi, sosiologi , antropologi, pendidikan. Oleh karena itu IPS dapat dikatakan sebagai studi mengenai perpaduan antara ilmu-ilmu dan rumpun-rumpun Ilmu-Ilmu sosial dan juga humaniora untuk melahirkan pelaku-pelaku sosial yang dapat berpartisipasi dalam memecahkan masalah-masalah sosial kebangsaan.14

Secara mendasar pengajaran IPS berkenaan dengan kehidupan manusia yang melibatkan segala tingkah laku dan kebutuhannya. IPS berkenaan dengan cara manusia menggunakan usaha memenuhi kebutuhan hidup materilnya, memenuhi kebutuhan budayanya, kebutuhan kejiwaannya, pemanfaatan sumber daya yang ada dipermukaan bumi, mengatur kesejahteraan dan pemerintahannya. Berdasarkan pendapat tersebut, tampak bahwa IPS sama dengan studi sosial.

Sehingga Sumaatmadja mengemukakan bahwa pengertian studi sosial dengan IPS tidak ada bedanya. Ma‟mun juga menyatakan, bahwa IPS merupakan Ilmu pengetahuan yang memadukan sejumlah konsep pilihan dari cabang-cabang

13

Sri Hayati, (2017), Belajar dan Pembelajaran Berbasis Cooperative Learning, Magelang: Graha Cendikia, hal. 95.

14

Zubaedi, (2011), Desain Pendidikan Karakter Konsepsi dan Aplikasiannya Dalam lembaga Pendidikan, Jakarta: Kencana, hal. 288.

(34)

Ilmu sosial dan Ilmu lainnyaserta kemudian diolah berdasarkan prinsip pendidikan dan dilaktik untuk dijadikan program pengajaran pada tingkat sekolah.15

Gross menyebutkan di buku Zubaiedi bahwa tujuan pendidikan IPS adalah untuk mempersiapkan Siswa/i menjadi warga negara yang baik dalam kehidupannya di masyarakat, serta tegas ia mengatakan “to prepare students to be wellfunctiong citizens in a democratic society”.

Adapun tujuan pembelajaran mata pelajaran IPS adalah sebagai berikut: a) Mengenal konsep-konsep yang berkaitan dengan kehidupan masyarakat dan

lingkungannya.

b) Memiliki kemampuan dasar untuk berfikir logis dan kritis, rasa ingin tahu, inkuiri, memecahkan masalah, keterampilan dalam kehidupan sosial.

c) Memiliki komitmen dan kesadaran terhadap nilai-nilai sosial dan kemanusiaan.

d) Memiliki kemampuan berkomunikasi, bekerja sama dan berkompetensi dalam masyarakat yang majemuk, ditingkat lokal, nasional, dan global.16

Sedangkan tujuan lain dari IPS adalah untuk mengembangkan kemampuan siswa menggunakan penalaran dalam mengambil keputusam setiap persoalan yang dihadapinya.

15

Deny Setiawan, (2016), Pendidikan Ilmu Pengetahuan Sosial, Medan: Larispa Indonesia, hal. 9-10.

16

Eka Yusnaldi, (2018), Pembelajaran IPS MI/SD, Medan: Widya Puspita, hal. 3-4.

(35)

3. Materi Tokoh-tokoh Sejarah pada Masa Hindu-Budha di Indonesia Seperti yang kita ketahui bahwa setiap bangsa Indonesia memiliki sejarahnya masing-masing. Dalam sejarah Indonesia tercatat tokoh-tokoh yang memiliki peran cukup menonjol dan sangat menentukan perjalanan bangsa Indonesia. Tokoh-tokoh seperti itulah yang dikenal dengan istilah tokoh-tokoh sejarah. Banyak sekali tokoh sejarah yang dimiliki oleh bangsa Indonesia, baik yang hidup pada masa kerajaan Hindu-Budha, masa kerajaan Islam, masa penjajahan Belanda, dan masa kemerdekaan seperti sekarang ini, Nah kesempatan ini akan diajak mengenali beberapa tokoh sejarahnya yang berasal dari masa kerajaaan Hindu-Budha.

a. Kudunggu

Kudunggu adalah raja pertama dari kerajaan kutai yang berdiri sekitar tahun 400 masehi. Letak kerajaan kutai serada tepi sungai Mahakam, Kalimantan Timur. Kerajaan Kutai merupakan kerajaan Hindu yang tertua di Indonesia. Sebagai raja pertama tentu Kadunggu banyak berperan dalam pendirian kerajaan tersebut. Letak kerajaan itu sendiri sangat strategis untuk kegiatan pelayaran dan

(36)

perdagangan. Banyak sekali para pedagang, baik yang berasal dari dalam negeri maupun luar negeri, yang singgah dikerajaan kutai.

Letak kerajaan kutai yang strategis didukung oleh sikap kudunggu yang sangat bijaksana terhadap para pedagang asing mengantar kerajaan Kutai mencapai kemajuan yang jauh lebih pesat dibandingkan dengan berbagai daerah lain yang ada di Indonesia. Kemajuan yang dimaksud diantaranya adalah mulai dikenalnya budaya membaca menulis dikerajaan kutai. Hal ini terbukti dengan ditemukannya tulisan-tulisan yang dipahatkan pada Yupa. Sebelum Yupa digunakan oleh masyarakat Kutai mengikat hewan-hewan kurban. Setelah kerajaan Kutai mengenal budaya membaca dan menulis, pada Yupa tersebut dipahatkan tulisan-tulisan yang menceritakan tentang kerajaan Kutai.

Kudunggu merupakan tokoh yang meletakkan dasar-dasar bagi bangsa Indonesia memasuki era sejarah dan meninggalkan era prasejarah. Era prasejarah merupakan suatu masa sebelum dikenalnya budaya membaca dan menulis. Perlu diketahui bahwa sejarah suatu bangsa dimulai sejak bangsa tersebut mengenal budaya menulis dan membaca. Budaya membaca dan menulis merupakan suatu hal yang sangat penting bagi suatu bangsa yang diinginkan kemajuan. Melalui kegiatan membaca dan menulis itulah suatu bangsa dapat mempelajari berbagai macam-macam ilmu pengetahuan dan teknologi yang sangat bermanfaaat bagi kelangsungan hidup.

(37)

b. Punawarman

Purnawarman merupakan seorang raja yang terkenal dari kerajaan Tarumanengara. Kerajaan Tarumanengara merupakan kerajaan Hindu yang tertua dipulau Jawa dan sekaligus kerajaan Hindu yang tertua kedua di Indonesia setelah kerajaan Kutai. Kerajaan Tarumanengara berdiri sekitar tahun 450 Masehi. Kerajaan ini terletak daerah Bogor, Jawa Barat.

Kerajaan Tarumanegara banyak meninggalkan prasasti yang tersebar dibeberapa daerah Jawa Barat. Di antaranya adalah PrasastiCiaruterun, Prasasti kebun kopi, Prasasti Tugu, Prasasti Lebak, Prasasti Jambu, Prasasti pasir Awi, dan Prasasti Muara Cianten. Prasasti-prasasti tersebut pada umumnya merupakan peninggalan dari raja Purnawarman telah mengenal budaya membaca dan menulis.

(38)

Balaputradewa adalah raja yang tebesar dari kerajaan Sriwijaya. Kerajaan yang berpusat dimuara Sungai Musi ini diperkirakan telah berdiri sekitar abad ke-7 masehi. Balaputradewa sendiri memerintah kerajaan Sriwijaya pada abad ke-9 Masehi. Sesungguhnya Balaputradewa merupakan keturunan langsung Raja Mataram, Samaratongga. Karena kalah dalam perebutan kekuasaan dikerajaan Mataram, maka Balaputradewa mencalonkan diri hingga menjadi raja dikerajaan Sriwijawa.

Pada awalnya kerajaan Sriwijaya merupakan sebuah kerajaan kecil. Namun pada masa seluruh Pulau Sumatra Jawa Barat dan Semenang Malaya. Wilayah kekuasaan yang luas itulah yang menyebabkan Kerajaan Sriwijaya dikenal dengan kerajaan Nusantara yang pertama. Wilayah perairan di Selat Malaka, Selat Sunda, Selat Karimata dan sekitarnya dijaga oleh Armada angkatan laut yang sangat kuat. Armada angkatan laut tersebut sering melakukan ekspedisi kenegaraan lain. Dengan demikian kerajaan ini berkembang sebagai negara Maritim yang tangguh.

Letak kerajaan Sriwijaya yang sangat strategis, yakni berada pada jalur pelayaran antara Cina dan Hindia, telah mendorong kerajaan tersebut berkembang sebagai pusat perdagangan internasional. Armada angkatan laut yang tangguh sanggup mengamankan kegiatan pelayaran dan perdagangan di wilayah Kerajaan Sriwijaya.

Balaputradewa merupakan seorang raja yang gemar Ilmu Pengetahuan. Banyak pemuda yang dikirim ke Perguaruan Tinggi Nalanda (India) untuk memperdalam agama Budha dan pengetahuan bahasa sang Sansekerta. Itulah

(39)

sebabnya kerajaan Sriwijaya juga berkembang sebagai pusat pendidikan dan pusat penyebaran agama Budha.

d. Hayam Wuruk

Hayam Wuruk merupakan seorang raja yang terbesar dari kerajaan Majapahit yang didirikan oleh Raden Wijaya pada tahun 1294 Masehi. Pada tahun 1350 Hayam Wuruk menerima kekuasaan sebagai seorang raja. Pada masa itu dia baru berumur 16 tahun. Namun pada masa pemerintahannnya kerajaan Majapahit mengalami masa kejayaan. Wilayah kekuasaan meliputi hampir seluruh wilayah Indonesia saat ini ditambah dengan wilayah Singapura, Malaysia, dan Filipina bagian Selatan.

Hayam Wuruk merupakan seorang raja yang berwawasan luas. Dibawah kekuasaannya kerajaan Majapahit berkembang sebagai sebuah negara agraris dan sekaligus sebagai negara Maratim. Untuk mendukung kegiatan pertanian Hayam Wuruk memerintahkan bendungan dan saluran-saluran air. Sementara itu kerajaan Majapahit juga memiliki armada angkatan laut yang kuat dibawah pimpinan Mpu Nala. Armada angkatan laut itulah yang berperan dalam menjaga wilayah perairan. Tidak heran jika pelabuhan-pelabuhan Majapahit, seperti Tuban, Gresik,

(40)

Panusuran, dan ujung Galuh sangat ramai oleh kegiatan pelayaran dan perdagangan. Para pedagang tersebut bukan saja berasal dari dalam negeri, melainkan juga berasal dari luar negeri, seperti India, Cina, Arab, dan Persia.

Hayam Wuruk juga merupakan merupakan seorang raja yang sangat berjasa dalam bidang kesustraan dan kebudayaan. Pada masa kekuasaannya muncul dua karya sastra yang sangat terkenal, yakni kitab Sutasoma ditulis oleh Mpu Prapanca. Di dalam kitab Sutasoma terdapat istilah Bhineka Tunggal Ika Tan Hana Dharma Mangrawa. Istilah itu sekarang digunakan sebagai semboyan bangsa Indonesia, yang berarti meskipun berbeda-beda tetapi hakikatnya tetap satu.

e. Gajah Mada

Kerajaan Majapahit tidak bisa dilepaskan dari peranan Gajah Mada. Gajah Mada merupakan tokoh besar di kerajaan Majapahit. Pengabdiannya untuk membela kerajaannya mulai tampak pada saat terjadi pemberontakan Kuti dikerajaan Maja Pahit. Pada saat Kuti berhasil menduduki ibu kota kerajaan, Gajah Mada memimpin prajurit Bayangkari untuk mengamankan Raja Jayanegara ke desa Badander pemberontakan Kutai itu sendiri akhirnya dapat ditumpas oleh

(41)

Gajah Madah. Dari situlah karir Gajah Madah mulai menanjak yakni diangkat sebagai Patih Kuhuripan untuk selanjutnya sebagai Patih Kediri oleh Raja Jayanegara.

Pada masa Ratu Tribuwana memerintah, pada tahun 1331 terjadi pemberontakan sedeng. Dalam keadaan seperti itu Gajah Madah berhasil menjalankan tugas dengan baik, yakni menumpas pemberontakan sadeng tersebut. Sebagai imbalan atas jasa-jasa yang diberikan pada kerajaan. Gajah mada diangkat menjadi perdana menteri Kerajaan Majapahit, menggantikan Arya Tadah yang semakin tua.

Gajah Madah merupakan seorang tokoh sangat teguh dalam memegang pendirian. Gajah Madah merupakan seorang tokoh yang rela berkorban demi kemajuan dan kejayaan bangsa dan negaranya. Gajah Mada juga merupakan seorang tokoh yang menjunjung tinggi persatuan dan kesatuan bangsa dan negara17.

4. Kajian Tentang Model Pembelajaran Kooperatif Snowball Throwing a. Pengertian Model Pembelajaran

Model pembelajaran merupakan kerangka konseptual berupa pola prosedur sistematik yang dikembangkan berdasarkan teori dan digunakan dalam mengorganisasikan proses belajar mengajar untuk mencapai tujuan belajar18

Model pembelajaran merupakan salah satu pendekatan dalam rangka mensiasati perubahan perilaku peserta didik secara adiptif maupun generatif. Model pembelajaran sangat erat kaitannya dengan gaya belajar peserta didik

17

Muhammad Arif, (2012), Ilmu Pengetahuan IPS, Jakarta: Kementerian Agama, hal. 205-208.

18

(42)

(learning style) dan gaya mengajar guru (teaching style), yang keduanya disingkat menjadi SOLAT (style of learning and teaching).19

Soekamto mengatakan model pembelajaran adalah kerangka konseptual yang dilukiskan prosedur sistematis mengorganisasikan pengalaman belajar untukmencapai tujuan belajar tertentu dan berfungsi sebagai pedoman bagi para perancang pembelajaran dan para pengajar merencanakan aktifitas belajar mengajar.20

Model merupakan kerangka konseptual yang digunakan sebagai pedoman dalam melakukan suatu kegiatan. Model dapat dipahami juga sebagai gambaran tentang keadaan sesungguhnya. Berdasarkan pemahaman tersebut, model pembelajaran dapat dipahami sebagai kerangka kontekstual yang melukiskan prosedur yang sistematis dan terencana dalam mengorganisasikan proses pembelajaran peserta didik sehingga tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif.21

b. Model Pembelajaran Kooperatif

Belajar kooperatif merupakan strategi pengelompokan dimana peserta didik bekerja sama untuk saling mendapatkan keuntungan dari potensi belajar anggota lainnya. Dengan kata lain bahwabelajar kooperatif merujuk pada bekerja dalam tim untuk menyelesaikan tugas atau projek dibawah kondisi dimana kriteria tertentu memuaskan, termasuk anggota tim bertanggung jawab secara

19

Cucu Suhana, (2014), Konsep Strategi Pembelajaran Edisi Revisi, Medan: Refika Aditama, hal. 37.

20

Agus Supriantoris, (2016), Model-Model Pembelajaran Emans Ipatioris, Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal. 53.

21

Doni Juni Priansa, (2017), Pengembangan Strategi dan Pembelajaran, Bandung: Pustaka Setia, hal. 188.

(43)

individu.22Dengan demikian belajar kooperatif adalah suatu rangkaian strategi yang melibatkan interaksi kooperatif diantara peserta didik sebagai bagian integral dari proses pembelajaran.

Pembelajaran kooperatif adalah konsep yang lebih luas meliputi semua jenis kerja kelompok termasuk bentuk yang lebih dipimpin oleh guru atau yang diarahkan oleh guru. Secara umum pembelajaran kooperatif lebih diarahkan oleh guru, dimana guru menetapkan tugas dan pertanyaan serta menyediakan bahan-bahan dan media pembelajaran.23

Strategi pembelajaran kooperatif merupakan salah satu strategi pelajaran yang dalam implementasinya mengarahkan para peserta didik untuk bekerja sama dalam kelompok-kelompok kecil dan kelompok-kelompok yang berhasil mencapai tujuan pembelajaran akan diberikan penghargaan. Menurut Reinhartz dan Beach strategi pembelajaran kooperatif adalah strategi dimana para peserta didik bekerja dalam kelompok-kelompok atau tim-tim untuk mempelajari konsep-konsep atau materi-materi.24

Menurut DEPDIKNAS tujuan pertama pembelajaran kooperatif yaitu meningkatkan hasil akademik, dengan meningkatkan kinerja siswa dan tugas-tugas akademiknya. Siswa lebih mampu akan menjadi narasumber bagi siswa yang kurang mampu, memiliki orientasi bahasa yang sama sedangkan tujuan kedua pembelajaran kooperatif memberi peluang agar siswa dapat menerima teman-temannya yang mempunyai berbagai perbedaanlatar belakang. Perbedaan

22

Ali Mudlofir, Evi Fatimatur, (2016), Desain Pembelajaran Inovatif, Jakarta: Rajagrafindo hal. 69.

23

Agus Suprijono, (2015), Cooperative Learning, Yogyakarta: Pustaka Pelajar, hal. 73.

24

Wahyudin Nur, (2017), Strategi Pembelajaran, Medan: Perdana Publishing, hal. 102.

(44)

tersebut antara lain suku, agama, kemampuan akademik, dan tingkat sosial. Tujuan ketiga dari pembelajaran kooperatif ialah mengembangkan keterampilan sosial yang dimaksud antara lain, berbagai tugas, aktif bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, menghargai pendapat orang lain, memancing teman untuk bertanya, mau menjelaskan ide atau pendapat, bekerja dalam kelompok dan sebagainya.25

Adapun tujuan pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut :

1) Individual: keberhasilan seseorang ditentukan oleh orang itu sendiri tidak

dipengaruhi oleh orang lain.

2) Kompetetif: keberhasilan seseorang dicapai karena kegagalan orang lain

(ada ketergantungan negatif).

3) Kooperatif: keberhasilan seseorang karena kebarhasilan orang lain orang

tidak dapat mencapai keberhasilan dengan sendirian. Contoh beberapa keterampilan dalam pembelajaran kooperatif: 1) Berbagi tugas.

2) Mengambil bagian. 3) Tetap berada dalam tugas. 4) Mengajukan pertanyaan 5) Mendengar dengan aktif 6) Bekerja sama.

7) Membantu teman.

25

Tukiran Taniredjo, dkk, (2011), Model-Model Pembelajaran Inovatif, Bandung: hal. 56.

(45)

Langkah-langkah umum pembelajaran kooperatif sebagai berikut:

1) Berikan informasi dan disampaikan tujuan serta skenario pembelajaran. 2) Organisasikan siswa dalam kelompok kooperatif.

3) Bimbing siswa untuk melakukan kegiatan berkooperatif. 4) Evaluasi.

5) Berikan penghargaan.26

Fase ke Indikator Kegiatan Guru

1 Menyampaikan Tujuan dan memotifasi siswa

Mengomunikasikan semua tujuan pembelajaran yang ingin dicapai pada pembelajaran tersebut dan memotifasi siswa untuk belajar dengan baik.

2 Menyajikan informasi Menyampaikan informasi kepada siswa dengan jalan demostrasi atau melalui bahan bacaan.

3 Mengorganisasikansiswa kedalam kelompok-kelompok belajar

Menjelaskan kepada siswa bagaimana cara membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar melakukan tugas belajar secara efesien.

4 Membimbing kelompok dan belajar

Membimbing kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas.

5 Evaluasi Mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya.

26

Yatim Rianto, (2014), Paradigma Baru Pembelajaran Sebagai Referensi bagi

Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif dan Berkualitas, Jakarta:

(46)

6 Memberikan penghargaan Mencari cara-cara untuk menghargai upaya atau hasil belajar individu ataupun kelompok secara proposional.27

Menurut Siahaan enam langkah atau tahap didalam pembelajaran yang menggunakan pembelajaran kooperatifsebagai berikut:28

Tahap Tingkah Laku Guru

Tahap 1:

Menyampaikan tujuan dan memotivasi siswa.

Guru menyampaikan tujuan pembelajaran yang akan dicapai pada kegiatan pembelajaran dan menekankan pentingnya topik yang akan dipelajari dan memotivasi siswa belajar.

Tahap 2:

Menyajikan informasi

Guru menyajikan informasi atau materi kepada siswa dengan jalan demonstrasi atau melalui bahan bacaan.

Tahap 3:

Mengorganisasikan siswa kedalam kelompok-kelompok belajar.

Guru menjelaskan kepada siswa bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membimbing setiap kelompok agar melakukan transisi secara efektif dan efisien. Tahap 4:

Membimbing bekerja dan belajar

Guru membimbing kelompok-kelompok belajar pada saat mereka mengerjakan tugas mereka.

Tahap 5: Evaluasi

Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari

27

Muhammad Anwar, (2018), Menjadi Guru Profesional , Jakarta: Prenadamedia Groub,hal. 161.

28

Syafaruddin, dkk, (2016), Kurikulum dan Pembelajaran, Depok: Raja Grafndo Persada, hal. 188.

(47)

atau masing-masing kelompok mempersentasikan hasil kerjanya. Tahap 6:

Memberikan penghargaan.

Guru mencari cara-cara untuk menghargai, baik upaya maupun hasil belajar individu dan kelompok. Bila diperhatikan langkah-langkah model pembelajaran kooperatif. Maka tampak bahwa proses demokrasi dan peran aktif siswa dikelas sangat menonjol dibandingkan dengan model-model pembelajaran lain. Dapatdiartikan bahwa pembelajaran kooperatifadalah suatu strategi pembelajaran dimana siswa dikelompokkan dalam tim kecil dengan tingkat kemampuan berbeda untuk meningkatkan pemahaman suatu pokok bahasan, dimana masing-masing anggota kelompok bertanggung jawab untuk belajar apa yang diajarkan dan membantu temannya untuk belajar sehingga tercipta suatu prestasi. Belajar belum dikatakan selesai bila masih ada anggota kelompok yang belum menguasai materi. Saling bekerja sama dan saling mengoreksi antar anggota kelompok dengan tujuan mencapai hasil belajar yang tinggi. Hal ini juga sejalan dengan firman Allah dalam QS. Al-Maidah ayat 2









































Artinya:Dan tolong-menolonglah kamu dalam (mengerjakan) kebajikan

dantakwa, dan jangan tolong-menolong dalam berbuat dosa danpelanggaran.

Dan bertakwalah kamu kepada Allah, sesungguhnya Allah amat berat siksa-Nya.

Alquran Surah Al-Maidah ayat 2 menjelaskan bahwa Allah memerintahkan hamba-hambaNya agar saling tolong menolong dalam mengerjakan perkara yang baik, yaitu kebajikan dan menjauhi perkara-perkara yang mungkar, yaitu ketakwaaan. Allah juga melarang mereka agar tidak saling bantu-membantu dalam kebatilan dan saling tolong menolong dalam mengerjakan dalam berbuat dosa dan perkara-perkara yang diharamkan. Ibnu

(48)

Jabir berkata “Dosa adalah meninggalkan apa-apa yang telah Allah perintahkan untuk dikerjakan. Sedangkan pelanggaran adalah melampui apa-apa yang Allah wajibkan atas kalian pada diri-diri kalian dan selain kalian”.29Sesuai dengan hadits menjelaskan yaitu:

ٍسَوَأ ْهَع ٍدْيَمُح ْهَع ٌزِمَتْعُم اَىَثَّدَح ٌدَّدَسُم اَىَثَّدَح

ًىع اللَّ ىضر

ُلُُسَر َلاَق َلاَق

ِ َّاللَّ

مهسَ ًيهع اللَّ ىهص

«

ََْأ اًمِناَظ َكاَخَأ ْزُصْوا

اًمُُهْظَم

. »

َلُُسَر اَي اُُناَق

َلاَق اًمِناَظ ُيُزُصْىَو َفْيَكَف ، اًمُُهْظَم ُيُزُصْىَو اَذٌَ ِ َّاللَّ

«

ًِْيَدَي َقَُْف ُذُخْأَت

»

Artinya: “Telah meriwayatkan kepada kami Musaddad, telah meriwayatkan kepada kami Mu’tamir, dari Humaid dari Anas ra. berkata, Rasulullah saw. bersabda: tolonglah saudaramu baik dalam keadaan berbuat zalim maupun dalam keadaan dizalimi. Lalu mereka berkata lagi, ya Rasulallah, kami ada menolong orangyangdizalimi, lalu bagaimana kami menolongnya ketika dia berbuat zhalim? Rasul menjawab: kamu menghalangi dan menengahnya dari perbuatan zalim.”

Dari Tafsir Ayat tersebut dijelaskan bahwa dalam pembelajaran secara berkelompok hendaklah peserta didik harus saling tolong menolong. Maksudnya, apabila salah siswa mengalami kesulitan, maka siswa yang lain harus menolong temannya agar tercipta tujuan bersama. Serta kita sebagai umat manusia yang hidup dalam bermasyarakat sangat penting untuk bekerja sama dalam mencapai suatu tujuan, dikarenakan dengan adanya kerjasama diharapkan dapat menciptakan kekuatan untuk mendukung, saling menguatkan dan saling menghargai.30

Adapun kelebihan model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berikut: 1) Membiasakan siswa untuk bersifat tegas dan terbuka.

2) Membiasakan siswa menemukan konsep sendiri dan berfikir kritis dalam memecahkan masalah.

29

Syaikh Ahmad Syakir, (2014), Mukhtasar Tafsir Ibnu katsir jilid II, Jakarta: Darus Sunnah Press, hal.463.

30

Muhammad Ibn Ismail Abu Abdillah Al-Bukhari, (2015), Sahih Al-BukhariBayrut: Dar Ibn Kasir, Juz 2, No. Hadis: 2312, hal. 863.

(49)

3) Menumbuhkan semangat persaingan yang positif dan konstruktif karena dalam kelompoknya masing-masing siswa akan lebih giat dan sungguh-sungguh dalam bekerja.

4) Menciptakan kreativitas siswa untuk belajar sehingga tercipta suasana belajar yang kondusif.

5) Menanamkan rasa persatuan dan solidaritas yang tinggi karena siswa yang pandai dalam kelompoknya dapat membantu rekan-rekannya yang kurang pandai terutama dalam mempertahankan nama baik kelompoknya.

6) Memudahkan guru dalam mencapai tujuan pembelajaran karena langkah-langkah model pembelajaran kooperatif mudah diterapkan di lapangan. 7) Menumbuhkan kreativitas guru dalam menciptakan alat-alat dan media

pembelajaran yang sederhana dan mudah ditemukan dalam kehidupan sehari-hari.

Sedangkan kelemahan pada model pembelajaran kooperatif adalah sebagai berkut:

1) Diperlukan waktu yang lebih lama agar proses diskusi lebih leluasa.

2) Bila ada sebagian siswa belum terbiasa belajar kelompok sehingga merasa asing dan sulit untuk menguasai konsep.

3) Jika terjadi persaingan negatif antar siswa dalam kelompok atau antar kelompok maka hasilnya akan lebih buruk.

(50)

4) Jika ada siswa yang pemalas atau yang ingin berkuasa dalam kelompok besar kemungkinan akan mempengaruhi peranan kelompok sehingga usaha kelompok tidak dapat berfungsi sebagaimana mestinya.31

c. Model Snowball Throwing

Model pembelajaran snowball throwing “ bola salju bergulir” merupakan model pembelajaran dengan menggunakan bola pertanyaan dari kertas yang digulung bulat berbentuk bola kemudian dilemparkan secara bergiliran diantara sesama anggota kelompok pada prinsipnya, model ini memadukan pendekatan

komunikatif, integratif dan keterampilan proses.

Jika proses pembelajaran ini berjalan lancar, maka akan terbentuklah suasana kelas yang dinamis, karena kegiatan siswa tidak hannya berfikir, menulis, bertanya, atau berbicara. Akan tetapi mereka juga melakukan aktifitas fisik yaitu menggulung kertas dan melemparkannya pada siswa lain. Dengan demikian, tiap anggota kelompok akan mempersiapkan diri pada gilirannya mereka harus menjawab pertanyaan dari temannya yang terdapat dari dalam bola kertas. Model ini juga memberikan pengalaman kepada siswa untuk mengembangkan keterampilan menyimpulkan isi berita atau informasi yang mereka peroleh dalam konteks nyata dan situasi yang komples.32

Adapun Langkah-langkah model pembelajaran kooperatif snowball

throwing adalah sebagai berikut:

31

AliHamzah, dkk, (2016), Perencanaan dan Strategi Pembelajaran Matematika, Jakarta: RajaGrafindo Persada, hal. 162.

32

Imas Kurniasi dan Berlisani, (2015), Ragam Pengembangan Model Pembelajaran Untuk Peningkatan Profesionalitasi Guru, Badung: Kata Pena, hal. 77.

(51)

1) Guru menyampaikan materi yang akan disajikan.

2) Guru membentuk kelompok-kelompok dan memanggil masing-masing ketua kelompok untuk memberikan penjelasan tentang materi.

3) Masing-masing ketua kelompok kembali kekelompoknya masing-masing kemudian menjelaskan materi yang disampaikan oleh guru kepada temannya.

4) Kemudian masing-masing siswa diberikan satu lembar kertas untuk menuliskan satu pertanyaan apa saja yang menyangkut materi yang sudah dijelaskan oleh ketua kelompok.

5) Kemudian kertas tersebut dibuat seperti bola dan dilempar dari satu siswa ke siswa yang lain selama + 15 menit.

6) Setelah siswa dapat satu bola diberikan kesempatan kepada siswa untuk menjawab pertanyaan yang ditulis dalam kertas berbentuk bola tersebut secara bergantian.

7) Evaluasi.33

d. Kelebihan dan Kekurangan Model Snowball Throwing

Adapun kelebihan dan kelemahan strategi pembelajaran snowball

throwing adalah untuk melatih siswa dan saling memberikan pengetahuan,

sementara kekurangan strategi ini adalah karena pengetahuan yang diberikan tidak terlalu luas hanya berkisar pada apa yang telah diketahui siswa. Sering kali, strategi ini berpotensi mengacaukan suasana dari pada mengaktifkannya.34

33

Cucu Suhana, (2014), Konsep Strategi Pembelajaran Edisi Revisi, Bandung: Refika Aditama, hal. 53.

34

Miftahul Huda, (2018), Model-Model Pengajaran dan Pembelajaran, Yogyakarta: Pustaka Belajar, hal. 227-228.

Gambar

Tabel  diagram  diatas  menunjukkan  bahwa  terjadi  peningkatan  hasil  belajar  siswa  dari  sebelum  diterapkan  dan  sesudah  diterapkan  model  pembelajan  snowball

Referensi

Dokumen terkait

Pressman, Roger, 2001, Software Engineering,.

[r]

1) Sumber Daya Manusia, dalam hal ini yang dimaksudkan adalah polisi. Kurangnya pengetahuan, keahlian, kemauan, kemampuan dan kurang.. menguasai teknologi informasi

Dalam kegiatan produksi, seperti Live Studio program “Sinar Kasih” penulis menjadi semakin mengerti tentang kerja sama tim dan terbiasa dengannya karena produksi yang

Bagi sektor perbankan yang menghadapi lingkungan, kondisi dan tantangan yang serupa, diharapkan penelitian ini dapat bermanfaat dalam upaya untuk mengevaluasi

PENGARUH TINGKAT PENDIDIKAN DAN MASA KERJA PADA HUBUNGAN ANTARA PRESTASI KERJA DAN KOMPENSASI Studi Kasus : Karyawan Bagian Tata Usaha Kantor PG.. Gondang

Namun, mengenai pengaturan hukuman mati terhadap kejahatan secara umum dalam perspektif hukum internasional diatur dalam International Covenant on Civil and

terdapat dalam video klip Super Junior Sory-Sory dan video klip Super9Boys.. 20 ACDC dimana penetuan unit analisis ditujukan pada pesan visual yang