• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respon dan Kepuasan Petani terhadap Diseminasi Komponen Teknologi PTT Padi Sawah di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Respon dan Kepuasan Petani terhadap Diseminasi Komponen Teknologi PTT Padi Sawah di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

Seminar Nasional Dalam Rangka Dies Natalis UNS Ke 43 Tahun 2019

“Sumber Daya Pertanian Berkelanjutan dalam Mendukung Ketahanan dan Keamanan Pangan Indonesia pada Era Revolusi Industri 4.0”

Respon dan Kepuasan Petani terhadap Diseminasi Komponen Teknologi PTT

Padi Sawah di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah

Heni SP Rahayu, Risna, Femmi Nor Fahmi

Balai Pengkajian Teknologi Pertanian Sulawesi Tengah Jalan Lasoso No. 62 Sigi Biromaru, Kab. Sigi 9436

Email : sulistyawati79@gmail.com

Abstrak

Tantangan dalam pencapaian swasembada pangan saat ini antara lain peningkatan produksi dan produktivitas tanaman pangan. Guna menjawab tantangan tersebut diperlukan diseminasi inovasi teknologi spesifik lokasi yang tepat sehingga akan cepat diadopsi oleh petani. Inovasi teknologi yang diseminasikan antara lain komponen PTT padi sawah yang antara lain berupa varietas unggul baru (VUB), yang dinilai sebagai langkah paling cepat dalam meningkatkan produktivitas. Salah satu VUB yang berpotensi tinggi adalah Inpari 36. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui respon dan kepuasan petani terhadap komponen teknologi PTT padi sawah dan varietas Inpari 36. Penelitian dilakukan di Kabupaten Sigi Sulawesi Tengah. Metode yang digunakan adalah demonstrasi teknologi yang dilanjutkan dengan wawancara menggunakan kuesioner, dengan responden dipilih secara acak sebanyak 50 orang. Data respon dianalisis menggunakan pendekatan skoring dan kepuasan petani menggunakan Important and Performance Analysis (IPA) dan

Customers Satisfaction Index (CSI). Respon petani terhadap komponen teknologi PTT Padi sawah

pada kategori kurang tertarik hingga tertarik (skor 2,94 - 4,92). Respon tinggi antara lain pada komponen teknologi VUB dan benih bermutu, sedangkan respon petani ragu-ragu pada komponen penggunaan bahan organik. Hasil analisis Importance Performance Analysis (IPA) menunjukkan bahwa sebagian karakteristik teknologi PTT padi sawah berada pada kuadran II (penting dan dipertahankan), dan sebagian lain di kuadran III (kurang penting dan kurang prioritas), sedangkan Nilai CSI terhadap komponen teknologi demfarm berada pada kategori sangat puas.

Kata kunci: respon, PTT padi sawah, Inpari 36.

Pendahuluan

Ketahanan pangan merupakan salah satu tujuan program strategis yang harus dilakukan secara sinergis antara pemerintah bersama masyarakat, sebagaimana diamanatkan kabinet kerja yang telah menetapkan swasembada berkelanjutan padi, jagung, dan kedelai harus dicapai dalam waktu tiga tahun. Propinsi Sulawesi Tengah khususnya Kabupaten Sigi didukung potensi sumber daya yang memadai untuk pengembangan tanaman pangan antara lain tanah yang subur, iklim yang

(2)

mendukung serta ketersediaan air. Selanjutnya dibutuhkan upaya untuk mengoptimalkan luas sawah yang ada, sehingga luas tanam maupun panen serta produktivitas meningkat. Untuk itu diperlukan inovasi teknologi spesifik lokasi yang diikuti dengan pendampingan inovasi teknologi tepat agar dapat diterapkan oleh petani antara lain inovasi teknologi PTT (Yova et al, 2015).

Sugandi dan Wibawa (2017) menyatakan bahwa peningkatan produktivitas dapat dicapai melalui penerapan inovasi teknologi spesifik lokasi. Ada hubungan yang erat dalam bentuk korelasi yang positif antara peningkatan produktivitas dan jumlah inovasi teknologi yang diterapkan (adopsi). Hal ini berarti bahwa sampai batas tertentu, semakin tinggi produktivitas menunjukkan semakin banyak inovasi teknologi yang diterapkan. Sejalan dengan itu Indrianingsih (2015), menyatakan bahwa pembangunan pertanian membutuhkan inovasi teknologi yang selalu berkembang. Pemanfaatan inovasi teknologi pertanian dimaksudkan untuk peningkatan produktivitas pertanian melalui optimalisasi teknologi yang telah ada ataupun dengan pengembangan inovasi teknologi. Dalam tataran konsep inovasi, teknologi yang diciptakan perlu mempertimbangkan kebutuhan pengguna dan faktor-faktor pendukungnya sehingga inovasi teknologi dapat diadopsi secara cepat dan tepat. Fakta di lapangan menunjukkan bahwa adopsi inovasi teknologi pertanian di tingkat petani masih relatif rendah sehingga produktivitas pertanian yang dicapai tidak sesuai dengan potensi yang ada. Hal ini disebabkan beragamnya persepsi dan respon petani terhadap inovasi teknologi tersebut dimana teknologi yang diperkenalkan tidak sesuai dengan preferensi petani. Atau petani tidak puas dengan sistem diseminasi yang dilaksanakan sehingga berdampak pada tidak tertarik untuk mengadopsi komponen teknologi yang diperkenalkan.

Metodologi

Penelitian dilakukan pada Bulan April sampai dengan Agustus 2018 di Desa Ranteleda, Kecamatan Palolo, Kabupaten Sigi Provinsi Sulawesi Tengah. Penelitian ini merupakan bagian dari kegiatan UPSUS BPTP Balitbangtan Sulawesi Tengah Tahun 2018. Penelitian menggunakan demonstrasi farming (demfarm) menggunakan komponen teknologi PTT padi sawah. Pengambilan data dilakukan melalui wawancara kepada 50 orang responden yang mengikuti kegiatan demonstrasi farming dan temu lapang teknologi. Respon petani dinilai menggunakan skala Likert 1-5 dengan kategori (tidak tertarik, kurang tertarik, ragu-ragu, tertarik dan sangat tertarik) selanjutnya data respon dianalisis menggunakan skoring (Hendayana, 2016), dengan formulasi sebagai berikut:

ni : Jumlah responden yang menyatakan (org) pada kolom i (i = 1,2,3,..5) si : skor pernyataan ke i (i= 1,2,3,…5)

(3)

Penilaian terhadap tingkat kepentingan dan karakteristik teknologi perlu dilakukan, untuk mengetahui kesukaan dan kepuasan petani secara keseluruhan terhadap komponen teknologi, serta mengetahui karakteristik mana yang perlu mendapat perhatian. Dari tingkat kepentingan, kesukaan dan kepuasan terhadap teknologi akan diketahui sejauh mana teknologi dapat meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman padi petani. Kepuasan petani diukur dengan Importance

Performance Analysis (IPA) dan Customers Satisfaction Index (CSI) (Rangkuti, 2006). Tanggapan

konsumen dinilai dengan skala Likert 1-5 (Simamora, 2002). Selanjutnya, hasil analisis IPA diplotkan dalam diagram kartesian dengan sumbu X merupakan skor rata-rata penilaian terhadap tingkat kinerja (X) menunjukan posisi karakter pada sumbu X, sementara posisi karakter pada sumbu Y ditunjukan oleh skor rata-rata tingkat kepentingan konsumen terhadap karakter (Y). Nilai X merupakan rata-rata kinerja seluruh karakter dan Y merupakan rata-rata kepentingan seluruh karakterakteristik inovasi teknologi.

Gambar 1. Kuadran IPA (Important and Performance Analysis) Keterangan :

1. Kuadran I (Prioritas Utama) : Kinerja suatu faktor/variabel adalah lebih rendah dari keinginan konsumen.

2. Kuadran II (Pertahankan Prestasi) : Kinerja dan keinginan responden pada suatu faktor/variabel berada pada tingkat tinggi dan sesuai, dianggap penting dan memuaskan.

3. Kuadran III (Prioritas Rendah) : Menunjukkan beberapa faktor kurang penting pengaruhnya bagi responden.

4. Kuadran IV (Berlebihan): Menunjukkan faktor yang mempengauhi responden kurang penting, akan tetapi pelaksanaanya berlebihan, dianggap kurang penting tapi memuaskan.

Hasil dan Pembahasan

1. Respon Petani terhadap Komponen Teknologi PTT padi sawah pada demonstrasi farm.

Dalam upaya meningkatkan produksi dan produktivitas padi sawah diperlukan inovasi teknologi, salah satu upaya yang dilakukan yaitu dengan pengenalan komponen teknologi PTT

(4)

melalui kegiatan demfarm. Sebelum petani memutuskan teknologi yang disampaikan diterima atau ditolak, maka hal pertama yang dilakukan yaitu mengukur persepsi petani mengenai teknologi yang disampaikan. Fachrista dan Sarwendah (2014), mengungkapkan persepsi petani terhadap suatu inovasi merupakan proses pengorganisasian dan interpretasi terhadap stimulus yang diterima oleh petani sebelum mengambil keputusan untuk menerima atau menolak inovasi tersebut. Selanjutnya Respon akan terkait dengan stimulus, sehingga jika stimulus terjadi maka suatu respon akan mengikuti (Wijayanti et al, 2015).

Respon inovasi teknologi dipengaruhi oleh beberapa faktor diantaranya kemampuan petani dalam melaksanakan teknologi tersebut agar dapat meningkatkan produktivitasnya. Menurut Sitangggang et.al (2012), Beberapa faktor yang menyebabkan terjadinya kecenderungan perbedaan respon petani petani terhadap penerapan penerapan PTT antara lain seperti tingkat kemampuan bertindak petani terhadap mekanisme pelaksanaan PTT dan pengaruh dalam meningkatkan produktivitas usahataninya.

Hasil analisis respon petani terhadap komponen teknologi PTT Padi Sawah selengkapnya disajikan pada tabel 1.

Tabel 1. Respon petani terhadap Komponen PTT padi sawah pada 50 responden Tahun 2018

No Komponen Teknologi Skor

1 Penggunaan Varietas Unggul 4.80

2 Menggunakan benih bermutu dan berlabel 4.92

3 Pemberian bahan organik (pupuk kandang/kompos) 3.98

4 Melakukan pengaturan jarak tanam dengan jajar legowo 2:1,4:1 4.48

5 Pemupukan berdasarkan kebutuhan tanaman 4.64

6 Pengendalian Hama dan Penyakit dengan Pengendalian Hama Terpadu 4.66

7 Pengohan lahan dengan sempurna/baik 4.64

8 Penggunaan bibit muda (kurang dari 21 hari setelah sebar) 4.20

9 Tanam bibit 1-3 batang per rumpun 4.20

10 Pengairan secara efektif (intermitten) 4.62

11 Penyiangan secara mekanis menggunakan arit/sabit 2.94

12 Panen tepat waktu dan segera dirontok, keringkan 4.62

Keterangan : 1 (tidak tertarik), 2 (kurang tertarik), 3 (ragu-ragu), 4 (tertarik), 5 (sangat tertarik)

Berdasarkan tabel diatas respon petani terhadap komponen teknologi PTT Padi sawah pada kategori kurang tertarik hingga tertarik (skoring 2,94 - 4,92). Respon tertinggi menggunakan benih bermutu, berlabel dan Varietas unggul Baru (VUB) dengan skor 4,92 dan 4,80 (tertarik). Komponen teknologi penggunaan benih bermutu,berlabel dan VUB (Inpari 36), ini disebabkan karena mudah dilaksanakan dan memberi hasil cukup tinggi dibandingkan dengan hasil yang diperoleh dengan sebelum menggunakan VUB. Inpari yang sesuai dengan preferensi varietas sebelumnya akan lebuh mudah diadopsi petani (Rahayu, 2012). Arsyad (2011), menyatakan bahwa inovasi teknologi yang berpeluang tinggi akan diadopsi petani adalah VUB. Hal ini disebabkan

(5)

penggunaan VUB secara teknis mudah dilakukan, daya hasil tinggi, tahan terhadap hama penyakit tertentu.

Sejalan dengan hasil penelitian ini, Sirappa (2011) mengemukakan bahwa penerapan inovasi teknologi PTT melalui penggunaan varietas unggul baru dengan sistem tanam memberikan hasil gabah yang cukup tinggi dibandingkan dengan teknologi yang diterapkan petani. Penggunaan benih bermutu,berlabel dan VUB dinilai dapat memberikan keuntungan, karena produksi yang relatif lebih tinggi dibandingkan dengan produksi sebelumnya. Indraningsih (2015) menyatakan bahwa dalam rangka peningkatan produksi padi dan produktivitas lahan sawah diperlukan inovasi teknologi, salah satunya yang dinilai mempunyai peran penting adalah benih unggul. Penggunaan benih bermutu dapat dilihat dari penggunaan benih berlabel yang digunakan petani.

Respon terendah penyiangan secara mekanis dan pemberian bahan organik (pupuk kandang/kompos) dengan skor 2,92 dan 3,93 (kurang tertarik dan ragu-ragu), hal ini disebabkan penyiangan secara mekanis membutuhkan tenaga kerja yang banyak,dan petani merasa sulit untuk mengerjakan. Sedangkan pemberian bahan organik masih sulit untuk didapatkan atau kurang tersedia dilahan petani sehingga petani masih ragu-ragu untuk melaksanakan. Komponen teknologi akan mendapat respon tinggi oleh petani apabila secara teknis mudah dilaksanakan, ekonomis menguntungkan, dan secara sosiologis dapat diterima dimasyarakat serta merupakan pemecahan masalah yang dihadapi dalam berusaha tani. Jika memang benar teknologi baru akan memberikan keuntungan yang relatif besar dari teknologi lama, maka kecepatan proses adopsi inovasi akan berjalan lebih cepat (Soekartawi, 2005). Lebih lanjut, Mardikanto dan Soebiato (2015) menyampaikan bahwa materi yang berisi pemecahan masalah merupakan kebutuhan utama yang diperlukan oleh petani. Sejalan dengan Indrianingsih (2011) bahwa keputusan petani dalam mengadopsi inovasi teknologi usahatani terpadu dipengaruhi oleh faktor keuntungan relatif dan kesesuaian petani terhadap teknologi yang disampaikan. Selain itu, Wasito et.al (2010) mengemukakan bahwa tingkat adopsi inovasi teknologi oleh petani dipengaruhi oleh: daya dukung agroekosistem, motivasi, sikap, tindakan konsisten dan pengalaman berusahatani, ketersediaan modal, ketersediaan input produksi serta intensitas pertemuan kelompok tani.

2. Kepuasan Petani terhadap Inpari 36 dan Komponen Teknologi PTT Padi Sawah Pilihan.

Penilaian terhadap tingkat kepentingan dan kinerja karakteristik padi perlu dilakukan, untuk mengetahui kepuasan petani secara keseluruhan terhadap komponen PTT padi sawah dan mengetahui karakteristik yang perlu mendapat perhatian. Dari tingkat kepentingan dan kinerja akan diketahui tingkat kinerja karakteristik dapat memenuhi kebutuhan petani responden.

Karakteristik teknologi VUB Inpari 36 yang dinilai berpotensi menjadi pertimbangan petani yaitu hasil/produksi, varietas tahan hama penyakit, daya tumbuh benih, sedangkan komponen PTT pilihan yaitu penanaman bibit muda, pemupukan sesuai rekomendasi, pengendalian hama dan penyakit terpadu, sistem jajar legowo, jumlah bibit 1-3 batang/rumpun, semai hambur

(6)

menggunakan plastik, serta panen menggunakan mesin. Grafik Scatterplot Importance Performance Analysis (IPA) teknologi ditampilkan pada Gambar 2 yang merupakan pemetaan karakter-karakter teknologi yang diperkenalkan. Teknologi yang diperkenalkan berada pada kuadran II dan kuadran III.

.

Y X

Atribut Kepentingan Kesukaan

1 4.8 4.7 2 4.8 4.8 3 4.7 4.8 4 4.1 4.0 5 4.6 4.6 6 4.6 4.7 7 3.6 3.3 8 3.8 3.4 9 4.5 4.5 10 4.2 4.1 11 4.8 4.6 1 2 3 4 5 6 7 8 9 10 11 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 3.0 3.5 4.0 4.5 5.0 Ti ng ka t K ep en tin ga n Tingkat Kesukaan4,3 4,4

Gambar 2. Scatterplot Importance Performance Analysis (IPA) Teknologi PTT Keterangan Gambar: (1) produkstivitas, (2) varietas tahan hama penyakit, (3) daya tumbuh benih, (4) Menanam Bibit Muda (5) Pemupukan sesuai rekomendasi (6) Pengendalian hama dan penyakit secara terpadu, (7), Semai/hambur bibit dengan plastik (8) Penanaman dengan mesin tanam, (9) Sistem jajar legowo 2:1,4:1, (10) Penanaman bibit 1-3 batang/rumpun, (11) Panen menggunakan Mesin.

Hasil produksi, varietas tahan hama penyakit, daya tumbuh benih, pemupukan sesuai rekomendasi, pengendalian hama dan penyakit dengan pengendalian hama terpadu, tanam sistem jajar legowo (2:1,4:1), panen dengan mesin merupakan karakteristik dan inovasi teknologi berada pada kuadran II yang berarti karakter ini dianggap penting dan memuaskan petani sehingga perlu dipertahankan. Khairatun dan Zuraida (2013), mengemukakan salah satu upaya meningkatkan produksi beras adalah penggunaan varietas unggul yang berproduksi tinggi. Seiring dengan itu (Misran 2013; Zaini et.al 2002), menyatakan bahwa salah satu upaya peningkatan produksi padi adalah dengan pendekatan model Pengelolaan Tanaman Terpadu (PTT) padi sawah, meliputi penggunaan varietas unggul baru (VUB), penggunaan bibit umur muda, pengaturan sistem tanam, pengelolaan lahan dan air yang tepat pemupukan berimbang yang rasional, pengendalia hama dan gulma terpadu.

Menanam bibit muda, semai/hambur bibit dengan plastik, menanam dengan mesin tanam, dan menanam bibit 1-3 batang/rumpun berada pada kuadran III yang berarti kinerjanya dianggap kurang penting bagi petani dan petani kurang tertarik melaksanakannya. Penggunaan bibit muda dianggap kurang penting karena penanaman tergantung pada kondisi di lapangan seperti kecukupan air,

(7)

tenaga kerja, dan kekhawatiran petani pada kematian bibit yang dipindahkan umur muda. Dengan demikian maka perlu peningkatan pemahaman bahwa pemindahan bibit muda tidak meningkatkan kematian bibit, namun dapat meningkatkan mutu hasil panen sesuai Musa (2000) bahwa bertanam padi sawah secara tanam pindah dengan bibit muda dapat meningkatkan gabah yang dihasilkan. Tanam bibit 1- 3 batang per rumpun mendapatkan respon rendah ke sedang karena petani belum mengetahui dengan menanam 1-3 batang per rumpun dapat meningkatkan produksi maupun produktivitas sesuai Misran (2014) bahwa hasil gabah tertinggi didapatkan pada perlakuan jumlah bibit 3 batang per rumpun.

Tingkat kepuasan petani terhadap komponen teknologi secara keseluruhan disajikan dengan

Customers Satisfaction Index (CSI) pada tabel 2.

Tabel 2. Tingkat Kepuasan Petani terhadap PTT Padi Sawah pada 50 responden Tahun 2018

No Atribut teknologi Skor

1 Hasil produksi 0.43

2 Varietas tahan hama penyakit 0.44

3 Daya tumbuh benih 0.43

4 Penanaman bibit muda 0.36

5 Pemupukan sesuai rekomendasi 0.42

6 Mengendalikan hama dan penyakit dengan pengendalian hama terpadu 0.43

7 Semai/hambur bibit dengan plastik 0.30

8 Menanam dengan Mesin tanam 0.31

9 Menanam dengan sistem jajar legowo 2:1,4:1 0.41

10 Menanam bibit 1-3 batang/rumpun 0.37

11 Panen dengan Mesin 0.42

Total 4.31

Customers Satisfaction Index (CSI) 83.64

Keterangan : 0 < CSI≤20 (Tidak Puas), 20 < CSI≤40 (Kurang Puas), 40 < CSI≤60 (Cukup Puas), 60 < CSI≤80 (Puas), 80 < CSI≤100 (Sangat Puas)

Petani sangat puas (83,64) terhadap varietas Inpari 36 dan komponen teknologi PTT yang disampaikan melalui pendampingan teknologi pada lokasi demfarm. Sitanggang et.al (2012), inovasi PTT yang dianggap mampu meningkatkan produktivitas akan direspon dengan baik oleh petani. Lebih lanjut Fachrista dan Sarwendah (2014), mengungkapkan petani menganggap PTT padi sawah menguntungkan, tidak bertentangan dengan nilai-nilai sosial dan sesuai dengan kebutuhan masyarakat, tidak rumit, mudah dicoba, dan mudah dilihat hasilnya.

Kesimpulan

Respon tertinggi pada teknologi benih bermutu, berlabel, dan VUB dengan skor 4,92 dan 4,80 (tertarik). Respon terendah pada penyiangan secara mekanis dan pemberian bahan organik (pupuk kandang/kompos) dengan skor 2,92 dan 3,93 (kurang tertarik dan ragu-ragu). Tingkat kepentingan paling tinggi pada karakteristik hasil/produksi, varietas tahan hama dan penyakit, serta teknologi panen dengan mesin dengan skor rata-rata 4.8 (penting). Skor rendah pada semai/hambur

(8)

bibit dengan plastik, tanam bibit muda dan tanam 1-3 per rumpun. Karakter teknologi berada pada kuadran II dimana ada teknologi dianggap penting dan perlu dipertahankan dan kuadran III yang dianggap kurang penting bagi petani. Hasil Customers Satisfaction Index (CSI) tingkat kepuasan petani terhadap komponen teknologi PTT yang disampaikan melalui pendampingan teknologi adalah sangat puas.

Ucapan Terima Kasih

Terimakasih kami haturkan kepada Dr. Andi Baso Lompengeng Ishak, SPt.,MP yang telah memberikan arahan dan dukungan kegiatan sampai dengan penulisan karya ilmiah ini.

Daftar Pustaka

Fachrista, I. A. dan Sarwendah, M. 2014. Persepsi dan Tingkat Adopsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi Sawah. Junal Agriekonomika. 3 (1): 1- 10. Hendaya R. 2016. Persepsi dan Adopsi Teknologi. Badan Litbang Pertanian (IAARD) Press.

Jakarta.

Indrianingsih, S.K. 2011. Pengaruh Penyuluhan Terhadap Keputusan Petani Dalam Adopsi Inovasi Teknologi Usahatani Terpadu. Jurnal Agro Ekonomi. 29 (1) : 1–24

Indrianingsih, S.K. 2015.Persepsi Petani Terhadap Inovasi Teknologi Padi. Panel Petani Nasional : Mobilisasi Sumber Daya dan Penguatan Kelembagaan Pertanian.

Khairatun N dan Zuraida R. 2013. Upaya Peningkatan Produktivitas Padi Varietas Unggul Baru Menunjang Pendapatan Petani Di Kabupaten Banjar Kalimantan Selatan. Seminar Nasional Inovasi Teknologi Pertanian.

Misran. 2013. Efisiensi Penggunaan Jumlah Bibit Terhadap Pertumbuhan dan Produksi Padi Sawah. Jurnal Penelitian Pertanian Terapan. 14 (1): 39-43

Musa, S. 2000. Program Pengembangan Komoditi Serealia. Makalah pada Pertemuan Regional Peningkatan Produksi Tanaman Pangan Wilayah Barat. Dirjen Produksi Tanaman Pangan. Bukittinggi, 19-21 September 2000.

Rahayu, H.S.P. 2012. Preferensi Petani Kabupaten Donggala terhadap Karakteristik dan Kualitas Hasil Beberapa Varietas Unggul Baru Padi Sawah. Widyariset. (15):2. LIPI Press.

Rangkuti F. 2006. Measuring Costumers Satisfaction. Teknik Mengukur dan strategi meningkatkan Kepuasan pelanggan plus Analisis Kasus PLN-PJ. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Simamora B. 2002. Panduan Riset Perilaku Konsumen. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.

Sirappa, M. P. 2011. Kajian Perbaikan Teknologi Budidaya Padi melalui Penggunaan Varietas Unggul dan Sistem Tanam Jajar Legowo dalam Meningkatkan Produktivitas Padi mendukung Swasembada Pangan. Jurnal Budidaya Pertanian 7(2): 79 - 86.

Soekartawi. 2005. Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. Universitas Indonesia. Jakarta.

Sugandi W dan Wibawa, 2017. Peran Inovasi Teknologi Dan Gerakan Luas Tambah Tanam dalam Peningkatan Produksi Padi. Jurnal Pertanian Agros. 19 (2): 105-115.

Wijayanti, A. Subejo dan Harsoyo. Respon Petani Terhadap Inovasi Budidaya dan Pemanfaatan Sorgum di Kecamatan Srandakan Kabupaten Bantul. Agro Ekonomi: 26 (2).

Yofa, R.D., Ariani, M., Kariyasa, I.K., Suryana, A. 2015. Rancangan dan Implementasi Sekolah Lapang Pengelolaan Tanaman Terpadu Padi. Analisis Kebijakan Pertanian 14 (1): 55-72

Gambar

Gambar 1. Kuadran IPA (Important and Performance Analysis)
Tabel 1. Respon petani terhadap Komponen PTT padi sawah pada 50 responden Tahun 2018
Gambar 2. Scatterplot Importance Performance Analysis (IPA) Teknologi PTT

Referensi

Dokumen terkait

Identifikasi permasalahan dan kebutuhan yang dilakukan di Lapas Anak Blitar menunjukkan masih begitu banyaknya pelanggaran atas hak anak dengan perlakuan yang tidak berpihak

Teori-teori yang banyak dipakai dalam menjelaskan perilaku split-ticket voting menempatkan pemilih pada level high information dengan niat dan kemampuan pemilih untuk

1) Tanaman obat yang dibudidayakan secara luas dan masih terkendala oleh serangan hama dan penyakit, seperti jahe, maka prioritas penelitian difokuskan pada

penggunaan suatu produk tertentu.  Periklanan dapat menambah nilai yang lebih positip terhadap produk dan gengsi serta derajat konsumen kalau konsumen selalu

Oleh karena itu, upaya-upaya untuk terus mengembangkan profesi pendidik (guru) menjadi suatu syarat mutlak bagi kemajuan suatu bangsa, meningkatnya kualitas pendidik akan

Pasal 1457 KUH Perdata menyatakan bahwa Jual- beli adalah suatu perjanjian, dengan mana pihak yang satu mengikatkan dirinya untuk menyerahkan suatu kebendaan, dan

Hal itu lah yang mendasari penulis memilih content creator media sosial Instagram sebagai focust of interest dalam pelaksanaan kegiatan magang atau Kuliah

harus valid, reliable, fleksibel, dan adil. Empat prinsip asesmen adalah sangat penting untuk mencapai asesmen yang efektif dalam sistem sertifikasi kompetensi serta