• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektifitas Metode Konseling Spiritual terhadap Motivasi Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "Efektifitas Metode Konseling Spiritual terhadap Motivasi Pasien Kanker dalam Menjalani Kemoterapi"

Copied!
8
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIFITAS METODE KONSELING SPIRITUAL TERHADAP

MOTIVASI PASIEN KANKER DALAM MENJALANI KEMOTERAPI

Nunung Febriany Sitepu*, Asrizal, Lufthiani

Jurusan Magister Ilmu Keperawatan, Fakultas Keperawatan, Universitas Sumatera Utara *Nunung.febriany@gmail.com

Abstrak

Konseling spiritual adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh konseling terhadap motivasi pasien kanker dan menganalisa motivasi pasien kanker sebelum dan sesudah dilakukan konseling spiritual. Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan 60 responden dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 kelompok intervensi dan 30 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-September 2019 di Rumah Sakit Kota Medan. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani kemoterapi pada siklus ke 3, kooperatif, dapat mendengar, tidak memiliki efek samping, dan dapat berbicara dengan baik.. Analisa data penelitian ini menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney Test. Hasil penelitian menunjukkan bahwa terdapat perbedaan signifikan motivasi pasien kanker antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol sesudah diberikan intervensi konseling spiritual dengan nilai p value = 0.001 (p <0.05). Efek positif dari konseling spiritual terhadap motivasi pasien kanker dapat dikaitkan dengan penyesuaian pendekatan konseling spiritual dengan budaya dan keyakinan individu dalam menanggapi masalah mental dan mencari makna dalam kehidupan manusia.

Kata kunci: Konseling; pasien kanker; spiritual Abstract

The Effect of Spiritual Counseling Methods Towards Motivation of Cancer Patients Undergoing Chemotherapy at Hospital. Spiritual counseling is the process of providing assistance to individuals to have the ability to develop their fitrah as religious beings (homo religious), behave in accordance with religious values (noble character), and overcome life's problems through understanding, belief, and practices of worship religious rituals he adheres. The purpose of this study are: analyze the effect of counseling on the motivation of cancer patients and analyzing the motivation of cancer patients before and after spiritual counseling. The design of the research used is a quasi-experimental with 60 respondents divided two group, 30 intervention group and 30 control group. Data collection taken from May

September 2019 at Hospital Medan. Criteria inclusion are: patient undergoing chemotherapy with 3 cycles, cooperative, can hear, no side effect, and can speak well. Data analysis by Wilcoxon rank and Mann Whitney test. The result significant difference in the value of intervention and control group after give a intervention of counseling spiritual with a p value = 0.001 (p <0.05). The positive effect of spiritual counseling on motivation of cancer patient can be attributed to the alignment of spiritual counseling approach with culture and the beliefs of individuals in response to mental concerns and being seeking the meaning in human life.

Keywords: counseling; cancer patient; spiritual

Pendahuluan

Nilai-nilai agama dan spiritual sangat penting bagi klien dan konselor karena mereka memainkan peran penting dalam kesejahteraan mental dan fisik seseorang (Newport, 2012). Hasil penelitian yang dilakukan Gallup tentang keagamaan di Amerika Serikat menunjukkan bahwa 69% orang dewasa

memiliki tingkat religius antara lain sangat atau cukup religius, dan 40% individu sangat religius, yang menunjukkan bahwa kehadiran pelayanan keagamaan adalah bagian penting dari kehidupan sehari-hari (Newport, 2012). Penelitian ini berfokus pada konseling spiritualitas kepada pasien kanker, menekankan pentingnya nilai-nilai agama, dan untuk menjelaskan bagaimana

(2)

keduanya berbeda. Berdasarkan konsep secara retrospektif bahwa spiritualitas sebenarnya dipisahkan dari agama (Turner, Lukoff, Barnhouse, & Lu, 1995). Selama 20 tahun terakhir, agama dan spiritualitas telah mendapat perhatian lebih, dan banyak peneliti di bidang ilmu sosial telah melakukan upaya penting untuk memeriksa dan membuat konsep konstruksi ini (Cashwell & Young, 2005; Plante, 2009). Ada juga perubahan dalam praktik keagamaan masyarakat umum, yang diwujudkan dalam keinginan baru untuk memasukkan komponen yang berpusat pada spiritualitas. Selain itu, agama telah kehilangan dukungan pada masyarakat umum, tetapi spiritualitas telah mendapatkan perhatian yang meningkat (Turner et al., 1995).

Ada perbedaan besar dalam bagaimana istilah-istilah ini telah didefinisikan. Dimensi spiritual telah dikonseptualisasikan sebagai pengalaman relasional pribadi yang lebih fleksibel dengan kekuatan ilahi. Agama juga mencakup pengalaman-pengalaman ini, tetapi melampaui pengalaman-pengalaman ini hingga mencakup praktik dan kepercayaan yang dilembagakan yang berpusat pada keanggotaan gereja, kehadiran, aturan dan peraturan yang ditetapkan oleh ortodoksi keagamaan (Spilka & McIntosh, 1996). Meskipun secara tradisional, agama dan spiritualitas biasanya memiliki kekuatan dan kelemahan yang sama, spiritualitas telah memperoleh lebih banyak pandangan positif karena penekanannya pada hubungan relasional individu dengan kekuatan yang lebih tinggi. Bukti menunjukkan bahwa agama menghambat pengalaman-pengalaman ini dan sebagai akibatnya, agama tersebut berada di bawah pengawasan (Spilka & McIntosh, 1996). Meskipun ada perbedaan penting antara agama dan spiritualitas, sebuah penelitian kuantitatif oleh Zinnbauer et al. (1997) menunjukkan bahwa konstruksi ini tidak sepenuhnya berbeda. Laporan yang dinilai sendiri oleh responden dalam penelitian ini

menunjukkan bahwa agama dan spiritualitas berkorelasi secara signifikan, dan sebagian besar responden melaporkan bahwa mereka tidak hanya religius tetapi juga spiritual. Kesamaan antara agama dan spiritualitas ditunjukkan oleh komitmen pribadi terhadap doa, kehadiran di gereja, dan praktik keagamaan tradisional lainnya.

Penyakit kanker merupakan suatu penyakit yang disebabkan pertumbuhan sel-sel jaringan tubuh tidak normal (tumbuh sangat cepat dan tidak terkendali), menginfiltrasi/ merembes, dan menekan jaringan tubuh sehingga mempengaruhi organ tubuh (Akmal, dkk., 2010: 187). Penyakit kanker merupakan penyakit yang ditandai pembelahan sel tidak terkendali dan kemampuan sel-sel tersebut menyerang jaringan biologis lainnya, baik dengan pertumbuhan langsung dijaringan yang bersebelahan (invasi) atau dengan migrasi sel ke tempat yang jauh (metastasis) (Sunaryati, 2011: 12). Penyakit kanker adalah suatu kondisi sel telah kehilangan pengendalian dan mekanisme normalnya, sehingga mengalami pertumbuhan yang tidak normal, cepat dan tidak terkendali (Diananda, 2009: 3). Untuk tindakan pengobatan dilakukan salah satunya adalah dengan kemoterapi. Kemoterapi adalah pemberian obat untuk membunuh sel kanker. Tidak seperti radiasi atau operasi yang bersifat local, kemoterapi merupakan terapi sistemik, yang berarti obat menyebar ke seluruh tubuh dan dapat mencapai sel kanker yang telah menyebar jauh atau metastase ke tempat lain (Rasjidi,2007). Obat-obat anti kanker ini dapat digunakan sebagai terapi tunggal (active single

agents), tetapi kebanyakan berupa kombinasi karena dapat lebih meningkatkan potensi sitotoksik terhadap sel kanker. Selain itu sel-sel yang resisten terhadap salah satu obat mungkin sensitif terhadap obat lainnya.

Motivasi merupakan faktor penggerak maupun dorongan yang dapat memicu timbulnya rasa semangat dan juga mampu merubah tingkah laku manusia

(3)

atau individu untuk menuju pada hal yang lebih baik untuk dirinya sendiri. Sardiman (1986: 750) menjelaskan motivasi belajar merupakan faktor psikis yang bersifat non intelektual. Peranannya yang khas adalah dalam hal penumbuhan gairah, merasa senang dan semangat untuk belajar. Kehidupan modern dengan kehebatan ilmu pengetahuan dan teknologi serta kemajuan ekonomi yang dialami oleh bangsa-bangsa Barat ternyata telah menimbulkan berbagai suasana kehidupan yang tidak memberikan kebahagiaan batiniah dan berkembangnya rasa kehampaan. Mereka menyadari bahwa kemajuan itu telah memisahkan nilai-nilai spiritual sebagai sumber kebahagiaan hidup dan dirasakan oleh mereka sebagai satu kekurangan. Saat ini berkembang kecenderungan untuk menata kehidupan yang berlandaskan nilai-nilai spiritual. Mereka makin menyadari bahwa suasana keluarga yang harmonis di atas landasan nilai-nilai religi yang kuat pada dasarnya merupakan situasi yang kondusif bagi terciptanya kehidupan. Suasana seperti itu akan menumbuhkan kualitas manusia agamis yang memiliki ketahanan dan keberdayaan yang mantap.

Kondisi ini telah mendorong kecenderungan berkembangnya konseling yang berfundasikan spiritual atau religi. Kegiatan konseling merupakan serangkaian kegiatan paling utama dari bimbingan dalam usaha membantu konseli/klien secara tatap muka dengan tujuan agar klien dapat mengambil tanggung jawab sendiri terhadap berbagai persoalan atau masalah khusus. Tugas konselor adalah menciptakan kondisi-kondisi fasilitatif yang diperlukan bagi pertumbuhan dan perkembangan klien. Sementara itu, tujuan konseling mengadakan perubahan perilaku pada klien sehingga memungkinkan hidupnya lebih produktif dan memuaskan. Koenig (2001) menyebutkan keterlibatan spiritual dan keagamaan berkontribusi terhadap kualitas hidup dalam hal mengurangi gejala depresi dan kecemasan, menurunkan tingkat bunuh diri dan penyalahgunaan obat. Spiritual

juga digunakan untuk mengatasi kesulitan sehari-hari sebagai metode koping yang memberi pengaruh positif, semangat, harapan dan kepuasan hidup yang besar. Dukungan spiritual ini dapat mengurangi kecemasan yang dialami individu khususnya pasien yang menjalani kemoterapi. Keterlibatan spiritual dan keagamaan tersebut berkontribusi dalam hal mengurangi gejala depresi dan kecemasan (Koenig, 2001). Orang yang mendekatkan diri kepada Tuhan akan memperoleh kenyamanan dan dapat mengatasi stres (Young, 2012). Kedekatan dengan Tuhan akan memberi kekuatan lebih, kepercayaan diri serta kenyamanan. Sehingga memberi manfaat terhadap kesehatan termasuk mengurangi depresi, kesepian, meningkatkan kematangan dalam berhubungan, kompetensi sosial dan penilaian psikososial yang lebih baik dalam menghadapi stres (Hill & Pargament, 2008).

Konseling spiritual adalah proses pemberian bantuan kepada individu agar memiliki kemampuan untuk mengembangkan fitrahnya sebagai makhluk beragama (homo religious), berperilaku sesuai dengan nilai-nilai agama (berakhlak mulia), dan mengatasi masalah-masalah kehidupan melalui pemahaman, keyakinan, dan praktik-praktik ibadah ritual agama yang dianutnya. Konseling spiritual terdapat intervensi Tuhan dalam kehidupan manusia untuk menolongnya agar dapat mengatasi masalah dan melakukan perubahan ke arah yang lebih baik. Tujuan konseling spiritual adalah pengalaman dan pemantapan identitas spiritual atau keyakinan kepada Tuhan. Perawat sebagai tenaga kesehatan yang profesional mempunyai kesempatan yang paling besar untuk memberikan pelayanan kesehatan khususnya pelayanan atau asuhan keperawatan yang komprehensif dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar yang holistik meliputi aspek biologi, psikologi, sosial dan spiritual. Perawat tidak hanya mampu berperan memenuhi aspek biologis atau

(4)

penyakit saja, tetapi juga mampu memenuhi aspek psikologi, sosial, spiritual dan dapat juga dalam bentuk konseling spiritual (Gaffar, 1999). Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisa pengaruh konseling terhadap motivasi pasien kanker dan menganalisa motivasi pasien kanker sebelum dan sesudah dilakukan konseling spiritual.

Metode

Desain penelitian yang digunakan adalah quasi eksperimen dengan jumlah responden sebanyak 60 dan dibagi menjadi dua kelompok yaitu 30 kelompok intervensi dan 30 kelompok kontrol. Pengumpulan data dilakukan pada bulan Mei-September 2019 di Rumah Sakit Kota Medan. Instrumen penelitian yang

digunakan untuk mengukur motivasi pasien kanker dibuat oleh peneliti. Kriteria inklusi pada penelitian ini adalah pasien yang menjalani kemoterapi pada siklus ke 3, kooperatif, dapat mendengar, tidak memiliki efek samping, dan dapat berbicara dengan baik. Pertimbangan etik telah dilakukan oleh komite etik Fakultas Keperawatan USU. Analisa data penelitian ini menggunakan Wilcoxon Signed Rank Test dan Mann Whitney Test.

Hasil

Distribusi frekuensi dan persentase motivasi pasien kanker sebelum dan sesudah diberikan intervensi konseling spiritualitas pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 1 dan tabel 2.

Tabel 1.

Distribusi frekuensi dan persentase motivasi pada kelompok intervensi sebelum dilakukan intervensi (n=30) Motivasi f % Rendah Tinggi 26 4 86,7 13,3

Berdasarkan hasil pada Tabel 1, Distribusi frekuensi dan persentase sebelum dilakukan intervensi pada kelompok intervensi diperoleh mayoritas sebanyak 26 responden (86,7%) memiliki motivasi rendah, dan sebanyak 4 responden (13,3%) memiliki motivasi tinggi.

Tabel 2.

Distribusi frekuensi dan persentase motivasi pada kelompok intervensi sesudah dilakukan intervensi (n=30)

Motivasi Frekuensi Persentase ( %) Rendah Tinggi 7 23 23,3 76,7 Berdasarkan hasil pada Tabel 2,

pada kelompok intervensi diperoleh mayoritas sebanyak 23 responden (76,7%) memiliki motivasi tinggi, dan sebanyak 7 responden (23,3%) memiliki motivasi rendah.

Perbedaan Motivasi Pasien Kanker Sebelum dan Sesudah Konseling Spiritual

Perbedaan motivasi pasien kanker sebelum dan sesudah konseling spiritual pada kelompok intervensi dapat dilihat pada tabel 3, dan perbedaan motivasi pasien kanker sebelum dan sesudah konseling spiritual pada kelompok kontrol dapat dilihat pada tabel 4.

(5)

Tabel 3.

Perbedaan motivasi pasien kanker pre dan post kelompok intervensi (n=30)

Tabel 4.

Perbedaan motivasi pasien kanker pre dan post kelompok kontrol (n=30)

Tabel 3 menunjukkan bahwa nilai signifikansi p value=0,001 (p˂0,05) maka H

0ditolak. Dengan demikian dapat

dikatakan ada perbedaan motivasi pasien kanker yang signifikan antara pretest dan

posttest sesudah diberikan konseling spiritual pada kelompok intervensi.

Tabel 4 dapat terlihat hasil uji statistik menggunakan uji wilcoxon diperoleh nilai signifikansi p value=1,000 (p>0,05) maka H

0diterima. Dengan

demikian dapat dikatakan tidak ada perbedaan motivasi pasien kanker yang signifikan antara pretest dan posttest pada kelompok kontrol.

Tabel 5.

Perbedaan motivasi pasien kanker sesudah dilakukan konseling spiritual (post test) antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol (n=60)

Berdasarkan hasil pada Tabel 3 diperoleh nilai signifikansi p value=0,000 (p<0,05) maka H

0ditolak. Dengan

demikian dapat dikatakan ada perbedaan motivasi pasien kanker yang signifikan antara kelompok intervensi dengan kelompok kontrol pada post test.

Pembahasan

Konseling spiritual dapat meningkatkan motivasi pasien menjadi lebih tinggi untuk menjalani kemoterapi pada kelompok intervensi. Jabbari et al. (2017) menyatakan bahwa suara Al-Quran, dengan dan tanpa terjemahan pada wanita hamil secara signifikan menurunkan skor rata-rata stres yang dirasakan pada kelompok intervensi dibandingkan dengan kelompok kontrol. Wachholtz et al. (2005)

juga menyebutkan konseling spiritual memiliki efek positif terhadap relaksasi pasien gangguan jantung. Penelitian lain yang dilakukan oleh Reyhani et al. (2014) menyatakan konseling spiritual dapat mengurangi stres dan meningkatkan toleransi terhadap distres pada ibu dengan bayi prematur di NICUs. Hasil meta-analisis dari 15 penelitian yang melibatkan 14 uji coba terkontrol menunjukkan bahwa intervensi spiritual memiliki efek signifikan pada kesejahteraan spiritual, makna hidup, kecemasan, dan depresi. Penelitian Vieten dan Astin (2008) tentang efek intervensi manajemen stres yang dilakukan oleh bidan di Amerika Serikat melaporkan terdapat penurunan yang signifikan dalama stres wanita hamil dalam kelompok intervensi. Tidak sejalan dengan penelitian Tuck et al. (2012), perawatan Variabel Pre Intervensi Post Intervensi Z p value Mean SD Mean SD Motivasi pasien kanker 1,63 0,49

0 2,00 0,000 -3,317 0,001 Variabel Pre Intervensi Post Intervensi Z p value Mean SD Mean SD

Motivasi pasien kanker 1,20 0,407 1,20 0,407 0,000 1,000

Variabel Post Test Z p value

Motivasi Kelompok Intervention

(6)

spiritual dan intervensinya tidak memiliki banyak efek positif terhadap stres yang dialami responden, sedangkan dalam penelitian ini, konseling spiritual dapat meningkatkan motivasi pasien kanker selama kemoterapi.

Mohammadi et al. (2013) menggunakan pelatihan manajemen stres dengan pendekatan kognitif-perilaku pada kelompok intervensi untuk mengendalikan stres kehamilan. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa kecemasan kehamilan dan kekhawatiran pada kelompok intervensi berkurang dibandingkan dengan kelompok kontrol. Temuan ini sejalan dengan Saunders et al. tentang efek spiritualitas untuk mengontrol kecemasan. Hasil penelitian Saunders et al. menunjukkan bahwa intervensi agama/spiritual dapat mengurangi gejala kecemasan dan depresi. Efek positif dari konseling spiritual pada motivasi pasien kanker dapat dikaitkan dengan penyesuaian pendekatan konseling spiritual dengan budaya dan keyakinan individu dalam menanggapi masalah mental dan mencari makna dalam kehidupan manusia. Salah satu motivator utama untuk praktik perawatan kesehatan spiritual adalah keinginan pasien.

Ehman, Ott, Short, Ciampa, & Hansen-Flaschen (1999) menyimpulkan bahwa sekitar dua pertiga pasien setuju jika dokter harus bertanya tentang keyakinan spiritual saat pasien menderita sakit yang parah, sementara hanya 16% pasien yang menyatakan tidak setuju. Selain itu, hampir setengah dari pasien yang tidak memiliki spiritualitas yang kuat menyambut pertanyaan tersebut (Ehman et al., 1999). Penelitian lain yang mengidentifikasi tentang kebutuhan spiritual pasien yang dirawat di rumah sakit, menemukan bahwa 64% pasien setuju bahwa dokter harus memenuhi kebutuhan spiritual mereka. Selain itu, penulis mencatat bahwa 83% pasien menggunakan agama sebagai koping, dan 30% melaporkan bahwa pengalaman pergolakan agama/spiritual sehubungan

dengan perawatan di rumah sakit (Ellis, Thomlinson, Gemmill, & Harris, 2013). MacLean et al. (2003) mengamati bahwa sepertiga partisipan pada penelitiannya menginginkan integrasi spiritualitas ke dalam kunjungan rutin, dan meningkat dengan semakin parahnya penyakit mereka.

Literatur tentang spiritualitas telah mengidentifikasi bahwa sebagian besar pasien menginginkan para profesional medis untuk berbicara tentang spiritualitas ketika terjadi penyakit kritis pada mereka. Manfaat utama lain dari konseling spiritual adalah mengelola interpretasi spiritual yang salah dan berbahaya bagi pasien. Penelitian menunjukkan bahwa spiritualitas dapat memiliki konsekuensi negatif pada pasien yang menafsirkan situasi mereka dengan cara yang maladaptif. Bjorck & Thurman (2007) melakukan penelitian tentang koping agama pada pasien, atau penggunaan keyakinan agama sebagai sumber bantuan pada saat krisis. Hasil penelitiannya menunjukkan bahwa meskipun koping religius positif lebih umum daripada koping religius negatif, yang terakhir dapat menyebabkan penurunan fungsi psikologis dan peningkatan depresi. Lebih jauh, koping religius positif dan negatif dapat terjadi secara bersamaan dengan konsekuensi yang kompleks dan tidak menentu. Ketika krisis terjadi, pasien dapat memanifestasikan koping religius negatif dalam berbagai cara, termasuk apatis terhadap agama, dengan asumsi mereka sedang dihukum, kemarahan terhadap makhluk gaib, keraguan terhadap agama, konflik agama secara interpersonal, dan konflik dengan kepercayaan (dogma) pilihan mereka. Reaksi-reaksi ini dapat menghambat kemampuan pasien untuk mengatasi penyakitnya (Pargament et al., 1998). Pentingnya bagi tenaga kesehatan untuk mengenali "tanda bahaya" distres spiritual dan merujuk pasien ke tokoh agama seperti pendeta atau sumber daya lain yang sesuai dengan kepercayaan pasien (Pargament et al., 1998). Baik

(7)

dampak positif dan negatif dari spiritualitas pada pasien telah mendorong para profesional untuk mempelajari cara untuk membakukan perawatan spiritual.

Simpulan dan Saran

Terdapat perbedaan yang signifikan antara kelompok intervensi dan kelompok kontrol sesudah diberikan intervensi spiritual konseling dengan nilai p=0,000 lebih kecil dari nilai alpha (p<0,05).

Daftar Pustaka

Akmal, Mutaroh, dkk,. 2010. Ensiklopedi

Kesehatan untuk Umum,. Jogjakarta:

Ar-Ruzz Media

Ellis, M. R., Thomlinson, P., Gemmill, C., & Harris, W. (2013). The spiritual needs and resources of hospitalized primary care patients. Journal of

Religion and Health, 52(4),

1306-1318.

G. Koenig, H., & Larson, D. B. (2001). Religion and mental health: Evidence for an association. International review of psychiatry, 13(2), 67-78.

Jabbari, B., Mirghafourvand, M., Sehhatie, F., & Mohammad-Alizadeh-Charandabi, S. (2017). The effect of holly Quran voice with and without translation on stress, anxiety and depression during pregnancy: a randomized controlled trial. Journal

of religion and health, 1-11. Doi:

10.1007/S10943-017- 0417-X. Kim, S. H. (2014, September). The effects

of spiritual interventions in patients with cancer: a meta-analysis. In

Oncology nursing forum (Vol. 41,

No. 5, p. E290). Oncology Nursing Society. Doi: 10.1188/14.Onf.E290-E301.

Mohammadi, Z. D., Bosaknejad, S., & Sarvghad, S. (2012). A survey on the effectiveness of stress management training with cognitive-behavioral

group therapy approach on state/trait anxiety, pregnancy anxiety and mental health of primiparous women.

Jentashapir Journal of Health Research, 3(4).

Pargament, K. I., & Park, C. L. 1997. In times of stress: The religion-coping connection. In B. Spilka, & D. N. McIntosh (Eds.), The psychology of religion: Theoretical approaches (pp. 43-53). Boulder, CO: Westview Press.

Reihani, T., Sekhavat Poor, Z., Heidarzadeh, M., Mosavi, S. M., & Mazlom, S. R. (2014). The effect of spiritual self-care training on feeling of comfort in mothers of hospitalized preterm infants. Journal of midwifery

and reproductive health, 2(2),

112-119.

Tuck, I. (2012). A critical review of a spirituality intervention. Western journal of nursing research, 34(6),

712-735. Doi: 10.1177/0193945911433891.

Turner, R. P., Lukoff, D., Barnhouse, R. T., & Lu, F. G. (1995). A culturally sensitive diagnostic category in the DSM-IV. The Journal of nervous

and mental disease, 183(7), 435-444.

Vieten, C., & Astin, J. (2008). Effects of a mindfulness-based intervention during pregnancy on prenatal stress and mood: results of a pilot study.

Archives of women's mental health, 11(1), 67-74. Doi:

10.1007/S00737-008-0214-3.

Wachholtz, A. B., & Pargament, K. I. (2005). Is spirituality a critical ingredient of meditation? Comparing the effects of spiritual meditation, secular meditation, and relaxation on spiritual, psychological, cardiac, and pain outcomes. Journal of behavioral

(8)

medicine, 28(4), 369-384. Doi: 10.1007/S10865- 005-9008-5.

Zinnbauer, B. J., Pargament, K. I., Cole, B., Rye, M. S., Butfer, E. M., Belavich, T. G., ... & Kadar, J. L. (2015). Religion and spirituality: Unfuzzying the fuzzy. In Sociology

Referensi

Dokumen terkait

Menyatakan dengan sebenar-benarnya bahwa skripsi ini adalah hasil dari proses penelitian saya yang telah dilakukan sesuai dengan prosedur penelitian yang benar

Aktivitas penangkapan ikan adalah aktivitas dengan tingkat risiko tinggi terhadap kerusakan terumbu karang dibandingkan dengan aktivitas wisata

Seseorang yang melanggar hukum pidana akan berhadapan dengan negara melalui aparatur penegak hukumnya. Sebagai sebuah instrumen pengawasan sosial, hukum

Url http://cikgurazak.blogspot.com/2010/05/modul-tb-6-jenis-ayat.html Sinopsis Empat jenis ayat terdapat dalam Bahasa Melayu yang ditentukan oleh. intonasi atau lagu bahasa serta

Pada penelitian ini dosis efektif yang diperoleh yaitu pada pemberian infusa sarang semut dengan konsentrasi 100 gram/2 liter , berdasarkan hasil data statistika,

▪ Sekali pun daerah sudah dalam zona hijau atau kuning, Pemda memberikan izin, sekolah sudah memulai pembelajaran tatap muka, orang tua dapat memutuskan untuk anaknya tetap

Analisis data pretest dan posttest bertujuan untuk mengetahui ada tidaknya pengaruh hasil belajar fisika antara kelompok siswa yang mengikuti model problem based

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui kesediaan masyarakat untuk membayar pengelolaan sampah dan bersedia atau tidaknya berperan aktif dalam upaya