EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN TEMATIK
MENGGUNAKAN MODEL CIPP (CONTEXT, INPUT,
PROCESS, DAN PRODUCT) DI SEKOLAH DASAR
NEGERI MANGUNSARI 01 GUNUNGPATI
SEMARANG
SKRIPSI
diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana pendidikan
Oleh
Okven Pratama Putra
1102413081
PROGRAM STUDI TEKNOLOGI PENDIDIKAN
JURUSAN KURIKULUM DAN TEKNOLOGI PENDIDIKAN
FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI SEMARANG
2020
v
“Kehidupan itu anomali pahami dan bergeraklah karena akan tidak enak jika tidak dapat menikmatinya.”
PERSEMBAHAN
Skripsi ini saya persembahkan untuk : “Orang-orang yang selalu mengingatkan
vi
Putra, P. Okven. 2020. Evaluasi Program Pembelajaran Tematik Menggunakan Model CIPP (Context, Input, Process, Product) di Sekolah Dasar Negeri
Mangunsari 01 Gunungpati, Semarang. Skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi
Pendidikan. Fakultas Ilmu Pendidikan. Universitas Negeri Semarang. Pembimbing: Drs. Sugeng Purwanto, M.Pd.
Kata Kunci: Evaluasi Program, CIPP, Pembelajaran Tematik.
Permasalahan dalam sebuah praktik pembelajaran pasti akan selalu hadir sehingga penting untuk mengadakan evaluasi program pembelajaran untuk mengetahui sampai sejauh mana ketercapaian program pembelajaran yang dilaksanakan. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui dan menganalisis program pembelajaran tematik di SDN Mangunsari 01 Gunungpati, Semarang. Fokus pada kelas IV dan mengambil salah satu tema pembahasan “peduli terhadap makhluk
hidup”. Peneliti menggunakan model evaluasi CIPP (Context, Input, Process,
Product), informan pada penelitian ini; Kepala Sekolah, Guru Kelas IV, Operator Sekolah, dan Lima Siswa Kelas IV. Menggunakan metode penelitian kualitatif
deskriptif dengan teknik purposive sampling, dan teknik pengumpulan data;
wawancara, observasi, dan dokumentasi. Hasil penelitian ditinjau dari empat
komponen dalam model CIPP sebagai berikut; komponen context aspek yang
dievaluasi lingkungan sekolah sudah baik tetapi karena keterbatasan lahan ada beberapa ruangan berada dalam satu atap seperti mushola, uks, satu atap dengan perpustakaan, Guru sudah memahami tujuan pembelajaran tematik dapat membangkitkan semangat belajar dan membuat siswa aktif, dan kebutuhan pembelajara tematik sudah tersedia berupa; buku pegangan siswa, LKS (Lembar
Kerja Siswa), media pembelajaran, dan sumber belajar. Komponen input aspek
yang dievaluasi berupa rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sudah sesuai dengan indikator yang terdapat dalam Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar/menengah Bab. III Tentang Perencanaan Pembelajaran dan fasilitas belajar sudah memenuhi kriteria minimal yang diatur dalam Permendikbud No. 24 Tahun 2007 Tentang Sarana dan Prasarana, selain itu guru juga memanfaatkan lingkungan sekitar sekolah sebagai sumber belajar. Komponen process aspek di evaluasi pelaksanaan pembelajaran tematik sudah baik dan mulai kegiatan pendahuluan,inti, penutup,dan suasana kelas selama pembelajaran tematik berlangsung terlihat antusias dan siswa aktif. Komponen product meninjau hasil belajar siswa kelas IV pada tema peduli terhadap makhluk hidup sudah memenuhi KKM (Kriteria Ketuntasan Minimum) Sekolah, akan tetapi pada pengambilan nilai ulangan matematika terdapat dua siswa yang belum memenuhi KKM.
vii
Puji Syukur kehadiran Allah SWT yang telah memberikan rahmatnya sehingga
peneliti dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul Evaluasi Program
Pembelajaran Tematik Menggunakan Model CIPP (Context, Input, Process,
Product) Di Sekolah Dasar Mangunsari 01 Gunung Pati, Semarang dalam rangka
memenuhi syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Pendidikan pada Fakultas Ilmu Pendidikan, Universitas Negeri Semarang.
Penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan dan kerjasama dari berbagai pihak, maka dari itu penulis sampaikan banyak terimakasih. Semoga senang tiasa diberikan limpahan kebaikan kepada:
1. Prof. Dr. Fathur Rokhman, M. Hum. Rektor Universitas Negeri Semarang.
2. Dr. Achmad Rifai RC, M. Pd Dekan Fakultas Ilmu Pendidikan Universitas
Negeri Semarang.
3. Dr. Yuli Utanto, M. Pd. Ketua Program Studi Teknologi Pendidikan
Universitas Negeri Semarang.
4. Drs. Sugeng Purwanto, M. Pd. selaku Dosen pembimbing yang telah
memberikan kesempatan untuk menyusun skripsi.
5. Para Dosen Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan Universitas Negeri
Semarang, terimakasih sudah berbagi ilmu dan pengalamannya selama ini, mantap.
6. Bapak dan Ibu, peneliti. Maaf dan terimakasih atas dukungannya selama ini
viii
jajarannya yang telah menerima baik peneliti untuk belajar lebih banyak di tempat penelitian. Serta nasehat dan doa-doa yang selalu diberikan kepada peneliti.
8. Siswa dan Siswi SDN Mangunsari 01, terkhusus yang mengikuti kegiatan
pembelajaran dan membantu menuntaskan penelitian.
9. Semua kawan di Jurusan Kurikulum Teknologi Pendidikan angkatan 13.
Peneliti berharap ada yang bisa diambil dari skripsi ini berupa hikmah dan manfaat untuk kedepannya. Terimakasih atas segalanya.
Salam. Semarang, Januari 2020
ix
Halaman HALAMAN COVER
PERSETUJUAN PEMBIMBING...… ... ii
PENGESAHAN UJIAN SKRIPSI……. ... iii
PERNYATAAN KEASLIAN……. ... iv
MOTTO DAN PERSEMBAHAN……. ... v
ABSTRAK……. ... vi
PRAKATA... ... vii
DAFTAR ISI………. .. ix
DAFTAR GAMBAR……. ... xii
DAFTAR TABEL ... xiii
DAFTAR LAMPIRAN……. ... xiv
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1 1.2 Fokus Masalah ... 8 1.3 Tujuan Penelitian ... 9 1.4 Manfaat Penelitian ... 10 1.5 Penegasan Istilah ... 11
BAB II LANDASAN TEORI 2.1 Hakikat Pembelajaran ... 16
x
2.1.2.1 Fase Perencanaan Pembelajaran ... 20
2.1.2.2 Fase Pelaksanaan Pembelajaran ... 21
2.2 Pembelajaran Tematik Integratif... 22
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Integratif ... 25
2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik ... 26
2.2.3 Model-Model dalam Pembelajaran Tematik... 27
2.3 Pendekatan saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif ... 28
2.3.1 Langakah – Langkah Metode Saintifik ... 29
2.4 Evaluasi ... 31
2.4.1 Tujuan Evaluasi ... 32
2.4.2 Evaluasi Program ... 32
2.4.3 Objek Evaluasi Program ... 33
2.4.4 Model – Model Evaluasi Program ... 34
2.4.5 Model Evaluasi CIPP ... 35
2.5 Kerangka Berpikir ... 38
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Desain Penelitian ... 40
3.2 Lokasi Penelitian ... 41
3.3 Fokus Penelitian ... 41
3.4 Sumber dan Data Penelitian ... 42
3.4.1 Data Primer ... 42
xi
3.5.1 Teknik Observasi ... 43
3.5.2 Teknik Wawancara ... 44
3.5.3 Teknik Dokumentasi ... 45
3.6 Teknik Keabsahan Data ... 45
3.7 Teknik Analisis Data ... 46
BAB IV SETTING PENELITIAN 4.1 Lokasi Penelitian... ... 48
4.2 Selayang Pandang SD Mangunsari 01... ... 49
4.3 Sarana dan Prasarana SD Negeri Mangunsari 01 ... 49
4.4 Visi dan Misi SD Negeri Mangunsari 01 ... 50
BAB V HASIL PENELITIAN 5.1 Hasil Penelitian... ... 51
5.1.1 Evaluasi Contexts... ... 52
5.1.2 Evaluasi Input ... 59
5.1.3 Evaluasi Process ... 61
5.1.4 Evaluasi Product ... 63
BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan...67
6.2 Saran...68
DAFTAR PUSTAKA ... 70
xii
Halaman
Gambar 2.1. Skema Model Integrated ... .... 28
Gambar 2.2. Bagan Kerangka Berpikir ... .... 39
Gambar 3.1. Bagan Komponen dalam Analisis Data ... .... 47
Gambar 4.1. SDN Mangunsari 01 Tampak Depan ... .... 135
Gambar 4.2. Lapangan Bermain dan Gedung Sekolah ... .... 135
Gambar 4.3. Visi dan Misi SDN Mangunsari 01 ... .... 136
Gambar 4.4. Ruang Kepala Sekolah ... .... 136
Gambar 4.5. Perpustakaan, UKS dan Mushola ... .... 137
Gambar 4.6. Ruang Serba Guna ... .... 137
Gambar 4.7. Kantin Sekolah... .... 138
Gambar 5.1. Buku Pegangan Siswa... .... 138
Gambar 5.2. Ibu Zakiyah Menemani Siswa Berdiskusi ... .... 139
Gambar 5.3. Materi Pembuatan Kolase ... .... 139
xiii
Halaman
Tabel 4.1. Ketersediaan Sarana dan Prasarana SDN Mangunsari 01 ... 49
Tabel 5.1. Kode dan Informasi Teknik Pengumpulan data ... 51
Tabel 5.2. Kode Informan ... 52
Tabel 5.3 Aspek Komponen Context ... 52
Tabel 5.4 Aspek Komponen Input ... 59
Tabel 5.5 Aspek Komponen Process ... 61
xiv
Halaman
Lampiran 1. Kisi-Kisi Evaluasi Program Pembelajaran ... 73
Lampiran 2. Krieteria Evaluasi Program Pembelajaran ... 76
Lampiran 3. Instrumen Wawancara Kepala Sekolah ... 83
Lampiran 4. Transkrip Wawancara Kepala Sekolah ... 84
Lampiran 5. InstrumenWawancara Guru ... 86
Lampiran 6. Transkrip wawancara guru ... 90
Lampiran 7. Instrumen Wawancara Siswa... 100
Lampiran 8. Transkrip Wawancara Siswa ... 101
Lampiran 9. Instrumen Observasi Sarana dan Prasarana ... 112
Lampiran 10. Hasil Observasi Sarana dan Prasaran ... 115
Lampiran 11. Instrumen Observasi Proses Pembelajaran ... 117
Lampiran 12. Hasil observasi Proses Pembelajaran ... 121
Lampiran 13. Frekuensi Observasi ... 124
Lampiran 14. Hasil dokumentasi dan Observasi... 125
Lampiran 15. Hasil Dokumentasi Rencana Pelaksanaan Pembelajaran . 128 Lampiran 16. Surat Keterangan Pembimbing ... 131
Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian Pendahuluan ... 132
Lampiran 18. Surat Izin Melakukan Penelitian... 133
Lampiran 19. Surat Telah Melakukan Penelitian ... 134
1
BAB I
PENDAHULUAN
1.1Latar Belakang
Pendidikan bagai obor merah menyala menerangi seseorang dalam ruang gelap. Ungkapan tersebut memberikan makna bahwa pendidikan sebagai kiat untuk mengenali, memahami, dan mengembangkan potensi dalam diri individu sehingga mampu meningkatkan taraf hidup ketika menjalani kehidupan di masyarakat. Baedhowi (2015: 11) meskipun sekolah kerap kali dikritik sekolahlah yang berada di luar keluarga mempunyai kekuatan untuk melakukan perubahan terhadap perorangan ataupun kelompok.
Ki Hadjar Dewantara (dalam Suparlan, 2005: 59) mengemukakan buah dari pendidikan ialah lahirnya manusia Indonesia yang tangguh dalam kehidupan masyarakat. Menerka maksud dari Ki Hadjar manusia tangguh ialah manusia yang memiliki sikap, kompetensi, dan daya adaptif agar dapat terus tumbuh mengembangkan potensi diri dan kualitas hidup. Apa bila merujuk pada Undang-Undang No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal (3) menerangkan bahwa:
Pendidikan nasional berfungsi untuk mengembangkan
kemampuan dan membentuk watak peradaban bangsa yang bermatabat dalam rangka mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk mengembangkan potensi diri individu agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha Esa berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri,
Apa yang tertuang dalam peraturan tersebut merupakan sebuah upaya Pemerintah untuk menghadirkan pendidikan sebagai sarana membangun karakter bangsa, memberikan ilmu pengetahuan, keterampilan, dan tanggung jawab pada pribadi maupun di masyarakat.
Abad 21 merupakan periode berkembangnya ilmu pengetahuan dan teknologi, ketika semua semakin cepat harus diimbangi dengan kualitas individu yang memiliki kompetensi, inovasi, dan daya adaptif dalam membaca serta mengikuti laju perkembangan zaman. Senada apa yang diungkapkan oleh samiawan (dalam Haryono, 2017: 425) menyebutkan ciri-ciri manusia abad 21 ialah manusia kreatif, kritis, fleksibel, inovatif, terbuka, kompetitif, kooperatif, dan mampu beradaptasi pada perubahan yang terjadi.
Pendidikan-lah menjadi ujung tombak dalam mengembangkan potensi sumber daya manusia (SDM), upaya itu dilakukan untuk mengajarkan siswa dalam menemukan, menanamkan, dan menumbuhkan potensi dalam diri sehingga memiliki kapabilitas, penguasaan teknologi, daya inovasi, berkerja, dan bertahan hidup dengan segenap kompetensi yang dimiliki (Nyoto, dkk 2016: 266). Pribadi-pribadi tersebut nantinya mampu berjuang dan beradaptasi pada setiap gejolak perubahan yang terjadi. Apa yang dilakukan oleh Kemendikbud sendiri ketika menyikapi perkembangan zaman sekarang ini dengan merombak dan menyelaraskan praktik pembelajaran di Sekolah sesuai dengan perkembangan zaman.
K13 (Kurikulum 2013) menjadi sebuah kurikulum nasional saat ini merupakan hasil dari urun rembuk suatu kebijakan dalam upaya merespon
perkembangan zaman. Dapat dilihat dari Permendikbud No. 67 Tahun 2013 Tentang Kerangka Dasar dan Struktur Kurikulum Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah menerangkan, “memiliki kemampuan hidup sebagai pribadi warga negara beriman, produktif, bernegara, dan peradaban dunia”. Ketika menyokong tujuan kurikulum tersebut praktik pembelajaran juga mengalami perubahan inspiratif, kreatif, interaktif, menantang, dan menyenangkan (Lihat Permendikbud No. 22 Tahun 2016). Tidak heran, jika membangun suasana belajar menjadi penting ketika praktik belajar-mengajar berlangsung agar tidak membosankan, siswa lebih semangat, dan termotivasi ketika belajar.
Jenjang pendidikan dasar merupakan sebuah konstruksi awal dan utama dalam membangun segala yang baik untuk siswa mulai dari sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang akan mereka pelajari di bangku Sekolah Dasar. Siswa sekolah dasar memiliki kecenderungan pada hal konkret, integratif, dan hierakhis dalam belajar (Prastowo, 2014: 6). Apa yang hendak dipelajari alangkah baiknya bermuatan pada hal yang kontekstual dan memiliki kepribadian materi yang mempermudah siswa dalam memahami pokok bahasan dari yang mudah sampai rumit.
Praktik belajar-mengajar tidak melulu berada dalam ruang kelas pemanfaatan lingkungan sekitar sekolah menjadi sarana alternatif untuk belajar sehingga dapat digunakan untuk menggiring pemahaman siswa pada hal-hal yang nyata. Memanfaatkan kawasan sekitar sekolah menjadi sarana belajar membantu siswa dapat menguasai pelajaran sebab nyata (Samani, 2011: 130). Berdasarkan hasil penelitian Jhon Dewey (dalam Baedhowi, 2015: 85) diketahui bahwa, “siswa
akan belajar dengan baik jika mereka mengetahui sebelumnya melalui aktifitas dan pristiwa disekelilingnya”. Pembelajaran pada jenjang sekolah dasar menggunakan model pembelajaran tematik dipadu oleh pendekatan saintifik
sebagai role model-nya. Hal tersebut terlampiran dalam Permendikbud RI No. 67
Tahun 2013 menjelaskan bahwa: “Pelaksanaan K13 pada Sekolah Dasar/Madrasah Ibtidaiyah dilakukan melalui pembelajaran dengan pendekatan terpadu dari kelas 1 sampai kelas VI”. Model pembelajaran tematik integratif-saintifik merupakan sebuah pendekatan model pembelajaran yang meleburkan beberapa bidang studi ke sebuah pokok pembahasan dan memberikan pengalaman bermakna (Rusman, 2015: 140).
Tema merupakan bagian pokok seperti suatu induk yang berisikan materi untuk dipelajari. Tema-tema yang akan dipelajari siswa begitu dekat dengan lingkungan serta dunia mereka ambil contoh beberapa tema yang dipelajari seperti: Cita-citaku, Indahnya Keberagaman Negeriku, Daerah Tempat Tinggalku, Kayannya Negeriku, dan lain sebagainya. Pendekatan saintifik digunakan supaya siswa bisa mencoba belajar berpikir analitis dan antusias ketika terlibat dalam proses belajar dengan memanfaatkan media, sumber belajar sehingga menemukan informasi/pengetahuan baru, dan kembali mengomunikasikannya.
Pelaksanaan pembelajaran tematik integratif-saintifik mengharapkan siswa tidak pasif namun berani bergerak, mengeksplorasi pengetahuan, dan kreatif. Pembelajaran tematik integratif-saintifik sebagai sebuah model pendekatan pembelajaran mencoba mengajarkan siswa sejak dini agar mampu aktif, menelaah informasi, komunikatif, melihat hal konkret sehingga apa yang dipelajari menjadi
lebih bermakna, dan kontekstual. Meramu pembelajaran tematik sendiri bukanlah perkara mudah butuh sebuah rencana atau strategi pembelajaran agar siswa dapat menerima materi yang disampaikan sehingga pelajaran tematik dapat berjalan efektif.
Guru harus bisa memahami dan menggiring pengetahuan awal siswa agar dapat saling terkoneksi pada tema yang sedang dibahas sebab setiap siswa memiliki cara belajar dan pengalaman berbeda-beda. Adapun guru harus mengerti bagaimana cara siswa belajar dan apa lagi yang harus dipelajari (Chen, 2012). Keberhasilan suatu proses pembelajaran membutuhkan perencanaan dan langkah-langkah yang tepat. Sanjaya (dalam Suprihatiningrum, 2014: 149) mengemukakan bahwa, strategi pembelajaran merupakan cara dalam memanfaatkan segala komponen pembelajaran yang baik mulai dari pengelolaan, cara menyampaikan materi, pemanfaatan sumber, dan media pembelajaran. Langkah-langkah pembelajaran yang dibuat dapat mempengaruhi proses pembelajaran. Mendesain sebuah pembelajaran menjadi menyenangkan, menarik, kreatif, siswa termotivasi, dan kegiatan belajar-mengajar mencapai target yang diharapkan. Sayangnya, pelaksanaan pelajaran tematik integratif di sekolah masih mengalami kendala.
Berdasarkan beberapa penelitian terdahulu peneliti menemukan masih adanya kendala dan kurang optimal dalam melaksanakan pelajaran tematik integratif-saintifik di Sekolah. Bisa dilihat dari hasil penelitian Friani, dkk (2017: 8) berjudul “Kendala Guru dalam Menerapkan Model Pembelajaran pada Pembelajaran Tematik Berdasarkan Kurikulum 2013 di SDN 2 Kota Banda Aceh” menemukan masih kurangnya guru dalam memahami skema pembelajaran
tematik sehingga proses belajar-mengajar belum sesuai harapan. Adapun temuan lain yaitu; hasil penelitian dari Sukinarti (2014) berjudul “Kendala Penerapan Pembelajaran Tematik di Kelas Rendah Sekolah Dasar”, menunjukkan adanya beberapa masalah seperti; (1) sulit mengembangkan RPP Tematik dari bidang studi; (2) sulit memilih media dari setiap tema yang ditentukan; (3) Guru dalam menentukan tema membutuhkan teman diskusi.
Peneliti, ketika melakukan kunjungan untuk melakukan prapenelitian di Sekolah Dasar Negeri Mangunsari 01 Gunungpati, terkait dengan evaluasi program pembelajaran tematik, Ibu Sulastri selaku Kepala Sekolah SDN Mangunsari 01 Gunungpati menjelaskan bahwa ada beberapa permasalahan dalam proses pembelajaran tematik hal tersebut ditandai oleh belum memahaminya keterhubungan antar bidang studi pada materi pembelajaran tematik sedangkan dalam sarana dan prasarana penunjang pembelajaran sudah cukup.
Berdasarkan hasil penelitian terdahulu dan temuan peneliti di lokasi penelitian pelaksanaan pembelajaran tematik masih memiliki kendala baik fasilitas, guru, dan sumber belajar yang kurang menjadi masalah dalam proses pembelajaran tematik integratif. Hubungan dalam melakukan penelitian evaluasi ini merupakan sebuah upaya untuk mengetahui pelaksanaan pembelajaran tematik integratif-saintifik di SDN Mangunsari 01 Gunungpati, Semarang menggunakan model CIPP (Context, Input, Process, Product) sebagai alat evaluasi.
Model CIPP memiliki empat bidang garapan berkerja layaknya sebuah program begitu sistematis. Evaluasi merupakan upaya mengetahui efektifitas sebuah program dalam mencapai tujuan yang diharapkan (Arikunto dan Jabar,
2014: 17). Adapun Widoyoko (2010: 10) menyimpulkan “evaluasi program merupakan proses sistematis dan berkelanjutan untuk mengumpulkan, mendeskripsikan, menginterpretasikan, menyajikan informasi guna mengambil keputusan untuk menyusun program pembelajaran selanjutnya”. Melakukan evaluasi program pembelajaran menjadi penting karena tidak selamanya proses pembelajaran berjalan baik.
Peneliti dalam mengumpulkan data penelitian menggunakan pendekatan kualitatif karena mengambi ruanglingkup kecil yaitu berfokus pada kelas IV dan mengambil satu tema pembelajaran tematik yaitu; tema tiga dengan topik “Peduli Terhadap Makhluk Hidup”. Selain itu, peneliti juga menggunakan kriteria sebagai upaya pembanding dalam mengevaluasi sebuah program melalui Permendiknas No. 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasaran Poin D, menerangkan sebuah SD/MI sekurang-kurangnya memiliki prasarana sebagai berikut:
1. Ruang kelas 2. Ruang Perpustakaan 3. Laboratorium IPA 4. Ruang Pimpinan 5. Ruang Guru 6. Tempat Beribadah 7. Ruang UKS 8. Jamban 9. Gudang 10. Ruang Sirkulasi 11. Tempat bermain/berolahraga
selain itu, untuk mengetahui bagaimana perencanaan dan praktik pembelajaran berlangsung peneliti menggunakan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang
Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah pada Bab 3 Poin 2 menerangkan komponen RPP terdiri atas:
(1)Identitas sekolah; (2) Identitas mata pelajaran atau tema; (3)
kelas/semester; (4) Materi pokok; (5) Alokasi waktu; (6) tujuan pembelajaran; (7) Kompetensi dasar dan indikator pencapaian kompetensi; (8) Materi pembelajaran memuat fakta, konsep, prinsip, dan prosedur yang relevan dan ditulis dalam bentuk butir-butir sesuai dengan rumusan indikator ketercapaian kompetensi; (9) Metode pembelajaran; (10) media pembelajaran; (11) Sumber belajar; (12) Langkah-Langkah pembelajaran; (13) Penilaian hasil belajar.
Kegiatan proses pembelajaran sendiri memiliki tiga tahapan kegiatan yaitu kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup. Pada proses penilaian peneliti mengacu pada kriteria evaluasi berdasarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaian Pendidikan BAB VI Pasal 12 menerangkan tentang prosedur penilaian; mulai dari aspek sikap, pengetahuan, dan aspek keterampilan.
Berdasarkan latarbelakang dan temuan masalah membuat peneliti tertarik melakukan sebuah evaluasi program pembelajaran dengan judul penelitian
“Evaluasi Program Pembelajaran Tematik menggunakan Model CIPP (Context,
Input, Process, dan Product) di SDN Mangunsari 01 Kecamatan Gunungpati, Semarang.
1.2Fokus Masalah
Peneliti ini fokus untuk mengevaluasi program pembelajaran tematik integratif menggunakan model CIPP, bertempat di SDN Mangunsari 01 Kec. Gunungpati, Semarang. Mengambil fokus pada tema tiga dengan topik pembahasan “Peduli Terhadap Makhluk Hidup” dengan cakupan permasalahan terbagi atas empat komponen bidang garapan dari model CIPP:
1. Bagaimana kondisi lingkungan sekolah, pemahaman guru tentang tujuan pembelajaran tematik, dan kebutuhan dalam pembelajaran tematik?
2. Bagaimana rencana pelaksanaan pembelajaran tematik yang dibuat oleh guru
dan ketersedian sumber belajar untuk pembelajaran tematik?
3. Bagaimana proses jalannya pembelajaran tematik dan suasana kelas yang
terbangun?
4. Bagaimana hasil dokumentasi belajar siswa dalam pembelajaran tematik?
1.3Tujuan Penelitian
Berdasarkan keterangan fokus masalah di atas maka penelitian ini memiliki tujuan yang tidak lepas dari keempat komponen dari model CIPP baik
itu komponen Context, Input, Process, dan Product. Beberapa tujuan dalam
penelitian evaluasi program pembelajaran tematik di SDN Mangunsari 01 Gunungpati sebagai berikut:
1.3.1 Evaluasi Context
1. Mengetahui kondisi lingkungan sekolah SDN Mangunsari 01 Gunungpati.
2. Mengetahui pemahaman guru tentang tujuan pembelajaran tematik.
3. Mengetahui kebutuhan pembelajaran tematik.
1.3.2 Evaluasi Input
1. Mengidentifikasi rencana pelaksanaan pembelajaran, dan
2. Mengetahui ketersediaan fasilitas pembelajaran.
1.3.3 Evaluasi Process
1. Menganalisis implementasi pembelajaran tematik di SDN Mangunsari 01
2. Mengetahui suasana pembelajaran tematik di kelas IV SDN Mangunsari 01 Gunungpati.
1.3.4 Evaluasi Product
1. Mengetahui hasil belajar siswa.
1.4 Manfaat Penelitian
Harapan dari hasil penelitian ini dapat bermanfaat dan menjadi refleksi untuk peneliti maupun dari pihak sekolah baik itu guru, kepala sekolah, dan calon guru. Semoga pula penelitian yang peneliti lakukan ini dapat memberikan manfaat mulai hal teoritis dan praktis sebagai berikut:
1.4.1 Manfaat Teori
Peneliti berharap semoga dapat menambah informasi terkait tentang proses pembelajaran tematik serta hasil evaluasinya untuk menambah khasanah dibidang evaluasi sendiri.
1.4.2Manfaat Praktis
1.Bagi Peneliti
Peneliti sendiri memperoleh informasi baru dalam bidang evaluasi program khususnya pada jenjang pendidikan dasar, di mana peneliti menemukan hal-hal baru berkenaan dengan proses evaluasi program pembelajaran yang peneliti lakukan.
2.Bagi Guru
Memberikan sebuah informasi terkait hasil evaluasi program pembelajaran tematik, agar nanti dapat menjadi rujukkan dalam menyelenggarakan proses pembelajaran tematik integratif yang lebih baik lagi.
3.Bagi Sekolah
Memberikan sebuah informasi terkait hasil evaluasi dari proses pembelajaran tematik sehingga nantinya dapat menjadi rujukkan dalam mengembangkan praktik pembelajaran di SDN Mangunsari 01.
1.5 Penengasan Istilah
Peneliti membuat penegasan istilah supaya terhindar dari perbedaan pengertian pada penelitian ini. Sehingga di rasa perlu untuk membuat suatu penugasan dan pembatasan istilah dalam penelitian yang berjudul:
“EVALUASI PROGRAM PEMBELAJARAN TEMATIK MENGGUNAKAN
MODEL CIPP (Context, Input, Process, Product) di SDN Mangunsari 01
Gunungpati, Semarang”. Berikut di bawah ini beberapa penegasan istilah: 1.5.1 Evaluasi
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring evaluasi berarti “penilaian” (Lihat: https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/evaluasi di akses pada 12/9/2019). Sedangkan, Arikunto dan Jabar (2014: 2) menjelaskan “evaluasi merupakan proses dalam mengumpulkan informasi untuk mengambil sebuah keputusan”. Evaluasi Program Pembelajaran Tematik akan dilakukan di SDN Mangunsari 01 Gunungpati, Semarang.
1.5.2 Program
Arikunto dan Jabar (2014: 3) menjelaskan program secarah istilah berarti
rencana. Program juga berarti kegiatan yang terencana, sistematis,
berkesinambungan, dalam sebuah organisasi.
1.5.3 Pembelajaran
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring “pembelajaran adalah proses, cara, perbuatan, menjadikan orang atau makhluk hidup belajar”. (Lihat: https://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/pembelajaran di akses pada 12/19/2019). Penelitian ini hanya dibatasi pada pembelajaran tematik integratif-sainstifik yang diajarkan kepada siswa kelas IV dan memfokuskan pada salah satu tema.
1.5.4 Tematik Integratif
Pembelajaran tematik integratif suatu pembelajaran yang meleburkan berbagai kompetensi dari serangkaian bidang studi ke sebuah pokok bahasan/tema untuk memberikan pengalaman bermakna (Rusman, 2015: 140). Penggunaan tema dalam pembelajaran tematik akan memberikan kapasitas pemahaman mulai dari yang dasar sampai pada hal kompleks serta bekal pelajaran bermakna bagi siswa. Pada penelitian ini hanya membatasi pada pembelajaran tematik-integratif dengan materi tema 3 Peduli Terhadap Makhluk Hidup.
1.5.5 Model Evaluasi CIPP
Evaluasi model CIPP melihat evaluasi program sebagai sebuah sistem di mana bidang-bidang dalam model evaluasi tersebut seperti pada komponen context digunakan untuk merinci kebutuhan apa yang dibutuhkan program.
Komponen input membantu menentukan sumber-sumber alternatif untuk
mencapai tujuan program, selanjutnya komponen process untuk mengetahui
jalannya program dan apa yang harus diperbaiki setelahnya, dan terakhir
komponen product melakukan sebuah perhitungan untuk menilai ketercapaian
1.5.6 SDN Mangunsari 01
SDN Mangunsari 01 berada di Kecamatan Gunungpati, Kota Semarang, berlokasi di Jalan Raya Mangunsari. SDN Mangunsari 01 memiliki enam rombongan belajar dan menggunakan kurikulum 2013 dengan penggunaan pembelajaran tematik untuk semua kelas. Tetapi, untuk penelitian hanya fokus pada kelas IV dan mengambil salah satu tema.
1.6 Sistematika Penulisan Skripsi
Penulisan skripsi tentu memiliki sistematika tersendiri berdasarkan aturan yang termuad dalam panduan penulisan skripsi Jurusan Kurikulum dan Teknologi Pendidikan terbagi dalam tiga bagian yaitu; bagian pendahuluan, bagian isi, dan bagian akhir. Di mana dalam fase tersebut terdapat sub-sub seperti berikut:
1.6.1 Bagian Pendahuluan
Bagian awal skripsi berisikan: (1) Judul; (2) Persetujuan Pembimbing; (3) Pengesahan Kelulusan; (4) Pernyataan; (5) Moto dan Persembahan; (6) Kata Pengatar; (7) Abstrak; (8) Daftar isi; (9) Daftar Tabel; (10) Daftar Bagan; (11) Daftar Lampiran.
1.6.2 Bagian Isi
1.6.2.1 BAB 1: PENDAHULUAN
Pada bab pendahuluan diuraikan tentang: (1) Latar Belakang; (2) Fokus Masalah (3) Tujuan Penelitian; (4) Manfaat Penelitian; (5) Penegasan Istilah; (6) Sistematika Skripsi.
1.6.2.2 BAB II: LANDASAN TEORI
Pada bagian landasan teori menjelaskan mengenai kerangka teoritik yang berisikan deskripsi teori dan model teori yang mana dijelaskan pula semua jenis dan model teori yang mendukung dan menjadi landasan dalam penelitian juga dipaparkan mengenai kerangka berpikir yang menjelaskan alur atau proses jalannya penelitian yang akan dilakukan.
1.6.2.3 BAB III: METODE PENELITIAN
Bab metode penelitian terdiri dari; (1) Desain penelitian; (2) Lokasi penelitian (3) Fokus Penelitian; (4) Sumber dan Data Penelitian; (5) Teknik Pengumpulan Data; (6) Teknik Observasi; (7) Teknik Wawancara; (8) Teknik Dokumentasi; (9) Teknik Keabsahan Data; (10) Teknik Analisis Data.
1.6.2.4 BAB IV : SETTING PENELITIAN
Setting penelitian menjelaskan tentang lokasi penelitian berisikan; lokasi penelitian, tentang selayang pandang SDN Mangunsari 01, Visi dan Misi SD Negeri Mangunsari 01.
1.6.2.5 BAB V : HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
Memaparkan hasil penelitian yang dilakukan oleh peneliti di mana hasilnya terdiri dari empat bidang garapan Model CIPP mulai dari Context, Input, Process, Product.
1.6.2.6 BAB VI : SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan dan saran dari hasil penelitian yang coba peneliti bagikan kepada pihak terkait yaitu SDN Mangunsari 01.
1.6.3 BAGIAN AKHIR
Pada halaman ini memuat rujukkan yang peneliti gunakan, lampiran, dan hasil dokumentasi.
16
BAB II
KERANGKA TEORI
2.1 Hakikat Pembelajaran
Pendidikan sebagai proses tidak lepas dari kegiatan belajar-mengajar atau lebih akrab disebut pembelajaran. Pembelajaran dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia daring berarti “proses, cara, perbuatan menjadikan orang atau makhluk hidup belajar” (di akses dari http://www.kbbi-online.com/pembelajaran pada tanggal 12/9/19). Diperoleh penjelasan bahwa pembelajaran merupakan serangkaian upaya yang dilakukan untuk belajar dan berdampak pada perubahan dalam diri individu. Merujuk pada Undang-Undang Republik Indonesia No. 20 Tahun 2003 Tentang Sistem Pendidikan Nasional Pasal 1 Point (20) menerangkan pembelajaran merupakan “proses interaksi siswa dan sumber belajar pada suatu lingkungan belajar”. Berarti, sebuah praktik pembelajaran akan saling berhubungan antara komponen dalam situasi belajar.
Pembelajaran merupakan aktifitas melibatkan informasi (pengetahuan) dan lingkungan untuk siswa belajar (Suprihatiningrum, 2014: 75). Lebih jelas Rusman (2015: 21) menyampaikan proses belajar-mengajar ialah suatu keterhubungan dari setiap komponen pembelajaran seperti; guru, siswa, tujuan, materi pelajaran, penggunaan metode, fasilitas belajar, sumber belajar, dan evaluasi pembelajaran.
Berbagai pendapat tersebut boleh dipahami bahwa pembelajaran merupakan serangkaian proses yang memiliki keterhubungan satu dengan lain
baik manusiawi, metode, sumber belajar, dan materi untuk belajar. Masing-masing komponen pembelajaran akan saling terhubung seperti sebuah sistem agar dapat mensukseskan rencana pembelajaran yang sudah dibuat. Jika proses belajar-mengajar di sekolah terselenggara dengan baik nantinya bisa mendongkrak dan mengembangkan kemampuan siswa secara optimal.
2.1.1 Komponen-Komponen Pembelajaran
Aktifitas pembelajaran akan berjalan dengan baik jika setiap komponen saling mengisi. Mengingat pembelajaran merupakan tahapan yang terencana dan sistematis seperti membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) dan melakukan evaluasi. Keterhubungan dari setiap komponen untuk mencapai tujuan pembelajaran menjadi penting karena setiap komponen pembelajaran memiliki keterkaitan satu sama lain ketika praktik pembelajaran berlangsung (Hamalik, 2005: 77). Keterkaitan dengan target pembelajaran, materi pelajaran, strategi yang digunakan, pemanfaatan media, dan evaluasi (Rusman, 2015: 25).
Komponen pembelajaran menjadi bagian penting pada suatu sistem pembelajaran yang terprogram secara rapi melalui perencanaan yang matang melibatkan setiap bagian dari komponen pembelajaran itu sendiri. Menjadi masalah ketika salah satu unsur tidak ada bisa jadi proses pembelajaran di kelas mengalami hambatan. Berikut ini penjelasan masing-masing komponen
pembelajaran; Pertama, tujuan pembelajaran adalah target apa yang hendak
dicapai dalam proses belajar, ditinjau melalui pemenuhan dalam tiga ranah; sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Tujuan pembelajaran sendiri memuat ketercapaian, dan pengalaman belajar (Wicaksono, 2016). Tampak sama dengan
apa yang dikemukakan oleh Sumantri (2005: 199) menerangkan bahwa tujuan pembelajaran sebagai capaian yang disematkan dalam program pembelajaran. Jadi, adanya tujuan pembelajaran menjadi sebuah indikator ketercapaian dalam sebuah program pembelajaran yang diselenggarakan.
Kedua, materi berisikan tentang informasi apa yang harus diberikan guru kepada siswa. Materi pelajaran merupakan sarana, informasi, dan teks yang digunakan dalam pembelajaran untuk disampaikan oleh siswa. Materi pelajaran pada Sekolah Dasar menggunakan tema dengan pendekatan saintifik dalam pembelajaran.
Ketiga, media pembelajaran menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia daring ialah alat (Lihat; http://kbbi.kemendikbud.go.id/entri/media di akses pada 15/9/2019. Melihat media berkerja ketika proses belajar menjadi sebuah medium alternatif ketika menyampaikan isi materi pelajaran yang sukar untuk dijelaskan. Ada dua unsur dalam media; sebagai perangkat lunak dan perangkat keras
(Wicaksono, 2016: 15). Bentuk media pembelajaran sendiri berupa power point,
vidio, musik, koran atau lingkungan sekitar yang dapat menjadi sarana edukatif untuk belajar siswa. Bagi Kustiono (2010: 4) mengemukakan bahwa “media tidak hanya sebagai alat bantu melainkan bagian tidak terpisahkan dalam sistem belajar”. Peran media menjadi penting dalam proses belajar di Sekolah karena penggunaan media dapat memberikan rangsangan atau stimulus kepada siswa sehingga membantu memahami isi materi yang dipelajari.
Keempat, strategi pembelajaran merupakan bagian penting yang
pembelajaran agar dapat berjalan dengan baik dan strategi juga berarti teknik maupun metode yang digunakan guru dalam praktik pembelajaran. Rusman (2015: 186) menjelaskan, ada dua hal kaitannya strategi pembelajaran dengan guru yaitu: “(1) Upaya dalam menggunakan metode dan sumber belajar yang dibuat. (2) Menjadi sarana untuk mencapai tujuan pembelajaran serta penguasaan materi pelajaran, hal tersebut dilakukan untuk memudahkan siswa dalam menerima dan mengelola informasi pengetahuan dari materi yang dipelajari”. Implikasi tersebut membuat siswa bersemangat dan termotivasi dalam belajar sehingga tujuan pembelajaran akan semakin bisa dicapai.
Kelima, evaluasi pembelajaran merupakan sebuah proses penilaian, dilakukan untuk mengetahui sejauh mana keberhasilan pembelajaran yang dilaksanakan. Stufflebeam dan Shinkfield (dalam Widoyoko, 2010: 3) menerangkan evalausi adalah “proses menyediakan informasi untuk digunakan sebagai pertimbangan dalam membuat keputusan”. Keputusan merupakan solusi atas program yang di evaluasi apakah akan diperbaiki atau sebaliknya. Evaluasi merupakan proses mengumpulkan, menganalisis, menafsirkan, dan memberikan keputusan tentang data sebuah program terkait dengan pembelajaran. Evaluasi menjadi bagian akhir yang begitu penting untuk sebuah pembelajaran karena dengan melakukan evaluasi berarti sedang mencari tahu sejauh mana sebenarnya sebuah praktik pembelajaran berlangsung dan apakah sudah menyentuh tujuan yang dibuat atau malah sebaliknya.
Berdasarkan uraian di atas tentang komponen pembelajaran sehingga pembelajaran dapat berjalan baik takkalah semua komponen bisa dimaksimalkan
kegunaannya mulai dari tujuan, materi, strategi, metode, media, dan evaluasi pembelajaran. Membentuk sebuah lingkaran yang dapat terhubung satu sama lain. 2.1.2 Fase Dalam Pembelajaran
Program pembelajaran berjalan dengan sangat sistematis mulai dari perencanaan dan pelaksanaannya. Penting untuk memahami fase sebelum dan akan melaksanakan pembelajaran seperti di bawah ini:
2.1.2.1 Fase Perencanaan Pembelajaran
Perencanaan yang matang akan sangat membantu guru dalam memanfaatkan sumber daya yang ada dan melaksanakan aktifitas belajar. Adapun Sumantri (2005: 205) menyimpulkan perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
“Perencanaan program pembelajaran adalah proses menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) yang terdiri atas keinginan kegiatan memilih dan menetapkan Standar Kompentensi (SK), memilih dan menetapkan Kompetensi Dasar (KD) mengembangkan tujuan pembelajaran, memilih dan mengembangkan bahan ajar, strategi pembelajaran media/sumber belajar, dan mengembangkan insturmen penilaian”.
Penyusunan perencanaan pelaksanaan pembelajaran berguna menjadi patokan oleh guru dalam melaksanakan pembelajaran secara efektif. Lebih lanjut, Rusman (2005) dalam bukunya menerangkan manfaat perencanaan pembelajaran sebagai berikut:
1. Menjadi arah dalam menjalankan pembelajaran agar tercapai target yang
diharapkan.
2. Prototipe awal dalam mengatur unsur dalam komponen pembelajaran.
3. Pedoman bagi guru untuk siswa.
4. Menjadi acuan untuk mengetahui jalannya pembelajaran sehingga dapat
5. Prosedur kegiatan sehingga membantu agar tidak terjadi kesalahan dalam praktik pembelajaran.
6. Menghemat waktu.
Rencana pelaksanaan pembelajaran dibuat dalam setiap pertemuan dan merancang pelaksanaan pembelajaran terdapat komponen yang diperhatikan sebagaimana termuat dalam Permendikbud No.22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah sebagai berikut:
“(1) Adanya nama keterangan sekolah; (2) Terdapat tema dan subtema; (3). Materi bahasan; (4) Tujuan Pembelajaran; (5)
Kompetensi Dasar dan Indikator dalam Pencapaian
Kompetensi; (6) Materi Pelajaran; (7) Metode Pembelajaran (8) Media Pembelajaran (9) Sumber Belajar; (10) Langkah-Langkah Pembelajaran; (11) Penilaian Hasil Belajar.”
Membuat rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP) sangat bermanfaat bagi guru agar ketika melakukan kegiatan pembelajaran guru tidak mengalami kesulitan ketika mengembangkan materi dan keberhasilan siswa memahami isi materi yang dipelajari juga tidak lepas dari perencanaan matang yang dibuat oleh guru. Menyusun rencana pelaksanaan pembelajaran selanjutnya menjadi tugas guru dalam mengimplementasikan sebuah praktik pembelajaran di kelas. Pelaksanaan pembelajaran tidak lepas dari tiga hal yaitu; kegiatan pendahuluan, inti, dan penutup.
2.1.2.2 Fase Pelaksanaan Pembelajaran
Praktik belajar-mengajar di sekolah mengusung sebuah pembelajaran yang interaktif, inspiratif, aktif, menyenangkan, dan mengasah kreatifitas siswa. Mengaplikasikan pembelajaran dengan langkah-langkah yang sudah direncanakan sebelumnya dan ada beberapa tahap pada Permendikbud Nomor 22 Tahun 2016 tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah BAB IV Poin B,
menerangkan pembelajaran harus dilakukan melalui beberapa kegiatan diantaranya; pendahuluan, inti, dan penutup. Berikut di bawah ini penjabaran dari ketiganya:
Pertama, kegiatan pendahuluan merupakan kegiatan awal biasanya diisi dengan berdoa, mempersiapkan para siswa baik mental maupun fisik untuk memulai kegiatan dengan pengayaan terkait materi yang diberikan, lalu memberikan motivasi kepada siswa, menjelaskan tujuan pembelajaran, dan masuk pada materi pelajaran.
Kedua, aktifitas inti dalam pembelajaran merupakan jalan berlangsungnya transfer pengetahuan, menjalankan apa yang telah di rencanakan sebelumnya mulai dari materi, model pembelajaran digunakan, metode, media, dan sumber belajar.
Ketiga, semua rangkaian praktik belajar-mengajar disudahi dengan kegiatan penutup, merefleksikan dan mengevaluasi praktik belajar-mengajar yang sudah dilakukan untuk mengetahui apakah siswa menerima dan memahami apa yang mereka pelajari atau sebaliknya, pada tahap akhir ini guru sering melakukan feedback berupa perkerjaan rumah (PR) agar siswa dapat memahami apa yang tadi dipelajari. Kegiatan pembelajaran yang baik harus berjalan efektif dan berpengaruh pada perkembangan siswa baik afektif, kognitif, dan psikomotorik. 2.2 Pembelajaran Tematik Integratif
Penggunaan model pembelajaran tematik dalam proses pembelajaran di Sekolah Dasar sebenarnya bukan suatu yang baru melainkan sebuah upaya dalam memperbaiki sebuah model pembelajaran tematik yang dahulu juga sempat di
usung oleh kurikulum 2006 atau KTSP. Ketika terjadi pergantian kurikulum menjadi K-13 perubahan dalam praktik pembelajaran terjadi, berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar dan Menengah menerangakan praktik pembelajaran menjadi “interaktif, inspiratif, menyenangkan, menantang, aktif, serta memberikan ruang bagi siswa untuk mengasah kreatifitas, kemandirian, dan bakat minat mereka.” Model tematik integratif dengan pendekatan saintifik menjadi pilihan dalam penyatuan aneka kompetensi pada masing-masing bidang studi membuat proses belajar digiring
kedalam sebuah konsep belajar siswa aktif (active learning).
Permendikbud No. 67 Tahun 2013 Poin E menerangkan “pembelajaran tematik terpadu merupakan pendekatan pembelajaran yang memadukan berbagai kompetensi dari macam-macam bidang studi yang dipelajari ke dalam sebuah tema”. Pembelajaran tematik juga memberikan pemahaman yang mendalam tentang sebuah pengetahuan secara beruntun dan melatih keterampilan kritis (Eggen dan Kauchack, 2012: 259). Begitu pula Rusman (2015) menjelaskan pembelajaran tematik terpadu dapat meleburkan beberapa kompetensi mata pelajaran menjadi sebuah tema sehingga menghadirkan pengalaman belajar bermakna. Pembelajaran tematik juga dapat menambah wawasan dan aktifitas siswa dalam memperoleh ilmu, perkembangan sikap, kecakapan, dan nilai hidup melalui pembelajaran tematik integratif (Nurdin dan Andriantoni, 2016: 316).
Berdasarkan dari penjelasan tersebut dapat disimpulkan bahwa model pembelajaran tematik adalah model pembelajaran yang dapat meleburkan kompetensi dari bidang studi yang berbeda kesebuah tema atau pokok bahasan.
Siswa nantinya diharapkan akan mendapatkan sebuah proses pembelajaran yang kontekstual dibalut dengan sebuah pendekatan saintifik, keterampilan, dan pengalaman bermakna dalam proses belajar. Tema berarti pokok pikiran atau pokok bahasan yang akan diberikan kepada siswa, tema tersebut dekat dengan lingkungan siswa atau benar-benar ada dalam sebuah realitas kehidupan.
Samani (2011: 130) menerangkan “bagi anak SD belajar dari lingkungan akan membuat proses belajar lebih mudah karena apa yang dipelajari lebih konkret. Penelitian yang dilakukan oleh Jhon Dewey (dalam Baedhowi, 2015: 85) menjelaskan “siswa akan belajar dengan baik jika pelajaran tersebut diketahui sebelumnya melalui kegiatan dan peristiwa disekeliling”. Tema-tema yang akan dipelajari siswa dekat dengan kondisi lingkungan dan sosial mereka sehingga dapat mendekonstruksi informasi awal yang mereka terima menjadi lebih padat ketika mempelajari materi atau tema baru.
Chen (2012: 958) menerangkan bahwa “Thematic instructional involves
using a theme as a star point for learners, strengthening bonds to knowledge” Pendekatan pembelajaran tematik menggunakan tema agar siswa fokus dalam memperkuat ikatan terhadap pengetahuan. Keterpaduan setiap materi pelajaran memiliki keterkaitan dengan realitas dan siswa dapat gambaran nyata dari materi yang mereka terima di kelas sehingga apa yang mereka pelajari memiliki kebermaknaan.
Ardiani, dkk (2013: 106) menyimpulkan “pembelajaran bermakna merupakan proses dikaitkannya informasi baru pada konsep-konsep relevan yang terdapat pada struktur kognitif individu”. Siswa harus terkoneksi dengan materi
yang akan dipelajari agar dapat membangun pemahamannya lebih utuh dan apa yang dipelajari dapat bermanfaat.
2.2.1 Tujuan dan Fungsi Pembelajaran Tematik Integratif
Berusaha menghadirkan pembelajaran yang berkesan dengan berupaya membuat siswa aktif dan terlibat langsung pada proses pembelajaran, memudahkan siswa menguasai pelajaran karena menggunakan tema yang relevan. dekat dengan lingkungan sosial, dan dunia siswa.
Rusman (2015: 145) sendiri menjelaskan beberapa tujuan serta fungsi pembelajaran tematik sebagai berikut;
1. Fokus pada tema pembahasan.
2. Mempelajari serta mengembangkan setiap komponen dalam mata pelajaran.
3. Memberikan kesan mendalam ketika memahami suatu tema.
4. Mengembangkan kemampuan berbahasa menghubungkan antar bidang studi
dan pengalaman siswa.
5. Memberikan rasa antusias dalam belajar terlihat ketika siswa aktif dan terlibat
langsung dalam proses belajar.
6. Memberikan manfaat belajar juga makna karena materi/tema yang jelas.
7. Menghemat waktu guru dalam mempersiapkan pembelajaran.
8. Menumbuhkan budi perkerti
Fungsi pembelajaran tematik mengajak siswa untuk dapat memahami pelajaran yang mereka terima, memberikan semangat dan makna belajar.
2.2.2 Karakteristik Pembelajaran Tematik
Model tematik integratif mempunyai beberapa karakteristik yang mesti diketahui, Sumantri (2015: 179) menjelaskan beberapa karakteristiknya seperti di bawah ini;
Siswa dalam proses belajar menjadi subjek belajar sedangkan guru berperan menjadi fasilitator membantu siswa dalam memahami dan memberikan pemahaman ketika aktifitas belajar-mengajar berlangsung.
2. Memberikan pengalaman langsung
Pembelajaran tematik memberikan pengalaman langsung bagi siswa dalam proses belajar dengan melibatkan mereka pada hal-hal konkret (nyata) sebagai dasar pemahaman hal-hal abstrak.
3. Antar mata pelajaran tidak begitu jelas
Materi yang diberikan terasa menyatu sehingga kurang tampak keterpisahannya antara bidang studi karena fokus pada tema yang berkaitan dengan kehidupan siswa.
4. Menampilkan kompetensi dari berbagai bidang studi
Hadir dengan menyatukan beberapa konsep dari berbagai disiplin ilmu
dalam proses pembelajaran, model pembelajaran tematik berupaya untuk membuat siswa bisa menguasai materi dan pada gilirannya nanti dapat memecahkan masalah yang dihadapi.
5. Keluwesan
Guru bisa saja melakukan improv dalam sebuah tema yang menjadi pokok bahasan dengan menghubungkan materi dengan kehidupan atau kondisi lingkungan sekitar sebagai penguat dalam membahas tema tersebut.
Mengeksplore dan mengoptimalkan potensi diri siswa menjadi satu bagian penting dalam pembelajaran tematik sehingga siswa dapat memenuhi kebutuhan dan minat mereka pada apa yang dipelajari.
7. Menggunakan prinsip belajar sambil bermain dan menyenangkan
Belajar sambil bermain memang menyenangkan merupakan prinsip dalam belajar untuk siswa sekolah dasar. Hal tersebut mengupayakan siswa untuk lebih menikmati serta aktif dalam belajar.
2.2.3 Model-Model dalam Pembelajaran Tematik
Model pembelajaran tematik berguna untuk memadukan topik pembahasan dalam setiap tema yang akan dipelajari. Model tersebut berupa kerangka konseptual sebagai pedoman dalam melakukan pembelajaran (Joyce dan Weil, dalam Sumantri 2015: 35). Maksudnya penggunaan bentuk tersebut agar dapat memetakan materi pelajaran dan bagaimana pelajaran akan dilaksanakan sehingga target dari pembelajaran bisa dicapai dalam menyusun keterkaitan topik atau tema.
Forgarty (dalam Rusman, 2015: 368) mengklasifikasikan menjadi beberapa model seperti; (1) Model desain ilmu; (2) Model antar mata pelajaran; (3) Model lintas siswa. Pembelajaran tematik di Indonesia sendiri menggunakan model antar mata pelajaran bentuknya berupa keterhubungan, jaring laba-laba, dan keterpaduan. Kurikulum 2013 mengusung model integratif (keterpaduan) sebagai penghubung dalam meleburkan berbagai bidang studi pada pembelajaran tematik, berikut di bawah ini penjelasan dari model integratif:
Model integratif menggunakan topik yang dipadukan antar bidang studi yang berbeda saling bertumpukkan baik sikap, pengetahuan, dan keterampilan (Sumantri, 2015: 316). Dari sana kemudian dicari kesamaan antara bidang studi yang memiliki keterkaitan. Pengaruhnya terhadap siswa akan lebih mudah dalam mengaitkan materi pelajaran.
Gambar 2.1 Skema Model Integrated
Sumber: Rusman (2015: 137)
Kelebihan model ini menurut Rusman (2015: 137) dapat memudahkan siswa untuk mengarahkan keterkaitan dan hubungan antar bidang studi, kemudian meningkatkan pemahaman dan membangun motivasi siswa.
2.3 Pendekatan Saintifik dalam Pembelajaran Tematik Integratif
Penggunaan pendekatan saintifik dalam kurikulum 2013 sebagaimana termuat dalam Permendikbud No. 81 A Tahun 2013 Tentang Implementasi Kurikulum menerangkan bahwasannya: “Praktik pembelajaran menggunakan pendekatan saintifik terbagi menjadi lima kegiatan diantaranya mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan”. Guru dapat terbantu dalam mengolah praktik pembelajaran dan membangun suasana belajar menjadi aktif dan menyenangkan.
Adapun karakteristik dalam pendekatan saintifik menurut Kemendikbud (dalam Armandi, 2017) seperti dibawah ini:
1. Bahan pelajaran menggunakan pandauan fenomena atau fakta dan dapat
dijelaskan menggunakan penalaran dan bukan sebatas dugaan ataupun khayalan semata.
2. Pendidik menerangkan dan melihat bagaimana tanggapan siswa sehingga
menghadirkan hubungan edukatif antar siswa dan guru tanpa prasangka, pandangan subjektif, dan penalaran dalam hal menyimpang pada berpikir logis.
3. Menggerakkan dan menginspirasi siswa agar mampu menyimpulkan
kesamaan antara satu tautan dengan yang lain dari materi yang dipelajari.
4. Memotivasi dan mengispirasi siswa agar berpikir kritis, analitis, sehingga
dapat mengidentifikasi, memahami, memecahkan masalah, dan
menggunakannya dalam hubungan bidang studi.
5. Memahami, menerapkan, dan mengembangkan cara berpikir rasional dan
objektif agar merespon pembelajaran.
6. Mendasar pada konsep, teori,dan fakta empiris sehingga bisa dipertanggung
jawabkan.
7. Tujuan Pembelajaran dibuat secara sederhana, jelas, menarik, dan metode
penyajiannya.
Berdasarkan ciri-ciri inilah pendekatan saintifik sebagai tonggak dalam mengembangkan sikap, keterampilan, dan pengetahuan siswa dalam proses belajar yang memenuhi kriteria ilmiah.
2.3.1 Langkah-langkah Metode Saintifik
Petunjuk menggunakan pendekatan saintifik secara umum memiliki beberapa tahapan meliputi mengamati, menanya, mengumpulkan informasi, mengasosiasi, dan mengomunikasikan. Pengaplikasian pendekatan saintifik menurut Armadi (2017: 58) akan diuraikan di bawah ini:
1. Mengamati
Mengamati pada pendekatan saintifik dilakukan menggunakan satu atau lebih indera pada tubuh bisa dari indera pendengaran penglihatan, pengecapan, peraba, dan pengecap seperti contoh: Melihat papan tulis, mendengar lonceng berbunyi, menghirup aroma, menyentuh kain halus begitulah contoh dalam kegiatan pengamatan.
2. Menanya
Memberikan kesempatan kepada siswa di kelas untuk bertanya merupakan umpan balik sebagai proses belajar siswa diminta untuk dapat menyimak tentang hasil pengamatan atas pertanyaan-pertanyaan dalam mencari informasi dari berbagai sumber.
3. Mengumpulkan Informasi
Kegiatan dalam mengumpulkan infromasi merupakan kelanjutan dari proses bertanya dan mengamati, siswa diminta untuk mengulik informasi dari berbagai sumber atau fenomena yang mereka temui melalui bacaan ataupun wawancara untuk mengumpulkan informasi baru.
4. Mengasosiasikan
Kegiatan dalam memproses suatu informasi dari berbagai sumber atau aktifitas ini dilakukan untuk menemukan keterkaitan antara satu informasi lainnya sehingga dapat menambah pemahaman dan keluasan informasi yang didapat.
Kegiatan ini dilakukan ketika sudah selesai dalam tahap mengamati dan mengasosiasikan informasi baru sehingga dapat menyimpulkan kemudian mengungkapkan atau menceritakan kembali. Daya ungkap dapat dilakukan dengan menggunakan alat bantu menceritakan atau lewat tulisan baik secara individu maupun kolektif.
Menggunakan pendekatan saintifik pada pembelajaran tematik mendorong siswa untuk menjadi aktif dalam memahami tema dan berdiskusi untuk mengumpulkan informasi dari tema yang menjadi pokok bahasan. Hasil dari mengumpulkan informasi tersebut kemudian dipresentasikan sebagai upaya mengomunikasikan kembali temuan yang dilaksanakan
2.4 Evaluasi
Widoyoko (2010: 6) menerangkan evaluasi memiliki kinerja yang sistematis dan berkelanjutan dalam mengakumulasi, menjelaskan, menafsirkan, menampilkan data suatu program untuk mengambil sebuah keputusan. Sedangkan Schuman (dalam Arikunto dan Jabar, 2004: 1) memberikan penjelasan bahwa evaluasi merupakan proses menetapkan hasil untuk mengetahui bagaimana pencapaian kegiatan yang sudah dirancang agar mendukung ketercapaian tujuan program.
Pendapat beberapa tokoh di atas memberikan pemadatan pengertian akan evaluasi sehingga dapat disimpulkan evaluasi merupakan rangkaian sistematis dan memberikan nilai pada suatu program yang diselenggarakan untuk mengambil sebuah keputusan pada program hasil ini menjadi acuan pertimbangan dalam memperbaiki ataupun membangun agenda setelahnya.
2.4.1 Tujuan Evaluasi
Mengetahui bagaimana program tersebut berjalan apakah sudah sesuai harapan atau malah sebaliknya untuk itulah evaluasi program dilakukan. Tujuan dari melakukan evaluasi ialah mendapatkan nilai informasi yang tepat dan faktual terkait suatu program. Informasi tersebut berupa data yang berisikan proses, dampak, hasil, efisien, serta pemanfaatan hasil evaluasi (Widoyoko, 2010: 6).
Evaluasi juga berarti menilai dan mengartikan kualitas suatu program sehingga memperoleh data secara keseluruhan untuk memberikan penilaian pada program yang dievaluasi. Hasil evaluasi berupa saran dan rekomendasi dari program yang dievaluasi tersebut.
2.4.2 Evaluasi Program
Arikunto dan Jabar (2004: 2) evaluasi program adalah pelaksanaan kegiatan yang berhubungan dengan kebijakan di mana prosesnya berlangsung terus menerus dan pelaksanaanya melibatkan banyak orang dalam satu organisasi. Jika merujuk dalam lingkungan pendidikan yang dimaksud program ialah praktik belajar-mengajar di kelas yang melibatkan segenap komponen pembelajaran. Karena pembelajaran seperti rangkaian sistem yang tersusun sistematis dalam kurikulum untuk kemudian digunakan guru dengan membuat rencana pelaksanaan pembelajaran yang diaplikasikan dalam kegiatan belajar-mengajar. Berdasarkan hal tersebut evaluasi program pembelajaran diaplikasikan untuk menilai praktik pembelajaran yang berlangsung.
Ralph Tyler (dalam Arikunto dan Jabar, 2004: 4) menjelaskan evaluasi menjadi alat untuk apakah suatu pembelajaran sudah tercapai atau adakah
perbaikan yang harus dilakukan. Berdasarkan Join Committe On Standar For Educational Evolution (dalam Widoyoko, 2010: 9) menerangkan evaluasi program sebagai kegiatan evaluasi dalam bidang pendidikan dengan memberikan informasi berkelanjutan.
Beberapa pengertian tentang evaluasi program dibahas oleh para tokoh dan institusi bisa diambil simpulan bahwa sebuah ikhtiar menilai pelaksanaan jalannya program pembelajaran harus berkelanjutan dan hasilnya menjadi sebuah gambaran untuk mengambil keputusan.
2.4.3 Objek Evaluasi Program
Menentukan sasaran sebelum evaluasi di mulai merupakan salah satu hal penting, mengingat pembelajaran merupakan bagian dan program. Sehingga dalam mengevaluasi pembelajaran terdapat objek yang akan dievaluasi. Sukardi (2015: 35) mengelompokkan evaluasi program menjadi dua kategori yaitu; (1) objek evaluasi yang memiliki karakteristik statis adalah objek evaluasi ketika dinilai posisinya tidak berubah seperti sarana dan prasarana, kurikulum, dan materi pembelajaran; (2) objek evaluasi yang memiliki karakteristik dinamik yaitu ; objek evaluasi yang memiliki kemungkinan berubah baik jumlah maupun kualitas ketika dinilai seperti guru, siswa, dan sarpras. Widoyoko (2010: 5) melihat sasaran evaluasi program menjadi tiga; masukkan, proses, dan keluaran yang dijelaskan seperti di bawah ini:
(1) Evaluasi masukkan, memfokuskan penilaian pada karakter siswa, sumber
belajar, karakteristik, kesiapan guru, strategi pembelajaran, dan berlangsunya kegiatan belajar-mengajar.
(2) Evaluasi proses, memfokuskan pengelolaan pembelajaran yang dilakukan, keefektifan media, cara mengajar, dan minat serta sikap belajar siswa.
(3) Penilaian hasil belajar merupakan kompetensi setiap siswa dalam menguasai
materi pelajaran, penilaian tersebut dilakukan melalui tes dan nontes.
Beberapa pendapat tokoh di atas tentang objek evaluasi program memiliki pengkatagorian masing-masing akan tetapi secara keseluruhan objek evaluasi merupakan rangkaian dari komponen pembelajaran dalam mempengaruhi jalannya suatu program untuk mencapai keberhasilan di mana objeknya berupa lingkungan, siswa, guru, metode, sarana dan prasarana sekolah.
2.4.4 Model-Model Evalusi Program
Mengevaluasi suatu program dapat menggunakan pola-pola untuk memudahkan evaluator dalam mengumpulkan informasi/data agar nantinya dapat membantu dalam memberikan sarana-sarana evaluator dan kepada pengambil kebijakan terkait atas kelanjutan suatu program.
Ada beberapa jenis model-model evaluasi sebagaimana Kaufman dan Thomas (dalam, Arikunto, 2004: 40) menerangkan setidaknya ada tujuh jenis
model evaluasi di antaranya; “Goal Oriented Evaluation Model, Goal free
Evaluation, Evaluasi Formatif-Sumatif, Countance Evaluation, CSE (Center for Study of Evaluation) dan UCLA (University of California in Los Angels), Discrepancy, dan CIPP Model”.
Pada penelitian evaluasi program pembelajaran tematik peneliti menggunakan model CIPP sebagai alat untuk melakukan evaluasi karena
memiliki empat komponen yang akan membantu evaluator ketika melakukan evaluasi secara menyeluruh.
2.4.5 Model Evaluasi CIPP
Model CIPP singkatan dari Context, Input, Process, Product. Sebagaimana
Arikunto (2004: 29-31) menjelaskan peran dari keempat bidang garapan tersebut seperti di bawah ini:
1. Evaluasi Context
Berupaya memaparkan dan memetakan tempat kebutuhan yang belum
terpenuhi, populasi, dan sampel yang dilayani, tujuan program. Evaluasi Context
berkerja menjadi patokan dalam mencari dan menjembatani dalam memenuhi sebuah kebutuhan dalam kegiatan program sekaligus melihat tujuan manakah yang dapat dipenuhi, dan terakhir melihat tujuan yang akan dicapai.
2. Evaluasi Input
Evaluasi masukkan terkait dengan sumber, mengatur alternatif pengambilan keputusan rencana dan strategi mencapai tujuan. Widoyoko (2010: 182) memetakan komponen masukkan/input meliput: a. Sumber Daya Manusia; b. Sarpras; c. Anggaran dana; dan d. Peraturan.
3. Evaluasi Process
Ketika memasuki komponen process dalam model evaluasi CIPP berkaitan dengan pengumpulan data terkait rancangan/prosedur, pelaksanaan program pembelajaran untuk dilakukan penilaian dalam pengambilan keputusan.
4. Evaluasi Product
Puncak evaluasi product model CIPP merupakan salah satu pokok penting
terhadap hasil suatu program berupa perubahan yang terjadi. Menurut Tayibnapis (dalam Widoyoko, 2010: 183) menerangkan “evaluasi produk untuk membantu membuat keputusan selanjutnya baik mengenai hasil yang telah dicapai maupun yang belum selama program berjalan”. Peneliti sendiri menggunakan evaluasi program pembelajaran tematik memakai model CIPP, model ini cukup sistematis ketika digunakan dalam kegiatan evaluasi. Keberhasilan pembelajaran dapat dilihat dari beberapa faktor seperti tujuan program, guru, siswa, sumber belajar, media, dan mendukung lingkungan belajar. Model CIPP juga memiliki pandangan bagaimana suatu program dinyatakan berhasil diantaranya dapat ditempuh melalui target program, bahan yang digunakan, peraturan, dan mekanisme pelaksanaan program.
Program evaluasi pembelajaran tematik menggunakan model CIPP memiliki beberapa dimensi keterangan kriteria evaluasi sebagai berikut:
1.Komponen Context mengevaluasi aspek lingkungan sekolah, kebutuhan
pembelajaran tematik, dan tujuan pembelajaran tematik dengan kriteria evaluasi berdasarkan Permendikbud Nomor 24 Tahun 2007 Tentang Standar Sarana dan Prasarana, sedangkan kebutuhan pembelajaran tematik sendiri menggunakan kriteria evaluasi berdasarkan Permendikbud No. 32 Tahun 2018 Tentang Standar Teknis Pelayanan Minimal Pendidikan.
2.Komponen Input mengevaluasi pada aspek rencana pelaksanaan pembelajaran menggunakan kriteria evaluasi berdasarkan Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Sarana dan Prasarana.
3.Komponen Process mengevaluasi aspek suasana belajar dan pelaksanaan
pembelajaran dengan menggunakan kriteria evaluasi berdasarkan
Permendikbud No. 22 Tahun 2016 Tentang Standar Proses Pendidikan Dasar/Menengah.
4. Komponen Product mengevaluasi pada aspek hasil belajar siswa dengan melihat dokumen hasil belajar, kriteria evaluasi berdasarkan Permendikbud No. 23 Tahun 2016 Tentang Standar Penilaiaan.
2.5 Kerangka Berpikir
Pendidikan dasar adalah langkah awal siswa mengalami proses
pembelajaran di lembaga pendidikan formal. Kurikulum yang digunakan dalam jenjang pendidikan dasar adalah kurikulum 2013. Pada jenjang pendidikan dasar menekankan pembelajaran tematik sebagai role-modelnya agar proses pembelajaran menjadi bermakna bagi siswa.
SDN Mangunsari 01 Kec. Gunungpati, Semarang sudah lama menerapkan
pembelajaran tematik, adapun evaluasi program pembelajaran tematik ini hanya mengevaluasi bagian penting yang menjadi pokok bahasan yaitu; tema tiga dengan topik peduli terhadap makhluk hidup menggunakan model CIPP di mana
masing-masing keempat bidang garapnnya yaitu pada aspek ; context, input,
process, dan product. Berikut di bawah ini fungsi dari keempat komponen tersebut;
1. Komponen Context mengevaluasi pada lingkungan sekolah, pemahaman
tentang tujuan pembelajaran tematik, dan kebutuhan pembelajaran tematik.
2. Komponen Input fokus pada aspek rencana pelaksanaan pembelajaran (RPP)
dan fasilitas belajar.
3. Komponen Process mengevaluasi jalannya pembelajaran tematik dan suasan
belajar ketika proses pembelajaran tematik berlangsung di kelas IV SDN Mangunsari 01.
4. Komponen Product melihat hasil belajar siswa kelas IV SDN Mangunsari 01.
Kerangka teori yang tersusun di atas membuat peneliti membangun skema kerangka berpikir seperti di bawah ini:
SD NEGERI MANGUNSARI 01 GUNUNGPATI SEMARANG
Pembelajaran tematik integratif-saintifik
Tema yang akan diteliti
Context Linkungan Sekolah Pemahaman Tujuan pembelajaran tematik Kebutuhan pembelajaran tematik Input Rencana Pelaksanaan Pembelajaran dan Fasilitas belajar Process Pelaksanaan Pembelajaran dan Suasana Belajar Product Hasil belajar siswa Evaluasi Model
Hasil evaluasi berupa sarana dan rekomendasi dalam meningkatkan proses pembelajaran Tematik
40
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Desain Penelitian
Rencana sebuah riset harus diolah secara sistematis untuk digunakan peneliti dalam menemukan jawaban. Penelitian ini berfokus pada evaluasi program pembelajaran tematik menggunakan model CIPP di SDN Mangunsari 01 Kec. Gunungpati, Semarang fokus pada kelas IV dan mengambil salah satu tema yaitu; tema tiga dengan topik pembahasan peduli terhadap makhluk hidup. Pada penelitian ini peneliti menggunakan pendekatan kualitatif deskriptif, hasil berupa kalimat dari informan ataupun prilaku yang diamati.
Penelitian evaluatif merupakan penelitian untuk mengumpulkan sebuah data dari program yang sedang berjalan (Arikunto, 2013: 37). Tujuan dilakukan penelitian evaluasi untuk mengetahui bagaimana jalannya program pembelajaran tematik dengan meninjau keseluruhan aspek mulai dari yang positif sampai kelemahan pada program tersebut. Selesai melakukan evaluasi hasilnya berupa meningkatkan pelaksanaan pembelajaran tematik selanjutnya.
Model CIPP berkerja seperti sebuah sistem ketika melakukan evaluasi program (Arikunto dan Jabbar, 2009: 45). Pembelajaran juga merupakan sebuah sistem yang saling terhubung antara satu komponen dengan komponen pembelajaran lainnya. Model CIPP yang peneliti gunakan memiliki empat komponen yang dapat menyeluruh dalam melakukan evaluasi dan masing-masing komponen dalam model tersebut memiliki keterhubungan satu sama lain.