BAB 2
LANDASAN TEORI DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Landasan Teori
2.1.1 Pengertian Perencanaan
Efektivitas adalah faktor yang sangat penting bagi perusahaan untuk mencapai kesuksesan dalam jangka panjang.Sukses perusahaan dapat diukur melalui pencapaian sasaran-sasaran perusahaan, dalam upayanya mencapai sasaran-sasaran tersebut perusahaan harus dapat menggunakan sumber daya (manusia, material, dan modal )secara efisien.Oleh karena itu, untuk menjaga tingkat keefisienan dalam penggunaan suatu sumber daya, maka dibutuhkan suatu perencanaan dan pengendalian yang merupakan fungsi manajemen yang harus dilakukan oleh pihak manajemen secara berkelanjutan.
Menurut pendapat Warman (2004,p43) : “Perencanaan adalah suatu proses memperkirakan apa yang akan terjadi di masa mendatang dan mempersiapkan sesuatu untuk masa mendatang itu.”
2.1.2 Fungsi Dasar yang harus dipenuhi oleh Perencanaan
Berdasarkan Tampubolon (2004,p25) fungsi-fungsi dasar yang harus dipenuhi oleh aktivitas perencanaan adalah :
Meramalkan permintaan produk yang dinyatakan dalam jumlah produk sebagai
fungsi dari waktu.
Menetapkan jumlah dan saat pemesanan bahan baku serta komponen secara
Menetapkan kesinambungan antara tingkat kebutuhan produksi , teknik pemenuhan pesanan, serta mengawasi tingkat persediaan produk jadi setiap saat, membandingkannya dengan rencana persediaan, dan melakukan revisi atas rencana produksi pada saat yang ditentukan.
Membuat jadwal produksi, penugasan, pembebanan mesin dan tenaga kerja yang
terperinci sesuai dengan ketersediaan kapasitas dan fluktuasi permintaan pada suatu periode.
Menurut Baroto Teguh ( 2002,p25 ) Perencanaan bahan berkaitan dengan 3 faktor yang mendasar yaitu :
• Penentuan kualitas yang harus dibeli. Dalam menentukan kualitas bahan yang akan
dibeli para manager harus memperhatikan biaya pemesanan dan penyimpanan, agar kedua biaya ini dapat diminimalisasi makan harus dilakukan pencarian atau perhitungan untuk memperoleh jumlah pemesanan kualitas bahan yang ekonomis yang dapat meminimalisasi total biaya dari biaya pemesanan dan penyimpanan.
• Kapan pembelian dilakukan. Penentuan dalam melakukan pembelian melibatkan 2
jenis biaya yang saling bertentangan yaitu : biaya pemilikan persediaan dan biaya akibat tidak memadainya persediaan.
• Persediaan pengaman. Persediaan ini diperlukan sebagai persediaan cadangan
karena adanya perbedaan antara pengguna rata – rata dan pengguna maksimum yang dapat ditentukan pada periode tertentu. Persediaan ini dapat membantu perusahaan apabila bahan baku yang dipesan kurang, jumlah ini merupakan jumlah yang tetap didalam suatu periode yang telah ditentukan. Bahan baku yang diperlukan untuk proses produksi mungkin tidak akan cukup apabila dilaksanakan dalam sekali pembelian saja. Dalam pembelian hendaknya dipertimbangkan lama
waktu tunggu sehingga datanya bahan baku setelah dilakukan pemesanan kembali, dalam waktu yang tepat sehingga tidak terjadi pemesanan kembali, dalam waktu yang tepat. Sehingga tidak terjadi kekurangan bahan baku karena keterlambatan datangnya bahan baku setelah dilakukannya pemesanan kembali, dalam waktu yang tepat.Sehingga tidak terjadi kekurangan bahan baku karena keterlambatan datangnya bahan baku dan juga kelebihan bahan baku karena bahan baku dating terlalu awal.
2.1.3 Pengertian Pengendalian
Menurut Jeff Madura (2001,p227) pengertian pengendalian adalah : Memonitor dan mengevaluasi tugas-tugas, artinya menilai apakah rencana yang ditetapkan dalam perencanaan telah tercapai.
Pengendalian merupakan suatu proses dalam mengarahkan sekumpulan variable untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditetapkan sebelumnya.Dasar dari semua proses pengendalian adalah pemikiran untuk mengarahkan suatu variable, atau sekumpulan variable, guna mencapai tujuan tertentu.Variabel ini dapat berupa manusia, mesin, dan organisasi.
Pengendalian adalah semua upaya pemeriksaan dan pengujian yang dilakukan selama proses produksi untuk menjamin agar yang diproduksi senantiasa memenuhi
persyaratan yang telah ditentukan.(http://www.pom.go.id/public/hukum_perundangan/pdf).
2.1.4 Pengendalian Bahan Baku
Berdasarkan pendapat Usry (2004,pp299-300) pengendalian bahan baku yang efektif antara lain :
Menyediakan pasokan bahan baku yang diperlukan untuk operasi yang efisien dan tidak terganggu.
Menyediakan cukup persediaan dalam periode di mana pasokan(musiman, siklus,
atau pemogokan kerja) dan mengantisipasi perusahaan harga.
Menyimpan bahan baku dengan waktu penanganan dan biaya minimum dan
melindungi bahan bakuu tersebut dari kehilangan akibat kebakaran, pencurian, cuaca, dan kerusakan karena penanganan.
Meminimalkan item-item yang tidak aktif, kelebihan atau using dengan melaporkan
perubahan produk yang mempengaruhi bahan baku.
Memastikan persediaan yang cukup untuk pengiriman segera ke pelanggan.
Menjaga agar jumlah modal yang diinvestasikan dalam persediaan berada di tingkat
yang konsisten dengan kebutuhan operasi dan rencana manajemen.
2.1.5 Tujuan Pengendalian
Menurut pendapat Assauri (2004,p177), tujuan pengendalian persediaan secara detail dapat dinyatakan sebagai usaha untuk :
Menjaga jangan sampai perusahaan kehabisan persediaan sehingga dapat
mengakibatkan terhentinya kegiatan produksi.
Menjaga agar supaya pembentukan persediaan oleh perusahaan tidak terlalu besar,
sehingga biaya-biaya yang timbul dari persediaan tidak terlalu besar.
Menjaga agar pembelian secara kecil-kecilan dapat dihindari karena ini akan
Pengendalian merupakan sebuah proses memantau atau memonitor kegiatan-kegiatan untuk menjamin kegiatan-kegiatan tersebut dilaksanakan sebagaimana telat direncanakan, sekaligus menjaga dan mengkoreks setiap adanya penyimpangan yang terjadi.
2.1.6 Pengertian Persediaan
Setiap perusahaan, baik yang bergerak di bidang perdagangan maupun pabrik selalu mengadakan persediaan.Persediaan (inventory) dapat memiliki berbagai fungsi penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan dan dengan adanya persediaan dapat mempermudah dan memperlancar jalannya proses produksi.JIka tidak adanya persediaan maka perusahaan akan menghadapi berbagai masalah di dimana proses produksi akan terganggu ataupun akan terhenti yang selanjutnya tidak dapat memenuhi keinginan pelanggan.
Pengertian persediaan menurut Sumayang, Lalu (2003,p213) adalah : “Inventory adalah sebuah persediaan dari material yang digunakan untuk menunjang produksi atau untuk memenuhi permintaan pelanggan.Inventory(persediaan) terdiri dari bahan mentah, barang dalam proses dan barang jadi.”
Pengertian persediaan menurut Zulfikarijah (2005,p4) : “Persediaan adalah stok bahan baku yang digunakan untuk memfasilitasi produksi atau untuk memuaskan permintaan konsumen.Jenis persediaan meliputi : bahan baku, barang dalam proses dan barang jadi.”
2.1.7 Jenis-jenis Persediaan
Berdasarkan pendapat Assauri (2004,p170-172) ada beberapa jenis persediaan, setiap jenis persediaan mempunyai karakteristik khusus tersendiri.Menurut jenisnya, persediaan dapat dibedakan atas :
¾ Persediaan bahan baku (row materials stock) yaitu persediaan dari barang-barang berwujud yang digunakan dalam proses produksi, barang yang dapat diperoleh dari sumber-sumber alam ataupun dibeli dari supplier atau perusahaan yang menghasilkan bahan baku bagi perusahaan pabrik yang menggunakannya.Bahan baku diperlukan oleh pabrik untuk diolah, yang setelah melalui beberapa proses diharapkan menjadi barang jadi (finished goods).
¾ Persediaan bagian produk atau parts yang diberli (purchased parts/components
stock) yaitu persediaan yang terdiri dari parts yang diterima dari perusahaan lain, yang dapat secara langsung diassembling dengan parts lain, tanpa melalui proses produksi sebelumnya. Jadi bentuk barang yang merupakan parts ini tidak mengalami perubahan dalam operasi.
¾ Persediaan bahan-bahan pembantu atau barang-barang perlengkapan (supplies
stock ) yaitu persediaan barang-barang atau bahan-bahan yang diperlukan dalam proses produksi untuk membantu berhasilnya produksi atau yang digunakan dalam bekerjanya suatu perusahaan, tetapi tidak merupakan bagian atau komponen dari barang jadi.Misalnya minyak solar dan minyak pelumas adalah hanya merupakan bahan pembantu.
¾ Persediaan barang setengah jadi atau barang dalam proses ( work in process/
progress stock) yaitu persediaan barang-barang yang keluar dari tiap-tiap bagian dalam satu pabrik atau bahan-bahan yang telah diolah menjadi suatu bentuk, tetapi lebih perlu diproses kembali untuk kemudian menjadi barang jadi.
¾ Persediaan barang jadi ( finished goods stock ) yaitu persediaan barang-barang yang
pelanggan atau perusahaan lain.Jadi abrang jadi ini adalah merupakan produk selesai dan telah siap untuk dijual.
Gambar 2.1 Jenis – jenis persediaan
Menurut fungsinya persediaan dapat dibedakan atas :
Batch stock atau Lot Size Inventory yaitu persediaan yang diadakan karena kita
membeli atau membuat bahan – bahan/barang – barang dalam jumlah besar daripada jumlah yang dibutuhkan pada saat itu. Jadi dalam hal ini pembelian atau pembuatan yang dilakukan untuk jumlah besar. Sedang penggunaan atau pengeluaran dalam jumlah kecil. Terjadinya persediaan karena pengadaan bahan/barang yang dilakukan lebih banyak daripada yang dibutuhkan
Fluctuatin stock adalah persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan konsumen yang tidak dapat diramlakan. Dalam hal ini perusahaan mengadakan persediaan untuk dapat memenuhi permintaan konsumen, apabila tingkat permintaan menunjukkan keadaan yang tidak beraturan atau tidak tetap dan fluktuasi permintaan tidak dapat diramalkan terlebih dahuhlu. Jadi apabila terdapat fluktuasi permintaan yang sangat besar, maka persediaan ini ( fluctuation stock ) dibutuhkan sangat besar pula untuk menjaga kemungkinan naik turunnya permintaan tersebut.
Anticipation stock yaitu persediaan yang diadakan untuk menghadapi fluktuasi
permintaan yang dapat diramalkan, berdasarkan pola musiman yang terdapat dalam Pelanggan Penjual Bahan Baku Barang Setengah Jadi Barang Jadi Evaluasi Output Proses Daur Ulang Feedback
satu tahun dan untuk menghadapi penggunaan atau penjualan permintaan yang meningkat. Disamping itu anticipation stock dimaksudkan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kelangkaan bahan baku sehingga mengganggu proses jalanya produksi.
2.1.8 Tujuan Persediaan
Menurut pendapat Render dan Heizer ( 2001, p 314) persediaan memiliki berbagai tujuan penting yang menambah fleksibilitas dari operasi suatu perusahaan yaitu :
• Untuk memberikan suatu stok barang – barang agar dapat memenuhi permintaan
yang diantisipasi akan timbulnya dari konsumen
• Untuk memasangkat produksi dengan distribusi. Misalnya, bila permintaan produknya
tinggi hanya pada musim panas, suatu perusahaan dapat mempersiapkan stok selama musim dingin, sehingga biaya kekurangan stok dan kehabisan stok dapat dihindari. Demikian pula, bila pasokan suatu perusahaan berfluktuasi, persedian bahan baku ekstra mungkin diperlukan untuk “ memasangkan” proses proses produksinya.
• Untuk mengambil keuntungan dari potongan jumlah, karena pembelian dalam jumlah
besar dapat secara substantial menurunkan biaya produk.
• Untuk melakukan hedging terhadap inflasi dana perubahan harga.
• Untuk menghindari dari kekurangan stok yang dapar terjadi karena cuaca,
kekurangan pasokan, masalah mutu, atau pengiriman yang tidak tepat. “stok pengaman” misalnya, barang ditangan ekstra dapat mengurangi resiko kehabisan stok.
• Untuk menjaga agar operasi dapat berlangsung dengan baik dan menggunakan “barang dalam proses” dalam persediaannya. Hal ini karena perlu waktu untuk memproduksi barang dan arena sepanjang berlangsunya proses, terkumpul persediaan – persediaan.
2.1.9 Fungsi Persediaan
Berdasarkan pendapat Tampubolon ( 2004,p 190 ) pentingnya mengefektifkan system persediaan bahan, efisiensi, operasional perusahaan dapat ditingkatkan melalui fungsi persediaan dengan mengefektifkan fungsi decoupling, fungsi economic size, dan fungsi antisipasi.
Fungsi decoupling merupakan fungsi perusahaan untuk mengadakan persediaan
decouple, dengan mengadakan pengelompokkan operasional secara terpisah – pisah, sebagai contoh adalah perusahaan manufaktur ,mobil, skedul perakitan mesin ( engine assembly ) dipisah dari skedul perakitan tempat duduk.
Fungsi economic size adalah penyimpanan persediaan dalam jumlah besar dengan
pertimbangan adanya diskon atas pembelian bahan, diskon atas kualitas untuk dipergunakan dalam proses konversi, serta didukung kapasitas gudang yang memadai
Fungsi antisipasi merupakan penyimpanan persediaan bahan yang fungsinya untuk penyelamatan jika sampai terjadi keterlambatan datangnya pesanan bahan dari pemasok atau leveransir. Tujuan utama adalah untuk menjaga proses konversi tetap berjalan dengan lancar.
Persediaan diartikan sebagai investasi yang akan menunggu proses lebih lanjut, persediaan dalam perusahaan merupakan salah satu aset terpenting dalam banyak perusahaan. Jenis persediaan diberbagai perusahaan berbeda – beda akan tetapi secara
umum persediaan dibagi menjadi 3 yaitu persediaan bahan baku , persediaan barang setengah jadi dan persediaan barang jadi.
2.1.10 Pengertian Biaya
Berdasarkan pendapat Hongren, Datar, dan Foster ( 2005, p34) “Biaya adalah suatu sumber daya yang dikorbankan atau dilepaskan untuk mencapai tujuan tertentu”.
Biaya adalah arus keluar asset dan timbulnya kewajiban selama satu periode yang berasal dari pengiriman dan produksi barang, penyerahan jasa atau penyelenggara aktivitas
– aktivitas lainnya yang merupakan operasi yang utama dari suatu entitas ( http://www.warsidi-akuntan.tripod.com/teoriakutansi/laporanlabarugi.htm).
Jadi biaya merupakan salah satu asset perusahaan dimana aspek yang akan dipakai atau diperlukan oleh perusahaan dalam melakukan kegiatan usaha
2.1.11 Klasifikasi Biaya
Menurut Usry, Carter dan Thomson (2005, p 57-60 ) keberhasilan dalam merencanakan dan mengendalikan biaya tergantung pada pemahaman yang menyeluruh atas hubungan antara biaya dan aktivitas bisnis. Studi dan analisis yang hati – hati atas dampak aktivitas bisnis pada umumnya akan menghasilkan klasifikasi tiap pengeluaran sebagai biaya tetap, biaya variabel atau biaya semivariabel.
¾ Biaya tetap didefinisikan sebagai biaya yang secara total tidak berubah saat aktivitas
bisnis meningkat atau menurun. Contohnya overhead pabrik memasukkan barang/produk seperti supervise, penyusutan, sewa, asuransi properti, pajak properti, semuanya secara umum dianggap sebagai biaya tetap.
¾ Biaya variabel didefinisikan sebagai biaya yang secara total meningkat secara proporsional terhadap peningkatan dalam aktivitas dan menurun secara proporsional terhadap penurunan dalam aktivitas. Contoh yang termasuk biaya variabel adalah biaya bahan baku langsung, tenaga kerja langsung, beberapa perlengkapan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, alat – alat kecil, pengerjaan ulang, dan unit – unit yang rusak.
¾ Biaya semivariabel didefinisikan sebagai biaya yang memperlihatkan baik karateristik
– karateristik dari biaya tetap maupun biaya variabel. Contoh biaya semivariabel adalah biaya listrik, air, gas, batu bara, bensin, perlengkapan, pemeliharaan, beberapa tenaga kerja tidak langsung, asuransi jiwa kelompok untuk karyawan, biaya pensiun, pajak penghasilan, biaya perjalanan dinas, dan biaya hiburan.
2.1.12 Biaya – biaya Persediaan
Menurut Herjanto,Eddy ( 2007, p242-243 ) unsure – unsure biaya yang terdapat dalam persediaan dapat digolongkan menjadi 3 yaitu :
• Biaya Pemesanan ( Ordering Cost, Procurement Cost ) adalah biaya yang
dikeluarkan sehubungan dengan kegiatan pemesanan bahan/barang, sejak dari penempatan pemesanan sampai tersedianya barang di gudang. Yang termasuk dalam biaya pemesanan meliputi biaya administrasi dan penempatan vendor, biaya pengangkutan dan bongkar muat, biaya penerimaan dan pemeriksaan barang.
• Biaya penyimpanan ( Carrying Cost, Holding Cost ) adalah biaya yang
dikeluarkan berkenaan dengan diadakannya persediaan barang. Yang termasuk biaya ini antara lain biaya sewa gudang, biaya administrasi pergudangan, gaji
pelaksana pergudangan, biaya listrik, biaya modal yang tertanam dalam persediaan, ataupun biaya kerusakan.
• Biaya kekurangan ( Storage Cost, Stockout Cost ) persediaan ini pada dasarnya
bukan biaya nyata, melainkan berupa biaya kehilangan kesempatan yang timbul misalnya karena terhentinya proses produksi sebagai akibat tidak adanya bahan yang diproses, yang antara lain meliputi biaya kehilangan waktu produksi bagi mesin dan karyawan.
Berdasarkan pendapat Zulfikarijah ( 2005, p 13 – 17 ) beberapa masalah keputusan persediaan dapat diselesaikan dengan menggunakan criteria ekonomis, satu syarat mutlak terpenting adalah membuat struktur biaya. Struktur biaya ini memuat biaya persediaan. Biaya persediaan adalah semua pengeluaran dan kerugian yang disebabkan oleh adanya persediaan. Biaya persediaan ini di dalam perusahaan secara umum dibedakan menjadi empat jenis, yaitu :
Biaya pembelian ( purchasing order )
Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk membeli barang, jumlahnya tergantung pada yang dibeli dan harga per unit barang.
Biaya pengadaan ( procurement cost ).
Merupakan biaya yang berhubungan dengan pembelian barang yang tediri dari biaya pemesanan ( ordering cost ) apabila barang yang dikeluarkan berasal dari luar perusahaan dan biaya persiapan ( set-up cost )
Adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan mendatangkan barang dari luar, biaya ini meliputi :
• Biaya menentukan pemasok
• Pengetikan pemesanan
• Pengiriman pesanan
• Biaya pengangkutan
• Biaya penerimaan
b. Biaya persiapan ( set-up cost )
Yaitu semua pengeluaran yang disebabkan oleh kegiatan memproduksi suatu barang, biaya ini berasal dari pabrik yang meliputi :
Biaya menyusun peralatan produksi.
Menyetel mesin.
Mempersiapkan gambar kerja.
Biaya penyimpanan ( carrying cost/holding cost ).
Biaya penyimpanan adalah semua pengeluaran yang disebabkan oleh adanya kegiatan menyimpan barang dalam periode waktu tertentu, biaya ini diwujudkan dalam bentuk persentase nilai rupiah per unit waktu. Biaya ini meliputi :
a. Biaya modal ( cost of capital ). Adanya penumpukan barang dalam persediaan
sama artinya dengan biaya penumpukan modal yang menyebabkan peluang untuk investasi lainnya berkurang. Modal ini dapat diukur dengan besarnya suku
bunga bank, oleh karena itu biaya yang disebabkan oleh karena memilik persediaan harus diperhitungkan dalam biaya system persediaan. Biaya modal diukur sebagai persentasi nilai persediaan untuk periode waktu tertentu.
b. Biaya gudang ( cost of storage ). Biaya gudang adalah biaya yang dikeluarkan
untuk tempat/gudang penyimpanan barang. Apabila gudang yang digunakan adalah sewa, maka biayanya dapat berupa biaya sewa dan apabila gudang adalah milik sendiri, maka biayanya merupakan biaya depresiasi. Adapun termasuk dalam biaya gudang adalah biaya tempat, asuransi, pajak.
c. Biaya keuangan/kadaluarsa (obselence cost ). Penyimpanan barang dalam waktu
yang relative lama dapat berakibat menurun/merosotnya nilai barang, hal ini dapat disebabkan oleh adanya perubahan teknologi, model dan tren konsumen. Biaya ini dapat diukur dengan menghitung besarnya penurunan nilai jual barang tersebut.
d. Biaya kehilangan ( lost cost ) dan biaya kerusakan ( deteroration). Penyimpan
barang dapat mengakibatkan dan penyusutan karena beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena beratnya dapat berkurang atau jumlahnya berkurang karena kehilangan. Biaya keusangan ini diukur dalam persentase berdasarkan pengalaman yang selama ini terjadi
e. Biaya asuransi ( insurance cost ). Akibat lain dalam penyimpanan persediaan
adalah adanya bahaya yang tidak dapat dikendalikan seperti bencana alam, kebakaran, dan lain – lain. Beberapa perusahaan besar mengasuransikan persediaannya untuk mengantisipasi kerugian tersebut, adapun jumlahnya sesuai dengan nilai, jenis persediaan dan kesepakatan dengan pihak asuransi.
f. Biaya administrasi dan pemindahan. Merupakan biaya yang dikeluarkan untuk administarsi persediaan barang yang ada, baik pada saat pemesanan, penerimaan barang, maupun penyimpanannya dan untuk memindahkan dari dan ke tempat penyimpanan termasuk biaya tenaga kerja dan material handling.
Biaya kekurangan persediaan (Stockout cost).
Biaya kekurangan persediaan merefleksi konsekuensi ekonomis yang disebabkan oleh adanya kehabisan persediaan. Kondisi ini sangat merugikan perusahaan karena proses produksi akan terganggu dan kesempatan untuk memperoleh peluang/keuntungan akan hilang atau konsumen dapat pindah ke perusahaan lain karena permintaannya tidak terpenuhi yang pada akhirnya akan berpengaruh pada citra perusahaan. Adapun yang termasuk dalam biaya stockout adalah :
a. Jumlah barang yang tidak terpenuhi. Adanya kehabisan barang menyebabkan
kegiatan proses produksi terhenti dan sejumlah permintaan tidak terpenuhi, sehingga perusahaan akan kehilangan peluang untuk memperoleh pendapatan dan keuntungan. Pengukuran biaya ini didasarkan peluang yang hilang tersebut yang disebut juga dengan biaya penalty dengan satuan Rp/unit.
b. Waktu pemenuhan. Kekurangan persediaan dapat juga berakibat pada
lambatnya waktu penyelesaian barang karena adanya waktu menganggur ini merupakan biaya kehilangan pendapatan. Pengukuran biaya ini didasarkan pada waktu yang diperlukan untuk mengisi gudang dengan satuan Rp/satuan waktu.
c. Biaya pengadaan darurat. Biaya darurat ini seringkali diperlukan sebagai upaya
untuk memenuhi permintaan konsumen dalam kondisi kehabisan persediaan, sehingga biaya yang akan dikeluarkan lebih besar dibandingkan kondisi normal. Besarnya biaya dikarenakan pemesanan yang mendadak dimana perusahaan
tidak mempunyai kesempatan berfikir lebih jauh untuk menentukan pilihannya, baik harga, pemasok, atau biaya – biaya yang mengikutinya. Pengukurannya didasarkan pada pemesanan setiap kali kehabisan persediaanya.
Biaya merupakan sumber daya yang dimiliki perusahaan, yang akan digunakan oleh perusahaan. Sebaliknya dengan mengeluarkan biaya maka perusahaan akan mendapatkan sesuatu yang bermanfaat bagi perusahaan. Biaya persediaan merupakan pengeluaran yang dikeluarkan perusahaan untuk menyimpan persediaan yang akan dimanfaatkan perusahaan untuk proses produksi.
2.1.13 Pengertian Produksi
Produksi merupakan fungsi pokok dalam setiap organisasi, yang mencakup aktivitas yang bertanggung jawab untuk menciptakan nilai tambah produk yang merupakan output dari setiap organisasi ( http://portfolio.petra.ac.id ).
Menurut Reksohadiprodjo, Sukanto ( 2000, p1 ) produksi merupakan penciptaan atau penambahan faedah bentuk, waktu dan tempat atas factor – factor produksi sehingga lebih bermanfaat bagi pemenuhan kebutuhan manusia.
Berdasarkan kesimpulan diatas maka produksi dapat diartikan sebagai suatu proses menghasilkan suatu barang guna mendapatkan nilai lebih dan keuntungan dari barang setelah diproduksi.
2.1.14 Proses Produksi
Menurut Reksohadiprodjo, Sukanto ( 2000, p1 ) proses produksi merupakan cara, metode, teknik pelaksanaan produksi dengan memanfaatkan factor – factor produksi.
Menurut Yulian Yamit, ( 2000, p 54 ) proses adalah cara, metode, teknik untuk penyelenggaraan atau pelaksanaan dari suatu hal tertentu. Sedangkan proses produksi adalah suatu cara, metode, maupun teknik bagaimana kegiatan penciptaan faedah baru atau penambahan faedah tersebut dilaksanakan dalam perusahaan.
Proses produksi ditinjau dari segi arus proses produksi, dapat dibagi menjadi 2 yaitu perusahaan yang melaksanakan proses produksinya dalam perusahaan dengan proses produksi yang sama dari hari ke hari atau proses produksi terus menerus, dan proses produksi yang menggunakan pola atau pelaksanaan proses produksi yang berbeda – beda dari ahri ke hari atau proses produksi terputus – putus.
Proses produksi merupakan rentetan rangkaian dari input sampai barang atau jasa menjadi output
Proses produksi adalah suatu kegiatan dengan melibatkan tenaga manusia, bahan, dan peralatan untuk menghasilkan produk yang berguna atau bernilai lebih. Atau dengan kata lain proses produksi adalah transformasi bahan ( input ) menjadi produk ( output ). Proses ini jika digambarkan akan menjadi seperti berikut ini :
Gambar : 2.2 Proses Produksi
Sumber : Manajement Operasi, Yogyakarta : BPFE Yulian Yamit, 2000
Gambar diatas menunjukkan alur proses produksi dalam manajemen operasi. Input berupa mesin, bahan/komponen, energi, dan desain produk yang ditransformasikan dengan
• Mesin • Bahan/komponen • Energi • Desain produk Proses produksi menggunakan berbagai macam fasilitas produksi • Barang • Jasa • Produk sampingan • Sisa – sisa produksi
menggunakan berbagai fasilitas produksi yang terdapat didalam pabrik output yang berupa barang, jasa, produk sampingan, dan sisa – sisa produksi.
2.1.15 Peramalan
Menurut Render dan Heizer (2001,p 58-59) metode peramalan trend linier merupakan teknik peramalan yang mencocokkaan gari trend ke rangkaian titik data historis dan kemudian memproyeksikan garis itu ke dalam ramalan jangka menengah hingga jangka panjang. Jika mengembangankan garis trend linear dengan metode statistic yang tepat, maka dapat dipakai metode kuadrat terkecil (least square method). Adapun persamaan metode kuadrat terkecil :
Ŷ = a +bx Dimana :
Ŷ = Nilai variabel yang dihitung untuk diprediksi ( disebut variabel tidak bebas ) a = Perpotongan sumbu y
b = Kelandaian garis regresi (atau tingkat perubahan dalam untuk ŷ perubahan tertentu dalam x)
x = Variabel bebas ( waktu )
Kelandaian b di peroleh :
∑ . . .
∑ .
Dimana :
∑ = Tanda penjumlahan
x = Nilai variabel bebas
y = Nilai variabel tidak bebas
= Rata – rata nilai x
= Rata – rata nilai y
n = Jumlah titik data atau observasi
perpotongan y bisa dihitung sebagai berikut :
2.1.16 Sejarah Economic Order Quantity ( EOQ )
Menurut pendapat Zulfikarizah ( 2005, p99 ), pada tahun 1915 FW, Harris mengembangkan rumus yang cukup terkenal yaitu Economic Order Quantity (EOQ). Rumus ini banyak digunakan di perusahaan – perusahaan atas usaha yang dilakukan seorang konsultan yang bernama Wilson. Oleh sebab itu rumus ini sering disebut dengan EOQ Wilson.
Menurut pendapat Schroeder ( 2000, p326 ), menyebutkan bahwa kuantitas pesanan ekonomis atau Economic Order Quantity (EOQ) dikembangkan oleh Fw. Harris pada tahun 1915. kemudian rumus ini bertambah luas penggunaannya didalam industri melalui konsultan bernama Wilson. Walaupun Economic Order Quantity merupakan teknik penentu persedeiaan tertua, namun Economic Order Quantity dengan variasinya banyak digunakan di perusahaan – perusahaaan untuk permintaan independent dalam manajemen persediaan karena relatif digunakan.
2.1.17 EOQ ( Economic Order Quantity )
Berdasar kan pendapat Pardede, Pontas M ( 2005, p422) menyatakan bahwa Economic Order Quantity (EOQ) menunjukkan sejumlah barang yang harus dipesan untuk tiap kali pemesanan agar biaya persediaan keseluruhan menjadi sekecil mungkin
Menurut Rangkuti ( 2004, P 748 ), Economic Order Quantity (EOQ) adalah jumlah pembelian bahan mentah ada setiap kali pemesanan dengan biaya yang paling rendah. Di bawah ini adalah grafik persediaan model EOQ :
Menurut Zulfikarijah ( 2005,p100-105 ) model EOQ sangat aplikatif untuk situasi dimana item dibeli dari perusahaan lain. Model EOQ dapat digunakan dalam menentukan persediaan dengan syarat harus memenuhi beberapa asumsi dibawah ini :
¾ Tingkat penggunaan seragam dan diketahui ( permintaannya konstan ). Misalnya
permintaan setiap hari 200 unit dan permintaan ini diasumsikan berlangsung terus menerus.
¾ Harga item sama untuk semua ukuran pemesanan ( tidak ada potongan harga atau
diskon )
¾ Semua pesanan dikirim pada waktu yang sama ( tidak dalam kondisi back order )
¾ Lead time konstan dan diketahui dengan baik. Pesanan datang tepat pada saat
persediaan habis ( minimal persediaan nol atau tidak terjadi stockout/kehabisan persediaan).
¾ Item merupakan produk tunggal dan tidak ada kaitannya dengan produk lain.
¾ Struktur biaya khusus digunakan dengan cara : biaya item unit konstan dan tidak ada diskon untuk pembelian dalam jumlah besar. Biaya penyimpanan persediaan memiliki fungsi linier untuk sejumlah produk ( tidak ada skala ekonomi dalam biaya penyimpanan ).
Menurut Render dan Heizer ( 2001,p 322-324 ) untuk menghitung Economic Order Quantity (EOQ) dapat menggunakan rumus
Keterangan rumus :
EOQ = Jumlah optimal barang per pesanan
D = Permintaan tahunan barang persediaan, dalam unit
S = Biaya pemesanan untuk setiap pesanan
H = Biaya penyimpanan unit / tahun
Dengan adanya EOQ maka dapat diketahui :
a. Biaya pemesanan tahunan = ( jumlah pesanan per tahun ) X (biaya pemesanan per order)
= EOQ
D
S
=b. Biaya penyimpanan tahunan = (tingkat persediaan rata²) X (biaya penyimpanan 1 unit/tahun)
= Jumlah pesanan ( Biaya penyimpanan 1 unit/tahun ) 2
=
c. Biaya tahunan total = biaya pemesanan + biaya penyimpanan
Gambar 2.3 Penggunaan Persediaan Sepanjang Waktu
0 Waktu
2.1.18 Re-Order Point
Menurut pendapat Render dan Heizer ( 2001,p324) “ Titik pemesanan ulang adalah tingkat persediaan dimana harus dilakukan pemesanan kembali.”
Model persediaan sederhana mengasumsikan bahwa penerimaan suatu pesanan bersifat seketika. Dengan kata lain model – model persediaan mengasumsikan bahwa suatu perusahaan akan menunggu sampai tingkat persediaannya mencapai nol sebelum perusahaan melakukan pemesanan kembali dan kiriman pasti sampai tepat waktu.
Rumus Re-oreder Point yaitu :
Jumlah yang dipesan = Q
(tingkat persediaan maksimum) Persediaan minimum Tingkat penggunaan Tingkat Persediaan
Persediaan ditangan rata – rata
2
ROP = permintaan per hari x lead time untuk pemesanaan baru (dalam hari)
= d x L
Keterangan rumus :
ROP = Re-order Point
d = Permintaan per hari
L = Lead time untuk pemesanan baru (dalam hari)
Gambar 2.4 Kurva Reorder Point
Q
2.1.19 Safety Stock ( Persediaan Pengaman)
Menurut Assauri (2004,p 186) safety stock (persediaan pengaman) adalah persediaan tambahan yang disediakan untuk menjaga kemungkinan terjadinya kekurangan bahan (stockout)
Kemungkinan terjadinya stockout dapat disebabkan karena penggunaan bahan baku
yang lebih besar daripada perkiraan semula, atau adanya keterlambatan dalam penerimaan bahan baku yang dipesan. Akibat pengadaan persediaan penyelamat terhadap biaya perusahaan adalah mengurangi kerugian yang ditimbulkan karena terjadinya “stockout”, akan tetapi sebaliknya akan menambah besarnya “carrying cost”. Oleh karena itu pengadaan
Stope = unit/hari = d
Waktu utama = L
Waktu (dalam hari ) ROP
persediaan penyelamat oleh perusahaan dimaksudkan untuk mengurangi kerugian yang ditimbulakn karena terjadinya stockout, tetapi juga pada saat itu diusahakan agar carrying cost adalah serendah mungkin.
Berdasarkan pendapat Assauri (2004, p 186 – 187) faktor – faktor yang menentukan besarnya persediaan penyelamat adalah :
Penggunaan bahan baku rata – rata.
Salah satu dasar untuk memperkirakan penggunaan bahan baku selama periode tertentu, khususnya selama periode pemesanan adalah rata –rata penggunaan bahan baku pada masa sebelumnya. Hal ini perlu diperhatikan karena setelah kita mengadakan pesanan (order) penggantian, maka pemenuhan kebutuhan atau permintaan dari pelanggan sebelum barang yang dipesan datang, harus dapat dipenuhi dari persediaan (stock) yang ada.
Faktor waktu atau lead time.
Lead time adalah lamanya waktu antara mulai dilakukannya pemesanan bahan – bahan sampai dengan kedatangan bahan tersebut dan diterima di gudang persediaan.
Rumus safety stock
Keterangan rumus :
max = tingkat maksimum permintaan per unit ( biasanya per tahun )
= tingkat permintaan rata – rata
L =
lead time
EOQ merupakan model persediaan yang bertujuan untuk menentukan jumlah pesanan yang dilakukan perusahaan sehingga biaya yang dikeluarkan perusahaan menjadi minim. Re-order Point merupakan tingkat persediaan, dimana perusahaan harus melakukan pemesanan kembali. Safety stock merupakan persediaan tambahan yang digunakan apabila perusahaan mengalami kekurangan jumlah persediaan.
2.2 Kerangka pemikiran Gambar 2.5 Input Peramalan Kebutuhan Persediaan Bahan Baku Implikasi Hasil Penelitian Reorder Point (ROP) Pengendalian Persediaan Bahan Baku Permintaan Persediaan Bahan Baku
Economic Order Quantity (EOQ)
Safety Stock ( SS )
Peramalan Linier Peramalan Moving
Average
Peramalan Weight
Moving Average
Peramalan Konstan
Mean Squared Error (MSE) yang Paling Kecil