• Tidak ada hasil yang ditemukan

BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa adalah sebuah keniscayaan. Interaksi sebagai bagian. kebutuhan dasar manusia karena manusia tidak bisa hidup selain

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2021

Membagikan "BAB I PENDAHULUAN. dan bangsa adalah sebuah keniscayaan. Interaksi sebagai bagian. kebutuhan dasar manusia karena manusia tidak bisa hidup selain"

Copied!
47
0
0

Teks penuh

(1)

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Interaksi antarindividu, antarkomunitas, antarsuku, antargolongan dan bangsa adalah sebuah keniscayaan. Interaksi sebagai bagian kebutuhan dasar manusia karena manusia tidak bisa hidup selain berdampingan dengan manusia yang lain. Interaksi tersebut diwarnai perbedaan kepentingan yang tidak sedikit berakibat pada konflik. Tahap lanjut dalam konflik biasanya adalah munculnya kekerasan.

Konflik di Indonesia menunjukkan sifatnya yang terbuka dan intensitasnya meningga semenjak reformasi bergulir. Dari sisi kualitas, konflik bertambah dan dari sisi intensitas konflik juga semakin mengerikan. Konflik horizontal terjadi baik di tingkat daerah, seperti desa, kabupaten/kota, provinsi ataupun pusat yaitu konflik yang terjadi di dalam parlemen, di dalam lembaga kepresidenan, ataupun lembaga kepresidenan dengan parlemen. Sumber-sumber konflik beragam, mulai dari hal yang sepele, kesalahpahaman hingga persoalan prinsip perbedaan keagamaan. Tidak sedikit pula konflik terjadi akibat perebuatan sumber daya dan ekonomi, serta karena sebab-sebab lainnya. Pada aras yang paling rendah, konflik atau ketegangan terjadi di antara anggota masyarakat (Susanti, tt:1).

(2)

Selama tahun 2008, sebanyak 1.136 konflik terjadi di Indonesia. Artinya terjadi 3 kali konflik setiap harinya. Konflik yang menonjol adalah penghakimam masa sebanyak 30% (338 kasus), tawuran 21% (240 kasus), konflik politik 18% (180 kasus), konflik sumber daya ekonomi 11% (123 kasus), konflik sumber daya alam 10% (109 kasus), pengeroyokan 4% (47 kasus), konflik etnis/agama 2% (28 kasus), konflik antaraparat 1% (15 kasus), lain-lain 5% (56 kasus). Wilayah yang paling banyak terjadi konflik secara berurutan adalah Jawa Barat (125 kasus), Sulawesi Selatan (124), Nangro Aceh Darussalam (90), DKI Jakarta (68 kasus), dan Sumatera Utara (66 kasus) (Warta Titian-Damai, Februari 2009:1-2).

Konflik sosial, menurut Bebbington sebagaimana dikutip Dharmawan, bisa berlangsung pada aras antar-ruang kekuasaan. Terdapat tiga ruang kekuasaan yang dikenal dalam sebuah sistem sosial kemasyarakatan, yaitu “ruang kekuasaan negara”, “masyarakat sipil atau kolektivitas-sosial”, dan “sektor swasta” (Bebbington, 1997; dan Luckham, 1998). Konflik sosial bisa berlangsung di dalam setiap ruangan ataupun melibatkan agensi atau struktur antar-ruangan kekuasaan (Arya Hadi Dharmawan, Makalah Seminar, 2007, 2).

(3)

Gambar 1 Tiga Ruang Konflik

“Ruang Kekuasaan” dimana konflik sosial mungkin berlangsung

Sumber: Dharmawan

Konflik-konflik dapat menjadi pembelajaran demokrasi atau pendidikan politik yang baik bagi masyarakat apabila konsensus yang dihasilkan di antara pihak yang berkonflik dapat dikelola dengan baik sehingga melahirkan keadaan yang labih baik di masyarakat. Sebaliknya, konflik menjadi suatu hal yang menakutkan bagi masyarakat manakala elit tidak dapat mengelola konflik dengan baik. Konflik potensial melahirkan ketegangan dalam masyarakat baik secara horizontal ataupun vertikal, oleh karena itu diperlukan penanganan konflik secara komprehensif. Penanganan konflik secara komprehensif ini tidak hanya dari sisi peraturannya saja, tetapi juga peningkatan kualitas sumber daya yang ada dan kepemimpinan lokal dan nasional yang kuat dan dapat menjadi contoh teladan masyarakat.

Modul ini memberikan gambaran kepada Saudara mengenai anatomi konflik dan alat-alat yang digunakan untuk menganalisis konflik. Analisis konflik diperlukan untuk menentukan strategi

Masyarakat sipil atau kolektivias sosial Masyarakat sipil atau kolektivias sosial Masyarakat sipil atau kolektivias sosial

(4)

B. Deskripsi Singkat

Konflik dapat terjadi dalam bentuknya yang laten atau terbuka dalam bentuk kekerasan. Konflik terbuka dalam bentuk kekerasan tidak selamanya menggambarkan sumber konflik yang sejatinya. Anatomi konflik memberikan gambaran sumber konflik, pemicu, dan dampak dari konflik. Banyak alat yang dapat digunakan untuk menganalisis konflik. Alat tersebut merupakan cara memetakan konflik yang bermanfaat untuk digunakan sebagai sarana menentukan strategi pengelolaan konflik.

C. Tujuan Pembelajaran 1. Kompetensi Dasar

Setelah pembelajaran selesai, Saudara diharapkan dapat menerapkan analisis konflik.

2. Indikator Keberhasilan

Secara khusus kemampuan yang diharapkan setelah mengikuti diklat sebagai berikut:

a. Menjelaskan konsep anatomi konflik. b. Menyebutkan sumber-sumber konflik. c. Menerapkan analisis konflik.

(5)

3. Peta Kompetensi

Bagan 1: Peta Kompetensi

D. Materi Pokok dan Sub Materi Pokok 1. Konsep anatomi konfli

a. Pengertian dan tujuan

b. Pemetaan konflik

2. Sumber-sumber konflik

a. Agama b. Politik c. Sosial

d. Sumber Daya Alam

3. Analisis konflik

a. Segitiga SPK

b. Analogi Bawang Bombay c. Pohon Konflik

d. Analisis Kekuatan Konflik e. Analogi Pilar f. Piramida Menjelaskan konsep anatomi konflik Menyebutkan sumber-sumber konflik Menerapkan analisis konflik

(6)

BAB II

ANATOMI KONFLIK

A. Indikator Keberhasilan

Setelah pembelajaran selesai, Saudara diharapkan mampu menjelaskan anatomi konflik.

B. Konflik, Kekerasan dan Perdamaian

Konflik merupakan refleksi dari kondisi psikis manusia dalam kerangka interaksi manusia yang dipengaruhi oleh ego dan superego setiap individu. Konflik selalu ada di alam maupun dalam kehidupan manusia sebagai individu. Konflik tidak selalu berakibat negative, namun konflik yang dikelola secara positif dapat menimbulkan perubahan. Konflik dapat mengubah pemahaman seseorang terhadap sesamanya. Konflik dapat pula mendorong manusia melakukan mobilisasi sumber daya menggunakan cara-cara baru. Konflik juga membawa manusia pada klarifikasi pilihan-pilihan dan kekuatan untuk mencari penyelesaiannya (Ichsan Malik, dkk., 148).

Sejarah mencatat bahwa sebagian besar konflik yang timbul antar manusia (antar golongan, jenis kelamin, suku, ras dan agama) diselesaikan dengan cara kekerasan penuh dengan kebencian dan kejam yang mengakibatkan ratusan ribu manusia kehilangan orang, kehilangan harta bendanya, keluarganya, hancurnya lingkungan hidup bahkan jutaan nyaawa harus melayang secara sia-sia. Pada umumnya masyarakat memahami istilah konflik sebagai hubungan antara dua

(7)

pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memilki, atau yang merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Konflik merupakan situasi ketidaksepahaman yang melibatkan pihak-pihak karena merasa terancam dalam memenuhi kebutuhan dan keinginannya (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 2007:3).

Liliweri Alo Liliweri dalam Prasangka dan Konflik: Komunikasi Lintas Budaya Masyarakat Multikultur, 2005:250) berpendapat bahwa sebuah pertentangan dapat disebut sebagai konflik bila memenuhi serangkaian prasyarat sebagai berikut:

a. sebuah konflik harus melibatkan dua atau lebih pihak di dalamnya. b. pihak-pihak teresbut saling tarik menarik dalam aksi-aksi saling

memusuhi (mutually opposing actions).

c. mereka biasanya cenderung menjalankan perilaku koersif untuk menghadapi dan menghancurkan sang musuh.

d. interaksi pertentangan di antara pihak-pihak itu berada dalam keadaan yang tegas, karena itu keberadaan peristiwa pertentangan dapat dideteksi dan dimufakati dengan mudah oleh para pengamat yang tidak terlibat dalam pertentangan.

Berangkat dari ciri-ciri tersebut dapat digambarkan secara sederhana bahwa sebuah konflik dicirikan oleh:

(8)

b. mereka memiliki perasaan saling memusuhi atau saling berlawanan (mutually opposed)

c. mereka yang terlibat konflik itu berjumlah sekurang-kurangnya dua pihak.

Kekerasan sendiri diartikan sebagai tindakan, perkataan, sikap, bebagai struktur atau sistem yang menyebabkan kerusakan secara fisik, mental, sosial atau lingkungan, dan atau menghalangi seseorang untuk meraih potensinya secara penuh.

Istilah konflik biasa disandingkan dengan istilah damai, karena dapat dipastikan semua orang menghendaki damai, kedamaian, dan perdamaian. Damai memiliki banyak arti: arti kedamaian berubah sesuai dengan hubungannya dengan kalimat. Perdamaian dapat menunjuk ke persetujuan mengakhiri sebuah perang, atau ketiadaan perang, atau ke sebuah periode di mana sebuah angkatan bersenjata tidak memerangi musuh. Damai dapat juga berarti sebuah keadaan tenang, seperti yang umum di tempat-tempat yang terpencil, mengijinkan untuk tidur atau meditasi.

Sebuah definisi yang sederhana dan sempit dari damai adalah ketiadaan perang. Definisi ini tidak mewakili unsur kedamaian yang lain. Meski tiada perang, tapi bentuk kekerasan lain masih ada dikatakan tidak damai. Perdamaian tidak semata karena ketiadaan perang dan kekerasan, perdamaian menuntut adanya keadilan. Sebuah negara dikatakan tidak damai selagi masih ada tekanan dan

(9)

intervensi dari negara lain. Bahkan kedamaian itu meliputi hubungan dengan alam dan kosmos. Seperti damai yang dimaknai masyarakat Wilayah Danau Besar Afrika, sebagai kindoki, yang menunjuk kepada keseimbangan yang harmonis antara manusia, dan dunia alam lainnya, dan juga kosmos. Pandangan ini lebih luas dari damai yang berarti "ketiadaan perang" atau bahkan "kehadiran keadilan".

Seseorang mengatakan damai, apabila dia menemukan suatu ketenangan, seperti terbebas dari kebisingan. Kata damai dan tenang terungkap seseorang ketika mendapati suasana yang tenang dan damai seperti di kampung. Kedamaian demikian menyangkut kondisi luar. Damai juga menyangkut internal orang. Seseorang berkata jiwa saya damai atau tenang. Dalam agama sering menyebut semoga damai menyertai anda.

1. Elemen Konflik

Konflik dapat diidentifikasi dari elemen-elemennya. Elemen konflik meliputi aktor, isu, proses, dan konteks. Aktor adalah pihak yang merencanakan, menjadi pelaku atau korban dari sebuah konflik. Mereka punya nilai, kepentingan, kedudukan yang berbeda-beda. Isu atau masalah merupakan latar belakang yang menyebabkan konflik. Masalah konflik sangat beragam, seperti ekonomi, sumber daya alam, politik, budaya, dan sebagainya. Konflik berproses dari ketegangan sampai puncak atau terjadi

(10)

ketegangan dan ada saat-saat menuju kesepakatan damai. Konflik terjadi dalam masyarakat tertentu di wilayah tertentu dengan perbedaan satu tempat dengan lainnya (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 4).

2. Ragam Konflik

Konflik dapat dikategorikan berdasarkan isu dan pihak yang terlibat. Berdasarkan isunya dikenal konflik sumber daya alam, perburuhan, dan sebagainya. Berdasarkan pihak-pihak yang berkonflik, kita mengenal kategori konflik vertikal dan horisontal. Konflik vertikal terjadi antara kelompok masyarakat dengan negara. Konflik kelompok separatis dengan negara dan demonstrasi menuntut negara merupakan bentuk konflik vertikal. Konflik horisontal merupakan merupakan konflik antarkelompok dalam masyarakat seperti konflik antarkomunitas, antarkelompok agama, dan antarsuku. Konflik juga dapat dikategorikan secara sektoral, seperti konflik ekonomi, konflik agama, konflik politik, konflik suku, dan sebagainya. Level konflik juga bisa bertingkat, mulai dari level terkecil berupa individu dan interpersola, komunitas, masyarakat, nasional, internasional, hingga konflik global (Ichsan Malik, 2008:44).

Konflik dibedakan di antara dua sumbu: sasaran dan perilaku. Hal tersebut sesuai dengan definisi konflik sebagai hubungan

(11)

antara dua pihak atau lebih (individu atau kelompok) yang memiliki, atau merasa memiliki, sasaran-sasaran yang tidak sejalan. Keempat model konflik menunjukkan hubungan antara berbagai sasaran dan perilaku serta implikasinya dalam konteks konflik. Tujuannya adalah untuk menggambarkan tipe-tipe konflik yang menuntun ke beragai bentuk kemungkinan intervensi.

C. Latihan

1. Tentukan satu konflik yang terjadi di tempat Saudara tinggal lalu tetapkan elemen-elemennya dan level konfliknya!

2. Bentuklah kelompok 5-7 orang. Setiap orang diminta menyebutkan konflik di daerahnya, lalu identifikasi termasuk dalam ragam apa!.

D. Rangkuman

Konflik merupakan refleksi dari kondisi psikis manusia dalam kerangka interaksi manusia yang dipengaruhi oleh ego dan superego setiap individu. Konflik dapat berakibat positif dan negatif. Unsur konflik meliputi dua atau lebih pihak, saling tarik-menarik, cenderung menjalankan perilaku koersif, adanya interaksi pertentangan. Konflik yang berwujud pada tindakan, perkataan, sikap, berbagai struktur atau sistem yang menyebabkan kerusakan secara fisik, mental, sosial atau lingkungan, dan atau menghalangi seseorang untuk meraih potensinya

(12)

secara penuh masuk dalam kategori kekerasan. Adapun damai adalah keadaan damai dan tiada perang yang diselimuti keadilan.

Konflik memiliki elemen yang meliputi aktor, isu, proses, dan konteks. Konflik dapat dikategorikan berdasarkan isu dan pihak yang terlibat. Level konflik juga bisa bertingkat, mulai dari level terkecil berupa individu dan interpersola, komunitas, masyarakat, nasional, internasional, hingga konflik global.

E. Evaluasi

1. Di bawah ini tidak termasuk fakta konflik adalah…. a. refleksi psikologis

b. kondisi darurat

c. selalu ada dalam kehidupan manusia d. berdampak positif dan negatif

2. Yang tidak termasuk syarat adanya konflik adalah…. e. dua atau lebih pihak

f. saling tarik-menarik

g. cenderung menjalankan perilaku koersif h. perjanjian damai

3. Kekerasan umumnya sudah menyangkut tindakan dalam bentuk…. a. fisik

b. ketegangan c. perbedaan

(13)

d. stereotip

4. Yang tidak termasuk syarat damai adalah…. a. keadilan

b. genjatan senjata c. sengketa

d. keadaan tenang

5. Di bawah ini tidak termasuk etimologi damai adalah…. a. persetujuan mengakhiri perang

b. periode tidak memerangi musuh c. perang

d. keadaan tenang

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cobalah bandingkan jawaban Saudara atas evaluasi di atas dengan kunci jawaban yang telah disediakan dalam lampiran. Jika jawaban Saudara seluruhnya benar, maka Saudara telah menguasai materi bab ini dengan bagus. Jika jawaban Saudara kurang dari lima puluh persen, maka Saudara disarankan mendalami lagi materi ini dengan seksama.

(14)

BAB III

SUMBER-SUMBER KONFLIK

A. Indikator Keberhasilan

Setelah pembelajaran selesai, Saudara diharapkan mampu menjelaskan sumber-sumber konflik.

B. Sumber-sumber Konflik

Masyarakat memiliki perspektif atau pandangan yang berbeda tentang hidup dan masalah-masalahnya. Mereka memiliki sejarah dan karakter yang tidak sama. Mereka dilahirkan dalam suatu cara hidup yang berbeda. Mereka pun memiliki nilai-nilai yang memandu pikiran dan perilaku serta memotivasi mereka dalam mengambil tindakan tertentu atau menolak tindakan lainnya.

Perbedaan-perbedaan pandangan dan tujuan sering dipandang sebagai masalah yang hanya dapat diselesaikan jika semua memiliki maksud yang sama, atau ketika suatu pandangan lebih kuat dari suatu pandangan yang lain. Kemungkinan lain, perbedaan-perbedaan itu dapat dilihat sebagai sumber daya yang menuntun ke arah pemahaman yang lebih luas terhadap suatu masalah, dan perbaikan situasi yang sedang dihadapi.

Sebuah konflik dapat dilihat dari konteks dan sumber atau sebabnya. Mengenai konteks terjadi konflik dapat terjadi antarpribadi, antarkelompok, komunitas, regional, di dalam negara, atau bahkan antarnegara. Mengenai sumber konflik dapat beragam, bisa karena

(15)

ketidaksetaraan atau perbedaan disposisi, persepsi, orientasi nilai, sikap dan tindakan dalam merespon situasi sosial, historis, kesadaran sosial, ekonomi, politik, ideologi, termasuk situasi yang berkaitan dengan kejadian-kejadian mutakhir konflik sosial (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 2007:4-5).

Berikut adalah sumber konflik dalam konteks antarpribadi, komunitas kecil, dan komunal.

Konteks Sosial Budaya Historis Kesadaran Sosial Ekonomi Ideologi dan politik Kejadian mutakhir Antarpribadi Perbedaan; kebudayaan, tradisi, agama, adat, bahasa, dll. Pikiran tentang LAWAN dan MUSUH Cerita lisan Stereotip sosial Kehilangan pekerjaan Pilihan politik, identitas politik Pendapat umum yang buruk, rumor Komunitas kecil Perbedaan: kebudayaan, tradisi, identifikasi kelompok, agama, adat, kebiasaan Cara hidup, sejarah, keluarga, catatan masa lalu Stereotip sosial, prasangka Akses untuk mendapat pekerjaan Afiliasi politik dan etnisitas mendorong konflik politik, identitas politik Daya tarik media Komunal Perbedaan: kebudayaan, tradisi, simbol, Cara hidup, cara pikir, Stereotip sosial dan prasangka Tempat tugas, jabatan, kebudayaan, Perwakilan dlm pem lokal, keseimbangan dlm adm. Kejadian kecil yang menarik

(16)

dan agama kerja keseimbangan pol, etnifikasi konflik pol Sumber: Alo Liliweri, Prasangka dan Konflik hal, 258 – 259

Fisher mengidentifikasi beberapa sumber konflik, yaitu kekuasaan, identitas, budaya, jender, dan hak asasi manusia (Simon Fisher (dkk.), 2001:37-38).

1. Identitas.

Identitas diperoleh dari rasa memiliki suatu budaya. Dalam konflik, apa yang dirasakan orang mengenai siapa diri mereka dapat berubah dan menjadi sumber kekuatan untuk melakukan peningkatan. Sementara orang lain memiliki cara pandang terhadap mereka yang dapat berubah menjadi subjek serangan.

2. Kekuasaan.

Kekuasaan menjadi salah satu unsur penting dalam kehidupan masyarakat. Banyak orang berusaha meraihnya, dan banyak pula yang merasa takut kehilangan kekuasaan. Banyaknya pihak yang berupaya meraih kekuasaan, sedangkan sumber kekuasaan terbatas dapat menimbulkan konflik di antara mereka. Bahkan dalam kondisi tertentu, kekuasaan satu pihak lebih besar dari pihak lain.

3. Budaya.

(17)

menghormati budayanya dan seringkali mempertahankan dari pengaruh-pengaruh luar. Mereka memiliki cara yang beragam untuk mempertahankan budaya. Pertentangan antarbudaya tak terelakkan lagi. Masyarakat menggunakan metode-metode tradisional untuk menangani konflik di antara mereka dan dengan pihak luar.

4. Jender.

Orang dilahirkan sebagai perempuan atau laki-laki, tetapi masing-masing belajar menjadi gadis dan pemuda yang tumbuh menjadi wanita dan pria. Mereka diajari perilaku dan sikap, peran dan aktivitas, yang pantas bagi mereka, dan bagaimana seharusnya mereka berhubungan dengan orang lain. Perilaku yang dipelajari inilah yang menciptakan identitas jender dan menentukan peranan jender (Simon Fisher, dkk., 48).

Dominasi laki-laki dalam masyarakat bukan hanya karena mereka 'jantan', tetapi lebih dari itu, mereka memiliki akses dengan kekuasaan untuk memperoleh status. Misalnya, mereka menguasai lembaga legislatif, eksekutif, dominan di lembaga-lembaga hukum dan peradilan, pemilik sumber-sumber produksi, menguasai organisasi keagamaan, organisasi profesi, dan lembaga-lembaga pendidikan tinggi. Sementara itu, perempuan ditempatkan di posisi inferior. Peran mereka amat terbatas, sehingga akses untuk

(18)

mendapatkan status lebih rendah dari laki-laki.

Peran jender tidak berdiri sendiri, melainkan terkait dengan identitas dan berbagai karakteristik yang diasumsikan masyarakat kepada laki-laki dan perempuan. Sebab, terjadinya ketimpangan status antara laki-laki dan perempuan lebih dari sekadar perbedaan fisik-biologis, tetapi juga segenap nilai sosial-budaya yang hidup dalam masyarakat turut memberikan andil (Muhammad Maksum dan Susanto, 2007:5).

5. Hak.

Hak merupakan sumber konflik sosial yang vital. Perjuangan untuk mendapatkan hak dan menghilangkan konflik berbasis hak adalah upaya pemenuhan dan perlindungan terhadap hak.

Hak asasi manusia merupakan istilah untuk menggantikan rights of man, yang mana istilah terakhir ini juga pengganti dari istilah natural rights yang dikenal luas pada masa pencerahan (enlightenment). Karena istilah rights of man tidak mencakup hak untuk perempuan, Eleanor Roosevelt, mengusulkan istilah human rights yang lebih netral dan mencakup hak laki-laki dan perempuan (Satya Arinanto dalam E. Shobirin Najd dan Naning Mardiniah (ed), 2000:3-4).

HAM adalah hak yang melekat pada diri manusia yang bersifat kodrati dan fundamental sebagai suatu anugerah Allah yang harus dihormati, dijaga, dan dilindungi oleh setiap individu, masyarakat,

(19)

atau Negara (Tim ICCE UIN Jakarta, 2000:200).

Pada pasal 1 Undang-undang Nomor 39 Tahun 1999 tentang Hak Asasi Manusia menyebutkan: “Hak asasi manusia (HAM) adalah seperangkat hak yang melekat pada hakekat dan keberadaan manusia sebagai makhluk Tuhan Yang Maha Esa dan merupakan anugerah-Nya yang wajib dihormati, dijunjung tinggi, dan dilindungi oleh negara, hukum, pemerintahan, dan setiap orang demi kehormatan serta perlindungan harkat dan martabat manusia” (Indonesia, UU HAM 1999, [Jakarta: Sinar Grafika, 2000:3]).

Terminolgi HAM, menurut Manfred Nowak, dibedakan antara dua pengertian; human rights dan fundamental rights. Human rights mengacu kepada hukum internasional dan fundamental rights mengacu pada hukum nasional. Dari segi subjek, human rights adalah bagi setiap orang (everyone) dan fundamental rights bagi warga negara (citizen rights), dan dari sifatnya, human rights bersifat individual sementara fundamental rights bersifat kolektif (Manfred Nowak, 2003:4).

Dalam konteks Indonesia, menurut Malik (2008:40), sumber-sumber konflik yang terjadi di Indonesia meliputi konflik hubungan sosial psikologis, konflik kepentingan, konflik data, konflik struktural, dan konflik nilai-nilai adat. Konflik yang terjadi di Indonesia umumnya disebabkan oleh lebih dari dua sumber konflik.

(20)

1. Konflik struktural. Konflik ini terjadi karena adanya ketimpangan dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya (tanah, tambang, dan hutan). Pihak yang berkuasa dan memiliki wewenang formal untuk menetapkan kebijakan umum, biasanya lebih memiliki peluang untuk menguasai akses dan melakukan kotrol sepihak terhadap pihak lain. Kebijakan yang tidak adil dan seringkali melibatkan kekuatan negara, seperti militer, dapat menimbulkan konflik struktural. Konflik Aceh dan Papua adalah sebagai contoh model konflik struktural.

2. Konflik kepentingan disebabkan persaingan kepentingan yang dirasakan atau yang secara nyata memang tidak bersesuaian. Konflik terjadi ketika satu pihak atau lebih meyakini bahwa untuk memuaskan kebutuhannya pihak lain harus dikorbankan dan biasanya yang menjadi korban adalah masyarakat luas. Konflik ini biasa terjadi karena persaingan manipulatif atau tidak sehat antardua belah pihak.

3. Konflik nilai disebabkan oleh sistem-sistem kepercayaan yang tidak bersesuaian, entah itu dirasa atau memang ada. Nilai adalah kepercayaan yang dipakai orang untuk memberi arti pada kehidupannya. Nilai menjelaskan mana yang baik dan buruk, benar atau salah, adil atau tidak. Konflik nilai terjadi manakala satu pihak memaksakan nilainya kepada pihak lain atau mengklaim sistem nilainya yang paling benar, sedangkan

(21)

yang lain salah.

4. Konflik hubungan sosial psikologis terjadi karena adanya persepsi dan prasangka yang negatif dalam interaksi sosial. Prasangka adalah sifat yang negatif terhadap kelompok atau individu tertentu semata-mata karena keanggotannya dalam kelompok tertentu. Prasangka muncul karena adanya bias persepsi (stereotip), yang memunculkan penilaian yang tidak berdasar dan mengambil sikap sebelum menilai dengan cermat. 5. Konflik data terjadi ketika seseorang kekurangan informasi yang dibutuhkan untuk mengambil keputusan yang bijaksana, mendapat informasi yang salah, tidak sepakat mengenai apa saja data yang relevan, menerjemahkan informasi dengan cara yang berbeda, atau memakai tata cara pengkajian yang berbeda (Ichsan Malik, 41-43).

C. Agama Dan Konflik

Banyak kasus ditengarai bermotif keagamaan atau bersumber dari ketersinggungan agama, seperti kerusuhan Ambon (mulai 1998), Poso (mulai 1998), Maluku Utara (2000), kasus Ahmadiyah di berbagai tempat, pendirian tempat ibadah, pengusiran terhadap kelompok Syiah, dan kasus-kasus lain. Konflik-konflik bernuansa agama tersebut sebagiannya disebabkan karena keyakinan agama, namun sebagian

(22)

Teks-teks agama membuka peluang adanya tafsir. Bahkan kalimat-kalimat tertentu dalam bahasa Arab mengandung arti ganda yang tentunya berdampak pada perbedaan penafsiran. Penganut agama meyakini tafsir tertentu sedangkan penganut yang lain mengikuti tafsir yang lain. Perbedaan ini menjadi salah satu sumber konflik. Selain faktor yang terkait dengan doktrin seperti disebutkan di atas, ada faktor-faktor keagamaan lain yang secara tidak langsung dapat menimbulkan konflik di antara umat beragama. Di antaranya: 1) Penyiaran agama, 2)Bantuan keagamaan dari luar negeri, 3) Perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda, 4) Pengangkatan anak, 5)Pendidikan agama, 6)Perayaan hari besar keagamaan, 7)Perawatan dan pemakaman jenazah, 8)Penodaan agama, 9)Kegiatan kelompok sempalan 10)Transparansi informasi keagamaan dan 11)Pendirian rumat ibadat (Dikutip dari Ismail Fahmi "Konflik

Agama-Agama di Indonesia",

http://msibki3.blogspot.com/2013/03/konflik-agama-agama-di-indonesia.html).

Konflik sosial yang berbau agama bisa disebabkan oleh beberapa faktor, di antaranya adanya klaim kebenaran (truth claim), pengkaburan persepsi antar wilayah agama dan suku, adanya doktrin jihad dan kurangnya sikap toleran dalam kehidupan beragama, dan minimnya pemahaman terhadap ideologi pluralism (Dikutip dari Ismail Fahmi "Konflik Agama-Agama di Indonesia",

(23)

http://msibki3.blogspot.com/2013/03/konflik-agama-agama-di-indonesia.html). UU UU Nomor 7 Tahun 2012 Tentang Penanganan

Konflik Sosial Pasal 5 menyebutkan beberapa faktor konflik sosial, yaitu:

a. permasalahan yang berkaitan dengan politik, ekonomi, dan sosial budaya;

b. perseteruan antarumat beragama dan/atau interumat beragama, antarsuku, dan antaretnis;

c. sengketa batas wilayah desa, kabupaten/kota, dan/atau provinsi; d. sengketa sumber daya alam antarmasyarakat dan/atau

antarmasyarakat dengan pelaku usaha; atau

e. distribusi sumber daya alam yang tidak seimbang dalam masyarakat.

D. Latihan

3. Diskusikan konflik agama yang terjadi di tempat Saudara. Adakah agama sebagai sebab utama konflik!

4. Buatlah skala sebab-sebab konflik dari konflik yang telah Saudara identifikasi dengan kelompok. Urutkan dari sebab tertinggi hingga terendah!

(24)

budaya, jender, dan hak asasi manusia. Sumber konflik yang lainnya adalah hubungan sosial psikologis, kepentingan, data, struktural, dan nilai-nilai adat. Konflik struktural terjadi karena adanya ketimpangan dalam akses dan kontrol terhadap sumber daya (tanah, tambang, dan hutan). Konflik kepentingan disebabkan persaingan kepentingan yang dirasakan atau yang secara nyata memang tidak bersesuaian. Konflik nilai disebabkan oleh sistem-sistem kepercayaan yang tidak bersesuaian, entah itu dirasa atau memang ada. Konflik hubungan sosial psikologis terjadi karena adanya persepsi dan prasangka yang negatif dalam interaksi sosial.

Sumber konflik agama antara lain perbedaan tafsir, penyiaran agama, bantuan keagamaan dari luar negeri, perkawinan antar pemeluk agama yang berbeda, pengangkatan anak, pendidikan agama, perayaan hari besar keagamaan, perawatan dan pemakaman jenazah, penodaan agama, kegiatan kelompok sempalan, transparansi informasi keagamaan, dan pendirian rumah ibadat.

F. Evaluasi

1. Di bawah ini tidak termasuk sumber konflik adalah…. a. kekuasaan

b. identitas c. budaya d. komunitas

(25)

2. Laki-laki dan perempuan merupakan…. a. jender

b. kodrat

c. sosial-budaya d. konstruk sosial

3. Titik tekan jender adalah….

a. hubungan manusia dengan Tuhan b. kodrat manusia

c. jenis kelamin d. pembagian peran

4. Yang tidak termasuk dalam istilah hak asasi manusia adalah…. a. rights of man

b. natural rights c. essential rights d. human rights

5. Hak asasi manusia merupakan…. a. pemberian Tuhan

b. pemberian manusia c. kesepakatan bersama d. kontrak sosial

(26)

kunci jawaban yang telah disediakan dalam lampiran. Jika jawaban Saudara seluruhnya benar, maka Saudara telah menguasai materi bab ini dengan bagus. Jika jawaban Saudara kurang dari lima puluh persen, maka Saudara disarankan mendalami lagi materi ini dengan seksama.

(27)

BAB IV

ANALISIS KONFLIK

A. Indikator Keberhasilan

Setelah pembelajaran selesai, Saudara diharapkan mampu menggunakan alat-alat bantu berikut untuk menganalisis konflik.

B. Analisis Konflik

Analisis konflik adalah suatu proses praktis untuk mengkaji dan memahami kenyataan konflik dari berbagai sudut pandang. Analisis konflik berguna untuk mengembangkan strategi dan merencanakan tindakan. Ada beberapa alasan kenapa analisis konflik diperlukan, yaitu:

1. Untuk memahami latar belakang dan sejarah suatu situasi dan kejadian-kejadian saat ini.

2. Untuk mengidentifikasi semua kelompok yang terlibat, tidak hanya kelompok yang menonjol saja.

3. Untuk mengetahui pandangan semua kelompok dan lebih mengetahui bagaimana hubungannya satu sama lain.

4. Untuk mengidentifikasi faktor-faktor dan kecenderungan-kecenderungan yang mendasari konflik.

5. Untuk belajar dari kegagalan dan juga kesuksesan (Simon Fisher dkk., 2001:17).

(28)

ditawarkan oleh Ichsan Malik dan Fisher (dkk.). Alat analisis yang ditawarkan Malik meliputi; analisis 5W1H dan PPP (when, where, what, who, why, how, problem, parties, dan process), analisis fase konflik, analisis SAT (struktural, trigger, akselerator), analisis sekuritisasi, analisis de-eskalasi konflik, analisis background konflik, analisis momentual dan rutin. Adapun Fisher menyajikan alat bantuk analisis konflik yang meliputi panahapan konflik, urutan kejadian, pemetaan konflik, segitiga SPK, analogi bawang bombay, pohon konflik, analisis kekuatan konflik, analogi pilar, dan piramida (Simon Fisher dkk., 17-35). Berikut disajikan alat analisis konflik yang ditawarkan oleh Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti (2007:11).

1. Analisis 5W1H dan PPP

Analisis 5W1H dan PPP (when, where, what, who, why, how, problem, parties, dan process). Analisis paling sederhana menggunakan 5W1H dan PPP. When berkaitan dengan kapan konflik terjadi, Where menyangkut tempat di mana konflik terjadi, what menyangkut masalah yang materi konflik, who berkaitan dengan aktor yang terlibat, why menyangkut mengapa konflik terjadi, dan how bagaiman proses terjadinya konflik. Problem adalah masalah yang menjadi latar belakang konflik, Parties adalah pihak-pihak yang terlibat dalam konflik, dan proses adalah

(29)

kronologis peristiwa, tahapan konflik (sengketa, sudah ada kekerasan terbatas, perdamaian, dan seterusnya).

2. Analisis Fase Konflik

Fase konflik meliputi ketegangan (dispute), krisis, kekerasan terbatas, abatemen, penyelesaian, dan kekerasan masal. Ketegangan ditandai dengan adanya pihak-pihak yang mengumpulkan masa untuk membahas ketidakpuasan atas suatu masalah. Sudah ada ajakan untuk mengerahkan masa dalam jumlah besar, misal demonstrasi, orang-orang bergosip dengan informasi yang terbatas dan bisa saja salah. Tahap ini adalah wujud dari krisis.

Tahap selanjutnya adalah muncul kekerasan terbatas. Misalnya sudah ada orang berhantam, tusuk-tusukan atau panglima perang yang telah menyusun persiapan kekuatan bersenjata. Tahap selanjutnya abateman, misalnya telah dilakukan penghentian perang/genjatan senjata dan dilanjutkan dengan kesepakatan damai di meja perundingan.

Pada tahap penyelesaian, misalnya telah dilakukan penyerahan senjata, penarikan mundur pasukan, pembubaran milisi sipil dan dilanjutkan dengan pembangunan komunikasi antarkomunitas pihak yang pernah bertikai. Pada tahap kekerasan

(30)

polisi/militer yang kemudian memunculkan pengungsian di dalam suatu Negara (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 13-14).

3. Analisis SAT

Analisis SAT (struktural, trigger, akselerator). Struktural merupakan masalah yang menimbulkan konflik. masalah mendasar berupa ketimpangan ekonomi, sosial, dan politik yang telah berlangsung lama dan terus-menerus. Misalnya adanya ketimpangan kaya-miskin, kekuasaan diktator, wabah penyakit, busung lapar, dan monopoli pasar oleh etnis tertentu. Trigger atau pemicu adalah kejadian biasa yang bisa menjadi alasan terjadinya konflik. Misalnya pertengkaran antarsupir, pemuda bertikai akibat mabuk atau judi, dan perebutan gadis.

Akselerator adalah hal-hal yang mempercepat tumbuhnya konflik menjadi besar. Misalnya kebijakan yang menguntungkan pihak tertentu, tumpulnya penegakan hukum, fatwa larangan aliran tertentu, pejabat menyalurkan bantuan ke kelompok tertentu saja, dan polisi membiarkan penjahat berkeliaran (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 15-16).

(31)

4. Analisis Sekuritisasi

Analisis ini dilakukan dengan cara memilih dan memberdayakan actor sekuritisasi yaitu tokoh agama, masyarakat, atau politik yang memiliki pengaruh di masyarakat. Tahapannya adalah sebagai berikut; mencari tokoh tersebut, kemudian ajak berfikir bahwa kekerasan adalah musuh bersama yang harus dihentikan karena kekerasan dapat menimbulkan kerugian dan korban jiwa, lalu ajak memikirkan generasi yang akan datang, dan ajaklah bersama-sama menjadi aktivis perdamaian (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 17-18).

5. Analisis De-eskalasi Konflik

Analisis ini menggunakan symbol bunga yang komponennya meliputi putik, kelopak, dan tangkai. Putik merupakan cara-cara melalui mana proses pembangunan perdamaian dilakukan. Forum-forum warga, seperti pengajian, posyandu, kumpul adat, dan sebagainya bisa menjadi sarana membangun perdamaian. Kelopak adalah institusi yang bisa digunakan untuk melakukan perdamaian, seperti pengadilan adat, komisi kebenaran dan rekonsiliasi, dan sejenisnya. Tangkai adalah sistem atau aturan yang bisa mendukung tetap bertahannya kondisi damai. Misalnya peraturan tentang kehidupan saling toleransi, peraturan yang tidak

(32)

membedakan satu kelompok dengan kelompok lainnya (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyanti, 19-20).

6. Analisis Background Konflik, Analisis Momentual dan Rutin

Analisa lain bisa menggunakan latar belakang konflik, waktu terjadinya, dan dilakukan secara rutin misalnya 3 bulan sekali (Ichsan Malik, Lucia Ratih Kusumadewi, dan Sukma Widyan, 21).

Berikut disajikan analisis konflik yang dikemukakan oleh Simon Fisher, yaitu:

a. Penahapan Konflik

Konflik berubah setiap saat, melalui berbagai tahap aktivitas, intensitas, ketegangan, dan kekerasan yang berbeda. Tahapan tersebut penting diketahui untuk melihat sejauhmana konflik terjadi untuk setiap tahapannya. Tahapan konflik dapat dilihat dari lima tahapan, yaitu:

1) Prakonflik

Prakonflik merupakan periode di mana terdapat suatu ketidaksesuaian sasaran di antara dua pihak atau lebih, sehingga timbul konflik. Konflik tersembunyi dari pandangan umum, meskipun satu pihak atau lebih mungkin mengetahui potensi terjadinya konfrontasi. Mungkin terdapat ketegangan hubungan di antara beberapa pihak dan/atau keinginan untuk menghindari kontak satu sama lain pada tahap ini.

(33)

2) Konfrontasi

Pada tahap ini konflik menjadi semakin terbuka. Meski satu pihak yang bermasalah, namun para pendukungnya mulai melakukan aksi demonstrasi atau perilaku konfrontatif lainnya. Pertikaian dan kekerasan tingkat rendah sudah mulai terjadi. Masing-masing pihak mungkin mulai mengumpulkan sumber daya dan kekuatan dan mencari sekutu dengan harapan dapat meningkatkan konfrontasi. Hubungan dua pihak semakin tegang dan mengarah pada polarisasi di antara para pendukung masing-masing pihak. 3) Krisis

Krisis merupakan puncak dari konflik. Saat krisis ketegangan dan kekerasan sedang terjadi sangat hebat. Dalam konflik skala besar, ini merupakan periode perang, ketika orang-orang dari dua belah pihak terbunuh. Komunikasi normal di antara keduanya terputus. Pernyataan-pernyataan umum cenderung menuduh dan menentang pihak-pihak lainnya. 4) Akibat

Suatu krisis akan menimbulkan akibat. Satu pihak mungkin menaklukkan pihak lain, atau melakukan genjatan senjata dan perdamaian. Salah satu pihak menyerah atau menyerah karena desakan pihak lain, atau kedua pihak setuju

(34)

Pihak lain yang memiliki otoritas atau kekuatan lebih besar dapat memaksa dua belah pihak yang berkonflik untuk berdamai. Ketegangan, kekerasan, dan konflik pada tahap ini menurun dan mungkin menemukan jalan penyelesaian. 5) Pascakonflik

Pada tahap ini situasi konflik dapat teratasi dengan meredanya konfrontasi dan kekerasan. Ketegangan berkurang dan kedua belah pihak mulai menjalin komunikasi dengan normal. Namun jika isu-isu dan masalah-masalah yang timbul karena sasaran mereka yang saling bertentangan tidak diatasi dengan baik, tahap ini sering kembali lagi menjadi situasi prakonflik.

b. Urutan Kejadian

Alat bantu analisis dengan urutan kejadian lebih sederhana karena menempatkan peristiwa konflik sesuai urutan waktu kejadiannya. Urutan kejadian merupakan daftar waktu (tahun, bulan atau hari, sesuai skalanya) dan menggambarkan kejadian-kejadian secara kronologis. Metode ini dapat digunakan untuk menggambarkan sejarah negara atau peristiwa tertentu. Dalam hal konflik, urutan kejadian menggambarkan urutan kejadian konflik secara kronologis.

Penggunaan urutan kejadian untuk analisis konflik dapat menggambarkan intensitas konflik yang berbeda. Pihak-pihak

(35)

yang berkonflik memiliki cara pandang tersendiri terhadap kejadian-kejadian konflik. Karena itu, pandangan satu pihak terhadap satu kejadian bisa berbeda dengan pihak lain. Suatu kejadian bisa dianggap sangat penting dalam ranah konflik, namun tidak penting bagi pihak lain. Perbedaan itu terjadi karena perbedaan emosi, cara pandang, dan perhatian pihak-pihak terhadap suatu kejadian.

Tujuan penggunaan urutan kejadian bukan untuk mendapatkan sejarah yang benar atau objektif, tetapi untuk memahami pandangan-pandangan orang-orang yang terlibat. Oleh karena itu, kejadian-kejadian yang berbeda digambarkan oleh kelompok lawannya sebagai sebagai bagian penting dalam memahami konflik. Urutan kejadian juga merupakan suatu cara bagi masyarakat untuk saling mempelajari sejarah dan pandangan pihak lain mengenai suatu situasi. Ketika membahas pandangan-pandangan yang berbeda mengenai konflik dan kejadian-kejadian yang diingat oleh masing-masing kelompok, pemahaman mereka akan semakin berkembang tetang situasi yang mereka hadapi bersama.

c. Pemetaan Konflik

Pemetaan adalah teknik yang digunakan untuk menggambarkan koflik secara grafis, menghubungkan

(36)

pihak-masyarakat yang memiliki berbagai sudut pandang berbeda memetakan situasi mereka secara bersama, mereka saling mempelajari pengalaman dan pandangan masing-masing. d. Segi Tiga SPK (Sikap-Perilaku-Konteks)

Analisis ini didasarkan pada prinsip bahwa konflik memiliki tiga komponen utama: konteks atau situasi, perilaku mereka yang terlibat dalam sikapnya. Ketiga faktor itu saling mempengaruhi , oleh karena itu tanda panahnya dua arah di setip sudut. Misaknya suatu situasi yang tidsk memperdulikan keperluan suatu kelompok kan menyebabkan sikap frustasi, akibatnya timbul protes.

Perilaku ini kemudian mengarah pada pengingkaran hak (konteks) yang menambah frustasi menjdi lebih besar, bahkan mungkin kemarahan, yang dapat meledak menjadi kekerasan. Kegiatan yang hanya mengubah konteks (dengan menjamin bahwa keperluan-keperluan dipenuhi), untuk mengurangi tingkat frustasi (dengan membantu masyarakat untuk memusatkan perhatian pada perjuangan mereka yang bersifat jangka panjang), atau untuk menyalurkan perilaku antikekerasan yang akan mendorong kea ah pengurangan tingkat ketegangan.

(37)

e. Pohon Konflik

Cara ini paling baik digunakan dalam kelompok, yaitu secara bersama. Jika anda sudah mengenal ‘Pohon Masalah’ dengan baik melalui kegiatan pembangunan masyarakat, anda akan tahu bahwa kami mengutip dan mengadopsinya untuk menganalisis konfli.

Pohon konflik menyajikan untuk metode bagi suatu tim, organisasi, kelompok, atau masyarakat untuk mengidentifikasi isu-isu yang masing-masing dipandang penting dan selanjutnya dipisahkan ke dalam tiga katagori berikut: (1) masalah-masalah inti, (2) penyebab dan (3) berbagai efeknya.

f. Analisis Kekuatan Konflik

Analis ini dapat digunakan untuk mengidentifikasi kekuatan yang mempengaruhi suatu konflik. Kapan saja anda mengambil tindakan untuk melakukan perubahan, pasti ada kekuatan-kekuatan positif dan negative ini dan berusaha untuk menilai berbagai kelemahan dan kekuatannya. Metode itu juga membantu anda untuk melihat lebih jelas apa kekuatan yang mempertahankan status quo.

g. Analogi Pilar

Alat bantu ini didasarkan keyakinan bahwa situasi tertentu tidak benar-benar stabil, tetapi ‘ditahan’ oleh berbagai fakor atau

(38)

pilar ini dan mencoba mencari cara-cara untuk menghilangkan dan mengurangi efeknya terhadap situasi, kita akan mampu untuk menumbangkan suatu situasi negatif dan membangun situasi yang positif.

h. Piramida

Alat bantu ini diperlukan untuk menganalisis berbagai konflik yang tingkatnya lebih dan satu. Dengan metode ini, pihak-pihak diintensifkan atau pelaku utama di masing-masing tingkat. Tipe analisis ini akan membantu untuk menempatkan narasumber penting yang secara strategis ditempatkan dan disebutkan dalam jaringan kerja yang menghubungkan mereka secara vertikal menurut konteksnya dan diletakkan secara horisontal dengan konflik. Orang-orang ini memiliki kemampuan bekerja dengan rekan yang berasal dari dari bagian yang lain. Oleh karena itu mereka ini merupakan sekutu utama dalam mengatasi konflik ditingkat yang berbeda sekaligus mengatasi konflik disemua tingkat.

C. Latihan

1. Pilihlah satu konflik, lalu lakukan analisis konflik tersebut menggunakan model 5W1H dan PPP!

2. Lakukan secara berkelompok analisis konflik dengan beberapa alat bantu. Setelah itu bandingkan model alat analisis konflik mana yang paling sempurna untuk mengungkap sebuah konflik! sebutkan kelemahan dan kelebihan masih-masing alat analisis tersebut!

(39)

D. Rangkuman

Analisis konflik adalah suatu proses praktis untuk mengkaji dan memahami kenyataan konflik dari berbagai sudut pandang. Alat bantu yang dapat digunakan adalah analisis 5W1H dan PPP (when, where, what, who, why, how, problem, parties, dan process), analisis fase konflik, analisis SAT (struktural, trigger, akselerator), analisis sekuritisasi, analisis de-eskalasi konflik, analisis background konflik, analisis momentual dan rutin, panahapan konflik, urutan kejadian, pemetaan konflik, segitiga SPK, analogi bawang bombay, pohon konflik, analisis kekuatan konflik, analogi pilar, dan piramida.

E. Evaluasi

1. Yang tidak termasuk alat bantu analisis konflik adalah…. a. pohon konflik

b. piramida c. Malino d. fase konflik

2. Di bawah ini termasuk kategori PPP sebagai alat analisis adalah…. a. problem, parties, process

b. problem, parties, procedure c. protocol, parties, process d. problem, partikular, process

(40)

b. korban

c. perenca konflik d. juru damai

4. Fase konflik secara urutan adalah….

a. ketegangan (dispute), krisis, kekerasan terbatas, penyelesaian, dan kekerasan masal

b. ketegangan (dispute), krisis, abatemen, penyelesaian, dan kekerasan masal

c. ketegangan (dispute), kekerasan terbatas, abatemen, penyelesaian, dan kekerasan masal

d. krisis, kekerasan terbatas, abatemen, penyelesaian, dan kekerasan massal

5. Komponen dalam analisis SAT adalah…. a. struktural, tribun, akselerator

b. struktural, trigger, akselerator c. struktural, triad, akselerator d. struktural, trigger, akseptor

F. Umpan Balik dan Tindak Lanjut

Cobalah bandingkan jawaban Saudara atas evaluasi di atas dengan kunci jawaban yang telah disediakan dalam lampiran. Jika jawaban Saudara seluruhnya benar, maka Saudara telah menguasai materi bab ini dengan bagus. Jika jawaban Saudara kurang dari lima puluh persen, maka Saudara disarankan mendalami lagi materi ini dengan seksama.

(41)

BAB V PENUTUP A. Evaluasi

1. Yang tidak termasuk elemen konflik adalah…. a. aktor

b. isu c. proses d. perdamaian

2. Yang tidak termasuk dalam aktor konflik adalah…. a. panggung

b. pelaku c. korban

d. pembuat rencana

3. Di bawah ini tidak termasuk isu konflik adalah…. a. ekonomi

b. sumber daya alam c. politik

d. trigger

4. Yang termasuk kategori konflik berdasarkan isu adalah…. a. tanah dan komunitas agama

b. trigger dan akselerator

(42)

5. Berikut adalah klasifikasi konflik berdasarkan pihak yang terlibat…. a. konflik vertikal

b. konflik sumber daya alam c. kekerasan syiah

d. penutupan gereja

6. Konflik Ahmadiyah di Garut termasuk kategori konflik…. a. konflik vertikal

b. konflik ekonomi c. konflik politk d. konflik horisontal

7. Bentuk konflik sektoral adalah…. a. konflik antarsuku

b. konflik antarkomunitas c. konflik agama

d. konflik Aceh

8. Di bawah ini adalah bentuk konflik vertikal…. a. Aceh dan Ambon

b. Aceh dan Papua

c. Sampit dan Syiah Madura d. Ambon dan Poso

9. Konflik yang terjadi karena ketimpangan akses dan kontrol terhadap sumber daya adalah….

(43)

b. konflik kepentingan c. konflik nilai

d. konflik budaya

10. Konflik sosial psikologis disebabkan oleh…. a. prasangka

b. perbedaan nilai

c. perebutan sumber daya alam d. perbedaan paham

11. Salah satu bentuk prasangka yang salah adalah…. a. agama berbeda

b. nilai berbeda c. husnudzon d. stereotip

12. Di bawah ini tidak termasuk faktor konflik agama adalah…. a. bantuan komunitas agama

b. penyiaran agama c. perbedaan tafsir d. dialog agama

13. Sebab utama konflik Islam-Kristen di Indonesia adalah…. a. dialog agama

b. pendirian tempat ibadah c. bantuan dana luar negeri

(44)

14. Di bawah ini tidak termasuk sebab konflik sosial berbau agama adalah…. a. doktrin jihad b. dialog agama c. klaim kebenaran d. tindakan intoleran

15. Titik berat analisis sekuritisasi konflik adalah…. a. konteks konflik

b. sebab kasus c. peran tokoh d. proses konflik

16. Fatwa sesat agama dalam konteks analisis SAT termasuk…. a. struktural

b. akselerator c. triger d. tokoh

17. Analisis De-eskalasi Konflik menggunakan analog …. untuk mengidentifikasi konflik

a. bunga b. kura-kura c. hewan d. laba-laba

(45)

18. Tahapan konflik menurut Fisher adalah….

a. prakonflik, konfrontasi, krisis, akibat, pascakonflik b. prakonflik, krisis, akibat, pascakonflik

c. konfrontasi, krisis, akibat, pascakonflik d. prakonflik, konfrontasi, akibat, pascakonflik

19. Alat analisis apakah yang menitikberatkan pada sejarah konflik…. a. piramida

b. pohon konflik c. urutan kejadian d. pemetaan konflik

20. Analisis pohon konflik terbagi dalam tiga bidang, yaitu….

a. (akar) pemicu, (dahan) penyebab dan (daun) berbagai efeknya. b. (akar) masalah-masalah inti, (dahan) aktor dan (daun) berbagai

efeknya.

c. (akar) masalah-masalah inti, (dahan) penyebab dan (daun) berbagai efeknya.

d. (akar) konfrontasi, (dahan) penyebab dan (daun) berbagai efeknya.

B. Umpan Balik

Tujuan dari evaluasi ini adalah untuk mengukur sejauhmana Saudara menguasai materi anatomi konflik dan analisis konflik. Kriteria

(46)

menggunakan skala penilaian sebagai berikut: Nilai < 40 = sangat kurang

Nilai 41 - 60 = kurang Nilai 61 – 68 = cukup Nilai 69 – 79 = baik

Nilai > 80 = sangat baik

Bila jawaban evaluasi yang benar mencapai di atas 80% maka termasuk kategori sangat baik, dan begitu seterusnya sesuai dengan skala nilai di atas.

C. Tindak Lanjut

Untuk mengembangkan wawasan tentang anatomi dan analisis konflik, perlu dilakukan tindak lanjut. Tindak lanjut yang disarankan antara lain: 1. Membaca dan mendalami materi-materi tentang analisis konflik. 2. Melakukan studi perbandingan terhadap lembaga-lembaga yang

melakukan penanganan konflik.

3. Menggali model-model analisis konflik dari sumber lain.

(47)

Gambar

Gambar 1  Tiga Ruang Konflik

Referensi

Dokumen terkait

Yang dimaksud dengan sebab atau kausa di sini bukanlah sebab yang mendoron orang tersebut melakukan perjanjian. Sebab atau kausa suatu.. perjanjian adalah tujuan

Hasil penelitian menunjukkan perlakuan kompos daun gamal 150 gram dan molase 20 ml memberikan hasil terbaik terhadap total hari pertumbuhan miselium selama 28,56

video animasi ini memiliki potensi dalam menyampaikan hal yang rumit dengan cara yang lebih mudah dan media video merupakan sebuah media pembelajaran yang tepat dan akurat

Perancangan logo terdiri dari beberapa tahap yang mencakup riset, mindmapping, menentukan keyword, membuat moodboard, membuat sketsa kasar secara manual, membuat

Indikator penilaian soal dengan presentase tertinggi terdapat pada indikator 1, yaitu indikator mengidentifkasi masalah yaitu mencapai presentase sebesar 62,5%,

Menurut ISO 14001 dalam Kuhre (1996), Tim Respon Gawat Darurat harus terdiri dari para pekerja yang memiliki pengetahuan atau sudah terlatih untuk bertindak dalam keadaan

Teknik pengumpulan data tentang potensi karagaman satwa liar mamalia dan reptil di kawasan hutan Taman Wisata Alam Kerandangan dilakukan dengan menggunakan metode

Dokumen master plan harus ditindak lanjuti atau dilaksanakan, karena jika tidak dapat diibaratkan hanya sebagai wacana yang tidak memberikan nilai tambah bagi program