Rusdi, I. dan Zafran
KOMUNIKASI
R/NGruS
PERCOBAAN
PENGENDALIAN BAKTERI
BERCAHAYA,
Vibrio
harueyi
YANG BERASAL
DARI LARVA
KEPITING
BAKAU,
Scylla
serrata
SECARA
"IN
VITRO"
DENGAN
BERBAGAI
JENIS
ANTIBIOTIK
Ibnu
Rusdit) danZafran')
ABSTRAK
Uji secara "in vitro" tiga jenis bahan kimia (antibiotik), masing-masing adalah Oksitetrasiklin, Prefuran, dan Furazolidon dalam menanggulangiVibria harveyiyang diisolasi dari larva kepiting bakau, Scylla serrato sakit dilakukan di Loka Penelitian Perikanan Pantai Gondol, Bali. Tujuan utama penelitian ini adalah untuk mengetahui konsentrasi terendah yang efektif menghanrbat pertumbuhan V. harueyi dan efektivitasnya dalam menekan mortalitas larva akibat serangan V.
harueyi. Oksitetrasiklin, Prefuran, dan Furazolidon efektif menghambat pertumbuha n V. harueyi
pada konsentrasi masing-masing 6,25;12,5O; dan 12,50 mg/L. tlasil aplikasi dalam pemeliharaan larva ternyata ketiga jenis antibiotik tersebut mampu menekan mortalitas larva akibat serangan
V. harueyi.
ABSTRACT:
Efficacyof
three chemotherapeutdnts againta lumhr.escent uibrioeis caueed by Vibrio harveyiin
ntangroue crab, Seylla eerrata laruae. By:Ibnu Rusdi and Zafran.
In
uitto
actiuitl'of
three chemotherapcutants, natnely Oxytetracycline, Prefu,rananl
Furazolodone againts Vibrio harueyi isolated frotndi.seased of mangrove crab, Scylla serrata, larrtqe sanr.pled from Gondol, Bali, uere tested for their minimat inhibitory eoncentratiltn (MIC) u.eing the
serial dilu'tion methode in peptone broth with 1o/o NaCl. The effectiue MIC ualtns of Oxytetracyclinc, Preftran' and Furazolodone againts Vibrio harueyi are 6.2, 12.5, ancl 12.5 mg/L. Wen used,
tharaptutically, aII of three c:h,entoth.erapeu,tants redu,ced mortalities cau,secl by Vibrb harueyi. KE YWO R
DS:
(.- hemot lrc rape ut anta, Vibrio harveyi, Scytta
serrata.PENDAHULUAN
Inka Penelitian Perikanan Pantai Gondol, Bali telah menemukan jenis penyakit yang menyerang
larva kepibing bakau, Scylla serrata yang
mem-punyai kesamaan dengan penyakit pada larva
udang windu,
Penaeus ntonotlon.Hal
ini
di. mungkinkan karena kedua jenis hewan ini masih berada dalam satu kelas, yakni krustasea.Larva
udangwindu
dilaporkan sensitif ter-hadap infeksi bakteri vibrio bercahaya (Baticados et aI., L990; Lavilla-Pitogo etal.,
Igg2; Zafran etal.,
1994). Hal yang sama juga dilaporkan pada larva kepiting bakau sebagaimana yang ditemu-kan di panti benih Gondol, Bali (Boer et aL, t99B\.')
Peneliti pada Loka Penelitian Perikanan Pantai Gonclol - BaliSelain
itu
larva kepiting
bakaujuga
dapatdi-infeksi oleh BacqJovirus (Andreson & Prior, 1992). Vibriosis pada larva dapat diatasi antara lain
dengan penggunaan bahan kimia atau antibiotik.
namun pemilihan
antibiotik yang
digunakanharus betul-betul tepat baik jenis maupun dosis-nya. Penggunaan antibiotik secara sernbarangan selain tidak ekonomis dan berdampak mencemari lingkungan, juga dikhawatirkan dapat menimbul-kan strain-strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik.
Percobaan
ini
bertujuan
untuk
mengetahui dosis yang efektif dari beberapa jenis antibiotikdalam mengendalikan penyakit vibrio bercahaya,
yakni Oksitetrasiklin
(OTC), Prefuran (Pr) dan Furazolidon (FN). Hasil penelitian ini diharapkandapat
memberikaninformasi
kepada praktisipanti
benih dalam upaya
mengatasi penyakitvibrio
bercahaya padalarva kepiting
bakau di masa mendatang.BAHAN
DAN METODEa. Uji Konsentrasi
Hambat Terendah
(Minimum
Inhibitory
Concentration-MIC) Beberapa Jenis
Antibiotik
terhadap Vibrio
horueYiDosis masing-masing antibiotik dibuat melalui
metode pengenceran
dua
kali
dalam
larutanpepton yang mengandung l% NaCl' Metode peng-enceran dua kali umum digunakan untuk uji MIC
(Ruangpan
&
Kitio,
1992). Sampai sekarang belum ada standar bakuuntuk
kisarankonsen-trasi
obat dalam
uji
MIC
(Lightner,
1996)' sehingga dalam percobaanini
diambil kisaranantara
0,1-400mgtL.
Padalangkah
pertamadisiapkan 13 tabung reaksi. Tabung
pertamadibiarkan kosong, sedang tabung ke-2 sampai
ke-13 diisi dengan larutan pepton yang mengandung
1% NaCl masing-masing 5
mL.
Pada langkah ke-2, ke dalam Erlenmeyer yang sudah diisi larutan pepton yang mengandung 1% NaCl ditambahkanantibiotik
uji
sehingga dicapai konsentrasi 400 mglL. Darilarutan
pepton yang sudah mengan-dung 400 rng/L antibiotikuji ini
diambil masing-masing 5 mL dan dimasukkan ke dalam tabungreaksi nomor 1 dan 2. Tabung reaksi pertama, dengan demikian akan berisi 5 mLpepton dengan
konsentrasi
antibiotik
400 mg/L.Dari
tabungreaksi
ke-2 selanjutnyadiambil
5 mL
dan se-lanjutnya dimasukkan ke dalam tabung reaksinomor 3 dan seterusnya sampai tabung reaksi
nomor
13.
Kelebihan 5 mL pada tabung reaksi ke-13 dibuang sehingga volume setiap tabung reaksi sama-sama 5 mL. Dengan cara demikiankonsentrasi
akhir antibiotik
uji
dalam
ketiga belas tabung reaksi adalah 400;200; 100; 50; 25; 12,5;6,25;3,1; 1,6, 0,8; 0,4; 0,2 dan 0,1 mg/L. Kedalam tabung reaksi kemudian diinokulasikan
suspensi
bakteri
uji
(setara dengan McFarlandEquivalence
Turbidy Standard 1,0)
masing-Jurnal Penelitian Perihanan Indonesia Vol.IV No.Z Tahun 1998
masing satu ose. Semua proses di atas dilakukan
dalam clean bench sehingga
tidak
terjadi konta-minasi. Setiap perlakuan diulang sebanyak tigakali. Dalam penelitian
ini
juga digunakan 5 mLpepton yang mengandung 1% NaCl yang tidak
diinokulasi bakteri uji sebagai kontrol negatifdan
5 mL
pepton yang mengandung 1% NaCl yang dinokulasi bakteri sebagai kontrol positif. Mediauji
selanjutnya diinkubasikan pada suhu 25"Cselama
24
jam.
Nilai
MIC
dilihat
dari
dosisterendah masing-masing
antibiotik
yang dapat menghambat pertumbuhan masing-masingper-tumbuhan
bakteri
uji.
Bakteri
yang
tumbuhdapat dibedakan dari yang tidak tumbuh secara visual dengan melihat kejernihan atau kekeruh-an media uji, dalam hal
ini
larutan pepton.b. Uji Efektivitas
Antibiotik
dalam
Penanggulangan
Infeksi Bakteri
Vibrio
harueyi
Penelitian dilaksanakan
menggunakan 12wadah dimasukkan masing-masing 100 ekot zoea
kepiting bakau yang baru menetas. Selanjutnya
ke dalam
air
pemeliharaan diinfeksikan ketigaantibiotik
uji
dalam menanggulangiinfeksi
V. harueyipada
larva kepiting
bakau, maka
ke dalam wadah yang telah ditentukan dimasukkanantibiotik Oksitetrasiklin, Prefuran dan
Furazo-lidon dengan dosis sesuai
nilai MIC
yang diper-oleh pada penelitian. Sedangkanuntuk
kontrolyaitu
tanpa
pemberianantibiotik.
Penelitiandilaksanakan
menggunakanrancangan
acaklengkap, masing-masing diulang sebanyak tiga
kali.
Pengamatandilakukan
setelah
48
jamterhadap sintasan
larva
kepiting bakau
pada masing-masing perlakuan dengan menghitungjumlah total
larva yang
masihhidup.
Selama percobaan, larva diberi pakan Rotifer, Brachionus rotu.nd.iformisdan
Chlorella.Untuk
mencegah infeksi jamur selama percobaan maka digunakanTreflan (Trifluralin)
dengan dosis
0,1
mglL(Zaftan & Taufik, 1996).
HASIL
DAN PEMBAHASANHasil uji dosis terendah ketiga jenis antibiotik
yang efektif menghambat pertumbuhan bakteri
Rusdi, I. clan Zafran
Tabel
1. Nilai MIC
tiga jenis
bahankimia
terhadapVibrio harveyi
yangdiisolasi dari larva kepiting bakau, Scylla serrata sakit.
Table
I.
MIC
ualuesof
three chentotherapeutantsagaints
vibrio
harueyi isolated front. the diseased ntangrove crab, Scylla serrata laruae.Chemotherapeutants
Nilai
MIC (MIC aaluel
(mg/L) Oxytetracycline (OTC) Prefuran (Pr) Furazolidone (FN) 6.25 12.50 12.50
Dari jenis
antibiotik
uji
terlihat
bahwanilai
MIC untuk Oksitetrasiklin adalah paling rendah,'
yaitu
6,25 mglL,
sedangkanPrefuran
dan Furazolidon baru mampu menghambat pertum-buhan V. harueyi masing-masing pada dosis 12,5 mgll,. Nilai MIC antibiotik OTC dan FN terhadapV.
harueyi
pada penelitian
ini
lebih
tinggi dibandingnilai MIC
OTC danFN
terhadap V.harueyi yang diisolasi dari larva udang windu di
l,oka Penelitian Perikanan Pantai-Gondol yaitu
masing-masing 1,9 mg/L dan 1,9-3,9 mglL(Zafran
et
al.,
1997). Adanya perbedaan tersebut diduga karena strain V. harueyi yang diisolasi dari larvakepiting
bakau
berbeda denganstrain
yang diisolasi dari larva udang windu. Namun halini
tentunya
memerlukan
penelitian yang
lebihlanjut
untuk
membuktikannya. Penerapananti-biotik secara periodik sedikitnya setiap dua bulan sekali.
Hasil
pengamatansintasan
larva
kepiting bakau setelah 48jam
percobaan menunjukkan bahwa ketiga antibiotik yang digunakan mampumencegah infeksi V. harueyi pada larva sehingga sintasan larva pada perlakuan yang diberi
anti-biotik jauh
lebihtinggi
dibanding kontrol.Ter-lihat bahwa Prefuran dan Furazolidon memberi-kan sintasan yang tertinggi dan secara stastistik
berbeda nyata dengan
Oksitetrasiklin
maupun kontrol, sedangkan Oksitetrasiklin terlihat masihlebih
baik
dibandingkontrol
(P<0,0b). Kerigaantibiotik
uji
sudahdikenal
sebagai anribiotikyang
berspektrum
luas
(Untergasser,
1g8g; Murray et aL l99O). Hasil lengkapuji
efektivitasketiga antibiotik disajikan dalam Tabel 2.
Tabel 2.
Table 2.
Rata-rata sintasan (%) tarva kepiting bakau,
s.
serrata pada masing-masing perlakuan selama 48 jam pengamatan.Auerage su.ruiual rate (o/o) of mangroue crab, seylla senata laruae after
4g-hou,r treatntent with ehemotherapeuntants.
Perlakuan
Treotment
Dosis
Doeage
Sintasan
rata-rata
Auerage
euruivol rate
Oxytetracycline Prefuran Furazolidone Control 6.25 I l2.lt(l l2.rt() 0.00 64.00b 72.00" 7tt.(i7' 34.67',
Rata'rata dalam kolom yang diikuti dengan hurufyang sama menunjukkan tidak berbeda nyata (P>0,05)
Hasil penelitian
ini
menunjukkan
bahwainfeksi
V. harveyi pada
larva
kepiting
bakau dapat dicegah, dalam halini
menggunakananti-biotik
secaratepat,
yaitu
setelahmelalui uji
laboratorium guna menentukan dosis yang efektif
juga dapat
merangsangterbentuknya
strain bakteri yang resisten terhadap antibiotik'Aoki (197a) menyatakan bahwa penggunaan antibiotik yang terlalu sering dapat menyebabkan
resistensi
bagi
populasi
bakteri transfer
"R'plasmid" yang terdapat dalam
DNA
bakteri.Selain transfer
antar individu
melalui
proses konjungasi, R-plasmid juga dapat ditransfer pada saat pembelahan sel di mana R'plasmid jugaikut
mengalami pembelahan. Gejala resistensi bakteriterhadap
antibiotik
telah'banyak
dilaporkan,antara
lain
oleh
Aoki
(1992),
Baticados&
Paclibare (f 992), Ruangpan
&
Kitao (1992), dan Zhao et al. o992). Zafran et al. (1997) melaporkan bahwanilai
MIC
tigajenis antibiotik
terhadapVibrio,
terutama V. harueyi, selalu lebih tinggi pada7
harueyi yang diisolasidari
panti benih udangInka
Penelitian Perikanan Pantai Gondol, Bali, yang tidak menggunakan antibiotik. Gejala yang sama juga ditemukan oleh Karunasgar el o/. (1994)di India
di
mana kematian massal larva udang windu, Penaeus monodon di panti benih,ternyata disebabkan oleh
strain
V.harueyibet'
cahaya yang sudah resisten akibat penggunaan
antibiotik kloramfenikol secara intensif.
KESIMPULAN
1.
Prefuran dan Furazolidon pada konsentrasi masing-masing 12,5 mg/L sertaOksitetrasi-klin
6,25 mg/Lefektif
menghambat perkem-bangan Vibrio harueyL2.
Prefuran(f2,5
mg/L) dan Furazolidon (12,5mg/L) memberikan sintasan larva yang ter-baik dibanding Oksitetrasiklin (6,25 mg/L) dan kontrol.
DAFTAR PUSTAKA
Anderson,
I.G.
and H.C. Prior. 1992. Baculovirus infectionin
the rnud crab, Srylla semafa, and afreshwater cray{ish, Chrax quadricarinaltrs, from Australia. J. oflnvertebrate Pathology, 60(3):
265-273.
Aoki,
T.
1974. Studiesof
drug resistant bacteria isolated from water of carp ponds and intestinal tracts of carp. Bull. Jap. Soc. Sci. Fish. 4Ol.247-254.Ju,rnal Penelitian Perihanan Indonesia Vot.IV No.2 Tahun Iggg
Aoki, T., 1992. Chemotherapy and drug resistance in fish farm in Japan. Iz Shariff, M., R.P. Subasinghe,
and J.R. Arthur (Eds). Diseases
in
Asian Aqua-cultureI.
fish
Health Section. Asian Fisheries Society, Manila, Philippines. 519-529.Baticados, M.C.L., F.R. Cruz-Lacierda. M.C. de la Cruz, R.C. Duremdez Fernandez, R.R. Gacutan,
C.R.
Lavilla-Pitago,and
G.D.
Lio-Po. 1990. Diseases of penaeid shrimps in the Philippines. .lnSharriff, M., R.P. Subasinghe, and J.R. Arthur
(Eds). Diseases in Asian Aquaculture I. Fish Health
Section,
Asian
Fisheries Society,
Manila, Philippines. 531-546.Boer, D.R., Zafran, A. Parenrengi, dan T. Ahmad. 1993.
Studi pendahuluan penyakit kunang-kunang pada larva kepiting bakau, Scylla eerrala. J. Penelitian Budidaya Pantai, 9(3):f 19- f 24.
Karunasagar,
I., R.
Pai,
G.R.Malathi,
and
t. Karunasagar. 1994. Mass mortality of Penaeuemonodon larvae due to antibiotic resistant Vibrio harveyi infection. Aquaculture 128:203-209.
Lavilla-Patogo, C.R., L.C. Albright, M.C. Paner, and
N.A.
Sunaz. 1992. Studieson the
sources of luminescent Vibrio harveyiin
Pendcus monod.onhatcheries. In M. Sharilf, R.P. Subasinghe, and J.r. Arthur (Eds). Diseases in Aaian Aquaculture I. Fish Health Section, Aeian Fisheries Society, Manila, Philippines. 157-164.
Lightner, D.V, 1996. A Handbook of shrimp pathology ang diagnostic procedures for dieeases ofcultured penaeid shrimp. The World Aquaculture Society,
Louisiana, U.S.A. 220 pp.
Murray, P.R., W.L. Drew., Drew, G.S. Kobayashi, and J.H. Thompson. 1990. Medical microbiology. Mosby Company, USA.
Ruangpan, L. and T. Kitao. 1992. Minimal inhibitory concertration
of
l9
chemotherapeutants againts Vibrinbactcna of shrimp, Penacus monodon.InM.
Shariff, R.P. Subasinghe, and J.R. Arthur (Eds).
Diseases
in
Asian AquacultureL
Fish HealthSection,
Asian
Fisheries Society,
Manila, Philippines. I35-I42.Untergasser,
D.
1989. Handbookof
fish
diseases.T.F.H. Publications, Inc. 160 pp.
Zafran, D.R. Boer, K. Sugama, K. Hatai, and S. Wada. 1994. Histological study
of
luminescents ViDrio harveyi infectionin
hatchery reared larvae of Penazua monodon.In
Proceedings of the Third Asian Fisheries Forum, Singapore. 294-297. Zafran, D.Roza, dan L Koesharyani. 1997. Resistensiisolat Vibrio dari beberapa panti benih udang
windu (Penaeus monodon) terhadap antibiotik. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia,
II
(1): 11-15.Rusdi, L clan Zafran
Zaftan dan I. Tau{ik. 1996. Efektivitas berbagai
fungi-sida dalam menghindarkan infeksi lagenidium s1t.
pada larva kepiting bakau (Scylla serrata't. Jurnal Penelitian Perikanan Indonesia.
II
(1): 15-21.Zhao, J., E.lI.Kim, T. Kobayashi, and T. Aoki. 1992. Drug resistance of Vibrio anguillarum isolated from
Ayu
between 1989and
19g1. Nippon Suisan Gakkaishi, 58(8): l52B-152?.