• Tidak ada hasil yang ditemukan

Respons Pasien Pada Kinerja Pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2015

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Respons Pasien Pada Kinerja Pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2015"

Copied!
114
0
0

Teks penuh

(1)

RESPONS PASIEN PADA KINERJA PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN RUMAH SAKIT

STROKE NASIONAL BUKITTINGGI TAHUN 2015

SKRIPSI

Oleh:

GIO OVANNY PRATAMA NIM. 111000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

Skripsi ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Kesehatan Masyarakat

Oleh:

GIO OVANNY PRATAMA NIM. 111000108

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(3)

i

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi yang berjudul “RESPONS PASIEN PADA KINERJA PELAYANAN INSTALASI RAWAT JALAN

RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI TAHUN 2015“ ini beserta seluruh isinya adalah benar hasil karya saya sendiri, dan saya tidak melakukan penjiplakan atau pengutipan dengan cara-cara yang tidak sesuai dengan etika keilmuan yang berlaku dalam masyarakat keilmuan. Atas pernyataan ini, saya siap menanggung resiko atau sanksi yang dijatuhkan kepada saya apabila kemudian ditemukan adanya pelanggaran terhadap etika keilmuan dalam karya saya ini, atau klaim dari pihak lain terhadap keaslian karya saya ini.

Medan, Oktober 2015 Yang membuat pernyataan,

(4)
(5)

iii

ABSTRAK

Rumah sakit sebagai salah satu instansi publik yang memberikan pelayanan publik di bidang kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat dalam rangka terciptanya upaya kesehatan yang menyeluruh dan usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 38 Tahun 2012 menyatakan bahwa perlunya sebuah penilaian kinerja dan evaluasi kinerja bagi instansi pelayanan publik. Hal ini dilakukan dalam rangka evaluasi kinerja serta dalam upaya mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik agar pelayanan kesehatan yang diberikan bisa mencapai pelayanan yang prima.

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif untuk menilai kinerja Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan 5 variabel yang terbagi atas 15 indikator. Sampel dalam penelitan ini adalah 100 orang pasien yang datang berobat ke Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

Hasil penelitian menunjukkan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi mendapatkan total skor sebanyak 43,45 yang berarti kinerja dan kualitas pelayanan mendapatkan penilaian bagus dari responden. Kemudian dari 15 indikator yang dinilai, 11 indikator mendapatkan penilaian bagus dan 4 indikator mendapatkan penilaian kurang bagus. 4 indikator itu ialah indikator ketepatan jadwal pelayanan, indikator keterbukaan informasi, indikator transparansi biaya, indikator kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien menilai kinerja dan kualitas pelayanan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi sudah bagus, namun begitu masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki. Sarannya adalah pihak rumah sakit mengupayakan agar memperpendek waktu tunggu pelayanan dengan cara menegaskan pada dokter agar datang tepat waktu atau bisa juga dengan menambah jumlah dokter. Selain itu pihak rumah sakit juga sebaiknya melakukan perbaikan pada proses penyampaian informasi.

(6)

ABSTRACT

Hospital as one of the public agencies that provide public services in the health sector is required to provide services in accordance with the expectations of society in order to create a comprehensive health service and efforts to improve public health degree. Based Permenpan-RB No. 38 of 2012 states that the need for an appraisal of performance and performance evaluation for public service agencies. This is done in order to evaluate the performance and in an effort to accelerate the improvement of the quality of public services so that health services provided could achieve excellent service.

This study was descriptive survey research to assess the performance of Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital in providing health care to patients. Assessment is based on five variables divided into 15 indicators. The sample in this research were 100 patients who come for treatment to the Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital.

The results showed Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital was got a total score 43.45, which means the performance and quality of service got a good assessment by the respondents. Then from 15 indicators were assessed, 11 indicators got a good assessment and 4 indicators got less good assessment. There were indicator of the precision of the service schedule, Indicator of transparency of information, indicator of transparency of costs, and indicator of the speed of workers in providing services.

It was concluded that the majority of patients to assessed the performance and quality of service in the Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital was good, however there were still some things that need to be fixed by the hospital. It is suggested to the hospital management in order to minimize the waiting time in a way confirms the doctor to arrive on time or it could also increase the number of doctors. In addition, the hospital also should make improvements to the process of delivering information.

(7)

v

KATA PENGANTAR

Alhamdulilah, Puji syukur penulis ucapkan atas kehadirat Allah SWT, atas limpah dan karunia-Nya lah penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi yang

berjudul “Respons Pasien Pada Kinerja Pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah

Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Tahun 2015” guna memenuhi syarat untuk

mendapatkan gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat.

Penulis menyadari penulisan skripsi ini tak akan pernah selesai jika tanpa bantuan berbagai pihak yang telah memberikan arahan, bimbingan, serta motivasi

pada penulis. Untuk itu pada kesempatan ini, penulis ingin mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Dr. Drs. Surya Utama, M.S, selaku Dekan Fakultas Kesehatan

Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dra, Lina Tarigan, Apt, M.S, selaku Dosen Penasehat Akademik yang

telah membimbing dan memberikan saran dan seluruh staff dan dosen pengajar selama penulis mengikuti proses pendidikan di FKM USU

3. Bapak dr. Heldy BZ, MPH, selaku Ketua Departemen Administrasi dan

Kebijakan Kesehatan serta seluruh staff dan dosen pengajar di Departemen AKK, sekaligus Dosen Pembimbing II yang telah memberikan bimbingan,

arahan, nasehat dan saran bagi penulis.

4. Bapak Dr. Drs. Zulfendri, M.Kes selaku Dosen Pembimbing I yang telah

(8)

5. Bapak dr. Fauzi, SKM selaku Dosen Penguji I dan Ibu dr. Rusmalawaty,

M.Kes selaku Dosen Penguji II yang telah memberikan kritik, saran dan

arahan demi kesempurnaan skripsi ini.

6. Bapak Dr. Suryo Purhananto, M.Kes selaku Direktur Rumah Sakit Stroke

Nasional Bukittinggi yang telah memberikan izin dan kemudahan bagi penulis selama proses penelitian

7. Ibu Ref Denis, S.Kep. MM selaku Kepala Instalasi Pendidikan dan Penelitian

Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi beserta seluruh staff yang telah memberikan bantuan dan kemudahan dalam proses perizinan peneltian.

8. Kepala Instalasi Humas dan PPK Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

beserta staff yang telah membantu penulis melengkapi data yang diperlukan. 9. Ibu NS. Henny Sirait, S.Kep selaku Kepala Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit

Stroke Nasional Bukittinggi beserta seluruh staff yang telah banyak membantu penulis selama proses penelitian.

10. Spesial pada kedua orang tua penulis, Zainir dan Jusnidar, S.Pd yang telah

membesarkan, mendidik dan mengajarkan nilai-nilai kehidupan pada penulis serta selalu memberikan dukungan dan motivasi bagi penulis. Tak lupa juga

untuk adik-adik tercinta, Arief, Rahmi dan Jeffry.

11. Keluarga besar dan anggota Pers Mahasiswa SUARA USU yang telah

mengajarkan banyak hal pada penulis selama tiga tahun berproses di organisasi terbaik yang pernah penulis ikuti ini.

12. Guster, Mezbah, Adam, Ferdiansyah dan Renti sebagai rekan pengurus yang

(9)

vii

Mahasiswa SUARA USU pada tahun 2014 lalu. Tak lupa pula pada teman-teman seangkatan, Audira, Maya, dan Apri yang perannya tak kalah penting. 13. Sahabat-sahabat karib di FKM USU yang selalu mendukung dan membantu

segala aktifitas penulis, kepada Dante, Agung, Aprilla Ayu, Nanda, Jumirsa,

Yolanda, dan Memei. Serta pada teman-teman satu peminatan di AKK, Mansur, Abdul Kadir, Dewi Veronika, Dian Agnesa, Rovina, Anggun, Bang Martiman, dan Kak Putri Novelan

14. Semua pihak yang tak bisa disebutkan satu persatu yang telah membantu

penulis dalam menyelesaikan skripsi ini.

Penulis sadar, skripsi ini masih memiliki kekurangan, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran yang sifatnya membangun untuk kesempurnaan skripsi ini. Akhir kata semoga skripsi ini dapat memberikan sumbangan yang

berarti bagi semua pihak.

Medan, Oktober 2015

(10)

DAFTAR ISI

HALAMAN PERNYATAAN KEASLIAN SKRIPSI ... i

HALAMAN PENGESAHAN ... ii

2.1.3 Kualitas dan Kepuasan Pelanggan di Rumah Sakit ... 17

2.2 Pelayanan Publik ... 20

2.2.1 Pengertian Pelayanan Publik ... 20

2.2.2 Jenis Pelayanan Publik ... 20

2.3.4 Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik ... 28

(11)

ix

4.1.4 Struktur Organisasi Rumah Sakit ... 49

4.1.5 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit ... 51

4.2 Deskripsi Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan ... 51

4.3 Karakteristik Responden ... 53

4.4 Hasil Penilaian Kinerja ... 55

4.4.1 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Kemudahan ... 56

4.4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Kepastian/Kejelasan ... 57

4.4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Keterbukaan/Transparasni ... 58

4.4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Sumber Daya Manusia ... 59

4.4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Keamanan dan Kenyamanan Lingkungan Pelayanan ... 61

4.4.6 Hasil Penilaian Kinerja Keseluruhan ... 62

BAB V PEMBAHASAN 5.1 Penilaian Kinerja Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi ... 65

5.2 Penilaian Pada Variabel Kemudahan Pelayanan ... 65

5.3 Penilaian Pada Variabel Kepastian dan Kejelasan Pelayanan .. 68

5.4 Penilaian Pada Variabel Keterbukaan/Transparansi ... 70

5.5 Penilaian Pada Variabel Sumber Daya Manusa ... 72

5.6 Penilaian Pada Kenyamanan dan Keamanan Lingkungan ... 75

5.7 Penilaian Kinerja Secara Keseluruhan ... 76

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 78

6.2 Saran ... 79

(12)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Aspek Pengukuran Variabel Kemudahan Pelayanan 44 Tabel 3.2 Aspek Pengukuran Variabel Kepastian dan Kejelasan

Pelayanan

45

Tabel 3.3 Aspek Pengukuran Variabel Keterbukaan/Transparansi 45

Tabel 3.4 Aspek Pengukuran Variabel Sumber Daya Manusia 45 Tabel 3.5 Aspek Pengukuran Variabel Keamanan dan Kenyamanan

Lingkungan

46

Tabel 3.6 Aspek Pengukuran Penilaian Kinerja Keseluruhan 46

Tabel 4.1 Sumber Daya Manusia Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

51

Tabel 4.2

Tabel 4.3 Tabel 4.4

Karakteristik Responden Berdasarkan Jenis Kelamin, Umur, Pendidikan dan Pekerjaan

Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Kemudahan Distribusi Responden Berdasarkan Variabel

Kepastian/Kejelasan Pelayanan

55

56 58

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Keterbukaan/Transparansi

59

Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Sumber Daya Manusia

61

Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Variabel Kenyamanan dan keamanan Lingkungan Pelayanan

62

Tabel 4.8 Nilai Variabel, Rata-rata Nilai Variabel dan Penilaian Pelayanan Instalasi Rawat Jalan

63

(13)

xi

DAFTAR GAMBAR

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian 40

Gambar 4.1 Prosedur Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi

(14)

DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1. Surat Permohonan Izin Penelitian Lampiran 2. Surat Konfirmasi Melakukan Penelitian Lampiran 3. SuratIzin Penelitian

Lampiran 4. Surat Keterangan Telah Selesai Penelitian

Lampiran 5. Struktur Organisasi Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi Lampiran 5. Kuesioner Penelitian

(15)

xiii

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Gio Ovanny Pratama

Tempat Lahir : Bukittinggi

Tanggal Lahir : 07 Juni 1992 Suku Bangsa : Minangkabau

Agama : Islam

Nama Ayah : Zainir

Suku Bangsa Ayah : Minangkabau

Nama Ibu : Jusnidar

Suku Bangsa Ibu : Minangkabau

Pendidikan Formal

1. TK Islam Al-Azhar Pakan Sinayan : Tamat tahun 1999

2. SDN 08 Pakan Sinayan, Kab Agam Sumatera Barat : Tamat tahun 2005 3. MTsN Padang Panjang, Sumatera Barat : Tamat tahun 2008 4. SMAN 2 Padang Panjang, Sumatera Barat : Tamat tahun 2011

(16)

ABSTRAK

Rumah sakit sebagai salah satu instansi publik yang memberikan pelayanan publik di bidang kesehatan dituntut untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan harapan masyarakat dalam rangka terciptanya upaya kesehatan yang menyeluruh dan usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 38 Tahun 2012 menyatakan bahwa perlunya sebuah penilaian kinerja dan evaluasi kinerja bagi instansi pelayanan publik. Hal ini dilakukan dalam rangka evaluasi kinerja serta dalam upaya mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik agar pelayanan kesehatan yang diberikan bisa mencapai pelayanan yang prima.

Penelitian ini merupakan penelitian survei deskriptif untuk menilai kinerja Instalasi Rawat Jalan di Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dalam memberikan pelayanan kesehatan pada pasien. Penilaian dilakukan berdasarkan 5 variabel yang terbagi atas 15 indikator. Sampel dalam penelitan ini adalah 100 orang pasien yang datang berobat ke Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

Hasil penelitian menunjukkan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi mendapatkan total skor sebanyak 43,45 yang berarti kinerja dan kualitas pelayanan mendapatkan penilaian bagus dari responden. Kemudian dari 15 indikator yang dinilai, 11 indikator mendapatkan penilaian bagus dan 4 indikator mendapatkan penilaian kurang bagus. 4 indikator itu ialah indikator ketepatan jadwal pelayanan, indikator keterbukaan informasi, indikator transparansi biaya, indikator kecepatan petugas dalam memberikan pelayanan.

Berdasarkan penelitian ini dapat disimpulkan bahwa mayoritas pasien menilai kinerja dan kualitas pelayanan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi sudah bagus, namun begitu masih terdapat beberapa hal yang harus diperbaiki. Sarannya adalah pihak rumah sakit mengupayakan agar memperpendek waktu tunggu pelayanan dengan cara menegaskan pada dokter agar datang tepat waktu atau bisa juga dengan menambah jumlah dokter. Selain itu pihak rumah sakit juga sebaiknya melakukan perbaikan pada proses penyampaian informasi.

(17)

iv

ABSTRACT

Hospital as one of the public agencies that provide public services in the health sector is required to provide services in accordance with the expectations of society in order to create a comprehensive health service and efforts to improve public health degree. Based Permenpan-RB No. 38 of 2012 states that the need for an appraisal of performance and performance evaluation for public service agencies. This is done in order to evaluate the performance and in an effort to accelerate the improvement of the quality of public services so that health services provided could achieve excellent service.

This study was descriptive survey research to assess the performance of Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital in providing health care to patients. Assessment is based on five variables divided into 15 indicators. The sample in this research were 100 patients who come for treatment to the Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital.

The results showed Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital was got a total score 43.45, which means the performance and quality of service got a good assessment by the respondents. Then from 15 indicators were assessed, 11 indicators got a good assessment and 4 indicators got less good assessment. There were indicator of the precision of the service schedule, Indicator of transparency of information, indicator of transparency of costs, and indicator of the speed of workers in providing services.

It was concluded that the majority of patients to assessed the performance and quality of service in the Outpatient Installation of Bukittinggi National Stroke Hospital was good, however there were still some things that need to be fixed by the hospital. It is suggested to the hospital management in order to minimize the waiting time in a way confirms the doctor to arrive on time or it could also increase the number of doctors. In addition, the hospital also should make improvements to the process of delivering information.

(18)

BAB I PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Pembangunan kesehatan pada periode 2015-2019 adalah Program

Indonesia Sehat dengan sasaran meningkatkan derajat kesehatan dan status gizi masyarakat melalui upaya kesehatan dan pemberdayaan masyarakat yang didukung dengan perlindungan finansial dan pemerataan pelayanan kesehatan.

Sasaran pokok Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional 2015-2019 adalah meningkatnya status kesehatan dan gizi ibu dan anak; meningkatnya

pengendalian penyakit; meningkatnya akses mutu pelayanan kesehatan dasar dan rujukan terutama di daerah terpencil, tertinggal, dan perbatasan; meningkatnya cakupan pelayanan kesehatan universal melalui Kartu Indonesia Sehat dan

kualitas pengelolaan Sistem Jaminan Sosial Nasional Kesehatan; terpenuhinya kebutuhan tenaga kesehatan, obat, dan vaksin; serta meningkatkan responsivitas

sstem kesehatan. Program Indonesia Sehat dilaksanakan dengan tiga pilar utama yaitu Paradigma sehat, penguatan atau peningkatan pelayanan kesehatan, dan jaminan kesehatan nasional. (Kemenkes, 2015).

Peningkatan pelayanan kesehatan merupakan salah satu bagian dari sub sistem upaya kesehatan dalam Sistem Kesehatan Nasional (SKN) 2012. Menurut

SKN 2012 sub sistem upaya kesehatan ialah bentuk dan cara penyelenggaraan upaya kesehatan yang paripurna, terpadu, dan berkualitas; meliputi upaya peningkatan, pencegahan, pengobatan, dan pemulihan yang diselenggarakan guna

(19)

2

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Derajat kesehatan masyarakat suatu negara dipengaruhi oleh keberadaan sarana kesehatan. UU Nomor 36 Tahun 2009 tentang kesehatan menyatakan

bahwa fasilitas pelayanan kesehatan adalah suatu alat dan/atau tepat yang digunakan untuk menyelenggarakan upaya pelayanan kesehatan, baik promotif,

preventif, kuratif, maupun rehabilitatif yang dilakukan oleh pemerintah, pemerintah daerah dan/atau masyarakat (Kemenkes RI, 2013).

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara

paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat darurat. Rumah sakit diselenggarakan berasaskan pancasila dan didasarkan kepada nilai kemanusiaan, etika, dan profesionalitas, manfaat, keadilan, persamaan hak

anti diskriminasi, pemerataan, perlindungan dan keselamatan pasien, serta mempunyai fungsi sosial.

Dikutip dari Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 4 Tahun 2012 Tentang Petunjuk Teknis Promosi Kesehatan Rumah Sakit menyebutkan rumah sakit sebagai fasilitas pelayanan kesehatan yang memberikan pelayanan kesehatan

perorangan secara paripurna meliputi promotif, preventif, kuratif, dan rehabilitatif. Upaya itu dimulai dari diselenggarakannya Penyuluhan Kesehatan Masyarakat

Rumah Sakit (PKMRS) pada tahun 1994 yang kemudian menjadi Promosi Kesehatan Rumah Sakit (PKRS). Kemudian pada tahun 1997 dikembangkan Pendekatan Rumah Sakit Proaktif yang salah satu esensinya adalah Rumah sakit

(20)

juga melaksanakan kegiatan promotif maupun preventif bagi kesehatan pasien, staf rumah sakit dan juga masyarakat di wilayah cakupannya serta pengembangan

organisasi rumah sakit menjadi organisasi yang sehat. Gerakan menjadi Rumah Sakit Promotor Kesehatan akan menghasilkan reorientasi pelayanan rumah sakit

dimana klien rumah sakit adalah pasien dan orang sehat.

UU Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan menjadi rumah sakit umum dan

rumah sakit khusus. Rumah sakit umum ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit

khusus adalah rumah sakit yang memberikan pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya (Kemenkes RI, 2013).

Rumah sakit sebagai salah satu instansi publik yang memberikan pelayanan publik dituntut untuk memberikan pelayanan yang sesuai dengan

harapan masyarakat dalam rangka terciptanya upaya kesehatan yang menyeluruh dan usaha untuk meningkatkan derajat kesehatan masyarakat. Menurut Peraturan Menteri Negara Pendayaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi

(Permenpan-RB) Nomor 38 Tahun 2012 Pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian kegiatan dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan sesuai dengan

(21)

4

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Menurut Marsono yang dikutip oleh Sunuwata (2014), disadari bahwa kondisi penyelenggaraan pelayanan publik saat ini masih dihadapkan pada sistem

pemerintahan yang belum efektif dan efisien serta sumber daya aparatur manusia yang belum memadai. Hal ini terlihat dari masih banyaknya keluhan dan

pengaduan dari masyarakat baik secara langsung maupun melalui media massa, terkait dengan prosedur yang berbelit-belit, tidak ada kepastian jangka waktu, tidak ada kepastian biaya yang harus dikeluarkan, persyaratan yang tidak

transparan, petugas yang tidak profesional, sehingga menimbulkan citra yang kurang baik terhadap pemerintah.

Adapun kriteria umum sebuah pelayanan kesehatan sebagai pelayanan publik terdiri dari; pelayanan tersebut bersifat komprehensif untuk seluruh masyarakat yang ada di suatu wilayah; pelayanan dilaksanakan secara wajar, tidak

melebihi kebutuhan dan daya jangkau masyarakat; pelayanan dilakukan secara berkesinambungan; dari aspek budaya lokal pelayanan dapat diterima oleh

masyarakat setempat; terjangkau dari segi biaya; manajemennya harus efisien; dan jenis pelayanan yang diberikan harus selalu terjaga mutunya (Muninjaya, 2011).

Saat ini banyak pelanggan yang menuntut pelayanan dan kinerja yang

prima di instansi pelayanan publik, baik milik swasta maupun pemerintah. Pelayanan pelanggan yang bermutu tentu merupakan kunci sukses dan dasar

untuk membangun keberhasilan dan kepercayaan pelanggan. Termasuk peningkatan mutu dalam dalam bidang pelayanan kesehatan. Untuk itu diperlukan sebuah manajemen kinerja dan sebuah penilaian kinerja untuk memastikan apakah

(22)

Menurut Dharma (2005), manajemen kinerja adalah suatu cara untuk mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu

dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai dengan target yang telah direncanakan, standar dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Jadi,

manajemen kinerja adalah sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat

dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang.

Berdasarkan Permenpan-RB Nomor 38 Tahun 2012 menyatakan bahwa

perlunya sebuah penilaian kinerja dan evaluasi kinerja bagi instansi pelayanan publik. Hal ini dilakukan dalam rangka percepatan reformasi birokrasi di bidang pelayanan publik dan sejalan dengan UU Nomor 25 Tahun 2009 tentang

pelayanan publik, terutama dalam melaksanakan evaluasi kinerja serta dalam upaya mempercepat peningkatan kualitas pelayanan publik. Pelaksanaan evaluasi

kinerja juga ditujukan untuk memberikan apresiasi terhadap unit pelayanan yang mempunyai peringkat tertinggi atau telah melaksanankan pelayanan prima yaitu pelayanan yang cepat, tepat, murah, aman, berkeadilan dan akuntabel.

Menurut Semil (2005), pemerintah dalam hal ini telah lama memberikan perhatian dan kebijakan dengan mengeluarkan beberapa peraturan melalui

Kementerian Pendayagunaan Aparatur Negara. Apalagi semenjak berkembangnya era reformasi pada tahun 1998 dan lahirnya otonomi daerah pada 2001 memunculkan paradigma baru dalam pelayanan publik, yaitu tuntutan pelayanan

(23)

6

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA dan memuaskan menjadi suatu kebutuhan yang harus dipenuhi oleh instansi pemerintah yang menyelenggarakan pelayanan publik.

Berdasarkan tuntutan itu, pada tahun 2002 pemerintah mengeluarkan Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara (Kepmen PAN) Nomor

58/KEP/M.PAN/9/2002 tentang Pedoman Pelaksanaan Penilaian dan Penghargaan Citra Pelayanan Prima sebagai Unit Pelayanann Percontohan. Kemudian setahun setelahnya keluar lagi Kepmen PAN Nomor 63 Tahun 2003

tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, disusul Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 tentang Pedoman Umum Penyusunan Indeks

Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah.

Tak hanya itu, Kementerian Pendayaan Aparatur Negara juga mengeluarkan pedoman mengenai penilaian kinerja unit pelayanan publik melalui

Permen PAN Nomor 25/M.PAN/05/2006 yang kemudian disempurnakan melalui Permen PAN Nomor 7 Tahun 2010 dan disusul dengan peraturan yang paling

baru yaitu Permenpan-RB Nomor 38 tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik. Hal ini menandakan kesadaran pemerintah untuk memberikan pelayanan yang prima dan memuaskan telah ada. Hal ini juga

membuktikan betapa pentingnya penyelenggaraan pelayanan yang baik dan memuaskan harus diwujudkan.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan oleh Setyaningsih (2013) mengenai kualitas pelayanan rumah sakit terhadap pasien menemukan bahwa sebagian besar pasien masih merasa belum puas dengan kinerja pelayanan yang

(24)

antara lain keramahan petugas, keadilan dalam memberikan pelayanan, ketepatan waktu, dan banyaknya persyaratan untuk melakukan uji lab.

Hal yang sama juga ditemukan pada penelitian yang dilakukan oleh Nurcaya (2008) mengenai kualitas pelayanan Rumah Sakit di Provinsi Bali.

Penelitian tersebut menunjukkan bahwa terdapat kesenjangan antara kualitas pelayanan yang diberikan rumah sakit dengan yang diharapkan pasien. Hal ini terjadi pada keempat rumah sakit yang diteliti. Kesenjangan tersebut terlihat pada

kepastian waktu pelayanan, kejelasan pelayanan yang diberikan, keramahan dan sopan santun petugas saat memberikan pelayanan, kemampuan dan kesiapan

petugas rumah sakit dalam memberikan pelayanan yang cepat dan tepat bagi pasien, serta rasa aman dan nyaman yang diberikan pada pasien.

Penelitian sejenis yang dilakukan oleh Farsida dkk, (2012) mengenai

kualitas layanan tuberkulosis dari sudut pandang pasien di rumah sakit pemerintah dan rumah sakit swasta di Jakarta Utara, menyatakan bahwa pada kedua rumah

sakit yang diteliti perlu dilakukan perbaikan pada tujuh aspek pelayanan, yaitu waktu tunggu, air minum yang aman, biaya pelayanan TB, biaya pelayanan, bantuan transportasi makanan, keterkaitan TB dan HIV serta pencegahannya.

Farsida dkk juga menemukan di rumah sakit pemerintah perlu memperbaiki aspek diskriminasi pelayanan, sedangkan rumah sakit swasta terdapat enam aspek

tambahan yang harus diperbaiki yaitu konsistensi, jam buka, ketersediaan pelayanan, biaya tambahan, keterkaitan HIV-TB, serta tes dan pengobatan HIV.

Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi merupakan salah satu

(25)

8

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Rumah sakit ini merupakan rumah sakit khusus stroke dengan klasifikasi B, Rumah sakit yang diresmikan oleh Menteri Kesehatan pada tanggal 5 April 2001

ini merupakan satu-satunya rumah sakit stroke di Pulau Sumatera, dan menjadi pusat rujukan penanggulangan kasus.

Berdasarkan hasil survei kepuasan pasien yang dilakukan oleh RSSN Bukittinggi pada tahun 2011 yang dikutip oleh Gustia (2012), terdapat banyak keluhan yang dilayangkan pada perawat di RSSN Bukittinggi. Mayoritas pasien

ataupun keluarga pasien yang datang ke RSSN mengeluhkan tentang pelayanan perawat yang tak ramah, sombong dan tak menyenangkan.

Survei sejenis yang dilakukan oleh Handayani (2014) pada 10 orang pasien RSSN Bukittinggi menemukan bahwa hanya 40% pasien yang merasa puas dengan pelayanan yang diberikan oleh RSSN Bukittinggi, sisanya sebanyak 60%

menyatakan tidak puas. Ketidakpuasan pasien ini disebabkan oleh prosedur pelayanan yang berbelit-belit, petugas yang kurang ramah, kurangnya informasi

yang didapat oleh pasien tentang kondisi kesehatannya, hingga ketidaknyamanan yang dirasakan oleh pasien dalam mendapatkan pelayanan kesehatan.

Kemudian berdasarkan survey pendahuluan yang penulis lakukan pada

akhir Juli lalu di Instalasi Rawat Jalan/Poliklinik RSSN Bukittingi, juga terdapat banyak keluhan yang disampaikan oleh pasien. Keluhan tersebut antara lain

lamanya waktu tunggu pasien untuk mendapatkan pelayanan, ketidakjelasan dokter yang bertugas sehingga terjadi antrian panjang pasien yang menunggu dilayani, hingga cepatnya waktu tutup pendaftaran pasien di loket pendaftaran

(26)

Bukittinggi terdapat 56 jumlah keluhan yang disampaikan oleh pasien selama tahun 2014. Hal yang paling banyak dikeluhkan pasien adalah perilaku petugas

yang tidak ramah, dan tidak sopan. Kemudian disusul prosedur pelayanan yang berbelit-belit dan membingungkan pasien.

Ketidakpuasan pasien terhadap kinerja pelayanan RSSN Bukittinggi bisa mengakibatkan munculnya ketidakpercayaan masyarakat terhadap RSSN Bukittinggi. Hal ini pada akhirnya akan membuat masyarakat enggan datang

berobat ke RSSN Bukittinggi sehingga mengakibatkan angka kunjungan rendah dan membuka peluang meningkatnya angka prevalensi penyakit stroke di

Sumatera Barat. Maka berdasarkan uraian di atas penulis tertarik untuk melakukan penelitian mengenai respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi tahun 2015 dilihat dari sisi kemudahan pelayanan yang

diberikan, kepastian dan kejelasan pelayanan, keterbukaan informasi, sumber daya yang dimiliki serta keamanan dan kenyamanan pelayanan, dengan harapan RSSN

Bukittinggi bisa meningkatkan kinerja pelayanan kesehatan mereka.

1.2.Perumusan Masalah

Adapun perumusan masalah dalam penelitian ini adalah:

1. Bagaimana respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat

Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional (RSSN) Bukittinggi dilihat dari

sisi kemudahan pelayanan yang diberikan?

2. Bagaimana respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat

Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi kepastian dan kejelasan

(27)

10

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Bagaimana respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat

Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi keterbukaan informasi? 4. Bagaimana respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat

Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi sumber daya manusia yang

dimiliki?

5. Bagaimana respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat

Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi keamanan dan kenyamanan

lingkungan pelayanan?

6. Bagaimana respons pasien pada kinerja pelayanan Instalasi Rawat

Jalan RSSN Bukittinggi secara keseluruhan? 1.3. Tujuan Penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk:

1. Mengetahui sejauh mana respons pasien pada kinerja pelayanan

Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi kemudahan

pelayanan yang diberikan.

2. Mengetahui sejauh mana respons pasien pada kinerja pelayanan

Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi kepastian dan

kejelasan pelayanan yang diberikan.

3. Mengetahui sejauh mana respons pasien pada kinerja pelayanan

(28)

4. Mengetahui sejauh mana respons pasien pada kinerja pelayanan

Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi sumber daya

manusia yang dimiliki.

5. Mengetahui sejauh mana respons pasien pada kinerja pelayanan

Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi dilihat dari sisi keamanan dan kenyamanan lingkungan pelayanan.

6. Mengetahui sejauh mana respons pasien pada kinerja pelayanan

Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi secara keseluruhan.

1.4. Manfaat Penelitian

1. Sebagai bahan masukan dan kajian bagi Rumah Sakit Stroke Nasional dan

Dinas Kesehatan Kota Bukittinggi untuk meningkatkan mutu dalam pelayanan yang diberikan pada masyarakat/pasien yang menggunakan jasa

Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi.

2. Sebagai bahan evaluasi kepada petugas atau pegawai di Rumah Sakit

Stroke Nasional Bukittinggi dalam hal kinerja pelayanan yang diberikan pada masyarakat/pasien.

3. Sebagai tambahan masukan dan pengetahuan kepada penulis dan pembaca

tentang kinerja pelayanan yang diberikan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi dan sebagai bahan referensi untuk

(29)

12 BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Rumah Sakit

Menurut Undang-undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009

Tentang Rumah Sakit dinyatakan bahwa rumah sakit adalah institusi pelayanan kesehatan yang menyelenggarakan pelayanan kesehatan perorangan secara paripurna yang menyediakan pelayanan rawat inap, rawat jalan, dan gawat

darurat. Perkembangan perumahsakitan di Indonesia sejak kemerdekaan berlangsung sangat cepat dan dinamis, sejalan dengan pesatnya peningkatan

kesejahteraan masyarakat. Saat ini, perkembangan pelayanan RS sejalan dengan tuntutan masyarakat untuk memperoleh pelayanan kesehatan yang bermutu, mengikuti perkembangan ilmu dan teknologi kedokteran, kefarmasian, termasuk

penggunaan teknologi komunikasi mutakhir dengan komputer dan internet.

2.1.1 Jenis Rumah Sakit di Indonesia

Jenis RS di Indonesia dikelompokkan menurut beberapa aspek seperti berdasarkan kepemilikan, jenis pelayanan yang diberikan, dan berdasarkan kelasnya. Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 147/Menkes/PER/I/2010 tentang

perizinan rumah sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan kepemilikan, yaitu rumah sakit publik dan rumah sakit privat. Rumah sakit publik ialah rumah

(30)

tujuan profit yang berbentuk perseroan terbatas atau persero. Contohnya RS yang yang dikelola oleh yayasan tertentu.

Undang-undang Nomor 44 Tahun 2009 tentang rumah sakit mengelompokkan rumah sakit berdasarkan jenis pelayanan yang diberikan

menjadi rumah sakit umum dan rumah sakit khusus. Rumah sakit umum ialah rumah sakit yang memberikan pelayanan kesehatan pada semua bidang dan jenis penyakit. Adapun rumah sakit khusus adalah rumah sakit yang memberikan

pelayanan utama pada satu bidang atau satu jenis penyakit tertentu berdasarkan disiplin ilmu, golongan umur, organ, jenis penyakit, atau kekhususan lainnya.

Misalnya RS Khusus Mata, RS Khusus Stroke dan lain-lain.

Peraturan Menteri Kesehatan Nomor 340 Tahun 2010 tentang Klasifikasi Rumah Sakit menetapkan RS khusus dibedakan atas RS Khusus kelas A, RS

Khusus kelas B dan RS Khusus kelas C, hal ini didasarkan atas fasilitas dan kemampuan pelayanan medik spesialis dan subspesialis kekhususannya. RS

Khusus kelas A memiliki fasilitas dan kemampuan kekhususan yang lengkap, RS Khusus kelas B punya fasilitas dan kemampuan kekhususan yang terbatas, sedangkan RS Khusus kelas C punya fasilitas dan kemampuan kekhususan yang

minimal.

2.1.2 Rumah Sakit sebagai Industri Jasa

Konsep dan dan teori pemasaran pada awalnya dikembangkan dalam bentuk penjualan produk barang yang bersifat fisik. Sejalan dengan perkembangan pemasaran produk barang, industri jasa juga berkembang dan

(31)

14

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA disebuah negara sangat memengaruhi struktur perekonomian negara tersebut. Orientasi perekonomian sebuah negara yang semula terfokus pda sektor primer,

semakin bergeser ke sektor sekunder, dan tersier, termasuk jasa.

Di Indonesia perkembangan sektor jasa juga terjadi dengan cepat.

Kemajuan ekonmoi global juga mendorong pesatnya pertumbuhan sektor jasa di dalam negeri. Sektor ini membuka lapangan kerja dan peluang bisnis termasuk bisnis di bidang kesehatan.

Menurut Muninjaya (2011), yang mengutip pendapat Kotler, jasa adalah sebuah tindakan atau kegiatan yang ditawarkan oleh satu pihak kepada pihak

lainnya, bersifat tidak berwujud (intangible) dan tidak mengubah status kepemilikan bagi yang membelinya.

Untuk pengembangan strategi pemasaran jasa pelayanan rumah sakit (RS),

staf RS sebaiknya memerhatikan batasan jasa. Strategi dan kiat-kiat pemasaran jasa pelayanan RS sangat berbeda dengan pemasaran produk barang. Pemasaran

jasa pelayanan kesehatan RS tidak saja harus selalu berorientasi pada kepuasan pengguna jasa pelayanan (customer satisfaction), akan tetapi juga tidak boleh melanggar standar prosedur pelayanan kesehatan yang baku (Standard operating

procedure – SOP), dan kode etik profesi. Secara umum jasa memiliki empat ciri khas, dan setiap cirri punya kiat-kiat khusus untuk memasarkannya.

Menurut Muninjaya (2011), ada tiga kategori produk yang dihasilkan oleh lembaga/organisasi. Ketiganya dibedakan berdasarkan daya tahan atau wujudnya.

1. Barang yang tidak tahan lama, (non durable goods). Jenis barang

(32)

pemakaian satu sampai dua kali. Jenis barang ini umur ekonomisnya sangat terbatas, biasanya kurang dari setahun.

Contoh produknya: makanan dan obat, vaksin, garam beryodium. 2. Barang tahan lama, (durable goods). Jenis barang ini memiliki

umur ekonomis lebih dari setahun. Contoh produknya: alat rontgen, komputer, stetoskop, jarum suntik.

3. Jasa (Service). Merupakan aktivitas, manfaat atau kepuasan yang

ditawarkan (dijual). Contoh produknya: pelayanan rumah sakit, pelayanan puskesmas, pelayanan apotek dan asuransi kesehatan.

Dalam proses pemasarannya, ketiganya saling berinteraksi dan saling melengkapi, atau saling membutuhkan. Misalnya institusi kesehatan menawarkan jasa pelayanan kesehatan. Komponen jasa pelayanan kesehatan hanya sebagian

kecil saja dari apa yang ditawarkan kepada pengguna (pasien). Komponen jasa bisa menjadi bagian utama (pokok) dari seluruh pelayanan RS, tetapi jasa

pelayanan kesehatan yang ditawarkan pasti memrlukan produk lainnya seperti peralatan kedokteran, makanan, laundry, obat-obatan, AC, telpon dan computer. Bentuk barang yang menunjang jasa pelayanan kesehatan adalah bagian dari

durable dan non durable goods.

Jika dibandingkan dengan produk barang, jasa dibedakan berdasarkan ciri

khasnya yaitu (Muninjaya, 2011):

1. Intangibility. Jasa pelayanan kesehatan punya cirri khas tidak berbentuk, tidak bisa diraba, tidak bisa dicium, tidak bisa disentuh

(33)

16

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA sebelum pasien menerimanya (membeli jasa pelayanan tersebut). Untuk mengurangi ketidakpastian mutunya, pasien harus

memerhatikan ada tidaknya bukti atau tanda bahwa jasa yang ditawarkan memang benar-benar berkualitas. Mutu jasa bisa dikaji

dari aspek lokasi (tempat) jasa pelayanan kesehatan diberikan, orang yang menjualnya (kualifikasi, kompetensi, dan pengalaman kerja tenaga kesehatan), peralatan yang digunakan (medical dan

non medical equipment) , materi komunikasi, termasuk simbol, dan harga (biaya pelayanan kesehatan). ciri-ciri ini bisa diamati

oleh pasien (sebagai pengguna) sebelum membeli jasa pelayanan. 2. Inseparability. Produk barang harus diproduksi lebih dahulu

sebelum dijual, tetapi jasa pelayanan kesehatan, produknya harus

diproduksi bersamaan pada saat pasien meminta jasa pelayanan kesehatan tersebut. Artinya jasa pelayanan kesehatan akan

diproduksi bersamaan pada saat jasa tersebut akan dikonsumsi oleh pasien.

3. Variability. Jasa juga banyak variasinya. Bentuk, mutu dan

jenisnya sangat tergantung dari siapa, kapan dan di mana jasa tersebut diproduksi. Variasi jasa juga ditentukan oleh tingkat

(34)

4. Perishability. Jasa merupakan sesuatu yang tidak bisa disimpan dan tidak tahan lama. Tempat tidur rumah sakit yang kosong,

waktu dokter yang tidak dimanfaatkan oleh pasien akan hilang begitu saja karena jasa tidak dapat disimpan. Kondisi ini akan

bermasalah jika permintaan terhadap jasa tetap. Khusus untuk pelayanan kesehatan, penawaran dan permintaan jasa sangat sulit diprediksi, karena sangat tergantung dari gangguan kesehatan

seseorang atau masyarakat.

Paket jasa pelayanan kesehatan yang dijual kepada pelanggan terdiri dari

fasilitas penunjang (seperti kenyamanan ruang periksa, dekorasi, keamanan, lampu penerang, kebersihan, kejelasan petunjuk, tempat parkir dan sebagainya);

alat-alat pendukung (pengguna disediakan minuman pada saat menunggu, makanan yang sehat dan enak dikonsumsi oleh pasien selama masa perawatan, obat-obat penunjang tersedia lengkap dan sebagainya); jasa eksplisit (kecepatan pelayanan, kesesuaian kegiatan pelayanan dengan dengan jadwal); jasa implisit (manfaat psikologis yang bisa dirasakan langsung oleh panca indera pasien seperti privacy, jaminan rasa aman, senyuman petugas, sikap empati dan keramahan

perawat).

2.1.3 Kualitas dan Kepuasan Pelanggan di Rumah Sakit

Kualitas jasa merupakan bagian penting yang perlu mendapat perhatian RS. Pengemasan paket jasa yang diproduksi merupakan salah satu strategi pemasaran institusi pelayanan kesehatan kepada para penggunanya, yaitu pasien

(35)

18

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA kesehatan yang ditawarkan mampu bertahan dan berkesinambungan sehingga segmen pasar tertentu bisa dipertahankan atau munculnya pelanggan baru karena

cerita dari mulut ke mulut oleh pengguna jasa sebelumnya.

Melakukan analisis terhadap kualitas jasa pelayanan kesehatan yang

dikaitkan dengan kepuasan pelanggan harus jelas tujuannya, jenis lembaga pelayannya, dan situasi pasarnya. Untuk itu, beberapa faktor yang mempengaruhi kepuasan pengguna jasa pelayanan kesehatan perlu dipahami, seperti:

1. Jenis paket jasa pelayanan kesehatan yang diterima. Dalam hal ini

aspek komunikasi antara penjual dan pengguna memegang

peranan sangat penting karena pelayanan kesehatan adalah high personal contact

2. Emphaty (sikap peduli) yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

sikap ini akan menyentuh emosi pasien. Faktor ini berpengaruh besar pada tingkat kepatuhan pasien yang akhirnya berdampak

positif pada kesembuhannya.

3. Biaya (cost). Penjelasan tentang harga (tarif pelayanan) harus

diberikan sebelum pasien dan keluarganya menerima pelayanan.

Informasi mengenai rincian biaya ini harus disampaikan pada pengguna sebab biaya perawatan tidak bisa ditaksir oleh

penggunanya. Informasi terbatas yang dimiliki oleh pasien ataupun keluarganya mengenai perawatan yang diterima dan biaya perawatannya bisa berkembang menjadi sumber keluhan pasien

(36)

4. Penampilan fisik (kerapian) petugas kesehatan, kondisi

kebersihan, dan kenyamanan ruangan.

5. Jaminan keamanan yang ditunjukkan oleh petugas kesehatan.

Misalnya, ketepatan jadwal pemeriksaan dan kunjungan dokter. 6. Keandalan dan keterampilan petugas kesehatan merawat pasien.

Faktor ini sangat tergantung dari pengalaman dan kompetensinya. Faktor ini bisa dirasakan oleh pengguna pelayanan kesehatan,

terutama yang sedang dirawat di RS

7. Kecepatan petugas menanggapi keluhan pasien. Kecepatan

memenuhi panggilan pasien pada saat diperlukan sangat ditentukan oleh kesigapan petugas jaga (dokter dan paramedis) yang tertuang dalam sistem kontrak antar dokter/paramedis

dengan pihak manajemen RS.

Tujuan utama melakukan analisis kepuasan pasien di RS adalah untuk

mengetahui tingkat kepuasan para pengguna jasa pelayanan kesehatan, dan dapat digunakan oleh pihak manajemen RS sebagai alat untuk:

1. Merumuskan kebijakan atau keputusan guna meningkatkan

kinerja RS yang dipimpinnya.

2. Penyusunan strategi pemasaran produk pelayanan. Unit unit

pelayanan yang paling sering menerima keluhan pasien harus mendapat perhatian utama dari pihak manajemen RS dan segera dicarikan solusinya untuk memperbaiki mutu pelayanan sebelum

(37)

20

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 3. Memonitor dan mengendalikan aktivitas sehari-hari staf terutama

pada saat memberikan pelayanan kepada pasien.

4. Menerapkan misi RS yang sudah dirumuskan untuk memperoleh

kepercayaan masyarakat penggunanya.

2.2 Pelayanan Publik

2.2.1 Pengertian Pelayanan Publik

Berdasarkan Permenpan-Reformasi dan Birokrasi Nomor 38 Tahun 2012

Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik, pelayanan publik adalah kegiatan atau rangkaian dalam rangka pemenuhan kebutuhan pelayanan

sesuai dengan peraturan perundang-undangan bagi setiap warga negara dan peduduk atas atas barang, jasa dan/atau pelayanan administrasi yang disediakan oleh penyelenggara pelayanan publik.

Pelayanan publik merupakan tugas utama yang hakiki dari sosok aparatur, sebagai abdi negara dan abdi masyarakat. Tugas ini telah jelas digariskan dalam

pembukaan UUD 1945 alinea keempat, yang meliputi empat aspek pelayanan pokok aparatur terhadap masyarakat, yaitu melindungi segenap bangsa Indonesia dan seluruh tumpah darah Indonesia, memajukan kesejahteraan umum,

mencerdaskan kehidupan bangsa dan melaksanakan ketertiban dunia berdasarkan kemerdekaan, perdamaian abadi dan keadilan sosial.

2.2.2 Jenis Pelayanan Publik

Menurut Kepmen PAN Nomor 58 Tahun 2002 mengelompokkan tiga jenis pelayanan dari instansi pemerintah serta BUMD/BUMN. Pengelompokan jenis

(38)

pelayanan yang dihasilkan, yaitu 1) pelayanan administratif, 2) pelayanan barang, 3) pelayanan jasa.

Jenis pelayanan administratif adalah jenis pelayanan yang diberi-kan oleh unit pelayanan berupa pencatatan, penelitian, pengambilan keputusan,

dokumentasi dan kegiatan tata usaha lainnya yang secara keseluruhan menghasilkan produk akhir berupa dokumen, misalnya sertifikat, ijin-ijin, rekomendasi, keterangan dan lain-lain. Misalnya jenis pelayanan sertifikat tanah,

pelayanan, IMB, Pelayanan administrasi kependudukan (KTP, KK, akte kelahiran, dan akte kematian), semuanya memerlukan pelayanan yang optimal.

Jenis pelayanan Barang adalah pelayanan yang diberikan oleh unit pelayanan berupa kegiatan penyediaan dan atau pegolahan bahan berwujud fisik termasuk distribusi dan penyampaiannya kepada konsumen langsung (sebagai unit

atau individual) dalam suatu sistem. Secara keseluruhan kegiatan tersebut menghasilkan produk akhir berwujud benda, atau yang dianggap benda yang

memberikan nilai tambah secara langsung bagi penggunanya. Misalnya jenis-jenis pelayanan pembayaran iuran listrik, air minum dan telepon.

Jenis pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit

pelayanan berupa sarana dan prasarana serta penunjangnya. Pengoperasiannya berdasarkan suatu sistem penoperasian tertentu dan pasti. Produk akhirnya berupa

(39)

22

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.2.3 Unit Pelayanan Publik

Untuk melaksanakan/menyelenggarakan pelayanan publik dibutuhkan

sebuah lembaga atau badan yang bertugas memberikan pelayanan kepada publik/masyarakat. Misalnya pelayanan di bidang kesehatan, dibutuhkan

puskesmas dan rumah sakit. Puskesmas dan rumah sakit tersebut selanjutnya disebut dengan unit pelayanan publik.

Permenpan-RB Nomor 38 Tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja

Unit Pelayanan Publik mendefinisikan unit pelayanan publik adalah satuan kerja di lingkungan instansi pemerintah yang memberikan pelayanan kepada publik.

Instansi pemerintah yang dimaksud adalah kementerian, lembaga dan pemerintah daerah.

Berdasarkan pengertian di atas maka unit pelayanan publik adalah

badan/lembaga di bawah koordinasi negara yang menjadi penyelenggara pelayanan kepada publik sesuai dengan peraturan dan perundang-undangan yang

berlaku. Penyelenggara pelayanan publik berarti setiap institusi penyelenggara negara, korporasi, lembaga independen yang dibentuk berdasarkan undang-undang untuk kegiatan pelayanan publik, dan badan hukum lain yang dibentuk

semata-mata untuk kegiatan pelayanan publik.

2.3 Kinerja Unit Pelayanan Publik 2.3.1 Pengertian Kinerja

Kinerja berasal dari kata job performance atau actual performance yang berarti prestasi kerja atau prestasi sesungguhnya yang dicapai oleh seseorang.

(40)

pegawai dalam melaksanakan fungsinya sesuai dengan tanggung jawab yang diberikan kepadanya.

Menurut Riadi (2014) yang mengutip pendapat Rivai dan Basri, kinerja adalah hasil atau tingkat keberhasilan seseorang secara keseluruhan selama

periode tertentu dalam melaksanakan tugas dibandingkan dengan berbagai kemungkinan, seperti standar hasil kerja, target atau sasaran atau kriteria yang telah ditentukan terlebih dahulu dan telah disepakati bersama. Menurut

Mangkunegara (2002), kinerja berarti hasil kerja baik secara kualitas ataupun kuantitas yang dicapai oleh seseorang dalam melaksanakan tugas sesuai tanggung

jawab yang diberikan.

Menurut Mangkunegara (2002), karakteristik orang yang mempunyai kinerja yang tinggi adalah sebagai berikut:

1. Memiliki tanggung jawab pribadi yang tinggi

2. Berani mengambil dan menanggung resiko yang dihadapi

3. Memiliki tujuan yang realistis

4. Memiliki rencana kerja yang menyeluruh dan berjuang untuk

merealisasikan tujuannya

5. Memanfaatkan umpan balik yang konkrit dalam seluruh kegiatan

kerja yang dilakukannya

6. Mencari kesempatan untuk merealisasikan rencana yang telah

(41)

24

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2.3.2 Manajemen Kinerja

Menurut Dharma (2005), manajemen kinerja adalah suatu cara untuk

mendapatkan hasil yang lebih baik bagi organisasi, kelompok dan individu dengan memahami dan mengelola kinerja sesuai target yang telah direncanakan,

standar, dan persyaratan kompetensi yang telah ditentukan. Manajemen kinerja juga berarti sebuah proses untuk menetapkan apa yang harus dicapai, dan pendekatannya untuk mengelola dan pengembangan manusia melalui suatu cara

yang dapat meningkatkan kemungkinan bahwa sasaran akan dapat dicapai dalam suatu jangka waktu tertentu baik pendek maupun panjang.

Manajemen kinerja didasarkan pada suatu asumsi bahwa bilamana orang tahu dan mengerti apa yang diharapkan dari mereka, dan diikutsertakan dalam penentuan sasaran yang akan dicapai maka mereka akan menunjukkan kinerja

untuk mencapai sasaran tersebut. Tujuan umum manajemen kinerja adalah untuk menciptakan budaya para individu dan kelompok memikul tanggung jawab bagi

usaha peningkatan proses kerja dan kemampuan yang berkesinambungan.

Proses manajemen kinerja dapat digunakan untuk mengkomunikasikan dan memperkuat strategi, nilai dan norma organisasi dan mengintegtrasikan

sasaran individu dan organisasi. Manajemen kinerja memungkinkan individu untuk mengekspresikan pandangan mereka tentang apa yang seharusnya mereka

(42)

manajemen kinerja merupakan kemitraan antara manajer dan individu yang merupakan anggota kelompok kerjanya.

Supaya manajemen kinerja dapat berlangsung efektif maka ada 4 prinsip mendasar, yaitu:

1. Manajemen kinerja dimiliki dan dimotori oleh manajemen lini dan

bukan oleh bagian Sumber Daya Manusia 2. Penekanan terhadap nilai dan target organisasi

3. Manajemen kinerja bukanlah merupakan sekumpulan pemecahan

masalah, tetapi sesuatu yang harus dikembangkan secara khusus untuk

suatu organisasi tertentu

4. Manajemen kinerja harus berlaku bagi semua staf, bukan hanya

sebagian dari kelompok manajerial saja.

Kemudian untuk memudahkan proses manajemen kinerja maka disusunlah kerangka kerja. Kerangka kerja akan menuntun organisasi untuk menuju

perkembangan. Kerangka kinerja menjadi panduan untuk manajer, karyawan dan kelompok, sehingga jelas kegiatan manajemen kinerja apa yang diharapkan dari pegawainya. Aktifitas dalam kerangka kerja tersebut adalah:

1. Strategi serta sasaran organisasi

 Persiapan pernyataan nilai serta misi yang dikaitkan dengan

strategi organisasi.

(43)

26

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 2. Penetapan rencana dan kinerja

 Kesepakatan mengenai akuntabilitas, tugas, sasaran, tuntutan

pengetahuan, keahlian dan kompetensi serta ukuran kinerja.  Kesepakatan mengenai rencana kerja dan action plan untuk

pengembangan SDM dan peningkatan kinerja. 3. Pengelolaan secara berkesinambungan sepanjang tahun

 Pemberian umpan balik secara teratur

 Evaluasi perkembangan secara berkala

4. Evaluasi kinerja secara formal

 Persiapan oleh manajer dan karyawan secara individu untuk

suatu evaluasi formal.

 Evaluasi kinerja tahunan, yang kemudian mengarah pada

kesepakatan kinerja baru. 5. Pengembangan dan pelatihan

 Program pengembangan dan pelatihan yang didasarkan atas

hasil evaluasi kinerja.

 Pengembangan yang lebih informal akan berlangsung

disepanjang tahun dalam bentuk bimbingan, konseling, on the job training dan aktifitas pengembangan diri.

2.3.3 Penilaian Kinerja

Manfaat utama dari penilaian/pengukuran kinerja adalah tersedianya

(44)

“apabila tak dapat mengukurnya maka tak akan mampu juga untuk

meningkatkannya”. Ukuran kinerja seharusnya dapat memberikan bukti tentang

apakah hasil yang dikehendaki telah tercapai atau tidak dan sudah sejauh mana pekerjaan tersebut dikerjakan.

Penilaian/pengukuran kinerja akan menjadi dasar untuk memberikan informasi umpan balik yang akan digunakan tidak hanya oleh para manajer tetapi juga oleh para karyawan untuk memantau kinerja mereka sendiri. fokus dan isi

ukuran kinerja tentu saja akan sangat bervariasi di antara berbagai pekerjaan serta tingkatan manajemen yang berbeda.

Secara lebih spesifik, menurut Semil (2005) yang mengutip pendapat Gerson manfaat penilaian/pengukuran kinerja adalah:

1. Pengukuran menyebabkan orang memiliki rasa berhasil dan

berprestasi, yang kemudian diterjemahkan menjadi pelayanan yang prima kepada pelanggan.

2. Pengukuran bisa dijadikan dasar menentukan standar kinerja dan

standar prestasi yang harus dicapai, yang akan mengarahkan mereka menuju mutu yang semakin baik dan kepuasan pelanggan yang

meningkat.

3. Memberikan umpan balik pada pelaksana, terutam bila pelanggan

(45)

28

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 4. Pengukuran memberitahukan apa yang harus dilakukan untuk

memperbaiki mutu kepuasan pelanggan serta bagaimana harus

melakukannya. Informasi ini juga bisa datang langsung dari pelanggan. 5. Pengukuran memotivasi orang untuk melakukan dan mencapai tingkat

produktivitas yang lebih tinggi.

Selanjutnya, apabila kinerja dikaitkan dengan harapan dan kepuasan maka gambarannya adalah sebagai berikut:

1. Kinerja < Harapan

Apabila kinerja pelayanan menunjukkan keadaan di bawah harapan

pelanggan, maka pelayanan kepada pelanggan dianggap tidak memuaskan dan pelanggan akan merasa kecewa.

2. Kinerja = Harapan

Apabila kinerja pelayanan menunjukkan keadaan sama atau sesuai dengan harapan pelanggan, maka pelayanan dianggap memuaskan atau

tingkat kepuasannya minimal. 3. Kinerja > Harapan

Apabila kinerja pelayanan menunjukkan lebih dari yang diharapkan

pelanggan, maka pelayanan dianggap istimewa atau sangat memuaskan dan pelanggan akan merasa senang, dan gembira.

2.3.4 Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik

Upaya pemerintah untuk meningkatkan kinerja unit pelayanan publik dituangkan melalui beberapa peraturan perundang-undangan. Pemerintah melalui

(46)

beberapa Keputusan dan Peraturan Menteri yang bisa menjadi dasar dalam melakukan penilaian kinerja instansi publik. Peraturan – peraturan tersebut antara

lain Kepmen PAN Nomor 63 Tahun 2003 tentang Pedoman Umum Penyelenggaraan Pelayanan Publik, Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 tentang

Pedoman Umum Penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat Unit Pelayanan Instansi Pemerintah dan Permenpan-RB Nomor 38 tahun 2012 tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik..

Kepmen PAN Nomor 63 Tahun 2003 menyebutkan hakekat pelayanan publik ialah pemberian pelayanan prima kepada masyarakat yang merupakan

perwujudan kewajiban aparatur pemerintah sebagai abdi masyarakat. Dalam peraturan tersebut disebutkan aparatur negara hendaknya memberikan pelayanan dengan berorientasi pada kebutuhan dan kepuasan penerima pelayanan, sehingga

dapat meningkatkan daya saing dalam pemberian pelayanan barang dan jasa. Tujuan dari Kepmen PAN ini sendiri adalah untuk mendorong

terwujudnya penyelenggaraan pelayanan publik yang prima dalam arti memenuhi harapan dan kebutuhan baik bagi pemberi maupun penerima pelayanan.

Ringkasnya Kepmen PAN Nomor 63 Tahun 2003 berisi tentang

penyelenggaraan pelayanan publik yang harus memperhatikan dan menerapkan prinsip, standar, pola penyelenggaraan biaya, pelayanan bagi penyandang cacat,

lanjut usia, wanita hamil dan balita, pelayanan khusus , biro jasa pelayanan, tingkat kepuasan masyarakat, pengawasan penyelenggaraan, penyelesaian pengaduan dan sengketa, serta evaluasi kinerja penyelenggaraan pelayanan

(47)

30

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Berikut 10 prinsip pelayanan publik yang termuat dalam Kepmen PAN Nomor 63 Tahun 2003:

1. Kesederhanaan

Prosedur pelayanan publik tidak berbelit-belit, mudah dipahami dan

mudah dilaksanakan. 2. Kejelasan

a. Persyaratan teknis dan administrasi pelayanan publik,

b. Unit kerja/pejabat yang berwenang dan bertanggungjawab dalam

memberikan pelayanan dan penyelesaian keluhan/

persoalan/sengketa dalam pelaksanaan pelayanan publik, c. Rincian biaya pelayanan publik dan tata cara pembayaran. 3. Kepastian waktu

Pelaksanaan pelayanan publik dapat diselesaikan dalam kurun waktu yang telah ditentukan

4. Akurasi

Produk pelayanan publik diterima dengan benar, tepat dan sah 5. Keamanan

Proses dan produk pelayanan publik memberikan rasa aman dan kepastian hukum.

6. Tanggung jawab

Pimpinan penyelenggara pelayanan publik atau pejabat yang ditunjuk bertanggungjawab atas penyelenggaraan pelayanan dan penyelesaian

(48)

7. Kelengkapan sarana dan prasarana

Tersedianya sarana dan prasarana kerja, peralatan kerja dan pendukung

lainnya yang memadai termasuk penyediaan sarana teknologi telekomunikasi dan informatika (telematika).

8. Kemudahan akses

Tempat dan lokasi serta sarana pelayanan yang memadai, mudah dijangkau oleh masyarakat, dan dapat memanfaatkan teknologi

telematika

9. Kedisiplinan, kesopanan dan keramahan

Pemberi pelayanan harus bersikap disiplin, sopan dan santun, ramah, serta memberikan pelayanan dengan ikhlas.

10. Kenyamanan

Lingkungan pelayanan harus tertib, teratur, disediakan ruang tunggu yang nyaman, bersih, rapi, lingkungan yang indah dan sehat serta

dilengkapi dengan fasilitas pendukung pelayanan seperti parkir,, toilet, tempat ibadah dan lain-lain.

Sedangkan menurut Kepmen PAN Nomor 25 Tahun 2004 diatur pedoman

mengenai penyusunan Indeks Kepuasan Masyarakat (IKM). IKM dinilai penting untuk menjadi salah satu indikator dalam penilaian kinerja pelayanan publik sebab

(49)

32

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA Tujuan penyusunan IKM sendiri ialah untuk mengetahui tingkat kinerja pelayanan instansi publik secara berkala sebagai bahan untuk menetapkan

kebijakan dalam rangka peningkatan kualitas pelayanan publik selanjutnya. Bagi masyarakat, IKM dapat digunakan sebagai gambaran tentang kinerja pelayanan

instansi publik.

Dalam Kepmen PAN tersebut terdapat 14 unsur minimal yang harus ada untuk menjadi dasar dalam pengukuran IKM. Empat belas unsur itu antara lain:

1. Prosedur pelayanan

Kemudahan tahapan pelayanan yang diberikan pada masyarakat dilihat

dari sisi kesederhanaan alur pelayanan 2. Persyaratan pelayanan

Persyaratan teknis dan administratif yang diperlukan untuk

mendapatkan pelayanan sesuai dengan jenis pelayanannya 3. Kejelasan petugas pelayanan

Keberadaan dan kepastian petugas yang memberikan pelayanan (nama, jabatan, serta kewenangan dan tanggung jawab)

4. Kedisiplinan petugas pelayanan

Kesungguhan petugas dalam memberikan pelayanan terutama terhadap konsistensi waktu kerja sesuai ketentuan yang berlaku

5. Tanggung jawab petugas pelayanan

(50)

6. Kemampuan petugas pelayanan

Tingkat keahlian dan keterampilan yang dimiliki petugas dalam

memberikan/meyelesaikan pelayanan kepada masyarakat 7. Kecepatan Pelayanan

Target waktu pelayanan dapat diselesaikan dalam waktu yang telah ditentukan oleh unit penyelenggara pelayanan

8. Keadilan mendapatkan pelayanan

Pelaksanaan pelayanan dengan tidak membedakan golongan/status masyarakat yang dilayani

9. Kesopanan dan keramahan petugas

Sikap dan perilaku petugas dalam memberikan pelayanan kepada masyarakat secara spontan dan ramah serta saling menghargai dan

menghormat

10. Kewajaran biaya pelayanan

Keterjangkauan masyarakat terhadap besarnya biaya yang ditetapkan oleh unit pelayanan

11. Kepastian biaya pelayanan

Kesesuaian antara biaya yang dibayarkan dengan biaya yang telah ditetapkan

12. Kepastian jadwal pelayanan

(51)

34

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 13. Kenyamanan lingkungan

Kondisi sarana dan prasarana pelayanan yang bersih, rapi dan teratur

sehingga dapat memberikan rasa nyaman kepada penerima pelayanan 14. Keamanan pelayanan

Terjaminnya tingkat keamanan lingkungan unit penyelenggara pelayanan ataupun sarana yang digunakan, sehingga masyarakat merasa tenang untuk mendapatkan pelayanan terhadap resiko-resiko

yang diakibatkan dari pelaksanaan pelayanan

Selanjutnya pada tahun 2012 Kemenpan yang telah berubah nama menjadi

Kemenpan-RB mengeluarkan peraturan mengenai pedoman penilaian kinerja unit pelayanan publik lewat Permenpan-RB Nomor 38 Tahun 2012. Permen ini merupakan penyempurnaan dari permen sebelumnya yang juga berisi pedoman

penilaian kinerja unit pelayanan publik yaitu Permenpan-RB Nomor 7 Tahun 2010. Pedoman ini diperlukan supaya evaluasi kinerja dapat dilaksanakan dengan

obyektif, transparan dan akuntabel.

Berdasarkan permen tersebut terdapat 9 komponen dan indikator dalam melakukan penilaian kinerja, antara lain:

1. Visi, Misi, dan Motto Pelayanan

Komponen ini berkaitan dengan visi, misi, dan motto pelayanan yang

memotivasi pegawai untuk memberikan pelayanan publik 2. Standar pelayanan dan Maklumat pelayanan

Dalam rangka memberikan kepastian, meningkatkan kualitas dan

(52)

dengan kemampuan penyelenggara sehingga mendapatkan kepercayaan masyarakat, maka penyelenggara pelayanan perlu

menyusun, menetapkan dan menerapkan standar pelayanan. 3. Sistem, mekanisme, dan prosedur

Komponen ini berkaitan dengan sistem dan prosedur baku dalam mendukung pengelolaan pelayanan yang efektif dan efisien untuk memberikan kepuasan kepada masyarakat pengguna pelayanan. Sistem

dan prosedur baku meliputi standar operasional prosedur. 4. Sumber daya manusia

Komponen ini berkaitan dengan profesionalitas pegawai, yang meliputi sikap dan perilaku, keterampilan, kepekaan, dan kedisiplinan 5. Sarana dan prasarana pelayanan

Komponen ini berkaitan dengan daya guna sarana dan prasarana pelayanan yang dimilki

6. Penanganan pengaduan

Komponen ini berkaitan dengan sistem dan pola penanganan pengaduan serta bagaimana penyelesaian terhadap pengaduan tersebut

sesuai aturan yang berlaku. 7. Indeks Kepuasan Masyarakat

(53)

36

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA 8. Sistem informasi pelayanan publik

Komponen ini berkaitan dengan sistem pengelolaan informasi

pelayanan, wujud/bentuk penyampaian infomasi, serta tingkat keterbukaan informasi pada pengguna.

9. Produktivitas dalam pencapaian target pelayanan

Komponen ini berkaitan dengan penentuan target pelayanan serta tingkat pencapaian target tersebut.

Berpedoman pada Kepmenpan dan Permenpan-RB tersebut, maka penulis menyusun komponen yang digunakan dalam penilaian kinerja untuk penelitian

ini. komponen yang penulis susun berusaha menggabungkan semua aspek ataupun semua indikator yang dimiliki oleh masing-masing peraturan yang telah dijelaskan di atas. Ada 5 komponen dan masing-masing komponen tersebut memiliki

beberapa indikator antara lain: 1. Kemudahan Pelayanan

Komponen kemudahan terdapat pada ketiga peraturan perundang-undangan. Komponen kemudahan dibagi dalam 2 indikator yaitu: a. Kemudahan alur atau proses pelayanan

b. Kemudahan memenuhi persyaratan yang diminta 2. Kepastian Pelayanan

Komponen ini terdapat pada ketiga peraturan perundang-undangan, memuat 3 indikator, yaitu:

Gambar

Gambar 2.1 Kerangka Pikir Penelitian
Tabel 3.5
Tabel 4.1
Gambar 4.1 Prosedur Pelayanan di Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Stroke Nasional Bukittinggi (sumber: Papan informasi Instalasi Rawat Jalan RSSN Bukittinggi)
+7

Referensi

Dokumen terkait

Oleh karena itu, perlu dilakukan penelitian untuk mengetahui gambaran tingkat kepuasan pasien rawat jalan terhadap pelayanan Instalasi Farmasi Rumah Sakit Islam

Dari hasil analisis One Way Anova, juga memberikan hasil yang sama bahwa tidak ada perbedaan yang signifikan kualitas pelayanan Instalasi Rawat Jalan Rumah Sakit Umum Daerah

Jenis pelayanan jasa adalah jenis pelayanan yang diberikan oleh unit5. pelayanan berupa sarana dan prasarana serta

Keputusan Menteri Pendayagunaan Aparatur Negara dan Reformasi Birokrasi Nomor 7 Tahun 2010 Tentang Pedoman Penilaian Kinerja Unit Pelayanan Publik.. Keputusan Menteri

Tujuan dari penelitian ini adalah untuk mengetahui realisasi implementasi pe- layanan informasi obat pasien rawat jalan di instalasi farmasi Rumah Sakit Yogyakarta jika

STROKE NON HEMORAGI DI RUMAH SAKIT STROKE NASIONAL BUKITTINGGI.

Hasil penelitian menunjukkan dari 35 orang pasien yang menggunakan alprazolam di bangsal rawat inap neurologi Rumah Sakit Stroke Nasional 29 angka kejadian DRPs

Variabel independen di dalam penelitian ini adalah persepsi terhadap kualitas pelayanan farmasi rumah sakit meliputi: penampilan IFRS (apotek rawat jalan), kemudahan