• Tidak ada hasil yang ditemukan

Uji Disolusi Natrium Diklofenak dalam Sediaan Tablet Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Uji Disolusi Natrium Diklofenak dalam Sediaan Tablet Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet"

Copied!
37
0
0

Teks penuh

(1)

UJI DISOLUSI NATRIUM DIKLOFENAK DALAM SEDIAAN

TABLET MENGGUNAKAN METODE

SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

TUGAS AKHIR

OLEH:

NANA YUSDIANA

NIM 122410080

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)

KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum Wr. Wb.

Puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan rahmat,

karunia, dan ridhoNya, sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas akhir yang

berjudul “Uji Disolusi Natrium Diklofenak dalam Sediaan Tablet

Menggunakan Metode Spektrofotometri Ultraviolet”. Tugas Akhir ini

diajukan sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar ahli madya pada

Program Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan pada Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

Selama penulisan dan penyusunan hingga terselesaikannya Tugas Akhir

ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan bantuan serta semangat dari berbagai

pihak, sehingga penulis mengucapkan rasa terima kasih yang sebesar-besarnya

kepada:

1. Ibu Prof. Dr. Julia Reveny, M.Si., Apt., selaku Wakil Dekan I Fakultas

Farmasi USU.

2. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

3. Ibu Dra.Sudarmi, M.Si., Apt., selaku dosen pembimbing yang telah

memberikan pengarahan dan bimbingan kepada penulis hingga selesainya

(4)

4. Bapak Drs. Nahitma Ginting, M.Si., Apt., selaku Dosen Pembimbing

Akademik penulis Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi USU.

5. Bapakdan Ibu dosen beserta seluruh staf di Fakultas Farmasi USU.

6. Bapak Drs. Alibata Harahap, M.Kes., Apt., selaku Kepala Balai Besar

POM Medan.

7. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku Manager Mutu di

Balai Besar POM Medan

8. Ibu Azizah, S.Farm., Apt., selaku Penanggung jawab Laboratorium

Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif di Balai Besar POM Medan

9. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar POM di Medan

Ayahanda Jalaluddin, S.Ag dan ibunda Yusnani tercinta yang telah

memberikan perhatian dan motivasi hingga Tugas Akhir ini selesai.

Penulis menyadari dalam penulisan tugas akhir ini masih banyak

kekurangan sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat

membangun dari semua pihak untuk menambah pengetahuan. Akhir kata semoga

Allah SWT melimpahkan rahmat dan karunia-Nya untuk kita semua, Aamiin…

Medan, Mei 2015

Penulis,

(5)
(6)

2.3.2 Farmakologi ... 8

2.5.2 Peralatan Untuk Spektrofotometri ... 12

BAB III METODE PERCOBAAN ... 14

3.5.2 Pengukuran Absorbansi Sampel ... 16

(7)

5.1. Kesimpulan ... 19

5.2. Saran ... 19

DAFTAR PUSTAKA ... 20

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel 4.1. Hasil Penetapan Kadar Terlarut (tahap asam)... 17

(9)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

Lampiran 1 ... 22

Lampiran 2 ... 24

Lampiran 3 ... 25

Lampiran 4 ... 26

Lampiran 5 ... 26

(10)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

Gambar 1. Struktur Natrium Diklofenak ... 7

Gambar 2. Alat Disolusi Tipe Dayung ... 26

Gambar 3. Seperangkat Alat Spektrofotometri UV-Vis ... 26

Gambar 4. Sampel yang mengandung Natrium Diklofenak ... 27

(11)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Obat-obat anti inflamasi non-steroid (AINS) banyak digunakan untuk

terapi kelainan musculoskeletal, seperti artritis rheumatoid, yang umumnya hanya

meringankan gejala nyeri dan inflamasi yang berkaitan dengan penyakitnya secara

simtomatik (Wilmana, 2003). Natrium diklofenak merupakan obat antiinflamasi

non steroid (AINS) yang memiliki efek antiradang kuat dan efek samping kurang

kuat dibanding obat lain seperti indometasin dan piroxicam. Obat ini biasa

digunakan untuk terapi inflamasi rheumatic maupun non rheumatik, nyeri,

migrain, dan encok. Obat turunan fenilasetat ini mengalami first pass effect

metabolism (Tjay dan Rahardja, 2007).

Uji disolusi digunakan untuk menentukan kesesuaian dengan persyaratan

disolusi yang tertera dalam masing-masing monografi untuk sediaan tablet dan

kapsul, kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah. Bila pada

etiket dinyatakan bahwa sediaan bersalut enterik, sedangkan dalam

masing-masing monografi, uji disolusi atau uji waktu hancur tidak secara khusus

dinyatakan untuk sediaan bersalut enterik, maka digunakan cara pengujian untuk

sediaan lepas lambat seperti yang tertera pada uji pelepasan obat (Ditjen POM,

1995).

Menurut Moffat, 2004, natrium diklofenak diidentifikasi dalam pelarut NaOH

(12)

rumus molekulnya bahan obat ini mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, maka

senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah A¦ultraviolet, sehingga kemungkinan

dapat ditentukan kadarnya secara spektrofotometri ultraviolet.

1.2 Tujuan

Adapun tujuan dari pengujian ini adalah untuk mengetahui apakah kadar

terlarut Natrium Diklofenak dalam tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan

USP XXXI Vol 2.

1.3 Manfaat

Manfaat dari pengujian ini adalah untuk mengetahui kadar terlarut

Natrium Diklofenak dalam tablet memenuhi persyaratan yang ditetapkan USP

(13)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Tablet

2.1.1 Pengertian Tablet

Tablet adalah sediaan padat mengandung bahan obat dengan atau tanpa

bahan pengisi. Berdasarkan metode pembuatan, dapat digolongkan sebagai tablet

cetak dan tablet kempa (Ditjen POM,1995).

2.1.2 Tablet Salut Enterik

Jika obat dapat rusak atau inaktif karena cairan lambung atau dapat

mengiritasi mukosa lambung, diperlukan penyalutan enterik yang bertujuan untuk

menunda pelepasan obat sampai tablet melewati lambung (Ditjen POM,1995).

Penyalutan sediaan yang tahan pada cairan lambung, larut-enterik, disebut

juga “salut enterik dapat diterapkan pada :

- Partikel atau butiran untuk pengempaan atau pada granula yang akan

dimasukkan ke dalam kapsul

- Sediaan itu sendiri : inti tablet dilapisi dengan suatu lapisan yang pecah dalam

cairan selain cairan lambung, misalnya tablet, kapsul (Aiache, 1993).

2.1.3 Penyalut Yang Tahan Cairan Lambung

Ciri-ciri penyalut yang tahan dengan cairan lambung dan larut-enterik

adalah:

(14)

b. Adanya garam empedu dan lipase di usus halus (garam empedu dalam

jumlah kecil tidak terdapat dalam cairan lambung)

c. Adanya tripsin dan kimotripsin yang mempunyai aksi proteolitik, sehingga

dapat merusak protein tertentu yang tidak rusak oleh pepsin.

2.1.4 Faktor Kualitas Salut Enterik

Faktor-faktor yang dapat mempengaruhi kualitas salut enterik, antara lain :

a. Inti

Inti harus diusahakan berbentuk bulat, tanpa sudut tajam, tidak tertutup,

dengan derajat keretakan tertentu.

b. Karakter fisik larutan bahan penyalut

- Tegangan permukaannya : sebaiknya serendah mungkin agar

memungkinkan pembasahan inti yang sempurna sehingga ikatan adhesi

penyalut dan inti menjadi lebih kokoh.

- Kekentalannya : seharusnya relatif rendah agar memungkinkan penyalutan

yang tipis dan merata. Di sisi lain kekentalan yang rendah memungkinkan

orientasi molekul lebih mudah memberikan struktur dengan kohesi yang

baik dan lebih impermeable.

c. Bahan tambahan

- Bahan peliat : sifat bahan peliat berpengaruh pada permeabilitas salutan.

Peliat yang tidak larut dalam air akan meningkatkan impermeabilitas air

(dietil ftalat), bahan peliat yang larut air (diasetin) tidak menguntungkan.

- Serbuk inert : digunakan untuk memperbaiki pengeringan. Bila serbuk

(15)

mengurangi impermeabilitas film. Sebaliknya talk dan magnesium stearat

merupakan senyawa hidrofob sehingga akan meningkatkan permeabilitas

penyalut dan meningkatkan waktu hancur.

d. Ketebalan penyalut

Penyalut harus cukup tebal untuk memastikan ketahanan pada cairan

lambung.Pada ketebalan yang rendah umumnya digunakan hanya untuk

melindungi dari pengaruh luar.

e. Teknologi pembuatan

Penyalutan yang dilakukan dengan mesin berbeda baik turbin atau aliran

udara akan dihasilkan kualitas penyalutan yang berbeda. Wagner

menunjukkan bahwa dengan kualitas bahan penyalut yang sama,

pembuatan tablet salut dengan teknik aliran udara menghasilkan

penghancuran tablet yang lebih cepat dibandingkan dengan metode turbin

(Aiache, 1993).

2.2 Inflamasi

Inflamasi merupakan suatu respon biologis dari jaringan-jaringan vascular

yang kompleks terhadap rangsangan yang dapat membahayakan seperti pathogen,

iritan, dan kerusakan sel. Inflamasi adalah usaha protektif dari suatu organisme

untuk menghilangkan stimuli yang merugikan sekaligus mengawali proses

penyembuhan suatu jaringan (Denko, 1992).

Respons inflamasi adalah reaksi local yang melibatkan pelepsan substansi

(16)

membatasi area cedera sehingga toksin tidak dapat mempengaruhi keseluruhan

sistem. Akhirnya, proses inflamasi menempatkan infrastruktur yang

memungkinkan tubuh sembuh dengan sendirinya dan kembali berfungsi secara

normal (Barber, 2012).

2.2.1 Klasifikasi

Inflamasi dapat diklasifikasikan menjadi inflamasi akut dan inflamasi

kronis.Contoh inflamasi akut adalah gigitan serangga.Sifat inflamasi akut

dikarakteristikkan dengan awitan yang cepat dan durasi yang singkat.Respon ini

bertujuan untuk mengeluarkan debris dari jaringan, seperti mikroorganisme dan

partikel jaringan mati lainnya. Bila fase inflamasi akut tidak dapat menghilangkan

benda asing, akan terjadi penghancuran jaringan yang lebih lanjut saat agens awal

dan respons inflamasi terus berupaya melawan benda asing (Barber, 2012).

Pada inflamasi kronis, sel yang ditemukan pada lokasi cedera berbeda dari

inflamasi akut.Tubuh menggunakan pertahanan yang lebih spesifik dan ini terlihat

dari jenis sel darah putih yang ditemukan di area inflamasi (Barber, 2012).

2.2.2 Penyebab dan Gejala

Tanda dan gejala utama inflamasi adalah kemerahan, nyeri, bengkak,

panas dan hilangnya fungsi.Hal tersebut disebabkan oleh substansi kimia yang

dilepaskan oleh proten plasma dan sel. Protein plasma dan berbagai sel darah

putih menyusup melalui dinding pembuluh darah kapiler dan masuk kedalam area

jaringan yang cedera, area yang terinfeksi, atau area yang didalamnya terdapat

benda asing.Respons ini dimunculkan oleh berbagai substansi kimia dalam tubuh

(17)

pesan untuk mengumpulkan sel darah putih ke lokasi yang tepat.Sistem

penyampaian pesan tersebut sebagai kemotaksis (Barber, 2012).

2.3 Narium Diklofenak

2.3.1 Uraian Bahan

Gambar 1. Rumus struktur Natrium Diklofenak

Rumus molekul : C14H10Cl2NNaO2

Berat molekul : 318,13

Nama kimia : Asam benzenasetat,

2-[(2,6-diklorofenil)amino]-monosodium

Nama lain : Sodium [o-(dikloroanilino)fenil] asetat

Pemerian : Serbuk hablur, berwarna putih, tidak berasa (USP

30,2007).

Kelarutan : Sedikit larut dalam air, larut dalam alkohol; praktis tidak

larut dalam kloroform dan eter; bebas larut dalam alkohol

metil. pH larutan 1% b/v dalam air adalah antara 7.0 dan 8

(18)

2.3.2 Farmakologi

Diklofenak adalah turunan asam fenilasetat sederhana yang menyerupai

florbiprofen maupun meklofenamat.Obat ini adalah penghambat siklooksigenase

yang kuat dengan efek anti inflamasi, analgesik dan anti piretik.Diklofenak cepat

diabsorbsi setelah pemberian oral dan mempunyai waktu paruh yang

pendek.Seperti flurbiprofen, obat ini berkumpul di cairan sinovial.Potensi

diklofenak lebih besar dari pada naproksen. Obat ini dianjurkan untuk kondisi

peradangan kronis seperti artritis rematoid dan osteoartritis serta untuk

pengobatan nyeri otot rangka akut (Katzung, 2004 ).

Natrium diklofenak (derivat fenilasetat) merupakan non-steroidal

anti-inflammatory drug (NSAID) yang terkuat daya antiradangnya dengan efek

samping yang kurang kuat dibandingkan dengan NSAID lainnya.Obat ini sering

digunakan untuk segala macam rasa nyeri, migrain dan encok (Tjay dan Rahardja,

2007).

2.3.3 Efek Samping

Efek samping yang dapat terjadi meliputi distres gastrointestinal,

pendarahan gastrointestinal dan timbulnya ulserasi lambung, sekalipun timbulnya

ulkus lebih jarang terjadi daripada dengan beberapa antiinflamasi non-steroid

(AINS) lainnya.Peningkatan serum aminotransferases lebih umum terjadi dengan

obat ini daripada dengan AINS lainnya (Katzung, 2004).

2.3.4 Dosis

Oral 3 kali sehari 25-50 mg garam-Na/K, rektal 1 kali sehari 50-100 mg,

(19)

Pra dan pasca bedah dalam tetes mata 0,1% 3-5x 1 tetes, juga dalam krem/gel 1%

(Tjay dan Rahardja, 2007).

2.4 Disolusi

Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat

kedalam larutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui

kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada

sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau

tidak memerlukan uji disolusi (Ditjen POM, 1995).

2.4.1 Alat Uji Disolusi

Menurut Ditjen POM (1995), ada dua tipe alat uji disolusi sesuai dengan

yang tertera dalam masing-masing monografi:

a. Alat 1 (Tipe Keranjang)

Alat terdiri dari wadah bertutup yang terbuat dari kaca, suatu motor, suatu

batang logam yang digerakkan oleh motor dan wadah disolusi (keranjang)

berbentuk silinder dengan dasar setengah bola, tinggi 160 mm−175 mm, diameter

98 mm−106 mm dan kapasitas nominal 1000 ml. Batang logam berada pada

posisi sedemikian sehingga sumbunya tidak lebih dari 2 mm pada setiap titik dari

sumbu vertikal wadah dan berputar dengan halus dan tanpa goyangan. Sebuah

tablet diletakkan dalam keranjang saringan kawat kecil yang diikatkan pada

bagian bawah batang logam yang digerakkan oleh motor yang kecepatannya dapat

diatur. Wadah dicelupkan sebagian di dalam suatu tangas air yang sesuai sehingga

(20)

menjaga agar gerakan air halus dan tetap.Pada bagian atas wadah ujungnya

melebar, untuk mencegah penguapan digunakan suatu penutup yang pas (Ditjen

POM, 1995).

b. Alat 2 (Tipe Dayung)

Alat ini sama dengan alat 1, bedanya pada alat ini digunakan dayung yang

terdiri dari daun dan batang logam sebagai pengaduk. Daun melewati diameter

batang sehingga dasar daun dan batang rata.Dayung memenuhi spesifikasi dengan

jarak 25 mm ± 2 mm antara daun dan bagian dasar wadah yang dipertahankan

selama pengujian berlangsung.Sediaan obat dibiarkan tenggelam ke bagian dasar

wadah sebelum dayung mulai berputar.Gulungan kawat berbentuk spiral dapat

digunakan untuk mencegah mengapungnya sediaan (Ditjen POM, 1995).

2.4.2 Prosedur Pengujian Disolusi

Pada tiap pengujian, dimasukkan sejumlah volume media disolusi (seperti

yang tertera dalam masing-masing monografi) ke dalam wadah, pasang alat dan

dibiarkan media disolusi mencapai temperatur 37oC. Satu tablet dicelupkan dalam

keranjang atau dibiarkan tenggelam ke bagian dasar wadah, kemudian pengaduk

diputar dengan kecepatan seperti yang ditetapkan dalam monografi. Pada interval

waktu yang ditetapkan dari media diambil cuplikan pada daerah pertengahan

antara permukaan media disolusi dan bagian atas dari keranjang berputar atau

daun dari alat dayung tidak kurang 1 cm dari dinding wadah untuk analisis

penetapan kadar dari bagian obat yang terlarut. Tablet harus memenuhi syarat

seperti yang terdapat dalam monografi untuk kecepatan disolusi (Ditjen POM,

(21)

2.5 Spektrofotometri

2.5.1 Spektrofotometri Ultraviolet

Spektrofotometer UV-Visibel adalah pengukuran panjang gelombang dan

intensitas sinar ultraviolet dan cahaya tampak yang diabsorpsi oleh sampel.Sinar

ultraviolet dan cahaya tampak memiliki energi yang cukup untuk mempromosikan

elektron pada kulit terluar ke tingkat energi yang lebih tinggi.Sinar UV berada

pada panjang gelombang 200-400 nm, sedangkan sinar tampak berada pada

panjang gelombang 400-800 nm.Spektroskopi UV-Visibel biasanya digunakan

untuk molekul dan ion anorganik atau kompleks di dalam larutan.Spektrum

UV-Visibel mempunyai bentuk yang lebar dan hanya sedikit informasi tentang

struktur yang bisa didapatkan dari spektrum ini.tetapi spektrum tersebut berguna

untuk pengukuran secara kuantitatif.Konsentrasi analit di dalam larutan bisa

ditentukan dengan mengukur absorban pada panjang gelombang tertentu dengan

menggunakan Hukum Lambert-Beer (Dachriyanus, 2004).

Spekrofotometer sesuai dengan namanya adalah alat yang terdiri dari

spektrometer dan fotometer.Spektrofotometer menghasilkan sinar dari spektrum

dengan panjang gelombang tertentu dan fotometer adalah alat pengukur intensitas

cahaya yang ditransmisikan atau yang diabsorpsi.Jadi, spektrofotometer

digunakan untuk mengukur energi secara relatif jika energi tersebut

ditransmisikan, direfleksikan, atau diemisikan sebagai fungsi panjang gelombang

(Khopkar, 2008).

(22)

Spektrofotometer adalah alat untuk mengukur transmitans atau serapan

suatu sampel sebagai fungsi panjang gelombang.Alat ini terdiri dari spektrometer

yang menghasilkan sinar dari spektrum dengan panjang gelombang tertentu dan

fotometer sebagai alat pengukur intensitas cahaya yang ditransmisikan atau yang

diabsorpsi. Unsur -unsur terpenting suatu spektrofotometer adalah sebagai berikut:

1. Sumber cahaya : lampu deuterium untuk daerah UV dari 190 sampai 350

nm, sementara lampu halogen kuartz atau lampu tungsten daerah visibel

dari 350 sampai 900 nm.

2. Monokromotor: digunakan untuk menghamburkan cahaya ke dalam

panjang gelombang unsur-unsurnya, yang diseleksi lebih lanjut dengan

celah. Monokromator berotasi sehingga rentang panjang gelombang

dilewatkan melalui sampel ketika instrumen tersebut memindai sepanjang

spektrum.

3. Kuvet (sel) : digunakan sebagai wadah sampel yang akan di analisis. Pada

pengukuran di daerah sinar tampak, kuvet kaca dapat digunakan, tetapi

untuk pengukuran pada daerah ultraviolet harus menggunakan sel kuarsa

karena gelas tidak tembus cahaya pada daerah ini. Kuvet umumnya

mempunyai ketebalan 1 cm.

4. Detektor : berperanan untuk memberikan respon terhadap cahaya pada

berbagai panjang gelombang. Detektor akan mengubah cahaya menjadi

sinyal listrik yang selanjutnya akan ditampilkan oleh penampil data dalam

(23)

5. Recorder : digunakan sebagai perekam absorbansi yang dihasilkan dari

pengukuran

(24)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian penetapan kadar terdisolusi Natrium Diklofenak dalam sediaan

tablet dengan metode Spektrofotometri Ultraviolet dilakukan di Laboratorium

Narkotika, Psikotropika dan Zat Aditif (NAPZA) Balai Besar Pengawas Obat dan

Makanan (BPPOM) di Medan yang berada di Jalan. Williem Iskandar Pasar V

Barat No.2 Medan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalahSpektrofotometri Vis Shimadzu

UV-1800Series, Alat Disolusi Tipe 2, Erlenmeyer, Gelas Ukur, Beaker Glass, Labu

Tentukur, Neraca Analitik, Pipet Tetes, Pipet Volume, Spatula,Kertas Perkamen

dan Sonikasi.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah Aquadest, Baku Pembanding Natrium

Diklofenak BPFI, HCl 0.1 N, NaOH 0.1 N, NaOH 5 N, Larutan Dapar Posfat pH

6.8, Tablet Voltadex (USP 31, 2008).

3.4 Sampel

(25)

− Wadah/Kemasan : Kotak/ 10 strip @10 tablet

− No. Batch : 4504180

− No Reg : DKL8705002715B1

− Komposisi : Natrium Diklofenak 50 mg

− Kadaluarsa : Mei 2016

− Produksi : PT. Dexa Medica Palembang Indo

3.5 Prosedur

3.5.1 Pembuatan Larutan Uji

a. Tahap Asam

Dimasukkan 900 ml larutan HCl 0.1 N ke dalam masing-masing vessel,

lalu masukkan tablet ke dalam vessel, setelah suhu mencapai 36,9 ± 0,1°C,

kemudian atur motor pada kecepatan konstan 50 rpm selama 2 jam.Keluarkan

tablet dari vessel, lalu tambahkan larutan NaOH 5N 20 ml kedalam

masing-masing vessel lalu dihomogenkan selama 5 menit. Diambil cuplikan sampel,

diukur kadar zat terlarut obat menggunakan spektrofotometri dengan panjang

gelombang 276 nm (USP 31, 2008).

b.Tahap Basa

Dimasukkan 900 ml larutan dapar posfat pH 6.8 ke dalam masing-masing

vessel, lalu masukkan tablet dari tahap asam ke dalam masing-masing vessel,

setelah suhu mencapai 36,9 ± 0,1°C, kemudian atur motor pada kecepatan konstan

50 rpm selama 45 menit. Keluarkan tablet dari vessel. Diambil cuplikan sampel,

(26)

sampel masukkan ke labu 25 ml dan addkan dengan larutan dapar posfat. Diukur

kadar zat terlarut obat menggunakan spektrofotometri dengan panjang gelombang

276 nm (USP 31, 2008).

3.5.2 Pengukuran Absorbansi Sampel

Pengukuran dilakukan dengan menggunakan seperangkat alat

spektrofotometri uv Shimadzu-1800. Sampel di ukur pada panjang gelombang

276 nm dengan menggunakan larutan HCl 0,1N (tahap asam) dan larutan dapar

posfat pH 6,8 (tahap basa) sebagai blanko.

3.6 Interpretasi Hasil

Perhitungan kadar terlarut dapat dilakukan dengan menggunakan rumus:

Faktor perkalian (FK) : FK = V x ��������

(27)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Penetapan kadar terlarut Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet dengan

Spektrofotometri UV menggunakan 6 tablet Voltadex (Natrium Diklofenak 50

mg) sebagai sampel. Hasil penetapan kadar terlarut tersebut diperoleh sebagai

berikut:

Tabel 4.1. Hasil Penetapan Kadar Terlarut Natrium Diklofenak (tahap asam)

No Sampel Konsentrasi Absorbansi

uji (Au)

Tabel 4.2. Hasil Penetapan Kadar Terlarut Natrium Diklofenak (tahap basa)

No Sampel Konsentrasi Absorbansi

uji (Au)

Spektrum hasil pengujian kadar terlarut Natrium Diklofenak dapat dilihat

pada lampiran 2 (tahap asam) dan lampiran 3 (tahap basa). Sedangkan

(28)

4.2 Pembahasan

Berdasarkan hasil penetapan kadar terlarut yang diperoleh, pada tahap

asam zat aktif belum terlarut sempurna. Hal tersebut dikarenakan tablet Natrium

Diklofenak merupakan sediaan yang tahan dengan larutan asam. Oleh karena itu,

dilakukan penetapan kadar terlarut pada tahap basa dengan menggunakan larutan

dapar. Hasil yang diperoleh kadar memenuhi syarat yang ditetapkan dan

memberikan hasil yang baik. Pada spektrum, panjang gelombang maksimum

Natrium Diklofenak baku adalah 276.200 nm dengan absorbansi 0.3634,

sedangkan dari literatur panjang gelombang maksimum dari Natrium Diklofenak

adalah 275 nm. Dari hasil ini dapat disimpulkan bahwa tidak ada perbedaan yang

jauh dari panjang gelombang yang didapatkan dari percobaan dengan literatur.

Disolusi adalah proses pemindahan molekul obat dari bentuk padat

kedalam larutan pada suatu medium. Uji ini digunakan untuk mengetahui

kesesuaian dengan persyaratan disolusi yang tertera dalam monografi pada

sediaan tablet kecuali pada etiket dinyatakan bahwa tablet harus dikunyah atau

tidak memerlukan uji disolusi (Ditjen POM,1995).

Menurut Moffat, 2004, natrium diklofenak diidentifikasi dalam pelarut NaOH

0,1 N pada panjang gelombang 275 nm dengan nilai = 351 b. Berdasarkan srtuktur

rumus molekulnya bahan obat ini mempunyai gugus kromofor dan ausokrom, maka

senyawa ini dapat menyerap radiasi pada daerah A¦ultraviolet, sehingga kemungkinan

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian kadar terlarut Natrium Diklofenak pada tablet

Voltadex,yaitu0,77%; 0,21%; 0,49%; 0,79%; 0,21%; 0,72% (tahap asam) dan

102,56%; 107,04%; 103,62%; 90,20%; 107,04; 115,09% (tahap basa) dapat

disimpulkan bahwa tablet Voltadex memenuhi persyaratan yang tertera dalam

USP XXXI Vol 2 yaitu ≥ Q + 5% dimana Q = 10% (tahap asam) dan Q = 75%

(tahap basa).

5.2 Saran

Sebaiknya pada pengujian sediaan tablet Natrium Diklofenak selanjutnya

tidak hanya menguji kadar zat terlarut saja, akan tetapi menetapkan kadar dari

Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet tersebut dengan menggunakan metode

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Aiache, (1993).Farmasetika 2: Biofarmasi. EdisiKedua. Surabaya: Airlangga University Press. Hal.311-316.

Ansel, H.C., 1989. PengantarBentukSediaanFarmasi. EdisiKeempat. Jakarta: UI Press.

Barber, P. (2012). IntisariFarmakologiUntukPerawat. Jakarta: EGC. Hal.90-93.

Dachriyanus.(2004).

AnalisisStrukturSenyawaOrganikSecaraSpektroskopi.Padang: Andalas University Press. Hal. 1.

Day, R.A., dan Underwood A.L. (1999).Analisis Kimia Kuantitatif. Penerjemah: Pujaatmaka, A.H. EdisiKelima. Jakarta: Erlangga. Hal. 392.

Denko, CW. (1992). A Role of Neuropeptidein Inflammation. In: Whicher, J.T and Evan S.W. Biochemistry of Inflammation. London: Klower Pub. Hal. 177.

Ditjen POM. (1995). Farmakope Indonesia.Edisi keempat. Jakarta: Departemen Kesehatan RI.Hal. 4,6,1083-1085.

Katzung, B.G. (2004). FarmakologiDasardanKlinik.EdisiKeenam. PenerbitSalembaMedika. Jakarta: hal. 559-567.

Khopkar, S. M. (2008). Konsep Dasar Kimia Analitik. Jakarta: UI Press. Hal.225-227.

Moffat, A.C., Osselton, M.D., dan Widdop, B. (2004). Clarkes Analysis of Drugs and Poisons. Edisi III. London: Pharmaceutical Press. Hal: 225

Sweetman, S.C. (2009). Martindale The Complete Drug Reference. Thirthy sixth Edition.Pharmaceutical Press.Page.45.

Tjay, T. H., danRahardja, K. (2007). Obat-ObatPentingKhasiat, Penggunaan, danEfek-Efeksampingnya.Edisikeenam. Jakarta: PT Elex Media Komputindo. Hal. 193.

USP Pharmacopeia. (2008). The United States Pharmacopeia (USP). 31th Edition. United States: The United State Pharmacopeial Convention. Page. 1944

(31)
(32)

Lampiran 1

Hasil pengujian disolusi Natrium Diklofenak dalam sediaan tablet dengan

Spektrofotometri Ultraviolet

Data dan Perhitungan:

Tablet Natrium Diklofenak 50 mg

No Reg : DKL8705002715B1

No Batch : 4504180

Nama Industri : PT. DEXA MEDICA PALEMBANG INDO

Exp Date : Mei 2016

Baku Pembanding BPFI Natrium Diklofenak

Bobot baku : 6,950 mg

Kemurnian baku : 99,44%

Faktor pengenceran baku : 500

(33)

Dx 4 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0114 = 0,79 %

Dx 5 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0030 = 0,21 %

Dx 6 = Fk x Au = 69,65 % x 0,0104 = 0,72 %

2. Tahap basa

FK = V x ��������

�������� x 100 %

= 900ml x5 � 6,950 ��� 99,44 %

500 � 0,3634 � 50 �� x 100 %

= 342,32 %

Dx 1 = Fk x Au = 342,32 % x 0,2996 = 102,55 %

Dx 2 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3127 = 107,04 %

Dx 3 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3027 = 103,62 %

Dx 4 = Fk x Au = 342,32 % x 0,2635 = 90,20 %

Dx 5 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3127 = 107,04 %

Dx 6 = Fk x Au = 342,32 % x 0,3362 = 115,09 %

(34)

Lampiran 2

(35)

Lampiran 3

(36)

Lampiran 4

Gambar 4.Alat disolusi tipe dayung.

Lampiran 5

(37)

Lampiran 6

Gambar

Gambar 1.  Rumus struktur Natrium Diklofenak
Gambar 2.Spektrum dari uji disolusi Natrium Diklofenak (tahap asam).
Gambar 3.Spektrum dari uji disolusi Natrium Diklofenak (tahap basa).
Gambar 5.Seperangkat Alat Spektrofotometri UV-Vis.
+2

Referensi

Dokumen terkait

PENETAPAN KADAR RIFAMPISIN DAN ISONIAZID DALAM SEDIAAN TABLET SECARA MULTIKOMPONEN DENGAN METODE.. SPEKTROFOTOMETRI ULTRAVIOLET

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar ketoprofen dalam sediaan tablet karena pada hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk penetapan kadar nifedipin dalam sediaan tablet karena dari hasil uji validasi, metode ini menunjukkan akurasi dan

Penetapan kadar domperidone dalam sediaan tablet dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol dan diukur serapannya pada panjang gelombang 286 nm. Kadar

Metode spektrofotometri ultraviolet dapat digunakan untuk menetapkan kadar ofloksasin dalam sediaan tablet dan memenuhi syarat uji validasi metode. Kadar

Penetapan kadar domperidone dalam sediaan tablet dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol dan diukur serapannya pada panjang gelombang 286 nm.. Kadar

Penetapan kadar domperidone dalam sediaan tablet dilakukan secara spektrofotometri ultraviolet dengan pelarut metanol dan diukur serapannya pada panjang gelombang 286 nm.. Kadar

Hasil yang diperoleh dapat dikatakan bahwa kadar natrium diklofenak dalam sediaan tablet generik dan spesialite dagang telah sesuai dengan yang tertera pada