commit to user
ii
AYAM RAS DI KABUPATEN MAGETAN
Skripsi
Dimaksudkan Untuk Melengkapi Tugas-tugas dan Memenuhi Syarat-syarat Untuk Mencapai Gelar Sarjana Ekonomi Jurusan Ekonomi Pembangunan Fakultas Ekonomi
Universitas Sebelas Maret Surakarta Oleh:
GANDHI MARIO S
F0106097
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SEBELAS MARET
SURAKARTA
commit to user
commit to user
commit to user
v MOTTO
“Sesungguhnya Setelah Kesulitan Itu Ada Kemudahan, Maka Apabila Kamu Telah Selesai (Dari Sesuatu Urusan), Kerjakanlah Dengan Sungguh-Sungguh (Urusan)
Yang Lain, dan Hanya Kepada Tuhan Mu Lah Hendaknya Kamu Berharap” (An Nahl: 6-8)
“Berdoalah Selagi kamu Masih Bisa Berdoa, Berusahalah Selagi Kamu Masih Kuat Berusaha, Karena Hanya Dengan Berdoa dan Berusaha Niscaya Kemenangan
commit to user
vi
PERSEMBAHAN
Kupersembahkan karya sederhanaku ini kepada :
·
Keluargaku (Bapak – Ibu)
·
Vitiligoku (semoga lekas sembuh)
commit to user
vii
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah SWT Yang Maha Pengasih Lagi Maha
Penyayang, tempat dikabulkannya segala doa. Hanya berkat berkah, rahmat, karunia serta
atas bimbingan dan petunjuk-Nya penulis selalu diberikan kekuatan dan keteguhan untuk
dapat menyelesaikan karya kecil ini, dengan skripsi yang berjudul “Analisis Faktor-faktor
Yang Mempengaruhi Permintaan Telur Ayam Ras di Kabupaten Magetan”.
Skripsi ini penulis susun dalam rangka memenuhi salah satu syarat guna memperoleh
gelar sarjana ekonomi pada fakultas ekonomi Universitas Sebelas Maret Surakarta (UNS).
Penulis menyadari bahwa di dalam penyusunan skripsi ini tidak lepas dari bantuan,
petunjuk dan bimbingan dari berbagai pihak, sehingga dalam kesempatan ini penulis ingin
mengucapkan banyak terima kasih kepada:
1. Drs. Mugi Rahardjo, Dipl, MSi, selaku pembimbing skripsi yang dengan arif dan bijak
telah meluangkan waktu, tenaga, dan pikiran dalam membimbing dan memberikan
masukan yang berarti dalam penyusunan skripsi ini.
2. Suryanto, SE, MSi, selaku pembimbing skripsi yang telah memberikan masukan dan
arahan dalam skripsi ini, juga dorongan semangat sehingga skripsi ini bisa selesai pada
waktunya.
3. Drs. Akhmad Daerobi, MS. Selaku Ketua penguji skripsi, atas masukan yang diberikan
kepada penulis
4. Drs. Kresno Sarosa Pribadi, MSi selaku Ketua Jurusan Ekonomi Pembangunan.
5. Izza Mafruah SE, MSi selaku Sekretaris Jurusan Ekonomi Pembangunan dan
commit to user
viii
beserta seluruh staff dan karyawan yang telah memberikan bimbingan, arahan, dan
pelayanan kepada penulis.
7. Bapak, ibukku, ms galing, mbak nita, iin (special), ms res, mbak reta, bude, pakde
tersayang yang selalu mendoakan dan memberi dorongan serta motivasi.
8. Kos Rumah Keong, back, gundul, akbar, hafid, beler, sendok, guntur, tekek, pentol,
beserta alumninya nawir, gembul, kiwil, pancek, dan semuanya.”thank’s nyuk”
9. Teman-teman di seluruh Fakultas Ekonomi angkatan 2006.
10. Semua pihak yang tidak dapat disebutkan satu per satu baik secara langsung maupun
tidak atas bantuannya kepada penulis hingga terselesaikannya penelitian ini.
Ibarat peribahasa tiada gading yang tak retak, penulis menyadari betul bahwa di
dalam penulisan ini masih terdapat kekurangan-kekurangan. Semoga skripsi ini bisa
memberikan kontribusi yang berarti bagi perkembangan ilmu pengetahuan. Saran serta kritik
akan penulis terima, sebagai bahan evaluasi bagi penulis.
Surakarta, 08 Januari 2011
commit to user
ix DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ... ...i
ABSTRAK ... ..ii
HALAMAN PERSETUJUAN PEMBIMBING ... ..iii
HALAMAN PENGESAHAN...iv
HALAMAN MOTTO...v
HALAMAN PERSEMBAHAN ... .vi
KATA PENGANTAR ... vii
DAFTAR ISI ... .ix
DAFTAR TABEL ... .xi
DAFTAR GAMBAR ... xii
BAB I PENDAHULUAN A. Latar Belakang Masalah ... 1
B. Perumusan Masalah ... 5
C. Tujuan Penelitian ... 5
D. Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TELAAH PUSTAKA A. Pengertian Permintaan ... 7
B. Teori Perilaku Konsumen ... 14
C. Elastisitas Permintaan ... 24
D. Penelitian Terdahulu...30
E. Kerangka Pemikiran ... 32
commit to user
x
A. Ruang Lingkup Penelitian ... 34
B. Jenis dan Sumber Data ... 34
C. Metode Pengumpulan Data ... 35
D. Definisi Operasional Variabel ... 35
E. Teknik Analisa Data ... 36
1. Uji Statistik ... 37
2. Uji Asumsi Klasik ... 40
BAB IV ANALISIS DAN PEMBAHASAN A. Gambaran Umum ... 44
B. Gambaran Umum Peternakan Di Kabupaten Magetan ... 53
C. Deskriptif Variabel Penelitian.... ... 56
D. Analisis Statistik...64
E. Analisis Hasil Estimasi Regresi ... 65
F. Uji Statistik ... 66
1. Uji t. ... .66
2. Uji F ... .68
3. Uji R2 ... 69
G. Uji Asumsi Klasik ... 69
H. Interprestasi Hasil Secara Ekonomi ... 73
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN A. Kesimpulan ... 76
B. Saran ... 78
DAFTAR PUSTAKA
commit to user
xi
Tabel 1.1 Perkembangan Produksi Telur Unggas...3
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Magetan menurut kecamatan ... ...46
Tabel 4.2 Jumlah Penduduk Kabupaten Magetan tahun 2007-2009...47
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Umur dan Jenis Kelamin tahun 2003 ... ...49
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Jenis Kelamin...50
Tabel 4.5 PDRB Atas Dasar Harga Berlaku dan PDRB Atas Dasar Harga Konstan tahun 2004-2009 Kabupaten Magetan ... ...51
Tabel 4.6 Stuktur Ekonomi Kabupaten Magetan tahun 2004-2008 Menurut Harga Konstan (2000)...52
Tabel 4.7 Populasi Ternak di Kabupaten Magetan...53
Tabel 4.8 Populasi Unggas di Kabupaten Magetan...54
Tabel 4.9 Produksi telur menurut jenis ternak dan unggas...55
Tabel 4.10 Produksi daging menurut jenis ternak dan unggas...55
Tabel 4.11 Permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan...57
Tabel 4.12 Rata-rata harga telur ayam ras di Kabupaten Magetan...58
Tabel 4.13 Rata-rata harga daging ayam di Kabupaten Magetan...60
Tabel 4.14 Perkembangan Jumlah penduduk Kabupaten Magetan...62
commit to user
xii
DAFTAR GAMBAR
Gambar Halaman
2.1. Kurva Permintaan ………..………. .9
2.2. Kurva Indefferens ………...18
2.3. Kurva Garis Anggaran ………... 18
2.4. Kurva Perubahan Garis Anggaran karena Perubahan Harga...19
2.5. Kurva Perubahan Garis Anggaran karena Perubahan Pendapatan...20
2.6. Kurva Keseimbangan Konsumen...20
2.7. Kurva Efek substitusi dan efek pendapatan Slutsky...23
2.8. Kurva Elastisitas harga permintaan...25
2.9. Kurva konsumsi-pendapatan dan kurva permintaan...27
2.10.Kurva Engel...29
2.11.Skema kerangka pemikiran...32
4.16 Hasil regresi (OLS)...65
commit to user
ii ABSTRAK
ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI PERMINTAAN TELUR AYAM RAS DI KABUPATEN
MAGETAN
GANDHI MARIO S F0106097
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui bagaimana pengaruh harga telur ayam ras, harga daging ayam, pendapatan perkapita, jumlah penduduk terhadap permintaan telur ayam ras di Kabupaten Magetan dan mengetahui tingkat nilai elastisitasnya. Hipotesis yang diajukan dalam penelitian ini adalah variabel harga telur ayam berpengaruh negatif terhadap permintaan telur ayam ras, sedangkan variabel harga daging ayam, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan telur ayam ras ayam di Kabupaten Magetan.
Data yang digunakan adalah data sekunder (secondary data) dari tahun 1990-2009, dengan memanfaatkan data-data hasil publikasi BPS, Dinas Peternakan Kabupaten Magetan, Dinas ketahanan Pangan Kabupaten Magetan dan ditunjang studi kepustakaan dengan cara mengumpulkan data yang sesuai dengan ruang lingkup pembahasan. Teknik analisa data yang digunakan adalah persamaan regresi berganda logaritma dengan melakukan uji statistik dan uji asumsi klasik . Model analisis yang dinyatakan adalah LogDE = b0 + b1 LogHT + b2 LogHA + b3 logP +b4 logY +... e.
Hasil analisis menyatakan bahwa permintaan telur ayam ras dipengaruhi oleh hargaa telur ayam ras (LHT), harga daging ayam (LHA), dan jumlah penduduk (LP). Variabel LHT, LHA, LP dan LY berdasarkan hasil uji F hitung > F tabel semua variabel independen mampu secara bersama-sama mempengaruhi variabel dependen pada tingkat signifikansi 5%. Sedangkan secara individu, variabel harga telur ayam ras berpengaruh negatif dan signifikan terhadap permintaan telur ayam ras (inelastis). Variabel pendapatan berpengaruh positif tetapi tidak signifikan terhadap permintaan telur ayam ras (inelastis). Variabel harga daging ayam berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan telur ayam ras (inelastis). Variabel jumlah penduduk berpengaruh positif dan signifikan terhadap permintaan telur ayam ras (elastis).
Dari hasil yang diperoleh dalam penelitian ini, dapat disarankan pemerintah Kabupaten Magetan, khususnya pada Sub Dinas Peternakan dan Badan Ketahanan Pangan, agar lebih meningkatkan penyuluhan kepada peternak akan mutu hasil peternakan yang bisa memproduksi lebih banyak lagi dan memperbaiki system pemasaran telur ayam agar menjadi lebih baik. Dengan itu pola pangan harapan akan terjamin dan bisa meningkatkan daya beli masyarakat.
commit to user BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pangan merupakan kebutuhan yang sangat vital bagi masyarakat, sehingga
tidak heran apabila pemerintah selalu berupaya untuk menyediakan kebutuhan
pangan tersebut dapat selalu terjamin sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Upaya
pemerintah dalam menyediakan pangan merupakan bentuk upaya peningkatan
ketahanan pangan. Dalam hal ketahanan pangan terdapat berbagai sektor seperti
sektor pertanian, perkebunan, peternakan dan perikanan.
Dalam meningkatkan ketahan pangan yang ada di masyarakat khususnya
yang berkaitan dengan selain dilihat dari kemampuannya dalam menyediakan
produk peternakan, juga perlu diperhatikan sampai seberapa jauh usaha yang
dikembangkan tersebut mampu meningkatkan daya beli masyarakat (Sudaryanto
dan Jamal, 2000 ; 12). Seiring dengan pemberlakuan perdagangan bebas, bidang
peternakan merupakan peluang usaha dan merupakan sebuah tantangan bagi para
peternak-peternak dalam rangka upaya ketahanan pangan. Berbagai sektor
kebutuhan pangan yang merupakan pendukung dalam pencapaian ketahanan
pangan, sangat perlu untuk selalu di upayakan oleh pemerintah. Khususnya
ketersediaannya dalam rangka memberi jaminan kepada masyarakat terhadap
kebutuhan pangan tersebut.
Pemasaran adalah suatu mata rantai penting dalam kegiatan peternakan.
Usaha pemasaran dapat berperan dalam pembentukan harga, penyerapan
commit to user
pemasaran. Efisiensi pembentukan harga merupakan salah satu kriteria
pembentukan harga yang kompetitif. Pembentukan suatu harga akan saling
berpengaruh secara special dan temporal. Bila informasi tentang pasar digunakan
sebagai rujukan dalam pembentukan harga, maka pasar dalam kondisi efisien
yang kuat. Salah satu penghambat dari peningkatan konsumsi protein adalah
pendapatan sebagaian masyarakat yang masih rendah. Pertumbuhan ekonomi di
segala bidang (sektor) telah memacu peningkatan pendapatan masyarakat, baik di
kota maupun di pedesaan yang pada gilirannya akan mempengaruhi kemampuan
masyarakat dalam meningkatkan gizinya. Terutama yang bersumber pada protein
hewani yang relatif murah di dapat sehingga yang berpendapatan menengah ke
bawah lebih banyak untuk mengkonsumsinya.
Jawa Timur merupakan propinsi yang mempunyai potensi pengembangan
hasil peternakan yang sangat maju. Salah satunya komoditas telur ayam, ini di
tunjukkan dengan adanya kenaikan grafik pada tahun 2008 yang terjadi surplus
telur sebesar 34.113 ton dan tahun 2009 meningkat menjadi 35.284 ton. (Surabaya
kompas, 2010). Peningkatan surplus telur ini sangat di pengaruhi oleh tingginya
angka produksi komoditas yang di hasilkan oleh beberapa kabupaten di Jawa
Timur. Kabupaten Magetan sebagai salah satu tempat pengembangan peternakan
di Propinsi Jawa Timur. Daerah ini sangat potensial baik sebagai daerah penghasil
maupun sebagai daerah pemasaran. Peternakan disini meliputi peternakan sapi,
kambing/domba, babi, dan unggas. Akan tetapi, peternakan yang sangat digeluti
saat ini adalah ayam petelur. Walaupun luas wilayah Magetan lebih kecil dari
commit to user
Magetan hasil produksi telurnya mampu menempati peringkat lima setelah
Kabupaten Malang. Potensialnya Kabupaten Magetan sebagai daerah penghasil
telur ayam ras terlihat dengan semakin meningkatnya volume produksi telur
ayam ras yang dihasilkan oleh berbagai peternak yang tersebar di kecamatan
Kabupaten Magetan.
Dari data yang ada dapat dilihat adanya peningkatan produksi telur ayam
ras di tahun 2005- 2009. Intensitas produksi telur ayam ras hasil peternakan tahun
2005 – 2009 adalah sebagai berikut:
Tabel 1.1 Produksi telur unggas di Kabupaten Magetan Tahun 2005 – 2009
Tahun Telur Ayam Kampung % Telur Ayam Ras (petelur) %
2004 358.395 - 10.264.246 -
2005 365.205 1,86 10.366.895 0,99
2006 370.443 1,41 14.053.942 26,23
2007 374.416 1,06 13.644.859 -2,99
2008 420.614 10,98 14.224.859 4,07
2009 465.734 9,68 16.965.397 16,15
Sumber : Dinas Peternakan Kabupaten Magetan. 2005-2008.
Berdasarkan tabel di atas digambarkan bahwa terjadi peningkatan produksi
telur ayam ras dari tahun 2004 sebanyak 10.264.264 kg menjadi 16.965.397 kg di
tahun 2009. Kenaikan telur ayam ras ini juga menunjukkan presentase yang
sangat tinggi. Sedang pada ayam kampung juga mengalami peningkatan yaitu
sebanyak 358.395 pada tahun 2004 menjadi 465.734 pada tahun 2009.
Peningkatan produksi telur ayam ras ini juga didukung oleh potensi lahan yang
luas serta kemampuan keuangan dari peternak untuk meningkatkan populasi dan
commit to user
Perkembangan pola konsumsi dan perubahan jumlah penduduk serta selera
yang ada pada masyarakat dapat meningkatkan akan kebutuhan telur ayam.
Adanya perubahan pola konsumsi, perubahan jumlah penduduk dan selera
masyarakat merupakan faktor-faktor yang menyebabkan meningkatnya
permintaan akan kebutuhan telur ayam yang ada di masyarakat. Dari perhitungan
yang dilakukan di Kabupaten Magetan pada tahun 2008, tercatat bahwa konsumsi
telur ayam di Kabupaten Magetan sebesar 6,4 gr/kapita/tahun dengan ketersediaan
14.224.455 ton. Sementara itu pemerintah menghimbau untuk menekankan Pola
Pangan Harapan (PPH). Jadi konsumsi telur ayam bagi masyarakat Kabupaten
Magetan masih dikatakan kurang jika di bandingkan dengan adanya
ketersediaannya (BKP, 2009).
Sementara ini persediaan telur ayam ras yang ada di pasar hanya dipenuhi
dari hasil produksi peternak lokal yang ada di sekitar manyarakat tersebut.
Teknologi peternakan yang ada belakangan ini cukup mengalami perkembangan
yang signifikan. Maka, dipacu juga dengan kebutuhan/permintaan akan produk
peternakan tersebut. Akan tetapi dalam melaksanakan suatu usaha seorang
produsen memerlukan perencanaan produksi. Hal ini dapat bertumpu pada
permintaan dan biaya. Salah satu penentu yang termudah adalah berdasarkan
permintaan. Informasi tentang permintaan telur ayam di Kabupaten Magetan
sangat diperlukan bagi peternak selaku penyuplai telur ayam.
Berdasarkan dari latar belakang masalah diatas penelitian ini akan
mengkaji tentang “FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
commit to user B. Rumusan Masalah
Dari uraian latar belakang masalah di atas, maka peneliti ini merumuskan
permasalahan yang hendak dibahas antara lain :
1. Bagaimana pengaruh variabel harga telur ayam ras, harga daging ayam,
pendapatan perkapita dan jumlah penduduk terhadap permintaan telur ayam
ras di Kabupaten Magetan ?
2. Berapakah nilai elastisitas dari harga telur ayam ras, harga daging ayam,
jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap permintaan telur ayam
ras di Kabupaten Magetan ?
C. Tujuan Penelitian
Berdasarkan rumusan masalah di atas maka tujuan penelitian ini adalah :
1. Untuk mengetahui pengaruh variabel harga telur ayam ras, harga daging
ayam, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk terhadap permintaan telur
ayam ras di Kabupaten Magetan.
2. Untuk mengetahui nilai elastisitas dari harga telur ayam ras, harga daging
ayam, jumlah penduduk dan pendapatan perkapita terhadap permintaan telur
ayam ras di Kabupaten Magetan.
D. Manfaat Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat :
1. Praktis
Penelitian ini sebagai informasi dan pembanding dari penelitian lain yang
dapat dikembangkan lebih lanjut terutama penelitian yang berhubungan
commit to user 2. IPTEK
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan masukan kepada pihak
pemerintah daerah untuk menentukan kebijakan yang berkaitan dengan
usaha peternakan khususnya komoditas telur yang ada di wilayah
commit to user BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Teori Permintaan
1. Pengertian Permintaan
Permintaan adalah keinginan konsumen membeli suatu barang pada
berbagai tingkat harga selama periode waktu tertentu. Singkatnya permintaan
adalah banyaknya jumlah barang yang diminta pada suatu pasar tertentu dengan
tingkat harga tertentu, tingkat pendapatan tertentu dan dalam periode tertentu
(Manurung, 2006:7).
Menurut pengertian sehari-hari permintaan diartikan secara absolute yaitu
jumlah barang yang dibutuhkan. Jalan pikiran ini didasarkan atas pemikiran
manusia mempunyai kebutuhan. Atas kebutuhan inilah individu tersebut
mempunyai permintaan akan barang, semakin banyak penduduk suatu Negara
makin besar permintaan masyarakat akan jenis barang (Sudarsono,1992 : 8).
Adapun unsur-unsur yang terdapat permintaan yaitu barang dan jasa, harga
dan kondisi yang mempengaruhi. Jadi permintan adalah jumlah barang dan jasa
yang dibeli dalam berbagai situasi dan tingkat harga.
Permintaan juga dapat didefinisikan sebagai jumlah suatu barang yang
pada, tempat, waktu, bentuk dan pada berbagi kemungkinan harga hendak dibeli
oleh para pembeli.
2. Hukum Permintaan
Hukum permintaan adalah semakin rendah harga dari suatu barang, makin
commit to user
harga dari suatu barang, semakin sedikit jumlah permintaan barang tersebut
(Suhartati, 2006:10).
Hukum permintaan tersebut disebabkan oleh kenyataan bahwa orang harus
memenuhi kebutuhannya sebatas anggaran atau pendapatan tertentu. Muncul
masalah disini mengapa manusia harus memenuhi berbagai kebutuhan, sementara
anggaran yang dimiliki terbatas. Karena setiap benda pemenuhan kebutuhan
mempunyai kegunaan utilitasnya masing – masing sehingga orang akan berupaya
memenuhi kebutuhan dengan menyamakan pertambahan kegunaan (utilitas
marginal) benda pemuas yang dikonsumsinya.
Hukum permintaan berbunyi : apabila harga naik maka jumlah barang
yang diminta akan mengalami penurunan, dan apabila harga turun maka jumlah
barang yang diminta akan mengalami kenaikan. Dalam hukum permintaan jumlah
harga yang diminta akan berbanding terbalik denga tingkat harga barang.
Kenaikan harga barang akan menyebabkan berkurangnya jumlah barang yang
diminta, hal ini dikerenakan naiknya harga menyebabkan turunnya daya beli
konsumen dan akan berakibat berkurangnya jumlah permintaan naiknya harga
barang akan menyebabkan konsumen mencari barang pengganti yang harganya
lebih murah.
3. Kurva permintan
Kurva permintaan dapat didefinisikan sebagai : “Suatu kurva yang
menggambarkan sifat hubungan antara harga suatu barang tertentu dengan
jumlah barang tersebut yang diminta para pembeli”. Kurva permintaan individual
commit to user
barang yang diminta konnsumen berubah secara berlawanan arah dengan
perubahan harga. Sumbu horizontal q/t adalah sumbu kuantitas (quantity per unit
of time), sumbu vertical P adalah sumbu harga (price). Kurva permintaan
merupakan tempat titik-titik yang masing-masing menggambarkan tingkat
maksimum pembelian pada harga tertentu, dengan ceteris paribus (keadaan lain
tetap sama). Jadi kurva permintaan tidak lain adalah garis pembatas. Segala
sesuatu di bawah kurva itu mungkin dan segala sesuatu diatas garis itu adalah
tidak mungkin. Dengan demikian kurva permintaan merupakan pembatas kondisi.
Adalah penting bahwa kurva ini merupakan konsep maksimum. Kurva permintaan
juga memperlihatkan harga maksimum yang akan dibayar bagi bermacam-macam
kuantitas, per unit waktu. Sehingga bisa dikatakan bahwa kurva pemintaan itu
kontinyu (Bilas 1992;10). Berikut ganbar grafik kurva permintaan :
Harga
Demad
P2
Jumlah
Q1 Q2
commit to user
Teori permintaan dapat dinyatakan : “Perbandingan lurus antara
permintaan terhadap harganya yaitu apabila permintaan naik, maka harga relatif
akan naik, sebaliknya bila permintaan turun, maka harga relatif akan turun.
4. Faktor – faktor yang mempengaruhi permintaan
1. Faktor harga
Perubahan sepanjang kurva permintaan berlaku apabila harga barang
yang diminta menjadi semakin tinggi atau makin menurun.
2. Faktor bukan harga
Kurva permintaan akan bergerak pada berubahan sepanjang kurva
permintaan berlaku apabila harga barang yang diminta menjadi semakin tinggi
atau semakin menurun. Apabila terdapat perubahan – perubahan terhadap
permintaan yang ditimbulkan oleh faktor – faktor bukan harga, sekiranya
harga barang lain, pendapatan para pembeli dan berbagai faktor bukan harga
lainnya mengalami perubahan, maka perubahan itu akan menyebabkan kurva
permintaan akan pindah ke kanan atau ke kiri.
Permintaan seseorang atau suatu masyarakat atas suatu barang
ditentukan oleh beberapa faktor antara lain (Sukirno, 1996:76) :
a. Harga barang itu sendiri
ika harga suatu barang semakin murah, maka permintaan terhadap
commit to user b. Harga barang lain yang terkait
Berpengaruh apabila terdapat 3 barang yang saling terkait yang
berkaitannya dapat bersifat subtitusi (pengganti) , bersifat komplementer
dan barang yang tidak mempunyai kaitan sama sekali (barang netral)
- Barang pengganti
Sesuatu barang dikatakan barang pengganti apabila ia dapat
menggantikan fungsi dari barang lain secara sempurna. Contohnya
adalah minuman kopi dapat digantikan dengan minuman teh.
- Barang pelengkap
Sesuatu barang dinamakan barang pelengkap apabila barang tersebut
selalu digunakan bersama-sama dengan barang lain. Contohnya adalah
gula sebagai pelengkap dari minuman kopi atau teh.
- Barang netral
Sesuatu barang dikatakan barang netral apabila barang tersebut tidak
mempunyai keterkaitan yang erat dengan barang lain. Contohnya
permintaan akan beras tidak berkaitan dengan permintaan akan buku.
c. Tingkat pendapatan perkapita
Dapat mencerinkan daya beli. Makin tinggi tingkat pendapatan, daya
beli makin kuat, sehingga permintaan terhadap suatu barang meningkat.
Pendapatan merupakan factor yang sangat penting dalam fungsi
permintaan. Perubahan dalam pendapatan selalu menimbulkan perubahan
dalam permintaan barang. Berdasarkan pada sifat perubahan permintaan
commit to user
dibedakan menjadi empat golongan : barang inferior, barang esensial,
barang normal, dan barang mewah.
1) Barang inferior
Barang inferior adalah barang banyak diminta oleh
orang-orang yang berpendapatan rendah. Bila pendapatan naik,
permintaan akan barang inferior tersebut berkurang. Contoh, pada
pendapatan yang sangat rendah orang-orang mengkonsumsi ubi
kayu sebagai bahan makanan pokok. Setelah pendapatannya
meningkat dan mampu membeli beras, maka orang tersebut akan
meninggalkan ubi kayu sebagai makanan pokoknya.
2) Barang esensial
Barang esensial adalah barang yang sangat penting artinya
dalam kehidupan masyarakat sehari-hari, yang biasanya berupa
barang kebutuhan pokok seperti makanan dan pakaian.
3) Barang normal
Sesuatu barang dikatakan barang normal apabila barang
tersebut mengalami kenaikan permintaan sebagai akibat dari
kenaikan pendapatan, misalnya pakaian, sepatu, perabot rumah,
dari berbagai jenis makanan.
4) Barang mewah
Barang mewah adalah jenis barang yang akan dibeli
commit to user
tinggi, misalnya perhiasan, perabot rumah yang mahal, mobil
sedan, dan lainnya.
d. Selera atau kebiasaan
Tinggi rendahnya suatu permintaan ditentukan oleh selera atau
kebiasaan dari pola hidup masyarakat.
e. Jumlah penduduk
Semakin banyak jumlah penduduk yang mempunyai selera atau
kebiasan akan kebutuhan barang tertentu, maka semakin besar permintaan
terhadap barang tersebut. Jumlah penduduk secara tidak langsung
berpengaruh terhadap permintaan suatu barang. Tetapi biasanya
pertambahan penduduk diikuti dengan perkembangan dalam kesempatan
kerja. Dengan semakin banyak orang yang menerima dan ini akan
menambah daya beli masyarakat. Dengan penambahan daya beli ini
permintaan terhadap suatu barang akan bertambah (Sukirno, 1996 :
80-83).
f. Perkiraan harga barang di masa mendatang
Bila kita memperkirakan bahwa harga suatu barang akan naik,
adalah lebih baik membeli barang tersebut sekarang, sehingga mendorong
orang untuk membeli lebih banyak saat ini guna menghemat belanja di
masa depan.
g. Distribusi pendapatan
Tingkat pendapatan perkapital bisa memberikan kesimpulan yang
commit to user
berarti daya beli secara umum melemah, sehingga permintaan terhadap
suatu barang menurun.
h. Usaha – usaha produsen meningkatkan penjualannya.
Bujukan para penjual untuk membeli barang besar sekali perannya
dalam mempengaruhi masyarakat. Usaha – usaha promosi kepada pembeli
sering mendorong orang untuk membeli banyak.
B. Teori Perilaku Konsumen
Teori konsumen akan mengambarkan bagaimana reaksi konsumen dalam
kesediaan membeli jumlah suatu barang terhadap perubahan jumlah pendapatan
yang dia peroleh, terhadap berubahnya jumlah barang-barang yang bersangkutan,
terhadap berubahnya harga barang – barang yang berhubungan dengan barang –
barang yang bersangkutan, terhadap berubahnya cita rasa yang dimikinya.
Teori konsumen tersebut merupakan dasar teoritis kurva permintaan akan
barang – barang dan jasa – jasa konsumsi. Ada dua pendekatan (approach) untuk
menerangkan mengapa konsumen berperilaku seperti yang dinyatakan oleh
hokum permintaan (Boediono,2000:17).
1. Pendekatan Daya Guna Batas Klasik
Clasical Utilitas Approach adalah teori permintaan konsumen yang
mendasarkan teori pada anggapan bahwa daya guna dari suatu barang yang
dikonsumsikan oleh si konsumen dapat diukur dengan angka kardinal.
Pendekatan daya guna batas ini mempunyai beberapa asumsi sebagai
commit to user a. Kegunaan barang dapat diukur dengan nyata
b. Berlakunya hukum Gossen I ® The law of Diminishing Marginal Utility
(tingkat tambahan guna batas yang semakin menurun). “Semakin banyak
barang yang dikonsumsi oleh seseorang, kepuasan total yang diperoleh
terus meningkat, namun kemudian akan turun dengan ditambahnya barang
yang dikonsumsi. Tetapi tambahan guna batas akan menurun
terus-menerus”.
c. Rasionalitas, artinya konsumen dengan pendekatan tertentu berusaha untuk
membelanjakannya sehingga diperoleh kepuasan maksimum.
d. Semua pendapatan yang diperoleh konsumen harus habis dibelanjakan.
e. Kepuasan total yang diperoleh konsumen akan tergantung dari banyaknya
barang yang dikonsumsi.
f. Untuk merealisir kepuasan maksimum, konsumen harus mempunyai
pendapatan tertentu.
Atas dasar anggapan dapat diukurnya daya guna barang, pendekatan daya
guna klasik merumuskan hubungan antara jumlah daya guna dengan barang yang
dikonsumsikan dalam bentuk suatu fungsi :
U = f(X1, X2, X3,...,Xn)
Dimana U adalah banyaknya daya guna (Utility) bagi seseorang
konsumen, X adalah banyaknya barang yang dikonsumsikan oleh konsumen
tersebut. Jika ia mengkonsusikan enam jenis barang ((X1, X2, X3, X4, X5 dan X6),
jumlah daya guna total yang diperolehnya akan naik sebagai akibat dari kegiatan
commit to user
Daya Guna batas = perubahan daya guna total yang diakibatkan oleh
perubahan konsumsi suatu barang sebanyak satu unit persatuan waktu. Anggapan
berikutnya menyangkut laju pertambahan daya guna, bahwa setiap barang
memiliki kemampuan untuk memberikan daya guna pada pemakainya, sehingga
semakin banya barang yang dikonsusikan semakin besar jumlah daya guna total
yang diperoleh. Namun laju pertambahannya daya guna yang diperoleh karena
adanya laju pertambanhan yang dikonsumsikan satu kesatuan barang makin lama
makin rendah. Jumlah pertambahannya dapat menjadi sama dengan nol dan bila
penambahan konsumsinya diteruskan jumlah pertambahannya bahkan menjadi
negatif (Haryono,2001:50).
2. Pendekatan Kurva Indiferensi
Pendekatan kurva indifferensi sering disebut pendekatan teori modern
(modern theory ) atau pendekatan ordinal (ordinal approach). Pendekatan ini
mendasarkan teorinya pada anggapan dasar bahwa barang yang dikonsumsi oleh
seorang konsumen, kepuasan totalnya tidak bisa diukur dengan angka, tetapi
hanya bisa diperbandingkan atau didekatkan dengan kurva indiferensi. Dimana
semakin tinggi kurva tersebut berarti semakin tinggi daya guna yang diperoleh
barang tersebut.
a. Kurva indifferensi
Kurva indiferensi adalah kurva yang menunjukkkan berbagai kombinasi
dari komoditi barang X da komoditi Y yang menghasilkan utilitas atau kepuasan
commit to user
jumlah kepuasan yang semakin besar dan sebaliknya kurva yang lebih rendah
menunjukkan jumlah kepuasan yang lebih rendah pula (Salvatore, 2007:53)
Dalam pendekatan dengan kurva indiferensi menggunakan beberapa
anggapan dasar antar lain :
a. Rasionalitas. Asumsi ini terwujud dalam bentuk asumsi bahwa konsumen
senantiasa berusaha menggunakan pendapatannya yang jumlahnya terbatas
itu untuk memperoleh kombinasi barang – barang dan jasa – jasa konsumsi
yang menurut pemikirannya akan mendatangkan daya guna yang maksimal.
b. Daya guna adalah ordinal. Meskipun daya guna tidak bisa di uku r dengan
kardinal, tetapi dapat di ukur dengan ordinal, yaitu dapat dibandingkan dan
dapat disusun dalam bentuk rangking.
c. Menurutnya tingkat penggantian batas (marginal rate of subtitution)
d. Fungsi daya guna total mempunyai bentuk :
U = f(X1, X2, X3,...,Xn)
e. Konsumen mempunyai penghasilan tertentu sehingga memungkinkan bagi
konsumen untuk bereaksi di pasar secara nyata.
Ciri-ciri Kurva Indifferensi:
a. Turun miring dari kiri atas ke kanan bawah ( slope downward from the left to
the right )
b. Cembung ke titik asal (convex to the origion)
commit to user B
Barang X
Gambar 2.2 Kurva Indefferen
b. Garis Anggaran
Dalam usaha konsumen memperoleh daya guna maksimum, dibatasi
oleh pendapatanya yang tertentu dan skala preferensi dari konsumen itu
sendiri. Bentuk garis anggaran adalah turun dari kiri atas ke kanan bawah yang
mempunyai slope negatif.(Haryono,2001:74)
Barang Y B
GA (Garis Anggaran)
L Barang X
Gambar 2.3 Kurva Garis Anggaran
Fungsi garis anggaran belanja: Y = I P - Hx X
Hy Hy Barang Y
Y
Y
0 X X’ A
commit to user Garis belanja akan bergeser karena adanya:
1. Perubahan harga salah satu barang, sedang harga barang lain dan
pendapatan tetap tidak berubah. Pada gambar di bawah ini garis anggarn
belanja mula-mula ditunjukkan dengan garis GA, dengan turunnya harga
barang X dan keadaan barang lain tetap, garis anggaran belanja bergeser
ke GA’, berarti dengan turunya harga barang X konsumen dapat membeli
jumlah barang X dalam jumlah yang lebih banyak.
Barang Y
B
GA GA1
L L1
Gambar 2.4 Kurva Perubahan Garis Anggran karena Perubahan Harga
2. Perubahan tingkat pendapatan konsumen, sedangkan harga
barang-barang yang dikonsumsi tetap tidak berubah. Pada gambar di bawah ini
garis anggaran belanja mula-mula ditunjukkan dengan garis GA dengan
naiknya pendapatan konsumen sedangkan harga barang X dan Y tetap,
garis anggaran yang baru menjadi G’A’:
commit to user Barang Y B1
B
L L1 Barang X
Gambar 2.5 Kurva Perubahan Garis Anggran karena Perubahan Pendapatan
c. Ekuilibrium Konsumen
Keseimbangan konsumen tercapai apabila dengan kendala pendapatan
dan harga, konsumen itu memaksimalkan utilitas atau kepuasan total dari
pengeluarannya. Dengan kata lain, seorang konsumen berada dalam kondisi
ekuilibrium apabila dengan garis anggaran tertentu, orang itu akan mencapai
kurva indiferen tertinggi yang mungkin diraihnya (Salvatore, 2007: 55)
Barang Y
B
Y1 C
X1 L Barang X
Gambar 2.6 Kurva Keseimbangan Konsumen A
commit to user
Daya guna maksimal terlelak di titik C, pada kurva indifferensi 2,
dengan kombinasi konsumsi OX’ dan OY’. Kalau konsumen terletak pada
titik A pada kuva indifferensi 1, dia bisa menambah daya totalnya dengan
mengorbankan konsumsi barang Y untuk mendapatkan tambahan barang X,
sampai pada titik C. demikian pula sebaliknya apabila berada pada titik D,
dapat menaikkan daya totalnya dengan mengorbankan konsumsi barang Y,
sampai dia berada dititik C pada kurva indifferensi 2 (Haryono, 2001:79).
a. Efek Pergantian dan Efek Subtitusi
Definisi efek pergantian adalah perubahan jumlah barang yang
diminta sebagi akibat perubahan harga relatif sesudah perubahan penghasilan
konsumen dikomppensir. Dengan kata lain efek penggantian adalah
perubahan jumlah barang yang diminta akibat adanya perubahan harga, bila
perubahan tersebut dibatasi pada pergerakkan sepanjang kurva indefferensi
mulu-mulu. Jadi dalam hal ini penghasilan riil dianggap tetap (Sudarman,
1994:59).
Penentuan efek pergantian hanya dibatasi sepanjang kurva
indefferensi mulu-mula. Padahal efek total perubahan harga, pendapan,
konsumen dan harga barang lain tetap, selalu ditunjukkan oleh pergeseran
dari kurva indefferensi satu ke kuva indefferensi yang lain. Untuk selanjutnya
selisih dari kedua inilah disebut efek pendapatan.
Dengan efek penghaasilan dari adanya perubahan hargasuatu barang
commit to user
perubahan riil semata – mata dimana harga-harga barang lain dan penghasilan
nominal konsumen tetap (Sudarman, 1994:60).
Pemisahan efek pendapatan dan efek penggantian sebagai akibat
adanya perubahan harga dapat dilihat dari dua pendekatan yaitu:
1) Pendekatan Hicks
a) Bila barang tersebut termasuk barang normal.
Jika barang tersebut merupakan barang normal maka dengan
turunnya harga barang tersebut, harga barang-barang lain dan
pendapatan nominal konsumen tetap, akan berakibat jumlah bazrang
yang diminta bertambah. Sebaliknya, jika harga barang tersebut naik,
harga barang-barang lain dan pendapatan nominal konsumen tetap,
jumlah barng yang diminta tersebuut akan turun.
b) Bila barang tersebut adalah barang inferior.
Adanya kenaikan penghasilan riil konsumen, mengurangi jumlah
brang yang diminta dan berkurangnya penghasilan riil konsumen
akan memperbesar jumlah barang yang diminta. Pada barang
inferior, efek pendapatan adalah negatif, suau pertambahan dalam
pendapatan riil menyebabkan berkurangnya jumlah konsumsi barang
tersebut, tetapi hokum permintaan tetap berlaku, dimana efek
pendapatan yang negatif ini dapat dikompensasi oleh efek
commit to user
c) Bila barang tersebut merupakan barang giffen
Hanya barang giffen yang permintaannya bertentangan dengan
hukum permintaan. Pada barang giffen efek pendapatan adalah
negatif, suatu tambahan dalam pendapatan riil menyebabkan
berkurangnya jumlah konsumsi barang tersebuuuuuut. Efek
penggantian yang selalu positif lebih kecil daripada efek pendapatan
yang negatif sehingga efek penggantian yang positif ini tidak dapat
menutup efek pendapatan yang negtif.
2) Pendekatan Slutsky
Slutsky berpendapat bahwa pendapatan riil tidak berubah
apabila konsumen menggunakan kombinasi konsumsi seperti yang
digunakan konsumen sebelum adanya perubahan barang X
kombinasi tersebut masih merupakan titik keseimbangan konsumen
atau tidak. Dengan menggunakn pendapatannya tersebut Slutsky
mencoba memisahkan efek harga menjadi efek pendapatan dan efek
subtitusi.
Barang Y
commit to user
Mula–mula garis anggaran belanja konsumen adalah LM. Dengan
turunnya barang X, garis anggaran konsumen bergeser ke LM’ dengan
titik keseimbangan konsumen E’ yang menunjukkan kombinasi barang X
meningkat dari OX menjadi OX’. Karena adanya efek subtitusi, garis
anggaran bergeser ke L”M” yang melalui titik E dan sejajar dengan garis
anggaran belanja, ini berlangsung dengan kurva indifferensi IC” pada titik
titik E”.
Dengan demikian efek harga yang merupakan efek total yaitu dari
titik E ke E’ atau barang X sebanyak XX’, yang terdiri dari efek
penggantian sebesar XX” dan efek pendapatan sebesar X”X’.
C. Elastisitas Permintaan
Elastisitas adalah suatu pengertian yang menggambarkan derajat
kepekaan. Elastisitas permintaan menggambarkan derajat kepekaan fungsi
permintaan terhadap perubahan yang terjadi pada variable – variable yang
menggantinya. Besarnya koefisien elastisitas ditunjukkan oleh perbandingan
antara persentase perubahan dalam variable tidak bebas itu dan persentase
perubahan variabel bebas yang mempengaruhinya (Suparmoko, 1997 : 30).
Elastisitas permintaan merupakan suatu ukuran kuantitatif yang
menunjukkan sampai dimana besarnya pengaruh perubahan harga ke atas
perubahan permintaan. Perbandingan antara perubahan jumlah barang dengan
perubahan harga ini disebut elastisitas harga dari permintaan (price elasticity of
commit to user
Atau persentase perubahan jumlah barang dibagi persentase perubahan harga
(Samuleson & William 1992).
Beberapa konsep elastistas yang berhubungan dengan permintaan, yaitu :
1) Elastisitas harga permintaan
Definisinya adalah perubahan proporsional dari sejumlah barang
yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari harga. Pada
umumnya jika harga suatu barang berubah maka permintaan akan
barang tersebut akan berubah. Untuk mengukur respon perubahan harga
terhadap jumlah permintaan bisa digunakan konsep elastisitas harga
permintaan (price elasticity of demand)
Eh =
Eh < 1, permintaan elastis
Eh > 1, permintaan in elastis
Eh = 1, unitary elastis
Eh < 1
Px Eh = 1
Eh > 1
0 Qx
commit to user
Koefisien elstisitas harga dapat dihitung melalui dua cara :
a) Elastisitas busur (Arc Elasticity)
Elastisitas busur digunakan apabila perubahan harga dianggap
besar atau cukup berarti.
Dimana ∆Q adalah Q1,Q2 dan ∆P adalah P1,P2.
b) Elastisitas titik (Point Elasticity)
Elastisitas titik digunakan apabila perubahan harga relative
kecil atau diketahui fungsi permintaannya.
Dalam teori konsumen dapat digambarkan dengan gambar kurva
konsumsi-harga (PCC) dan kurva permintaan konsumen, dengan
merubah harga X dan sementara harga Y, citarasa konsumen, dan
pendapatan nominal dipertahankan konstan maka dapat diperoleh kurva
konsumsi-harga dan kurva permintaan konsumen untuk komoditi X.
Kurva konsumsi-harga adalah tempat titik – titik ekuilibrium konsumen
dihasilkan apabila hanya harag X yang berubah – ubah
commit to user Qy
E2
PCC
E1
Qx
Gambar 2.9 Kurva Konsumsi-Pendapatan dan Kurva
Permintaan Konsumen
2) Elastisitas permintaan pendapatan
Elastisitas pendapatan adalah tingkat perubahan relatif jumlah
barang yang diminta konsumen, karena ada perubahan pendapatan. Jadi
elastisitas pendapatan adalah perubahan proporsional dari jumlah
barang yang diminta dibagi dengan perubahan proporsional dari
pendapatan.
Elastisitas penghasilan dapat dirumuskan sebagai berikut
commit to user
Koefisien elastis penghasilan berguna untuk pengelempokan
barang – barang ke dalam barang mewah, barang kebutuhan pokok
dan barang inferior. Untuk barang mewah koefisien bersifat positif
dan kurang dari satu, untuk barang pokok kefisien positif dan kurang
dari satu dan untukbarang inferior pergeseran kurva permintaan
berlainan arah dengan penambahan penghasilan, artinya bila
penghasilan naik jumlah konsumen membeli lebih sedikit barang jenis
ini.
Dalam teori konsumen dapat digambarkan dengan gambar kurva
konsumsi-pendapatan (ICC) dan kurva engel, dengan mengubah
pendapatan nominal konsumen sementara selera perorangan serta
harga – harga X dan Y dipertahankan konstan, maka dapat diperoleh
kurva konsumsi - pendapatan (ICC). Kurava konsumsi – pendapatan
adalah tempat titik – titik ekulibrium konsumen dihasilkan bila hanya
pendapatan konsumen yang berubah –ubah. Kurva Engel
memperlihatkan jumlah komoditi yang ingin dibeli konsumen per
periode waktu pada berbagai tingkat pendapatan totalnya (
commit to user
Qy ICC
E3
E1 E2 III
I II
Kurva Engel Qx
E3
E2
E1
Gambar 2.10 Kurva Konsumsi-Pendapatan dan Kurva Engel
3) Elastisitas silang
Elastisitas silang merupakan derajat kepekaan relatif dari jumlah
barang yang diminta sebagai akibat adanya perubahan harga barang
lain. Jadi elastisitas merupakan perubahan proporsional dari jumlah
barang x yang diminta konsumen dibagi dengan perubahan
proporsional dari barang y.
EC =
Bila koefisien elastisitas silang nilainya positif, maka barang –
commit to user
Bila koefisien elastisitas silang nilainya negatif, maka barang –
barang tersebut saling melengkapi (komplementer).
D. Penelitian Terdahulu
1. Penelitian yang dilakukan oleh Abdullah tahun 1991 yang berjudul
“Demand Analysis of egg in Daerah Istimewa Yogyakrta”. Berdasarkan
hasil penelitian dapat diketahui bahwa permintaan telur yang ada di yang
ada di Daerah Istimewa Yogyakrta dipengaruhi oleh harga telur, harga susu,
harga daging sapi, harga daging ayam, harga minyak goreng dan
pendapatan. Sedangkan pada musim lebaran permintaan telur di
Yogyakarta meningkat sebesar 16,92%. Berdasarkan hasil penelitian ini
dapat diketahui bahwa telur merupakan barang normal yang inelastis.
Sementara itu hasil elastisitas silang harga daging sapi dan harga daging
ayam masing – masing sebesar ± 0,3125 dan ±0,2920 berarti daging sapi
dan daging ayam merupakan barang suptitusi dari telur. Sedangkan
elastisitas pendapatan dari permintaan menunjukkan bahwa telur adalah
barang normal yang tergolong barang mewah (superior).
2. Penelitian yang dilakukan oleh Setiadi dan Irham tahun 2000 yang berjudul
“Analisis faktor – faktor yang mempengaruhi permintan ikan terpilih di
provinsi Daerah Istimewa Yogjakarta”. Hasil penelitian ini menunjukkan
bahwa permintaan ikan tongkol sangat elastis sehingga sagat dipengaruhi
oleh harga ikan tongkol itu sendiri dan ikan tongkol merupakan barang
normal. Harga ikan lele dan harga minyak goreng mempunyai pengaruh
commit to user
merupakan barang supstitusi. Ikan tongkol, daging ayam, daging kambing
dan telur ayam merupakan barang komplementer dari akan lele. Sedangkan
pendapatan perkapital tidak mempengaruhi permintaan ikan tongkol.
3. Penelitian yang dilakukan Taufik tahun 2006 yang berjudul “Analisis
Elastisitas Permintaan jagung Di Jawa Tengah”. Dalam penelitian variabel
yang digunakan adalah harga beras, harga jagung, pendapatan perkapita dan
jumlah penduduk yang mempengaruhi permintaan jagung di Jawa Tengah.
Model yang digunakan dalam penelitian ini yaitu regresi linier berganda
doubel logaritma. Hasil penelitian ini menunjukkan variabel pendapatan
perkapita berpengaruh positif secara signifikan terhadap permintaan jagung
dengan koefisien 0,595. Harga jagung tidak berpengaruh signifikan terhadap
permintaan jagung dengan koefisien 0,046. Harga beras berpengaruh secara
signifikan terhadap permintaan jagung dengan koeficien 0,219. Dan jumlah
penduduk berpengaruh positif terhadap permintaan jagung dengan koefisien
0,689.
E. Kerangka Pemikiran
Dalam menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan telur
ayam ras ini maka disusunlah suatu kerangka pemikiran dengan maksud agar hasil
dalam menyusun penelitian ini mempunyai alur yang jelas, selain itu diharapkan
commit to user
Gambar 2.11 Skema Kerangka Pemikiran
Dari skema di atas terlihat bahwa permintaan telur ayam ras dipengaruhi
oleh harga telur ayam itu sendiri, harga subtitusi seperti daging ayam, pendapatan
perkapita, dan jumlah penduduk. Bila harga telur ayam turun maka jumlah
permintaan telur ayam akan akan naik. Jika harga harga telur ayam naik maka
permintaan telur akan turun dan lebih memilih ke daging ayam. Begitu juga
sebaliknya jika jumlah penduduk dan pendapatan perkapita naik maka permintaan
telur ayam akan naik. Penelitian ini memusatkan pada perhatian pada permintaan
pasar yang menggambarkan total jumlah dari seluruh permintaan individu.
F. HIPOTESIS
Dari uraian dan kerangka pemikiran di atas, dapat dirumuskan hipotesis
awal tentang jawaban dari permasalahan yang akan dipecahkan yaitu:
1. Harga telur ayam ras diduga berpengaruh negatif terhadap permintaan
telur ayam ras di Kabupaten Magetan. HARGA TELUR AYAM RAS
HARGA DAGING AYAM
JUMLAH PENDUDUK
PERMINTAAN TELUR AYAM RAS
commit to user
2. Harga daging ayam diduga berpengaruh positif terhadap permintaan telur
ayam ras di Kabupaten Magetan.
3. Jumlah penduduk diduga berpengaruh positif terhadap permintaan telur
ayam ras di Kabupaten Magetan.
4. Pendapatan perkapita diduga berpengaruh positif terhadap permintaan
telur ayam ras di Kabupaten Magetan.
5. Diduga elastisitas dari harga telur ayam ras, daging ayam, jumlah
penduduk dan pendapatan perkapita bersifat inelastis terhadap permintaan
commit to user BAB III
METODE PENELITIAN
Dalam bab ini akan dijelaskan mengenai metode penelitian yang
digunakan untuk mengetahui pengaruh harga telur ayam ras, harga daging
ayam, pendapatan perkapita dan jumlah penduduk terhadap jumlah permintaan
telur ayam ras di Kabupaten Magetan.
Bab ini terdiri atas ruang lingkup penelitian, jenis dan sumber data,
definisi Operasional Variabel dan Teknik Analisa data.
A. Ruang Lingkup Penelitian
Penelitian ini merupakan penelitian studi pustaka yang mengambil lokasi
penelitian di Kabupaten Magetan Propinsi Jawa Timur, dengan menggunakan
analisis data sekunder tahun 1990-2009 atas permintaan telur ayam ras di
wilayah Kabupaten Magetan.
B. Jenis Dan Sumber Data
Data yang digunakan dikategorikan sebagai data sekunder yang diperoleh
dari berbagai sumber dengan cara mengambil data-data statistik yang telah ada,
serta dokumen-dokumen lain yang terkait dan diperlukan, yang dihimpun
melalui :
1 Badan Pusat Statistik Kabupaten Magetan.
2 Dinas Pertanian Kabupaten Magetan.
3 Disperindag Kabupaten Magetan.
commit to user
5 Data lain yang bersumber dari referensi studi kepustakaan melalui, jurnal,
artikel dan bahan lain dari berbagai situs website yang mendukung.
C. Metode Pengumpulan Data
1. Metode observasi
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mengamati secara langsung
variabel-variabel yang berkaitan dengan penelitian skripsi.
2. Metode kepustakaan
Yaitu teknik pengumpulan data dengan cara mencari dan membaca
literatur yang relevan dan berkaitan dengan penelitian skripsi. Relevansi
didasarkan pada data yang telah disajikan oleh institusi yang bersangkutan
dan telah teruji secara empiris, misalnya data yang dikeluarkan BPS.
D. Definisi Operasional Variabel
Variabel-variabel yang digunakan sebagai faktor-faktor yang
mempengaruhi permintaan telur ayam adalah terdiri dari :
1. Variabel Dependen Permintaan telur ayam ras (Qd)
Sebagai variabel Qd adalah permintaan telur ayam ras, yaitu jumlah telur
ayam ras yang dikomsumsi oleh masyarakat Magetan yang diukur dalam
kg per tahun (Kg/Th).
2. Variabel Independen.
a. Harga telur ayam ras adalah harga rata-rata telur ayam ras per tahun
yang diukur dalam satuan rupiah perkilogram (Rp/Kg).
b. Harga daging ayam adalah harga rata-rata daging ayam per tahun yang
commit to user
c. Pendapatan perkapita adalah pendapatan perkapita individu penduduk
Kota Magetan, yaitu nilai Pendapatan Domestik Regional Bruto
(PDRB), Per tahun dibagi jumlah penduduk pertengahan tahun yang
diukur dalam satuan rupiah per kapita (Rp/Kap).
d. Jumlah penduduk adalah jumlah penduduk Kota Magetan per tahun
yang diukur dalam satuan jiwa.
E. Teknik Analisa Data
Pendekatan yang digunakan untuk menganalisis hubungan antar
variabel berupa pendekatan teori ekonomi, teori statistik, dan teori ekonometrika
dengan lebih mendekatkan pada model analisis seri waktu (time series analysis).
Secara teori, permintaan seseorang atas suatu barang ditentukan oleh
banyak faktor, antara lain, harga barang itu sendiri, harga barang lain (subtitusi),
pendapatan, jumlah penduduk dan selera. Menurut penelitian terdahulu
(Abbullah, 1991) Permintaan telur ayam di Daerah Istimewa Jogjakarta di
pengaruhi oleh, harga telur ayam itu sendiri, Subtitusi (harga susu, daging sapi,
daging ayam dan ikan). Sedangkan komplementer (minyak goreng, beras,
terigu), pendapatan perkapita, selera dan bulan Ramadhan.
Dengan mendasar pada teori permintaan dan penelitian terdahulu, maka
permintaan telur ayam ras di pengaruhi oleh harga telur itu sendiri, harga daging
ayam (subtitusi), jumlah penduduk dan pendapatan perkapita. Dengan
menggunakan alat analisis regresi berganda Logaritma diharapkan mampu
memperoleh hasil yang signifikan dan kesimpulan yang diharapkan. Adapun
commit to user
LogDE = b0 + b1 LogHT + b2 LogHA + b3 logP +b4 logY +... e
LogDE = jumlah konsumsi telur ayam ras (Kg/Th)
b0 = konstantan
LogHT = harga telur ayam ras (rupiah/Kg/thn)
LogHA = harga daging ayam (rupiah/Kg/thn)
LogP = jumlah penduduk (jiwa)
LogY = pendapatan perkapita (Jutaan rupiah /Kap)
e = Variabel pengganggu
1. Uji Statistik
- Uji t
Pengujian ini dimaksudkan untuk mengetahui apakah masing –
masing variable independen mempunyai pengaruh yang signifikan
terhadap variabel dependen, dengan asumsi variable independen lainnya
konstan. Pengujian nilai t dilakukan dengan dua sisi. Langkah – langkah
pengujian dapat dijelaskan sebagai berikut :
1). Hipotesa
Ho : a1= 0
Ha : a1# 0
2). T tabel t 2
a
; N – K
Dimana :
commit to user N : Jumlah sampel
K : banyaknya parameter atau koefisien regresi plus konstanta
3). Kriteria Pengujian
Ho diterima apabila :
5). Kesimpulan : Ho diterima atau ditolak
- Uji F
Uji F (Analisis Varian) ini digunakan untuk menguji
signifikansi secara bersama-sama semua koefisien regresi.
commit to user
- F hit < F tabel à Ho diterima, Ha ditolak. Kesimpulannya
tidak berbeda dengan nol. Dalam hal ini dapat dikatakan bahwa
semua koefisien regresi secara bersama-sama tidak signifikan
(penting) pada taraf a.
- Fhit > F tabel à Ho ditolak, Ha diterima. Kesimpulannya
1
a dan a2 tidak berbeda dengan nol. Dalam hal ini dapat
dikatakan bahwa koefisien regresi secara bersama-sama tidak
signifikan (penting) pada taraf a1.
- Uji R2
Uji R2 (Koefisien Determinasi) adalah untuk mengetahui
berapa % variasi variabel dependent dalam hal ini permintaan telur
ayam dapat dijelaskan oleh variabel independent dalam hal ini harga
telur ayam, harga daging ayam, harga beras, pendapatan perkapita dan
jumlah penduduk Untuk memberikan hasil yang mendekati kebenaran,
maka perlu dilakukan koreksi. Koreksi terhadap R2 perlu karena dalan
hasil regresi belum memperhitungkan besarnya derajat kebebasan yang
terkait padanya karena variable penjelasnya lebih dari satu. Untuk itu
perlu di cari R2.
`R2 = { 1-(1-R2)} / (N-K)
N – k – 1
Dimana : R2 = koefisien determinasi
N = jumlah observasi
commit to user 2. Uji Asumsi Klasik
Model asunsi linear klasik didasarkan pada asumsi:
a. Nilai rata-rata bersyarat dari unsur gangguan populasi Ui, tergantung
pada nilai tertentu, variable yang menjelaskan adalah nol
b. Variable bersyarat dari Ui adalah konstan atau homokedastisitas
c. Tidak ada autokorelasi dalam gangguan
d. Variable independet adalah non stokastik
e. Tidak ada multikolinearitas diantara variable independent
f. Ui didistribusikan secara normal dengan rata-rata dan variable yang
diberikan oleh asumsi a dan b
Dengan asumsi diatas penaksir OLS dari koefisien regresi
adalah tidak bias linier (BLUE/ Best Linier Unbiased Estimator).
Penyimpangan terhadap asumsi diatas akan mempengaruhi hasil
analisis. Model penyimpangan OLS antara lain.
a. Multikolinearitas
Ada hubungan antara beberapa atau semua variabel yang
menjelaskan dalam model Regresi. Jika dalam model terdapat
Multikolinearitas maka model tersebut memiliki kesalahan standar
yang besar sehingga koefisien tidak dapat di taksir dengan
ketepatan tinggi.
Salah satu cara mendeteksi ada tidaknya Multikolinearitas
adalah dengan Uji Farrar – Glauber (Perhitungan Ratio – F untuk
commit to user
Hasil dari F1 dibandingkan dengan F tabel.
Jika F tabel > F1 Maka variabel bebas tersebut kalinear dengan
variabel lainnya. Sebaliknya jika F tabel < F1 maka variabel bebas
tersebut tidak kalinier terhadap variabel bebas lain.
b. Heteroskedastisitas
Heteroskedasitas terjadi jika gangguan muncul dalam
fungsi Regresi yang mempunyai varian yang tidak sama sehingga
penaksir OLS tidak efiisen baik dalam sampel kecil maupun besar
(tapi masih tidak bias dan konsisten)
Salah satu cara untuk mendeteksi maslah Heteroskedasitas
adalah dengan Uji Park yaitu :
v Dari Hasil Regresi OLS akan diperoleh nilai Residualnya
v Nilai Residual tadi dikuadratkan, lalu diregresikan dengan
variabel bebas sehingga diperoleh persamaan sebagai
berikut
commit to user
Jika x1 dan x2 signifikan maka terjadi masalah
Heteroskedasitas. Jika tidak signifikan maka tidak terdapat
Heteroskedasitas dalam model tersebut.
c. Uji Autokorelasi
Adalah adanya korelasi antara variabel gangguan sehingga
penaksir tidak lagi efisien baik dalam sampel kecil maupun sampel
besar.
Salah satu cara untuk menguji autokorelasi adalah dengan
percobaan :
Hipotensnya, Ho adalah dua ujungnya tidak ada serial autokorelasi
baik positif maupun negatif, maka :
commit to user d < d < 4 – du = menerima Ho
dl £ d £ du atau 4 – du £ d £ 4 – dl = pengujian tidak
meyakinkan.
2. Uji Breusch-Godfrey
Dari hasil uji autokorelasi, diketahui bahwa nilai probabilitas lebih
besar dari probabilitas 5%, maka hipotesa yang menyatakan pada
model tidak terdapat autokorelasi tidak ditolak. Berarti model
commit to user BAB IV
ANALISIS DATA DAN PEMBAHASAN
A. Gambaran Umum Wilayah Kabupaten Magetan
1. Keadaan Geografis
a. Letak Geografis
Kabupaten Magetan terletak di bagian Barat Provinsi Jawa
Timur, dengan posisi berada pada 7°38’30° Lintang Selatan dan
111°20’30° Bujur Timur. Berdasarkan lokasinya, Kabupaten Magetan
termasuk dalam Satuan Wilayah Pengembangan (SWP) Madiun dan
sekitarnya. Dalam kerangka regional, struktur ekternal wilayah Kabupaten
Magetan berhubungan dengan keberadaan wilayah lain yang bertetangga.
Delineasi wilayah tersebut membentuk cakupan yang sistemik kegiatan–
kegiatan yang ada di wilayah Kebupaten Magetan dengan wilayah–
wilayah lain. Cakupan kewilayahan ini juga bersifat dinamik, yang akan
selalu berubah seiring dengan perkembangan wilayah yang bersangkutan.
Kabupaten Magetan memiliki batas –batas sebagai berikut :
· Sebelah Utara : Kabupaten Ngawi
· Sebelah Timur : Kabupaten Madiun
· Sebelah Selatan : Kabupaten Ponorogo (Jawa Timur) dan
Kabupaten Wonogiri (Jawa Tengah)
commit to user
Berdasarkan Perda Kabupaten Magetan Nomer 2 Tahun 2007
tentang pembentukan Kecamatan Sidorejo, Kabupaten yang awalnya
terdiri dari 17 Kecamatan sekarang menjadi 18 Kecamatan. Kabupaten
Magetan sebelumnya juga mengalami pemekaran wilayah seperti
Kecamatan Ngariboyo (pemekaran dari Kecamatan Magetan, Kawedanan
dan Poncol), serta Kecamtan nguntoronadi (pemekaran dari Kecamatan
Takeran dan Kawedanan).
b. Luas Wilayah
Luas wilayah Kabupaten Magetan adalah 688,85 km2 yang terbagi
dalam 6 tipologi, yaitu :
1. Tipe wilayah pegunungan dengan kondisi tanah subur yaitu
Kecamatan Plaosan.
2. Tipe wilayah pegunungan dengan tanah sedang yaitu Kecamatan
Panekan, dan Kecamatan Poncol bagian barat.
3. Tipe wilayah pegunungan dengan tanah kurang subur (kritis) yaitu
Kecamatan Parang, Kecamatan Lembeyan, Kecamatan Poncol
bagian timur dan Kecamatan Kawedana bagian selatan.
4. Tipe wilayah daratan rendah dengan tanah pertanian subur yaitu
Kecamatan Barat dan Kecamatan Takeran.
5. Tipe wilayah dataran rendah dengan tanah pertanian sedang yaitu
commit to user
Tabel 4.1 Luas Wilayah Kabupaten Magetan Menurut Kecamatan
No Kecamatan Luas Wilayah (Km2) Sumber : BPS, Magetan Dalam Angka 2009
c. Keadaan iklim
Wilayah Kabupaten Magetan yang terletak pada ketinggian
60 – 1600 m dpl terbagi dalam 2 musim, yaitu musim penghujan
dan musim kemarau, dengan iklim basah tipe B dan suhu 16o-20o
untuk dataran tinggi serta 22o-26oC untuk dataran
rendah.Kabupaten Magetan memiliki iklim tropis dengan suhu
antara 18,25oC sampai dengan 31,45oC. Rata – rata temperatur
bulanan adalah 27,6oC dengan temperatur maksimum mencapai
commit to user 2. Aspek Demografis
a. Komposisi dan jumlah penduduk.
Tabel 4.2 Jumlah penduduk Kabupaten Magetan tahun 1997-2009
Tahun jumlah penduduk
Sumber : Kabupaten Magetan dalam angka 2009
Hingga tahun 2009, Kabupaten Magetan mempunyai
jumlah penduduk sebanyak 692.749. Berdasarkan tabel di atas
dapat diketahui bahwa populasi penduduk di Kabupaten Magetan
selama tahun 1997 sampai 2009 jumlahnya cenderung mengalami
kenaikan/ peningkatan. Sedangkan pada tahun 2009 mengalami
penurunan. Dalam kondisi luas wilayah yang selalu konstan,
adanya penambahan populasi penduduk akan mengakibatkan
tingkat kepadatan penduduknya semakin tinggi. Dengan semakin
tingginya jumlah penduduk berarti pasar semakin meluas karena
jumlah konsumennya bertambah, sehingga akan lebih ganyak
commit to user
juga diikuti dengan perkembangan dalam kesempatan kerja.
Dengan demikian akan semakin banyak orang yang menerima
pendapatan, dan ini akan menambah daya beli masyarakat sehingga
permintaan terhadap suatu barang juga akan bertambah.
b. Komposisi penduduk menurut kelompok umur
Komposisi penduduk menurut umur adalah adalah
penggolongan penduduk berdasarkan umur sehingga dapat
diketahui jumlah tenaga kerja di suatu wilayah. Berdasarkan
Undang – undang No. 25 tahun 1997 tentang ketenagakerjaan,
tenaga kerja di definisikan sebagai penduduk berumur 15 tahun
atau lebih. Indonesia tidak menganut batas umur maksimal karena
belum mempunyai jaminan sosial nasional. Hanya sebagian kecil
penduduk indonesia yang menerima tunjangan di hari tua, yaitu
pegawai negeri dan sebagian perusahaan swasta.
Penduduk merupakan potensi sumber daya manusia yang
dibutuhkan dalam proses pembangunan, disamping juga sebagai
konsumen dalam pembangunan. Dalam konteks penduduk sebagai
potensi SDM.
Penduduk usia produktif (usia 0-14 dan usia 65 tahun ke
atas) merupakan beban atau tanggungan dalam pembangunan,
sedangkan usia produktif (14-64 tahun) merupakan modal dalam
pelaksanaan pembangunan di segala bidang, dengan harapan
commit to user
sarana dan prasarana pembangunan, dimana manusia merupakan
tujuan dan pelaksana pembangunan.
Tabel 4.3 Komposisi Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Umur dan Jenis Kelamin, Tahun 2008
Kelompok Umur Laki-laki perempuan
00 - 04 22.145 21.793 Sumber :Kabupaten Magetan dalam angka 2009
Berdasarkan tabel 4.3 di atas dapat di ketahui bahwa
mayoritas penduduk Kabupaten Magetan tergolong dalam tenaga
kerja. Bertambahnya tenaga kerja dapat menambah jumlah
angakatan kerja sehingga akan menambah pula penduduk yang aktif
malakukan kegiatan ekonomi. Maka, semakin banyak orang yang
menerima pendapatan dan semakin banyak pula orang yang
memmiliki daya beli sehingga dapat meningkatkan permintaan
commit to user
c. Komposisi penduduk menurut jenis kelamin
Komposisi penduduk menurut jenis kelamin dapat
digunakan untuk menentukan besarnya sex ratio penduduk di suatu
wilayah. Dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 4.4 Komposisi Penduduk Kabupaten Magetan Menurut Jenis Kelamin, Tahun 2008
Sumber : Kabupaten Magetan dalam angka 2009
Tabel 4.4 di atas menunjukkan besarnya nilai sex ratio yang
berkisar antara 90 - 97 artinya setiap 100 orang penduduk
perempuan terdapat 94 orang penduduk laki – laki. Meskipun
demikian perbedaan jumlah keduanya tidak terpaut terlalu besar. Hal
ini ditunjukkan oleh nilai sex ratio yang cukup tinggi. Besarnya