85 50 9 26 3 0.6 13 padi 4500 3540000 8205000
86 36 12 15 2 0.76 10 kedelai 7600 1700000 4200000
87 57 12 15 3 1 10 kedelai 7600 2400000 5935000
88 38 9 23 2 0.6 6 kedelai 7600 1500000 5385000
89 43 6 30 2 0.48 9 kedelai 7600 1150000 3396000
90 52 9 12 3 0.5 8 kedelai 7600 1200000 2585000
91 36 6 32 3 0.76 13 jagung 2800 7600000 8360000
92 60 12 22 4 0.8 13 semangka 1400 6000000 1560000
93 52 12 15 2 0.44 10 semangka 1400 3344000 891000
Lampiran 2
Case Processing Summary
Unweighted Casesa N Percent
Selected Cases
Included in Analysis 93 100.0
Missing Cases 0 .0
Total 93 100.0
Unselected Cases 0 .0
Total 93 100.0
a. If weight is in effect, see classification table for the total number of
cases.
a. Constant is included in the model.
b. The cut value is .500
Variables in the Equation
B S.E. Wald df Sig. Exp(B)
Score df Sig.
a. Residual Chi-Squares are not computed because of redundancies.
Omnibus Tests of Model Coefficients
a. Estimation terminated at iteration number 7 because
parameter estimates changed by less than .001.
Hosmer and Lemeshow Test
Step Chi-square df Sig.
1 11.695 8 .165
Contingency Table for Hosmer and Lemeshow Test
Keputusan = 0 Keputusan = 1 Total
Correlation Matrix
Constant x1 x2 x3 x4 x5 x6 x7 x8
Step 1
Constant 1.000 -.578 -.603 -.026 -.218 -.044 -.363 -.006 -.336
x1 -.578 1.000 .164 -.591 .133 -.235 -.045 .138 -.042
x2 -.603 .164 1.000 .330 -.181 .101 -.103 -.043 .106
x3 -.026 -.591 .330 1.000 -.065 .192 -.004 -.294 .058
x4 -.218 .133 -.181 -.065 1.000 -.086 .005 .164 -.203
x5 -.044 -.235 .101 .192 -.086 1.000 -.155 -.641 .196
x6 -.363 -.045 -.103 -.004 .005 -.155 1.000 .049 .233
x7 -.006 .138 -.043 -.294 .164 -.641 .049 1.000 -.254
DAFTAR PUSTAKA
Adisarwanto, T., 2008. Budidaya Kedelai Tropika. Penebar Swadaya. Jakarta. Agresti, A. 1996. An Introduction to Categorical Data Analysis. Jhon Wiley and
Sons Inc. Canada
AntaraNews, 2013. Produksi Kedelai Terkendala Minat Petani. Diakses di http;//m.antaranews.com/berita/395123/produksi-kedelai-terkendala-minat-petani 12 April 2015
Badan Pusat Statistik. 2013. Sumatera Utara Dalam Angka 2013. Medan ________________ . 2012. Sumatera Utara Dalam Angka 2012. Medan ________________ . 2011. Sumatera Utara Dalam Angka 2011. Medan ________________ . 2010. Sumatera Utara Dalam Angka 2010. Medan ________________ . 2009. Sumatera Utara Dalam Angka 2009. Medan ________________ . 2008. Sumatera Utara Dalam Angka 2008. Medan Combs, P.H. dan Manzoor, A. 1984. Memerangi Kemiskinan di Dunia Ketiga
Melalui Pendidikan Non-Formal. Rajawali. Jakarta
Deptan. 2013. Sumatera Utara Mendukung Swasembada Kedelai.Diakses di http://balitkabi.litbang.deptan.go.id/kilas-litbang/1327-sumatera-utara-mendukung-swasembada-kedelai.html .2013 pada tanggal 26 Febuari 2014 Faiq, Muhammad Hilmi. 2012. Petani Enggan Tanam Kedelai.
http://regional.kompas.com/read/2012/07/27/1713181/Petani.Enggan. Tanam.Kedelai
Fardiaz, Mendez. 2008. Pengaruh Karakteristik Petani Terhadap Pengambilan Keputusan Inovasi Dalam Usaha Sayuran Organik. Jurnal. Fakultas Pertanian, IPB. Bogor
Gilaraso, T. 1989. Harga dan Pasar. Kanisius. Yogyakarta
Kartasapoetra, A. G. 1994. Teknologi Penyuluhan Pertanian. Penerbit Bumi Aksara. Jakarta
Lubis, N. L. 2000. Adopsi Teknologi Dan Faktor Yang Mempengaruhinya. USU Press. Medan
Medanbisnis,2015. Petani Sulit diarahkan Kembangkan Kedelai. Diakses di
http://mdn.biz.id/n/147685/ 12 April 2015
Mosher, Daniel. 2002. Pengantar Ekonomi Pertanian. Bumi Aksara. Jakarta Mosher. A.T. 1978. Menggerakkan dan Membangun Pertanian. Terjemahan
Krisnandhi dan B. Samad. Yasguna. Jakarta
Razali, Tomi. 2012. Bantuan Benih Kedelai Pemerintah Tak Laku Di Sumut. http://www.bisnis-sumatra.com/index.php/2012/10/bantuan-benih-kedelai-pemerintah-tak-laku-di-sumut/
Roger, E. M. 2003. Difussion of Innovation. The Free Express. New York
Sahidu, Ariffudin. 1998. Partisipasi Masyarakat Tani Pengguna Lahan Sawah dalam Pembangunan Pertanian di Daerah Lombok, NTB. Disertasi. IPB
Sajogjo. 1999. Sosiologi Pedesaan. Gadjah Mada University Press. Yogyakarta Siagian. 2003. Beberapa Faktor social Ekonomi yang Mempengaruhi Keputusan
Petani dalam Memilih Sawi dan Jenis Sayur Lainnya. Skripsi. Universitas Sumatera Utara
Siregar, M. 2003. Kebijakan Perdagangan dan Daya Saing Komoditas Kedelai. PSE Balitbang Pertanian. Deptan RI. Bogor
Slamet, Margono. 1995. Sumbang Saran Memgenai Pola, Strategi dan Pendekatan Penyelenggaraan Penyuluhan Pertanian. IPB. Bogor
Slamet, M. 2003. Membentuk Pola Perilaku Manusia Pembangunan. IPB Press. Bogor
Soekartawi. 1999. Agribisnis Teori Dan Aplikasinya. Raja Grafindo Persada. Jakarta
Soekartawi. 1988. Prinsip – Prinsip Dasar Komunikasi Pertanian. UI Press. Jakarta
Sudaryanto, T. dan D. K. S. Swastika. 2007. Ekonomi Kedelai di Indonesia. Forum Agro Ekonomi (FAE)
Suhartono., R. A, dkk. 2008. Pengaruh Interval Pemberian Air Terhadap Pertumbuhan Dan Hasil Tanaman Kedelai (Glicine Max (L) Merril) Pada Berbagai Jenis Tanah. EMBRYO.
Suhendrik. 2013.Keputusan petani dalam Melaksanakan Usahatani Kedelai di Kecamatan Kabupaten Purworejo. Jurnal. Suryaagritama Volume 2 Nomor 2
Sugiyono. 2006. Statistika Untuk Penelitian. Alfabeta. Bandung
Sumarno. 2011. Perkembangan Teknologi Budidya Kedelai di Lahan Sawah. Jurnal. Pusat Penelitian dan Pengembangan Tanaman Pangan. Bogor Supadi. 2009. Dampak Impor Berkelanjutan terhadap Tanaman Pangan. Jurnal.
Analisis Kebijakan Pertanian Vol 7
Suratiyah, K. 2008. Ilmu Usahatani Cet-2. Penebar Swadaya. Jakarta.
Susanti, dkk. 2008. Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan Petani Dalam Penerapan Pertanian Padi Organik di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo Kabupaten Sragen. Agritext.
Tangendjaja, dkk. 2003. Teknologi Pakan Dalam Menunjang Industri Peternakan Di Indonesia. Pusat Penelitian dan Pengembangan Perternakan. Bogor
Tempo. 2014. Pemerintah Tambah Area Tanam Kedelai 340 Ribu Hektare. diakses di http://www.tempo.co/read/news/2014/01/30/090549601 Kamis, 30 Januari 2014 | 12:50 WIB
Terry, G. R. 2000. Prinsip – Prinsip Manajemen (Edisi Bahasa Indonesia). PT. Bumi Aksara. Bandung
Van de Ban, A. W. Dan H.S. Hawkins. 1999. Penyuluhan Pertanian. Kanisius.Yogyakarta
Zakiah. 2011. Dampak Impor Terhadap Produksi Kedelai Nasional. Jurnal Agrisep.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Terdapat tiga Kabupaten yang mempunyai luas panen kedelai terluas di Sumatera Utara . Hal ini bisa dilihat pada Tabel 3.1
Tabel 3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007 – 2012 Menurut Kabupaten/ Kota di Provinsi Sumatera Utara
Kabupaten Langkat, Deli Serdang dan Serdang Bedagai mempunyai luas panen kedelai terbesar di Sumatera Utara. Daerah penelitian ditentukan secara purposive sampling. Dalam hal melihat faktor- faktor yang mempengaruhi keputusan petani
untuk melakukan usahatani kedelai, peneliti memilih Kabupaten Deli Serdang disebabkan hasil panen yang berfluktuatif setiap tahun. Hal ini menunjukkan, adanya perubahan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai setiap tahunnya. Sedangkan untuk Kabupaten Serdang Bedagai mengalami peningkatan luas panen yang berarti adanya pertambahan petani yang melakukan usahatani kedelai. Untuk Kabupaten Langkat juga terjadi penurunan luas panen yang berarti adanya penurunan petani dalam melakukan usahatani kedelai.
Di Kabupaten Deli Serdang terdapat 22 kecamatan, tetapi tidak semua kecamatan tersebut menghasilkan kedelai. Hal ini dapat dijelaskan melalui Tabel 3.2.
Sumber : BPP Kecamatan Beringin 2013
Dari data pada Tabel 3.2 kita dapat melihat bahwa hampir setiap tahun Kecamatan Beringin menjadi salah satu kecamatan yang mempunyai luas panen kedelai yang tinggi di Kabupaten Deli Serdang. Tetapi setiap tahunnya Kecamatan Beringin juga mengalami fluktuasi luas panen kedelai.
Di Kecamatan Beringin sendiri tidak semua desa yang menanam kedelai. Hal ini dapat kita lihat pada tabel 3.3 berikut ini :
Tabel 3.3 Desa, Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas kedelai Di merupakan desa yang menghasilkan kedelai. Atas pertimbangan tersebut, maka peneliti menetapkan Desa Sidodadi Ramunia dan Desa Beringin menjadi daerah penelitian.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Berdasarkan data yang ada pada BPP Kecamatan Beringin terdapat sebanyak 1018 petani padi sawah di desa Sidodadi Ramunia dan 641 petani padi sawah di desa Beringin. Sehingga total populasi petani di daerah penelitian adalah 1.659 orang.
Petani padi sawah tersebut menggunakan sistem rotasi pada setiap musim tanam. Sehingga tidak semua petani melakukan usahatani kedelai pada masa rotasi tanaman, tapi bisa juga menanam jagung, ubi, ataupun semangka. Tetapi, hampir seluruh petani di daerah penelitian pernah menanam tanaman kedelai.
Untuk menentukan jumlah sampel yang akan diteliti, maka peneliti menggunakan rumus Slovin, yaitu : � = �
+�.�2
Dimana
n = Ukuran Sampel N = Ukuran Populasi
e = Persen kelonggaran ketidaktelitian karena kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolerir atau diinginkan (Umar,2000)
Melalui rumus Slovin dengan persen kelonggaran sebesar 10%, maka jumlah sampel yang diambil berdasarkan jumlah populasi petani di daerah penelitian adalah sebesar :
� =
+ . , 2= 94,3
Adapun pembagian sampel secara proposional dari dua desa tersebut adalah: Tabel 3.4 Pembagian Sampel Di Daerah Penelitian
No Nama Desa Jumlah
Populasi
Jumlah Sampel
1 Sidodadi Ramunia 1018 1018/1659 x 94 = 58
2 Berinigin 641 641/1659 x 94= 36
Jumlah 1659 94
Adapun teknik pengambilan sampel menggunakan sensus untuk sampel yang melakukan usahatani kedelai, mengingat sedikitnya jumlah petani yang menanam kedelai. Dan menggunakan teknik non probability sample untuk yang tidak melakukan ushatani kedelai. Menurut Sugiyono (2011) non probability sampling yaitu teknik pengambilan sampel yang tidak memberi peluang/kesempatan yang sama bagi setiap unsur (anggota) populasi untuk dipilih menjadi anggota sampel yaitu dengan teknik snowball .
3.3 Metode Pengumpulan Data
3.4 Metode Analisis Data
Data yang telah dikumpulkan melalui kuisioner, akan ditabulasikan kemudian dianalisis. Data tersebut akan diuji dengan metode regresi logistik. Model logistik adalah prosedur permodelan yang diterapkan untuk memodelkan variabel respon (Y) yang bersifat kategori berdasarkan satu atau lebih variabel prekdiktor (X), baik itu yang bersifat kategori maupun kontiniu (Agresti,1990). Adapun rumus dari metode logit ini adalah:
ln { � �
−� � } = β + β X (Gujarati, 2012)
Y = β + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X + β X Dimana :
p (x) adalah Peluang petani melakukan usahatani kedelai
1- p(x) adalah Peluang petani tidak melakukan usahatani kedelai Y = Keputusan Petani
1 = Petani menanam usahatani kedelai 0 = Petani tidak menanam usahatani kedelai � = Umur (tahun)
� = Tingkat Pendidikan (tahun) � =Pengalaman Berusahatani (tahun) � = Jumlah Tanggungan (orang) � = Luas Lahan (ha)
� , � , � ,� ,� ,� , � , � , � adalah Parameter
Kriteria Uji
a. Uji Hosmer and Lemeshow Test
H : ( 1- B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan layak digunakan.
H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H , terima H Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H
b. Uji seluruh model (uji G)
H : � = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
H : �� ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H , terima H Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H
c. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signafikansi setiap variabel bebas.
H : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
Wj ≤ χ�, atau Sig. > 0,05; tolak H , terima H Wj > χ�, atau Sig. > 0,05; terima H , tolak H Efek Marginal
Efek marginal dapat melihat rata- rata perubahan dengan cara menghitung suatu variabel bebas sementara variable lain dianggap konstan. Untuk model logit, tingkat perubahan probabilitas dari keterjadian sebuah peristiwa adalah sebagai berikut :
Efek Marjinal = β. P. ( 1 - P) dimana :
P = probabilitas petani melakukan usahatani kedelai β = koefisien dari variabel independen
Adapun untuk menghitung tingkat kosmopolitan digunakan metode skoring. Hal ini dilakukan dengan membuat pertanyaan dan memberikan bobot nilai pada setiap pertanyaan. Adapun skor dimulai dari 0 – 21 dengan pembagian skor seperti berikut; 0 ≤ rendah ≤ 7 , 7 < sedang ≤14 dan tinggi > 14.
3.5 Defenisi Dan Batasan Operasional
Defenisi
1) Petani adalah pelaku usahatani yang sedang ataupun yang pernah menanam kedelai sebagai usahataninya.
2) Keputusan adalah perilaku yang diambil petani setelah melalui pertimbangan.
3)
Umur adalah umur dari petani yang yang menjadi responden4)
Tingkat Pendidikan adalah pendidikan formal yang diterima petani dalam tahun5)
Pengalaman bertani adalah lamanya petani tersebut bergelut di bidang pertanian6)
Jumlah tanggungan adalah jumlah keluarga yang menjadi tanggung jawab petani dalam memenuhi kebutuhan mereka.7) Luas lahan adalah luas lahan yang digunakan oleh petani untuk menanam. 8) Tingkat Kosmopolitan adalah frekuensi petani keluar dari desanya ke desa
lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi koran yang dibaca, frekuensi siaran TV yang ditonton.
9) Pendapatan Petani adalah penerimaan petani dikurangi biaya usahatani dalam melakukan usahatani kedelai ataupun usahatani non kedelai.
10) Harga komoditi adalah harga komoditi yang diterima oleh petani.
11) Melakukan usahatani kedelai adalah petani memutuskan untuk melakukan usahatani kedelai.
Batasan operasional
Adapun batasan operasional dalam penelitian ini yaitu :
1. Daerah penelitian adalah Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang, Sumatera Utara.
2. Waktu Penelitian adalah tahun 2014.
3. Data penelitian ini data sekunder dan data pimer. Data sekunder dengan menggunakan data minimal lima tahun terakhir, dan data primer dengan melakukan wawancara melalui kuisioner kepada responden.
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1 Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1 Luas dan Letak Geografis
Kecamatan Beringin memiliki luas wilayah 5.265 Ha atau 52,65 km2 yang terdiri dari 11 Desa dan 89 . Ibukota Kecamatan Beringin terletak di Desa Karang Anyer.
Tabel 4.1 Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Dusun
No Nama Desa Luas Desa (Km2) Jumlah Dusun
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Daerah ini juga merupakan dataran rendah dengan ketinggian 1 - 8 m dpl. Adapun koordinat bumi terletak pada titik 03,60862o LU dan 098,88937o BT. Hal ini menyebabkan Kecamatan ini mempunyai dua musim yaitu musim hujan dan musim kemarau.
Ditinjau dari letak geografisnya, Kecamatan Beringin mempunyai batas – batas wilayah sebagai berikut :
Sebelah Selatan berbatasan dengan Kecamatan Tanjung Morawa dan Batang Kuis
Sebelah Timur berbatasan dengan Kecamatan Pagar Merbau dan Kecamatan Serdang Bedagai
Sebelah Barat berbatasan dengan Kecamatan Lubuk Pakam
4.1.2 Keadaan Penduduk
Penduduk di Kecamatan Beringin pada umumnya bersuku Jawa dan Batak. Sebagian besar penduduk di kecamatan ini beragama Islam dan Kristen. Mereka hidup rukun dan saling menghormati sehingga tidak terdapat perselihan antar kelompok dan etnis. Adapun jumlah penduduk di Kecamatan Beringin adalah 54.078 jiwa (12.664 RT). Terdiri dari 27.409 pria dan 26.669 perempuan.
Tabel 4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Setiap Desa di Kecamatan Beringin
No Nama Desa Jumlah
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Tabel 4.3 Distribusi Penduduk menurut Kelompok Umur di Kecamatan Beringin tahun 2013
No Kelompok Umur (Tahun) Jumlah Penduduk (Jiwa) Persentase (%)
1 0 – 14 16.753 31
2 15 – 55 31.910 59
3 >56 5.415 10
Total 54.078 100
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Tabel 4.3 memperlihatkan bahwa jumlah penduduk yang terbesar terdapat pada kelompok umur 15 – 55 tahun dengan persentase 59 % dan yang terendah adalah kelompok umur >56 dengan persentase 10 % .
Sebagian besar jenis pekerjaan yang terdapat di Kecamatan Beringin adalah di bidang pertanian, karyawan, pedagang, nelayan, PNS, Polri, dll.
Agama yang dianut oleh masyarakat di Kecamatan Beringin sebagian besar adalah agama Islam, Kristen Protestan, Kristen Katolik, dan Budha.
4.1.3 Sarana dan Prasarana
Tabel 4.4 Banyaknya Rumah Ibadah Di Kecamatan Beringin Tahun 2012 Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
Dari Tabel 4.4 kita dapat melihat rumah ibadah umat Islam yaitu mesjid dan Mushola paling banyak terdapat di desa Sidodadi Ramunia sedangkan gereja dan kuil tidak terdapat di desa tersebut. Di desa Sidodadi juga terdapat Vihara. Sedangkan rumah ibadah umat Kristen terdapat paling banyak di desa Sidoarjo 2 Ramunia. Sedangkan rumah ibadah agama lain tidak terdapat di desa tersebut.
Tabel 4.5 Sarana Pendidikan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta
Sumber : Kecamatan Beringin dalam Angka 2013
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1 Deskripsi Variabel
Berdasarkan penelitian yang dilakukan sebelumnya, faktor – faktor yang diduga dapat mempengaruhi keputusan petani yaitu umur petani, tingkat pendidikan petani, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan petani, luas lahan, tingkat kosmopolitan, pendapatan petani, dan harga di tingkat petani.
Dalam penelitian ini didapatkan bahwa sebagian besar petani tetap menanam kedelai walaupun tidak setiap tahun melakukan usahatani kedelai, karena petani menyadari bahwa tanaman kedelai bagus untuk meningkatkan unsur hara di lahan pertanian yang mereka usahakan.
Tabel 5.1 Distribusi Keputusan Petani dalam melakukan Usahatani Kedelai Keputusan Keputusan untuk Melakukan Usahatani Kedelai
Total Persentase
Ya 39 41,9 %
Tidak 54 58,1 %
Total 93 100 %
Sumber: data primer diolah
menanam kedelai dapat merasakan hasil panen kedelai yang bagus dan harga yang tinggi.
Adapun kuisioner yang disebarkan adalah sebanyak 94 kuisioner. Tetapi, dalam mengolah data menggunakan software spss, didapatkan satu sampel data yang bermasalah dan tidak cocok untuk dijadikan data penelitian, oleh sebab itu, peneliti memutuskan untuk menghapus satu outliner sampel dari data.
Adapun variabel bebas yang diteliti adalah
(1) Deskripsi variabel umur
Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan umur petani sampel. Variabel ini diukur menggunakan satuan tahun. Adapun hasil dari kuisioner yang telah disebar maka didapatkan data sebagai berikut :
Tabel 5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur
atau jasa baik untuk memenuhi kebutuhan sendiri maupun untuk bermasyarakat. Batas usia yang berlaku di Indonesia adalah berumur 15- 64 tahun.
(2) Deskripsi variabel tingkat pendidikan petani
Variabel ini adalah variabel yang menunjukkan pendidikan formal yang dimiliki oleh petani. Variabel ini dihitung berdasarkan tahun yang dijalani petani dalam menempuh pendidikan formal.
Adapun dari hasil kuisioner yang telah disebar maka didapatkan data seperti yang tercantum dalam Tabel 5.3.
Tabel 5.3 Jumlah Responden Berdasarkan Pendidikan Formal yang Ditempuh
Tahun Jumlah (orang)
< 6 tahun 1
6 tahun (SD) 29
9 tahun (SMP) 17
12 tahun (SMA) 47
>12 Tahun -
Jumlah 93
Sumber : data primer diolah
Variabel ini mencerminkan lamanya petani sampel bergelut dalam usahatani yang dijalaninya. Seperti yang dilihat pada lampiran 1. Maka kita dapat menarik kesimpulan rata- rata petani sudah menggeluti profesi sebagai petani selama puluhan tahun. Adapun data pengalaman berusatahani yang berhasil di himpun terdapat dalam Tabel 5.4.
Tabel 5.4 Pengalaman Responden Menggeluti Bidang Pertanian berdasarkan Tahun
Pengalaman Berusahatani (tahun) Orang
≤ 10 7
11 – 20 31
21 – 30 33
31 – 40 16
41 – 50 6
Jumlah 94
Sumber : data primer diolah
(4) Deskripsi jumlah tanggungan petani
Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan jumlah tanggungan yang harus ditanggung petani dalam memenuhi kebutuhan hidup mereka. Hal ini memacu petani untuk memikirkan usahatani apa yang cocok untuk dilakukan agar tidak mengalami kerugian.
Tabel 5.5 Jumlah Tanggungan Responden
Jumlah Tanggungan Jiwa
Sumber : data primer diolah
Dari Tabel 5.5 kita dapat melihat rata- rata jumlah tanggungan petani yaitu 3 orang, yang terdiri dari istri, dan anak- anak.
(5) Deskripsi luas lahan
Variabel ini mencerminkan luas lahan yang digunakan dalam berusahatani. Variabel ini diukur dengan dengan satuan ha. Sebagian besar petani memiliki luas lahan < 1 ha. Petani yang memiliki luas lahan lebih dari 1 ha, memilih untuk melakukan usahatani padi. memiliki sawah 0,51- 1 ha. Lahan yang digarap adalah lahan sendiri. Sebagian kecil petani akan menambah luas lahan usahatani mereka dengan cara menyewa jika sudah memasuki musim tanam padi.
Variabel ini adalah variabel yang mencerminkan sikap keterbukaan responden terhadap informasi – informasi yang berkembang di masyarakat. Variabel ini dihitung dengan menggunakan skor di setiap pertanyaan. Dimana pembagian skor tersebut terdiri dari rendah, sedang dan tinggi.
Tabel 5.7 Skor Tingkat Kosmopolitan Responden
Skor Jumlah (orang) Persentase (%)
0 ≤ Rendah ≤ 7 20 21,5
7 < Sedang ≤ 14 70 75,3
Tinggi > 14 3 3,2
Jumlah 93 100
Sumber : data primer diolah
Dari Tabel 5.7 kita dapat melihat bahwa keterbukaan petani sampel dalam kategori sedang. Hal ini menunjukkkan petani sampel mempunyai sikap keterbukaan yang baik dalam menerima informasi – informasi yang sedang berkembang di masyarakat.
(7) Deskripsi pendapatan petani
Variabel ini mencerminkan pendapatan petani dalam satu kali musim tanam. Variabel ini diukur menggunakan satuan mata uang rupiah. Rata- rata petani sampel yang memiliki pendapatan tinggi adalah petani menanam tanaman padi.
Variabel ini mencerminkan harga yang diterima petani dalam menjual produk pertaniannya. Variabel ini diukur dengan menggunakan satuan rupiah.
Hampir sebagian besar dari petani sampel menjual kepada agen pertanian Di tahun 2014, petani kedelai mempunyai posisi tawar yang bagus, karena pada tahun ini, sedikit sekali petani yang menanam kedelai sehingga hasil panen juga mengalami penurunan produksi.
Tabel 5.8 Distribusi Harga Komoditi di Daerah Penelitian
Nama Komoditi Harga Komoditi
Kedelai 7.400 – 7.800
Semangka 1.300 – 1.400
Jagung 2.800
Padi 4.300 – 4.500
Kacang hijau 13.000
Sumber : data primer diolah
Harga yang diterima oleh petani kedelai berkisar antara 7.400 – 7.800 rupiah. Harga kedelai tersebut meningkat dibandingkan tahun lalu yang hanya sekitar 4.500 – 5000 rupiah/kg disebabkan pada tahun 2014 petani yang menanam kedelai sedikit dan mengalami panen yang berhasil tetapi jumlah kedelai berkurang dibandingkan tahun lalu, sehingga menyebabkan kurangnya kedelai di pasar . Sedangkan untuk harga padi berkisar 4.300 – 4.500 rupiah, harga semangka 1.300 – 1.400 rupiah, harga jagung 2.800 rupiah dan harga kacang hijau 13.000 rupiah.
Faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai dengan menggunakan regresi model logit. Analisis ini bertujuan untuk melihat peluang variabel bebas yaitu Umur, Tingkat Pendidikan , Pengalamn Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, Tingkat Kosmopolitan, Pendapatan Petani, dan Rasio Harga di tingkat Petani, apakah memiliki pengaruh atau tidak terhadap variabel terikat yaitu keputusan menanam petani untuk melakukan usahatani kedelai (1) dan keputusan petani untuk tidak melakukan usahatani kedelai (0). Melalui uji yang dianalisis dengan softwaree spss maka kita dapatkan hasilnya pada Tabel 5.9.
Tabel 5.9 Faktor – faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam
Pengalaman Berusahatani 0,017 1,017 0,784
Jumlah Tanggungan -0,266 0,766 0,536
Luas Lahan 1,876 6,526 0,384
Tingkat Kosmopolitan 0,113 1,120 0,542
Pendapatan Petani 0,000 1,000 0,005
Harga Ditingkat Petani 0,001 1,001 0,000
Negelkerke R-square = 0,792 G = 82,555 (sig = 0,000)
� = Umur ( tahun)
� = Tingkat Pendidikan (tahun) � =Pengalaman Berusahatani (tahun) � = Jumlah Tanggungan (orang) � = Luas Lahan (ha)
� = Tingkat Kosmopolitan (skor) � = Pendapatan Petani (Rp/ MT)
� = Harga Komoditi (Kedelai ataupun Komoditi pilihan lainnya) (Rp/Kg)
a. Uji Hosmer and Lemeshow Test
H : ( 1- B) = 0, B (distribusi frekuensi estimasi/ observasi) = 1. Artinya tidak ada perbedaan antara distribusi obeservasi dengan distribusi frekuensi estimasi, sehingga model dinyatakan sesuai untuk digunakan.
H : ada perbedaan antara distribusi observasi dengan distribusi frekuensi estimasi.
Sig > 0,05 ; tolak H , terima H Sig. ≤ 0,05 ;terima H ,tolak H
H : � = � = � = � = 0 , dimana tidak ada satupun variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
H : �� ≠ 0, sekurang kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
Sig > 0,05 : tolak H , terima H Sig ≤ 0,05 : terima H , tolak H
Dari hasil perhitungan yang ditampilkan pada Tabel 5.9 , dapat dilihat bahwa nilai G yang diperoleh adalah sebesar 82,555 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Tingkat signifikansi yang diperoleh 0,000 < 0,05. Berdasarkan kriteria pengambilan keputusan yang telah dibuat maka terima H1 dan tolak H0. Sehingga dapat disimpulkan bahwa sekurang-kurangnya terdapat satu variabel bebas yang berpengaruh terhadap variabel terikat.
c. Uji Wald
Uji ini untuk menguji signifikansi setiap variabel bebas.
H : βj = 0 untuk suatu j tertentu; j = 1,2..p maka tidak ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat.
H : βj≠ 0 maka ada pengaruh antara variabel bebas dengan variabel terikat. Wj ≤ χ�, atau Sig. > 0,05; tolak H , terima H
Wj > χ�, atau Sig. < 0,05; terima H , tolak H
Nilai wald antara variabel umur terhadap keputusan yaitu sebesar -0,24 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,717. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,717 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel umur tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel tingkat pendidikan terhadap keputusan yaitu sebesar -0,87 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,653. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,653 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendidikan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel pengalaman berusahatani terhadap keputusan yaitu sebesar 0,017 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,784. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,784 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel pengalaman berusahatani tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel jumlah tanggungan terhadap keputusan yaitu sebesar -0,266 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,536. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,536 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
diperoleh yakni 0,542 > 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat kosmopolitan tidak berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel jumlah pendapatan terhadap keputusan yaitu sebesar 0,000 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,005. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,005 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel tingkat pendapatan berpengaruh terhadap keputusan petani.
Nilai wald antara variabel harga komoditi terhadap keputusan yaitu sebesar 0,001 dengan tingkat signifikansi sebesar 0,000. Dari tingkat signifikansi yang diperoleh yakni 0,000 < 0,05, dapat disimpulkan bahwa variabel harga komoditi berpengaruh terhadap keputusan petani.
Dari hasil uji regresi logistik kita bisa menarik kesimpulan bahwa variabel tingkat pendapatan dan harga komoditi ditingkat petani mempengaruhi keputusan petani dalam mengusahakan usahatani kedelai.
Adapun nilai marginal efek dari variabel harga adalah sebesar 0,00025 artinya setiap peningkatan seribu rupiah/kg harga komoditi, maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai sebesar 0,25%. Hal ini sesuai dengan pendapat Gilaraso (1989) bahwa harga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.
maka akan meningkatkan probabilitas pengambilan keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai sebesar 0%. Hasil penelitian sesuai dengan hipotesis yang menyatakan bahwa ada pengaruh yang nyata pendapatan petani terhadap keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil analisis ini juga sesuai dengan teori yang disampaikan Sahidu (1998) bahwa pendapatan usahatani merupakan sumber motivasi bagi petani dan merupakan faktor kuat yang mendorong timbulnya kemauan, kemampuan serta terwujudnya kinerja partisipasi petani.
Adapun variabel umur tidak berpengaruh nyata terhadap pengambilan keputusan petani. Muda ataupun tua petani tersebut tidak mempengarahi keputusan dari petani tersebut. Pada kenyataannya di daerah penelitian petani yang menanam kedelai ada yang berumur muda dan juga yang tua.
pengalaman petani jika mereka menanam kedelai pada lahan pertanian mereka maka untuk musim tanam berikutnya hasil pertanian mereka akan meningkat, hal ini disebabkan kedelai meningkatkan unsur hara di lahan tersebut. Sementara beberapa tahun belakangan ini petani yang menanam kedelai terus mengalami gagal panen dikarenakan cuaca yang tidak menentu hal ini tidak sesuai dengan teori dari Slamet (1995) bahwa keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain.
Adapun variabel jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata terhadap keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil ini tidak sesuai dengan hipotesis bahwa jumlah tanggungan petani akan berpengaruh terhadap keputusan petani dalam melakukan usahatani kedelai dikarenakan petani yang memiliki jumlah tanggungan sedikit ataupun banyak tetap ada yang menanam kedelai. Biasanya untuk menutupi kebutuhan keluarga, petani melakukan usaha sampingan lain, seperti berjualan.
Adapun tingkat kosmopolitan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Hasil ini berbeda dari penelitian yang dilakukan oleh Fardiaz (2008) yang menyatakan bahwa keputusan petani dipengaruhi oleh usia, luas lahan, pengalaman berusahatani dan tingkat kosmopolitan sedangkan faktor pendidikan formal dan non formal tidak mempengaruhi keputusan inovasi petani. Hal ini disebabkan petani mengalami ketakutan akan gagal panen seperti yang terjadi di tahun sebelumnya, sehingga walaupun petani sudah memahami manfaat dari menanam kedelai, mereka tetap enggan untuk melakukan usahatani kedelai.
Adapun faktor umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, luas lahan dan tingkat kosmopolitan tidak berpengaruh dalam mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai. Faktor tersebut menjadi tidak berpengaruh disebabkan petani walaupun memahami pentingnya komoditi kedelai untuk ditanam, tetapi mereka juga mengalami ketakutan gagal panen dan akan menyebabkan kerugian yang besar bagi mereka, sehingga mereka cenderung memilih komoditi yang lebih tahan terhadap cuaca seperti jagung, semangka dan padi.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
Fakor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam melakukan usahatani kedelai di daerah penelitian adalah harga dan pendapatan petani. Sedangkan faktor seperti umur, tingkat pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan, dan tingkat, kosmopolitan tidak mempengaruhi keputusan petani.
6.2 Saran
6.2.1 Kepada Petani
Dalam mengambil keputusan mengusahakan usahatani, hendaknya memikirkan manfaat dari menanam tanaman tersebut terhadap kehidupan baik di petani sendiri ataupun di lahan usahatani nantinya.
6.2.2 Kepada Pemerintah
1. Memberikan bantuan kepada petani baik berupa penyediaan benih yang lebih tahan cuaca dan berkualitas untuk mewujudkan cita- cita pemerintah yaitu swasembada kedelai.
6.2.3 Kepada Peneliti
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
Kedelai merupakan komoditas strategis yang unik tapi kontradiktif dalam sistem usahatani di Indonesia. Luas pertanaman kedelai kurang dari lima persen dari seluruh luas areal tanaman pangan, namun komoditas ini memegang posisi sentral dalam kebijaksanaan pangan nasional karena perannya sangat penting dalam menu pangan penduduk. Kedelai telah dikenal sejak awal sebagai sumber protein nabati bagi penduduk Indonesia namun komoditas ini tidak pernah menjadi tanaman pangan utama seperti halnya padi (Supadi,2009).
Menurut Sumarno (2011) kedelai telah dibudidayakan di Indonesia sejak 1746, menerapkan teknologi asli petani, pada lahan sawah sebagai rotasi tanaman padi. Pada tahun 1960 luas areal tanam kedelai di Indonesia menduduki posisi ke tiga terluas di dunia, tetapi selanjutnya tidak dapat berkembang hingga sekarang. Untuk mencapai swasembada kedelai perlu memperluas areal tanam pada lahan sawah bekas tanaman padi. Penerapan pola rotasi padi-padi-kedelai di lahan sawah secara nasional, selain memperbaiki kesuburan tanah, juga mampu meningkatkan pendapatan petani dan meningkatkan produksi kedelai menuju swasembada.
dan tempe, 10 persen untuk pengolahan lainnya dan sekitar 2 persen untuk benih (Sudaryanto dan Swastika,2007).
Permintaan kedelai terus meningkat dari waktu ke waktu. Sebagai contoh, pada tahun 2009 kebutuhan nasional kedelai adalah sebesar 2.2 juta ton, sedangkan produksi dalam negeri 0.9 juta ton. Laju akan kebutuhan kedelai nasional tidak diikuti oleh ketersediaan pasokan yang mencukupi, karena pertumbuhan produksi lebih lambat dibandingkan permintaan konsumsi kedelai, sehingga dilakukan impor untuk memenuhi kebutuhan kedelai nasional . Kesenjangan produksi dan konsumsi ini makin nyata dikarenakan komoditas kedelai juga merupakan bahan baku industri pakan ternak yang kebutuhannya terus meningkat dari tahun ke tahun sejalan peningkatan konsumsi hewani oleh masyarakat. Dengan kondisi tersebut, Indonesia selalu menghadapi defisit yang terus meningkat dan menjadikan Indonesia sangat tergantung pada kedelai impor (Zakaria, 2010).
Dengan memperhatikan besarnya kebutuhan kedelai dalam negeri untuk pasokan industri (tahu, tempe, kecap, dan sebagainya) yang menghasilkan bahan pangan bagi sebagian besar penduduk Indonesia, dan impor kedelai yang terus meningkat, maka berbagai upaya pemerintah seharusnya diarahkan untuk dapat meningkatkan produksi kedelai dalam negeri dan memperkecil impor kedelai, yang tentunya saja menghabiskan banyak devisa negara. (Zakiah, 2011).
petani enggan adalah petani terus merugi dimana biaya produksi tidak sebanding dengan pendapatan (Faiq, 2012).
2.2 Penelitian Terdahulu
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Suhendrik (2013) menyatakan bahwa variabel pendidikan non formal, pengalaman, peran penyuluhan, pemasaran dan program SL-PTT Kedelai secara bersama-sama berpengaruh terhadap keputusan petani melakukan usahatani kedelai.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Siagian (2003) mengatakan bahwa petani dalam mengambil keputusan untuk menentukan jenis sayur yang akan ditanam dipengaruhi oleh tingkat kosmopolitan, jumlah anggota keluarga , dan pendapatan. Sedangkan tingkat pendidikan, lama bertani, pengetahuan mengenai informasi pasar, luas lahan, harga jual tidak mempengaruhi keputusan untuk menentukan jenis sayur yang ditanam.
Fardiaz (2008) mengemukakan bahwa keputusan petani dipengaruhi oleh variabel usia, luas lahan serta faktor pengalaman bertani organik dan non organik serta tingkat kosmopolitan seperti interaksi dengan radio, surat kabar, pamflet dan PPL memiliki hubungan yang sangat nyata terhadap pengambilan keputusan inovasi. Sedangkan variabel tingkat pendidikan formal dan pendidikan non formal petani tidak berhubungan nyata dengan tingkat pengambilan keputusan inovasi.
kedelai dalam negeri terus menurun secara tajam sejalan dengan menurunnya luas areal tanam. Menurunnya luas areal tanam kedelai sebagai akibat rendahnya partisipasi petani dalam menanam kedelai. Partisipasi petani rendah menanam kedelai diakibatkan harga yang diterima petani tidak menguntungkan petani.
Hasil penelitian yang dilakukan oleh Susanti (2008) di Desa Sukorejo Kecamatan Sambirejo, Kabupaten Sragen menjelaskan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan petani dalam penerapan pertanian padi organik dipengaruhi umur, luas lahan usahatani, tingkat pendapatan dan sifat inovasi adalah tidak signifikan. Sedangkan pengaruh tingkat pendidikan, lingkungan sosial, lingkungan ekonomi sangat signifikan.
2.3 Landasan Teori
2.3.1 Teori Keputusan
Menurut Roger (2003), beberapa tahapan adopsi dari proses pengambilan keputusan inovasi mencakup:
1) Tahap munculnya Pengetahuan (knowledge) ketika individu diarahakan untuk memahami keuntungan ataupun manfaat dan bagaimana suatu inovasi berfungsi
2) Tahap Persuasi (Persusion) yaitu ketika individu membentuk sikap baik atau tidak baik (menerima atau tidak meneima)
3) Tahap Keputusan (Desicion) yaitu ketika serang individu terlibat dalam aktivitas yang mengarah pada pemilihan adopsi ataupun penolakan sebuah inovasi
4) Tahap Implementasi (Implementation) ketika individu sudah menetapkan penggunaan suatu inovasi
5) Tahap Konfirmasi (Confirmation) ketika individu mencari penguatan terhadap keputusan penerimaan atau penolakan inovasi yang telah dibuat sebelumnya.
Menurut Rogers (2003) pengambilan keputusan oleh petani baik berupa penolakan maupun penerimaan suatu inovasi tidak terlepas dari berbagai pertimbangan menguntungkan atau tidak menguntungkan suatu teknologi bagi pengusahanya (petani). Tingkat adopsi suatu inovasi dipengaruhi oleh karakteristik inovasi itu sendiri, karakteristik penerima inovasi dan saluran komunikasi.
1) Keuntungan relatif (relative advantage) merupakan derajat dimana inovasi diterima dan dipandang jauh lebih baik daripada teknologi sebelumnya yang biasanya dilihat dari segi keuntungan ekonomi dan keuntungan ekonomi dan keuntungan sosial (prestise dan persetujuan sosial).
2) Kesesuain (compability), merupakan derajat dimana inovasi dipandang sesuai/konsisten dengan nilai- nilai sosial budaya yang ada, pengalaman masa lalu dan kebutuhan- kebutuhan adopter.
3) Kerumitan (complexity), merupakan derajat dimana inovasi dianggap sulit untuk dimengerti dan digunakan.
4) Kemungkinan dicoba (triability) merupakan derajat dimana inovasi dianggap mungkin untuk diujicobakan secara teknis dalam skala kecil.
5) Kemungkinan untuk diamati (observability) merupakan dimana hasil dari inovasi dapat dilihat atau dirasakan oleh adopter.
Menurut Soekartawi (1988) terdapat beberapa karakteristik penerima inovasi (petani) dalam suatu inovasi seperti umur, pendidikan, pengalaman bertani, pendapatan, luas lahan, tingkat kosmopolitan, tingkat partisipasi.
Roger (2003) menjelaskan bahwa saluran komunikasi juga mempengaruhi tingkat adopsi suatu inovasi yang dikategorikan menjadi dua yaitu:
1) Saluran media massa (Mass Media Channel), media massa dapat berupa radio, surat kabar, televisi, dan lain- lain. Kelebihan media massa adalah dapat menjangkau audiens yang banyak dengan cepat dari satu sumber. 2) Saluran antarpribadi (Interpersonal Channel) saluran pribadi melibatkan
2.3.3 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan
Berdasarkan hasil penelitian sebelumnya maka peneliti merangkum faktor – faktor yang di duga mempengaruhi keputusan petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai adalah umur, tingkat pendidikan, luas lahan usahatani, jumlah tanggungan, pengalaman berusahatani, tingkat kosmopolitan, pendapatan petani, dan harga komoditi.
1. Umur
Umur dapat dijadikan sebagai tolak ukur dalam melihat aktivitas seseorang dalam bekerja. Bilamana dalam kondisi umur yang masih produktif maka kemungkinan besar seseorang dapat bekerja dengan baik dan maksimal (Hasyim, 2006).
Umur seseorang menentukan prestasi kerja atau kinerja orang tersebut. Semakin berat pekerjaan secara fisik maka semakin tua tenaga kerja akan semakin turun pula prestasinya. Dalam hal tanggung jawab semakin tua umur tenaga kerja tidak akan berpengaruh karena justru semakin berpengalaman (Suratiyah, 2008).
2. Pendidikan
mempunyai jenjang dan dibagi dalam waktu – waktu tertentu (Combs dan Manzoor,1985). Pendidikan non formal adalah jalur pendidikan luar sekolah yang diselenggarakan oleh masyarakat guna meningkatkan kemampuan menerapkan ilmu pengetahuan yang telah diperoleh peserta didik dari lingkungan formal ke dalam lingkungan pekerjaan praktis di masyrakat. Bentuk pendidikan non formal dapat berupa pelatihan, kursus, penataran, magang, dan penyuluh. Slamet (2003) menyatakan bahwa penyuluhan pertanian adalah suatu sistem pendidikan luar sekolah (pendidikan non formal) untuk petani dan keluarganya dengan tujuan agar mereka mampu dan sanggup memerankan dirinya sebagai warga negara yang baik sesuai dengan bidang profesinya, serta mampu, sanggup dan berswadaya memperbaiki atau meningkatkan kesejahteraan sendiri dan masyarakatnya.
Menurut Muhibbin (2002) pendidikan adalah tahapan kegiatan yang bersifat kelembagaan (seperti sekolah dan madrasah) yang dipergunakan untuk menyempurnakan perkembangan individu dalam menguasai pengetahuan, kebiasaan, sikap dan sebagainya. Tingkat pendidikan individu merupakan salah satu aspek yang terlibat dalam suatu pengambilan keputusan.
3. Pengalaman Bertani
Menurut Soekartawi (1999), pengalaman seseorang dalam berusaha berpengaruh dalam menerima inovasi dari luar. Bagi yang mempunyai pengalaman yang sudah cukup lama akan lebih mudah menerapkan inovasi dari pada pemula.
pengetahuan, sikap dan keterampilan yang lebih baik dibandingkan dengan orang yang kurang berpengalaman.
Dalam prinsip belajar seseorang cenderung lebih mudah menerima atau memilih sesuatu yang baru, bila memiliki kaitan dengan pengalaman masa lalunya. Keputusan petani dalam menjalankan kegiatan usahatani lebih banyak mempergunakan pengalaman, baik yang berasal dari dirinya maupun pengalaman petani lain. Bila pengalaman usahatani banyak mengalami kegagalan, maka petani akan sangat berhati – hati dalam memutuskan untuk menerapkan suatu inovasi yang diperolehnya (Slamet,1995).
4. Jumlah Tanggungan
Menurut Hasyim (2006) jumlah tanggungan keluarga adalah salah satu faktor yang perlu diperhatikan dalam menentukan pendapatan dalam memenuhi kebutuhannya. Banyaknya jumlah tanggungan keluarga akan mendorong petani untuk melakukan banyak aktivitas dalam mencari dan menambah pendapatan keluarganya.
Kekosmopolitan seseorang dapat dicirikan oleh frekuensi dan jarak yang dilakukan, serta pemanfaatan media massa. Mosher (1978) menjelaskan bahwa keterbukaan seseorang berhubungan dengan penerimaan perubahan –perubahan seseorang untuk meningkatkan usahatani mereka.
Tingkat kosmopolitan petani dapat diketahui dengan mengetahui frekuensi petani keluar dari desanya ke desa lain atau ke kota, frekuensi mengikuti penyuluhan, frekuensi petani bertemu dengan tokoh inovator, koran yang dibaca, siaran televisi yang ditonton dan siaran radio yang didengar (Soekartawi, 1988). Penyuluhan sendiri bertujuan untuk meningkatkan produksi pertanian, hal ini dicapai dengan merangsang petani untuk memanfaatkan teknologi modern dan ilmiah yang dikembangkan melalui suatu penelitian (Van den Ban dan Hawkins, 1999).
6. Luas Lahan
Sumaryanto dkk (2003) menejelaskan secara sosiologis, luas lahan yang dimiliki seseorang menunujukkan tingkatan struktur sosial seseorang dalam masyarakatnya. Sajogyo (1999) lahan merupakan salah satu faktor penting yang menetukan status petani, apakah tergolong sebagai petani miskin atau petani yang lebih tinggi taraf hidupnya. Tingkat luasan usahatani menggambarkan tingkat kesejahteraan masyarakat petani, semakin luas areal tani menggambarkan semakin tinggi produksi dan pendapatan yang diterima.
7. Pendapatan Petani
setiap petani dan keluarganya ingin meningkatkan produksi dalam usahataninya untuk memperoleh pendapatan yang sebesar- besarnya agar hidup lebih sejahtera.
Menurut Mosher (2002), pada bidang pertanian pendapatan merupakan produksi yang dinyatakan dalam bentuk uang setelah dikurangi dengan biaya yang dikeluarkan selama kegiatan usahatani.
8. Harga Komoditi
Gilaraso (1989) bahwa harga ditentukan oleh interaksi antara permintaan dan penawaran, sehingga harga memegang peranan penting dalam mengambil keputusan jangka panjang dan jangka pendek semua tingkat dalam suatu industri.
2.4 Kerangka Pemikiran
Kedelai merupakan tanaman yang dibutuhkan oleh masyarakat Indonesia. Permintaan kedelai setiap tahunnya terus meningkat, tetapi tidak diikuti dengan produksi kedelai dalam negeri. Sehingga Indonesia menjadi negara pengimpor kedelai. Pemerintah sudah berusaha untuk meningkatkan produksi dalam negeri diantaranya dengan mensubsidi bibit kedelai dan menargetkan pertambahan luas tanam kedelai di setiap provinsi di Indonesia. Tetapi, kenyataan di lapangan target yang dicanangkan pemerintah jarang sekali dapat dipenuhi. Hal ini berkaitan erat dengan petani sebagai pelaku utama dalam usahatani kedelai ini.
sebagai tanaman rotasi. Tentu saja dalam menentukan atau memutuskan komoditi apa yang akan ditanam sebagai tanaman rotasi ada faktor – faktor yang mempengaruhinya. Dalam penelitian ini, peneliti ingin melihat faktor apa yang mempengaruhi petani dalam memilih komoditi kedelai.
Keterangan :
: Ada Pengaruh
Gambar 1. Skema Kerangka Pemikiran
2.4 Hipotesis Penelitian
Berdasarkan identifikasi masalah, tinjauan pustaka, landasan teori dan kerangka pemikiran, maka hipotesis dalam penelitian ini adalah ada pengaruh yang nyata dari variabel umur, pendidikan, pengalaman berusahatani, jumlah tanggungan, luas lahan usahatani, tingkat kosmopolitan pendapatan petani, dan harga di tingkat petani terhadap keputusan petani dalam mengusahakan usahatani kedelai.
Faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani:
1. Umur
2. Tingkat Pendidikan 3. Pengalaman Berusahatani 4. Jumlah Tanggungan 5. Luas Lahan
6. Tingkat Kosmopolitan 7. Pendapatan Petani
8. Rasio Harga di tingkat petani
Tidak Melakukan Usahatani Kedelai Melakukan
Usahatani Kedelai
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanaman kedelai (Glysine max (L) Merril) merupakan tanaman pangan berupa semak yang tumbuh tegak dan telah dibudidayakan oleh manusia sejak 2500 SM. Kedelai jenis liar Glycine unuriencis merupakan kedelai yang menurunkan berbagai kedelai yang kita kenal sekarang yang berasal dari daerah Manshukuo (Cina Utara) (Suhartono,dkk. 2008).
Kandungan gizi kedelai cukup tinggi, terutama proteinnya mencapai 34% sehingga sangat diminati sebagai sumber protein nabati yang relatif murah dibandingkan dengan protein hewan. Sebagai sumber protein nabati, kedelai umumnya dikonsumsi dalam bentuk olahan produk yaitu: tahu, tempe, kecap, tauco, susu kedelai dan berbagai bentuk makanan ringan (Sudaryanto dan Swastika, 2007). Kedelai juga digunakan sebagai pangan fungsional penyakit degenaratif, seperti jantung koroner dan hipertensi. Tidak hanya itu, akibat berkembangnya industri peternakan terutama unggas, telah mendorong berkembangnya industri pakan ternak, dimana bungkil kedelai banyak digunakan sebagai sumber protein dalam komposisi pakan unggas (Tangendjaja,dkk, 2003).
Tabel 1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai Indonesia tahun 2006 – 2012 dalam Ton
Tahun Produksi Impor Ekspor Kebutuhan Dalam
Negeri cenderung mengalami peningkatan. Hampir rata- rata setiap tahun kita membutuhkan kedelai sebesar 2,3 juta ton dan produksi kedelai hanya di kisaran 800 ribu ton, untuk memenuhi kebutuhan dalam negeri kita melakukan impor kedelai setiap tahun dengan rata-rata 1,5 juta ton.
Suswono (Menteri Pertanian) mengatakan bahwa salah satu faktor yang menyebabkan produksi kedelai lokal saat ini masih terkendala adalah para petani yang kurang berminat menanam kedelai, sehingga pemerintah terpaksa mengimpor. (AntaraNews.com, 2013). Kepala Sub Bagian Program Dinas Pertanian Sumut Lusiantini mengungkapkan, bahwa hal ini terjadi dikarenakan petani sulit diarahkan untuk mengembangkan kedelai. Menurut petani, kedelai dianggap bukan sebagai komoditas yang menguntungkan mereka. Akibatnya semakin lama petani kedelai di Sumut semakin menyusut jumlahnya. Begitupun, dengan hasil produksi yang dapat dihasilkan (Medanbisnisdaily, 2015).
pemerintah akan menambah areal tanam kedelai seluas 340 ribu hektare. Areal tanam tersebut tersebar di 15 provinsi di Indonesia. Daerah tersebut di antaranya Nanggroe Aceh Darussalam, Jawa Barat, Jawa Tengah, Jawa Timur, Nusa Tenggara Barat, dan Sulawesi Selatan dan ada provinsi yang cukup besar ditargetkan dalam menghasilkan kedelai, di antaranya Jambi, Sulawesi Selatan, Lampung, Sumatera Utara, Banten, dan Sulawesi Barat (Tempo,2014).
Sumatera Utara sebagai salah satu daerah yang ditargetkan dalam mengahasilkan kedelai, merupakan provinsi yang mempunyai produksi kedelai berfluktuatif. Hal ini terlihat dari tabel 1.2 berikut ini:
Tabel 1.2 Luas Panen, Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara
Pemerintah dalam menghadapi permasalahan produksi kedelai yang berfluktuatif melakukan beberapa upaya yaitu upaya pencapaian sasaran produksi kedelai secara khusus yang dikelola melalui Program Peningkatan Produksi, Produktivitas, dan Mutu Tanaman Pangan untuk Mencapai Swasembada dan Swasembada Berkelanjutan dengan kegiatan antara lain: (1) pelaksanaan SL-PTT kedelai seluas 350 ribu hektar di 35.000 unit/kelompok SLPTT; (2) pemberian Bantuan Langsung Benih Unggul (BLBU) untuk kedelai sebanyak 14.000 ton benih untuk luasan tanam 350 ribu hektar dan benih bersubsidi sebanyak 2.500 ton; (3) pemberdayaan penangkar benih kedelai 2.500 ha; (4) penurunan susut hasil produksi kedelai 0,50%; dan (5) pengendalian Organisme Penggangu Tanaman (OPT) yang disalurkan ke seluruh provinsi khususnya di daerah endemi OPT (Deptan,2013).
Untuk di Sumatera Utara, Pemerintah sudah mengalokasikan benih kedelai gratis sebanyak 7.640 ton ke petani Sumut pada tahun 2012 (Razali, 2012). Selain itu pengadaan pupuk bersubsidi juga telah dilakukan pemerintah untuk meningkatkan gairah petani menanam kedelai.
1.2 Identifikasi Masalah
Berdasarkan uraian yang telah disampaikan di latar belakang, maka dapat dirumuskan permasalahan yang akan diteliti adalah faktor apa saja yang mempengaruhi keputusan petani dalam membuat keputusan mengusahakan usahatani kedelai di daerah penelitian?
1.3 Tujuan Penelitian
Mengetahui dan Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi keputusan petani dalam memutuskan mengusahakan usahatani kedelai di daerah penelitian.
1.4 Kegunaan Penelitian
1. Sebagai bahan informasi bagi petani sebelum mengambil keputusan untuk mengusahakan tanaman kedelai.
2. Sebagai bahan masukan bagi Pemerintah dalam mengambil kebijakan untuk petani kedelai.
ABSTRAK
KIKI FASILIA SIREGAR (090304064/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M. Si, Ph. D dan DR. Ir. Tavi Supriana, MS.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun terus meningkat, hal ini disebabkan sifat multiguna dari tanaman kedelai itu sendiri. Pemerintah menanggapi hal ini berencana melakukan swasembada kedelai. Tetapi program swasembada kedelai tersebut tidak dapat mencapai target disebabkan partisipasi petani untuk menanam kedelai terus menerus menurun. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai. Metode penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai adalah faktor Harga dan Pendapatan Petani. Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan petani dalam melakukan usahatani kedelai.
.
FAKTOR
–
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI UNTUK MELAKUKAN USAHATANI KEDELAI
(
Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)SKRIPSI
OLEH :
KIKI FASILIA SIREGAR
090304064
AGRIBISNIS
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA
MEDAN
FAKTOR
–
FAKTOR YANG MEMPENGARUHI KEPUTUSAN
PETANI UNTUK MELAKUKAN USAHATANI KEDELAI
(
Studi Kasus : Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang)SKRIPSI
OLEH :
KIKI FASILIA SIREGAR
090304064
AGRIBISNIS
Diajukan kepada Program Studi Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, untuk Memenuhi dari Persyaratan Guna Memperoleh
Gelar Sarjana Pertanian
Disetujui Oleh : Komisi Pembimbing
Ketua Anggota
(Ir. Diana Chalil, MSi, PhD) (DR. Ir. Tavi Supriana , MS) NIP.196703031998022001 NIP. 196411021989032001
PROGRAM STUDI AGRIBISNIS
FAKULTAS PERTANIAN
ABSTRAK
KIKI FASILIA SIREGAR (090304064/AGRIBISNIS) dengan judul skripsi Faktor-faktor yang Mempengaruhi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai (Studi Kasus: Kecamatan Beringin, Kabupaten Deli Serdang). Penelitian ini dibimbing oleh Ir. Diana Chalil, M. Si, Ph. D dan DR. Ir. Tavi Supriana, MS.
Kebutuhan kedelai di Indonesia setiap tahun terus meningkat, hal ini disebabkan sifat multiguna dari tanaman kedelai itu sendiri. Pemerintah menanggapi hal ini berencana melakukan swasembada kedelai. Tetapi program swasembada kedelai tersebut tidak dapat mencapai target disebabkan partisipasi petani untuk menanam kedelai terus menerus menurun. Hal ini melatarbelakangi peneliti untuk menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi petani dalam memutuskan melakukan usahatani kedelai. Metode penentuan sampel menggunakan rumus Slovin dan dianalisis dengan menggunakan metode regresi logistik.
Hasil penelitian menunujukkan bahwa faktor – faktor yang mempengaruhi keputusan petani untuk melakukan usahatani kedelai adalah faktor Harga dan Pendapatan Petani. Sedangkan faktor Umur, Tingkat Pendidikan Petani , Pengalaman Berusahatani, Jumlah Tanggungan, Luas Lahan, dan Tingkat Kosmopolitan tidak mempengaruhi keptusan petani dalam melakukan usahatani kedelai.
.
RIWAYAT HIDUP
KIKI FASILIA SIREGAR dilahirkan di Medan pada tanggal 03 Juni
1991. Penulis merupakan anak pertama dari 3 bersaudara dari Bapak Fachruddin Siregar dan Ibu Silvia Magdalena.
Penulis telah menempuh jenjang pendidikan formal sebagai berikut.
1. Jenjang pendidikan tingkat dasar di SD Muhammadiyah 03 Medan masuk pada tahun 1997 dan tamat tahun 2003.
2. Jenjang pendidikan tingkat menengah pertama di SMP Negeri 1 Medan, masuk pada tahun 2003 dan tamat pada tahun 2006.
3. Jenjang pendidikan tingkat menengah atas di SMA Negeri 1 Medan, masuk pada tahun 2006 dan tamat pada tahun 2009.
4. Jenjang pendidikan tingkat sarjana (S1) di Departemen Agribisnis, Fakultas Pertanian, Universitas Sumatera Utara, masuk tahun 2009 dan tamat pada tahun 2015.
5. Mengikuti Praktek Kerja Lapangan (PKL) di Desa Sei Buluh, Kabupaten Serdang Bedagai, Provinsi Sumatera Utara, pada tahun 2013.
DAFTAR ISI
ABSTRAK ... i
RIWAYAT HIDUP ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... vii
DAFTAR TABEL ... ix
DAFTAR GAMBAR ... xi
DAFTAR LAMPIRAN ... xii
I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang ... 1
1.2 Identifikasi Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Kegunaan Penelitian... 5
II TINJAUAN PUSTAKA, LANDASAN TEORI, DAN KERANGKA PEMIKIRAN 2.1 Tinjauan Pustaka ... 6
2.2 Penelitian Terdahulu ... 8
2.3 Landasan Teori ... 9
2.3.1 Teori Keputusan ... 9
2.3.2 Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Pengambilan Keputusan ... 13
2.4 Kerangka Pemikiran ... 17
III METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian ... 20
3.2 Metode Penentuan Sampel ... 22
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 24
3.4 Metode Analisis Data ... 25
3.5 Defenisi dan Batasan Operasional ... 27
3.5.1 Defenisi ... 28
3.5.2 Batasan Operasional ... 29
IV DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN DAN KARAKTERISTIK SAMPEL 4.1 Deskripsi Daerah Penelitian ... 30
4.1.1 Letak dan Keadaan Geografis ... 30
4.1.2 Keadaan Penduduk ... 31
4.1.3 Sarana dan Prasarana ... 32
V HASIL DAN PEMBAHASAN 5.1 Deskripsi Variabel ... 35
5.2 Hasil Analisis Faktor – Faktor yang Mempengaruhi Petani untuk Melakukan Usahatani Kedelai ... 42
VI KESIMPULAN DAN SARAN 6.1 Kesimpulan ... 51
6.2 Saran ... 51
DAFTAR PUSTAKA
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
1.1 Produksi, Impor, Ekspor dan Kebutuhan dalam Negeri kedelai
Indonesia 2006 – 2012 dalam Ton ... 2
1.2 Luas Panen , Produktivitas dan Produksi Tanaman Kedelai Provinsi Sumatera Utara ... 3
3.1 Luas Panen Tanaman Kedelai Tahun 2007- 2012 Menurut Kabupaten / Kota di Provinsi Sumatera Utara ... 20
3.2 Luas Panen Kedelai per Kecamatan di Kabupaten Deli Serdang Tahun 2006 – 2012 ... 21
3.3 Desa. Luas Panen, Produksi, dan Produktivitas Kedelai di Kecamatan Beringin Tahun 2012... 22
3.4 Pembagian Sampel di Daerah Penelitian ... 24
3.5 Pembagian Petani Sampel Berdasarkan Pola Rotasi Kedelai ... 24
4.1 Nama Desa, Luas Desa, Jumlah Dusun ... 30
4.2 Distribusi Jumlah Penduduk Pada Setiap Desa di kecamatan Beringin ... 31
4.3 Distribusi Penduduk menurut Kelmopok Umur di Kecamatan Beringin Tahiun 2013 ... 32
4.4 Banyaknya Rumah Ibadah di Kecamatan Beringin Tahun 2012 ... 33
4.5 Sarana Pendidikan Sekolah Negeri dan Sekolah Swasta ... 34
5.1 Distribusi Keputusan Petani dalam Melakukan Usahatani Kedelai ... 35
5.2 Jumlah Responden Berdasarkan Umur ... 36
5.4 Penagalam Responden Menggeluti BIdang Pertaniasn Berdasarkan Tahun 38
5.5 JUmlah Tanggungan Responden ... 39
5 6 Luas Lahan Responden ... 39
5.7 Skor Tingkat Kosmopolitan Responden ... 40
5.8 Distribusi Harga Komoditi di Daerah Penelitian ... 41
DAFTAR GAMBAR
No. Judul Halaman
1 Skema Kerangka Pemikiran ... 19