• Tidak ada hasil yang ditemukan

The Risk of Decubitus on Hospitalized Patients in General Hospital of Haji Adam Malik Medan

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "The Risk of Decubitus on Hospitalized Patients in General Hospital of Haji Adam Malik Medan"

Copied!
75
0
0

Teks penuh

(1)

RESIKO DEKUBITUS PADA PASIEN YANG DIRAWAT

DI RUMAH SAKIT UMUM PUSAT HAJI ADAM MALIK

MEDAN

SKRIPSI

Oleh :

SAMSINAR 121121114

FAKULTAS KEPERAWATAN

(2)
(3)

SURAT PERNYATAAN

Saya yang bertanda tangan dibawah ini :

Nama : Samsinar

NIM : 121121114

Menyatakan dengan sesungguhnya bahwa skripsi yang berjudul : RESIKO DEKUBITUS PADA PASIEN YANG DIRAWAT DI RSUP HAJI ADAM MALIK MEDAN adalah benar hasil karya sendiri, kecuali jika dalam pengutipan substansi disebutkan sumbernya dan belum pernah diajukan ke instansi manapun serta bukan karya jiplakan. Saya bertanggung jawab atas keabsahan dan kebenaran isinya sesuai dengan kaidah ilmiah yang harus dijunjung tinggi.

Demikian pernyataan ini saya buat dengan sebenarnya, tanpa adanya tekanan dan paksaan dari pihak manapun serta bersedia mendapat sanksi akademik jika ternyata dikemudian hari pernyataan ini tidak benar.

Medan, Maret 2014 Yang menyatakan

(4)

PRAKATA

Puji beserta syukur Alhamdulillah penulis panjatkan kehadirat ALLAH SWT atas rahmat dan hidayahNya, sehingga penulisan skripsi yang berjudul “Resiko Dekubitus Pada Pasien Yang Dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan” dapat diselesaikan. Skripsi ini ditulis terkait dengan persyaratan untuk memperoleh gelar Sarjana Keperawatan pada Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

Ucapan terimakasih saya sampaikan kepada pihak-pihak yang telah memberikan bantuan, bimbingan dan dukungan dalam proses penyelesaian skripsi ini :

1. dr. Dedi Ardinata, M.Kes sebagai Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah memfasilitasi terlaksananya pendidikan sehingga penelitian ini dapat diselesaikan.

2. Erniyati, S.Kp., MNS Selaku Pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

3. Ikhsanudin Achmad Harahap, S.Kp., MNS selaku pembimbing yang telah memberikan arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat, sehingga penelitian ini dapat diselesaikan dengan baik.

4. Rosina Tarigan, S.Kp., M.Kep., Sp.KMB selaku penguji 1 yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat untuk perbaikan penelitian ini.

5. Iwan Rusdi, S.Kp., MNS selaku penguji 2 yang telah memberikan masukan, arahan dan bimbingan dengan penuh perhatian dan cermat untuk perbaikan penelitian ini.

6. Seluruh dosen Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf yang telah membantu selama proses pendidikan.

(5)

8. Kepala ruangan dan CI ruang rawat inap RA dan RB yang telah memberikan kesempatan, dukungan, dan masukan selama proses penelitian.

9. Kedua orang tuaku dan saudaraku yang selalu memberikan doa dan dukungan dari jauh.

10.Teman-teman di Puskesmas Malinau seberang Kab.Malinau Kalimantan Utara yang selalu memberi support.

11.Kakakku Rotua Simanjuntak dan mami Netty Sibarani yang selalu memberi support dalam penyeleseian proposal ini.

12.Rekan-rekan Mahasiswa Ekstensi Keperawatan 2012 Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara yang telah banyak memberikan bantuan dan dukungan.

13.Seluruh pihak yang telah membantu penyelesaian penelitian ini.

Semoga segala bantuan, kebaikan dan dukungan yang telah diberikan kepada penulis mendapat berkah, rahmat dan hidayah dari ALLAH SWT, Amin.

Medan, 05 Maret 2014

(6)

DAFTAR ISI

A. Latar Belakang... 1 B. Pertanyaan Penelitian ... C. Tujuan Penelitian ...

3 3 D. Manfaat Penelitian... 3

BAB 2 TINJAUAN PUSTAKA

A.Dekubitus ... 1. Pengertian Dekubitus ... 2. Faktor Resiko dekubitus ... 3. Faktor yang mempengaruhi Dekubitus ... 4. Patofisiologi Dekubitus ... 5. Klasifikasi Dekubitus ... 6. Komplikasi Dekubitus ... 7. Tempat Terjadinya Dekubitus ... 8. Pengkajian Dekubitus ... B. Skala Braden...

1. Pengertian Skala Braden ... 5

BAB 3 KERANGKA KONSEP

(7)

C. Defenisi Operasional ... 32

BAB 4 METODELOGI PENELITIAN A. Desain Penelitian... 33

B. Populasi Penelitian... 1. Populasi... 2. Sampel... 33 33 33 C. Lokasi dan waktu penelitian ... 33

D. Pertimbangan Etik ... 34

E. Instrumen Penelitian ... 34

F. Prosedur Pengumpulan Data ... 35

G. Analisa Data ... 35

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

A. Hasil penelitian ... B. Pembahasan ... BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ... B. Saran... DAFTAR PUSTAKA...

37 39

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman Tabel 1 Tabel Distribusi Frekuensi dan presentase 48

responden menurut umur, jenis kelamin, lama rawat inap dan diagnosa penyakit di ruang RA1 dan RA2 RSUP HAM.

37

Tabel 2 Tabel Distribusi Frekuensi dan presentase jumlah responden yang mengalami resiko dekubitus dengan menggunakan lembar observasi skala Braden di ruang RA1 dan RA2 RSUP HAM.

(9)

DAFTAR SKEMA

(10)

Judul : Resiko Dekubitus Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Peneliti : Samsinar

Nim : 121121114

Fakultas : Keperawatan Sumatera Utara Tahun Akademik : 2012/2013

ABSTRAK

Resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di rumah sakit bervariasi. Pada pasien berusia lanjut dengan perawatan total care dan partial care di rumah sakit berpeluang untuk menderita dekubitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jumlah sampel yang didapat 48 orang responden. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari Data demografi dan format Skala Braden. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deksriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 13 responden (27,1%) berada pada kategori resiko tinggi, 13 responden (27,1%) berada pada kategori resiko sedang dan 13 responden (27,1%) berada pada kategori tidak ada resiko/normal. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi perawat dan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tirah baring yang lama agar dapat mencegah terjadinya dekubitus pada pasien.

(11)

Title : The Risk of Decubitus on Hospitalized Patients in General Hospital of Haji Adam Malik Medan

Researcher : Samsinar

Student Number : 121121114

Faculty : Bachelor of Nursing

Academic Year : 2012/2013

ABSTRACT

The risk of decubitus on hospitalized patients Decubitus risk in patients varies. Elderly patients with total care and partial care in hospitals a chance to suffer from decubitus. This research aims to know the risks in patients treated decubitus in General Hospital of Haji Adam Malik Medan. This research uses descriptive design with the total sample obtained 48 respondents. Samples were taken using the technique of total sampling. Data collection is done using the research instrument consisting of data formats and demographic scale of Braden. Data that has been collected is analyzed using descriptive statistics, then the results of the data analysis are presented in tables frequency distribution and percentage. The results of this research show that there are 13 respondents (27,1%) are on a high risk, 13 categories of respondents (27,1%) are in the category of medium risk and 13 respondents (27,1%) are in the category of no risk/normal. The results of this research can be used as an information and reference for nurses and hospitals in providing nursing care in patients with a long bed rest in order to prevent the occurrence of decubitus in patients.

(12)

Judul : Resiko Dekubitus Pada Pasien Yang Dirawat Di RSUP Haji Adam Malik Medan

Peneliti : Samsinar

Nim : 121121114

Fakultas : Keperawatan Sumatera Utara Tahun Akademik : 2012/2013

ABSTRAK

Resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di rumah sakit bervariasi. Pada pasien berusia lanjut dengan perawatan total care dan partial care di rumah sakit berpeluang untuk menderita dekubitus. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan. Penelitian ini menggunakan desain deskriptif dengan jumlah sampel yang didapat 48 orang responden. Sampel diambil dengan menggunakan teknik Total sampling. Pengumpulan data dilakukan dengan menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari Data demografi dan format Skala Braden. Data yang telah terkumpul dianalisa dengan menggunakan statistik deksriptif, kemudian hasil analisa data disajikan dalam tabel distribusi frekuensi dan persentase. Hasil penelitian ini menunjukkan bahwa terdapat 13 responden (27,1%) berada pada kategori resiko tinggi, 13 responden (27,1%) berada pada kategori resiko sedang dan 13 responden (27,1%) berada pada kategori tidak ada resiko/normal. Hasil penelitian ini dapat digunakan sebagai informasi dan acuan bagi perawat dan rumah sakit dalam memberikan asuhan keperawatan pada pasien dengan tirah baring yang lama agar dapat mencegah terjadinya dekubitus pada pasien.

(13)

Title : The Risk of Decubitus on Hospitalized Patients in General Hospital of Haji Adam Malik Medan

Researcher : Samsinar

Student Number : 121121114

Faculty : Bachelor of Nursing

Academic Year : 2012/2013

ABSTRACT

The risk of decubitus on hospitalized patients Decubitus risk in patients varies. Elderly patients with total care and partial care in hospitals a chance to suffer from decubitus. This research aims to know the risks in patients treated decubitus in General Hospital of Haji Adam Malik Medan. This research uses descriptive design with the total sample obtained 48 respondents. Samples were taken using the technique of total sampling. Data collection is done using the research instrument consisting of data formats and demographic scale of Braden. Data that has been collected is analyzed using descriptive statistics, then the results of the data analysis are presented in tables frequency distribution and percentage. The results of this research show that there are 13 respondents (27,1%) are on a high risk, 13 categories of respondents (27,1%) are in the category of medium risk and 13 respondents (27,1%) are in the category of no risk/normal. The results of this research can be used as an information and reference for nurses and hospitals in providing nursing care in patients with a long bed rest in order to prevent the occurrence of decubitus in patients.

(14)

BAB 1

PENDAHULUAN

A. Latar belakang

Salah satu aspek utama dalam pemberian asuhan keperawatan pada pasien adalah mempertahankan integritas kulit. Hal ini dapat tercapai dengan memberikan perawatan kulit yang terencana dan konsisten. Perawatan kulit yang tidak terencana dan konsisten dapat mengakibatkan terjadinya gangguan integritas kulit (Hoff, 1989 dalam Potter & Perry, 2005). Gangguan integritas kulit dapat diakibatkan oleh tekanan yang lama, iritasi kulit atau immobilisasi dan berdampak akhir timbulnya luka dekubitus (Potter & Perry, 2005).

Dekubitus merupakan kerusakan atau kematian kulit sampai jaringan di bawah kulit, bahkan menembus otot sampai mengenai tulang sehingga mengakibatkan gangguan sirkulasi darah setempat. Dekubitus atau luka tekan adalah kerusakan jaringan yang terlokalisir yang disebabkan karena adanya kompresi jaringan yang lunak diatas tulang yang menonjol dan adanya tekanan dari luar dalam jangka waktu yang lama. Kompresi jaringan akan menyebabkan gangguan pada suplai darah pada daerah yang tertekan. Apabila ini berlangsung lama, hal ini menyebabkan insufisiensi aliran darah, anoksia atau iskemia jaringan dan akhirnya dapat mengakibatkan kematian sel (Sutanto, 2008 dalam Roy, 2008).

(15)

1994). Luka dekubitus juga terjadi dengan frekuensi yang cukup tinggi pada pasien-pasien neurologis oleh karena immobilisasi yang lama dan berkurangnya kemampuan sensorik (Potter & Perry, 2006). Insiden luka dekubitus pada penderita dengan trauma medulla spinalis mencapai 25-85% (Sabandar, 2008).

Angka kejadian luka dekubitus di berbagai negara masih cukup tinggi (Sabandar, 2008). Di Amerika Serikat, dalam penelitian menunjukkan bahwa prevalensi luka dekubitus bervariasi, tetapi secara umum dilaporkan dari rumah sakit berada direntang antara 3% -11% pasien (Allman, 1989), 14% (Langemo et al, 1989), 11% (Meehan, 1994) dan 20% (Leshem & skelskey, 1994) dan 2,7% peluang terbentuk dekubitus baru. Penelitian lain memperlihatkan bahwa sekitar 28% pasien di rumah sakit berpeluang untuk menderita luka dekubitus dan 2/3 penderita luka dekubitus tersebut terjadi pada pasien berusia lanjut (Pranaka, 1999). Menurut suatu penelitian di Indonesia yang dilakukan oleh Suriadi (2007) angka kejadian luka dekubitus mencapai 33,3%. Penelitian Cooney & Reuler (1991), di Amerika Serikat ada sekitar 70% pasien yang mengalami luka dekubitus di rumah sakit terjadi pada minggu pertama sampai minggu kedua selama dirawat.

(16)

Penelitian Suheri (2009) pada pasien tirah baring menyatakan bahwa dari 45 orang pasien tirah baring yang dirawat di RSUP haji adam malik medan sebanyak 88,8% mengalami luka dekubitus derajat 1 pada hari kelima perawatan dengan diagnosa yang paling banyak adalah pasien stroke sebanyak 33,3%, head injury 11,1%, fraktur 15,6%, sisanya adalah pasien bedrest yang memerlukan perawatan lama.

Melihat permasalahan diatas peneliti tertarik untuk melakukan penelitian mengenai resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

B. Pertanyaan penelitian

Bagaimanakah resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan ?

C. Tujuan penelitian

Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

D. Manfaat penelitian

1. Bagi petugas kesehatan

(17)

dapat diaplikasikan dalam praktek keperawatan dan memberikan dampak yang efektif dalam mencegah dekubitus.

2. Bagi penelitian selanjutnya

Penelitian ini dapat menambah pengetahuan dan pengalaman peneliti tentang resiko dekubitus.

3. Bagi institusi pendidikan

Hasil penelitian ini dapat menambah bahan referensi, bagi Mahasiswa/i keperawatan USU dan juga sebagai bahan kajian bagi mahasiswa/i yang tertarik untuk meneliti tentang resiko dekubitus.

4. Bagi pelayanan Rumah Sakit

Khususnya RSUP Haji Adam Malik Medan, dari hasil penelitian ini dapat sebagai bahan kajian bagi pihak pelayanan medik untuk meningkatkan pelayanan bagi pasien. Sehingga dapat mencegah dekubitus pada pasien bedrest total.

(18)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

A. Dekubitus

1. Pengertian dekubitus

Dekubitus berasal dari bahasa latin decumbree yang berarti sebagai suatu luka akibat posisi penderita yang tidak berubah dalam jangka waktu lebih dari 6 jam Sabandar (2008). National Pressure Ulcer Advisory Panel (NPUAP), (1989) mengatakan dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama. Terjadi gangguan mikrosirkulasi jaringan lokal dan mengakibatkan hipoksia jaringan. Jaringan memperoleh oksigen dan nutrisi serta membuang sisa metabolisme melalui darah. Beberapa faktor yang mengganggu proses ini akan mempengaruhi metabolisme sel dan fungsinya serta kehidupan dari sel. Tekanan mempengaruhi metabolisme sel dengan cara mengurangi atau menghilangkan sirkulasi jaringan yang menyebabkan iskemia jaringan.

(19)

Kerusakan jaringan terjadi ketika tekanan mengenai kapiler yang cukup besar dan menutup kapiler tersebut. Tekanan pada kapiler merupakan tekanan yang dibutuhkan untuk menutup kapiler misalnya jika tekanan melebihi tekanan kapiler normal yang berada pada rentang 16 sampai 32 mmHg Maklebust (1987) dalam Potter & Perry (2005).

Ketika pasien berbaring atau duduk maka berat badan berpindah pada penonjolan tulang. Semakin lama tekanan diberikan, semakin besar resiko kerusakan kulit Potter & Perry (2005). Tekanan menyebabkan penurunan suplai darah pada jaringan sehingga terjadi iskemia. Apabila tekanan dilepaskan akan terdapat hiperemia reaktif atau peningkatan aliran darah yang tiba-tiba kedaerah tersebut. Hiperemia reaktif merupakan suatu respon kompensasi dan hanya efektif jika tekanan dikulit dihilangkan sebelum terjadi nekrosis atau kerusakan.

2. Faktor resiko dekubitus

Menurut Potter & Perry (2005), ada berbagai faktor yang menjadi predisposisi terjadinya luka dekubitus pada pasien yaitu :

a. Gangguan input sensorik

(20)

pasien sadar dan berorientasi, mereka dapat mengubah posisi atau meminta bantuan untuk mengubah posisi.

b. Gangguan fungsi motorik

Pasien yang tidak mampu mengubah posisi secara mandiri berisiko tinggi terjadi dekubitus. Pasien tersebut dapat merasakan tekanan tetapi, tidak mampu mengubah posisi secara mandiri untuk menghilangkan tekanan tersebut. Hal ini meningkatkan peluang terjadinya dekubitus. Pada pasien yang mengalami cedera medulla spinalis terdapat gangguan motorik dan sensorik. Angka kejadian dekubitus pada pasien yang mengalami cedera medulla spinalis diperkirakan sebesar 85% dan komplikasi luka merupakan penyebab kematian pada 8% populasi ini (Ruller & Cooney, 1981 dalam Potter & Perry, 2005).

c. Perubahan tingkat kesadaran

Pasien bingung, disorientasi atau mengalami perubahan tingkat kesadaran tidak mampu melindungi dirinya sendiri dari luka dekubitus. Pasien bingung atau disorientasi mungkin dapat merasakan tekanan, tetapi tidak mampu memahami bagaimana menghilangkan tekanan itu. Pasien koma tidak dapat merasakan tekanan dan tidak mampu mengubah posisi yang lebih baik.

d. Gips, traksi, alat ortotik dan peralatan lain.

(21)

adanya gaya friksi eksternal mekanik dari permukaan gips yang bergesek pada kulit. Gaya mekanik kedua adalah tekanan yang dikeluarkan gips pada kulit jika gips terlalu ketat dikeringkan atau jika ekstremitasnya bengkak.

Peralatan ortotik seperti penyangga leher digunakan dalam pengobatan pasien yang mengalami fraktur spinal servikal bagian atas. Luka dekubitus merupakan potensi komplikasi dari alat penyangga leher ini. Sebuah studi yang dilakukan Plaiser dkk, (1994) mengukur jumlah tekanan pada tulang tengkorak dan wajah yang diberikan oleh empat jenis penyangga yang beda dengan subjek berada posisi terlentang dan upright (bagian atas lebih tinggi). Hasilnya menunjukkan bahwa pada beberapa penyangga leher, terdapat tekanan yang menutup kapiler. Perawat perlu waspada terhadap resiko kerusakan kulit pada klien yang menggunakan penyangga leher ini, alat penopang (braces) atau alat ortotik lain untuk mengobservasi tanda-tanda kerusakan kulit Potter & Perry (2005).

3. Faktor yang mempengaruhi luka dekubitus

Gangguan integritas kulit yang terjadi pada dekubitus merupakan akibat tekanan. Tetapi, ada faktor-faktor tambahan yang dapat meningkatkan resiko terjadi luka dekubitus yang lebih lanjut pada pasien. Menurut Potter & Perry (2005) ada 10 faktor yang mempengaruhi pembentukan luka dekubitus yaitu :

a. Gaya gesek

(22)

pasien bergerak atau memperbaiki posisi tubuhnya diatas tempat tidur dengan cara didorong atau digeser kebawah saat berada pada posisi fowler yang tinggi (lebih dari 30°). Jika terdapat gaya gesek maka kulit dan lapisan subkutan menempel pada permukaan tempat tidur dan lapisan otot serta tulang bergeser sesuai dengan arah gerakan tubuh. Tulang pasien bergeser kearah kulit dan memberi gaya pada kulit (Maklebust & Sieggren, 1991). Kapiler jaringan yang berada dibawahnya tertekan dan terbeban oleh tekanan tersebut. Akibatnya, tak lama setelah itu akan terjadi gangguan mikro sirkulasi lokal kemudian menyebabkan hipoksi, perdarahan dan nekrosis pada lapisan jaringan. Selain itu, terdapat penurunan aliran darah kapiler akibat tekanan eksternal pada kulit. Lemak subkutan lebih rentan terhadap efek gesek dan hasil tekanan dari struktur tulang yang berada dibawahnya. Akhirnya pada kulit akan terbuka sebuah saluran sebagai ruang drainase dari area nekrotik. Bryant et al (1992) mengatakan juga bahwa gaya gesek tidak mungkin terjadi tanpa disertai friksi.

b. Friksi

(23)

daripada diangkat dari permukaan tempat tidur selama perubahan posisi (Maklebust & Sieggreen, 1991).

c. Kelembaban

Adanya kelembaban pada kulit dengan durasi lama meningkatkan terjadinya kerusakan integritas kulit. Akibat kelembaban terjadi peningkatan resiko pembentukan dekubitus sebanyak lima kali lipat (Reuler & Cooney, 1981). Kelembaban menurunkan resistensi kulit terhadap faktor fisik lain seperti tekanan atau gaya gesek. Seperti, Pasien immobilisasi yang tidak mampu memenuhi kebutuhan higienisnya sendiri. Kelembaban kulit dapat berasal dari drainase luka, keringat, kondensasi dari sistem yang mengalirkan oksigen yang dilembabkan, muntah dan inkontinensia.

d. Nutrisi buruk

(24)

dengan status nutrisi buruk biasa mengalami hipoalbuminimea (level albumin serum dibawah 3 g/100 ml) dan anemia (Nalto, 1983, steinberg 1990 dalam Potter & Perry, 2005).

Albumin adalah ukuran variable yang biasa digunakan untuk mengevaluasi status protein pasien. Pasien yang albumin serumnya dibawah 3 g/100 ml beresiko tinggi. Selain itu, level albumin rendah dihubungkan dengan lambatnya penyembuhan luka (kaminski dkk, 1989, Hannan & Scheele, 1991). Walaupun kadar albumin serum kurang tepat memperlihatkan perubahan protein viseral, tapi albumin merupakan prediktor malnutrisi yang terbaik untuk semua kelompok manusia (Hanan & Scheele, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

Level total protein juga mempunyai korelasi dengan luka dekubitus, level total protein dibawah 5,4 g/100 ml menurunkan tekanan osmotik koloid, yang akan menyebabkan edema intertisial dan penurunan oksigen kejaringan (Hanan & Scheele 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Edema akan menurunkan toleransi kulit dan jaringan yang berada dibawahnya terhadap tekanan, friksi dan gaya gesek. Selain itu, penurunan level oksigen meningkatkan kecepatan iskemi yang menyebabkan cedera jaringan (Potter & Perry, 2005).

(25)

sehingga terjadi edema. Edema dapat meningkatkan resiko terjadi dekubitus di jaringan suplai darah. Pada suplai jaringan, edema menurun dan produk sisa tetap tinggal karena terdapatnya perubahan tekanan pada sirkulasi dan dasar kapiler (Shkleton & Litwalk, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

e. Anemia

Pasien anemia berisiko terjadi dekubitus. Penurunan level hemoglobin mengurangi kapasitas darah membawa nutrisi dan oksigen serat mengurangi jumlah oksigen yang tersedia untuk jaringan. Anemia juga mengganggu metabolisme sel dan mengganggu penyembuhan luka (Potter & Perry, 2005).

f. Kakeksia

Kakeksia merupakan penyakit kesehatan dan malnutrisi umum, ditandai kelemahan dan kurus. Kakeksia biasa berhubungan dengan penyakit berat seperti kanker dan penyakit kardio pulmonal tahap akhir. Kondisi ini meningkatkan resiko luka dekubitus pada pasien. Pada dasarnya pasien kakeksia mengalami kehilangan jaringan adipose yang berguna untuk melindungi tonjolan tulang dari tekanan (Potter & Perry, 2005).

g. Obesitas

(26)

vaskularisasi yang buruk, sehingga jaringan adipose dan jaringan lain yang berada dibawahnya semakin rentan mengalami kerusakan akibat iskemia.

h. Demam

Infeksi disebabkan adanya patogen didalam tubuh. Pasien infeksi biasa mengalami demam. Infeksi dan demam meningkatkan kebutuhan metabolik tubuh, membuat jaringan yang telah hipoksia (penurunan oksigen) semakin rentan mengalami cedera akibat iskemia (Skheleton & Litwack, 1991). Selain itu demam menyebabkan diaporesis (keringatan) dan meningkatkan kelembaban kulit, yang selanjutnya yang menjadi predisposisi kerusakan kulit pasien.

i. Gangguan sirkulasi perifer

Penurunan sirkulasi menyebabkan jaringan hipoksia dan lebih rentan mengalami kerusakan iskemia. Gangguan sirkulasi pada pasien yang menderita penyakit vaskuler, pasien syok atau yang mendapatkan pengobatan sejenis vasopresor.

j. Usia

(27)

memperbesar resiko terjadinya luka dekubitus pada lansia. Immobilisasi yang berlangsung lama hampir pasti dapat menyebabkan dekubitus (Roah, 2000).

Menurut Pranaka (1999), ada tiga faktor penyebab dekubitus pada lansia yaitu:

a. Faktor kondisi fisik lansia itu sendiri (perubahan kulit, status gizi, penyakit-penyakit neurologik, pembuluh darah dan keadaan hidrasi atau cairan tubuh).

b. Faktor perawatan yang diberikan oleh petugas kesehatan.

c. Faktor kebersihan tempat tidur, alat tenun yang kusut dan kotor atau peralatan medik yang menyebabkan lansia terfiksasi pada suatu sikap tertentu.

4. Patofisiologi luka dekubitus

(28)

aliran limpatik menurun, ini juga menyokong terjadi edema dan mengkontribusi untuk terjadi nekrosis pada jaringan (Suriadi, 2004).

Dekubitus terjadi sebagai hasil hubungan antara waktu dengan tekanan (Stortts, 1998). Semakin besar tekanan dan durasinya, maka semakin besar pula insiden terbentuknya luka.

5. Klasifikasi luka dekubitus

Salah satu cara yang paling dini untuk mengklasifikasikan dekubitus adalah dengan menggunakan sistem nilai atau tahapan. Sistem ini pertama kali dikemukakan oleh Shea (1975) sebagai suatu cara untuk memperoleh metode jelas dan konsisten untuk menggambarkan dan mengklasifikasikan luka dekubitus. Sistem tahapan luka dekubitus berdasarkan gambaran kedalaman jaringan yang rusak (Maklebust, 1995). Luka yang tertutup dengan jaringan nekrotik seperti eschar tidak dapat dimasukkan dalam tahapan hingga jaringan tersebut dibuang dan kedalaman luka dapat diobservasi. Peralatan ortopedi dan braces dapat mempersulit pengkajian yang dilakukan (AHCPR, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

(29)

gelap (Maklebust & Seggreen, 1991 dalam Potter & Perry, 2005). Bennet (1995) dalam Potter & Perry (2005) Menyatakan saat mengkaji kulit pasien berwarna gelap, memerlukan pencahayaan sesuai untuk mengkaji kulit secara akurat. Dianjurkan berupa cahaya alam atau halogen. Hal ini mencegah munculnya warna biru yang dihasilkan dari sumber lampu pijar pada kulit yang berpigmen gelap, yang dapat mengganggu pengkajian yang akurat. Menurut NPUAP (1995) dalam Potter & Perry (2005) ada perbandingan luka dekubitus derajat I sampai derajat IV yaitu:

a. Derajat I

Adanya eritema tidak pucat pada kulit utuh, lesi luka kulit yang diperbesar. Kulit tidak berwarna, hangat atau keras juga dapat menjadi indikator.

b. Derajat II

Hilangnya sebagian ketebalan kulit meliputi epidermis dan dermis. Luka superficial dan secara klinis terlihat seperti abrasi, lecet atau lubang yang dangkal.

c. derajat III

(30)

d. Derajat IV

Hilangnya seluruh ketebalan kulit disertai dekstruksi ekstensif, nekrosis jaringan atau kerusakan otot, tulang atau struktur penyangga misalnya kerusakan jaringan epidermis, dermis, subkutaneus, otot dan kapsul sendi.Dekubitus tidak berkembang dari stadium satu sampai ke stadium empat (NPUAP, 1995). Maklebust (1995) peringatan klinik untuk diingat. Walaupun sistem tahapan menggunakan urutan nomor untuk menggambarkan dekubitus, tetapi tidak berarti ada perkembangan tingkat keparahan luka dekubitus.

6. Komplikasi luka dekubitus

Komplikasi sering terjadi pada luka dekubitus derajat III dan IV, walaupun dapat terjadi pada luka yang superfisial. Menurut Sabandar (2008) komplikasi yang dapat terjadi antara lain:

a. Infeksi, umumnya bersifat multi bakterial baik aerobik maupun anaerobik.

b. Keterlibatan jaringan tulang dan sendi seperti periostitis, osteotitis, osteomielitis dan arthtritis septik.

c. Septikimia

d. Anemia

e. Hipoalbuminea

(31)

7. Tempat terjadinya luka dekubitus

Beberapa tempat yang paling sering terjadi luka dekubitus adalah sakrum, tumit, siku, maleolus lateral, trokanter besar dan tuberostis iskial (Meehan, 1994). Menurut Bouwhuizen (1986) menyebutkan daerah tubuh yang sering terkena luka dekubitus adalah :

a. Pada penderita dengan posisi terlentang: pada daerah belakang kepala, daerah tulang belikat, daerah bokong dan tumit.

b. Pada penderita dengan posisi miring: daerah pinggir kepala (terutama daun telinga), bahu, siku, daerah pangkal paha, kulit pergelangan kaki dan bagian atas jari-jari kaki.

c. Pada penderita dengan posisi tengkurap: dahi, lengan atas, tulang iga dan lutut.

8. Pengkajian luka dekubitus

Data dasar pengkajian yang terus-menerus memberi informasi penting integritas kulit pasien dan peningkatan resiko terjadinya dekubitus. Pengkajian dekubitus tidak terlepas pada kulit karena dekubitus mempunyai banyak faktor etiologi. Oleh karena itu, pengkajian awal pasien dekubitus memiliki beberapa dimensi (AHCPR, 1994 dalam Potter & Perry, 2005).

a. Ukuran Perkiraan.

(32)

perawatan lain maka pasien harus dikaji resiko terjadi dekubitus (AHCPR, 1992). Seperti pengkajian resiko dekubitus yang meliputi :

1) Identifikasi resiko terjadi pada pasien

Paralisis atau mobilisasi yang disebabkan oleh alat-alat yang membatasi gerakan pasien, kehilangan sensorik, adanya gangguan pada sirkulasi darah, penurunan tingkat kesadaran akibat anastesi, adanya gaya gesek atau friksi yang kuat, adanya kelembaban yang disebabkan inkontinensia,keringat serta drainase luka, adanya infeksi, adanya obesitas, adanya penyakit seperti malnutrisi, anemia, Kaheksia serta sudah terjadinya dekubitus pada pasien atau pasien yang telah lanjut usia.

2) kaji kondisi kulit disekitar daerah yang mengalami penekanan pada area sebagai berikut:

Apakah warna kulit pucat, apakah lapisan permukaan kulit telah hilang atau sudah terdapat borok/lecet pada kulit.

3) kaji daerah tubuh pasien yang berpotensi mengalami tekanan seperti : Lubang hidung, lidah atau bibir, tempat pemasangan intravena, selang drainase serta kateter foley.

4) observasi posisi yang lebih disukai pasien saat berada ditempat tidur atau kursi.

(33)

6) tentukan nilai resiko dengan menggunakan Skala Norton, Skala Gonsel atau Skala Braden.

7) pantau lamanya waktu daerah kemerahan.

8) dapatkan data pengkajian nutrisi yang meliputi jumlah serum albumin, jumlah protein total, jumlah hemoglobin dan presentasi berat badan ideal.

9) kaji pemahaman pasien dan keluarga tentang resiko dekubitus.

b. Kulit

Perawat harus mengkaji terus-menerus dari tanda-tanda munculnya luka pada kulit klien gangguan neurologi, berpenyakit kronik dalam waktu lama, penurunan status mental dan dirawat di ruang ICU, berpenyakit onkologi, terminal dan orthopedi berpotensi tinggi terjadi luka dekubitus. Pengkajian untuk indikator tekanan jaringan meliputi inspeksi visual dan taktil pada kulit (Pires & Muller, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

Pengkajian dasar yang dilakukan untuk menentukan karakteristik kulit normal klien dan setiap area yang potensial atau aktual mengalami kerusakan. Perawat memberi perhatian khusus pada daerah dibawah gips, traksi, balutan, tongkat penopang, penyangga leher atau peralatan orthopedi lain. Jumlah pemeriksaan tekanan tergantung jadwal pemakaian alat respon kulit terhadap tekanan eksternal.

(34)

hiperemia reaktif maka perawat dapat menandai area tersebut agar pengkajian ulang menjadi lebih mudah. Tanda peringatan dini lain yang menunjukkan kerusakan jaringan akibat tekanan adalah lecet atau bintil-bintil pada area yang menanggung beban berat tubuh dan mungkin disertai hiperemia. Pires & Miller (1991) melaporkan bahwa tanda dini akibat tekanan yang sering diabaikan pada klien yang tidak mengalami trauma adalah borok diarea yang menanggung berat beban badan. Semua tanda-tanda ini merupakan indikator dini gangguan integritas kulit, tapi kerusakan kulit yang berada dibawahnya mungkin menjadi lebih progresif. Pengkajian taktil memungkinkan perawat menggunakan teknik palpasi untuk memperoleh data lebih lanjut mengenai indurasi dan kerusakan kulit maupun jaringan yang dibawahnya.

Perawat melakukan palpasi pada jaringan disekitarnya untuk mengobservasi area hiperemi, mengkaji adanya pucat dan kembali kewarna kulit normal klien yang berkulit terang. Selain itu, perawat mempalpasi indurasi, mencatat indurasi disekitar area yang cedera dalam ukuran milimeter atau senti meter. Perawat juga mencatat perubahan suhu disekitar kulit dan jaringan (Pires & Muller, 1991 dalam Potter & Perry, 2005).

(35)

c. Mobilisasi

Pengkajian meliputi pendokumentasian tingkat mobilisasi pada integritas kulit. Pengkajian mobilisasi juga harus memperoleh data tentang kualitas tonus dan kekuatan otot. Klien yang mempunyai rentang gerak yang adekuat untuk bergerak secara mandiri kebentuk posisi yang lebih terlindungi.

Mobilisasi harus dikaji sebagai bagian dari data dasar. Jika pasien memiliki tingkat kemandirian mobilisasi maka perawat harus mendorong pasien agar sering mengubah posisinya dan melakukan tindakan untuk menghilangkan tekanan yang dialaminya. Frekuensi perubahan posisi berdasarkan pengkajian kulit yang terus menerus dan dianggap sebagai perubahan data (Potter &Perry, 2005).

d. Status nutrisi

Pengkajian nutrisi klien harus menjadi bagian integral dalam pengkajian

data awal pada pasien yang beresiko gangguan integritas kulit (Breslow & Bergstrom, 1994; Water et el, 1994; Finucance, 1995). Pasien

(36)

e. Nyeri

Sampai saat ini hanya sedikit tulisan atau penelitian yang dilakukan tentang nyeri dan luka dekubitus. AHCPR (1994) telah merekomendasikan pengkajian dan manajemen nyeri termasuk dalam perawatan pasien luka dekubitus. Selain itu AHCPR (1994) menegaskan perlunya penelitian tentang nyeri pada pasien luka dekubitus. Salah satu studi yang pertama kali menghitung pengalaman nyeri pasien yang dirawat di rumah sakit karena luka dekubitus telah dilakukan oleh Dallam et el (1995). Pada studi ini 59,1% pasien melaporkan adanya nyeri dengan menggunakan skala analog visual, 68,2% melaporkan adanya nyeri akibat luka dekubitus dengan menggunakan skala urutan nyeri faces berlawanan dengan banyaknya nyeri yang dilaporkan, obat-obatan nyeri yang telah digunakan klien sebesar 2,3%. Beberapa implikasi praktik yang disarankan para peneliti (Dallam dkk, 1995 dalam Potter & Perry, 2005) adalah menambah evaluasi tingkat nyeri pasien kedalam pengkajian luka dekubitus, yaitu pengontrollan nyeri memerlukan pengkajian ulang yang teratur untuk mengevaluasi efektifitas dan program pendidikan diperlukan untuk meningkatkan sensitifitas pemberi pelayanan kesehatan terhadap nyeri akibat luka dekubitus.

B. Skala Braden

1. Pengertian Skala Braden

(37)

Tujuan dari skala ini adalah untuk membantu para profesional kesehatan khususnya perawat, dalam menilai resiko terjadinya luka dekubitus.

Dalam menilai resiko tekanan ulkus Skala Braden dengan memeriksa enam kriteria yaitu :

a. Persepsi Sensori

Parameter ini mengukur kemampuan pasien untuk mendeteksi dan menanggapi ketidaknyamanan atau nyeri yang berhubungan dengan tekanan pada bagian-bagian tubuh pasien.

Pada subskala ini terdapat 4 tingkat nilai yaitu : 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).

Nilai 1 diberikan apabila terjadi keterbatasan total, yaitu tidak adanya respon pada stimulus nyeri akibat kesadaran yang menurun ataupun karena pemberian obat sedasi atau keterbatasan kemampuan untuk merasakan nyeri pada sebagian besar permukaan tubuh.

Nilai 2 diberikan apabila sangat terbatas, yaitu hanya berespon hanya pada stimulus nyeri tidak dapat mengkomunikasikan ketidaknyamanannya, kecuali dengan merintih dan gelisah. Atau mempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan untuk merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada separuh permukaan tubuh.

(38)

mengkomunikasikan ketidaknyamanan atau harus dibantu membalikkan tubuh. Atau mempunyai gangguan sensorik yang membatasi kemampuan merasakan nyeri atau ketidaknyamanan pada 1 atau 2 ekstremitas.

Nilai 4 diberikan pada saat tidak terjadi gangguan, yaitu dalam berespon pada perintah verbal dengan baik. Tidak ada penurunan sensorik yang akan membatasi kemampuan untuk merasakan atau mengungkapkan nyeri atau ketidaknyamanan

b. Kelembaban

Pada subskala ini terdapat 4 tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).

Nilai 1 diberikan apabila terjadi kelembaban kulit yang konstan, yaitu saat kulit selalu lembab karena perspirasi, urine dsb. Kelembaban diketahui saat klien bergerak, membalik tubuh atau dengan dibantu perawat.

Nilai 2 diberi apabila kulit sangat lembab, yaitu saat kelembaban sering terjadi tetapi tidak selalu lembab. Idealnya alat tenun dalam keadaan ini harus diganti setiap pergantian jaga.

(39)

Nilai 4 diberikan pada saat kulit jarang lembab, yaitu pada saat keadaan kulit biasanya selalu kering alat tenun hanya perlu diganti sesuai jadwal (1x sehari).

c. Aktivitas

Pada subskala ini terdapat 4 tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).

Nilai 1 diberikan kepada klien dengan tirah baring, yang beraktifitas terbatas diatas tempat tidur saja.

Nilai 2 diberikan kepada klien yang dapat bergerak (berjalan) dengan keterbatasan yang tinggi atau tidak mampu berjalan. Tidak dapat menopang berat badannya sendiri atau harus dibantu pindah keatas kursi.

Nilai 3 diberikan kepada klien yang dapat berjalan sendiri pada siang hari, tapi hanya dalam jarak dekat, dengan atau tanpa bantuan. Sebagian besar waktu dihabiskan diatas tempat tidur atau kursi.

Nilai 4 diberikan kepada klien yang dapat sering berjalan keluar kamar sedikitnya 2 kali sehari dan didalam kamar sedikitnya 1 kali setiap 2 jam selama terjaga.

d. Mobilisasi

(40)

Nilai 1 diberikan kepada klien dengan imobilisasi total. Tidak dapat melakukan perubahan posisi tubuh atau ekstremitas tanpa bantuan, walau hanya sedikit.

Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan yang sangat terbatas, yaitu klien dengan kadang-kadang melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh dan ekstremitas, tapi tidak mampu melakukan perubahan yang sering dan berarti secara mandiri.

Nilai 3 diberikan kepada klien yang mobilisasinya agak terbatas, yaitu klien yang dapat dengan sering melakukan perubahan kecil pada posisi tubuh dan ekstremitas secara mandiri.

Nilai 4 diberikan kepada klien yang tidak memiliki keterbatasan dalam hal mobilisasi, yaitu keadaan klien dapat melakukan perubahan posisi yang bermakna dan sering tanpa bantuan.

e. Nutrisi

Pada subskala ini terdapat 4 tingkat nilai yaitu : nilai 1 adalah nilai terendah (resiko tinggi) dan 4 adalah nilai tertinggi (resiko rendah).

(41)

makanan cair atau puasa dan hanya minum air putih atau mendapat infus > 5hari.

Nilai 2 diberikan kepada klien dengan keadaan mungkin kurang asupan nutrisi, yaitu klien dengan jarang makan makanan lengkap dan umumnya makan kira-kira hanya ½ porsi makanan yang diberikan. Asupan protein, daging dan susu hanya 3 kali sehari. Kadang-kadang mau makan makanan suplemen atau menerima kurang dari jumlah optimum makanan cair dari sonde (NGT).

Nilai 3 diberikan kepada klien dengan keadaan cukup asupan nutrisi, yaitu klien dengan keadaan makan makanan > ½ porsi makanan yang diberikan. Makan protein daging sebanyak 4 kali sehari. Kadang-kadang menolak makan, tapi biasa mau makan suplemen yang diberikan. Atau diberikan melalui sonde (NGT) atau regimen nutrisi parenteral yang mungkin dapat memenuhi sebagian besar kebutuhan nutrisi.

Nilai 4 diberikan kepada klien yang baik asupan nutrisnya, yaitu klien dengan keadaan makan makanan yang diberikan. Tidak pernah menolak makan. Biasa makan 4 kali atau lebih dengan protein (daging/susu). Kadang-kadang makan diantara jam makan. Tidak memerlukan suplemen.

f. friksi dan Gesekan

(42)

Nilai 1 diberikan kepada klien dengan masalah, yaitu klien yang memerlukan batuan sedang sampai maksimum untuk bergerak. Tidak mampu mengangkat tanpa terjatuh. Seringkali terjatuh dari atas tempat tidur atau kursi, sering membutuhkan bantuan maksimum untuk kembali keposisi, sering mengalami kejang atau kontraktur yang menyebabkan friksi terus menerus.

Nilai 2 diberikan kepada klien dengan masalah yang berpotensi, yaitu klien yang bergerak dengan lemah dan membutuhkan bantuan minimum. Selama bergerak kulit mungkin akan menyentuh alas tempat tidur, kursi, alat pengikat atau alat lain. Sebagian besar mampu mempertahankan posisi yang relatif baik diatas kursi atau tempat tidur, tapi kadang-kadang jatuh kebawah.

Nilai 3 diberikan kepada klien yang tidak memiliki masalah, yaitu klien yang bergerak diatas tempat tidur maupun kursi dengan mandiri dan mempunyai otot yang cukup kuat untuk mengangkat sesuatu sambil bergerak. Mampu mempertahankan posisi yang baik diatas tempat tidur atau kursi.

Nilai total dalam Skala Braden ini berada pada rentang 6-23, tergantung pada hasil penilaian perawat tersebut. Total nilai rendah < 10 menunjukkan resiko sangat tinggi terjadinya dekubitus, nilai 10-12 menunjukkan resiko tinggi terjadinya dekubitus, nilai 13-14 menunjukkan resiko sedang terjadinya dekubitus, nilai 15-18 menunjukkan resiko rendah terjadinya dekubitus dan nilai 19-23 menunjukkan tidak adanya resiko atau normal.

(43)
(44)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

A. Kerangka penelitian

Kerangka konseptual penelitian ini bertujuan untuk mengetahui resiko dekubitus pada pasien yang dirawat dengan tehnik Observasi. Sesuai dengan tujuan penelitian, maka kerangka konsep penelitian ini dapat digambarkan sebagai berikut :

Skema 1. Resiko dekubitus pada pasien yang dirawat

Faktor yang mempengaruhi : 1. Persepsi sensori

2. Kelembaban 3. Aktivitas 4. Mobilitas 5. Nutrisi

6. Gesekan dan pergeseran

(45)

B. Defenisi Konseptual

Dekubitus merupakan nekrosis jaringan lokal yang cenderung terjadi ketika jaringan lunak tertekan diantara tonjolan tulang dengan permukaan eksternal dalam jangka waktu lama NPUAP (1989). Gangguan integritas kulit yang terjadi pada dekubitus merupakan akibat tekanan. Tetapi, ada faktor-faktor lain yang dapat menimbulkan resiko terjadinya dekubitus yang lebih lanjut pada pasien menurut Potter & Perry (2005) diantaranya gaya gesek, kelembaban, nutrisi buruk, persepsi sensori yang kurang, aktivitas serta mobilitas.

C. Defenisi Operasional

Dekubitus merupakan suatu kerusakan pada kulit akibat penekanan oleh

tonjolan tulang dan alas tempat tidur dalam jangka waktu yang lama (tirah baring), dimana suplai darah dan oksigen kurang kejaringan tersebut

sehingga terjadi nekrosis diperberat oleh keringat dan gaya gesek.

(46)

BAB 4

METODE PENELITIAN

A. Desain penelitian

Desain yang digunakan dalam penelitian ini adalah deskriprif yang bertujuan untuk mengetahui resiko dekubitus pada pasien yang dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

B. Populasi dan sampel penelitian

1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan subjek penelitian. Target populasi dalam penelitian ini adalah seluruh pasien yang dirawat di ruang rawat inap Rindu A1 dan Rindu A2 RSUP Haji Adam Malik sebanyak 60 orang dimana sebanyak 12 orang menolak untuk diobservasi. Data ini diperoleh dari Bulan Mei 2013.

2. Sampel

Teknik pengambilan sampel secara Total Sampling, dimana responden yang diambil semua populasi yang ada di Ruang Rindu A1 dan Ruang Rindu A2 sebanyak 48 responden yang memenuhi kriteria inklusi yaitu pasien yang menandatangani informed consent dan bersedia mau diobservasi.

C. Lokasi dan waktu penelitian

(47)

D. Pertimbangan etik

Karena peneliti menggunakan manusia sebagai subjek penelitian, maka sebagai manusia harus dilindungi privasinya dengan memperlihatkan prinsip- prinsip pertimbangan etik yaitu: responden mempunyai hak untuk memutuskan apakah dia bersedia untuk menjadi subjek penelitian atau tidak tanpa sanksi apapun, dalam hal ini peneliti juga harus memberikan penjelasan dan informasi secara lengkap dan terinci serta bertanggung jawab jika ada sesuatu yang terjadi kepada responden berkaitan dengan kegiatan penelitian maupun hasil penelitian yang dilakukan dan memperlakukan responden secara baik sebelum, selama dan sesudah penelitian serta tidak mendiskriminasi responden jika tidak bersedia atau menolak untuk melanjutkan menjadi subjek penelitian.

Responden juga berhak untuk meminta data yang diberikan harus dirahasiakan untuk itu perlu adanya anomyty (tanpa nama) dan confidentiality

(kerahasiaan).

E. Instrumen penelitian

Dalam pengumpulan data informasi dari responden, peneliti menggunakan instrumen penelitian yang terdiri dari data demografi dari responden yang meliputi usia, jenis kelamin, lama rawat inap serta diagnosa dan lembar observasi resiko dekubitus dengan menggunakan skala Braden.

(48)

F. Prosedur pengunpulan data

Pengumpulan data dilakukan di RSUP Haji Adam Malik prosedur pengumpulan

data sebagai berikut:

1. Mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada bagian penelitian pada

bagian pendidikan fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara.

2. Mengirimkan surat izin penelitian dari fakultas ke RSUP Haji Adam Malik.

Setelah persetujuan dari RSUP Haji Adam Malik, peneliti melakukan

pengumpulan data dengan menjelaskan prosedur dan manfaat penelitian.

3. Peneliti meminta kesediaan responden untuk mengikuti penelitian. Responden

yang bersedia mengikuti penelitian diminta untuk menandatangani lembar persetujuan menjadi responden.

4. Peneliti melakukan observasi kepada pasien.

5. Setelah semua data yang diinginkan terkumpul peneliti langsung melakukan

pengolahan dan analisa data.

G. Analisa data

1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan langkah sebagai berikut:

a. Editing, dilakukan untuk memeriksa ulang kelengkapan dan kejelasan data

dari hasil pengukuran yang diperoleh dari responden.

b. Coding, adalah merumuskan atau menetapkan kode pada variabel yang

dibutuhkan. Coding data dilakukan dengan mengunakan tehnologi

komputer

c. Cleaning data, data yang telah dimasukan diperiksa kembali, untuk

(49)

pengkodean maupun dalam membaca kode sehingga data siap untuk

dianalisis

d. Entry data, dalam kegiatan ini data akan dimasukkan sesuai dengan

nama-nama variabel yang telah dibuat. Paket program komputer digunakan untuk mempermudah dan membantu peng entry dari kesalahan-kesalahan

pengisian sekaligus untuk dianalisis.

2. Analisis Data

Dalam penelitian ini peneliti menggunakan metode statistik univariat

yaitu suatu prosedur untuk menganalisa data dari satu variabel yang bertujuan

untuk mendeskripsikan suatu hasil penelitian (Polit & Hunger, 1995).

Pengolahan statistik secara univariat digunakan untuk mengidentifikasi

(50)

BAB 5

HASIL DAN PEMBAHASAN A. Hasil

Bab ini akan menguraikan tentang hasil penelitian melalui pengumpulan data yang dilakukan pada tanggal 16 sampai 20 februari 2014. Penelitian ini melibatkan sejumlah 48 responden dari Ruang RA1 dan RA2.

1. Data Demografi

Berdasarkan hasil penelitian diperoleh data distribusi frekuensi karakteristik responden meliputi umur responden 41-60 tahun (dewasa akhir) yaitu sebanyak 25 orang (52,1%), jenis kelamin laki-laki sebanyak 28 orang (58,3%), lama rawat inap sekitar 7-10 hari sebanyak 15 orang (31,2%) dan rata-rata dengan diagnosa medis hepatology sebanyak 8 orang (16,7%).

Tabel. 1. Distribusi frekuensi dan persentase 48 responden menurut umur, jenis kelamin, lama rawat inap dan diagnosa penyakit di ruang RA1 dan RA2 RSUP HAM, pada bulan februari 2014.

Karakteristik responden Frekuensi Persentase (%)

Umur

(51)

Diagnosa

Sirosis Hepatis + TB Paru Efusi Pleura + TB Paru

2. Resiko dekubitus pada pasien rawat inap

(52)

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase jumlah responden yang mengalami resiko dekubitus dengan menggunakan lembar observasi skala Braden di ruang RA1 dan RA2 RSUP HAM, pada bulan februari 2014.

Kategori Frekuensi Persentase (%)

< 10 (Resiko sangat tinggi) 10 – 12 (Resiko tinggi)

(53)

responden, HIV+TB paru 1 responden,pansitopenia 1 responden, leukimia 1 responden, obstruksi jaundice 1 responden. Dengan berbagai diagnosa yang dialami responden paling banyak 6 responden dengan DM + Tb paru karena persepsi sensori pada pasien DM sudah berkurang ditambah asupan nutrisi yang kurang yang membuat badan responden lemah. Terdapat 13 responden dengan resiko sedang terjadi dekubitus. Sejalan dengan penelitian Pranaka (1999), bahwa sekitar 28% pasien dirumah sakit berpeluang untuk menderita luka dekubitus. Ini dikarenakan masalah gangguan immobilisasi yang lama sehingga menyebabkan kerusakan integritas kulit dikarenakan pada immobilisasi tidak dapat mengubah posisi tubuh atau ekstremitas disertai dengan terjadinya gesekan, tekanan, dan penurunan sirkulasi darah pada area yang tertekan, sehingga terjadi iskemia pada jaringan yang tertekan. Kondisi tersebut diperburuk lagi dengan adanya infeksi dan penyakit yang diderita oleh responden.

Mayoritas responden dengan lama hari rawat rata-rata diatas 7 hari sejalan dengan penelitian Cooney & Reuler (1991) dalam Suheri (2010) bahwa dekubitus terjadi pada minggu pertama sampai dengan minggu kedua selama dirawat. Dimana pasien dengan immobilisasi yang berlangsung lama berpotensi besar untuk mengalami luka dekubitus (Roah, 2000).

(54)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan hasil penelitian dan pembahasan hasil penelitian tentang resiko dekubitus di ruang rawat inap RA1 dan RA2 bahwa dari 48 responden, diperoleh data terdapat 13 responden (27,1%) berada pada kategori Resiko Tinggi, 13 responden (27,1%) berada pada kategori Resiko Sedang dan 13 responden (27,1%) berada pada kategori Tidak ada resiko/Normal dengan diagnosa penyakit yang bervariasi.

B.Saran

1. Praktek Keperawatan

Diharapkan bagi perawat dalam menjalankan praktek keperawatan dapat meningkatkan perannya dalam hal mencegah timbulnya luka dekubitus dan luka dekubitus baru. Dengan cara pencegahan timbulnya luka dekubitus baru pada pasien sesuai dengan standar asuhan keperawatan

2. Pelayanan di Rumah sakit

(55)
(56)

DAFTAR PUSTAKA

Alimul, Aziz, (2006). Pengantar kebutuhan dasar manusia. Jakarta: salemba medika:

,(2009). Luka dekubitus, diakses dari http://blog.ilmu keperawatan. com/ luka-decubitus-dan-penatalaksanaan-perawatan.html

Arikunto,Suharsimi, (2006). Prosedur Penelitian, Edisi Revisi VI,Jakarta; Rineka Cipta.

pada tanggal 5 juli 2009.

Brunner & Suddarth, (2001). Keperawatan Medikal Bedah, Volume I, Jakarta. EGC.

Elisabet J, (2000), Buku Saku Patofisiologi, Jakarta: EGC.

Hidayat Djunaedi,dkk (2009). Ulkus Dekubitus (cermin Dunia kedokteran No

64,) diakses dari

Hidayat,A, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia, Jilid II, Jakarta : Salemba Medika. Morison,Moya J. (2003). Manajemen Luka. Jakarta: EGC.

Nursalam, (2007). Konsep dan Penerapan Metodelogi Penelitian Ilmu Keperawatan, Jakarta : Salemba Medika.

Notoadmojo,S.Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: PT.Rineka Cipta. Potter, Patricia A, (2006). Fundamental Keperawatan, Jakarta ; EGC.

(57)

Sari Yunita, (2009) diakses dari

name=News&file=print&sid=126 pada tanggal 4 juli 2009. Suryadi, (2004). Perawatan Luka, cetakan I, CV Agung seto, Jakarta.

Widodo,Arif, (2007), Uji Kepekaan Instrumen Pengkajian Risiko Dalam Mendeteksi Dini Risiko Kejadian Dekubitus di RSIS, Surakarta.

Suheri (2010), Gambaran Lama hari Rawat Dalam Terjadinya Luka Dekubitus Pada Pasien Immobilisasi di RSUP HAM Medan, Repository USU. Rukmini,Dede (2012), Pemberian Minyak Klaper Saat Massage Terhadap

kejadian dekubitus Pada Pasien Tirah Baring Total Di Ruang Rawat Inap

(58)

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN

Saya yang bernama Samsinar / 1211211114 adalah mahasiswa fakultas keperawatan Universitas Sumatera Utara Medan. Saat ini saya sedang melakukan penelitian “Kejadian Dekubitus Pada Pasien yang Dirawat Di RSUP Haji Adam Malik Medan”. Penelitian ini merupakan salah satu kegiatan dalam penyelesaian tugas akhir di Fakultas Keperawatan universitas Sumatera Utara.

Untuk keperluan tersebut, saya mengharapkan kesediaan Bapak/Ibu untuk berpartisipasi dalam penelitian ini dimana penelitian ini tidak akan memberi dampak yang membahayakan. Jika Bapak/Ibu bersedia, saya memohon kesediaan Bapak/Ibu untuk menjadi responden. Jika bersedia, silahkan mendatangani lembaran persetujuan ini sebagai bukti kesukarelaan Bapak/Ibu. Semua informasi yang Bapak/Ibu berikan akan dirahasiakan dan hanya digunakan dalam penelitian ini.

Terimakasih atas partisipasi bapak/Ibu dalam penelitian ini.

Medan, Februari 2014

Peneliti Responden

(59)

No :

DATA DEMOGRAFI RESPONDEN

1. Umur : Tahun

2. Jenis kelamin : laki-laki

: Perempuan

3. Lama hari rawat :

(60)

SKALA BRADEN

Nama Pasien : Tanggal Penelitian :

Faktor Deskripsi Skor

1 2 3 4 Persepsi sensori

Kemampuan untuk meresppon secara tepat terhadap rasa tidak nyaman yang berhubungan dengan tekanan.

1. Keterbatasan penuh. 2. Sangat terbatas. 3. Keterbatasan ringan. 4. Tidak ada gangguan.

Kelembaban

1. Total ditempat tidur 2. Dapat duduk

3. Berjalan kadang-kadang 4. Mampu berjalan

Mobilitas

Kemampuan untuk merubah dan mengatur posisi badan.

1. Tidak mampu bergerak sama sekali.

2. Sangat terbatas. 3. Tidak ada masalah 4. Tanpa keterbatasan Pergesekan dan Pergeseran 1. Bermasalah

(61)

No Nama Umur JK Lama

Rawat Diagnosa

Hasil Observasi

Ʃ

Kategori

Sensori Kelembaban Aktivitas Mobilitas Nutrisi Gesekan

(62)

27 Tn.H 41 L 1 hari PPOK + CHF 3 3 2 2 2 2 14 Resiko sedang

28 Ny.PG 84 P 10 hari Batu Ginjal 2 3 1 2 2 3 13 Resiko sedang

29 Ny.SA 53 P 7 hari Anemia 3 4 3 3 3 3 19 Normal

30 Ny.D 68 P 3 hari TB Paru 3 3 4 3 3 3 19 Normal

31 Ny.S 58 P 14 hari Sirosis hepatis 4 2 2 2 2 2 14 Resiko sedang

32 Ny.N 57 P 15 hari DM 2 2 2 2 2 2 12 Resiko tinggi

33 Ny.T 55 P 14 hari DM + TB Paru 2 2 1 2 2 2 11 Resiko tinggi

34 Ny.M 67 P 12 hari Ulkus gaster 4 2 2 2 2 2 14 Resiko sedang

35 Ny.ST 68 P 8 hari DM 2 2 2 2 2 2 12 Resiko tinggi

36 Ny.NR 73 P 4 hari Hepatitis 4 2 2 2 2 2 14 Resiko sedang

37 Ny.B 58 P 3 hari Pansitopenia 2 2 1 2 2 2 11 Resiko tinggi

38 Ny.SH 33 P 3 hari HIV 3 3 2 2 2 2 14 Resiko sedang

39 Ny.SL 44 P 4 hari PSMBA + Anemia 3 3 4 3 3 3 19 Normal

40 Ny.E 49 P 14 hari DM 2 2 2 2 2 2 12 Resiko tinggi

41 Ny.R 41 P 14 hari HIV + TB Paru 3 3 2 2 2 3 15 Resiko rendah

42 Tn.M 79 L 1 hari Diare 3 2 2 2 2 3 14 Resiko sedang

43 Nn.SK 18 P 3 hari Anemia 4 4 4 4 4 3 23 Normal

44 Ny.W 51 P 4 hari Hipertensi 3 2 2 2 2 2 13 Resiko sedang

45 Ny.J 50 P 5 hari Efusi Pleura 3 3 2 2 3 2 15 Resiko rendah

46 Ny.RP 55 P 17 hari Obstruksi jaundice 2 2 1 2 2 2 11 Resiko tinggi

47 Ny.SU 50 P 3 hari Leukemia 2 2 2 2 2 1 11 Resiko tinggi

48

Ny.RS 47 P 3 hari Kista Ovarium 2 2 1 2 1 1 9

(63)

Frekuensi Statistik

Statistics

Umur

Jenis

kelamin

Lama

Rawat Diagnosa

Persepsi

sensori Kelembaban Aktivitas Mobilitas Nutrisi Gesekan Kategori

N Valid 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48 48

Missing 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0 0

Mean 3.06 1.42 2.31 8.44 3.02 2.67 2.29 2.42 2.27 2.27 3.33

Median 3.00 1.00 3.00 6.00 3.00 3.00 2.00 2.00 2.00 2.00 3.00

Mode 3 1 3 3 3 2 2 2 2 2 2a

Std. Deviation .783 .498 .879 6.703 .812 .808 1.051 .679 .818 .676 1.260

Variance .613 .248 .773 44.932 .659 .652 1.105 .461 .670 .457 1.589

Skewness -.667 .349 -.670 .592 -.288 .187 .524 1.379 .667 -.388 .062

Std. Error of Skewness .343 .343 .343 .343 .343 .343 .343 .343 .343 .343 .343

Kurtosis .396 -1.962 -1.383 -1.110 -.781 -.652 -.879 .618 .196 -.754 -1.264

Std. Error of Kurtosis .674 .674 .674 .674 .674 .674 .674 .674 .674 .674 .674

Range 3 1 2 21 3 3 3 2 3 2 4

Minimum 1 1 1 1 1 1 1 2 1 1 1

(64)

Umur

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 17 - 21 tahun 2 4.2 4.2 4.2

21 - 40 tahun 7 14.6 14.6 18.8

41 - 60 tahun 25 52.1 52.1 70.8

> 60 tahun 14 29.2 29.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

Jenis kelamin

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid Laki - Laki 28 58.3 58.3 58.3

Perempuan 20 41.7 41.7 100.0

(65)

Lama Rawat

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 - 3 hari 13 27.1 27.1 27.1

4 - 6 hari 7 14.6 14.6 41.7

> 7 hari 28 58.3 58.3 100.0

Total 48 100.0 100.0

Diagnosa

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid HIV + TB Parui 5 10.4 10.4 10.4

HIV 5 10.4 10.4 20.8

Sirosis

hepatis,hepatitis,hepatoma 8 16.7 16.7 37.5

DM 4 8.3 8.3 45.8

Malaria 1 2.1 2.1 47.9

(66)

Hipertensi 1 2.1 2.1 54.2

PPOK 1 2.1 2.1 56.2

PSMBA 2 4.2 4.2 60.4

Anemia 2 4.2 4.2 64.6

Ulkus Gaster,Diare 2 4.2 4.2 68.8

Leukemia 1 2.1 2.1 70.8

Obstruksi Jaundice 1 2.1 2.1 72.9

Efusi pleura 1 2.1 2.1 75.0

Pansitopenia 1 2.1 2.1 77.1

Kista Ovarium,Kista Liver 2 4.2 4.2 81.2

Batu Ginjal 1 2.1 2.1 83.3

DM + TB Paru 3 6.2 6.2 89.6

Sirosis hepatis + TB Paru 2 4.2 4.2 93.8

Efusi Pleura + TB Paru 1 2.1 2.1 95.8

PPOK + CHF 1 2.1 2.1 97.9

PSMBA + Anemia 1 2.1 2.1 100.0

(67)

Persepsi sensori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 1 2.1 2.1 2.1

2 12 25.0 25.0 27.1

3 20 41.7 41.7 68.8

4 15 31.2 31.2 100.0

Total 48 100.0 100.0

Kelembaban

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 2 4.2 4.2 4.2

2 20 41.7 41.7 45.8

3 18 37.5 37.5 83.3

4 8 16.7 16.7 100.0

(68)

Aktivitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 11 22.9 22.9 22.9

2 22 45.8 45.8 68.8

3 5 10.4 10.4 79.2

4 10 20.8 20.8 100.0

Total 48 100.0 100.0

Mobilitas

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 2 33 68.8 68.8 68.8

3 10 20.8 20.8 89.6

4 5 10.4 10.4 100.0

(69)

Nutrisi

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 12.5 12.5 12.5

2 28 58.3 58.3 70.8

3 9 18.8 18.8 89.6

4 5 10.4 10.4 100.0

Total 48 100.0 100.0

Gesekan

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid 1 6 12.5 12.5 12.5

2 23 47.9 47.9 60.4

3 19 39.6 39.6 100.0

(70)

Kategori

Frequency Percent Valid Percent

Cumulative Percent

Valid < 10 (Resiko sangat Tinggi) 2 4.2 4.2 4.2

10 - 12 (Resiko Tinggi) 13 27.1 27.1 31.2

13 - 14 (Resiko Sedang) 13 27.1 27.1 58.3

15 - 18 (Resiko Rendah) 7 14.6 14.6 72.9

19 - 23 (Tidak ada resiko) 13 27.1 27.1 100.0

(71)
(72)
(73)

LEMBAR KONSUL

Nama : Samsinar

Nim : 121121114

Judul :Resiko Dekubitus Pada Pasien yang Dirawat di RSUP Haji Adam Malik Medan.

No Tanggal Bab Hasil Konsul Paraf

1 03 April 2013 Judul Revisi Judul

2 11 April 2013 Judul Revisi Judul

3 25 April 2013 Judul Judul Acc

4 15 Mei 2013 I dan II − Perbaikan Tulisan

− Penambahan Isi BAB II

5 31 Mei 2013 I, II, III, IV − Perbaikan Tulisan

− Perbaikan Kerangka

Konsep

− Perbaikan Definisi

Operasional 6 15 Juni 2013 I, II, III, IV − Perbaikan Tulisan

− Perbaikan Definisi

Operasional

(74)

7 20 Juni 2013 Proposal Skripsi

ACC Proposal Skripsi

No Tanggal Bab Hasil Konsul Paraf

8 03 Juli 2013 I,II,III,IV − Perbaikan proposal

− Teori Inklusi dan eklusi

− Kerangka konsep

9 10 September 2013 III dan IV − Defenisi operasional

− Kuesioner

10 6 November 2013 Kuesioner Uji Validitas 11 10 Februari 2014 V dan VI

12 13 Februari 2014 Instrument penelitian

Observasi Skala Braden

13 16-20 Februari 2014 Penelitian

14 21 Februari 2014 V Perbaikan bab V

15 28 Februari 2014 V dan VI Perbaikan pembahasan

16 4 Maret 2014 V dan VI ACC

(75)

CURICULUM VITAE

DATA PRIBADI

Nama : Samsinar

Tempat,tanggal lahir : Tarakan, 06 Juli 1982 Jenis kelamin : Perempuan

Agama : Islam

Alamat : Jl. Sebengkok tiram Rt.11 No.11 Kewarganegaraan : Indonesia

LATAR BELAKANG PENDIDIKAN Pendidikan Formal

1988-1994 : SDN 004 Tarakan 1994-1997 : SMP N 4 Tarakan 1997-2000 : SMA Hang tuah Tarakan 2002-2005 : Poltekkes Samarinda

Gambar

Tabel 2. Distribusi frekuensi dan persentase jumlah responden yang

Referensi

Dokumen terkait

7 The aim of this study was to determine the association of histopathological degrees of gastritis (degree of lymphocyte infiltration, neutrophil activity, atrophy, and

INTRODUCTION Stroke is the main cause of mortality and morbidity in Indonesia.[1] Stroke is a syndrome caused by cerebral blood circulation disorders with acute onset, accompanied by

The essay does not use clear or relevant evidence or reasoning to support the claim or to demonstrate an understanding of the topic or texts or uses very little evidence from the

Adam Malik General Hospital, Medan, during the 2017-2020 period ORIGINALITY REPORT PRIMARY SOURCES jurnalmka.fk.unand.ac.id Internet Source Submitted to Universitas Airlangga

30 ORIGINAL RESEARCH Abnormal Uterine Bleeding AUB at Haji Adam Malik General Hospital, Medan, North Sumatera, Indonesia Putri Ardina Sari Nainggolan1, Muhammad Rusda2 *, Dwi

https://doi.org/10.3889/oamjms.2021.5764 eISSN: 1857-9655 Category: B - Clinical Sciences Section: Cardiology The Outcomes of Transcatheter Closure in Patients with Patent Ductus

--- *Corresponding author at: Department of Pulmonology and Respiratory Medicine, Faculty of Medicine, Universitas Sumatera Utara, Haji Adam Malik Hospital, Sumatera Utara, Indonesia

*Corresponding author at:[address of author’s affiliation, city and country] Email address: [author’s email address] Copyright © 2021 Published by Talenta Publisher, ISSN: 2622-9234