commit to user
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT
JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
SKRIPSI Oleh:
RENGGA FRREDYANTORO X.4608549
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user
HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT
JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011
Oleh:
RENGGA FRREDYANTORO X.4608549
Skripsi
Ditulis dan diajukan untuk memenuhi syarat mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan Program Studi Pendidikan Jasmani Kesehatan dan Rekreasi
Jurusan Pendidikan Olahraga dan Kesehatan
FAKULTAS KEGURUAN DAN ILMU PENDIDIKAN UNIVERSITAS SEBELAS MARET
commit to user PERSETUJUAN
Skripsi ini telah disetujui untuk dipertahankan di hadapan Tim Penguji
Skripsi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret
Surakarta.
Surakarta, Nopember 2010
Pembimbing I Pembimbing II
commit to user PENGESAHAN
Skripsi ini telah dipertahankan di hadapan Tim Penguji Skripsi Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta dan diterima
untuk memenuhi sebagian persyaratan mendapatkan gelar Sarjana Pendidikan.
Pada hari : Jum’at
Tanggal : 19 Nopember 2010
Tim Penguji Skripsi :
Nama Terang Tanda Tangan
Ketua : Drs. H. Sunardi, M. Kes.
Sekretaris : Waluyo, S. Pd., M.Or.
Anggota I : Drs. Agus Mukholid, M.Pd.
Anggota II : H. Rony Saifullah, S.Pd., M.Pd.
Disahkan oleh:
Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan
Universitas Sebelas Maret
Dekan,
commit to user ABSTRAK
Rengga Frredyantoro. HUBUNGAN ANTARA KEKUATAN OTOT TUNGKAI, PANJANG TUNGKAI DAN BERAT BADAN DENGAN PRESTASI LOMPAT JAUH GAYA JONGKOK PADA SISWA PUTRA KELAS V SD NEGERI SANGGANG 01 KECAMATAN BULU KABUPATEN SUKOHARJO TAHUN PELAJARAN 2010/2011. Skripsi.
Surakarta: Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas Sebelas Maret Surakarta, Nopember 2010.
Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui: (1) Hubungan antara
kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra
kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten
Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (2) Hubungan antara panjang tungkai
dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah
Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2010/2011. (3) Hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya
jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan
Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (4) Hubungan antara
kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat
jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
Penelitian ini menggunakan metode deskriptif dengan studi korelasional.
Populasi dan sampel penelitian ini adalah siswa putra kelas V Sekolah Dasar
Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran
2010/2011 berjumlah 21 orang. Teknik pengumpulan data yang digunakan dengan
tes dan pengukuran. Untuk mengukur kekuatan otot tungkai dengan leg
dynamometer test, tes dan pengukuran panjang tungkai, penimbangan berat badan
dan tes kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Teknik analisis data yang
digunakan adalah korelasi product moment dan analisis regresi tiga prediktor
dengan taraf signifikansi 5%.
Berdasarkan hasil penelitian diperoleh simpulan sebagai berikut: (1) Ada
commit to user
juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai rhitung =
0.5576 > rtabel 5% = 0.433). (2) Ada hubungan yang signifikan antara panjang
tungkai dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa putra kelas V
Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2010/2011. (Nilai rhitung = 0.5888 > rtabel 5% = 0.433). (3) Ada hubungan
yang signifikan antara berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011. (Nilai rhitung = 0.5699 > rtabel 5% =
0.433). (4) Ada hubungan yang signifikan antara kekuatan otot tungkai, panjang
tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat juah gaya jongkok pada siswa
putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten
commit to user MOTTO
Rengga
Rengga Frredyantoro
Bekerja untuk berbagi adalah titik awal untuk membangun orientasi memberi,
salah satu kualitas pribadi yang sangat berpengaruh terhadap diri anak-anak kita
(Hadila Edisi 36 Juni, 2010: 33 )
Sebaik-baik manusia diantaramu adalah yang paling banyak memanfaatnya
bagi orang lain
(Hadila Edisi 37 Juli, 2010: 07 )
commit to user PERSEMBAHAN
Kusunting skripsi ini untuk:
Istri dan Anakku tercinta yang telah memberi semangat untuk menjadi pemimpin dan suritauladan bagi keluarga dan masyarakat
Teman-teman ku Angkatan Penjaskesrek KG’08 FKIP JPOK UNS Surakarta yang selalu memberi motivasi dan semangat untuk
menyelesaikan kuliah
commit to user
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot……..
e. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok………
3. Panjang Tungkai………..
a. Pengertian Panjang Tungkai………
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai……
c. Peranan Panjang Tungkai dalam Lompat Jauh Gaya Jongkok………..
4. Berat Badan………..
a.Pengertian Berat Badan……….
b.Tipe Tubuh………
commit to user
BAB V SIMPULAN, IMPLIKASI DAN SARAN ...………. ………
A. Simpulan...………
B. Implikasi ...………
C. Saran ...………..
DAFTAR PUSTAKA ...………
LAMPIRAN...………
49
49
49
50
51
commit to user KATA PENGANTAR
Dengan mengucapkan puji syukur ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa yang
telah melimpahkan rahmat dan hidayah Nya, sehingga dapat diselesaikan
penulisan skripsi ini.
Disadari bahwa penulisan skripsi ini banyak mengalami hambatan, tetapi
berkat bantuan dari beberapa pihak maka hambatan tersebut dapat diatasi. Oleh
karena itu dalam kesempatan ini disampaikan ucapan terima kasih kepada yang
terhormat:
1. Prof. Dr. H. M. Furqon Hidayatullah, M.Pd., Dekan Fakultas Keguruan
dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas Maret Surakarta.
2. Drs. H. Agus Margono, M.Kes., Ketua Jurusan Pendidikan Olahraga dan
Kesehatan Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta.
3. Drs. H. Sunardi, M.Kes., Ketua Program Pendidikan Jasmani Kesehatan
dan Rekreasi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan Universitas Sebelas
Maret Surakarta
4. Drs. Agus Mukholid, M.Pd., sebagai pembimbing I yang telah
memberikan bimbingan dan pengarahan dalam penyusunan skripsi.
5. H. Rony Syaifullah, S.Pd., M.Pd., sebagai pembimbing II yang telah
memberikan motivasi dan arahan dalam penyusunan skripsi.
6. Bapak dan Ibu Dosen FKIP JPOK Surakarta yang secara tulus
memberikan ilmu dan masukan-masukan kepada penulis.
7. Kepala SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
yang telah memberikan iji untuk mengadakan penelitian di sekolah yang
dipimpin.
8. Siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten
Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011 yang telah bersedia menjadi sampel
penelitian.
commit to user
Peneliti menyadari bahwa skripsi ini jauh dari sempurna. Oleh karena itu,
saran dan kritik yang membangun penulis harapkan. Akhirnya penulis berharap
semogra skripsi yang sederhana ini dapat bermanfaat dan menambah wawasan
bagi para pembaca.
Surakarta, Nopember 2010
commit to user DAFTAR TABEL
Halaman
Tabel 1. Deskripsi Data Kekuatan Otot Tungkai, Panjang Tungkai,
Berat Badan dan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok pada
Siswa Putra Kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan
Bulu Kabupaten Sukoharjo Tahun Pelajaran 2010/2011…….. Tabel 2. Ringkasan Hasil Uji Reliabilitas……….. Tabel 3. Range Kategori Reliabilitas……….. Tabel 4. Rangkuman Hasil Uji Normalitas Data……… Tabel 5. Rangkuman Analisis Varians untuk Uji Linieritas Hubungan
antara Prediktor dengan Kriterium……… Tabel 6. Ringkasan Hasil Analisis Regresi……… Tabel 7. Sumbangan Relatif Masing-Masing Variabel Bebas terhadap
Variabel Terikat……….
Tabel 8. Sumbangan Efektif Masing-Masing Variabel Bebas terhadap
commit to user DAFTAR GAMBAR
Halaman
Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh……….. Gambar 2. Tolakan dalam Lompat Jauh……… Gambar 3. Sikap Melayang di Udara Gaya Jongkok……….. Gambar 4. Teknik Pendaratan Lompat Jauh……… Gambar 5. Otot-Otot Tungkai……….
Gambar 6. Tipe-Tipe Tubuh Utama……… Gambar 7. Tes dan Pengukuran Kekuatan Otot Tungkai………... Gambar 8. Tes dan Pengukuran Panjang Tungkai………. Gambar 9. Tes dan Pengukuran Berat Badan……….. Gambar 10. Tes dan Pengukuran Lompat Jauh Gaya Jongkok…………
commit to user DAFTAR LAMPIRAN
Halaman
Lampiran 1. Rekapitulasi Data X1, X2, X3 dan Y……….
Lampiran 2. Uji Reliabilitas Data X1 (Kekuatan Otot Tungkai)………… Lampiran 3. Uji Reliabilitas Data Y (Lompat Jauh Gaya Jongkok)……… Lampiran 4. Uji Normalitas Data X1 (Kekuatan Otot Tungkai)…………. Lampiran 5. Uji Normalitas Data X2 (Panjang Tungkai)……… Lampiran 6. Uji Normalitas Data X3 (Berat Badan)……….. Lampiran 7. Uji Normalitas Data Y (Lompat Jauh Gaya Jongkok)………
Lampiran 8.Uji Linieritas Data X1Y………..
Lampiran 9.Uji Linieritas Data X2Y……….. Lampiran 10.Uji Lineiritas Data X3Y……….. Lampiran 11. Uji Korelasi X1, X2, X3 dan Y……….. Lampiran 12. Menghitung Koefisien Korelasi Masing-Masing Prediktor…
Lampiran 13. Analisis Regresi Tiga Prediktor dengan Metode Skor
Deviasi……… Lampiran 14. Petunjuk Tes dan Pengukuran Variabel Penelitian………… Lampiran 15. Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian………. Lampiran 16. Ijin Penelitian dari Universitas Tunas Pembangunan
Surakarta……….
Lampiran 17. Surat Keterangan Penelitian dari SD Negeri Sanggang 01
commit to user BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Atletik merupakan cabang olahraga yang mempunyai peran penting untuk
menunjang perkembangan gerak anak. Melalui pembelajaran atletik dapat
merangsang perkembangan gerak anak ke arah yang lebih baik untuk menguasai
gerakan-gerakan dalam cabang olahraga atletik. Hal ini sesuai pendapat Aip Syarifuddin (1992: 18) bahwa, “Pembentukan gerak dasar khususnya pembentukan gerak dasar atletik adalah suatu dorongan dalam usaha mengalihkan
bentuk-bentuk gerakan yang telah dimiliki anak sebelum memasuki sekolah
menjadi bentuk-bentuk gerakan dasar yang mengarah pada gerakan dasar atletik”.
Kemampuan gerak anak dapat ditingkatkan melalui pembelajaran atletik.
Oleh karena itu, cabang olahraga atletik merupakan salah satu cabang olahraga
yang wajib diajarkan di sekolah-sekolah. Yoyo Bahagia, Ucup Yusuf dan Adang
Suherman (1999/2000: 1) menyatakan:
Atletik merupakan salah satu mata pelajaran Pendidikan Jamani (Penjas) yang wajib diberikan kepada siswa dari Sekolah Dasar (SD), Sekolah Lanjutan Tingkat Pertama (SLTP), Sekolah Lanjutan Tingkat Atas (SLTA). Bahkan di beberapa Perguruan Tinggi, atletik sebagai salah satu Mata Kuliah Dasar Umum (MKDU). Sedangkan bagi Mahasiswa Pendidikan Olahraga dan Kesehatan merupakan mata kuliah yang harus diambil.
Cabang olahraga atletik di dalamnya pada dasarnya terdiri empat nomor
utama yaitu: jalan, lari, lompat dan lempar. Dari tiap-tiap nomor tersebut di
dalamnya terdapat beberapa nomor yang diperlombakan. Untuk nomor lari terdiri:
lari jarak pendek, jarak menengah, jarak jauh atau marathon, lari sambung, dan
lari cross country. Nomor lompat meliputi: lompat jauh, lompat tinggi, lompat
jangkit, lompat tinggi galah. Nomor lempar meliputi lempar cakram, lempar
lembing, tolak peluru dan lontar martil.
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga
commit to user
(sit down in the air), gaya berjalan di udara (walking in the air) dan gaya
menggantung (schnepper). Lompat jauh gaya jongkok merupakan salah satu gaya
dalam lompat jauh yang diajarkan dalam pendidikan jasmani sebelum
mempelajari gaya lainnya, karena lompat jauh gaya jongkok lebih sederhana dan
mudah dibandingkan dengan gaya lainnya. Dikatakan gaya jongkok karena pada
saat melayang di udara membentuk sikap jongkok atau seperti orang duduk. Dari
ketiga gaya inilah yang membedakan gaya dalam lompat jauh.
Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok secara maksimal tidak
terlepas dari dukungan kemampuan kondisi fisik yang baik. M. Sajoto (1995: 8) menyatakan, “Kondisi fisik adalah satu prasyarat yang sangat diperlukan dalam usaha peningkatan prestasi seorang atlet, bahkan dapat dikatakan sebagai
keperluan dasar yang tidak dapat ditunda atau di tawar-tawar lagi”. Sedangkan Sudjarwo (1993: 41) menyatakan, “Penguasaan teknik yang baik hanya dapat dilakukan apabila memperoleh dukungan dari kemampuan kondisi fisik yang baik”.
Komponen kondisi fisik yang prima sangat dibutuhkan kegiatan olahraga
termasuk dalam lompat jauh. Dengan kemampuan fisik yang baik akan
mendukung penguasaan teknik lompat jauh gaya jongkok serta pencapaian
prestasi yang maksimal. Keterlibatan komponen kondisi fisik dalam gerakan
lompat jauh gaya jongkok harus dikerahkan berdasarkan pola gerakan lompat jauh
pada teknik yang tepat agar dapat mencapai prestasi yang maksimal.
Mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya dan dinyatakan sah
berdasarkan peraturan perlombaan merupakan tujuan dari lompat jauh. Untuk
mencapai lompatan yang sejauh-jauhnya banyak faktor yang mempengaruhinya.
Pada saat menolak untuk melayang setinggi-tingginya harus dilakukan dengan
kekuatan maksimal. Gerakan menumpu untuk menolak merupakan akselerasi dari
awalan lari cepat, untuk selanjutnya menolak pada balok tumpuan sekuat
mungkin. Untuk melakukan tolakan yang kuat, maka otot-otot tungkai harus
dikerahkan secara maksimal. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai sangat
commit to user
Selain kemampuan fisik yang baik, faktor atlet (siswa) sangat berpengaruh
terhadap pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Yusuf Adisasmita dan Aip Syarifuddin (1996: 70) menyatakan, “… untuk tercapainya suatu puncak prestasi dalam bidang olahraga, sumbangan yang terbesar bersumber dari atlet,
meskipun ada faktor-faktor lain yang menjadi pendukung mempunyai peran yang
penting juga. Diperkirakan sumbangan yang bersumber dari atlet adalah 60-70%
dan faktor penunjang lainnya 30-40%”.
Faktor atlet (siswa) memiliki prosentase yang lebih besar dibandingkan
dengan faktor lainnya. Faktor dari atlet (siswa) tersebut sangat kompleks seperti:
proporsi tubuh yang ideal, motivasi, semangat latihan, kesungguhan latihan dan
lain sebagainya. Proporsi tubuh yang ideal sangat penting dalam usaha mencapai
prestasi yang tinggi, karena setiap cabang olahraga menuntut proporsi tubuh yang
ideal sesuai tuntutan cabang olahraga yang dipelajari. Pada umumnya seorang
atlet lompat harus memiliki proporsi tubuh yang tinggi, atletis dan disertai
otot-otot yang kuat. Proporsi tubuh yang tinggi sudah barang tentu diserta
segmen-segmen tubuh yang panjang seperti lengan dan tungkainya. Tungkai yang panjang
sangat mendukung dalam lompat jauh gaya jongkok. Karena tungkai yang
panjang memiliki jangkauan atau langkah yang lebih panjang dibandingkan
dengan tungkai yang pendek. Oleh karena itu, seorang pelompat yang memiliki
tungkai panjang harus mampu dimanfaatkan pada teknik yang tepat dalam lompat
jauh gaya jongkok. Tungkai yang panjang harus dimanfaatkan pada saat posisi
akan mendarat. Pada saat akan mendarat tersebut, tungkai harus dijulurkan lurus
ke depan agar dapat mendarat sejauh mungkin.
Untuk mencapai jarak lompatan yang sejauh-jauhnya tidaklah mudah,
tetapi harus menguasai teknik lompat jauh gaya jongkok yang benar dan memiliki
proporsi tubuh yang ideal. Proporsi tubuh yang ideal berkaitan dengan berat
commit to user
meliputi tinggi badan, berat badan, tinggi duduk, panjang anggota badan bagian
atas dan bawah, tipe tubuh dan lain-lain”.
Berat badan merupakan salah satu aspek biometrik yang dapat mendukung
pencapaian prestasi olahraga. Namun demikian berat badan yang dimiliki atlet
harus sesuai dengan cabang olahraga yang dipelajarinya. Karena setiap cabang
menuntut berat badan yang berbeda-beda. Misalnya, untuk tolak peluru
membutuhkan badan yang berat, sedangkan senam, lompat tinggi membutuhkan
berat badan yang ringan. Demikian halnya untuk mencapai prestasi lompat jauh
gaya jongkok dibutuhkan berat badan yang ideal (ringan). Dengan berat badan
yang ringan maka akan membantu gerakan melayang di udara lebih ringan,
sehingga akan mendukung pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok lebih
maksimal.
Berdasarkan analisa lompat jauh gaya jongkok yang dikemukakan di atas
menggambarkan bahwa, kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan
merupakan komponen-komponen yang mendukung dalam lompat jauh gaya
jongkok. Untuk mencapai prestasi lompat jauh gaya jongkok, maka kekuatan otot
tungkai harus dikerahkan pada teknik yang benar, panjang tungkai dimanfaatkan
pada teknik yang tepat serta memiliki berat badan yang ideal. Diduga kekuatan
otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan memiliki hubungan dengan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok, namun hal ini belum dibuktikan
kebenarannya. Karena selain ketiga komponen tersebut masih ada faktor lain yang
dapat mendukung pencapaian prestasi lompat jauh seperti: power, keseimbangan,
kelentukan, penguasaan teknik, mental dan lain sebagainya. Apakah benar siswa
yang memiliki kekuatan otot tungkai baik, panjang tungkai dan berat badan yang
ideal, memiliki kemampuan lompat jauhnya juga baik. Untuk mengetahui hal
tersebut, maka perlu dilakukan penelitian dengan melakukan tes dan pengukuran
kekutan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat
jauh gaya jongkok.
Untuk mengetahui dan menjawab permasalahan di atas, penelitian ini
dilakukan pada siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu
commit to user
Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011
belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kemampuan kondisi fisik khususnya
kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan. Belum diketahuinya
kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan tersebut menarik untuk
diteliti, apakah kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan memiliki
hubungan dengan kemampuan lompat jauh gaya jongkok. Karena kemampuan
lompat jauh gaya jongkok tidak hanya dipengaruhi oleh ketiga faktor tersebut,
tetapi masih ada faktor lainnya, seperti power, kelincahan, kelentukan,
keseimbangan, penguasaan teknik melompat, mental dan lain sebagainya.
Untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot tungkai,
panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok, maka perlu diadakan penelitian “Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai, Panjang Tungkai dan Berat Badan dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok pada Siswa
Putra Kelas V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
Tahun Pelajaran 2010/2011”.
B. Identifikasi Masalah
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah dikemukakan di atas,
masalah dalam penelitian ini dapat diidentifikasi sebagai berikut:
1. Kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan siswa putra kelas V
SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2010/2011 belum diketahui.
2. Belum pernah dilakukan tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai, panjang
tungkat dan berat badan siswa putra kelas V SD Negeri Sanggang 01
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
3. Belum diketahui ada tidaknya hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang
tungkai dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok.
4. Perlu dilakukan tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai, panjang tungkai
dan berat badan untuk mengetahui ada tidaknya hubungannya dengan prestasi
commit to user
5. Tes dan pengukuran kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan
dengan prestasi lompat jauh gaya jongkoko dilakukan pada siswa putra kelas
V SD Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2010/2011.
C. Pembatasan Masalah
Banyaknya masalah yang muncul dalam penelitian perlu dibatasi agar
tidak menyimpang dari tujuan penelitian. Pembatasan masalah dalam penelitian
ini sebagai berikut:
1. Hubungan antara hubungan kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh
gaya jongkok.
2. Hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok.
3. Hubungan antara hubungan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya
jongkok.
4. Hubungan antara hubungan kekuatan otot tungkai, panjang yungkai dan berat
badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok.
D. Perumusan Masalah
Berdasarkan identifikasi masalah dan pembatasan masalah, masalah dalam
penelitian ini dapat dirumuskan sebagai berikut:
1. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh
gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011?
2. Adakah hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya
jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011?
3. Adakah hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya
jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01
commit to user
4. Adakah hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat
badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V
Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo
tahun pelajaran 2010/2011?
E. Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dirumuskan di atas, penelitian ini
mempunyai tujuan untuk mengetahui:
1. Hubungan antara kekuatan otot tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya
jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01
Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
2. Hubungan antara panjang tungkai dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok
pada siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
3. Hubungan antara berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada
siswa putra kelas V Sekolah Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu
Kabupaten Sukoharjo tahun pelajaran 2010/2011.
4. Hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan
dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok pada siswa putra kelas V Sekolah
Dasar Negeri Sanggang 01 Kecamatan Bulu Kabupaten Sukoharjo tahun
pelajaran 2010/2011.
F. Manfaat Penelitian
Masalah dalam penelitian ini sangat penting untuk diteliti dengan harapan
memberi manfaat antara lain:
1. Diketahui kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan siswa yang
dijadikan sampel penelitian, sehingga dapat mendukung kemampuan lompat
commit to user
2. Dapat dijadikan masukan untuk memberikan bentuk-bentuk latihan yang tepat
untuk meningkatkan kekuatan otot tungkai serta memberikan pengarahan
untuk memanfaatkan proporsi tubuhnya secara tepat dalam gerakan lompat
jauh gaya jongkok.
3. Bagi penelitian dapat menambah pengetahuan tentang karya ilmiah untuk
commit to user
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga
atletik. Pada dasarnya lompat jauh merupakan suatu gerakan yang diawali dengan
lari cepat, menumpu untuk menolak, melayang di udara dan mendarat. Dari
tahapan-tahapan lompat jauh tersebut harus dirangkaikan secara baik dan
harmonis dalam satu rangkaian gerakan yang utuh dan tidak diputus-putus
pelaksanannya. Berkaitan dengan lompat jauh Aip Syarifuddin (1992: 90) menyatakan, “Lompat jauh adalah suatu bentuk gerakan melompat mengangkat kaki ke atas ke depan dalam upaya membawa titik berat badan selama mungkin di
udara (melayang di udara) yang dilakukan dengan cepat dan dengan melalui
tolakan pada satu kaki untuk mencapai jarak yang sejauh-jauhnya”. Menurut
Yudha M. Saputra (2001: 47) bahwa, “Lompat jauh adalah keterampilan gerak
berpindah dari satu tempat ke tempat lainnya dengan satu kali tolakan ke depan sejauh mungkin”. Menurut Adang Suherman dkk., (2001: 117) menyatakan, “Lompat jauh adalah hasil dari kecepatan horisontal yang dibuat sewaktu awalan dengan daya vertikal yang dihasilkan dari kekuatan kaki menolak. Hasil dari kedua gaya menentukan parabola titik gravitasi”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut menunjukkan bahwa, lompat jauh
merupakan gerakan melompat yang diawali dengan lari cepat, menumpu untuk
menolak, melayang di udara dan mendarat sejauh-jauhnya. Untuk mencapai jarak
lompatan yang sejauh-jauhnya, maka dibutuhkan suatu gaya. Adapun gaya dalam
lompat jauh dibedakan menjadi tiga yaitu: gaya jongkok (sit down in the air),
commit to user
Dalam perlombaan lompat jauh tidak ada aturan khusus seorang pelompat
harus menggunakan salah satu gaya. Namun dalam pembelajaran di sekolah gaya
yang paling awal diajarkan bagi siswa sekolah yaitu gaya jongkok. Lompat jauh
gaya jongkok disebut juga gaya duduk di udara (sit down in the air). Yudha M. Saputra (2001: 48) menyatakan, “Mengapa disebut gaya jongkok, karena gerak sikap badan sewaktu berada di udara menyerupai sikap seseorang yang sedang berjongkok”. Gerakan jongkok atau duduk ini terlihat saat membungkukkan badan dan kedua lutut ditekuk, kedua tangan ke depan saat melayang di udara.
Pada saat mendarat kedua kaki dijulurkan ke depan, mendarat dengan bagian
tumit lebih dahulu dan kedua tangan ke depan. Untuk menghindari kesalahan saat
mendarat, maka diikuti dengan menjatuhkan badan ke depan.
Lompat jauh gaya jongkok merupakan gaya yang paling mudah dilakukan
terutama bagi anak-anak sekolah. Lompat jauh gaya jongkok dianggap mudah
karena tidak banyak gerakan yang harus dilakukan pada saat melayang di udara,
jika dibandingkan dengan gaya lainnya. Namun demikian, prestasi yang tinggi
dalam lompat jauh dapat dicapai jika didukung beberapa faktor. Tamsir Riyadi (1985: 95) menyatakan, “Unsur-unsur yang berpengaruh terhadap kemampuan seseorang dalam melakukan lompat jauh meliputi daya ledak, kecepatan,
kekuatan, kelincahan, kelentukan, koordinasi dan keseimbangan”. Sedangkan Jonath U., Haag E. dan Krempel R. (1987: 196) menyatakan, “Persyaratan yang harus dipenuhi pelompat jauh yaitu: faktor kondisi fisik yaitu, kecepatan, tenaga
loncat, kemudahan gerak khusus, ketangkasan dan rasa irama. Faktor teknik yang
meliputi ancang-ancang, lepas tapak tahap melayang dan pendaratan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, untuk mencapai
prestasi lompat jauh dipengaruhi oleh faktor kondisi fisik dan faktor teknik.
Ditinjau dari kondisi fisik, komponen fisik yang dapat mempengaruhi pencapaian
prestasi lompat jauh antara lain: daya ledak, kecepatan, kekuatan, kelincahan,
kelentukan, koordinasi. Sedangkan ditinjau dari teknik melompat meliputi awalan,
tolakan, melayang di udara dan pendaratan. Prestasi yang tinggi dalam lompat
jauh dapat dicapai, memiliki kondisi fisik yang baik dan menguasai teknik lompat
commit to user
b. Teknik Lompat Jauh Gaya Jongkok
Pencapaian prestasi lompat jauh tidak terlepas dari dukungan peguasaan
teknik yang baik dan benar. Jonath et al. (1987: 197) menyatakan, "Lompat jauh
dapat dibagi ke dalam ancang-ancang, tumpuan, melayang dan mendarat". Pendapat lain dikemukakan Yoyo Bahagia dkk., (1999/2000: 16) bahwa, “Untuk tujuan analisis gerakan pada lompat jauh harus dipertimbangkan secara konsisten
empat fase, yaitu awalan (run up), tolakan kaki (take off), melayang di udara
(flight) dan pendaratan (landing)”. Hal senada dikemukakan Adang Suherman
dkk. (2001: 118) bahwa, “Keseluruhan gerak lompat jauh dapat dibagi ke dalam awalan, tolakan, melayang di udara dan mendarat di bak pasir”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut menunjukkan, prinisp dari teknik lompat
jauh gaya jongkok meliputi empat tahapan yaitu awalan, tumpuan, melayang dan
mendarat. Keempat tahapan tersebut harus dikuasai dan harus dilakukan dengan
harmonis dan tidak terputus-putus agar dapat mencapai prestasi yang optimal.
Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok sangat dipengaruhi oleh
penguasaan teknik lompat jauh yang baik dan benar. Teknik pelaksanaan lompat
jauh diuraikan secara singkat sebagai berikut:
1) Awalan
Awalan dilakukan dengan berlari yang kian lama kian mendekati kecepatan
maksimal, namun masih tetap mengenali untuk melakukan tolakan. Tujuannya
adalah memperoleh kecepatan maksimal yang terkendali untuk melakukan tolakan
yang sekuat-kuatnya. Jes Jerver (1999: 34) menyatakan “Maksud berlari sebelum
melompat ini adalah untuk meningkatkan kecepatan horisontal secara maksimum
tanpa menimbulkan hambatan sewaktu take of ”.
Frekuensi dan panjang langkah lari awalan makin meningkat sampai
persiapan melakukan tolakkan, sementara itu badan pelompat semakin tegak. Pada
tiga sampai lima langkah terakhir pelompat mempersiapkan diri untuk
mengalihkan kecepatan gerak horisontal (lari awalan) kepada kecepatan vertikal
(tolakkan) dengan tanpa mengurangi kecepatan larinya. Langkah sebelum yang
commit to user
mendapatkan tenaga vertikal yang lebih besar. Namun demikian penambahan
panjang langkah ini tidak akan menguntungkan manakala kecepatan lari
awalannya semakin berkurang.
Seorang pelompat diajurkan melakukan tolakkan pada saat mencapai
kcepatan maksimal untuk mendapatkan tenaga tolakan yang sebesar-besarnya.
Untuk itu, jarak lari awalan yang digunakan untuk setiap pelompat berbeda-beda
tergantung pada kemampuan untuk mencapai kecepatan lari maksimalnya.
Pelompat yang lebih cepat mencapai kecepatan maksimalnya akan memerlukan
jarak awalan yang lebih pendek, dibandingkan dengan pelompat yang lambat
mencapai kecepatan maksimalnya kebanyakan menggunakan jarak awalan 45
meter. Untuk mendapatkan kecepatan maksimal yang tepat, maka dapat
menggunakan tanda. Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, "Untuk menjaga
kemungkinan pada waktu melakukan awalan itu tidak cocok, atau ketidak tepatan
antara awalan dan tolakan, biasanya pelompat membuat dua buah tanda
(cherkmark) antara permulaan akan memulai melakukan awalan dengan papan
tolakan". Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi pemberian tanda
untuk membuat cherkmark untuk ketepatan tumpuan sebagai berikut:
Bak Pasir
Tanda Tanda pertama kedua
Papan tolak
Gambar 1. Ilustrasi Awalan Lompat Jauh (Aip Syarifuddin, 1992:91)
2) Tolakan
Tolakan dilakukan sebagai tahap pengalihan telapak kaki tolak untuk lepas
landas. Tujuannya adalah menghasilkan tolakan sekuat-kuatnya agar dapat
commit to user
Pada saat melakukan tolakan seluruh telapak kaki bergulir ke depan, kaki
tolak sedikit dibengkokkan dan disusul gerakan kaki ayun, lengan diayun tinggi
ke depan berlawanan dengan gerak kaki sehingga menunjang terhadap gerak lepas
kaki, badan bagian atas dijaga tegak membentuk sudut 900 dengan pandangan ke
depan. Walaupun secera teknik gerakan teknik tolakan ini nampaknya sederhana,
namun pada pelaksanannya gerakan tolakan ini senagat kompleks dan dilakukan
dengan cepat mulai dari menapakkan kaki, mengabsorpsi tenaga dan
melencangkan tungkai untuk lepas landas. Dengan demikian dari pelompat
dituntut kecepatan, kekuatan dan koordinasi gerakan yang memadai sehingga
gerakan tolakkan dapat dilakukan dengan efektif.
Arah gaya lepas landas merupakan kombinasi antara kecepatan gerak
horisontal (lari awalan) dan gerak kecepatan vertikal (tenaga tolakan). Hasil
kombinasi dari kedua kecepatan tersebut akan menghasilkan kecepatan tinggal
landas dan parabola titik berat badan pada saat melayang. Sudut titik berat badan
pada saat tinggal landas biasanya antara 180 hingga 220. Berikut ini disajikan
ilustrasi gerakan menumpu untuk menolak sebagai berikut:
Gambar 2. Tolakan dalam Lompat Jauh (Soegito, 1992:38)
3) Melayang di Udara
Sikap dan gerakan badan di udara sangat erat kaitannya dengan kecepatan
commit to user
Daya penarik bumi ini bertitik tangkap pada suatu titik yang disebut titik berat
badan (T.B./center of gravity). Titik berat badan ini letaknya kira-kira pada
pinggang si pelompat sedikit di bawah pusar agak ke belakang.
Salah satu usaha untuk mengatasi daya tarik bumi tersebut yaitu harus
melakukan tolakan yang sekuat-kuatnya disertai dengan ayunan kaki dengan
kedua tangan ke arah lompatan. Semakin cepat awalan dan semakin kuat tolakan
yang dilakukan, maka akan semakin lebih lama dapat membawa titik berat badan
melayang di udara. Dengan demikian akan dapat melompat lebih tinggi dan lebih
jauh, karena kedua kedua kecepatan itu akan mendapatkan perpaduan (resultante)
yang menentukan lintasan gerak dari titik berat badan tersebut. Hal yang perlu
diperhatikan pada saat melayang di udara yaitu menjaga keseimbangan tubuh, sehingga akan membantu pendaratan. Jonath et al. (1987: 200) menyatakan, “Pada fase melayang bertujuan untuk menjaga keseimbangan dan mempersiapkan pendaratan”. Pendapat lain dikemukakan Adang Suherman dkk., (2001: 120) bahwa:
Sasaran pokok dari teknmik melayang di udara adalah: 1) Memelihara keseimbangan badan saat melayang di udara. 2) Mengusahakan tahanan udara sekecil mungkin
3) Mengusahakan melayang di udara selama mungkin dan
4) Mentyiapkan letak kaki dalam posisi menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan.
Untuk lebih jelasnya berikut ini disajikan ilustrasi gerakan melayang di
udara lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut:
commit to user 4) Pendaratan
Pendaratan merupakan tahap terakhir dari rangkaian gerakan lompat jauh.
Pendaratan merupakan prestasi yang dicapai dalam lompat jauh. Mendarat dengan
sikap dan gerakan yang efisien merupakan kunci pokok yang harus dipahami oleh
pelompat. Mendarat dengan sikap badan hampir duduk dan kaki lurus ke depan
merupakan pendaratan yang efisien. Pada waktu mulai menyentuh pasir, pelompat
memegaskan lutut dan menggeserkan pinggang ke depan, sehingga badan bagian
atas menjadi agak tegak dan lengan mengayun ke depan. Menurut Soegito (1992:
41) teknik pendaratan sebagai berikut:
1) Pada saat badan akan jatuh di pasir lakukan pendaratan sebagai berikut: a) Luruskan kedua kaki ke depan.
b) Kedua kaki sejajar.
c) Bungkukkan badan ke depan. d) Ayunkan kedua tangan ke depan. e) Berat badan dibawa ke depan. 2) Pada saat jatuh di pasir atau mendarat:
a) Usahakan jatuh pada ujung kaki sejajar. b) Segera lipat kedua lutut.
c) Bawa dagu ke dada sambil mengayun kedua tangan ke bawah arah belakang.
Teknik pendaratan seperti tersebut di atas sangat penting dipahami dan
dikuasai oleh seorang pelompat. Kesalahan pendaratan akan mengakibatkan
lompatan yang dihasilkan tidak maksimal. Berikut ini disajikan ilustrasi teknik
gerakan mendarat lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut:
commit to user 2. Kekuatan Otot
a. Kekuatan Otot Tungkai
Kekuatan merupakan salah satu unsur kondisi fisik yang sangat penting
untuk meningkatkan kondisi fisik secara keseluruhan, karena kekuatan memiliki
beberapa manfaat. KONI (1993: 18) menjelaskan, “Manfaat kekuatan yaitu: “(1)
kekuatan merupakan daya penggerak setiap aktivitas fisik, (2) kekuatan
mempunyai peran dalam melindungi otot/orang dari kemungkinan cidera dan, (3)
dengan kekuatan atlet akan dapat lebih cepat, melempar atau menendang lebih
jauh efisien, memukul lebih keras, demikian pula membantu memperkuat
stabilitas sendi-sendi”.
Banyak manfaat yang diperoleh dari kekuatan untuk aktivitas sehari-hari
termasuk kegiatan olahraga. Berkaitan dengan kekuatan KONI (1993: 18)
menjelaskan, “Kekuatan adalah kemampuan otot untuk membangkitkan tegangan terhadap suatu tahanan”. Menurut Sudjarwo (1993: 25) bahwa, “Kekuatan adalah kemampuan otot-otot atau kelompok otot untuk mengatasi suatu beban atau
tahanan dalam menjalankan aktivitas". Menurut M. Sajoto (1995: 8) bahwa, “Kekuatan (strength) adalah “Komponen kondisi fisik seseorang tentang
kemampuannya dalam mempergunakan otot untuk menerima beban sewaktu bekerja”. Hal senada dikemukakan Andi Suhendro (1999: 4.3) bahwa, “Kekuatan adalah kemampuan otot atau sekelompok otot untuk mengerahkan tenaga
maksimal dalam menahan beban tertentu dalam suatu aktivitas dengan waktu terbatas”.
Berdasarkan pengertian kekuatan yang dikemukakan para ahli tersebut
dapat disimpulkan, kekuatan merupakan kemampuan otot atau sekelompok otot
untuk mengatasi atau menahan beban selama menjalankan suatu aktivitas kerja
fisik. Kekuatan merupakan kemampuan dasar untuk mengatasi tahanan dalam
setiap aktivitas fisik. Dari pengertian tersebut dapat dirumuskan pengertian
kekuatan otot tungkai adalah kemampuan otot atau segerombol otot tungkai untuk
mengatasi suatu beban atau tahanan dalam menjalankan suatu aktivitasnya secara
commit to user b. Macam-Macam Kekuatan
Dalam melakukan kegiatan olahraga tahanan atau beban yang harus diatasi
bermacam-macam dan bervariasi bentuknya. Tahanan atau beban yang diatasi
dalam kegiatan olahraga tersebut menuntut adanya kekuatan otot yang
bermacam-macam pula. Berdasarkan beban yang harus dihadapi atau diatasi, maka kekuatan
yang harus dikerahkan disesuaikan dengan tuntutan dari kegiatan olahraga
tersebut. Menurut Suharno HP. (1993: 40) membedakan kekuatan menjadi tiga jenis yaitu, “(1) Kekuatan maksimal, (2) Explosive power = kekuatan daya ledak, dan (3) Daya tahan kekuatan otot = power endurance”. Menurut Harre yang
dikutip Noseck (1982: 46) bahwa, “Kekuatan dibagi menjadi kekuatan maksimum, kekuatan kecepatan dan daya tahan kekuatan”.
Perbedaan jenis kekuatan tersebut didasarkan pada jenis beban yang harus
diatasi dan dihadapi. Kekuatan dapat pula dibedakan atas dasar jenis kontraksi
otot. Sudjarwo (1993: 26) menyatakan, “Sesuai dengan cara atau tipe kontraksi
otot, maka dapat dibedakan dua macam kekuatan yaitu, kontraksi isotonik dan
kontraksi isometrik. Dalam kontraksi isotonik ini akan terlihat adanya perubahan
sikap atau gerakan-gerakan dari anggota tubuh yang disebabkan memanjang dan
memendeknya otot". Kekuatan dinamis (isotonis) merupakan kekuatan otot yang
dikembangkan oleh otot dalam kelangsungan gerak terhadap suatu tahanan,
dengan ditandai adanya perubahan memanjang dan memendeknya otot.
Sedangkan kekuatan statis atau isometrik merupakan kekuatan otot yang dapat
dikembangkan oleh otot-otot atau sekelompok otot terhadap tahanan yang tetap.
Menurut KONI (1993: 18) bahwa, "Dalam kontraksi isometrik otot-otot yang
berkontraksi tidak memanjang dan memendek sehingga tidak akan nampak suatu gerakan yang nyata, atau dengan kata lain tidak ada jarak yang ditempuh”. Jenis kekuatan yang lebih banyak digunakan dalam olahraga, terutama adalah kekuatan
dinamis.
c. Otot-Otot Tungkai
Otot merupakan bagian tubuh yang sangat penting untuk aktivitas
commit to user
tergatung dari otot. Berkaitan dengan otot Evelyn Pearce (1999: 15) menyatakan “Otot adalah jaringan yang mempunyai kemampuan khusus yaitu berkontraksi, dan dengan jalan demikian maka gerakan terlaksana". Menurut Syaifuddin (1997:
35) bahwa, "Otot dapat mengadakan kontraksi dengan cepat, apabila mendapat
rangsangan dari luar".
Tungkai termasuk tulang anggota gerak bawah. Anggota gerak bawah atau
tulang extremitas dikaitkan pada batang tubuh dengan perantaraan gelang panggul
yang terdiri atas 31 tulang. Menurut Evelyn Pearce (1999: 75) tulang-tulang
anggota gerak bawah yaitu:
1) Satu tulang coxae– tulang pangkal paha. 2) Satu femur– tulang paha
3) Satu tibia– tulang kering 4) Satu fibula– tulang betis 5) Satu patela– tempurung lutut
6) Tujuh tulang tarsal– tulang pangkal kaki 7) Lima tulang metetarsal– tulang telapak kaki 8) Empat belas falanx– ruas jari kaki
Secara anatomis otot-otot yang terlibat dalam gerakan yang memerlukan
power tungkai menurut Blattner dan Noble (1979:583-588), dan Thompson
(1981:71) dalam penelitian Sarwono (1999: 8) yaitu:
1) Otot-otot tungkai atas: gluteus maximus, biceps femoris, semitendinosus, semimembranosus, gluteus medius, gluteus minimus, adductor magnus, adductor brevis, adductor longus, gracilis, pectineus, sartorius, rectus femoris, vastus medialis, vastus leteralis. 2) Otot-otot tungkai bawah: gastrocnemius, soleus, peroneus anterior,
plantaris, tibialis, flexor digitorum longus, extensor digitorum longus, dan flexor calcaneal.
Berikut ini disajikan ilustrasi otot-otot penunjang power otot tungkai
commit to user
Gambar 5. Otot-Otot Tungkai (Syaifuddin, 1997:47)
d. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kekuatan Otot
Latihan kekuatan otot mutlak diperlukan untuk meningkatkan prestasi
olahraga. Dalam memberikan latihan kekuatan otot, pelatih harus dapat membuat
program latihan yang tepat. Selain latihan yang baik dan benar, kekuatan dapat
meningkat tidak terlepas dari faktor-faktor yang mempengaruhinya. Pelatih harus
memahami faktor-faktor yang mempengaruhi kekuatan otot. Menurut Suharno
HP. (1993: 39-40) bahwa faktor-faktor penentu baik tidaknya kekuatan seseorang
antara lain:
1) Besar kecilnya potongan melintang otot (potongan morfologis yang tergantung dari proses hypertropy otot).
2) Jumlah fibril otot yang turut bekerja dalam melawan beban, makin banyak fibril otot yang bekerja berarti kekuatan bertambah besar. 3) Tergantung besar kecilnya rangka tubuh, makin besar skelet makin
besar kekuatan.
commit to user
6) Keadaan tonus otot saat istirahat, tonus makin rendah berarti kekuatan otot tersebut pada saat bekerja makin besar.
7) Umur dan jenis kelamin juga menentukan baik dan tidaknya kekuatan otot.
Pendapat tersebut menunjukkan bahwa, besarnya potongan melintang
fibril otot dan banyaknya fibril otot merupakan faktor utama yang mempengaruhi
kekuatan otot. Semakin besar ukuran fibrilnya dan semakin banyak fibrilnya,
maka otot tersebut semakin besar sehingga semakin kuat pula kemampuannya.
Faktor umur dan jenis kelamin juga sangat menentukan baik dan tidaknya
kekuatan. Secara kodrati manusia mengalami perkembangan dan pertumbuhan.
Kekuatan berkembang seiring dengan perkembangan dan pertumbuhan seseorang,
yang pada akhirnya akan mengalami penurunan pada usia tua.
e. Peranan Kekuatan Otot Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya
Jongkok
Kekuatan otot tungkai merupakan salah suatu komponen kondisi fisik
yang mempunyai peran penting terhadap pencapaian prestasi lompat jangkit. Jauh
dan tidaknya lompatan yang dilakukan sangat bergantung pada kemampuan
menumpu untuk menolak dengan kuat dan cepat. Kemampuan menolak dihasilkan
dari awalan lari yang cepat dilanjutkan menumpu dengan kuat yang dirangkaikan
dalam satu pola gerakan yang utuh.
Ditinjau dari gerakan lompat jauh gaya jongkok pada teknik menolak
yaitu, menolak merupakan fase perubahan gerak horisontal menjadi gerak
vertikal. Pada fase ini kemampuan melakukan awalan dengan cepat dan menumpu
dengan kuat sangat ditentukan oleh kemampuan dari otot-otot tungkai. Dalam hal ini Aip Syarifuddin (1992: 91) menyatakan, “Tolakan adalah perubahan atau perpindahan gerakan dari gerakan horisontal ke gerakan vertikal yang dilakukan
dengan cepat. Dimana sebelumnya pelompat sudah mempersiapkan diri untuk
melakukan tolakkan sekuat-kuatnya pada langkah yang terakhir, sehingga seluruh
commit to user
bersudut didapat dengan cara memberikan tenaga maksimum pada kaki yang akan
take off”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, pada gerakan
menumpu untuk menolak dibutuhkan kekuatan yang dipadukan dalam satu
gerakan yang eksplosif. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai berperan penting
untuk menghasilkan tolakan yang setinggi dan sejauh mungkin. Kekuatan otot
tungkai berperan pada gerakan pada saat menumpu untuk menolak secara
maksimal. Kemampuan seorang pelompat memadukan mengerahkan kekuatan
otot-otot tungkai secara maksimal pada teknik yang benar saat menolak, maka
akan diperoleh lompatan secara maksimal.
3. Panjang Tungkai
a. Pengertian Panjang Tungkai
Setiap cabang olaharga menuntut syarat-syarat khusus agar mampu meraih
prestasi secara maksimal. Faktor antrophometri mempunyai peran penting pada
setiap cabang olahraga, sehingga dapat mendukung pencapaian prestasi olahraga
yang maksimal. M. Sajoto (1995:11) menyatakan “Salah satu aspek dalam
mencapai prestasi dalam olahraga adalah aspek biologis yang meliputi struktur
dan postur tubuh yaitu : (1) ukuran tinggi dan panjang tungkai, (2) ukuran besar,
lebar dan berat badan, (3) somatotype (bentuk tubuh)”.
Ukuran tinggi badan dan panjang tungkai merupakan salah satu bagian
antrophometri yang dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. M. Furqon H. (2003: 14) menyatakan, “Perbandingan tinggi duduk dengan tinggi badan pada saat berdiri adalah berkaitan dengan penampilan dalam berbagai
cabang olahraga . Misalnya dalam lompat tinggi perbandingannya adalah tungkai lebih panjang daripada togok”. Demikian halnya bagi seorang atlet lompat harus memiliki tubuh yang tinggi dan atletis disertai dengan otot-otot yang kuat. Postur
tubuh yang tinggi biasanya disertai segmen-segmen tubuh yang panjang baik
commit to user
tungkainya juga panjang. Bentuk tubuh serta anggota badan yang demikian akan
memberikan keuntungan bagi cabang olahraga yang spesifikasinya memerlukan tubuh yang demikian”.
Tungkai merupakan bagian tubuh yang mempunyai peran penting untuk
aktivitas olahrga seperti lompat jauh. Oleh karena itu, tungkai yang panjang harus
dimanfaatkan pada teknik yang benar pada saat melakukan lompatan. Secara
anatomis panjang tungkai merupakan ukuran atau proporsi tungkai dari pangkal
paha sampai telapak kaki. Tungkai yang dimaksud adalah anggota gerak bawah
yang terdiri dari seluruh kaki, mulai dari pangkal paha sampai dengan jari kaki.
Tungkai tersebut dapat dibagi dua macam yaitu tungkai atas dan tungkai bawah.
Panjang tungkai atas yaitu panjang tungkai pada paha sedangkan panjang tungkai
bawah adalah panjang tungkai pada betis. Berkaitan dengan panjang tungkai
Berkaitan dengan panjang tungkai Paket Penelitian Pembibitan Lit Bang KONI Jawa Tengah (1986:1) menyatakan, “Panjang tungkai adalah ukuran panjang yang diukur dari telapak kaki sampai pada spina illioca anterior superior”.
Perndapat lain dikemukakan Sedangkan Ismaryati (2006: 100) menyatakan, “Pengukuran panjang tungkai dari tulang belakang bawah atau dapat juga dari
trochanter sampai ke lantai (telapak kaki)”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, panjang tungkai
merupakan jarak dari pinggul sampai dengan mata-kaki. Namun dalam kegiatan
olahraga termasuk lompat jauh, panjang tungkai yang dimaksud jarak dari pinggul
sampai dengan telapak kaki. Karena dalam gerakan lompat jauh melibatkan
seluruh anggota gerak bawah untuk mencapai jarak lompatan yang
sejauh-jauhnya. Karena, tungkai yang panjang memiliki jangkauan yang lebih jauh atau
panjang. Jangkauan yang jauh atau panjang ini akan membantu pencapaian jarak
lompatan yang maksimal.
b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Panjang Tungkai
Meningkatnya struktur tubuh seseorang seiring dengan pertumbuhan dan
perkembangannya. Pada usia balita dan remaja mengalami pertumbuhan dan
commit to user
tidak terlepas dari makanan yang dikonsumsi sehari-hari. Makanan yang bergizi
yang dikonsumsi setiap hari akan mempengaruhi pertumbuhan seseorang baik
rangka tubuh maupun organ lainnya. Dangsina Moeloek dan Arjatmo Tjokronegoro (1984: 47) berpendapat “Keadaan gizi dan kesehatan pada saat pertumbuhan akan menentukan kesiapan otot rangka dan organ tubuh lainnya untuk menerima beban olahraga”. Sedangkan Sugiyanto (1998: 37) menyatakan, “Pengaruh gizi terhadap pertumbuhan fisik dibedkan menjadi 4 macam pengaruh yaitu, (1) kecepatan pertumbuhan, (2) ukuran tubuh setelah dewasa, (3) bentuk tubuh dan (4) kompisisi jaringan tubuh”.
Makanan yang dikonsumsi sehari-hari akan mempengaruhi perkembangan
dan pertumbuhan rangka tubuh dan organ lainnya. Dengan pertumbuhan dan
perkembangan sehingga panjangnya segmen-segmen badan berkaitan dengan
tinggi badan. Keadaan segmen badan yang panjang sudah tentu terdapat
penyesuaian panjang otot dan luas penampang fisiologis.
Selain faktor gizi, keturunan merupakan faktor yang sangat menentukan
keadaan fisik seseorang. Sugiyanto (1998: 37) menyatakan “Faktor keturunan
atau genetik merupakan sifat bawaan sejak lahir yang diperoleh dari orang tuanya.
Faktor ini menentukan potensi maksimum dan penampilan fisik. Terhadap sifat
dan pertumbuhan fisik, faktor keturunan sangat berpengaruh. Pengaruh nyata
adalah terhadap ukuran, bentuk dan kecepatan atau irama pertumbuhan”.
Berdasarkan dua pendapat tersebut menunjukkan bahwa, faktor yang
mempengaruhi proporsi tubuh seseorang (termasuk penajng tungkai) mencakup
faktor internal dan eksternal. Faktor internal yang akan mempengaruhi proporsi
tubuh seseorang yaitu faktor keturunan. Jika kedua orang tuanya tinggi-tinggi
kemungkinan besar memiliki postur tubuh yang tinggi. Postur tubuh yang tinggi
umumnya disertai tungkai dan lengan yang panjang. Sedangkan faktor internal
mencakup makanan yang dikonsumsi seharai-harai. Jika seseorang mengkonsumsi
makanan sehari-hari mengandung gizi yang dibutuhkan tubuh, maka akan
membantu perkembangan dan pertumbuhan secara normal baik postur tubuh
commit to user
c. Peranan Panjang Tungkai dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok dipengaruhi oleh banyak
faktor baik internal maupun eksternal. Faktor internal dari pelompat sangat
menentukan dalam pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Faktor internal
salah satunya proporsi tubuh atlet. Selain menguasai teknik lompat jauh yang
benar, memanfaatkan proporsi tungkai akan dapat membantu pencapaian prestasi
lomat jauh. Untuk mencapai prestasi yang maksimal dalam lompat jauh, maka
panjang tungkai harus dimanfaatkan pada teknik yang benar.
Ditinjau dari biomekanika bahwa, tungkai yang panjang memiliki
jangkauan yang jauh atau panjang. Dengan demikian, tungkai yang panjang
memiliki ayunan yang lebih panjang atau jauh, sehingga dapat membantu
pencapaian jarak lompatan lebih maksimal. Yusuf Hadisasmita & Aip Syarifuddin (1996: 73) menyatakan, “Keuntungan kaki yang panjang adalah dimungkinkan bertambahnya panjang langkah”. Pendapat lain dikemukakan Sudarminto (1995: 40) bahwa, “Makin panjang pengungkit makin besar usaha yang digunakan untuk mengayun”. Sedangkan ditinjau teknik melayang di udara dan dilanjutkan
mendarat Adang Suherman dkk., (2001: 120) menyatakan, “Salah satu sasaran
pokok dari teknik melayang di udara yaitu, menyiapkan letak kaki dalam posisi
yang menguntungkan pada waktu mendarat, yaitu dengan cara menjulurkan kaki lemas ke depan”.
Berdasarkan tiga pendapat tersebut dapat disimpulkan, tungkai yang
panjang memungkinkan memiliki ayunan kaki yang lebih panjang, sehingga hal
ini akan mempangaruhi pencapaian jarak lompatan. Dengan tungkai yang
panjang, maka pelompat dapat menjulurkan kedua tungkainya jauh ke depan,
sehingga dapat mencapai jarak lomatan yang maksimal. Namun sebaliknya, bagi
pelompat yang tungkainya pendek, jangkauan tungkainya pendek pula, sehingga
jarak lompatannya tidak maksimal. Untuk keselamatan dan efektifitas pendaratan
commit to user 4. Berat Badan
a. Pengertian Berat Badan
Aspek biometrik merupakan bagian penting dalam kegiatan olahraga,
bahkan dapat dikatakan dapat mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Hal
ini sesuai pendapat M. Furqon H. (2003: 12-13) bahwa, “Olahraga prestasi tinggi
memerlukan profil bilologis khusus dengan ciri-ciri kemampuan biometrik dan
ciri-ciri psikologis yang baik. Adapun aspek biometrik meliputi tinggi badan,
berat badan, tinggi duduk, panjang anggota badan bagian atas dan bawah, tipe
tubuh dan lain-lain”.
Berat badan merupakan salah satu bagian biometrik yang dapat
mempengaruhi pencapaian prestasi olahraga. Menurut Yuslam Samihardja (1997:
22) yang dikutip Sarwono & Ismaryati dijelaskan:
Berat badan seseorang merupakan penjumlahan dari berat jaringan kerasnya jaringan lunaknya dan cairan yang dikandungnya. Jaringan keras merupakan kerangka tubuh yang terdiri dari tulang dan tulang rawan. Tulang dan tulang rawan merupakan bagian yang stabil dibandingkan dua bagian yang lain. Beratnya relatif tetap sesudah seseorang mencapai pendewasaan. Latihan atau makanan tidak akan mempengaruhi ukuran maupun berat kerangka.
Jaringan lunak terdiri dari otot, lemak dan alat dalam. Alat dalam
merupakan jaringan lunak yang paling stabil. Makanan maupun latihan umumnya
tidak akan mempengaruhi ukuran ataupun beratnya. Hal ini bukan karena alat
dalamnya sendiri, tetapi karena lemak yang menyelimutinya. Sementara itu otot
akan bertambah besar dan dengan sendirinya akan bertambah berat dan kuat
apabila dilatih secara teratur. Disisi lain, lemak merupakan timbunan kelebihan
makanan akan selalu bertambah apabila makanan yang masuk melebihi kebutuhan
yang diperlukan, dan sebaiknya akan dimobilisir apabila kebutuhan lebih besar
daripada makanan yang masuk. Dengan demikian dapat disimpulkan bahwa, suatu
latihan akan memberikan pengaruh yang berlawanan terhadap otot dan lemak.
Dengan melakukan latihan, otot akan bertambah besar, sedangkan jumlah lemak
berkurang (kecuali makanan yang masuk berlebihan). Otot yang kuat diperlukan
commit to user
yang sedikit mungkin sangat diperlukan pada cabang olahraga yang menuntut
mobilitas yang tinggi.
Cairan tubuh pada dasarnya merupakan bahan pengatur, mempunyai
fungsi yang sangat penting bagi berlangsungnya semua proses yang terjadi di
dalam tubuh. Apabila cairan tubuh terlalu kurang akan mengacaukan fungsinya,
sedangkan apabila berlebihan justru menjadi beban. Keadaan kekurangan cairan
ditandai dengan rasa lemas, panas badan yang tinggi dan penurunan kesadaran.
Sementara itu, kelebihan cairan akan segera dikeluarkan terutama melalui air seni
dan keringat.
Berat badan dan susunan tubuh ditentukan oleh serangkaian faktor
keturunan dan perilaku. Pada atlet perorangan susunan tubuh bervariasi sesuai
dengan perubahan jangka panjang dalam keseimbangan kalori. Berat badan akan
bertambah apabila masukan kalori secara nyata melebihi pengeluaran kalori, berat
menurun apabila terjadi sebaliknya (Pate, MC.Clenaghan & Rotella, 1984: 312).
Berat badan atlet sebagian besar tergantung dari gabungan tinggi badan
dan bentuk tubuh. Kedua variabel ini pada dasarnya ditentukan oleh faktor
keturunan. Oleh sebab itu ciri pelaku seperti pengaturan maknan dan kebiasaan
latihan dapat mengubah berat badan dan susunan tubuh hanya dalam batas yang
dimiliki sifat-sifat bawaan atlet.
Berdasar pengukuran tinggi badan (TB) dan berat badan (BB), seseorang
dapat digolongkan ke dalam klasifikasi ideal, normal, kelebihan berat
(overweight), kurang berat (underweight), atau terlalu gemuk (obesity). Mulyono
B (1996: 41) memberikan beberapa indeks tinggi berat sebagai berikut:
1) Indeks dari BROCA
Berat badan (kg) = Tinggi Badan (cm) – 100
2) Modifikasi Indeks BROCA oleh Kementrian Kesehatan Republik Indonesia
Ternyata Indeks BROCA diterapkan untuk orang Indonesia terlalu gemuk, sehingga Kementrian Kesehatan Republik Indonesia mengubahnya dengan rumus: Berat Badan (kg) = Tinggi Badan (cm) – 110. Namun hal ini juga belum sesuai dengan olahragawan Indonesia. 3) Modifikasi Indeks BROCA oleh dr. Hasnan Said
commit to user
4) Modifikasi Indeks BROCA yang lain
Modifikasi ini sesuai dengan modifikasi dari dr. Hasna Said, hanya penilaiannya berbeda. Rumusnya sebagai berikut:
BB = (TB – 100) – 10% (TB – 100) kg BB = Berat badan dalam kg
TB = Tinggi badan dalam cm
Berdasarkan pengukuran ini dapat diadakan penggolongan sebagai berikut:
a) Orang yang tinggi dan berat badan ideal. b) Orang yang tinggi dan berat badan normal c) Orang yang terlalu gemuk (overweight) d) Orang yang terlalu kurus (underweight)
Seseorang dengan berat badan 10% di atas berat idealnya termasuk dalam
klasifikasi normal plus dan sebaliknya normal minus. Golongan yang termasuk
dalam klasifikasi overweight adalah orang yang mempunyai berat badan 25% di
atas ideal dan sebaliknya underweight. Obesitas bagi laki-laki apabila berat
badannya lebih dai 25% di atas ideal dan bagi 30% di atas ideal (PIO, 1981:
39).Batas klasifikasi obesitas yang sedikit berbeda dikemukakan oleh Anspaugh, Hamrick dan Rosato (1994: 184) yaitu, “Antara 20%-25%di atas berat ideal bagi laki-laki dan 30% bagi wanita.
b. Tipe Tubuh
Tipe tubuh (somatotype) adalah klasifikasi fisik berdasar konsep bentuk
dengan mengesampingkan ukuran. Terdapat beberapa sistem pengklasifikasian
tubuh yang sebagian pada tiga komponen penilaian dari Sheldon.
Pengklasifikasian tersebut merupakan pengklasifikasian tipe tubuh utama yaitu: “(1) Endomorphy, (2) Mesomorphy, (3) Ectomorphy”.
Pada tipe endomorphy tubuh seseorang berbentuk bundar, dengan
tulang-tulang relatif pendek, dan banyak mengandung lemak dalam tubuhnya. Pada tipe
esomorphy tubuh seseorang memiliki perototan yang baik. Pada tipe ectomorp
mempunyai ciri-ciri tinggi langsing dengan tulang-tulang panjang. Berikut ini
commit to user
Gambar 6. Tipe-Tipe Tubuh Utama (Bloomfield, Ackland dan Elliott, 1994: 47)
Dari ketiga tipe tubuh utama tersebut tentunya memiliki spesifikasi pada
cabang olahraga tertentu untuk mencapai prestasi yang tinggi. Hal ini artinya, jika
tipe tubuh sesuai dengan tuntutan cabang olahraga yang dipelajari, maka
mempunyai pelung untuk mencapai prestasi yang tinggi.
c. Peranan Berat Badan dengan Kemampuan Lompat Jauh Gaya Jongkok
Aspek biometrik merupakan salah satu bagian yang dapat mendukung
pencapaian prestasi olahraga. Demikian halnya dalam lompat jauh gaya jongkok
dibutuhkan biometrik yang ideal sesuai tuntutan cabang olahraga lompat. M. Furqon H. (2003: 13) menyatakan, “Berat badan merupakan penentu keberhasilan yang penting untuk beberapa cabang olahraga: (1) berat badan yang berat
diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi pendek, (2) berat badan yang
ringan diperlukan untuk nomor-nomor yang berdurasi panjang”.
Berdasarkan pendapat tersebut menunjukkan bahwa, berat badan dapat
mempengaruhi pencapaian prestasi lompat jauh gaya jongkok. Ditinjau dari
gerakan lompat jauh gaya jongkok, maka berat badan yang ringan (ideal) dapat
mendukung pencapaian prestasi yang maksimal. Karena berat badan yang ringan
akan dapat melakukan gerakan melompat jauh tinggi ke depan (melayang) dengan
ringan. Lompatan yang tinggi jauh ke depan, maka prestasi yang tinggi dapat
commit to user B. Penelitian yang Relevan
Penelitian yang relevan dibutuhkan untuk mendukung kajian teoritis yang
dikemukakan. Sampai saat ini telah banyak penelitian ilmiah yang dilakukan
khususnya yang terkait dengan lompat jauh gaya jongkok dengan hasil yang
bervariasi atau beragam. Berikut ini disajikan hasil penelitian yang relevan dengan
penelitian ini sebagai berikut:
1. Penelitian Asep Ardiyanto dengan judul, “Hubungan antara Kecepatan Lari,
Power Otot Tungkai dan Kekuatan Otot Perut dengan Kemampuan Lompat
Jauh Gaya Jongkok pada Siswa Putra Kelompok Umur 11 Tahun di SD Negeri 2 Donohudan Ngemplak Boyolali Tahun 2008/2009”. Hasil penelitian ini menunjukkan, ada hubungan antara power otot tungkai dengan
kemampuan lompat jauh gaya jongkok diperoleh nilai rhitung = 0.5957 > rtabel 5%
= 0.361.
2. Penelitian Ari Sudono dengan judul, “Hubungan antara Power Otot Tungkai,
panjang Tungkai dan Koordiansi Mata-kaki dengan kemampuan Passing
dalam Permainan sepakbola pada siswa Usia 12-14 Tahun SSB Pandowo Klaten tahun 2010” (1) ada hubungan yang signifikan antara panjang tungkai dengan kemampuan passing dalam permainan sepakbola pada siswa usia
12-14 tahun Sekolah Sepakbola Pandowo Klaten tahun 2010. Dari hasil
menunjukkan bahwa ada hubungan antara panjang tungkai dengan
kemampuan passing sepakbola nilai rhitung = 0.4021 > rtabel 5% = 0.361.
C. Kerangka Pemikiran
Lompat jauh merupakan salah satu nomor lompat dalam cabang olahraga
atletik. Gerakan lompat jauh terdiri dari rangkaian gerakan awalan, menolak,
melayang di udara dan mendarat. Bagian-bagian gerakan lompat jauh tersebut
harus dirangkaikan secara baik dan harmonis dalam satu gerakan yang utuh.
Keberhasilan pencapaian prestasi lompat jauh harus didukung penguasaan teknik
yang baik dan didukung kemampuan kondisi fisik yang prima dan proporsi tubuh
commit to user
yang mendukung kemampuan lompat jauh gaya jongkok antara lain kekuatan otot
tungkai, sedangkan komponen proporsi tubuh yaitu panjang tungkai dan berat
badan. Secara skematis hubungan antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai
dan berat badan dengan prestasi lompat jauh gaya jongkok dapat digambar
sebagai berikut:
Berdasarkan skema kerangka pemikiran di atas dapat diuraikan hubungan
antara kekuatan otot tungkai, panjang tungkai dan berat badan dengan prestasi
lompat jauh gaya jongkok sebagai berikut:
1. Hubungan antara Kekuatan Otot Tungkai dengan Prestasi Lompat Jauh Gaya Jongkok
Menumpu dan menolak merupakan faktor yang akan menentukan jauh dan
tidaknya sebuah lompatan. Kemampuan seorang pelompat merubah kecepatan lari
menjadi sebuat lompatan bergantung pada saat menolak. Untuk melakukan
lompatan yang maksimal, maka otot-otot tungkai harus dikerahkan secara
maksimal. Dalam hal ini kekuatan otot tungkai akan dapat mempengaruhi
pencapaian prestasi dalam lompat jauh gaya jongkok.
Kekuatan otot tungkai berperan dalam gerakan lompat jauh gaya jongkok
terutama pada saat menumpu untuk menolak. Gerakan menumpu untuk menolak