ASUHA
M
AN KEP
MASALA
d
PROG
UN
PERAW
AH KEB
di RUAN
RSUD
Disusun da Program
K
GRAM ST
FAKULT
NIVERSIT
WATAN
BUTUHA
NG IX BE
D Dr. PI
MEDA
alam Rangk m Studi DII
Oleh KIPA JUND
1025000
TUDI DII
TAS KEP
TAS SUM
2013
PADA A
AN DAS
EDAH A
IRNGAD
AN
ka Menyeles I Keperawa
h DAPRI 047
II KEPER
PERAWA
MATERA
3
An.S DE
SAR NUT
ANAK
DI
saikan atan
RAWATA
ATAN
UTARA
ENGAN
TRISI
KATA PENGANTAR
Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa atas rahmat dan hidayahNya sehingga saya diberi kesehatan dan kesempatan membuat Karya Tulis Ilmiah berjudul :“Asuhan Keperawatan pada An. S dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi di RSUD Dr. Pirngadi Medan “
Tiada kata yang dapat diungkapkan untuk menyampaikan rasa terima kasih atas bantuan dari berbagai pihak yang telah banyak membantu dan menyelesaikan karya tulis ilmiah ini. Izinkan saya mengucapkan terima kasih kepada yang terhormat:
1. Bapak dr. Dedi Ardinata, M.Kes selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara beserta staf Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
2. Ibu Erniyati, S.kp, MNS selaku pembantu Dekan I Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
3. Ibu Evi Karota Bukit, S.Kp, MNS Selaku Pembantu Dekan II Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Ihsanuddin Ahmad Harahap, S.kp, MNS selaku Pembantu Dekan III Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.
5. Ibu Nur Afi Darti, S.Kp, M.Kep selaku ketua program studi DIII Keperawatan Fakultas Keperawatan USU.
6. Ibu Reni Asmara Ariga S.Kp MARS selaku Dosen Pembimbing Karya Tulis Ilmiah ini.
7. Ibu Farida Linda Sari Skep, Ns, M.Kep selaku Dosen Penguji Karya Tulis Ilmiah ini.
8. Teristimewa orang tua (Drs. Supriadi dan Damilah) yang telah memberikan perhatian, dorongan dan motivasi baik dalam bentuk moril maupun materil sehingga saya dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
Huzair, yang telah membantu saya baik materil dan moril dalam penulisan karya ilmiah ini.
10.Seluruh teman-teman mahasiswa Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera
Utara Angkatan 2010 yang telah meluangkan waktunya dan kerja sama untuk
bertukar pikiran selama proses penyusunan karya tulis ilmiah ini.
Dalam karya tulis ilmiah ini saya menyadari masih banyak kekurangan baik dari segi penyusunan kalimat, tutur bahasa, dan cara penulisan. Untuk itu saya mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun sehingga karya tulis ilmiah ini dapat berguna bagi para pembaca.
Medan, 5 Juli 2013
Penulis
DAFTAR ISI
Lembar Sampul
Lembar Pengesahan ... i
Kata Pengantar ... ii
Daftar Isi ... iv
DaftarTabel ... vi
BAB IPENDAHULUAN ... 1
1.1. Latar Belakang ... 1
1.2. Tujuan ... 2
1.3. Manfaat ... 2
BAB II PENGELOLAAN KASUS ... 3
2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi ... 3
2.1.1. Pengertian Nutrisi ... 3
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Nutrisi ... 3
2.1.3. Komponen Nutrisi ... 4
2.1.3.1. Air ... 4
2.1.3.2. Energi ... 4
2.1.3.3. Karbohidrat ... 5
2.1.3.4. Protein ... 5
2.1.3.5. Vitamin ... 6
2.1.3.6. Mineral Utama ... 7
2.1.3.7. Elemen Renik... 9
2.1.4. Makanan Formula dan Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi ... 11
2.1.4.1. Formula Bayi ... 11
2.1.4.2. Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi ... 12
2.2. Asuhan Keperawaan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi ... 13
2.2.1. Pengkajian ... 13
2.2.2. Diagnosa Keperawatan ... 17
2.2.3. Perencanaan ... 18
2.2.4. Implementasi ... 20
2.2.5. Evaluasi ... 22
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus ... 24
2.3.1. Pengkajian ... 24
2.3.2. Analisa Data ... 32
2.3.3. Diagnosa Keperawatan ... 32
2.3.4. Perencanaan ... 33
2.3.4.1. DiagnosaKeperawatan I ... 33
2.3.4.2. DiagnosaKeperawatan II ... 34
2.3.5. Implementasi ... 35
2.3.5.1. DiagnosaKeperawatan I ... 35
BAB III KESIMPULAN DAN SARAN ... 38
3.1. Kesimpulan ... 38
3.2. Saran ... 38
DAFTAR TABEL
No. Judul Halaman
2.1 Kerja Biokimia Vitamin, Efek Defisiensi, Toksisitas
dan Sumber Makanan ... 6 2.2 Mineral Utama Yang Dibutuhkan Tubuh, Kerja Biokimiawi,
Efek Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber Makanan ... 7 2.3 Kerja Biokimiawi Efek Defisiensi Toksisitas Dan Sumber
Elemen Renik Dalam Makanan ... 9 2.4 Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan .. 12 2.5 Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien ... 15 2.6 Proses Diagnostik Keperawatan untuk Perubahan
Status Nutrisi ... 19 2.7 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Nutrisi
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kebutuhan dasar manusia merupakan unsur-unsur yang dibutuhkan oleh manusia untuk mempertahankan keseimbangan fisiologis maupun psikologis yang bertujuan untuk mempertahankan kehidupan dan kesehatan (Hidayat, 2009).
Kebutuhan dasar manusia menurut Abraham Maslow mengatur kebutuhan dasar dalam lima tingkatan prioritas. Tingkatan yang paling dasar atau yang pertama meliputi kebutuhan fisiologis seperti udara, air dan makanan (Potter dan Perry, 2005). Kebutuhan fisiologis merupakan kebutuhan primer yang menjadi syarat dasar bagi kelangsungan hidup manusia guna memelihara homeostasis tubuh (Asmadi, 2008). Salah satu yang termaksud dalam kebutuhan fisiologis adalah nutrisi.
Pada kasus yang ditemukan di Ruang Kenanga/ Ruang Bedah Anak Rumah Sakit Umum Daerah Dr. Pirngadi Medan terdapat anak yang memiliki masalah kesehatan sejak lahir dengan penyakit Meningokel disertai anemia. Berdasarkan hasil pengkajian pada anak meningokel disertai anemia, ditemukan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak tersebut.
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Masalah nutrisi berhubungan dengan indikator peningkatan atau penururan hemoglobin dalam darah yang salah satunya karena defisiensi besi.Besi berfungsi dalam pengangkutan, penyimpanan serta penggunaan oksigen. Jika defisiensi besi terjadi pada anak maka akan membatasi laju produksi hemoglobin yang mengakibatkan anemia dan menghambat pertumbuhan anak (Peter dan William, 2000).
1.2. Tujuan Penulisan
1.2.1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh gambaran tentang penerapan Asuhan Keperawatan dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi di RSUD Dr. Pirngadi Medan.
1.2.2. Tujuan Khusus
1. Untuk mengidentifikasi konsep dasar nutrisi pada anak.
2. Untuk menjelaskan asuhan keperawatan pada anak dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi.
1.3. Manfaat Penulisan
1. Pendidikan
Dapat menjadi bahan bacaan bagi mahasiswa keperawatanserta perawat yang ada di rumah sakit untuk mengambil langkah-langkah asuhan keperawatan dalam upaya peningkatan mutu pelayanan keperawatan khususnya asuhan keperawatan meningokel dengan anemia dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak.
2. Perawat
Dapat menjadi bahan bacaan dalam menentukan asuhan keperawatan pada masalah kebutuhan dasar manusia nutrisi dengan diagnosa medis meningokel disertai anemia.
3. Pasien dan Keluarga
Memperoleh pengetahuan tentang penyakit meningokel dengan anemia pada anak serta meningkatkan kemandirian bagi keluarga dalam merawat anggota keluarga yang mengalami penyakit meningokel dengan anemia dengan masalah kebutuhan dasar nutrisi pada anak dan sebagai masukan bagi keluarga untuk mencegah penyakit meningokel dan anemia.
4. Penulis
BAB II
PENGELOLAANKASUS
2.1. Konsep Dasar Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar
Nutrisi
2.1.1. Pengertian Nutrisi
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral. Kebutuhan energi dipenuhi dengan metabolisme karbohidrat, protein dan lemak. Air adalah komponen tubuh vital dan bertindak sebagai penghancur zat makanan. Vitamin dan mineral tidak menyediakan energi, tetapi penting untuk proses metabolisme dan keseimbangan asam basa (Potter dan Perry, 2005).
Setiap bayi atau anak memiliki suatu potensi genetik untuk pertumbuhan fisik, mental, dan emosionalnya. Nutrisi yang optimal tercapai dengan memberikan zat gizi yang memenuhi semua aspek potensial pertumbuhan tersebut. Apabila nutrisi membatasi pertumbuhan atau menyebabkan terbentuknya massa tubuh yang berlebihan, baik karena kualitas yang tidak adekuat maupun kuantitas yang tidak sesuai, atau terjadi keadaan malnutrisi (Neal dan Cewin, 2007)
2.1.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Kebutuhan Nutrisi
Beberapa faktor yang mempengaruhi kebutuhan nutrisi yaitu : 1. Ukuran Tubuh.
Merupakan peubah utama dalam menentukan pengeluaran energi seseorang. Tubuh yang besar memiliki kebutuhan nutrisi yang lebih besar (Almatsier, 2001).
2. Jenis Kelamin
Laki-laki dan perempuan dengan tinggi, berat, dan umur yang sama mempunyai komposisi tubuh yang berbeda. Perempuan memiliki banyak jaringan lemak dan lebih sedikit otot daripada laki-laki (Almatsier, 2001). 3. Umur
2.1.3. Komponen Nutrisi
Nutrisi dibagi menjadi delapan komponen utama yaitu air, energi, karbohidrat, protein, vitamin, mineral utama dan elemen renik (Rudolph,2007).
2.1.3.1. Air
Air membentuk sekitar 50% sampai 60 % berat tubuh pada orang dewasa muda dan 70% sampai 75% berat tubuh pada bayi (Rudolph,2007). Keseimbangan cairan dan elektrolit ditentukanoleh intake atau masukan cairan dan pengeluaran cairan. Pemasukan cairan berasal dari minuman dan makanan(Tarwoto,2006).
Kebutuhan pemeliharan cairan untuk bayi berdasarkan berat badan 1-10 kg dibutuhkan cairan sebanyak 100mL/kg (Rudolph,2007). Menurut usia, kebutuhan cairan sehari-hari berdasarkan usia 3 bulan membutuhkan cairan sebanyak 140-160 ml/kg/hari,
Pemberian nutrisi dalam jumlah memadai tanpa cairan yang cukup akan menyebabkan dehidrasi. Bayi sangat rentan terhadap dehidrasi. Kebutuhan mereka akan air jauh lebih besar karena besarnya luas permukaan tubuh insensible water loss. Mereka juga memiliki presentasi air tubuh totalyang lebih besar
dengan kapasitas ginjal untuk menangani beban zat telarut terbatas dan keterbatasan dalam mengemukakan rasa haus (Rudolph, 2007).
Bagi bayi, ASI atau susu formula merupakan sumber utama untuk memenuhi kebutuhan cairan. ASI dan susu formula dengan densitas energi standar (20 Kkal/oz atau 0,66 Kkal/mL), mengandung air sekitar 89%. Tambahan air yang dihasilkan dari oksidasi susu yang dikomsumsi tersedia dalam bentuk air bebas. Apabila konsentrasi susu formula melebihi 24 kkal/oz terdapat resiko bahwa walaupun kalori dikomsumsi adekuat, bayi kurang mendapat air bebas sehingga terjadi peningkatan beban zat terlarut pada ginjal dan dehidrasi (Rudolph, 2007).
2.1.3.2. Energi
asupan energi yang sebenarnya bervariasi dalam rentang ini. Sebagian besar peneliti melaporkan asupan bayi sehat rata-rata 107 kkal/kg/hari pada usia 1 bulan tetapi kemudian turun menjadi 85 kkal/kg/hari pada usia 6 bulan (Rudolph, 2007).
Kategori anak bayi usia 0,0 sampai 0,5 tahun rata-rata normalnya memiliki berat badan 6 kg dengan tinggi 60 cm, maka kecukupan energi rata-rata per kilogram adalah 108 kkal dan perhari 650 kkal (Rudolph,2007).
2.1.3.3. Karbohidrat
ASI menyediakan sekitar 40% dari kalorinya dalam bentuk laktosa yang mengalami hidrolisis menjadi glukosa dan galaktosa. Buah dan sayuran mengandung gula sederhana, termaksud glukosa dan fruktosa. Sukrosa (gula pasir) adalah kombinasi glukosa dan fruktosa. Pada anak dan dewasa, sebagian besar karbohidrat makanan dikomsumsi dalam bentuk polisakarida. Makanan Amerika rata-rata mengandung karbohidrat 35 sampai 60%. Asupan karbohidrat murni (refined) yang berlebihan meningkatkan resiko karies gigi (Rudolph, 2007).
2.1.3.4. Protein
2.1.3.5. Vitamin
Vitamin merupakan substansi organik dalam jumlah kecil pada makan yang esensial untuk metabolisme normal (Potter dan Perry, 2005). Vitamin berfungsi sebagai kofaktor dalam berbagai reaksi metabolik penting (Rudolph, 2007). Berikut dijelaskan tabel mengenai kerja biokimia vitamin, efek defisiensi, toksisitas dan sumber makanan :
Tabel 2.1 Kerja Biokimia Vitamin, Efek Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber Makanan
Vitamin Kerja Biokimia Efek Defisiensi
Komponen pigmen retina dan rodopsin untuk penglihatan dalam cahaya, perkembangan
tulang dan gigi, mempertahankan
integritas sel epitel,penyembuha
n luka dan pertumbuhan
Rabun senja, fotofobia,
konjungtiviti, keratomalaisia
Karotenemia diserati
xantosis kutis, keringat
malam, kulit kering, vertigo, hepatomegali,
penyerapan dan pengendapan
kalsium dan fosfor, pembentukan protein pengangkut kalsium dimukosa deudonum, sintesis protein pengikat kalsium di sel epitel
berperan dalam fragilitas darah merah,
menstabilkan
membran sel mencegah
peroksida asam lemak tidak jenuh
Anemia
hemolitik pada bayi prematur, gangguan integriras saraf, lesi otot
Tidak susu, telur, mentega, sayuran Vitamin
K
Memfasilitasi sintesis protombin, faktor pembekuan II, VII, IX, X
Kelainan perdarahan
hijau,
2.1.3.6. Mineral Utama
ASI atau susu formula memasok mineral-mineral pada bayi dan anak. Namun demikian, bayi yang banyak minum susu apapun alasannya beresiko tinggi mengidap defisiensi mineral (Rudolph, 2007).
Berikut adalah tabel mengenai mineral utama yang dibutuhkan tubuh, kerja biokimiawi, efek defisiensi, toksisitas dan sumber makanan :
Tabel 2.2 Mineral Utama Yang Dibutuhkan Tubuh, Kerja Biokimiawi, Efek Defisiensi, Toksisitas Dan Sumber Makanan
Mineral Kerja
Biokimiawi Efek defisiensi
Efek toksisitas
Sumber makanan
Thiamin Berikatan dengan fosfor untuk membentuk
tiamin pirofosfat yang bekerja pada berbagai
dekarboksilasi oksidatif
termaksud asam piruvat
Beri-beri, gagal jantung kongesti, takikardi, edema perifer
Beri-beri kering, neuritis,
Riboflavin Bagian dari koenzim flavin, flavin adenin nukleotida, dan flavin
mononukleotida
yang penting untuk oksidasi, pertumbuhan,
pigmen retina untuk adaptasi cahaya
Fotofobia, penurunan ketajaman
penglihatan, rasa terbakar, dan gatal pada mata, vaskularisasi kornea, glositis, dermatitis
seboroik,
Tidak diketahui
Susu, keju, telur, daging,
Niasin Komponen koenzim I dan II, kofaktor dalam sejumlah sistem dehidrogenase
penting untuk sintesis glikogen dan penguraian asam lemak
Pelagra, : dermatitis, apatis,
anoreksia,
neuropati perifer, ensefalopati dengan demensia, diare akibat atropi mukosa
Asam nikotinat memiliki efek vasodilatasi, flushing kulit, kesemutan, gatal, pusing bergoyang, mual, mungkin memicu kelainan hati
Lanjutan …..
Folat Asam tetrahidrofolat
adalah bentuk aktif, esensial dalam sintesis purin, pirimidin dan
nukleoprotein, reaksi metilasi, akseptor satu karbon
Anemia megaloblastik
(juga harus dicurigai
defisiensi vit B12), gangguan imunitas selular, gangguan hijau, brokoli, kacang, keju
Vitamin B4
berperan dalam sintesis
hemoglobin dan metabolisme
lemak
Dermatitis, keilosis, stomatitis,
neuritis perifer, anemia
mikrositik hipokromik,
Tidak diketahui
Hati, padi-padian, ragi, kentang,
jagung, kacang kedelai, pisang, kacang tanah Vitamin
B12
Esensial untuk pematangan sel darah merah disumsum tulang belakang,
koenzim untuk metil malonil KoA mutase, pemindahan satu unit kabon dalam metabolisme purin,
mempengaruhi metabolisme susunan syaraf
Anemia permisiosa,
gangguan saraf pada serat saraf besar di korda spinalis
Tidak diketahui
Hati, daging, susu, padi-padian utuh, dan kacang
Biotin Koenzim dari semua
karboksilase dan karbon dioksida
Dermatitis lenier, anoreksia,
glositis, alopesia, mual nyeri otot, insomia
Tidak diketahui
Hati, daging, susu, padi-padian utuh, dan kacang
Asam pantotenat
Kompenen KoA penting untuk metabolisme
lemak, protein dan CHO,
Dijumpai pada pemakaian
biosintesis asam lemak
kelemahan otot, mual, antibodi
2.1.3.7. Elemen Renik
Elemen renik hanya membentuk kurang dari satu persepuluh ribu berat tubuh total, tetapi banyak yang dianggap esensial untuk kehidupan, kesehatan, dan reproduksi. Elemen renik berfungsi sebagai kofaktor dalam reaksi enzim, komponen cairan tubuh, tempat untuk mengikat oksigen, dan sebagai komponen struktural untuk makromolekul nonenzimatik. Tabel dibawah meringkaskan kerja biokimiawi efek defisiensi toksisitas dan sumber elemen renik dalam makanan.
Tabel 2.3 Kerja Biokimiawi Efek Defisiensi Toksisitas Dan Sumber Elemen Renik Dalam Makanan
Elemen Renik
Kerja
Biokimiawi Efek Defisiensi
Efek Toksisitas
Sumber Makanan
Kromium Dibutuhkan untuk
metabolisme normal glukosa memperkuat kerja insulin
Intoleransi nitrogen negatif, penurunan respiratori quotient
Tidak diketahui Daging, keju, ragi,bir
Tembaga Penting untuk membentuk sel darah merah dan hemoglobin, ataksia disfungsi eritropoiesis, anoreksia
Penyakit wilson, pengendapan tembaga di kornea dan hati (menyebabkan sirosis), penurun status
neurologik
Hati, kerang, ginjal, tiram, kismis, coklat,
daging, ikan, kacang
Fluroida Membantu melindungi gigi terhadap karies gigi
Fluorosis gigi dengan bercak dan berubah warna
Air minum, makanan laut
Iodium Komponen hormon tiroksin dan trilodotiroin
Hipotiroid, gondok, sederhana
Gondok yang latrogenik
kretinisme endemik
ganggang laut
Lanjutan …
Besi Struktur hemoglobin dan mioglobin untuk mengangkut oksigen dan karbondiaoksida , enzim
oksidatif, sitokrom C dan katalase
Hemokromatosis Hati, daging tanpa lemak, telur, ayam
Mangan Kofaktor untuk piruvat asetil Ko-A karboksilase
Penurunan berat badan, dermatitis transien, mual dan muntah, perlambatan pertumbuhan rambut,
Kelainan
neurologik seperti yang dijumpai pada penyakit parkinson
Tersebar luas, defisiensi hanya dilaporkan pada diet eksperimental
Molibdenum Kofaktor untuk xantin, aslehida dan sulfit oksidase
Kerusakan otak yang parah,
takikardi, nyeri kepala
Sindrom mirip gout pada nutrisi parenteral dan sindrom genetik Selenium Faktor
pertumbuhan dan kofaktor untuk glutation peroksidase dan sistem enzim lain
Kardiomiopati, nyeri otot
Kerontokan Seng Kofaktor untuk
lebih dari 90 enzim
Kegagalan pertumbuhan
parenteral
2.1.4. Makanan Formula dan Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi
2.1.4.1. Formula Bayi
ASI adalah sumber nutrisi yang tersedia bagi bayi baru lahir, sehingga susu diberikan oleh ibu biologis atau ibu susu (wer-nurse) sewaan. Perkembangan susu formula bayi merupakan kejadian revolusioner dalam sejarah nutrisi pediatrik. Belum ada formula yang menyamai persis ASI, tetapi formula bayi telah disempurnakan sedemikian rupa ketahap menyamai ASI. Formula bayi memadai bagi bayi dari ibu karena alasan pribadi tidak ingin menyusui anaknya atau secara medis dikontraindikasikan untuk menyusui, dan sebagai suplemen apabila ASI tidak praktis untuk disimpan (Rudolph, 2007).
Selama 4 sampai 6 bulan pertama kehidupan, ASI dan susu formula dapat berfungsi sebagai satu-satunya sumber nutrisi bagi bayi. Antara 4 dan 6 bulan besi dalam makanan mungkin kurang memadai, sehingga formula bayi harus diperkaya oleh zat besi. Walaupun ketersediaan hayati besi dalam ASI baik, namun bayi yang mendapat ASI mungkin kurang mendapat besi, dengan demikian makanan pertama yang dikenalkan adalah makanan yang kaya akan besi (Rudolph, 2007).
Densitas kalori standar untuk semua formula bayi aterm sama dengan yangterdapat pada ASI (20 kkal/oz) dan semua pada dasarnya memiliki osmolaritas yang sama (280 sampai 300 mOsm/kg). Terdapat sedikit perbedaan dalam kandungan elektrolit yang mungkin penting untuk memilih formula pada kasus tertentu. Formula yang tersedia untuk bayi aterm dapat diklasifikasikan ke dalam tiga kategori besar berdasarkan jenis dan sifat kandungan protein yaitu :
predominan kasein atau predominan whey untuk bayi sehat tidak dapat dibedakan (Rudolph, 2007).
Formula dengan bahan dasar protein kedelai.Kedelai adalah sumber protein komersial kedua yang digunakan dalam formula bayi. Protein kedelai adalah jenis protein ketiga tersering yang dijumpai dalam formula bayi, dua yang lain adalah kasein dan whey. Susu kedelai sudah dianggap sesuai dengan bayi sejak 50 tahun yang lalu. Walaupun tidak ada data yang berarti mengenai keamanan pemakaian formula bayi pada prematur dan bayi sakit, tetapi tidak ada bukti yang harus membatasi pemakaian formula ini bagi bayi yang sehat (Rudolph, 2007).
The Committee on Nutrition dari theAmerican Academy of Pediatrics
menganjur pemakaian protein kedelai hanya pada bayi :
1. Keluarga vegetarian yang tidak menginginkan formula protein hewan. 2. Galaktosemia, defisiensi laktase primer atau fase pemulihan dari
intoleransi laktosa sekunder karena merupakan formula paling murah yang tidak mengandung laktosa.
3. Bayi yang berpotensi mengalami alergi yang belum memperlihatkan klinis alergi.
Namun, para bayi harus dipantau dengan cermat untuk mengetahui ada tidak alergi pada kedelai. Komite tersebut juga menyarankan bahwa formula-formula ini jangan digunakan :
1. Untuk pemberian makanan rutin bagi bayi prematur dan berat bayi rendah. 2. Apabila pemakaian harus dalam periode terbatas, kalaupun terindikasikan. 3. Dalam penanganan dietetik reaksi alergi terhadap protein susu sapi dan
atau formula protein kedelai.
2.1.4.2. Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan
Tabel 2.4 Petunjuk Pemberian Makan Pada Bayi Kurang dari 6 Bulan
Rentang Usia Pengenalan Makanan Baru
Alasan Pengenalan
Pola Perkembangan
0-2 bulan ASI atau formula Memenuhi semua kebutuhan gizi bayi selama 4 sampai 6 bulan pertama
Lanjutan …
4-6 bulan Serealia tunggal yang diperkaya besi di campur dengan susu. Serealia beras merupakan padi-padian yang paling hipoalergenik, dan biasanya
diperkenalkan pertama kali.
Menyediakan sumber besi makanan pada usia saat simpanan tubuh dari lahir mulai berkurang
Pematangan pengendalian kepala dan leher. Bibir memiliki pengendalian motorik untuk menutup rongga mulut. Lidah dapat bergerak ke samping untuk membantu memindahkan makanan di mulut, dan bayi akan menarik bibir bawah saat sendok dilepas (gerakan rahang memotong naik-turun) dimulai
2.2. Asuhan Keperawatan dengan Masalah Kebutuhan Dasar Nutrisi
2.2.1. Pengkajian
Pengkajian nutrisi penting khususnya bagi pasien yang beresiko masalah nutrisi berhubungan dengan stres, penyakit, hospitalisasi, kebiasaan gaya hidup, dan faktor-faktor lain. Pengkajian nutrisi terdiri dari empat area pokok yaitu pengukuran fisik (tinggi dan berat badan), tes laboratorium, riwayat diet dan kesehatan dan observasi klinik (Potter dan Perry, 2005).
Pengkuran Fisik
Pengukuran tinggi dan berat badan harus diperoleh ketika pasien masuk rumah sakit atau lingkungan pelayanan kesehatan apapun. Apabila memungkinkan, pasien harus ditimbang pada waktu yang sama setiap hari, pada skala sama dan dengan pakaian atau linen yang sama. Perubahan berat badan terakhir harus didokumentasikan (Potter dan Perry, 2005).
Tidak satupun tes laboratorium atau biokimia adalah diagnostik untuk malnutrisi. Tes-tes dipengaruhi oleh banyak faktor seperti keseimbangan cairan dan fungsi hati, fungsi ginjal dan adanya penyakit. Tes laboratorium biasanya digunakan untuk mempelajari status nutrisi termaksud ukuran protein plasma seperti albumin, transferin, retinol yang mengikat protein, total kapasitas ikatan zat besi dan hemoglobin (Potter dan Perry, 2005).
Riwayat Diet dan Kesehatan
Selain riwayat keperawatan yang umum, perawat memperoleh riwayat khusus diet yang lebih untuk mengkaji kebutuhan nutrisi aktual atau potensial. Riwayat diet berfokus pada kebiasaan asupan cairan dan makanan pasien. Sebaliknya informasi pilihan, alergi masalah dan area yang berhubungan lainnya seperti kemampuan pasien untuk memperoleh makanan (Potter dan Perry, 2005).
Tambahan bagi perawat untuk mengkaji adalah pengumpulan faktor-faktor yang mempengaruhi pola diet pasien dan status nutrisi. Faktor-faktor tersebut adalah :
Status Kesehatan. Status kesehatan pasien berhubungan dengan nafsu makan yang baik adalah tanda yang sehat. Anoreksia (kurang nafsu makan) biasanya gejala penyakit atau karena efek samping obat. Dan dukungan nutrisi adalah bagian esensial penyembuhan setiap penanganan medis (Potter dan Perry, 2005).
Kultur dan Agama.Pola kultural, etnik, agama dan batasan mengenai makanan harus diperhitungkan. Makanan dan diet tertentu harus diberikan apabila sesuai (Potter dan Perry, 2005).
Status Sosioekonomi.Biaya makanan tidak tetap dan belanja bervariasi tergantung pada uang yang tersedia (Potter dan Perry, 2005).
Faktor Psikologis. Motivasi individu untuk makanan yang seimbang dan persepsi individu tentang diet merupakan pengaruh yang kuat. Makanan yang mempunyai nilai simbolik yang utama bagi banyak orang (misalnya susu menyimbolkan kelemahan dan daging menyimbolkan kekuatan).
Alkohol dan obat-obatan.Penggunaan alkohol dan obat yang berlebihan memberikan konstribusi pada defisiensi nutrisi karena mungkin dibelanjakan alkohol daripada makanan dan alkohol menggantikan bagian makanan dan menekan nafsu makan. Alkohol juga memperngaruhi gastrointestinal.
obatan berlebihan juga mempengaruhi organ gastrointestinal. obatan yang menekan nafsu makan dapat menurunkan asupan gizi esensial. Obat-obatan juga menghabiskan zat gizi yang tersimpan dan mengurangi absospsi zat gizi didalam intostin(Potter dan Perry, 2005).
Observasi Klinis
Observasi klinis dapat menjadi aspek terpenting pengkajian nutrisi. Tanda-tanda klinis dari status gizi pasien terlihat pada tabel berikut :
Tabel 2.5 Tanda-Tanda Klinis Dari Status Gizi Pasien
No
Bagian Tubuh Tanda-Tanda untuk Nutrisi yang Baik
Tanda-Tanda untuk Nutrisi yang Buruk
1 Penampilan umum
Sadar, responsif Lesu, apatis, kakeksia, penampilan kakeksia
2 Berat badan Berat badan normal untuk tinggi badan, usia dan bentuk tubuh
Penampilan obesitas atau kurus (perhatian khusus untuk kurus)
3 Postur Postur tegak, lengan dan tungkai lurus
Bahu kendur, dada cekung, punggung bungkuk
4 Otot Otot berkembang baik, kuat tonus bagus, beberapa lemak ada dibawah kulit
Penampilan lemah, tonus buruk, tonus tidak berkembang nyeri, edema, tidak mampu berjalan dengan baik
5 Kontrol sistem saraf
Rentang perhatian baik, kurang iritabilitas atau kelelahan, refleks normal, kestabilan psikologis
Kurang perhatian, iritabilitas, bingung, tangan
dan kaki terasa terbakar dan kesemutan, kelemahan dan nyeri otot, penurunan atau kehilangan refleks lutut dan tumit
6 Fungsi gastrointestinal
Nafsu makan dan pencernaan baik, eleminasi teratur normal, tidak ada
organ atau massa yang teraba
limpa 7 Fungsi
kardiovaskuler
Laju denyut dan irama denyut jantung normal, tidak ada murmur, tekanan darah normal untuk usianya
Laju denyut jantung cepat, pembersaran jantung dan irama jantung tidak normal, tekanan darah meningkat Lanjutan …
8 Vitalitas umum Ketahanan bertenaga, kebiasaan tidur baik, penampilan kuat
Mudah lelah, kurang energi, mudah tertidur, penampilan capek dan apatis
9 Rambut Bersinar, penampilan berkilat, kuat, helai rambut tidak mudah dicabut, kulit kepala sehat
Rambut berserabut, kusam, kusut, kering, tipis dan
kasar, penampilan depigmentasi, helai rambut
mudah terlepas 10 Kulit (umum) Kulit halus dan sedikti
lembab dengan warna baik
Kasar, kering, bersisik,
pucat, berpigmen, berpenampilan iritasi, lebam, kehilangan lemak pada subkutan
11 Wajah dan leher
Warna merata halus, merah muda, penampilan sehat, tidak ada bengkak
Penampilan berminyak, diskolarasi, bersisik, bengkak, kulit gelap dipipi dan bawah mata, tidak halus dan kasar pada kulit sekitar hidung dan mulut
12 Bibir Halus, warna baik,
penampilan lembab (tidak pecah atau bengkak)
Penampilan kering dan
bersisik, bengkak, kemerahan dan bengkak
(keilosisi) lesi angular pada sudut mulut
13 Mulut dan membran mukosa
Membran mukosa didalam rongga mulut berwarna merah muda sampai kemerahan
Membran mukosa mulut yang lembut dan bengkak
14 Gusi Warna merah muda,
penampilan sehat dan merah, tidak bengkak dan berdarah
Gusi bengkak dan mudah berdarah, gusi tertarik kebelakang
15 Lidah Warna merah muda atau kemerahan gelap baik, tidak bengkak, halus, terdapat papilla dipermukaan, tidak ada lesi
Penampilan bengkak, kasar, warna magenta seperti daging (glositis),papilla hiperemia dan hipertropi, papilla attrofi
16 Gigi Gigi tidak berlubang dan nyeri, penampilan terang
terpakai, penampilan salah posisi
Lanjutan …
17 Mata Mata terang jernih,
penampilan bersinar, tidak ada luka disudut membran, bulu mata lembab dan sehat dengan warna merah muda, pembuluh darah terlihat atau tidak ada benjolan pada jaringan atau skelra, tidak ada lingkar kelelahan dibawah mata
Membran mata pucat (konjungtiva pucat), membran kemerahan (injeksi konjungtiva), kering, tanda-tanda infeksi, bintik-bintik kemerahan, fisura pada sudut kelopak
mata (angulat palpebretik),kekeringan
membran mata (konjungtiva serosis), penampilan buram dari kornea (korneal sirosis),
kornea lunak (keratomalasia).
18 Leher (kelenjar)
Tidak ada pembesaran kelenjar
Pembesaran tiroid 19 Kuku Penampilan keras, merah
muda
Bentuk kuku seperti sendok (koilonishia), mudah patah dan berpunggung
20 Kaki, tungkai Tidak ada nyeri, lemah atau bengkak, warna baik
Edema, nyeri betis, kesemutan, lemah
21 Kerangka Tidak ada malformasi Kaki bengkok, lutut menyatu, deformitas dada pada diafragma, skapula dan rusuk menonjol
2.2.2. Diganosa Keperawatan
Diagnosa Keperawatan Nanda Perubahan Status Nutisi
Perubahan Nutrisi : Kurang dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan :
Peningkatan laju metabolik
Asupan nutrisi yang tidak adekuat dalam diet Peningkatan kehilangan nutrisi melalui cairan
gastrointestinal
Kebutuhan energi tinggi akibat latihan yang berlebihan
Perubahan Nutrisi : Lebih dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan:
Penurunan laju metabolik
Asupan nutrisi dan kilokalori yang berlebihan dalam diet
Latihan atau aktivitas yang adekuat
Perubahan Nutrisi Resiko : Lebih dari Kebutuhan Tubuh Berhubungan dengan:
Pola asupan makanan yang disfungsional
Gangguan hubungan dengan orang yang penting atau bermakna
Gangguan menelan akibat jalan nafas buatan (Louis,1995).
2.2.3. Perencanaan
yang diet teratur untuk mencegah penyakit dan meningkatkan kesehatan. Pasien dengan diet terapeutik yang memahami rasional untuk diet adalah seperti lebih rela. Untuk kelompok pasien rencana asuhan keperawatan berdasarkan ada satu atau lebih dari tujuan berikut ini :
1. Klien akan kembali dalam 10% rentang berat badan yang baik.
2. Klien akan memperhatikan keseimbangan cairan dan elektrolit dalam batasan normal.
3. Pasien akan ingesti atau telah diberikan diet atau terapi nutrisi yang secara minimal memenuhi RDA.
4. Tidak ada komplikasi yang dihasilkan dari terapi nutrisi.
Dalam lingkungan kesehatan dan perawatan rumah, maka klien dengan kondisi fisiologis yang mempengaruhi nutrisi memerlukan nutrisi untuk memenuhi kebutuhan cairan dan elektrolit dan zat gizi. Jika merencanakan kebutuhan nutrisi yang kompleks maka konsultasi dengan ahli gizi untuk membantu meningkatkan sumber makanan yang cukup(Potter dan Perry, 2005).
Tabel 2.6 Proses Diagnostik Keperawatan untuk Perubahan Status Nutrisi
Aktivitas Pengkajian Batasan Karakteristik Diagnosa Keperawatan
Tanyakan pasien tentang perubahan berat badan yang direncanakan atau tidak direncanakan
Timbang berat badan pasien
Tanyakan pasien tentang makanan yang disukai atau tidak disukai
Inspeksi mukosa mulut pasien
Palpasi abdomen
Kehilangan berat badan yang tidak direncanakan
Berat badan kurang dari 20 % dari berat badan ideal
Keengganan terhadap makanan
Mukosa bukal yang inflamasi
Nyeri tekan abdomen
Tabel 2.7 Rencana Asuhan Keperawatan untuk Perubahan Nutrisi Kurang dari Kebutuhan Tubuh
Tujuan Hasil yang diharapkan
Intervensi Rasional
Klien akan kembali dalam 10 % dari rentang berat- tinggi badan yang baik
Pasien akan bertambah berat badan rata-rata ¼ sampai 0.2 kg/minggu
Parameter
laboratorium akan menunjukkan
bukti hidrasi adekuat dan meningkatkan
parameter nutrisi
Biasakan pasien untuk diet dan gunakan suplemen
oral yang diperlukan untuk
mencapai energi dan asupan nutrisi yang adekuat
Instruksikan
pasien untuk minum air dan minum nonkafein pada waktu makan dan diantara waktu makan
Nutrisi enteral secara fisiologis lebih kuat dan lebih murah daripada nutrisi parenteral dan dapat memelihara struktur
dan fungsi intestin (Mainous, Block dan Dietch, 1994) Erosi yang terus menerus dalam status nutrisi menempatakan
pasien pada resiko komplikasi dengan malnutrisi seperti sepsis, dehidrasi dan
ketidakseimbanng elektrolit
(Williams,1993).
2.2.4. Implementasi
Implementasi yang dilakukan oleh perawat antara lain :
Menstimulasi Makan. Perawat dapat membantu menstimulasi nafsu makan pasien dengan adaptasi lingkungan, konsultasi dengan ahli gizi, ketentuan diet khusus dan pilihan makanan, pemberian obat yang menstimulasi nafsu makan, dan konseling pasien dengan keluarga (Potter dan Perry, 2005).
komunitas dan rumah sakit. Apapaun keadaan lingkungan, perawat bertanggung jawab dalam memberikan lingkungan yang kondusif untuk makan (Potter dan Perry, 2005).
Ahli gizi. Setelah makan, asupan makanan pasien dievaluasi dan dicatat. Perawat berbagi tangggung jawab dengan ahli gizi (ahli diet) untuk mengevaluasi asupana makanan, pengetahuan ahli gizi akan nutrisi normal dan terapi nutrisi membantu perawat dalam merancang suatu rencana yang memenuhi tujuan nutrisi pasien (Potter dan Perry, 2005).
Diet terapeutik dan suplemen diet. Diet yang dimodifikasi atau terapeutik menunjukkan kebutuhan khusus pada proses penyakit. Diet modifikasi ini terdapat dalam perawatan rumah, perawatan yang diperluas, lingkungan jangka panjang. Komponen-komponen diet dimodifikasi termaksud isi nutrisi yang spesifik, jumlah kilokalori, tekstur makanan atau bumbu makanan. Terapi diet apapun akan baik jika keinginan pasien untuk mengikutinya. Rencana makanan pasien harus individual dan dikembangkan dalam kolaborasi dengan pasien (Potter dan Perry, 2005).
Makan Sendiri. Pasien cacat yang terganggu asupan makanan secara mandiri harus diperbolehkan, memotong makanan menjadi potongan kecil-kecil, melapisi roti dengan mentega dan menuangkan air. Alat makan khusus harus disediakan jika pasien ingin melakukan sebisa mungkin untuk diri mereka sendiri.
Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan memerlukan bantuan perawat untuk memberi makan. Jika kerusakan penglihatan baru terjadi atau sementara, pasien lebih memilih diberi makan. Pasien yang mengalami kerusakan penglihatan berhasil makan sendiri dan mandiri jika perawat menyediakan dan mendeskripsikan nampan dalam jangkauan pasien, memastikan bahwa cangkir air tidak terlalu penuh, dan mengorientasikan pasien pada lokasi tiap-tiap makanan dengan memegang tangan pasien dan membawa kelokasi makanan.
perencanaan menu dan kepatuhan dengan terapi yang direkomendasikan. Peranan konseling perawat termaksud keluarga dan informasi tentang sumber-sumber komunitas (Potter dan Perry, 2005).
Perencanaan makan harus memperhitungkan anggaran keluarga dan perbedaan pilihan anggota keluarga. Makanan yang spesifik dipilih berdasarkan resep diet atau standar pedoman diet seperti kelompok dasar makanan. Makanan juga harus menyediakan variasi dalam makanan dan warna yang kontras serta konsitensinya. Untuk keluarga dengan anggaran yang terbatas, dapat menggunakan pengganti. Misalnya buncis atau keju seringkali menggantikan daging pada makan(Potter dan Perry, 2005).
Pemberian makan oral. Membantu pasien dalam pemberian makan perawat dapat meningktakan pemberian makan pasien dalam perlindungan martabat pasien dan secara aktif melibatkan pasien dalan proses. Material apapun yang digunakan untuk melindungi pakaian harus serbet. Perawat harus memberikan pasien untuk mengosongkan mulutnya setelah setiap sendokan, berusaha menyelaraskan kecepatan pemberian makanan dengan kesiapan mereka dan seringkali menanyakan apakah terlalu cepat atau lambat. Perawat juga harus memperbolehkan pasien untuk menunjukkan perintah tentang makanan pilihan pasien yang ingin dimakan, dan percakapan dengan topik selain makanan harus menajdi bagian integral dalam proses (Potter dan Perry, 2005).
Nutrisi Enteral dan Infus. Nutrisi Enteral adalah nutrisi yang diberikan melalui saluran gastrointestinal. Hai ini termaksud makanan keseluruhan, campuran semua makanan, suplemen oral, dan formula selang pemberian makan. Nutrisi enteral adalah metode yang dipilih untuk memenuhi kebutuhan nutrisi jika salauran gastrointestinal pasien berfungsi dengan menyediakan dukungan psikologi, keamanan, dan nutrisi yang ekonomis (Potter dan Perry, 2005).
2.2.5. Evaluasi
Evaluasi nutrisi harus berlangsung terus menerus untuk mengevaluasi hasil intervensi bagi perawat (Potter dan Perry, 2005).
suatu masalah. Perawat bekerjasama dengan ahli gizi dan dokter untuk mengevaluasi keefektifan terapi nutrisi (Potter dan Perry, 2005).
Berikut adalah salah satu contoh evaluasi :
Tabel 2.8 Evaluasi Keperawatan
Tujuan Tindakan evaluatif Hasil yang diharapkan Pasien akan kembali
berada dalam rentang 10% berat badan yang baik untuk tinggi badannya
Timbang berat badan.
Observasi tanda-tanda defisit nutrisi pada pasien.
Observasi tanda-tanda dehidrasi atau overhidrasi pada pasien.
Palpasi kulit terhadap kehilangan turgor.
Palpasi kulit terhadap tanda-tanda edema.
Pantau tingkat elektrolit dan observasi terhadap ketidakseimbangan
elektrolit.
Berat badan akan menunjukkan
2.3. Asuhan Keperawatan Kasus
2.3.1 Pengkajian
I. BIODATA
IDENTITAS PASIEN
Nama : An. S Jenis Kelamin : Perempuan Umur : 2 Bulan 3 minggu Agama : Islam
Alamat : Jl. Pancing V Lingkungan II Medan Tanggal Masuk RS : 17 Juni 2013
No. Register : 00.88.67
Ruangan / Kamar : Kenanga / Ruang IX Anak Golongan Darah : O
Tanggal Pengkajian : 17 Juni 2013
Tanggal Operasi : Belum Pernah Operasi
Diagnosa Medis : Meningokel + Hidrocefalus + Anemia
II. KELUHAN UTAMA
Ada benjolan dipunggung sebesar telur ayam dan sudah ada semenjak An.S lahir. Benjolan semakin besar seiring dengan bertambah usia. An. S terlihat lemah. Nyeri dirasakan saat tertekan atau tersentuh area sekitar benjolan terutama saat digendong.
III. RIWAYAT KESEHATAN SEKARANG
A.Provocative/Palliative
1. Apa Penyebabnya :
Ada benjolan di punggung dan semakin besar ukuran benjolan 2. Hal-hal yang memperbaikkeadaan :
B.Quantity / quality
1. Bagaimana dirasakan : nyeri saat dipegang atau tersentuh area benjolan 2. Bagaimana dilihat : jika digeser posisi An. S
terlihat kesakitan dan menangis kuat
C.Region
1. Dimana lokasinya : Punggung badan 2. Apakah menyebar : Tidak menyebar
D.Time : Jika ditekan atau
tertekan area benjolan
IV. RIWAYAT KESEHATAN MASA LALU
A. Penyakit yang pernah dialami : Tidak ada
B. Pengobatan/tindakan yang pernah dilakukan : Tidak pernah mendapat pengobatan
C. Pernah dirawat / dioperasi : Pernah dirawat di Rumah Sakit
D. Lama dirawat : 3 hari
E. Alergi : Tidak ada alergi
F. Imunisasi : BCG dan Polio 1
V. RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
A. Orang tua : Tn. Y tidak menderita
penyakit
: Ny. S tidak memiliki
penyakit apapun
B. Saudara kandung : 1 Orang
C. Penyakit keturunan yang ada : Diabetes Miletus D. Anggota keluarga yang meninggal : Kakek An. S
F. Genogram
= Laki – laki
= Perempuan = Pasien (An.S)
= laki – laki sudah meninggal --- = tinggal serumah
= perempuan sudah meninggal
VI. RIWAYAT KESEHATAN PSIKOSOSIAL
A. Persepsi pasien tentangpenyakitnya :Tidak dapat dikaji B. Konsep diri
1. Gambaran diri : Tidak terkaji 2. Ideal diri : Tidak terkaji 3. Peran diri : Tidak terkaji
4. Identitas :
An. S seorang balita yang lahir dari orang tua yang sudah berpisah/cerai. orang tua kandung An.S tidak betanggung jawab terhadap An.S. An. S dititipkan dan diasuh oleh saudara kandung ibu An.S. Ibu An.S mengatakan tidak mampu membiayai kehidupan An.S.dan ibu An. S pada hari kedua An.S dirawat di RSUD
Dr.Pirngadi Medan pergi menjadi TKI di Malaysia. ayah An. S juga tidak sanggup untuk merawat anak nya sendiri. Oleh karena itu An.S diasuh oleh saudara kandung ibu An.S.
C. Keadaan emosi : Tidak stabil D. Hubungan sosial
1. Orang yang berarti : Bibi 2. Hubungan dengan keluarga : Baik 3. Hubungan dengan orang lain : Baik
4. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Tidak ada E. Spiritual
1. Nilai dan keyakinan : An.S berkeyakinan Islam dan bersuku jawa
2. Kegiatan ibadah : Tidak melakukan ibadah
VII. PEMERIKSAAN FISIK
A. Keadaan Umum:
Kesadaran compos mentis, keadaan umum lemah, terlihat kesakitan dan menangis kuat saat area benjolan tersentuh
B. Tanda-tanda vital
Suhu tubuh : 38,5 C
Tekanan darah : -
Nadi : 150 x/i
Pernafasanan : 60x/i
Skala nyeri : tidak dapat dikaji
Berat badan : 2,5 Kg
Tinggi badan : 48cm C. Pemeriksaan Head to toe
Kepala dan rambut
Bentuk :
Ubun – ubun : lunak
Kulit kepala : tidak bersih Rambut
Penyebaran dan keadaan
Rambut : tidak merata
Bau : ada bau
Warna rambut : hitam
Wajah
Warna kulit : tidak sianosis
Struktur wajah : simetris Mata
Konjungtiva dan sklera : konjungtiva anemis, sklera putih
Pupil : Isokor
Kornea : transparan sehingga iris terlihat Hidung
Tulang hidung dan posisi septum nasal : lengkap dengan posisi midline
Lubang hidung : tidak terdapat lendir/sekret kental
Cuping hidung : tidak ada Telinga
Bentuk telinga : simetris, aurikel mobile,tidak ada tejanan dan kembali setelah dilipat.
Ukuran posisi telinga : simetris
Lubang telinga : baik
Ketajaman pendengaran : baik
Mulut dan faring
Keadaan bibir : bibir berwarna merah muda, simetris, tekstur lembut, lembab.
Keadaan lidah : posisi lidah ditengah, warna merah muda, dilapisi bintik putih yang tipis dan tidak ada lesi. Pergerakan lidah bebas, lembut, tanpa ada nodul, dan bagian bawah lidah terdapat pembuluh darah. Dasar mulut lembut dan tanpa nodul
Palatum : merah muda dan tidak ada belah, uvula pada posisi garis tengah, tonsil berwarna merah muda dengan ukuran normal dan tidak ada cairan. Leher
Posisi trakea : simetris
Tyroid : tidak ada pembengkakan
Suara : nyaring
Kelenjar limfe : tidak ada pembengkakan
Vena jugularis : teraba
Denyut nadi karotis : teraba Pemeriksaan Integument
Kebersihan : baik
Kehangatan : ekstremitas tangan dan kaki terasa dingin
Warna : tidak sianosis
Turgor : kembali < 2 detik
Kelembapan : baik
Kelainan pada kulit : tidak ada Pemeriksaan payudara dan ketiak
Ukuran dan bentuk : normal dan simetris
Warna payudara dan areola : coklat
Kondisi payudara dan putting : baik Pemeriksaan thoraks
Pernafasan
Frekuensi : reguler
Irama : vesikuler
Tanda kesulitan bernafas : tidak ada Pemeriksaan paru
Palpasi getaran suara : baik
Perkusi : resonan
Auskultasi
Suara nafas : vesikuler Suara ucapan : normal Suara tambahan : tidak ada Pemeriksaan jantung
Inspeksi : tidak ada pembengkakan
Palpasi : tidak ada benjolan dan pembengkakan
Perkusi : dullness
Auskultasi : tidak ada suara murmur
Pemeriksaan abdomen
Inspeksi : bentuk abdomen simetris, tidak
ada benjolan atau massa sekitar abdomen, tidak ada luka atau lecet atau kemerahan pada area abdomen
Palpasi : tidak terkaji
Perkusi : timpani
Auskultasi : bising usus 10 x/i
Pemeriksaan kelamin dan area sekitarnya
Genitalia : tidak ada kelaianan
Anus dan perineum : Normal Pemeriksaan muskuluskeletal/ekstremitas
Kekuatan otot : skala 4 (An.S mampu menahan tahanan daripemeriksa)
Edema : tidak ada
Pemeriksaan neurologi
Fungsi motorik : tidak terkaji Fungsi sensorik : tidak terkaji Refleks
Bisep : baik
Trisep : baik
Bronkhoradialis : baik
Patelar : baik
Tendon achiles : baik
Plantar : baik
VIII. POLA KEBIASAAN SEHARI-HARI
Pola makan dan minum
Nafsu makan : tidak baik
Nyeri ulu hati : tidak ada
Alergi : tidak ada
Mual dan muntah : tidak ada
Waktu pemberian makan : per 4 s.d 5 jam/hari
Jumlah dan jenis makanan : PASI, 100ml
Masalah makan dan minum : An. S sulit untuk mau minum PASI, dan sejak lahir hanya beberapa kali saja minum ASI
IX. POLA ELEMINASI
1. BAB
Pola BAB : baik
Karakter feses : lunak
BAB trakhir : pagi hari
Diare : tidak ada
Penggunaan laksatif : tidak ada 2. BAK
Pola BAK : baik
Karakter urin : kuning keruh
Nyeri/kesulitan BAK : tidak ada
Riwayat penyakit ginjal/kandung kemih : tidak ada
Penggunaan diuretik : tidak ada
Upaya mengatasi masalah : tidak ada
2.3.2. Analisa Data
No Data Masalah
Keperawatan
1 DO :
Temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C
RR = 60x/i
An. S terlihat gelisah
Saat di palpasi, kulit terasa hangat DS :
Bibi An.S mengatakan bahwaAn. S gelisah dan menangis
Hipertermi
2 DO :
Usia 2 bulan 3 minggu. Berat Badan = 2,5 kg
Tinggi Badan 48cm
RR = 60 x/i
Hasil lab. An. S, Hemoglobin = 4 g/L
Konjungtiva An. S terlihat anemis
An.S terlihat lemah DS :
Bibi An.S mengatakan An.S terlihat lemah sekali,
Badan An. S terlihat semakin kurus dari sebelumnya
Kebutuhan nutrisi kurang dari
kebutuhan tubuh
2.3.3. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat.
2.3.4. Perencanaan Keperawatan
2.3.4.1. Diagnosa Keperawatan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat badan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah.
Tujuan dan Kriteria
Hasil
Rencana Tindakan Rasional
Senin, 17 Juni 2013
An. S akan bertambah berat badan rata – rata ¼ bukti hidrasi adekuat dan meningkatkan parameter nutrisi
1. Lakukan pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya
2. Lakukan kolaborasi dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi
3. Beri nutrisi PASI setiap 3 jam sekali
dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam
4. Lakukan kolaborasi untuk pemberian cairan dan transfusi pada An. S
1. Pengkajian
merupakan tahap awal dalam melakukan
perencanaan dan implementasikepera watan
2. Kolaborasi dengan ahli gizi untuk mengetahui
kebutuhan nutrisi yang diperlukan agar dapat menaikkan berat badan dan Hb 3. Pemberian nutrisi
Lanjutan …
2.3.4.2. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat.
5. Lalukan pemasangan
cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i 6. Lakukan
pengontrolan cairan intravena pada An. S 7. Bila tidak ada
demam, atau suhu tubuh aman untuk transfusi,
kolaborasikan
dengan dokter untuk dilakukan transfusi darah.
4. Terapi cairan
dikolaborasikan dengan dokter sesuai dengan diagnosa penyakit dan kebutuhan tubuh pasien
5. Pemberian cairan intravena untuk membantu pasien dalam memenuhi menjaga
keseimbangan
kebutuhan cairan elektrolit
6. Pengontrolan
dilakukan untuk mengetahui
keefektifan pemberian cairan 7. Transfusi dilakukan
untuk menaikkan Hb.
Hari/t gl
Tujuan dan
kriteria hasil Rencana tindakan Rasional
Senin, 17 Juni 2013
Suhu turun dan dalam rentang normal (37,5 C)
1. Lakukan pengkajian
pengukuran suhu tubuh An.S
2. Beri kompres
kepada An. S 3. Ukur kembali suhu
tubuh An.S setelah setengah jam diberi kompres
1. Pengkajian merupakan tahap awal dalam melakukan
perencanaan dan implementasi
keperawatan
Lanjutan….
2.3.5. Implementasi dan Evaluasi
2.3.5.1. Diagnosa Keperawatan
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupannutrisi tidak adekuat ditandai dengan usia 2 bulan 3 minggu, berat badan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, hasil lab. An. S hemoglobin = 4 g/L, konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah
Hari/ tgl Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
Senin, 17 Juni 2013
10.00 WIB
1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya 2. Melakukan kolaborasi
dalam pemberian diet dengan dokter atau ahli gizi 3. Memberi PASI setiap 3 jam
sebanyak 250 ml/3jam
4. Lakukan kolaborasi untuk
pemasangan cairan intravena
5. Melakukan pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i
6. Melakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S 7. Bila tidak ada demam, atau
suhu tubuh aman untuk transfusi, kolaborasikan dengan dokter untuk dilakukan transfusi darah.
S : bibi An. S
mengatakan An.S masih terlihat lemah O : An. S terlihat
lemah, Hb = 4 (belum dilakukan transfusi), PASI habis 200ml/3jam A : masalah tidak
teratasi P : Intervensi
dilanjutkan Pemberian terapi
intravena dengan cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i Diet PASI
250ml/3jam, transfusi PRC gol O
4. Jika demam tidak
berkurang, kolaborasikan
dengan dokter untuk diberikan obat antipeuretik
3. Untuk mengetahui keefektifan kompres selama ½ jam
Lanjutan …
1. Melakukan pengkajian fisik
dan pemeriksaan laboratorium yang sudah
dilakukan An. S sebelumnya 2. Memberi nutrisi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam
3. Lakukan kolaborasi untuk pemberian cairan dan transfusi pada An.S
4. Melakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S 5. Kolaborasi dengan dokter
untuk pemberian transfusi 6. Melakukan transfusi pada
An. S PRC gol O 5gtt/i selama 3jam.
S : bibi An. S
mengatakan An.S masih terlihat lemah O : An. S terlihat
lemah, Hb = 5,2g/L, (PASI habis
200ml/3jam
intravena dengan cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i Diet PASI
250ml/3jam,
transfusi PRC gol O Rabu,
19 Juni 2013
16.20 WIB
1. Melakukan pengkajian fisik
dan pemeriksaan laboratorium yang sudah
dilakukan An. S sebelumnya 2. Memberi nutrisi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam
3. Jika suhu turun, segera lakukan kolaborasi dalam pemberian transfusi
S : bibi An. S
mengatakan An.S masih terlihat lemah O : An. S terlihat
lemah, Hb = 5,2g/L, PASI habis
2.3.5.2. Diagnosa Keperawatan
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 50 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat.
Hari/
tanggal Pukul Tindakan Keperawatan Evaluasi
Senin, 17 Juni 2013
13.00 WIB
1. Melakukan pengkajian pengukuran suhu tubuh An.S
2. memberi kompres kepada An. S
3. Mengukur kembali suhu tubuh An.S setelah setengah jam diberi kompres
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk diberikan obat antipeuretik
5. Memberi obat antipeuretik Paracetamol
S : bibi An. S
mengatakan An.S gelisah dan rewel O : T= 38 C kompres dan obat antipeuretik
1. Melakukan pengkajian pengukuran suhu tubuh An.S
2. Mengontrol suhu tubuh setiap 2 jam
S : bibi An. S
mengatakan An.S terlihst tenang O : T= 37,4 C A : masalah teratasi P : intervensi
dilanjutkan, pengontrolan suhu tubuh
1. Melakukan pengkajian pengukuran suhu tubuh An.S
2. Memberi kompres kepada An. S
3. Mengukur kembali suhu tubuh An.S setelah setengah jam diberi kompres
S : bibi An. S
mengatakan An.S gelisah dan rewel O : T= 37,7 C A : Proses Infeksi
BAB III
KESIMPULAN DAN SARAN
3.1 Kesimpulan
Nutrisi merupakan elemen penting untuk proses dan fungsi tubuh. Enam katagori zat makanan adalah air, karbohidrat, protein, lemak, vitamin, dan mineral (Potter dan Perry, 2005).
Kasus yang saya ambil pada Karya Tulis Ilmiah saya adalah An. S dengan umur 2 bulan 3 minggu, masuk ruang kenanga / ruang IX anak RSUD Dr. Pirngadi Medan pada tanggal 17 Juni 2013 dan dilakukan pengkajian pada tanggal 17 Juni 2013 pada pukul 09.30 WIB. Dari hasil pemeriksaan laboratorium ditemukan bahwa Hemoglobin tanggal 17 juni 2013 adalah 4 g/L. Hasil pengkajian ditemui temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 50 x/i, berat badan = 2,5 kg, tinggi badan 48cm, konjungtiva An. S terlihat anemis, An.S terlihat lemah, An. S terlihat gelisah.
Masalah nutrisi menjadi prioritas masalah kebutuhan dasar pada An. S dan kebutuhan dasar yang kedua adalah masalah hipertermi. Intervensi yang direncanakan adalah memberikan diet PASI 250ml/3jam dan transfusi PRC Gol O pada An. S, namun hari pertama hanya pemberian PASI 200ml/3jam yang dapat dilakukan dan transfusi PRC gol O tidak dapat dilakukan karena An.S hipertermi (38,5C). Hari kedua implementasi, An. S dilakukan transfusi karena suhu tubuh An. S 37,4C. masalah kebutuhan dasar kedua teratasi. Setelah transfusi dilakukan, beberapa jam kemudian dilakukan kembali pemeriksaan laboratorium ulang dan ditemukan hasil Hb = 5,2g/L.Transfusi darah hanya dilakukan 3 kali. Setelah habis masa dinas saya di RSUD Dr. Pirngadi Medan, hasil terakhir dari pemeriksaan Hb adalah 6,3 g/L. Masalah kebutuhan nutrisi hanya sebagian teratasi.
3.2. Saran
1. Pendidikan
2. Perawat
Setiap perawat hendaknya memahami konsep dasar dari nutrisi, bagaimana cara memberikan makanan, serta konsultasikan dengan ahli gizi masalah diet yang tepat, agar dapat terpenuhinya kriteria hasil yang ingin dicapai.
3. Pasien dan Keluarga
Setiap orang tua hendaknya mengetahui kebutuhan nutrisi apa saja yang dibutuhkan untuk bayi, agar tidak terhambat pertumbuhan anak.
Orang tua atau orang terdekat hendaknya cepat merespon hal – hal yang dianggap tidak normal atau aneh dari bayi mereka.
DAFTAR PUSTAKA
Almatsier, Sunita (2004). Prinsip Dasar Ilmu Gizi. Jakarta : Gramedia Pustaka Utama.
Asmadi (2008). Konsep Dasar Keperawatan. Jakarta : EGC
Hidayat, A.A, (2009). Pengantar Kebutuhan Dasar Manusia : Aplikasi Konsep dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba Medika.
Merenstein, G.B. and Kaplan, D.W, (2002). Buku Pegangan Pediatri. Edisi 17. Jakarta : Widya Medika.
Nelson, W.E, (2000). Nelson : Ilmu Kesehatan Anak. Edisi 1. Jakarta : EGC. Potter, P.A. and Perry, A.G, (2005). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan
Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Potter, P.A. and Perry, A.G, (2006). Buku Ajar : Fundamental Keperawatan Konsep, Proses, dan Praktek. Edisi 4. Jakarta : EGC.
Rudolph, A.M, (2007). Buku Ajar Pediatri Rudolph (Rudolph’s Pediatrics). Edisi 20. Jakarta : EGC.
Setiawati, S dan Dermawan, A, (2008). Panduan Praktis : Pengkajian Fisik Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Trans Info Media.
Smeltzer, S.C. and Bare, B.G., (2002). Buku Ajar : Keperawatan Medikal Bedah. Edisi 8. Jakarta : EGC.
Tarwoto dan Wartonah, (2006). Kebutuhan Dasar Manusia dan Proses Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : Salemba Medika.
CATATAN PERKEMBANGAN
Hari/ tgl Diagnosa Keperawatan
Pukul Tindakan Keperawatan
Senin, 17 Juni 2013
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan Usia 2 bulan 3 minggu, Berat Badan = 2,5 kg, RR = 60 x/i, Hasil lab. An. S , Hemoglobin = 4 g/L, Konjungtiva An. S terlihat anemis, dan An.S terlihat lemah
10.00
12.00 12.15 12.30
13.00
1. Melakukan pengkajian fisik dan hasil pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya
2. Memberi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam
3. Lakukan kolaborasi untuk pemasangan cairan intravena
4. Melakukan pemasangan cairan Intra Vena (IV) pada An. S dengan pemberian terapi cairan Ringer Laktat 30gtt/i dan NaCl 0,25% 30gtt/i
5. Melakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S
Senin, 17 Juni 2013
Hipertermi
berhubungan dengan proses infeksi ditandai dengan temperatur suhu tubuh An. S = 38,5 C, RR = 60 x/i, An. S terlihat gelisah, saat di palpasi, kulit terasa hangat
13.05 13.15 13.45
13.50
14.05
1. Melakukan pengkajian
pengukuran suhu tubuh An.S 2. memberi kompres kepada An. S 3. Mengukur kembali suhu tubuh
An.S setelah setengah jam diberi kompres
4. Melakukan kolaborasi dengan dokter untuk diberikan obat antipeuretik
5. Memberi obat antipeuretik Paracetamol 250mg pulvis
Selasa, 18 Juni 2013
Kebutuhan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan asupan nutrisi tidak adekuat ditandai dengan Usia 2 bulan 3 minggu, Berat Badan = 2,5 kg, RR = 50 x/i, Hasil lab. An. S , T = 37,4C, Hemoglobin = 4 g/L, Konjungtiva An. S terlihat anemis dan lemah
1. Melakukan pengkajian fisik dan pemeriksaan laboratorium yang sudah dilakukan An. S sebelumnya
2. Memberi PASI setiap 3 jam sekali dengan PASI sebanyak 250 ml/3jam
3. Lakukan kolaborasi untuk pemberian transfusi pada An.S
4. Melakukan pengontrolan cairan intravena pada An. S
5. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian transfusi