Lampiran 2. Skor Pernyataan Persepsi Responden Pusat Pasar Kota Medan Terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan No.
Sampel
Pernyataan Positif (+) Pernyataan Negatif (-) Pernyataan Positif (+) Pernyataan Negatif (-) Total Skor
1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7 1 2 3 4 5 6 7
1 C C C D C D C E E E D E D D 3 3 3 2 3 2 3 1 1 1 2 1 2 2 29
2 E E D C C D E C D D E E D E 1 1 2 3 3 2 1 3 2 2 1 1 2 1 25
3 B B B D D D B D B D D D D D 4 4 4 2 2 2 4 2 4 2 2 2 2 2 38
4 B B B D B D A D B D D D C D 4 4 4 2 4 2 5 2 4 2 2 2 3 2 42
5 D D D B C B C B B D D D D D 2 2 2 4 3 4 3 4 4 2 2 2 2 2 38
6 D D C D C D C D B E D D D D 2 2 3 2 3 2 3 2 4 1 2 2 2 2 32
7 D D D D D E C D D E E E D E 2 2 2 2 2 1 3 2 2 1 1 1 2 1 24
8 B B B D C D C D B D D D E E 4 4 4 2 3 2 3 2 4 2 2 2 1 1 36
9 D D C D C D C D B E D D D E 2 2 3 2 3 2 3 2 4 1 2 2 2 1 31
10 A A A A A A B C E C D D D D 5 5 5 5 5 5 4 3 1 3 2 2 2 2 49
11 B B B B C B C B B E D D C E 4 4 4 4 3 4 3 4 4 1 2 2 3 1 43
12 D D D D D D B D B E E E E E 2 2 2 2 2 2 4 2 4 1 1 1 1 1 27
Lampiran 3. Skor Pernyataan Responden Pasar Induk Kota Medan terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
No. Sampel
Lampiran 4. Jumlah Responden Pusat Pasar Kota Medan yang Menjawab Pernyataan dengan Persepsi Positif dan Persepsi Negatif
Pernyataan Positif Nomor
Pernyataan SS S R TS STS Jumlah
1 1 4 1 6 1 13
2 1 3 1 7 1 13
3 1 4 3 5 0 13
4 1 3 1 8 0 13
5 1 1 8 3 0 13
6 1 3 0 8 1 13
7 1 3 8 0 1 13
Persepsi Negatif Nomor
Pernyataan STS TS R S SS Jumlah
1 0 3 2 7 1 13
2 0 8 1 2 2 13
3 0 0 1 5 7 13
4 0 0 0 9 4 13
5 0 0 0 8 5 13
6 0 0 2 8 3 13
Lampiran 5. Jumlah Responden Pasar Induk Kota Medan yang Menjawab Pernyataan dengan Persepsi Positif dan Persepsi Negatif
Pernyataan Positif Nomor
Pernyataan SS S R TS STS Jumlah
1 1 17 3 9 0 30
2 4 17 4 5 0 30
3 2 19 3 6 0 30
4 3 13 1 13 0 30
5 0 24 5 1 0 30
6 4 18 1 7 0 30
7 7 22 1 0 0 30
Pernyataan Negatif Nomor
Pernyataan STS TS R S SS Jumlah
1 3 14 0 12 1 30
2 9 12 4 5 0 30
3 0 1 2 21 6 30
4 8 10 4 7 1 30
5 0 0 0 25 5 30
6 0 3 4 19 4 30
Lampiran 6. Interpretasi Skor Persepsi Pedagang Responden di Pusat Pasar Kota Medan
No. Sampel
Total
Skor Xi^2 S T Interpretasi
1 29 841 8.257 35.49 Negatif
2 25 625 8.257 30.65 Negatif
3 38 1444 8.257 46.39 Negatif
4 42 1764 8.257 51.24 Positif
5 38 1444 8.257 46.39 Negatif
6 32 1024 8.257 39.12 Negatif
7 24 576 8.257 29.44 Negatif
8 36 1296 8.257 43.97 Negatif
9 31 961 8.257 37.91 Negatif
10 49 2401 8.257 59.71 Positif
11 43 1849 8.257 52.45 Positif
12 27 729 8.257 33.07 Negatif
Lampiran 8. Penentuan Kriteria Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, Peraturan Pemerintah, dan Pensiasatan Sistem Kontrol
1. Persesntase maksimal, yaitu 100%
2. Persentase minimal = = = 33,3%
3. Rentangan persentase = % max - % min = 100% - 33,3% = 66,7% 4. Interval kelas persentase =
= = 22,23%
Berdasarkan kelas interval di atas, maka dapat ditentukan kriteria setiap faktor seperti tercantum di bawah ini :
No. Interval kelas Kriteria Aksesibilitas/Lalu
Lintas/Kenyamanan/Persaingan/Peraturan Pemerintah/Pensiasatan Sistem Kontrol
1 ≥ 77,77% - 100% Mudah/Ramai/Sangat Nyaman/Tinggi/Sangat Tegas/Mudah
2 ≥ 55,54% - 77,76% Sedang/Sedang/Nyaman/Sedang/ Tegas/Sedang
Tingkat Peraturan Pemerintah
Tingkat Pensiasatan Sistem Kontrol
Lampiran 11. Hasil Uji Chi-Square Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan Persepsi * Aksesibilitas
Persepsi * TIngkat Aksesibilitas Crosstabulation
TIngkat Aksesibilitas
Linear-by-Linear Association .978 1 .323
N of Valid Cases 13
a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .46.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .283 .568
Persepsi * Lalu Lintas
Persepsi * Tingkat Lalu Lintas Crosstabulation
Tingkat Lalu Lintas
Continuity Correctionb .005 1 .944
Likelihood Ratio .842 1 .359
Fisher's Exact Test .423 .423
Linear-by-Linear Association .891 1 .345
N of Valid Cases 13
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .46.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .263 .326
Persepsi * Kenyamanan
Persepi * Tingkat Kenyamanan Crosstabulation
Tingkat Kenyamanan
Total Nyaman TIdak Nyaman
Persepi Positif Count 1 2 3
Continuity Correctionb 1.593 1 .207
Likelihood Ratio 3.725 1 .054
Fisher's Exact Test .108 .108
Linear-by-Linear Association 3.853 1 .050
N of Valid Cases 13
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .69.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .493 .041
Persepsi * Persaingan
Persepsi * TIngkat Persaingan Crosstabulation
TIngkat Persaingan
Continuity Correctionb .005 1 .944
Likelihood Ratio .842 1 .359
Fisher's Exact Test .423 .423
Linear-by-Linear Association .891 1 .345
N of Valid Cases 13
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .46.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .263 .326
Persepsi * Peraturan Pemerintah
Persepsi * Ketegasan Peraturan Pemerintah Crosstabulation
Ketegasan Peraturan Pemerintah
Total Tegas Tidak Tegas
Persepsi Positif Count 2 1 3
Continuity Correctionb 1.593 1 .207
Likelihood Ratio 3.725 1 .054
Fisher's Exact Test .108 .108
Linear-by-Linear Association 3.853 1 .050
N of Valid Cases 13
a. 3 cells (75.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .69.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .493 .041
Persepsi * Pensiasatan Sistem Kontrol
Persepsi * Pensiasatan Sestem Kontrol Crosstabulation
Pensiasatan Sestem Kontrol
Linear-by-Linear Association 1.379 1 .240
N of Valid Cases 13
a. 5 cells (83.3%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .46.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .322 .473
Lampiran 12. Hasil Uji Chi-Square Faktor-faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Kota Medan Persepsi * Aksesibilitas
Persepsi * Tingkat Aksesibilitas Crosstabulation
Tingkat Aksesibilitas
Linear-by-Linear Association .530 1 .467
N of Valid Cases 30
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 3.30.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .140 .741
Persepsi * Lalu Lintas
Persepsi * Tingkat Lalu Lintas Crosstabulation
Tingkat Lalu Lintas
Linear-by-Linear Association 3.358 1 .067
N of Valid Cases 30
a. 3 cells (50.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.83.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .333 .155
Persepsi * Kenyamanan
Persepsi * TIngkat Kenyamanan Crosstabulation
TIngkat Kenyamanan
Total Sangat Nyaman Nyaman
Persepsi Positif Count 12 7 19
Continuity Correctionb 3.999 1 .046
Likelihood Ratio 6.016 1 .014
Fisher's Exact Test .026 .021
Linear-by-Linear Association 5.473 1 .019
N of Valid Cases 30
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 5.13.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .398 .017
Persepsi * Persaingan
Persepsi * Tingkat Persaingan Crosstabulation
Tingkat Persaingan
Total Tinggi Sedang Rendah
Persepsi Positif Count 17 1 1 19
Linear-by-Linear Association 1.498 1 .221
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is .73.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .222 .461
Persepsi * Peraturan Pemerintah
Persepsi * Ketegasan Peraturan Pemerintah Crosstabulation
Ketegasan Peraturan Pemerintah
Total Sangat Tegas Tegas Tidak Tegas
Persepsi Positif Count 3 2 14 19
Linear-by-Linear Association .044 1 .834
N of Valid Cases 30
a. 4 cells (66.7%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1.47.
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .133 .763
Lampiran 13. Hasil Uji Chi-Square hubungan Antara Persepsi Pedagang Sayur dan Buah dengan Keputusan Pemilihan Lokasi Pasar
Persepsi * Lokasi Berdagang Crosstabulation
Lokasi Berdagang
Continuity Correctionb 4.382 1 .036
Likelihood Ratio 6.113 1 .013
Fisher's Exact Test .022 .017
Linear-by-Linear Association 5.746 1 .017
N of Valid Cases 43
a. 0 cells (.0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 6.35.
b. Computed only for a 2x2 table
Symmetric Measures
Value Approx. Sig.
Nominal by Nominal Contingency Coefficient .347 .015
Lampiran 14. Foto Penelitian
Kondisi Pusat Pasar Kota Medan saat penelitian (Jl. Sutomo dan Jl. Veteran)
DAFTAR PUSTAKA
Anonymous. 2013. Sistem Pengawasan Terhadap Penyelenggaraan Pemerintah Daerah.
Anugerah, I. Setiaji. 2004. Pengembangan Sub Terminal Agribisnis (STA) dan Pasar Lelang Komoditas Pertanian dan Pemasalahannya. Forum penelitian Agro Ekonomi. Volume 22 No. 2 Desember 2004
Azwar, Saifuddin. 2007. Sikap Manusia Teori dan Pengukurannya. Yogyakarta : Pustaka Pelajar
Badan Pusat Statistik. 2015. Kota Medan Dalam Angka Tahun 2015. Badan Pusat Statistik Sumatera Utara
Fahmi, Irham. 2014. Perilaku Organisasi. Bandung : CV Alfabeta
Fuad, M, Christine H, Nurlela, Sugiarto, dan Paulus. 2009. Pengantar Bisnis. Jakarta : PT Gramedia Pustaka Utama
Ginting, Paham. 2006. Pemasaran Produk Perttanian. Medan : USUPress
Johan, Suwinto. 2011. Studi Kelayakan Pengembangan Bisnis. Yogyakarta : Graha Ilmu
Kartasapoetra, G, R.G. Kartasapoetra, dan A.G. Kartasapoetra. 1986. Marketing Produk Pertanian dan Industri. Jakarta : PT Bina Aksara
Marzuki. 2005. Metodologi Riset (Panduan Penelitian Bidang Bisnis dan Sosial).Yogyakarta : Ekonisia
Mokoginta, Syobrian R. 2012. Persepsi Masyarakat terhadap Relokasi Pasar Tradisional di Kelurahan Genggulang Kecamatan Kotamobagu Utara. Jurnal. Program Studi Perencanaan Wilayah dan Kota. Universitas Sam Ratulanggi : Manado
Mueller, D.J. 1992. Mengukur Sikap Sosial. Jakarta : Bumi Aksara Nanawi, H. 1991. Metode Penelitian Sosial. Yogyakarta : Yasaguna
Poerwanto, Roedhy dan Anas D. Susila. 2014. Hortikultura Tropika Teknologi Hortikultura. Bogor : IPB Press
Pracoyo, Tri Kunawangsih. 2005. Aspek Dasar ekonomi Makro di Indonesia. Jakarta : Grasindo
Rachbini, Didik J. 1994. Ekonomi Informal Perkotaan. Jakarta : LP3ES
Sarwono, Sarlito Wirawan. 2002. Psikologi Sosial Individu dan Teori-Teori. Jakarta : Balai Pustaka
Sastrawan, I Wayan. 2015. Analisis Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pemilihan Lokasi Usaha Pedagang Kaki Lima di Pantai Penimbangan Kecamatan Buleleng, Kabupaten Buleleng. Jurnal vol : 5 No. 1 tahun 2015. Jurusan Pendidikan Ekonomi. Universitas Pendidikan Ganesha : Singaraja
Setiadi, Teddy. 2008. Pasar Induk Sayur Mayur di Indonesia dan Beberapa
Negara.
pada 22 Juli 2016)
Setiawan, Ade Iwan. 1995. Budidaya dan Pengaturan Panen Sayur Dataran Tinggi. Jakarta : Penebar Swadaya
Siburian, Freddy H. 2010. Persepsi Masyarakat Petani dan Pedagang terhadap Keberadaan Sub Terminal Agribisnis (STA) Harangan Sidua-Dua di Nagori Saribu Dolok, Kecamatan Silimakuta, Kabupaten Simalungun. Skripsi. Fakultas Pertanian. Universitas Sumatera Utara : Medan
Sugiyono. 2010. Metode Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan RND. Bandung : CV Alfabeta
Sunarjonoa, Hendro. 2013. Berkebun 26 Jenis Tanaman Buah. Jakarta : Penebar Swadaya
Sunarjonob, Hendro .2013. Bertanam 36 Jenis Sayur. Jakarta : Penebar Swadaya Suyuti, Zanzawi dan Landung Simatupang. 1992. Statistik Nonparametrik.
Jakarta: Gramedia
Tambunan, Tulus T.H. 2003. Perkembangan Sektor Pertanian di Indonesia : Beberapa Sektor Penting. Jakarta : Ghalia Indonesia
Tarigan, Robinson. 2009. Perencanaan Pembangunan Wilayah. Jakarta : Bumi Aksara
Teguh, Muhammad. 2005. Metodologi Penelitian Ekonomi. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Thoha, Miftah. 2008. Perilaku Organisasi ; Konsep Dasar dan Aplikasinya. Jakarta : PT. Rajagrafindo Persada
Tim Penulis PS. 1998. Agribisnis Tanaman Buah.
Tjiptono, Fandy. 2007. Pemasaran Jasa. Malang : Bayumedia Publishing
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
3.1 Metode Penentuan Daerah Penelitian
Daerah penelitian ditentukan secara purposive, yaitu di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Terpilihnya pasar tersebut karena merupakan pusat pasar yang baru dibangun dalam rangka membuat “wajah” Kota Medan secara bertahap menjadi semakin indah, bersih, dan rapi. Selain itu, juga bertujuan untuk efektivitas akses bagi konsumen dan produsen, pemanfaatan tata ruang kota, serta untuk efisiensi transportasi dan waktu. Pasar Induk ini dibangun di atas lahan 12 Ha yang diresmikan pada 19 Juni 2015 oleh Wali Kota MedanDrs. H.T. Dzulmi Eldin,S,M.Si, dimana sudah satu tahun beroperasi dan saat ini dikelola oleh BUMD Kota Medan yakni Perusahaan Daerah Pusat Pasar Kota Medan.
3.2 Metode Penentuan Sampel
Metode yang digunakan dalam penentuan sampel adalah metode purposive sampling, sampel dipilih berdasarkan pertimbangan tertentu sesuai dengan tujuan penelitian (Marzuki, 2005), dimana sampel yang dipilih adalah pedagang sayur dan buah yang direlokasi dari Pusat Pasar Kota Medan ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan.
Untuk menentukan besaran sampel menggunakan rumus Slovin, yaitu (Nanawi, 1991):
Dimana :
N = Ukuran Populasi
e = Kesalahan pengambilan sampel yang masih dapat ditolelir sebesar 15%
Dengan jumlah populasi pedagang sebanyak 1129 jiwa dan tingkat kesalahan sebesar 15%, maka jumlah sampel dalam penelitian ini yaitu :
dibulatkan menjadi 43 pedagang
Setelah diperoleh sampel sebesar 43 pedagang, maka dapat diproporsionalkan ke dalam 2 kelompok, yaitu pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan dan pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Tabel 3 menunjukkan jumlah sampel pada setiap kelompok.
Tabel 3. Data Jumlah Sampel
No. Kelompok Populasi Sampel
1 Pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan
778 30
2 Pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan
351 13
Jumlah 1129 43
Sumber : Hasil olahan dari pra survei 2015
3.3 Metode Pengumpulan Data
Pusat Pasar Kota Medan dengan menggunakan daftar pertanyaan (kuesioner) yang telah dipersiapkan terlebih dahulu. Sedangkan data sekunder merupakan data pelengkap yang diperoleh dari instansi-instansi yang terkait dengan penelitian ini, seperti Perusahaan Daerah Pasar Kota Medan dan literatur-literatur yang berhubungan dengan penelitian ini.
3.4 Metode Analisis Data
Untuk menguji hipotesis pertama yaitu mengetahui persepsi pedagang sayur dan buah terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan di daerah penelitian, dianalisis dengan menggunakan metode analisis teknik penskalaan Likert.
Metode ini dilakukan dengan mencatat (tally) penguatan respon pada setiap pilihan jawaban atas suatu pernyataan positif atau negatif. Untuk pernyataan positif, dapat diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban dengan kategori seperti yang terlihat pada tabel 4.
Tabel 4. Kategori Jawaban Pernyataan Persepsi Positif Pedagang Sayur dan Buah terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan
No. Kategori Jawaban Skor
1 Sangat Setuju (SS) 5
2 Setuju (S) 4
3 Ragu-Ragu (R) 3
4 Tidak Setuju (TS) 2
Untuk pernyataan negatif juga diberikan skor untuk masing-masing pilihan jawaban kategori seperti terlihat pada tabel 5.
Tabel 5. Kategori Jawaban Pernyataan Persepsi Negatif Pedagang Sayur dan Buah terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan
No. Kategori Jawaban Skor
1 Sangat Tidak Setuju (STS) 5
2 Tidak Setuju (TS) 4
3 Ragu-Ragu (R) 3
4 Setuju (S) 2
5 Sangat Setuju (SS) 1
Sumber : Mueller, 1992
Untuk mengukur skala Likert tersebut, digunakan rumus sebagai berikut (Azwar, 2007):
Dimana :
T = Skor Standar X = Skor Sampel
= Rata-rata Skor Kelompok S = Deviasi Satandar Kelompok Kriteria uji, apabila :
T > 50 Persepsi Positif T ≤ 50 Persepsi Negatif
H0 : Persepsi pedagang sayur dan buah adalah positif
H1 : Persepsi pedagang sayur dan buah adalah negatif
Jika T > 50, maka H0 diterima, dan H1 ditolak
Jika T ≤ 50, maka H0 ditolak, dan H1 diterima
Untuk menguji hipotesis kedua dan ketiga, digunakan metode analisis Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Untuk mengetahui seberapa erat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat akan diketahui di dalam tabel
contingency coefficient.
Secara manual, uji Chi-Square dapat diperoleh dengan menggunakan rumus sebagai berikut :
Dimana :
X2 = nilai Chi-Square
fo = frekuensi hasil observasi
fh = frekuensi yang diharapkan
Menurut Suyuti dan Landung (1992), untuk memberikan interpretasi terhadap nilai Chi-Square tersebut, maka perlu dibandingakan dengan nilai Chi-Square tabel pada derajat bebas (db) tertentu. Besarnya derajat bebas dapat dihitung dengan rumus:
Dimana :
db = derajat bebas
b = jumlah baris k = jumlah kolom
Adapun kriteria uji Chi-Square (X2) adalah sebagai berikut : Jika X2 hitung < X2 tabel, maka H0 diterima atau H1ditolak
Jika X2 hitung ≥ X2 tabel, maka H1diterima atau H0 ditolak
H0 = tidak ada hubungan yang nyata antara aksesibilitas, lalu lintas,
kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi pedagang sayur dan buah dalam keputusan untuk bertahan di Pusat Pasar Kota Medan atau bersedia direlokasi ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
H1 = terdapat hubungan yang nyata antara aksesibilitas, lalu lintas,
kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi pedagang sayur dan buah dalam keputusan untuk bertahan di Pusat Pasar Kota Medan atau bersedia direlokasi ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
Untuk menguji hipotesis keempat, digunakan metode analisis Chi-Square dengan tingkat kepercayaan 95% (α = 5%). Untuk mengetahui seberapa erat hubungan variabel bebas terhadap variabel terikat akan diketahui di dalam tabel contingency coefficient.
Adapun kriteria uji Chi-Square (X2) adalah sebagai berikut : Jika X2 hitung < X2 tabel, maka H0 diterima atau H1ditolak
H0 = tidak ada hubungan yang nyata antara persepsi pedagang sayur dan buah
dengan keputusan pemilihan lokasi pasar
H1 = terdapat hubungan yang nyata antara persepsi pedagang sayur dan buah
dengan keputusan pemilihan lokasi pasar
3.5 Definisi dan Batasan operasional
Untuk menghindari kesalahpahaman dan kekeliruan atas pengertian dalam penelitian ini, maka diberikan beberapa definisi dan batasan operasional.
3.5.1. Definisi
1. Pasar adalah aktivitas transaksi barang dan jasa yang melibatkan produsen, konsumen, dan lembaga pemasaran.
2. Pedagang sampel adalah pedagang yang menjual sayur dan pedagang yang menjual buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan Pusat Pasar Kota Medan.
3. Persepsi adalah kesan yang diperoleh individu melalui panca indera kemudian dianalisa, diinterpretasi, dan kemudian dievaluasi, sehingga individu tersebut memperoleh makna.
4. Persepsi pedagang sayur dan buah adalah pencerminan dorongan-dorongan yang datang dari dalam diri pedagang sayur dan buah, serta reaksinya terhadap stimulus yang menghasilkan pengaruh atau penolakan, kepositifan atau kenegatifan, penilaian suka atau tidak suka terhadap suatu objek.
6. Persepsi negatif adalah pencerminan diri seseorang yang cenderung tidak menyukai, menjauhi, membenci, menghindari, ataupun tidak mengharapkan keberadaan objek tertentu.
7. Pasar induk adalah tempat pertemuan antara para pedagang besar dengan para pedagang eceran serta memungkinkan pula para konsumen untuk secara langsung melakukan transaksi jual beli.
8. Aksesibilitas adalah kemudahan untuk mencapai suatu tempat atau wilayah 9. Lalu lintas adalah banyaknya pengunjung yang lalu-lalang di sekitar pasar
yang bisa memberikan peluang besar terhadap terjadinya buying
10.Kenyamanan adalah kondisi dimana seseorang merasa dirinya dihargai, merasa aman, senang dan tidak ada beban pikiran
11.Persaingan adalah kondisi dimana terdapat banyak pedagang produk sejenis di suatu tempat
12.Peraturan pemerintah adalah peraturan yang dibuat oleh pemerintah untuk mengatur tata ruang kota, dalam hal relokasi diperlukan adanya ketegasan pemerintah agar peraturan pemerintah dapat dipatuhi.
13.Pensiasatan sistem kontrol adalah tingkat kesulitan pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan dalam menghindari penertiban pasar.
3.5.2. Batasan Operasional
2. Subjek penelitian adalah pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan
BAB IV
DESKRIPSI DAERAH PENELITIAN
4.1. Gambaran Umum Daerah Penelitian
4.1.1. Keadaan Geografi
Kota Medan merupakan ibu kota Provinsi Sumatera Utara yang secara geografis terletak di antara 3o.27’-3o.47’ Lintang Utara dan 98o.35’-98o.44’ Bujur Timur dengan ketinggian 2,5-37,5 meter di atas permukaan laut. Kota Medan merupakan pusat pemerintahan Daerah Tingkat I Sumatera Utara dan merupakan salah satu dari 33 Daerah Tingkat II di Sumatera Utara dengan luas daerah sekitar 265,10 Km2 yang berbatasan dengan Kabupaten Deli Serdang di sebelah Utara, Selatan, Barat, dan TImur. Sebagian besar wilayah kota Medan adalah dataran rendah yang merupakan tempat pertemuan dua sungai penting, yaitu sungai Babura dan sungai Deli.
Kota Medan memiliki iklim tropis dengan suhu minimum menurut stasiun BMKG wilayah I pada tahun 2014 yaitu 20oC dan suhu maksimum 35,2oC, serta menurut stasiun Sempali dengan suhu antara 21,8oC-32,3oC. kelembaban udara rata-rata 75-81% dan kecepatan angina rata-rata 1,20m/sec, sedangkan rata-rata total laju penguapan di setiap bulan adalah 111,13 mm. Hari hujan di Kota Medan per bulan adalah 14 hari dengan rata-rata curah hujan 170 mm.
4.1.2. Keadaan Penduduk Kota Medan
Tabel 6. Komposisi Penduduk di Kota Medan
Sumber : Badan Pusat Statistik kota Medan, 2015
Tabel 7. Penduduk Menurut Kelompok Umur dan Jenis Kelamin di Kota Sumber : Badan Pusat Statistik kota Medan, 2015
Tabel 7 menunjukkan bahwa jumlah penduduk kota Medan pada tahun 2014 sebesar 2.191.140 jiwa yang terdiri dari 1.081.797 jiwa laki-laki (49,37%) dan 1.109.343 jiwa perempuan (50,63%). Dari data tersebut dapat dilihat bahwa jumlah penduduk perempuan lebih banyak dari penduduk laki-laki. Tabel 7 di atas menunjukkan bahwa usia non-produktif (0-14 tahun) yang terdiri dari bayi balita, anak-anak, dan remaja berjumlah 583.253 jiwa (26,62%). Jumlah usia produktif (15-54 tahun) yaitu orang dewasa sebesar 1.392.617 jiwa (63,56%). Dan jumlah manula (>55 tahun) sebesar 215.270 jiwa (9.82%).
4.1.3. Pasar di Kota Medan
membutuhkan pasar untuk dapat memperoleh kebutuhan hidup sehari-hari seperti makanan, pakaian, dan kebutuhan rumah tangga lainnya. Jumlah pasar di kota Medan dapat dilihat pada tabel 8 berikut :
Tabel 8. Jumlah Pasar di Kota Medan beserta Luasnya
No. Kecamatan Jumlah Pasar Luas Pasar (M2)
1 Medan Tuntungan 1 7,370.43
Sumber : PD Pasar Kota Medan, 2015
Berdasarkan tabel 8 di atas, maka dapat dilihat bahwa jumlah pasar terbanyak ada di kecamatan Medan Kota dengan jumlah pasar sebanyak 9 pasar, sedangkan kecamatan yang memiliki luas pasar terbesar ada pada kecamatan Medan Kota yaitu seluas 50.230,23 m2.
Pasar Kota Medan yang terletak di kecamatan Medan Kota, tepatnya yang berada di sekitar Jalan Sutomo dan Jalan Veteran.
4.2. Karakteristik Sampel Penelitian
Sampel dalam penelitian ini adalah pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Gambaran karakteristik responden meliputi umur, tingkat pendidikan dan penaglaman berdagang. Adapun karakeristik pedagang sampel dapat dapat dilihat pada tabel 9 berikut :
Tabel 9. Karakteristik Sampel Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan di Pusat Pasar Kota Medan.
No. Karakteristik Satuan Rentang Rataan
1 Umur Tahun 19-60 39,98
2 Tingkat Pendidikan Tahun 0-16 12,14
3 Pengalaman Bergadang Tahun 1,5-35 14,49
Sumber : Lampiran 1
BAB V
HASIL DAN PEMBAHASAN
5.1. Persepsi Pedagang Sayur dan Buah terhadap Keberadaan Pasar Induk
Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan berada di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan. Pasar ini dibangun oleh Pemerintah Kota Medan dengan luas lahan 12 Ha dalam rangka pemanfaatan tata ruang kota. Pasar ini diperuntukkan bagi pedagang sayur dan buah, namun juga tidak menutup kemungkinan bagi pedagang produk pelengkap lainnya seperti pedagang ikan, daging, dll untuk berdagang di pasar ini. Pedagang yang diutamakan untuk mengisi pasar ini adalah pedagang yang berada di Pusat Pasar Kota Medan tepatnya yang berada di bahu Jalan Sutomo dan Jalan Veteran, sehingga pedagang ini direlokasi ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan.
Tabel 10. Skala penilaian untuk pernyataan positf dan negatif
No. Kategori Jawaban Skor Positif Skor Negatif
1 Sangat Setuju (SS) 5 1
2 Setuju (S) 4 2
3 Ragu-Ragu (R) 3 3
4 Tidak Setuju (TS) 2 4
5 Sangat Tidak Setuju (STS) 1 5
Sumber : Sugiyono (2010)
Dari setiap jawaban pernyataan akan diperoleh distribusi frekuensi responden bagi setiap kategori kemudian secara kumulatif dilihat deviasinya menurut deviasi normal, sehingga diperoleh skor (nilai skala untuk masing-masing kategori jawaban), kemudian skor terhadap masing-masing pernyataan dijumlahkan.
Tabel 11. Persepsi Pedagang Sayur dan Buah Terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
No. Kategori Jumlah (orang) Persentase (%)
1 Positif 22 51
2 Negatif 21 49
Total 43 100
Sumber : Lampiran 6 dan 7
Beradasarkan tabel 11 di atas, dapat dilihat bahwa dari 43 pedagang sampel yang diwawancarai terdapat 22 orang (51%) pedagang yang menyetakan persepsi positif dan 21 orang (49%) pedagang yang menyatakan persepsi negatif terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Hal ini menyatakan bahwa persepsi pedagang sayur dan buah terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah mendukung, karena berdampak positif bagi pedagang.
5.2. Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan,
Peraturan Pemerintah, dan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan
Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Faktor-faktor yang diuji hubungannya terhadap persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan antara lain ; aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol.
Untuk menguji hipotesis 2, yang mengatakan terdapat hubungan yang nyata antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, peraturan pemerintah, dan pensiasatan sistem kontrol dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban dari 13 pedagang responden terhadap kuesioner yang diberikan.
Aksesibilitas dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) mudah apabila terdapat banyak jaringan transportasi menuju lokasi pasar, waktu tempuh yang cepat (≤30 menit), dan biaya transportasi murah, (b) sedang apabila waktu tempuhnya (30-60 menit) dan biaya transportasi yang cukup murah, (c) sulit apabila terdapat sedikit jaringan transportasi menuju lokasi pasar, jarak tempuh yang jauh, waktu tempuh yang lama (>60 menit), dan biaya transportasi yang mahal.
Tabel 12. Hubungan Aksesibilitas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Aksesibilitas Total
Mudah Sedang Sulit
Positif 1 1 1 3
Negatif 6 3 1 10
Total 7 4 2 13
Tabel 12 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 7 orang (53,8%) pedagang menyatakan variabel tingkat aksesibilitas menuju Pusat Pasar Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang memiliki kendaraan pribadi, sehingga waktu tempuh lebih cepat dan biaya transportasi lebih hemat, 4 orang (30,8%) pedagang menyatakan sedang karena untuk menuju Pusat Pasar Kota Medan beberapa pedagang menyewa kendaraan umum dan jarak tempuhnya lebih jauh, dan 2 orang lainnya (15,4%) menyatakan sulit karena lokasi pasar jauh dari tempat tinggal, sehingga waktu tempuh lebih lama dan biaya transportasi relatih lebih mahal.
Lalu lintas dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) ramai apabila di setiap waktu ada banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, (b) sedang apabila hanya pada waktu tertentu banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan kurang berpotensi untuk membeli, (c) sepi apabila hanya sedikit orang yang lalu lalang di sekitar pasar.
Tabel 13. Hubungan Lalu Lintas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Lalu Lintas Total
Ramai Sedang Sepi
Positif 2 1 0 2
Negatif 9 1 0 10
Total 11 2 0 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
sedang karena terdapat cukup banyak orang yang sekedar berlalu lalang di sekitar pasar, dan tidak ada pedagang yang menyatakan sepi karena selalu ada orang yang berlalu-lalang disekitar pasar.
Kenyamanan dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) sangat nyaman apabila pedagang merasa tidak ada beban pikiran saat berdagang, fasilitas di pasar dan sekitar pasar sangat lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, (b) nyaman apabila pedagang merasa fasilitas di pasar dan sekitar pasar cukup lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, (c) tidak nyaman apabila pedagang tidak merasa aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia.
Tabel 14. Hubungan Kenyamanan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Kenyamanan Total
Sangat Nyaman Nyaman Tidak Nyaman
Positif 0 1 2 3
Negatif 0 9 1 10
Total 0 10 3 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 14 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, tidak ada pedagang menyatakan variabel tingkat kenyamanan di Pusat Pasar Kota Medan merasa sangat nyaman, 10 orang (76,9%) pedagang menyatakan nyaman karena merasa fasilitas yang tersedia cukup lengkap dan aman saat menggunakan fasilitas-fasilitas tersebut, dan 3 orang (23,1%) pedagang lainnya merasa tidak nyaman.
apabila terdapat pedagang produk sejenis dan produk tidak sejenis dengan jumlah yang sama, (c) rendah apabila terdapat sedikit pedagang produk sejenis tetapi banyak pedagang produk tidak sejenis.
Tabel 15. Hubungan Persaingan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Tingkat Persaingan Total
Tinggi Sedang Rendah
Positif 1 2 0 3
Negatif 1 9 0 10
Total 2 11 0 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 15 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 2 orang (15,4%) pedagang menyatakan variabel tingkat persaingan di Pusat Pasar Kota Medan adalah tinggi karena menurut pedagang responden terdapat banyak pedagang produk sejenis, namun sedikit pedagang produk tidak sejenis, 11 orang (84,6%) pedagang menyatakan sedang karena menurut pedagang responden terdapat banyak pedagang produk sejenis dan cukup banyak pedagang produk tidak sejenis, dan tidak ada responden yang menyatakan rendah.
Tabel 16. Hubungan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Peraturan Pemerintah Total
Sangat Tegas Tegas Tidak Tegas
Positif 0 2 1 3
Negatif 0 1 9 10
Total 0 3 10 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 16 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, tidak ada responden yang menyatakan variabel peraturan pemerintah dalam merelokasi pedagang adalah sangat tegas, namun ada 3 orang (23,1%) pedagang menyatakan tegas karena pedagang responden berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah tepat, namun kurang tegas, dan 10 orang (76,9%) pedagang lainnya menyatakan tidak tegas karena mayoritas pedagang responden berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang tidak tepat dan tidak tidak tegas.
Tabel 17. Hubungan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
Persepsi Pensiasatan Sistem Kontrol Total
Mudah Sedang Sulit
Positif 1 1 1 3
Negatif 7 2 1 10
Total 8 3 2 13
Sumber : Lampiran 6 dan 9
Tabel 17 memperlihatkan bahwa dari 13 responden yang diwawancarai, ada 8 orang (61,5%) pedagang menyatakan variabel pensiasatan sistem kontrol di Pusat Pasar Kota Medan adalah mudah karena mayoritas pedagang mengetahui jadwal penertiban pasar, 3 orang (23,1%) pedagang menyatakan sedang karena mengetahui jadwal penertiban pasar, namun sulit untuk menghindari petugas penertiban pasar, dan 2 orang (15,4%) pedagang lainnya menyatakan sulit karena tidak mengetahui jadwal penertiban pasar sehingga sulit untuk menghindari petugas saat penertiban pasar dilakukan.
Tabel 18. Hasil Chi-Square Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, Peraturan Pemerintah, dan Pensiasatan Sistem Kontrol dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pusat Pasar Kota Medan
No Faktor X2
Hitung
X2 Tabel
(α=0,05) Signifikansi Nilai
Contingency
6 Pensiasatan Sistem Kontrol
1,499 df=2 diperoleh 5,991
0,473 0,322
Sumber : Lampiran 11
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan, faktor aksesibilitas diperoleh nilai X2hitung 1,130 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X2tabel 5,991, pada derajat
bebas (df) = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,568>0,05, dan
contingency coefficient 0,283 atau sebesar 28,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
von Thunen mengatakan biaya transportasi untuk mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota berbanding lurus dengan jarak. Setiap petani di sekeliling kawasan kota akan menjual hasil pertaniannya ke kota tersebut melalui pedagang besar yang berada di kawasan tempat produksi, dengan biaya transportasi ditanggung oleh pedagang. Jarak yang jauh, tidak menjadi kendala bagi pedagang karena mayoritas pedagang sampel memiliki kendaraan pribadi sehingga biaya transportasi lebih hemat dan walaupun tidak memiliki kendaraan pribadi, jaringan transportasi menuju Pusat Pasar Kota Medan, tergolong mudah.
Lalu lintas, diperoleh nilai X2hitung 0,965 lebih rendah dibandingkan dengan nilai
X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh
sebesar 0,326>0,05, dan contingency coefficient 0,263 atau sebesar 26,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
Begitupun menurut Sistem K=3 dari Christaller yang beasumsi bahwa konsumen bertindak secara rasional sesuai dengan prinsip minimisasi jarak/biaya. Jadi, dari sisi kepadatan penduduk, lalu lintas tidak menjadi kendala bagi persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan.
Kenyamanan, diperoleh nilai X2hitung 4,174 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh
sebesar 0,041<0,05, dan contingency coefficient 0,493 atau sebesar 49,3% yang tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima.
Sehingga dapat disimpulkan kenyamanan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Kenyamanan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha (Tjiptono, 2007), nyaman adalah kondisi dimana seseorang merasa dihargai, merasa aman, senang, dan tidak ada beban pikiran. Hal ini dapat dirasakan oleh sebagian pedagang di Pusat Pasar Kota Medan, sehingga kenyamanan merupakan faktor yang dipertimbangkan oleh bagi pedagang di Pusat Pasar Kota Medan dalam memilih lokasi berdagang.
Persaingan, diperoleh nilai X2hitung 0,965 lebih rendah dibandingkan dengan nilai
X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh
sebesar 0,326>0,05, dan contingency coefficient 0,263 atau sebesar 26,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
Medan. Menurut Tjiptono (2007), persaingan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha. Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk sejenis, dapat pada produk substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Menurut pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan, tingkat persaingan di Pusat Pasar Kota Medan adalah sedang, hal ini disebabkan oleh berkurangnya pedagang produk sejenis di pasar tersebut. Sehingga, tingkat persaingan yang sedang tersebut, tidak menjadi kendala bagi pedagang.
Peraturan pemerintah, diperoleh nilai X2hitung 4,174 lebih tinggi dibandingkan
dengan nilai X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi
diperoleh sebesar 0,041<0,05, dan contingency coefficient 0,493 atau sebesar 49,3% yang tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak
dan H1 diterima.
merasa perelokasian pedagang dari Pusat Pasar Kota Medan ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan tidak tepat dan tidak tegas, karena para pedagang sudah merasa nyaman berdagang di Pusat Pasar Kota Medan.
Pensiasatan sistem kontrol, diperoleh nilai X2hitung 1,499 lebih rendah
dibandingkan dengan nilai X2tabel 5,991, pada derajat bebas (df) = 2, dengan nilai
signifikansi diperoleh sebesar 0,473>0,05, dan contingency coefficient 0,283 atau sebesar 32,2% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0
diterima dan H1 ditolak.
Sehingga dapat disimpulkan pensiasatan sistem kontrol bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Dalam rangka pelaksanaan pekerjaan dan untuk mencapai tujuan dari pemerintah yang telah direncanakan maka perlu ada pengawasan, seperti yang tercantum pada Pasal 30 Peraturan Menteri Dalam Negeri Republik Indonesia No.20 Tahun 2012 tentang Pengelolaan dan Pemberdayaan Pasar. Namun, sistem kontrol dapat disiasati, dengan kata lain dapat dihindari dengan berbagai cara. Sehingga sistem kontrol atau pengawasan pemerintah tidak menjadi kendala bagi pedagang di Pusat Pasar Kota Medan.
5.3. Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, dan
Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
Untuk menguji hipotesis 3, yang mengatakan terdapat hubungan yang nyata antara aksesibilitas, lalu lintas, kenyamanan, persaingan, dan peraturan pemerintah dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban dari 30 pedagang responden terhadap kuesioner yang diberikan.
Aksesibilitas dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) mudah apabila terdapat banyak jaringan transportasi menuju lokasi pasar, waktu tempuh yang cepat (≤30 menit), dan biaya transportasi murah, (b) sedang apabila waktu tempuhnya (30-60 menit) dan biaya transportasi yang cukup murah, (c) sulit apabila terdapat sedikit jaringan transportasi menuju lokasi pasar, jarak tempuh yang jauh, waktu tempuh yang lama (>60 menit), dan biaya transportasi yang mahal.
Tabel 19. Hubungan Aksesibilitas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Aksesibilitas Total
Mudah Sedang Sulit
Positif 7 6 6 19
Negatif 3 3 5 11
Total 10 9 11 30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
transportasi relatif tidak murah, dan 11 orang (36,6%) pedagang lainnya menyatakan sulit karena jarak tempuh yang relatif jauh dari lokasi pasar dan minimnya transportasi umum menuju lokasi pasar sehingga dibutuhkan biaya yang lebih mahal untuk mencapai lokasi pasar.
Lalu lintas dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) ramai apabila di setiap waktu ada banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan berpotensi untuk membeli, (b) sedang apabila hanya pada waktu tertentu banyak orang yang lalu lalang di sekitar pasar dan kurang berpotensi untuk membeli, (c) sepi apabila hanya sedikit orang yang lalu lalang di sekitar pasar.
Tabel 20. Hubungan Lalu Lintas dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Lalu Lintas Total
Ramai Sedang Sepi
Positif 12 5 2 19
Negatif 3 5 3 11
Total 15 10 5 30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
hanya sedikit orang yang berlalu-lalang di sekitar pasar sehingga jumlah konsumen yang berpotensi untuk membeli tidak memadai.
Kenyamanan dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) sangat nyaman apabila pedagang merasa tidak ada beban pikiran saat berdagang, fasilitas di pasar dan sekitar pasar sangat lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, (b) nyaman apabila pedagang merasa fasilitas di pasar dan sekitar pasar cukup lengkap, aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia, (c) tidak nyaman apabila pedagang tidak merasa aman saat berdagang dan saat menggunakan fasilitas yang tersedia.
Tabel 21. Hubungan Kenyamanan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Kenyamanan Total
Sangat Nyaman Nyaman Tidak Nyaman
Positif 12 7 0 19
Negatif 2 9 0 11
Total 14 16 0 30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Persaingan dibagi dalam 3 kategori, yaitu (a) tinggi apabila terdapat banyak pedagang produk sejenis dan sedikit pedagang produk tidak sejenis, (b) sedang apabila terdapat pedagang produk sejenis dan produk tidak sejenis dengan jumlah yang sama, (c) rendah apabila terdapat sedikit pedagang produk sejenis tetapi banyak pedagang produk tidak sejenis.
Tabel 22. Hubungan Persaingan dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Tingkat Persaingan Total
Tinggi Sedang Rendah
Positif 17 1 1 19
Negatif 8 1 2 11
Total 25 2 3 30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 22 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 25 orang (83,3%) menyatakan variabel tingkat persaingan di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah tinggi karena terdapat banyak pedagang produk sejenis, 2 orang (6,67%) pedagang menyatakan sedang karena terdapat cukup banyak pedagang produk sejenis dan pedagang produk tidak sejenis, dan 3 orang (10%) pedagang lainnya menyatakan rendah karena terdapat cukup banyak pedagang produk sejenis dan banyak pedagang produk tidak sejenis.
pedagang merasa kebijakan pemerintah tentang relokasi pasar tidak tepat dan tindakan pemerintah dalam relokasi pedagang tidak tegas.
Tabel 23. Hubungan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-buahan Kota Medan
Persepsi Peraturan Pemerintah Total
Sangat Tegas Tegas Tidak Tegas
Positif 3 2 14 19
Negatif 1 2 8 11
Total 4 4 22 30
Sumber : Lampiran 7 dan 10
Tabel 23 memperlihatkan bahwa dari 30 responden yang diwawancarai, ada 4 orang (13,3%) pedagang menyatakan variabel peraturan pemerintah dalam merelokasi pedagang adalah sangat tegas karena pedagang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah sangat tepat dan tegas, 4 orang (13,3%) pedagang menyatakan tegas karena pedagang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah tepat dan cukup tegas , dan 22 orang (73,3%) pedagang lainnya menyatakan tidak tegas karena mayoritas pedagang berpendapat bahwa kebijakan pemerintah dalam merelokasi pedagang sudah tepat namun tidak tegas.
Tabel 24. Hasil Chi-Square Hubungan Aksesibilitas, Lalu Lintas, Kenyamanan, Persaingan, dan Peraturan Pemerintah dengan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan
No Faktor X2
Hitung
X2 Tabel
(α=0,05) Signifikansi Nilai
Contingency
Sumber : Lampiran 12
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan, faktor aksesibilitas diperoleh nilai X2hitung 0,600 lebih rendah dibandingkan dengan nilai X2tabel 5,991, pada derajat
bebas (df) = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,741>0,05, dan
contingency coefficient 0,140 atau sebesar 14,0% yang tergolong tidak ada keeratan hubungan. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1
ditolak.
mengangkut hasil dari tempat produksi ke kota berbanding lurus dengan jarak. Setiap petani di sekeliling kawasan kota akan menjual hasil pertaniannya ke kota tersebut melalui pedagang besar yang berada di kawasan tempat produksi, dengan biaya transportasi ditanggung oleh pedagang. Jarak yang jauh, tidak menjadi kendala bagi pedagang karena mayoritas pedagang sampel memiliki kendaraan pribadi sehingga biaya transportasi lebih hemat, selain itu jaringan transportasi menuju lokasi pasar juga mudah didapat.
Lalu lintas, diperoleh nilai X2hitung 3,732 lebih rendah dibandingkan dengan nilai
X2tabel 5,991, pada derajat bebas (df) = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh
sebesar 0,155>0,05, dan contingency coefficient 0,333 atau sebesar 33,3% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
biaya transportasi semakin mahal. Namun, dengan jaringan transportasi yang mudah didapat dan lokasi pasar yang mudah dijangkau, dapat memungkinkan banyaknya pengunjung yang lalu-lalang di sekitar pasar, sehingga lalu lintas tidak menjadi kendala bagi pedagang.
Kenyamanan, diperoleh nilai X2hitung 5,662 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai
X2tabel 3,841, pada derajat bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh
sebesar 0,017<0,05, dan contingency coefficient 0,398 atau sebesar 39,8% yang tergolong sedang. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 ditolak dan H1
diterima.
Sehingga dapat disimpulkan kenyamanan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Hal ini sesuai dengan pendapat Tjiptono (2007) yang menyatakan kenyamanan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha, nyaman adalah kondisi dimana seseorang merasa dihargai, merasa aman, senang, dan tidak ada beban pikiran. Kenyamanan dapat dirasakan oleh pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Sehingga kenyamanan menjadi faktor yang dipertimbangkan oleh pedagang di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dalam memilih lokasi berdagang.
Persaingan, diperoleh nilai X2hitung 1,550 lebih rendah dibandingkan dengan nilai
X2tabel 5,991, pada derajat bebas (df) = 2, dengan nilai signifikansi diperoleh
Sehingga dapat disimpulkan persaingan bukan merupakan faktor yang berhubungan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Menurut Tjiptono (2007), persaingan merupakan faktor yang perlu dipertimbangkan dalam memilih lokasi usaha. Persaingan akan terjadi pada beberapa kelompok pesaing yang tidak hanya pada produk sejenis, dapat pada produk substitusi maupun persaingan pada hulu dan hilir. Persaingan dalam konteks pemasaran dapat dilihat dari keunggulan masing-masing pedagang dalam memberikan pelayanan untuk meraih pelanggannya. Sehingga, tingkat persaingan yang tinggi di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan, tidak menjadi kendala bagi pedagang.
Peraturan pemerintah, diperoleh nilai X2hitung 0,542 lebih rendah dibandingkan
dengan nilai X2tabel 5,991, pada derajat bebas (df) = 2, dengan nilai signifikansi
diperoleh sebesar 0,763>0,05, dan contingency coefficient 0,133 atau sebesar 13,3% yang tergolong tidak ada keeratan hubungan. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Namun, peraturan pemerintah tidak menjadi kendala bagi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan, hal ini disebabkan oleh pedagang merasa perelokasian pedagang dari Pusat Pasar Kota Medan ke Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan sudah tepat, hanya saja tidak tegas.
5.4. Hubungan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah dengan Keputusan
Pemilihan Lokasi Pasar
Untuk menguji hipotesis 4, yang mengatakan terdapat hubungan yang nyata antara persepsi pedagang sayur dan buah dengan keputusan pemilihan lokasi dapat diketahui dengan melihat jawaban-jawaban dari 43 pedagang responden terhadap kuesioner yang diberikan. Lokasi pasar dikategorikan menjadi 2, yaitu Pusat Pasar Kota Medan yang berada di Kecamatan Medan Kota tepatnya di sekitar Jalan Sutomo dan Jalan Veteran, dan Pasar induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan yang berada di Kelurahan Lau Cih, Kecamatan Medan Tuntungan.
Tabel 25. Hubungan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah dengan Keputusan Pemilihan Lokasi Pasar
Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota
Medan
Positif 3 19 22
Negatif 10 11 21
Total 13 30 43
Sumber : Data primer diolah
memilih lokasi pasar di Pusat Pasar Kota Medan, 19 orang (44,19%) pedagang yang berpersepsi positif memilih lokasi pasar di Pasar Induk sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan dan 11 orang (25,58%) pedagang lainnya yang berpersepsi negatif memilih lokasi pasar di Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan.
Tabel 26. Hasil Chi-Square Hubungan Persepsi Pedagang Sayur dan Buah dengan Keputusan Pemilihan Lokasi Pasar
No Faktor X2
Hitung
X2 Tabel
(α=0,05) Signifikansi Nilai
Contingency
Sumber : Lampiran 13
Hasil uji statistik Chi-Square menunjukkan, faktor aksesibilitas diperoleh nilai X2hitung 5,882 lebih tinggi dibandingkan dengan nilai X2tabel 3,841, pada derajat
bebas (df) = 1, dengan nilai signifikansi diperoleh sebesar 0,015<0,05, dan
contingency coefficient 0,347 atau sebesar 34,7% yang tergolong lemah. Dengan demikian dapat disimpulkan H0 diterima dan H1 ditolak.
BAB VI
KESIMPULAN DAN SARAN
6.1 Kesimpulan
1. Persepsi pedagang sayur dan buah terhadap keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan adalah positif.
2. Faktor aksesibilitas, lalu lintas, persaingan, dan pensiasatan sistem kontrol, tidak berhubungan nyata dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi-Square yang lebih kecil dari nilai signifikansi α 0,05, dimana:
a. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan aksesibilitas adalah 1,130 dengan signifikansi 0,568
b. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan lalu lintas adalah 0,965 dengan signifikansi 0,326
c. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan persaingan adalah 0,965 dengan signifikansi 0,326
d. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan pensiasatan sistem kontrol adalah 1,130 dengan signifikansi 0,568
Tetapi, terdapat hubungan yang nyata antara kenyamanan dan peraturan pemerintah dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pusat Pasar Kota Medan, hal ini dibuktikan degan nilai Chi-Square yang lebih besar dari nilai signifikansi α 0.05, dimana :
b. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan peraturan pemerintah adalah sebesar 4,174 dengan signifikansi 0,41
3. Faktor aksesibilitas, lalu lintas, persaingan, dan peraturan pemerintah tidak berhubungan nyata dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi-Square yang lebih kecil dari nilai signifikansi α 0,05, dimana :
a. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan aksesibilitas adalah 0,600 dengan signifikansi 0,741
b. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan lalu lintas adalah 3,732 dengan signifikansi 0,155
c. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan persaingan adalah 1,550 dengan signifikansi 0,461
d. Nilai Chi-Square dari hubungan persepsi dengan peraturan pemerintah adalah 0,542 dengan signifikansi 0,763
Tetapi, terdapat hubungan yang nyata antara kenyamanan dengan persepsi pedagang sayur dan buah di Pasar Induk terhadap Keberadaan Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan. Hal ini dibuktikan dengan nilai Chi-Square sebesar 5,662 dengan signifikansi 0,017.
6.2. Saran
1. Kepada pemerintah
Dalam upaya penertiban dan relokasi, pemerintah harus lebih cepat mensosialisasikan kebijakan yang baru, seperti memberitahu kepada pedagang manfaat yang akan diperoleh di tempat yang baru dan sistem tarif yang akan berlaku. Kebijakan peraturan pemerintah yang telah dibuat, harus dijalankan secara efektif, efisien, partisipatif, dan transparan.
Agar kawasan Pusat Pasar Kota Medan tepatnya di bahu jalan Sutomo dan jalan Veteran bersih dari pedagang, maka perlu adanya kelengkapan aksesibilitas menuju Pasar Induk Sayur Mayur dan Buah-Buahan Kota Medan yaitu tersedianya jaringan transportasi angkutan umum dari seluruh sudut kota Medan dan bagi pedagang pengecer (retailer) yang masih bertahan di kawasan Pusat Pasar Kota Medan, direlokasi ke pasar terdekat.
Selain itu, perlu juga didirikan cold storage untuk menyimpan produk sayur dan buah agar kesegaran dan kandungan materialnya terjaga, serta ruang berkumpulnya para eksportir dan importir.
2. Kepada peneliti selanjutnya
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tinjauan Pustaka
2.1.1 Teori Lokasi
Landasan dari lokasi adalah ruang. Tanpa ruang maka tidak mungkin ada lokasi. Lokasi menggambarkan posisi pada ruang tersebut. Dalam studi ruang, yang menjadi perhatian adalah analisis atas dampak/keterkaitan antara lokasi dengan berbagai kegiatan lain. Studi tentang lokasi adalah melihat kedekatan satu kegiatan dengan kegiatan lain dan apa dampaknya atas kegiatan masing-masing kerana lokasi yang berdekatan/berjauhan tersebut. Teori lokasi adalah ilmu yang menyelidiki tata ruang (spatial order) kegiatan ekonomi, atau ilmu yang menyelidiki alokasi geografis dari sumber-sumber yang potensial, serta hubungannya dengan atau pengaruhnya terhadap keberadaan berbagai macam usaha/kegiatan lain, baik ekonomi maupun sosial (Tarigan, 2009).
Pada awalnya, teori lokasi hanya didominasi oleh pendekatan-pendekatan geografis-lokasional atau karya-karya teori lokasi klasik. Sejak tahun 1950-an teori lokasi berkembang dengan analogi-analogi ilmu ekonomi umum, dan diperkaya oleh analisis-analisis kuantitatif standar ilmu ekonomi, khususnya ekonometrika, dinamik model, dan model-model optimasi seiring berkembangnya cabang ilmu sosial baru regional science (Rustiadi, dkk, 2009).
2.1.2 Pasar
penawaran yang saling bertemu dan membentuk harga. Faktor-faktor yang menunjang terjadinya pasar, yakni : keinginan, daya beli, dan tingkah laku dalam pembelian (Fuad, dkk, 2009).
Pasar merupakan tempat berkumpul para penjual yang menawarkan barang ataupun jasa kepada para pembeli yang mempunyai keinginan dan kemampuan untuk memiliki barang dan jasa tersebut, hingga terjadinya kesepakatan transaksi atau transfer atas kepemilikan barang atau kenikmatan jasa (Johan, 2011).
Menurut Pracoyo (2005), istilah pasar secara lebih luas menggambarkan interaksi permintaan dan penawaran yang dilakukan oleh para pelaku ekonomi. Pasar dikelompokkan menjadi tiga kategori, yaitu :
a. Pasar barang dan jasa
Perusahaan adalah pihak yang menyediakan berbagai macam barang dan jasa yang dibutuhkan oleh konsumen. Sektor rumah tangga, pemerintah, dan luar negeri sebagai konsumennya. Di pasar barang dan jasa juga terjadi jual-beli antarperusahaan.
b. Pasar tenaga kerja
Sektor rumah tangga adalah pihak yang menjadi penyedia tenaga kerja. Yang meminta tenaga kerja adalah perusahaan, pemerintah, dan luar negeri. Tenaga kerja tidak hanya berupa kemampuan fisik, tetapi juga keterampilan, keahlian, dan mental.
c. Pasar uang (pasar modal)
spekulasi di pasar uang. Di pasar uang, rumah tangga dapat membeli saham maupun obligasi dari perusahaan maupun pemerintah.
Di negara seperti Indonesia dengan proporsi populasi pertanian yang sangat besar, sektor pertanian merupakan sektor yang sangat penting bagi pertumbuhan pasar dalam negeri, bagi sektor-sektor non-pertanian, khususnya industri. Pengeluaran petani untuk produk-produk industri baik barang-barang konsumsi (pakaian, meubel, alat-alat bangunan, dan peralatan rumah tangga), maupun barang-barang produsen (pupuk, pestisida, mesin, dan inout-input lainnya) memperlihatkan aspek yang sangat penting dari kontribusi pasar sektor pertanian terhadap pembangunan ekonomi (Tambunan, 2003).
Pemasaran meliputi segala kegiatan usaha yang diutamakan atau diperlukan agar barang-barang hasil produksi dimungkinkan mengalir secara lancar ke sektor konsumen. Dalam hal melancarkan penyampaian produk pertanian dari produsen ke konsumen, peranan lembaga-lembaga perpasaran sangatlah penting (Kartasapoetra, 1986).
pedagang besar kepada pedagang eceran, dan penjualan dari pedagang eceran kepada konsumen (Ginting, 2006).
Menurut Kartasapoetra, dkk (1986), ada lima jenis pasaran produk pertanian, yaitu:
a. Pasaran transit (pasaran penampung sementara)
Pasaran transit lazimnya dibentuk oleh individu yang bergerak secara wiraswasta atau oleh suatu badan yang mempunyai inisiatif membantu para petani atau produsen produk pertanian. Untuk penampungan produk-produk pertanian tersebut lazimnya dimanfaatkan pula terminal-terminal, karenanya sering dikenal pula terminal market, di terminal inilah wiraswastawan atau badan tersebut melakukan beberapa pengolahan, sehingga di terminal ini produk pertanian tersebut benar-benar dalam keadaan siap dipasarkan. Di terminal ini pula wiraswastawan atau badan tersebut akan berhadapan dengan para tengkulak atau pemborong, dan terjadinya transaksi.
b. Pengembang pasar lokal/setempat
Orang-orang yang terlibat dalam pengembang pasar lokal ini adalah para penampung atau pengumpul produk pertanian yang jumlahnya agak besar dan seterusnya secara rasional akan diangkutnya ke kota-kota yang akan dipasarkan melalui Pasar Induk, atau para pedagang besar yang ada di kota-kota.
c. Pasaran pusat distribusi/pasar induk
langsung mengadakan transaksi jual beli, yaitu dengan dibangunnya Pasaran Pusat Distribusi /Pasar Induk.
Pasar induk merupakan tempat penampungan dan pemasarn golongan komoditi tertentu dalam berbagai jenis, biasanya dijual dalam skala tertentu pula. Di pasar ini pembeli pada umumnya adalah pedagang pengecer atau pedagang khusus. Contoh pasar induk antara lain adalah pasar induk sayur dan buah, pasar induk beras, dan pasar induk bunga (Tim Penulis PS, 1998).
Pasar induk menyelenggarakan fungsi (1) mengatur usaha sortasi, seleksi, standarisasi, dan pengepakan, (2) mengatur kegiatan angkutan, bongkar muat, dan pergudangan, (3) menyediakan fasilitas umum, seperti bank, listrik, air, perkantoran, pergudangan, dan fasilitas pendukung lainnya (Setiadi, 2008). d. Pasaran eceran
Pasaran produk yang khusus melayani kebutuhan para konsumen rumah tangga akan produk-produk pertanian dan tersebar di kota dan sekitarnya. e. Pasaran dunia (pasaran ekspor dan impor)
Pasaran ekspor dan impor umumnya terletak di kota-kota yang memiliki fasilitas-fasilitas pelabuhan yang memelihara hubungan dengan pasar dunia. Pasaran dunia merupakan segenap hal ikhwal yang mengenai pertukaran atau jual beli sesuatu produk pertanian yang berlangsung di antara negara-negara di dunia.
2.1.3 Sayur dan Buah
Sedangkan buah adalah hasil pertumbuhan bunga atau rangkaian bunga
angiospermae atau merupakan perkembangan lanjutan dari bakal buah. Pada beberapa spesies tumbuhan, yang disebut buah mencakup bakal buah yang telah berkembang lanjut beserta dengan jaringan yang mengelilinginya. Sebagai pelengkap menu, sayur dan buah mempunyai peran yang penting. Sayuran dan buah-buahan adalah sumber vitamin dan mineral utama. Buah juga dikenal
sebagai sumber zat berkhasiat, antioksidan, dan serat (Poerwanto dan Anas, 2014).
2.2 Landasan Teori
2.2.1 Persepsi
Persepsi dalam pengertian psikologi adalah proses pencarian informasi untuk dipahami. Alat untuk memperoleh informasi tersebut adalah pengindraan (penglihatan, pendengaran, peraba, dan sebagainya). Sebaliknya, alat untuk memahaminya adalah kesadaran atau kognisi (Sarwono, 2002).
Persepsi atau tanggapan adalah suatu proses mental yang terjadi pada diri manusia yang akan menunjukkan bagaimana kita melihat, mendengar, merasakan, memberi, serta meraba (kerja indra) di sekitar kita. Persepsi merupakan suatu pengalaman yang terbentuk berupa data-data yang didapat melalui indra, hasil pengolahan otak dan ingatan (Widayatun, 1999).
mungkin akan berbeda antara individu satu dengan individu lain. Persepsi itu bersifat individual (Walgito, 2010).
Persepsi adalah suatu proses aktivitas seseorang dalam memberikan kesan, penilaian, pendapat, merasakan dan menginterpretasikan sesuatu berdasarkan informasi yang ditampilkan dari sumber lain (yang dipersepsi). Melalui persepsi kita dapat mengenali dunia sekitar kita, yaitu seluruh dunia yang terdiri dari benda serta manusia dengan segala kejadian-kejadiannya. Dengan persepsi kita dapat berinteraksi dengan dunia sekeliling kita, khususnya antar manusia. Adanya persepsi ini adalah penting agar dapat menumbuhkan komunikasi yang aktif (Anugerah, 2004).
Objek yang dapat dipersepsi sangat banyak, yaitu segala sesuatu yang ada di sekitar manusia. Karena sangat banyaknya objek yang dapat dipersepsi, maka pada umumnya objek persepsi diklasifikasikan. Objek persepsi dapat dibedakan atas objek yang nonmanusia dan manusia. Objek persepsi yang berwujud manusia disebut social perception atau person perception, sedangkan persepsi yang berobjekkan nonmanusia, hal ini sering disebut sebagai nonsocial perception atau disebut juga sebagai things perception (Walgito, 2010).