Lampiran I
KUESIONER PENELITIAN
Hubungan Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan dengan Infeksi Kecacingan Pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir
KecamatanMedan MarelanTahun 2016
1. Apakah adik selalu mencuci tangan pada saat sebelum makan? a. Ya
b. Tidak
2. Bagaimana adik mencuci tangan pada saat sebelum makan? a. Dengan air saja
b. Dengan air dan sabun
3. Apakah adik selalu mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar? a. Ya
b. Tidak
4. Bagaimana adik mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar? a. Dengan air saja
b. Dengan air dan sabun
5. Apakah adik selalu mencuci tangan dan kaki setelah bermain? a. Ya
b. Tidak
6. Bagaimana adik mencuci tangan dan kaki setelah bermain? a. Dengan air saja
b. Dengan air dan sabun
7. Apakah adik selalu mencuci tangan dan kaki sebelum tidur? a. Ya
8. Bagaimana adik mencuci tangan dan kaki sebelum tidur? a. Dengan air saja
b. Dengan air dan sabun
Kebiasaan kontak dengan tanah
1. Apakah adik suka bermain di tanah? a. Ya
b. Tidak
2. Jika ya, dimana tempatnya?
a. Di halaman rumah
b. Di lingkungan sekolah
3. Apakah adik membuka sepatu saat bermain di tanah? a. Ya
b. Tidak
4. Apakah adik pernah makan sambil bermain dengan tanah? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah adik pernah memakan makanan yang jatuh di tanah?
a. Ya
b. Tidak
Kebersihan kuku
1. Apakah kuku adik bersih?
a. Ya
b. Tidak
2. Apakah adik selalu memotong kuku tangan dan kaki secara teratur 1x dalam seminggu?
a. Ya b. Tidak
3. Jika adik memotong kuku, apakah adik selalu memotong kuku tangan dan kaki sampai pendek dan membersihkannya?
a. Ya b. Tidak
4. Apakah adik sering menggigiti kuku? a. Ya
b. Tidak
5. Apakah adik sering memasukkan jari ke dalam mulut? a. Ya
Penggunaan alas kaki
1. Apakah adik selalu memakai sendal/sepatu jika keluar rumah? a. Ya
b. Tidak
2. Apakah adik selalu memakai sendal/sepatu jika bermain-main diluar rumah? a. Ya
b. Tidak
3. Pada waktu istirahat sekolah apakah adik bermain sambil membuka sepatu? a. Ya
b. Tidak
B. Sanitasi Dasar
I. Sanitasi Air Bersih
JUMLAH:
No Objek Pengamatan Risiko
Ya Tidak 1 Apakah ada jamban pada radius 10 m disekitar sumur ?
2 Apakah ada sumber pencemar lain pada radius 10 m disekitar sumur, misalnya kotoran hewan, sampah, genangan air, dll ?
3 Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air pada jarak 2 (dua) meter sekitar sumur ?
4 Apakah saluran pembuangan air limbah rusak/tidak ada? 5 Apakah lantai semen yang mengitari sumur mempunyai
radius kurang dari 1 (satu) meter ?
6 Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air diatas lantai semen sekeliling sumur ?
7 Apakah ada keretakan pada lantai sekitar sumur yang memungkinkan air merembes kedalam sumur ?
8. Apakah ember dan tali timba sewaktu-waktu diletakkan sedemikian rupa sehingga memungkan pencemaran ? 9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga
memungkinkan air merembes kedalam sumur ?
II. Pembuangan tinja (Jamban)
JUMLAH :
III. Saluran Pembuangan Air Limbah (SPAL)
JUMLAH :
No Objek Pengamatan Risiko
Ya Tidak
3. Lantai jamban tidak rapat, sehingga menungkinkan serangga dan binatang penular penyakit dapat masuk ke dalam cubluk/ resapan sehingga menimbulkan bau 4. Lubang masuk kotoran terbuka / tidak ditutup
5. Jamban belum dilengkapi dengan rumah jamban
6. Lantai licin dan tidak mudah dibersihkan
7. Apakah di dalam/sekitar jamban ada kecoa/lalat?
8. Apakah lantai jamban kotor?
9. Apakah saluran jamban tidak mudah digelontor?
10. Apakah tidak tersedia sabun di jamban?
No Objek Pengamatan Risiko
Ya Tidak
1. Apakah air buangan dari septiktank/lubang penampungan kotoran dialirkan ke pekarangan rumah?
2. Apakah air buangan yang di resapkan mencemari sumber air? (dengn jarak <10 m)
3. Apakah air buangan menimbulkan genangan?
4. Apakah saluran air buangan dalam keadaan terbuka?
IV. Pengelolaan Sampah
JUMLAH :
No Objek Pengamatan Risiko
Ya Tidak
1. Apakah tempat sampah tidak terbuat dari bahan kedap air?
2. Apakah tempat sampah tidak dalam kondisi tertutup?
3. Apakah tempat sampah tidak mudah dibuka? (mengotori tangan)
4. Apakah tempat sampah tidak dibersihkan setiap hari?
5. Apakah tempat sampah diletakkan di dalam rumah?
6. Apakah jumlah tempat sampah tidak cukup menampung seluruh sampah?
7. Apakah tempat sampah tidak mudah diangkat?
8. Apakah TPS berjarak kurang dari 10 m dari sumber air?
9. Apakah TPS menjadi sarang perkembangbiakan binatang?
Lampiran 2. Laporan
Laporan Hasil Pemeriksaan Tinja (faeces)
No
Kelamin Positif Negatif
33 Nawatita Lorena P 8 Negatif
34 Aulidiana L 11 Negatif
35 Adji Suwandana L 9 Negatif
36 Pauji Imbran L 8 Negatif
37 Desi Lestari P 8 Negatif
38 Dila Para Dila P 11 Negatif
39 Adib Fajar Limb L 12 Trichuris
40 Yoki Suyado L 8 Negatif
41 Niko Fadelli L 12 Trichuris
42 M.Zulpazli Sapu L 12 Negatif
43 Nuri Adelia P 8 Negatif
44 Rahayen Sipan L 10 Ascaris
45 Dian Sahfitri P 9 Negatif
46 Nurbaiti P 9 Negatif
Lampiran 4.
Hasil Pengolahan Statistik
Usia siswa (tahun)
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative Percent Valid Baik 38 80,9 80,9 80,9
Kebiasaan Kontak dengan Tanah
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 18 38,3 38,3 38,3
Kurang Baik 29 61,7 61,7 100,0 Total 47 100,0 100,0
Kebersihan Kuku
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 26 55,3 55,3 55,3
Kurang Baik 21 44,7 44,7 100,0 Total 47 100,0 100,0
Penggunaan Alas Kaki
Frequency Percent Valid Percent Cumulative Percent
Valid Baik 37 78,7 78,7 78,7
Kurang Baik 10 21,3 21,3 100,0 Total 47 100,0 100,0
Sarana Air Bersih
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Frequency Percent Valid Percent
Pengelolaan Sampah
Frequency Percent Valid Percent
Cumulative
Jenis Kelamin * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Jenis Kelamin Laki-laki Count 20 6 26
Usia siswa (tahun) * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Usia siswa
Crosstabs
Kebiasaan Mencuci Tangan * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Kebiasaan Mencuci
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,34. c The standardized statistic is 2,740.
Kebiasaan Kontak dengan Tanah * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Chi-Square Tests
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 2,68. c The standardized statistic is 2,235.
Kebersihan Kuku * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Kebersihan
Penggunaan Alas Kaki * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Penggunaan
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,49. c The standardized statistic is 2,486.
Sarana Air Bersih * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Chi-Square Tests
b 2 cells (50,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is ,60. c The standardized statistic is -3,492.
Sarana Pembuangan Tinja * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Sarana
Sarana Pembuangan Limbah * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Infeksi Kecacingan Total Negatif Positif Negatif Sarana
b 1 cells (25,0%) have expected count less than 5. The minimum expected count is 1,19. c The standardized statistic is -,872.
Pengelolaan Sampah * Infeksi Kecacingan
Crosstab
Chi-Square Tests
Value df
Asymp. Sig. (2-sided)
Exact Sig. (2-sided)
Exact Sig. (1-sided)
Point Probability Pearson Chi-Square 18,711(b) 1 ,000 ,001 ,001
Continuity
Correction(a) 13,405 1 ,000
Likelihood Ratio 12,942 1 ,000 ,001 ,001
Fisher's Exact Test ,001 ,001
Linear-by-Linear
Association 18,313(c) 1 ,000 ,001 ,001 ,001 N of Valid Cases 47
a Computed only for a 2x2 table
Lampiran 5.
Dokumentasi Pelaksanaan Penelitian
Gambar 1. Keadaan SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir
Gambar 3. Pengumpulan Tinja
Gambar 5. Kondisi Sarana Air Bersih Siswa
Gambar 7. Kondisi Saluran Pembuangan Air Limbah Siswa
Gambar 9. Sediaan tinja di atas kaca objek yang telah diberi kode
Gambar 11. Telur Cacing Cambuk (Trichuris trichiura)
Lampiran 6. Formulir Inspeksi Sanitasi Puskesmas
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ... PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH
5 Apakah telah diambil sampel airnya ? 6 Nomor kode sampel air
7 Koliform per 100 ml sampel
8 Koli tinja per 100 ml sampel
:
1. Apakah ada jamban pada radius 10 m disekitar sumur ?
2. Apakah ada sumur pencemar lain pada radius 10 m disekitar sumur, misalnya kotoran hewan, sampah, genangan air, dll ?
3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air pada jarak 2 (dua) meter sekitar sumur ?
4. Apakah saluran pembuangan air limbah rusak/tidak ada?
5. Apakah lantai semen yang mengitari sumur mempunyai radius kurang dari 1 (satu) meter ?
6. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air diatas lantai semen sekeliling sumur ?
7. Apakah didaerah hulu intake digunakan sebagai tempat limpahan air dari hasil kegiatan peternakan (sapi perah, ayam, dan lain-lain) ? 8. Apakah ember dan tali timba diletakkan sedemikian rupa sehingga
memungkan pencemaran ?
9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga memungkinkan air merembes kedalam sumur ?
10. Apakah dinding semen sedalam 3 (tiga) meter dari atas permukaan tanah tidak diplester cukup rapat/tidak sempurna ?
DINAS KESEHATAN KABUPATEN/KOTA ... PENGAWASAN KUALITAS AIR BERSIH
FORMULIR INSPEKSI SANITASI
JENIS SARANA : Pompa Tangan Dalam/Dangkal
I. Keterangan Umum 1 Lokasi
2 Kode sarana 3 Pemilik sarana 4 Tanggal kunjungan
5 Apakah telah diambil sampel airnya ? 6 Nomor kode sampel air
7 Koliform per 100 ml sampel
8 Koli tinja per 100 ml sampel
:
1 Apakah ada jamban pada radius 10 m disekitar sumur ?
2 Apakah ada sumur pencemar lain pada radius 10 m disekitar SPT, misalnya kotoran hewan, sampah, genangan air, dll ?
3 Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air pada jarak 2 (dua) meter sekitar sumur pompa tangan?
4 Apakah saluran pembuangan air limbah rusak/tidak ada?
5 Apakah lantai semen yang mengitari SPT mempunyai radius kurang dari 1 (satu) meter ?
6 Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air diatas lantai semen sekeliling sumur ?
7 Apakah ada keretakan pada lantai semen disekeliling pompa tangan? 8 Apakah dudukan pompa tangan yang berbatasan dengan lantai kurang
rapat/lepas, yang memungkinkan air merembas masuk kedalam sumur pompa tangan ?
III. Hasil dan saran-saran
Untuk Perbaikan pada nomor/butir 1 s/d 10
Petugas
JENIS SARANA : PERPIPAAN
5 Apakah telah diambil sampel airnya ? 6 Nomor kode sampel air
7 Koliform per 100 ml sampel 8 Koli tinja per 100 ml sampel
: 1 Apakah air yang dipergunakan berasal bukan dari sambungan rumah
sendiri ?
2 Bila air yang dipergunakan dari sambungan rumah sendiri, adakah kemungkinan terjadi cross-connection pada jaringan perpipaan disekitar rumah ?
3 Bila air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari berasal dari kran umum, adakah kemungkinan terjadi pencemaran pada kran umum tersebut ?
4 Bilamana air yang dipergunakan untuk keperluan sehari-hari diperoleh tanpa melalui sarana penyaluran apakah pencemaran berasal dari alat pengangkutan ?
5 Apakah air yang diambil dari tendon yang mudah terkena pencemaran ? 6 Apakah tempat pencemaran air (tandon) dalam keadaan tidak
memenuhi syarat ? Nomor-nomor penting dari resiko ditemukan :
Konsumen telah diberikan petunjuk untuk tindakan perbaikan :
I. DATA UMUM
II. JENIS JAMBAN YANG DIMILIKI
1. Tidak ada
2. Cemplung tanpa tutup 3. Cemplung dengan tutup 4. Plengsengan
5. Leher Angsa tanpa septiktank
6. Leher Angsa dengan septiktank dan resesapan
III.URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RISIKO PENCEMARAN
No. Pertanyaan Ya Tidak
1. Jarak cubluk / resapan kurang dari 10 meter dari sumur 2. Lantai jamban tidak rapat, sehingga memungkinkan serangga
dan binatang penular penyakit dapat masuk ke dalam cubluk / resapan serta menibulkan bau
3. Lubang masuk kotoran terbuka / bukan closet 4. Jamban belum dilengkapi dengan rumah jamban 5. Lantai licin dan tidak mudah dibersihkan
6. Panjang / lebar lantai < 1 meter 7. Rumah Jamban tanpa atap
Jumlah jawaban ya
PENILAIAN FAKTOR RESIKO :
Tingkat resiko Tinggi(T)= Bila jumlah jawaban Ya : 5 – 7; atau
Bila jumlah jawaban Ya: 1 – 4, tapi terdapat pada nomor 1 dan 2
Tingkat resiko Sedang (S)= Bila jumlah jawaban Ya: 1–4, tapi tidak terdapat pada nomor 1& 2
Tingkat resiko Rendah (R)= Bila jumlah jawaban Ya: 0
... Petugas Inspeksi Sanitasi
I. DATA UMUM
III. URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RISIKO PENCEMARANYA TIDAK
1. Apakah kontruksi bangunan masih memungkinkan air hujan masuk ke dalam ?
2. Apakah terdapat retak-retak pada bangunan ?
3. Apakah tidak tersedia pipa penguras ?
4. Apakah tidak tersedia pipa peluap apada bangunan ?
5. Apakah bangunan tersebut tidak dilengkapi dengan lubang pemeriksaan (menhole) ?
6. Apakah menhole tidak dilengkapi dengan penutup ?
7. Apakah penututp menhole tidak dikunci (digembok) dengan baik ?
8. Apakah semua bagian yang terbuka (ventilasi) tidak terlindung terhadap masuknya serangga/binatang ?
Jumlah skor resiko : ...
Tingkat Resiko sarana : ... Penggolongan tingkat resiko sarana : ...
Keterangan skor resiko 0 - 2 = Tingkat resiko rendah (R) 3 - 5 = Tingkat resiko sendang (S) 6 - 7 = Tingkat resiko tinggi (T) 8 - = Tingkat resiko amat tinggi (AT)
IV. HASIL INSPEKSI SANITASI
Nomor-nomor penting dari resiko pencemaran dari pemilik telah diberi petunjuk untuk tindakan perbaikan
Daftar nomor 1 s/d 8
Petugas Inspeksi Sanitasi
I. DATA UMUM
II. URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RISIKO PENCEMARAN
Jumlah skor resiko : ...
Tingkat Resiko sarana : ...
Penggolongan tingkat resiko sarana : ...
PENILAIAN FAKTOR RESIKO :
Tingkat resiko Tinggi(T)= Bila jumlah jawaban Ya : 3 – 5
Tingkat resiko Sedang (S)= Bila jumlah jawaban Ya: 1–2
Tingkat resiko Rendah (R)= Bila jumlah jawaban Ya: 0
III.HASIL INSPEKSI SANITASI
Nomor-nomor penting dari resiko pencemaran dari pemilik telah diberi petunjuk untuk tindakan perbaikan
Daftar nomor 1 s/d 8
... Petugas Inspeksi Sanitasi
No Pertanyaan Risiko
Ya Tidak 1. Apakah air buangan dari septiktank/lubang penampungan kotoran
dialirkan ke pekarangan rumah?
2. Apakah air buangan yang di resapkan mencemari sumber air? (dengn jarak <10 m)
3. Apakah air buangan menimbulkan genangan?
I. DATA UMUM
II. URAIAN DIAGNOSA TINGKAT RISIKO PENCEMARAN
Jumlah skor resiko : ...
Tingkat Resiko sarana : ...
Penggolongan tingkat resiko sarana : ...
Keterangan skor resiko 0 - 2 = Tingkat resiko rendah (R) 3 - 5 = Tingkat resiko sendang (S) 6 - 7 = Tingkat resiko tinggi (T)
8 - 10 = Tingkat resiko amat tinggi (AT)
III. HASIL INSPEKSI SANITASI
Nomor-nomor penting dari resiko pencemaran dari pemilik telah diberi petunjuk untuk tindakan perbaikan
Daftar nomor 1 s/d 8
... Petugas Inspeksi Sanitasi
No Objek Pengamatan Risiko
Ya Tidak 1. Apakah tempat sampah tidak terbuat dari bahan kedap air?
2. Apakah tempat sampah tidak dalam kondisi tertutup?
3. Apakah tempat sampah tidak mudah dibuka? (mengotori tangan) 4. Apakah tempat sampah tidak dibersihkan setiap hari?
5. Apakah tempat sampah diletakkan di dalam rumah?
6. Apakah jumlah tempat sampah tidak cukup menampung seluruh sampah?
7. Apakah tempat sampah tidak mudah diangkat?
DAFTAR PUSTAKA
Altiara, Silvia. 2010, Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dengan KejadianCacingan pada Balita di RW 03 Kelurahan Panggung Kota TegalTahun 2010, Skripsi Mahasiswa Ilmu Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Semarang.\
Ariffin, A.H. 2011. Hubungan Infeksi Ascaris lumbricoides dengan Status Gizi pada Siswa-Siswi SD Negeri No.101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Arikunto, S. 2006. Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik Edisi Keempat. PT. Rineka Cipta, Jakarta.
Azwar, Azrul. 1995. Pengantar Ilmu Kesehatan Lingkungan. PT. Mutiara sumber Widya, Jakarta.
Brown, Harold W. 1983. Basic Clinical Parasitology Fifth Edition. Appleton Century Crofts. Connecticut.
Chandra, Budiman. 2007. Pengantar Kesehatan Lingkungan. Penerbit Buku
Kedokteran EGC, Jakarta.
Daim, M. 2011. Hubungan Antara Higiene Dengan Infeksi Soil Transmitted Helminths pada Siswa-Siswi SD Negeri No. 101837 Suka Makmur, Kecamatan Sibolangit, Kabupaten Deli Serdang. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan
Depkes RI. 2002. Higiene dan Sanitasi Pengolahan Makanan. Direktorat Surveilans dan Penyuluhan Keamanan Pangan. Jakarta.
---, 2004. Pedoman Umum Program Nasional
Permberantasancacingan di Era Desentralisasi. Depkes RI, Jakarta. ---. 2007. Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta. ---. 2008. Profil Kesehatan Indonesia. Depkes RI. Jakarta.
Ditjen P2M & PL. 1998. Pedoman Program Pemberantasan Penyakit Kecacingan. Depkes RI. Jakarta.
Ditjend PP & PL, 2013. Profil PPM-PL Tahun 2012. Kementrian Kesehatan Republik Indonesia. Jakarta.
Gandahusada, S., Herry D.I, Wita Pribadi. 2003. Parasitologi KedokteranEdisi Kedua. FKUI. Jakarta.
Gandahusada, S., Herry D.I, Wita Pribadi. 2006. Parasitologi KedokteranEdisi Ketiga. FKUI. Jakarta.
Hadiwartomo. 1994. Masalah Penyakit Cacing di Indonesia. Universitas Gadjah Mada. Yogyakarta
Hidayat, 2002. Kesehatan Lingkungan Higiene Perorangan dan Intensitas Penyakit kecacingan dengan status gizi pada anak sekolah dasar di kota mataram. Pasca sarjana UGM. Yogyakarta.
Ideham, Bahriam, 2007. Helmintologi Kedokteran. Airlangga University Press. Surabaya.
Ismid, IS., Sutanto, Inge., Sjarifuddin, PK., Sungkar, Saleha. 2008. Parasitologi KedokteranEdisi Keempat. FKUI. Jakarta.
Jalaluddin, 2008. Pengaruh Sanitasi Lingkungan, Personal Higiene dan Karakteristik anak terhadap Infejsi Kecacingan Pada Murid Sekolah Dasar di Kecamatan Blang mangat Kota Lhokseumawe. Skripsi Mahasiswa FKM USU. Medan.
Kementrian Kesehatan Republik Indonesia.2013. Kemenkes
BerkomitkmenEleminasi filariasis dan kecacingan. http://www.depkes.go.id/index.php?vw=2&id=2382. Diakses tangal 15September 2015.
Kepmenkes No. 424/MENKES/SK/VI/2006. Pedoman Pengendalian Cacingan.
Jakarta
Kusnoputranto, Haryoto. 1986. Kesehatan Lingkungan. Jakarta : Departemen Pendidikan dan Kebudayaan.
Majid. 2001. Mencegah Jangkitan cacing. http://prn.usm.mv/buletin/kosmik Diakses pada tanggal 20 April 2016.
Mardiana, Djarismawati. 2008. Prevalensi Cacing Usus pada Murid Sekolah Dasar Wajib Belajar Pelayanan Gerakan Terpadu Pengentasan
Kemiskinan Daerah Kumuh di Wilayah DKI Jakarta. Jurnal
EkologiKesehatan. Volume 7, 769-774.
Merriam,W.2009. Hygiene. http://www.merriamwebster.com/dictionary/hygiene. Diakses pada tanggal 15 September 2015.
Mudmainah. 2003. Hubungan Antara Penyediaan Air Bersih Dan Sarana Pembuangan Tinja Dengan Kejadian Kecacingan Pada Siswa SDN.
Murti, Bhisma. 1996. Penerapan Metode Statistik Non-parametrik dalam Ilmu-ilmu Kesehatan. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Muslim. 2009. Parasitologi Untuk Keperawatan. Penerbit Buku Kedokteran
EGC. Jakarta.
Notoadmojo, Soekidjo. 2007. Kesehatan Masyarakat Ilmu Dan Seni. Rineka Cipta, Jakarta.
---. 2010. Metodologi Penelitian Kesehatan. Rineka Cipta, Jakarta.
Onggowaluyo, SJ. 2002. Parasitologi Medik I (Helminthologi)Pendekatan Aspek Identifikasi Diagnosis dan Klinik. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Pasaribu, Syahraeni Ayu. Hubungan Sanitasi Lingkungan Rumah dan Higiene Perorangan dengan Kejadian Kecacingan pada Siswa Sdn 101200 Desa Perkebunan Hapesong Dan Sdn 101300 Desa Napa Kecamatan Batang Toru Kabupaten Tapanuli Selatan Tahun 2015. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara. Medan
Prasetyo, Heru R. 1996. Pengantar Praktikum Helmintologi Kedokteran.
Airlangga University Press. Surabaya.
Permenkes RI No. 416/MenKes/Per/IX/1990. Syarat-syarat Dan Pengawasan Kualitas Air. Jakarta.
Peraturan Pemerintah RI No. 82 Tahun 2001. Pengelolaan Kualitas Air dan Pengendalian Pencemaran Air. Jakarta.
Potter, Patricia A., Perry, Anne G. 2005. Fundamental Keperawatan Edisi Ketujuh. Salemba Medika. Jakarta.
Pratomo, H. 1990. Pedoman Usulan Penelitian Bidang Kesehatan Masyarakat. Departemen Pendidikan dan Kebudayaan. Jakarta.
Prianto, J Tjahaya., Darwanto. 2006. Atlas Parasitologi Kedokteran. Gramedia Pustaka Utama. Jakarta.
Proverawati, Atikah., Rahmawati, Eni. 2012. Perilaku Hidup Bersih dan Sehat (PHBS). Nuha Medika. Yogyakarta.
Rampengan, T.H., Laurentz, I.R. 1997. Penyakit Infeksi Tropik pada Anak. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta.
Sandjaja, B. 2007. Helminthologi Kedokteran. Editor Pedo Herri. Prestasi Pustaka. Jakarta.
Satari, HI. 2010. Buku Ajar Infeksi dan Pediatri Tropis Edisi Kedua. IDAI.
Jakarta.
Simarmata, N. 2013. Perbandingan Status Nutrisi Antara Anak dengan dan tanpa Infeksi Soil Transmitted Helminths. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Simbolon, Christiani. 2014. Hubungan Infeksi Cacing Ascaris Lumbricoides Dengan Indeks Massa Tubuh Pada Siswa Perempuan SD Salsabila Kecamatan Medan Marelan Kota Medan Tahun 2014. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kedokteran Universitas Sumatera Utara. Medan.
Slamet, Juli Soemirat. 2000. Epidemiologi Lingkungan. GadjahMada University Press, Yogyakarta.
---. 2009. Kesehatan Lingkungan. Cetakan VIII. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Soedarmo S, Poorwo, Herry G, Sri Rezeki S, Hindra I. 2008. Buku Ajaran :Infeksi dan Pediatri TropisEdisi Kedua. IDAI. Jakarta.
Soedarto. 1991. Helmintologi Kedokteran. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
---. 2008. Parasitologi Klinik. Airlangga University Press. Surabaya. ---. 2009. Pengobatan Penyakit Parasit. Sagung Seto. Jakarta
Soeparman, H. M. 2001. Pembuangan Tinja dan Limbah Cair. Penerbit Buku Kedokteran EGC. Jakarta
Utama, 2009. Parasitologi Kedokteran. Edisi IV. Cetakan II. FKUI, Jakarta. Wachidaniyah. 2002. Pengetahuan, Sikap dan Perilaku Anak Serta
Lingkungan Rumah dan Sekolah dengan Kejadian Infeksi Cacing anak SD. Gadjah Mada University Press, Yogyakarta.
Wardana, Wisnu Arya. 1995. Dampak Pencemaran Lingkungan. Penerbit Andi Offset, Yogyakarta.
Widyati, R.,Yuliahsih. 2005. Higiene dan Sanitasi Umum dan Perhotelan. PT Gramedia Widiarsana Indonesia. Jakarta.
World Health Organization. 2011. Intestinal Worms, Soil TransmittedHelminths. http://www.who.int/intestinal_worms/en. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2015.
World Health Organization. 2015. Schistosomiasis and Soil-Transmitted Helminths. http://.who.int/tdr/research/ntd/schistohelminth/en/. Diakses pada tanggal 23 Agustus 2015.
World Health Organization. 2015. Soil-Transmitted Helminth Infections.
http://www.who.int/mediacentre/factsheets/fs366/en/, Diakses pada tanggal 23 Agustus 2015.
Yudhastuti, R., Lusno. 2012. Kebersihan Diri dan Sanitasi Rumah pada Anak Balitadengan Kecacingan. Jurnal Kesehatan Masyarakat Nasional Vol. 6, No. 4, Surabaya.
Yulianto, Evi. 2007. Hubungan Higiene Sanitasi Dengan Kejadian Penyakit Cacingan Pada Siswa Sekolah Dasar Negeri Rowosari 01 Kecamatan Tembalang Kota Semarang Tahun Ajaran 2006/2007. Skripsi Mahasiswa Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Negeri Semarang. Semarang.
ZamanViqar Ng Mah-lee, Hary. 2008. Attlas of Medical Parasitology. Fourth edition. Graha Ilmu. Yogyakarta.
Zulkoni, 2010. Parasitologi. Cetakan pertama. Nuha Medika, Yogyakarta.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian
Jenis penelitian yang digunakan adalah survei analitik dengan pendekatan
study cross sectional untuk mengetahui hubungan sanitasi dasar dan higiene
perorangan terhadap infeksi kecacingan pada murid SD Negeri 067773 di
Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016.
3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di SD Negeri 067773 yang terletak di Kelurahan
Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan. Tempat penelitian ini dipilih karena
berdasarkan observasi dan survey awal, didapati sekolah tersebut kurang
kebersihannya, lapangan sekolah masih berupa tanah, lokasi sekolah bersebelahan
dengan rumah warga yang berprofesi sebagai pemulung yang sampahnya
berserakan, dan sekolah ini merupakan sekolah terdekat dari TPA yang
merupakan tempat pembuangan akhir sampah Open Dumping. Pemeriksaan
sample berupa tinja dilakukan di Laboratorium Parasitologi USU. Penelitian ini
akan dilaksanakan pada bulan Februari-Maret 2016.
3.3 Populasi dan Sampel 3.3.1 Populasi Penelitian
Populasi pada penelitian ini adalah seluruh siswa kelas III, IV, V dan VI
SD Negeri 067773 di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan tahun
menjawab pertanyaan kuesioner penelitian. Jumlah populasi penelitian ini adalah
109 orang.
3.3.2 Sampel Penelitian
Sample adalah sebagian dari jumlah populasi siswa Sekolah Dasar Negeri.
Perhitungan besar sampel dalam penelitian ini diperoleh dengan menggunakan
rumus Lemeshow (1997):
√ √
Dimana:
n = Besarnya sampel
Zα = Tingkat kepercayaan yang diinginkan ditetapkan sebesar 95 % (1,96)
Zβ = Kekuatan uji yang diinginkan adalah sebesar 80% (0,842)
P0 = Proporsi infeksi kecacingan anak SD yang ada di kecamatan Medan
Marelan yang diperoleh berdasarkan penelitian terdahulu sebesar 60%
Pa = Proporsi infeksi kecacingan anak SD yang diharapkan yaitu 40%
Perhitungannya adalah sebagai berikut:
√ √
√ √
Dengan demikian diperoleh sampel sebanyak 47orang dari populasi
sebanyak 109 orang. Untuk menentukan jumlah sample dari masing-masing kelas,
digunakan cara proportional sample(Arikunto, 2006). Sedangkan untuk
menentukan siswa yang akan dijadikan sampel digunakan teknik simple random
sampling yaitu pengambilan sampel secara acak yang dilakukan dengan cara
mengundi (Lottery Tehnique)(Notoatmodjo, 2010).
Tabel 3.1 Jumlah Sampel Pada Setiap Kelas Berdasarkan Proporsi
No. Kelas Jumlah Siswa (%) Jumlah Sampel
1. Kelas III 27 25,5 12 orang
2. Kelas IV 31 27,7 13 orang
3. Kelas V 23 21,3 10 orang
4. Kelas VI 28 25,5 12 orang
Jumlah 109 100,0 47 orang
3.4 Metode Pengumpulan Data
Data yang dikumpulkan pada penelitian ini ada 2 (dua) jenis yaitu data
primer dan data sekunder.
3.4.1 Data Primer
Data diperoleh dengan cara wawancara melalui observasi dan kuesioner,
serta hasil pemeriksaan fesesyang dilakukan di Laboratorium Parasitologi
3.4.2 Data Sekunder
Data yang diperoleh dari Dinas Kesehatan Kota Medan dan Puskesmas
Marelan yang berhubungan dengan penelitian. Data dari Sekolah Dasar Negeri
067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan.
3.4.3 Metode Pemeriksaan Tinja (faeces)
Sebelum pemerikasaan tinja dilakukan, terlebih dahulu Pot tinja dibagikan
kepada Responden sehari sebelum pemeriksaan laboratorium, kemudian besok
paginya tinja dibawa ke laboratorium. Spesimen harus segera diperiksa pada hari
yang sama, sebab jika tidak telur cacing khususnya telur cacing tambang akan
rusak atau menetas menjadi larva. Jika tidak memungkinkan tinja harus diberi
formalin 5-10% sampai terendam. Pemerikasaan tinja (Depkes RI, 1992) dapat
dilakukan sebagai berikut:
1) Prinsip
Dengan penambahan Zat Eosin/lusol maka mikroorganisme dan
unnsur-unsur lain dalam tinja akan kelihatan lebih jelas
2) Tujuan
Melihat adanya kelainan-kelainan dalam tinja baik secara makroskopis
maupun mikroskopis.
a. Cara Pemeriksaan Tinja
A. Makroskopis
1. Spesimen diperiksa di tempat yang terang
B. Mikroskopis
a. Masker dan sarung tangan karet
b. Lidi/tusuk gigi
c. Pot plastik ukuran 10-15 cc atau kantong plastik obat
d. Kaca objek dan kaca penutup
e. Spidol
f. Kertas saring/tissue
g. Mikroskop
2) Reagen
a. Larutan Eosin 2%
3) Cara pembuatan
a. Pakailah sarung tangan untuk mencegah kemungkinan infeksi
berbagai penyakit dari tinja
b. Tuliskan nomor kode/nama responden pada pot plastik/ kantong
plastik obat
c. Ambil tinja dengan lidi/tusuk gigi dibagian tengah permukaan tinja
seujung lidi, kemudian letakkan di atas kaca objek
d. Teteskan larun Eosin 2% di atas kaca objek
e. Aduk sampai rata pada masing-masing larutan
f. Tutup dengan kaca penutup
g. Lihat dibawah mikroskop mula-mula dengan pembesaran 10x
kemudian dengan pembesaran 40x
h. Hasil pemeriksaan tinja berupa positif atau negatif tiap jenis telur
4) Interpretasi
- Positif Infeksi Kecacingan : bila didapatkan dari hasil pemeriksaan
laboratorium ada telur cacing di dalam tinja
- Negatif Infeksi Kecacingan : bila tidak didapatkan dari hasil pemeriksaan
laboratorium ada telur cacing di dalam tinja.
3.5 Defenisi Operasional
1. Infeksi kecacingan adalah infeksi yang disebabkan oleh cacing kelas
nematoda usus khususnya yang penularannya melalui tanah, diantaranya
adalah cacing gelang (Ascarislumbricoides), cacing tambang
(Ancylostomaduodenale dan Necator americanus), dan cacing
cambukTrichuris trichiura yangdiperoleh dari hasil pemeriksaan tinja siswa
sekolah dasar, dikategorikan menjadi 2 kelompokyaitu :
1. Positif, bila ditemukan satu jenis atau lebih telur cacing dalam tinja
2. Negatif, bila tidak ditemukan telur cacing dalam tinja
2. Jenis kelamin adalah pembagian jenis seksual yang ditentukan secara
biologis dan anatomis yang dinyatakan dalam jenis kelamin laki-laki dan
jenis kelamin perempuan.
3. Umur adalah lama hidup seseorang yang dihitung sejak kelahiran sampai
ulang tahun terakhir pada saat penelitian dilakukan.
4. Sanitasi dasar adalah sanitasi minimum yang diperlukan untuk
menyediakan lingkungan sehat yang berhubungan dengan penularan
infeksi kecacingan dengan indikator sarana air bersih, pembuangan tinja
5. Sarana air bersih adalah ketersediaan air bersih yang dapat digunakan
setiap kegiatan di rumah siswa yang meliputi sumber air bersih, jarak
sumber air bersih dengan sumber pencemar dan kondisi fisik sarana
penyediaan air bersih.
6. Pembuangan tinja (jamban) adalah ketersediaan jamban yang digunakan
untuk keperluan membuang hajat/kotoran manusia, meliputi kapasitas
jamban, kondisi jamban, jenis jamban, jarak jamban dengan sumber air
bersih, jamban disertai septik tank, kebersihan jamban.
7. Pengelolaan sampah adalah ketersediaan tempat pembuangan sampah
yang kedap air dan tertutup.
8. Saluran pembuangan air limbah adalah ketersediaan saluran pembuangan
air limbah merupakan saluran yang tertutup, tidak mencemari lingkungan
dan mengalir lancar.
9. Higiene perorangan adalah kegiatan/usaha kebersihan setiap siswa dalam
menjaga kesehatan agar terhindar dari infeksi kecacingan.
10.Kebersihan kuku adalah kebiasaan kebiasaan yang dilakukan oleh siswa
untuk memelihara kebersihan kuku dengan memotong kuku sampai bersih
secara teratur
11.Kebiasaan cuci tangan adalah cara yang dilakukan oleh siswa untuk
mencuci tangan dengan menggunakan sabun secara teratur baik sebelum
dan setelah makan, setelah buang air besar (BAB), setelah bermain di
tanah
13.Penggunaan alas kaki adalah kebiasaan siswa memakai sandal/sepatu
ketika bermain di pekarangan rumah/sekolah terutama saat berjalan di
tanah.
3.6 Aspek Pengukuran 3.6.1 Variabel Independen
1. Sanitasi Dasar
Pengukuran variabel sanitasi dasar menggunakan form Cheklist. Sanitasi
dasar yang dinilai ada 4 komponen yaitu sarana air bersih, pembuangan tinja
(jamban), saluran pembuangan air limbah dan pengelolaan sampah.
Skala pengukuran yang digunakan dalam variabel ini adalah skala
Guttman. Menurut Sugiyono (2010) skala pengukuran dengan tipe ini akan di
dapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak; benar-salah; pernah-tidak pernah. Selain
dapat digunakan dalam bentuk pilihan ganda, skala ini juga dapat dibuat dalam
bentuk checklist. Jawaban dapat dibuat skor tinggi satu dan skor rendah nol.
Berdasarkan teori tersebut maka dapat diberikan penilai sebagai berikut:
a. Jika menjawab Ya = 1
b. Jika menjawab Tidak = 0
Berdasarkan skor yang diperoleh maka pengukuran sanitasi dasar dapat
dikategorikan (Pratomo, 1990):
1. Risiko pencemaran tinggi, apabila responden mendapatkan skor ≥ 75% dari
total skor
2. Risiko pencemaran rendah, apabila responden mendapat skor<75 % dari total
2. Higiene Perorangan
Pengukuran Higiene perorangan menggunakan kuesioner. Jumlah
pertanyaan untuk kuesioner sebanyak 21 pertanyaan. Pertanyaan terdiri dari
kebersihan kuku, kebiasaan cuci tangan, kebiasaan kontak dengan tanah dan
penggunaan alas kaki.
Skala pengukuran yang digunakan dalam variable ini adalah skala
Guttman. Menurut Sugiyono (2010) skala pengukuran dengan tipe ini akan di
dapat jawaban yang tegas, yaitu ya-tidak; benar-salah; pernah-tidak pernah;
positif-negatif. Jawaban dapat dibuat skor tinggi satu dan skor rendah nol.
Berdasarkan teori tersebut maka dapat diberikan penilai sebagai berikut:
c. Jika menjawab Benar = 1
d. Jika menjawab Salah = 0
Berdasarkan skor yang diperoleh, maka Higiene perorangan yang terdiri dari
kebiasaan mencuci tangan, kebiasaan memakai alas kaki, kebiasaan kontak
dengan tanah dan kebersihan kuku dan tangan dapat dikategorikan
berdasarkan(Pratomo, 1990):
1. Baik, apabila responden dapat menjawab dengan benar ≥ 75% dari total skor.
2. Kurang baik, apabila responden mendapat nilai < 75% dari seluruh skor yang
ada.
3.6.2 Variabel Dependen
Infeksi kecacingan dilakukan dengan pemeriksaan tinja yang dilakukan sehari
setelah pembagian pot tinja pada siswa di Laboratorium Parasitologi Fakultas
a. Positif Infeksi Kecacingan : bila didapatkan dari hasil pemeriksaan
Laboratorium ada telur cacing di dalam tinja.
b. Negatif Infeksi Kecacingan : bila tidak didapatkan dari hasil pemeriksaan
Laboratorium ada telur cacing di dalam tinja.
3.7 Teknik Analisis Data
Data yang telah dikumpulan ditabulasi, diolah dengan sistem
komputerisasi menggunakan SPSS untuk kemudian dilakukan analisa. Data yang
telah masuk diinterpretasikan dengan menggunakan analisa univariat dan bivariat.
Analisa univariat dilakukan untuk memperoleh gambaran pada
masing-masing variabel yang terdiri dari Sanitasi dasar dan Higiene perorangan,
kemudian data ditampilkan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.
Analisa bivariat digunakan untuk mengetahui ada tidaknya hubungan antara
Sanitasi dasar dan Higiene perorangan dengan Infeksi Kecacingan. Adapun Uji
statistik yang digunakan adalah Uji Chi-Square (X2) pada α= 0,05 (Murti, 1996)
dikarenakan pada variabel penelitian ini berupa data kategorik seperti skala
pengukuran nominal dan ordinal serta untuk mencari hubungan kedua variabel.
Syarat Chi Square:
1. Tidak terdapat sel dengan nilai observed yang bernilai nol (0). Nilai
observed(0) adalah nilai observasi yang didapatkan dari subyek penelitian.
2. Sel yang memiliki nilai expected < 5, maksimal 20% dari jumlah sel.
3. Jika syarat uji Chi Square tidak terpenuhi maka yang digunakan adalah
ujialternatif. Uji alternatif dari uji Chi Square untuk tabel 2x2 adalah uji
BAB IV
HASIL PENELITIAN
4.1 Deskripsi Lokasi Penelitian
Kelurahan Paya Pasir adalah salah satu kelurahan yang terletak
diKecamatan Medan Marelan, Kota Medan. Kelurahan Paya Pasir memiliki luas
wilayah 509,91 Ha dengan areal pemukiman seluas 403,91 Ha.Kelurahan Paya
Pasir berbatasan dengan Kecamatan Medan Belawan di sebelah utara, Kelurahan
Rengas Pulau di selatan, Kelurahan Terjun di barat, dan Kelurahan Labuhan Deli
di timur. Secara administrasi Kelurahan Paya Pasir terdiri dari 9 lingkungan.
Berdasarkan data yang diperoleh dari Pemko Medan, jumlah penduduk di
Kelurahan Paya Pasir yaitu sebanyak 11.537 jiwa yang terdiri dari laki-laki
sebanyak 5.646 jiwa dan perempuan sebanyak 5.841 jiwa.
4.1.1 Gambaran Umum SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan
Sekolah Dasar Negeri 067773 didirikan pada tahun 1986. Sekolah ini
beralamat di Jalan Paluh Nibung Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan. Sekolah ini merupakan sekolah dasar yang paling dekat jaraknya dengan
Tempat Pembuangan Akhir Sampah se- Kota Medan yaitu TPA Terjun.
Sekolah ini terdiri dari 2 bangunan terpisah yang terdiri dari bangunan untuk
ruang kelas dan bangunan untuk kantor guru. Bangunan ruang kelas terdiri dari 6
ruangan, sedangkan untuk bangunan kantor guru dan kantor kepala sekolah
Proporsi Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelanberdasarkan jenis kelamindan kelas dapat dilihat pada tabel dibawah ini :
Tabel 4.1 Distribusi Proporsi Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan berdasarkan Jenis Kelamin dan Kelas Tahun 2016
Jenis Kelamin
No Kelas Laki-Laki Perempuan Total
n % n % n %
1. I 17 70,8 7 29,2 24 14,3
2. II 16 45,7 19 54,3 35 20,8
3. III 14 51,8 13 48,2 27 16,1
4. IV 14 45,2 17 54,8 31 18,4
5. V 15 65,2 8 34,8 23 13,7
6. VI 20 71,4 8 28,6 28 16,7
Total 96 57,1 72 42,9 168 100
Sumber: Data SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Tahun T.A 2015/2015
Berdasarkan tabel di atas dapat dilihat jumlah Siswa SD Negeri 067773
Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelansecara keseluruhan sebanyak
168 orang yang menyebar di enam kelas yaitu kelas I sampai kelas VI. Siswa
kelas I berjumlah 24 siswa (14,3%), kelas II berjumlah 35 siswa (20,8%), kelas III
berjumlah 27 siswa (16,1%), kelas IV terdiri dari 31 siswa (18,4%), kelas V terdiri
dari 23 siswa (13,7%), dan kelas VI terdiri dari 28 siswa (16,7%). Dapat juga
dilihat jumlah murid yangberjenis kelamin laki-laki sebanyak 96 siswa (57,1%)
dan yang berjenis kelamin perempuan sebanyak 72 siswa (42,9%).
4.2 Hasil Analisis Univariat
Analisis univariat dilakukan untuk melihat distribusi frekuensi dari variabel
independen (Sanitasi Dasar dan Higiene Perorangan) dan pada Variabel Dependen
4.2.1 Karakteristik Responden
Responden yang diteliti berasal dari kelas III sampai dengan kelas VI yang
bersekolah di SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan. Responden berjumlah 47 orang, dengan distribusi sebagai berikut:
Tabel 4.2 Distribusi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No. Jenis Kelamin Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. Laki-laki 26 55,3
2. Perempuan 21 44,7
Jumlah 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui distribusi responden menurut jenis
kelamin dimana responden paling banyak dengan jenis kelaminlaki-laki yaitu
sebanyak 26 responden (55,3 %).
Tabel 4.3 Distribusi Responden Berdasarkan Umur pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Umur (Tahun) Jumlah (Orang) Persentase (%)
1. 8-10 tahun 30 63,8
2. 11-14 tahun 17 36,2
Jumlah 47 100
Berdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui responden lebih banyak terdapat pada
rentang umur 8-10 tahun dengan jumlah 30 responden (63,8%) dari 47 siswa yang
4.2.2 Gambaran Kondisi Sanitasi Dasar
Kondisi sanitasi dasar dapat dilihat dari hasil observasisarana air bersih,
sarana pembuangan tinja (jamban), saluran pembuangan air limbah dan
pengelolaan sampah.
4.2.2.1Hasil Observasi Sarana Air Bersih
Hasil observasi sarana air bersih disajikan pada tabel 4.3 berikut:
Tabel 4.4 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Air Bersih pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir KecamatanMedan Marelan Tahun 2016 misalnya kotoran hewan, sampah, genangan air, dll ?
17 36,2 30 63,8 47 100,0
3. Apakah ada/sewaktu-waktu ada genangan air pada jarak 2 (dua) meter sekitar sumur ?
4 8,5 43 91,5 47 100,0 4. Apakah saluran pembuangan air
limbah rusak/tidak ada? 6 12,8 41 87,2 47 100,0 5. Apakah lantai semen yang mengitari
sumur mempunyai radius kurang dari 1 (satu) meter ?
21 44,7 26 55,3 47 100,0 6. Apakah ada/sewaktu-waktu ada
genangan air diatas lantai semen sekeliling sumur ?
3 6,4 44 93,6 47 100,0 7. Apakah ada keretakan pada lantai
sekitar sumur yang memungkinkan air merembes kedalam sumur ?
17 36,2 30 63,8 47 100,0 8. Apakah ember dan tali timba
sewaktu-waktu diletakkan sedemikian rupa sehingga memungkan pencemaran ?
10 21,3 37 78,7 47 100,0
9. Apakah bibir sumur (cincin) tidak sempurna sehingga memungkinkan air merembes kedalam sumur ?
16 34,0 31 66,0 47 100,0 10. Apakah dinding semen sedalam 3
(tiga) meter dari atas permukaan tanah tidak diplester cukup rapat/tidak sempurna ?
Berdasarkan Tabel 4.4 diketahui bahwa kondisi sarana air bersih pada siswa
SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
yang memiliki jamban pada radius 10 m disekitar sumur yaitu sebanyak 14 siswa
(29,8%), ada sumber pencemar lain pada radius 10 m disekitar sumur sebanyak 17
siswa (36,2%), ada genangan air pada jarak 2 (dua) meter disekitar sumur
sebanyak 4 siswa (8,5%), saluran pembuangan air limbah rusak/tidak ada
sebanyak 6 siswa (12,%), lantai semen yang mengitari sumur mempunyai radius
kurang dari 1 (satu) meter sebanyak 21 siswa (44,7%), ada genangan air diatas
lantai semen sekeliling sumur sebanyak 3 siswa (6,4%), ada keretakan pada lantai
sekitar sumur sehingga air merembes kedalam sumur sebanyak 17 siswa (36,2%),
ember dan tali timba sewaktu-waktu diletakkan sedemikian rupa sehingga
memungkan pencemaransebanyak 10 siswa (21,3%), bibir sumur (cincin) tidak
sempurna sehingga memungkinkan air merembes kedalam sumur sebanyak 16
siswa (34,0%), dan yang memiliki dinding semen sedalam 3 (tiga) meter dari atas
permukaan tanah tidak diplester cukup rapat/tidak sempurna sebanyak 17 siswa
(36,2%).
Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Pencemaran Sarana Air Bersihpada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir KecamatanMedan Marelan Tahun 2016
No Sarana Air Bersih Jumlah Siswa Persentase (%)
1. Risiko Pencemaran Tinggi 4 8,5
2. Risiko Pencemaran Rendah 43 91,5
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.5diketahui bahwa hampir seluruh siswa memiliki
sarana air bersih dengan tingkat risiko pencemaran yang rendah yaitu sebanyak 43
4.2.2.2 Hasil Observasi Sarana Pembuangan Tinja (Jamban)
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi maka
sarana pembuangan tinja (jamban) pada siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya
Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.6 Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Pembuangan Tinja (Jamban) pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No. Sarana Pembuangan Tinja (Jamban)
Ya Tidak Total
n % n % n %
1. Jarak cubluk/ resapan atau lubang penampungan kurang dari 10 meter dari sumur atau sumber air bersih?
17 36,2 30 63,8 47 100,0 2. Apabila jarak dari penampungan atau
dinding resapan kurang dari 10 m, apakah letak lubang/ resapan tersebut di bagian yang lebih tinggi dari sumber air?
18 38,3 29 61,7 47 100,0
3. Lantai jamban tidak rapat, sehingga menungkinkan serangga dan binatang penular penyakit dapat masuk ke dalam cubluk/ resapan sehingga menimbulkan bau
10 21,3 37 78,7 47 100,0
4. Lubang masuk kotoran terbuka / tidak
ditutup 46 97,9 1 2,1 47 100,0
Berdasarkan Tabel 4.6 diketahui bahwa kondisi sarana pembuangan tinja
(jamban) pada siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2016 yang memiliki jarak cubluk/ resapan atau lubang
siswa (36,2%), lubang/ resapan berada di bagian yang lebih tinggi dari sumber air
sebanyak 18 siswa (38,3%), yang memiliki lantai jamban tidak rapat sebanyak 10
siswa (21,3%), lubang masuk kotoran terbuka sebanyak 46 siswa (97,9%), tidak
memiliki rumah jamban sebanyak 2 siswa (4,3%), Lantai licin dan tidak mudah
dibersihkansebanyak 20 siswa (42,6%), di dalam/sekitar jamban terdapat
kecoa/lalatsebanyak 2 siswa (4,3%), yang memiliki lantai jamban kotor sebanyak
20 siswa (42,6%),saluran jamban yang tidak mudah digelontor sebanyak 2 siswa
(4,3%), dan tidak tersedia sabun di jambansebanyak 6 siswa (12,8%).
Tabel 4.7 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Pencemaran Sarana Pembuangan Tinja (Jamban)pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir KecamatanMedan Marelan Tahun 2016
No Sarana Pembuangan Tinja Jumlah Siswa Persentase (%)
1 Risiko Pencemaran Tinggi 3 6,4
2 Risiko Pencemaran Rendah 44 93,6
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.7diketahui bahwa hampir seluruh siswa memiliki
sarana pembuangan tinja (jamban) dengan tingkat risiko pencemaran yang rendah
yaitu sebanyak 44 siswa (93,6%).
4.2.2.3Hasil Observasi Saluran Pembuangan Air Limbah
Berdasarkan hasil observasi dengan menggunakan lembar observasi maka
saluran pembuangan air limbah pada siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya
Tabel 4.8 Distribusi Responden Berdasarkan SaluranPembuangan Air Limbah pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No.
Saluran Pembuangan Air Limbah Ya Tidak Total
n % n % n %
1. Apakah air buangan dari
septiktank/lubang penampungan kotoran dialirkan ke pekarangan rumah?
10 21,3 37 78,7 47 100,0
2. Apakah air buangan yang di resapkan mencemari sumber air? (dengan jarak <10 m)
14 29,8 33 70,2 47 100,0 3. Apakah air buangan menimbulkan
genangan? 12 25,5 35 74,5 47 100,0
4. Apakah saluran air buangan dalam
keadaan terbuka? 34 72,3 13 27,7 47 100,0
5. Apakah menimbulkan bau atau aroma
tidak sedap? 7 14,9 40 85,1 47 100,0
Berdasarkan Tabel 4.8 diketahui bahwa kondisi saluran pembuangan air
limbah pada siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2016 yang mengalirkan air buangan dari septiktank/lubang
penampungan kotoran ke pekarangan rumah sebanyak 10 siswa (21,3%), air
buangan yang di resapkan mencemari sumber air yaitu sebanyak 14 siswa
(29,8%), air buangan menimbulkan genangan sebanyak 12 siswa (25,5%), yang
memiliki saluran air buangan dalam keadaan terbuka sebanyak 34 siswa (72,3%),
dan memiliki saluran yang menimbulkan bau atau aroma tidak sedap yaitu
sebanyak 7 siswa (14,9%).
Tabel 4.9 Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Pencemaran Saluran Pembuangan Air Limbah pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir KecamatanMedan Marelan Tahun 2016 No Saluran Pembuangan Air
Limbah Jumlah Siswa Persentase (%)
Risiko Pencemaran Tinggi 8 17,0
Risiko Pencemaran Rendah 39 83,0
Berdasarkan tabel 4.9diketahui bahwa lebih banyak siswa yang memiliki
saluran pembuangan air limbah dengan tingkat risiko pencemaran yang rendah
yaitu sebanyak 39 siswa (83,0%).
4.2.2.4Hasil Observasi Pengelolaan Sampah
Hasil observasi sarana pengelolaan sampah disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.10Distribusi Responden Berdasarkan Sarana Pembuangan Tinja (Jamban) pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No.
Pengelolaan Sampah Ya Tidak Total
n % n % n % 10. Apakah sampah tidak dimusnahkan
selama tiga hari sekali? 26 55,3 21 44,7 47 100,0
Berdasarkan Tabel 4.10 diketahui bahwa kondisi sarana pengelolaan
sampah pada siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan Tahun 2016 yang memiliki tempat sampah tidak terbuat dari bahan kedap
air yaitu sebanyak 39 siswa (83,0%), tempat sampah tidak dalam kondisi tertutup
sebanyak 47 siswa (100%), tempat sampah tidak mudah dibuka sebanyak 9 siswa
tempat sampah diletakkan di dalam rumah sebanyak 6 siswa (12,8%), tempat
sampah tidak cukup menampung seluruh sampahsebanyak 13 siswa (27,7%),
tempat sampah tidak mudah diangkatsebanyak 9 siswa (19,1%), TPS berjarak
kurang dari 10 m dari sumber air sebanyak 9 siswa (19,1%),TPS menjadi sarang
perkembangbiakan binatang sebanyak 9 siswa (19,1%) dan sampah tidak
dimusnahkan selama tiga hari sekali sebanyak 26 siswa (55,3%).
Tabel 4.11Distribusi Responden Berdasarkan Tingkat Risiko Pencemaran Sarana Pengelolaan Sampah pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir KecamatanMedan Marelan Tahun 2016 No Pengelolaan Sampah Jumlah Siswa Persentase (%)
Risiko Pencemaran Tinggi 5 10,6
Risiko Pencemaran Rendah 42 89,4
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.11diketahui bahwa lebih banyak siswa yang memiliki
sarana pengelolaan sampah dengan tingkat risiko pencemaran yang rendah yaitu
sebanyak 42 siswa (89,4%).
4.2.3 Gambaran Keadaan Higiene Perorangan
Gambaran keadaan higiene perorangan meliputi kebiasaan mencuci
tangan, kebiasaan kontak dengan tanah, kebersihan kuku dan penggunaan alas
kaki.
4.2.3.1 Kebiasaan Mencuci Tangan
Distribusi kebiasan mencuci tangan pada siswaSD Negeri 067773
Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016 disajikan pada
Tabel 4.12Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Mencuci Tanganpada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Kebiasaan Mencuci Tangan
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. Apakah adik selalu mencuci tangan pada saat sebelum makan?
Ya 44 93,6
Tidak 3 6,4
Total 47 100,0
2. Bagaimana adik mencuci tangan pada saat sebelum makan?
Dengan air saja 15 31,9
Dengan air dan sabun 32 68,1
Total 47 100,0
3. Apakah adik selalu mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar?
Ya 44 93,6
Tidak 3 6,4
Total 47 100,0
4. Bagaimana adik mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar
Dengan air saja 5 10,6
Dengan air dan sabun 42 89,4
Total 47 100,0
5. Apakah adik selalu mencuci tangan dan kaki setelah bermain?
Ya 40 85,1
Tidak 7 14,9
Total 47 100,0
6. Bagaimana adik mencuci tangan dan kaki setelah bermain?
Dengan air saja 15 31,9
Dengan air dan sabun 32 68,1
Total 47 100,0
7. Apakah adik selalu mencuci tangan dan kaki sebelum tidur
Ya 40 85,1
Tidak 7 14,9
Total 47 100,0
8. Bagaimana adik mencuci tangan dan kaki setelah bermain?
Dengan air saja 29 61,7
Dengan air dan sabun 18 38,3
Berdasarkan Tabel 4.12 diketahui bahwa kebiasaan mencuci tangan pada
siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun
2016 yang selalu mencuci tangan pada saat sebelum makan sebanyak 44 orang
(93,6%), yang mencuci tangan sebelum makan dengan air dan sabun sebanyak 32
orang (68,1%), selalu mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar sebanyak
44 orang (93,6%), selalu mencuci tangan pada saat sesudah buang air besar
dengan air dan sabun sebanyak 42 orang (89,4%), selalu mencuci tangan dan kaki
setelah bermain sebanyak 40 orang (85,1%), mencuci tangan dan kaki setelah
bermaindengan air dan sabun sebanyak 32 siswa ( 68,1%), selalu mencuci tangan
dan kaki sebelum tidur sebanyak 40 orang (85,1%) dan yang %), selalu mencuci
tangan dan kaki sebelum tidur dengan air dan sabun sebanyak 18 orang (38,3%).
Tabel 4.13Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kebiasaan Mencuci Tanganpada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Kategori Kebiasaan Mencuci
Tangan Jumlah Siswa Persentase (%)
1. Baik 38 80,9
2. Kurang Baik 9 19,1
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.13diketahui bahwa lebih banyak siswa yang memiliki
kebiasaan mencuci tangan yang baik yaitu sebanyak 38 siswa (80,9%).
4.2.3.2 Kebiasaan Kontak dengan Tanah
Distribusi kebiasan kontak dengan tanah pada siswaSD Negeri 067773
Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016 disajikan pada
Tabel 4.14Distribusi Responden Berdasarkan Kebiasaan Kontak dengan Tanah pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Kebiasaan Kontak dengan Tanah
Jumlah Siswa Persentase (%)
1. Apakah adik suka bermain di tanah?
Ya 23 48,9
Tidak 24 51,1
Total 47 100,0
2. Jika ya, dimana tempatnya?
Di halaman rumah 41 87,2
Di lingkungan sekolah 6 12,8
Total 47 100,0
3. Apakah adik membuka sepatu saat bermain di tanah?
Ya 29 61,7
Tidak 18 38,3
Total 47 100,0
4. Apakah adik pernah makan sambil bermain dengan tanah?
Ya 9 19,1
Tidak 38 80,9
Total 47 100,0
5. Apakah adik pernah memakan makanan yang jatuh di tanah?
Ya 4 8,5
Tidak 43 91,5
Total 47 100,0
Berdasarkan Tabel 4.14 diketahui bahwa kebiasaan kontak dengan tanah
pada siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan
Tahun 2016 yang suka bermain di tanah sebanyak 23 orang (48,9%), sebanyak 41
siswa (87,2%) yang suka bermain tanah di halaman rumah, suka membuka sepatu
saat bermain di tanah sebanyak 29 orang (61,7%), pernah makan sambil bermain
dengan tanah sebanyak 9 orang (19,1%) dan yang pernah memakan makanan
Tabel 4.15Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kebiasaan Kontak dengan Tanahpada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Kategori Kontak dengan Tanah Jumlah Siswa (%)
1. Baik 18 38,3
2. Kurang Baik 29 61,7
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.15diketahui bahwa sebagian siswa memiliki kebiasaan
kontak dengan tanah yang kurang baik yaitu sebanyak 29 siswa (61,7%).
4.2.3.3 Kebersihan Kuku
Distribusi kebersihan kuku pada siswaSD Negeri 067773 Kelurahan Paya
Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.16Distribusi Responden Berdasarkan Kebersihan Kuku pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No.
Pengelolaan Sampah Ya Tidak Total
n % n % n %
Berdasarkan tabel diatas diketahui bahwa siswa yang memiliki kuku
bersih sebanyak 18 siswa (38,3%), selalu memotong kuku tangan dan kaki secara
teratur 1x dalam seminggu ada 28 siswa (59,6%), selalu memotong kuku tangan
dan kaki sampai pendek sebanyak 44 siswa (93,6%), sering menggigiti kuku
sebanyak 10 siswa (21,3%) dan yang sering memasukkan jari ke dalam mulut
Tabel 4.17Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Kondisi Kebersihan Kukupada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Kebersihan Kuku Jumlah Siswa (%)
1. Baik 26 55,3
2. Kurang Baik 21 44,7
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.17diketahui bahwa sebagian siswa memiliki
kebersihan kuku yang baik yaitu sebanyak 26 siswa (55,3%).
4.2.3.4 Penggunaan Alas Kaki
Distribusi penggunaan alas kaki pada siswaSD Negeri 067773 Kelurahan
Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016 disajikan pada tabel berikut:
Tabel 4.18Distribusi Responden Berdasarkan Penggunaan Alas Kaki pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No.
Penggunaan Alas Kaki Ya Tidak Total
n % n % N %
1. Apakah adik selalu memakai
sendal/sepatu jika keluar rumah? 42 89,4 5 10,6 47 100,0 2. Apakah adik selalu memakai
sendal/sepatu jika bermain-main diluar
rumah? 43 91,5 4 8,5 47 100,0
3. Pada waktu istirahat sekolah apakah
adik bermain sambil membuka sepatu? 7 14,9 40 85,1 47 100,0
Berdasarkan diatas diketahui bahwa penggunaan alas kaki siswa yang
selalu memakai sendal/sepatu jika keluar rumah sebanyak 42 siswa (89,4%),
selalu memakai sendal/sepatu jika bermain-main diluar rumah sebanyak 43 siswa
(91,5%) dan yang pada waktu istirahat sekolah bermain sambil membuka sepatu
Tabel 4.19Distribusi Responden Berdasarkan Kategori Penggunaan Alas Kakipada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan Marelan Tahun 2016
No Penggunaan Alas Kaki Jumlah Siswa (%)
1. Baik 37 78,7
2. Kurang Baik 10 21,3
Total 47 100,0
Berdasarkan tabel 4.19diketahui bahwa sebagian siswa memiliki
penggunaan alas kaki yang baik yaitu sebanyak 37 siswa (78,7%).
4.2.4 Infeksi Kecacingan
Infeksi kecacingan pada siswa SD Negeri 067773 di Kelurahan Paya Pasir
Kecamatan Medan Marelan tahun 2016 dapat dilihat pada tabel berikut:
Tabel 4.20Distribusi Infeksi Kecacingan pada Siswa SD Negeri 067773 Kelurahan Paya Pasir KecamatanMedan Marelan Tahun 2016 No Infeksi Kecacingan Jumlah Siswa Persentase (%)
1. Positif 7 14,9
2. Negatif 40 85,1
Total 47 100,0
Berdasarkan hasil pemeriksaan laboratorium mengenai infeksi kecacingan
pada siswa SD Negeri 067773 di Kelurahan Paya Pasir Kecamatan Medan
Marelan tahun 2016 menunjukkan bahwa sebanyak 7 siswa (14,9%) positif
menderita infeksi kecacingan.
4.2.5Infeksi Kecacingan Berdasarkan Jenis Cacing
Jenis cacing yang diperiksa adalah cacing gelang (Ascaris
lumbricoides),cacing tambang(Necator americanus/Ancylostoma duodenale) dan