• Tidak ada hasil yang ditemukan

Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah Di Smu Hang Tuah Kec Medan Belawan Tahun 2009

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah Di Smu Hang Tuah Kec Medan Belawan Tahun 2009"

Copied!
139
0
0

Teks penuh

(1)

GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG HUBUNGAN SEKS PRA-NIKAH DI SMU HANG TUAH

KEC MEDAN BELAWAN TAHUN 2009

S K R I P S I

Oleh :

DIMAS ANGGA SUMANTRI NIM. 031000159

FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)

HALAMAN PENGESAHAN

Skripsi Dengan Judul :

GAMBARAN PERILAKU SISWA TENTANG HUBUNGAN SEKS PRA-NIKAH DI SMU HANG TUAH KECAMATAN MEDAN BELAWAN

TAHUN 2009

Yang Dipersiapkan dan Dipertahankan oleh :

DIMAS ANGGA SUMANTRI NIM. 031000159

Telah Diuji Dan Dipertahankan Dihadapan Tim Penguji Skripsi Pada Tanggal 11 Januari 2010 Dan Dinyatakan Telah

Memenuhi Syarat Untuk Diterima

Tim Penguji

Ketua Penguji Penguji I

dr, Linda T Maas, MPH Drs. Eddy Syahrial, MS

NIP.1952102211980032002 NIP. 195907131993031003

Penguji II Penguji III

Drs. Tukiman, MKM Drs.Alam Bakti Keloko, MKes

NIP.196110241990031003 NIP.196206041992031001

Medan, Februari 2010 Fakultas Kesehatan Masyarakat

Universitas Sumatera Utara Dekan

(3)

ABSTRAK

Derasnya arus informasi dan perkembangan gaya hidup sangat mempegaruhi perkembangan seksualitas remaja yang sedang berada pada masa gejolak seks yang besar dan di sisi lain di haruskan mampu menguasai gejolak tersebut tanpa tahu bagaimana mengelolanya. Kondisi ini tentu saja dapat menimbulkan keadaan yang rawan dan berbahaya dalam perilaku seksual remaja terutama hubungan seksual pra-nikah.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey deskriptif dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui gambaran perilaku siswa tentang hubungan seks pra-nikah. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa SMU Hang Tuah Belawan sebanyak 750 siswa. Dengan sampel diambil dengan metode alokasi sebanding dengan besar sampel 70 orang.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dari 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang (72,9%), sikap siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 45 orang (64,3%), tindakan siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah ada pada kategori baik yaitu berjumlah 36 orang (51,4%), sumber informasi yang didapat siswa berasal berasal dari guru, yaitu sebanyak 65 orang (92,9%), sedangkan sumber untuk bertanya tentang seksual adalah kepada teman dekat / sebaya, yaitu sebanyak 54 orang (77,1%).

Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah SMU Hang Tuah Belawan lebih memberikan informasi kepada para siswa perihal kesehatan seksual baik dengan metode penyuluhan ataupun dengan menambahkan materi tersebut ke dalam mata pelajaran Biologi sehingga informasi yang didapatkannya bisa mengarahkan pengetahuan dan sikapnya ke arah yang lebih baik., dan membentuk kelompok-kelompok studi/kajian yang terdiri dari para siswa yang mebahas permasalahan remaja, terkhusus perihal kesehatan reproduksi remaja yang nantinya dapat menjadikan para peserta kelompok studi sebagai informan perihal kesehatan reproduksi kepada teman-teman sebayanya di sekolah.

(4)

ABSTRACT

The explosion of information and lifestyles have very strongly affected the growth of adolescents’ sexuality in its prime sexual periods and on the other hand, they are obliged to control such sexual desire without the knowledge of how to overcome it. Such condition will certainly cause a fragile and risky condition in the adolescents’ sexual behaviors, especially, in the sexual relationship before marriage. This research is a descriptive survey which used questioners in order to know the students’ behaviors over the sexual relationship before marriage. Those in this research are all the students of Hang Tuah School in Belawan with the total number of 750 students. The sample used is a method of allocation which is comparable to the sample of 70 students.

The result of this research indicates that from 70 SMU students of Hang Tuah, Belawan, about their knowledge concerning the sexual relationship before marriage is mostly in the category of ‘low’ with the total number of 51 persons (72.9%), students’ responses concerning the sexual relationship before marriage is in the category of ‘medium’ with the total number of 45 persons (64.3%), students’ responses regarding the sexual relationship before marriage is in the category of ‘good’, with the total number of 36 persons (51.45%), the source of information the students obtained from their teachers is 65 persons (92.9%), while asking about the sexual relationship to their close friends or peers is 54 persons (77.1%).

From this research, it is expected that Hang Tuah School, Belawan can give more information to its students about the sexual health either by counseling or inserting the materials into Biology so that the information they derive can guide them, and they can assemble study groups which consist of the students who discuss the juvenile problems, especially regarding the health of youths’ reproduction which, in turn, can make the participants of the study groups informants in relation to the health reproduction to their peers or schoolmates.

(5)

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

Nama : Dimas Angga Sumantri

Tempat/Tanggal Lahir : Medan, 11 September 1985

Agama : Islam

Status Perkawinan : Belum Menikah Jumlah Anggota Keluarga : 4 Orang

Anak ke : 2 dari 4 bersaudara

Alamat Rumah : Jl. Raya Pulo Gebang gg. H.Rikin no.37 RT15/RW04 Kec.Cakung Jakarta Timur

Riwayat Pendidikan :

1. SD Kemala Bhayangkari Medan Tamat Tahun 1997 2. SLTP Harapan 2 Medan Tamat Tahun 2000 3. SMU Kartika Jaya I – I Medan Tamat Tahun 2003

4. FKM USU Tahun 2003 – 2010

Riwayat Organisasi

1. Anggota Bidang Pengembangan Minat dan Bakat PEMA FKM USU Tahun 2003

2. Departemen Kekaryaan HMI Komisariat FKM USU Tahun 2004

3. Anggota Bidang Pendidikan dan Penalaran PEMA FKM USU Tahun 2004

4. Wakil Sekretaris Jenderal Bidang Minat dan Bakat PEMA FKM USU Tahun 2004

5. Ketua Bidang Kekaryaan HMI Komisariat FKM USU Tahun 2005 6. Anggota Majelis Mahasiswa Fakultas (MMF) Tahun 2006

(6)

KATA PENGANTAR

Syukur kehadirat Allah SWT atas limpahan hidayahNya dan sholawat tercurah atas Rasulullah atas motivasi hidup dan kehidupannya sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul ” Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pra-nikah Di Smu Hang Tuah Kec Medan Belawan Tahun

2009”. Skripsi ini merupakan hasil proses belajar penulis yang dilewatkan di Fakultas

Kesehatan Masyarakat. Skripsi ini dibuat sebagai salah satu syarat bagi penulis untuk menyandang gelar Sarjana Kesehatan Masyarakat (SKM) dan berusaha mempersembahkannya pada dunia pendidikan dan pihak-pihak yang membutuhkannya.

Dalam penyusunan skripsi ini penulis telah banyak mendapat dukungan dari berbagai pihak baik moril maupun materil. Untuk itu penulis haturkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada :

1. Ibu dr.Ria Masniari Lubis,Msi, selaku Dekan Fakultas Kesehatan Masyarakat Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu dr.Linda T Maas dan Bapak Drs.Eddy Syahrial, MS selaku Dosen Pembimbing I dan II atas keluangan waktu dan pikiran dalam membimbing, memberi saran dan memotivasi penulis sehingga skripsi ini dapat diselesaikan. 3. Ibu Lita Sri handayani,SKM MKes dan Bapak Drs.Alam Bakti Keloko,MKes

selaku Dosen Penguji atas masukan yang konstruktif demi perbaikan skripsi ini. 4. Seluruh Bapak/Ibu Dosen FKM USU terkhusus pada Dosen pengajar di

Departemen Pendidikan Kesehatan dan Ilmu Perilaku (PKIP) yang telah mentransfer ilmu yang bermanfaat.

5. Ibu dr. Halinda Sari Lubis, MKKK sebagai Dosen Pembimbing Akademik yang telah memberi motivasi dan arahan kepada penulis dari awal perkuliahan hingga penulis menyelesaikan skripsi ini.

(7)

berkontribusi untuk agama, keluarga dan bangsa, akan selalu ku tunjukkan bahwa anakmu ini mampu mandiri.

7. Buat abang dan kakak di Medan : Bang Hamid, Bang Surya, Bang Dika, Bang Ahmad, Kak Nita TMJ, Bang Dani dan Kak Eva StarFM terimakasih atas kebersamaan, binaan dan bantuannya pada penulis.

11. Buat Teman-temanku (Endamora, Yoky, Adon, Sofyan, Padli, Kamto, Buset, Ridha, Afdol, Erno dan Asrul) atas perhatian dan kebersamaannya.

12. Buat Keluarga Besar Komisariat FKM USU dan PEMA FKM USU yang telah memberi ruang untuk berproses dan menambah jalinan silaturrahim bagi penulis. 13. Buat adek-adekku (Inur, Evy, Rina, Tania, Ratna, Iboy, Husen, Ulfa, Rina

Hudaya, Fitri, Iboy, Irma, Amru, Hengky, Andre, Tia, Junita, Amy, Dwi, July, Pendi, Yori, Juli, Juni, Nanda, Amel, Isas, Putra, Riska, Iwal dan lain-lain yang tak dapat penulis sebutkan satu persatu)

Medan, Nopember 2009

(8)

DAFTAR ISI

Abstrak ... i

Abstract ... ii

Daftar Riwayat Hidup ... iii

Kata Pengantar ... iv

Daftar isi ... vi

Daftar Tabel ... ix

BAB I PENDAHULUAN ... 1

1.1Latar Belakang ... 1

1.2Perumusan Masalah ... 7

1.3Tujuan Penelitian ... 7

1.3.1Tujuan Umum ... 7

1.3.2Tujuan Khusus ... 7

1.4Manfaat Penelitian ... 7

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ... 9

2.1 Perilaku ... 9

2.1.1 Defenisi Perilaku ... 9

2.1.2 Teori Mengenai Faktor - Faktor Yang Memperngaruhi Perilaku ... 14

2.1.2.1 Teori WHO ... 14

2.2.2.2 Teori Belajar Sosial ... 15

2.2 Remaja ... 16

2.3 Perilaku Seksual Remaja ... 17

2.4 Kesehatan Reproduksi ... 20

2.5 Hubungan Seksual Pra-nikah ... 21

2.6 Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 23

2.6.1 Aspek Medis ... 23

2.6.2 Aspek Sosial-Psikologis ... 25

2.7 Pendidikan Seksual ... 26

2.7.1 Tujuan Pendidikan Seksual ... 27

2.8 Keluarga ... 27

2.9 Kelompok Sebaya ... 28

2.10 Kerangka Konsep ... 29

BAB III METODE PENELITIAN ... 30

3.1 Jenis dan Rancangan Penelitian ... 30

3.2 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 30

3.2.1 Lokasi Penelitian ... 30

3.2.2 Waktu Penelitian ... 30

3.3 Populasi dan Sampel ... 31

3.3.1 Populasi ... 31

3.3.2 Sampel ... 31

3.4 Metode Pengambilan Data ... 32

3.4.1 Data Primer ... 32

(9)

3.5 Tehnik Pengolahan dan Analisa Data ... 33

3.5.1 Pengolahan Data ... 33

3.5.2 Analisis Data ... 33

3.6. Defenisi Operasional ... 33

1. Karakteristik Siswa ... 34

2. Sumber Informasi ... 34

3. Pengetahuan ... 34

4. Sikap ... 34

5. Tindakan ... 34

3.7 Aspek Pengukuran dan Instrumen ... 34

3.7.1. Aspek Pengukuran ... 34

1. Pengetahuan ... 35

2. Sikap ... 35

3. Tindakan ... 35

3.7.2 Instrumen ... 36

BAB IV HASIL PENELITIAN ... 37

4.1 Gambaran Umum Siswa SMU Hang Tuah Belawan ... 37

4.2 Karakteristik Responden ... 41

4.2.1 Jenis Kelamin Responden ... 41

4.2.2 Umur Responden ... 41

4.2.3 Tempat Tinggal Responden ... 42

4.2.4 Uang Saku/Bulan Responden ... 42

4.3 Sumber Informasi Responden ... 42

4.4 Pengetahuan Responden ... 44

4.4.1 Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi ... 44

4.4.2 Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seksual ... 46

4.4.3 Pengetahuan Responden Tentang Penggolongan Aktivitas Seksual ... 46

4.4.4 Kategori Pengetahuan Responden... 50

4.5 Sikap Responden ... 52

4.5.1 Kategori Sikap Responden ... 54

4.6 Tindakan Responden ... 55

4.6.1 Tindakan Responden Dalam Upaya Bertanya/Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang Bersifat Seksual Dalam Sebulan Terakhir ... 55

4.6.2 Tindakan Responden Membaca, Menonton Video, Atau Melihat Di Internet Tentang Hal-Hal Yang Berbau Pornografi Dalam Sebulan Terakhir ... 57

4.6.3 Tindakan Responden Melakukan Aktivitas Seksual Dalam Sebulan Terakhir ... 57

4.7 Kategori Tindakan Responden ... 62

BAB V PEMBAHASAN ... 62

5.1 Karakteristik Responden ... 62

5.2 Sumber Informasi Responden ... 63

(10)

5.3.1 Pengetahuan Responden Tentang Kesehatan Reproduksi ... 64

5.3.2 Pengetahuan Responden Tentang Pengenalan Dasar Yang Perlu Diketahui Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi ... 65

5.3.3 Pengetahuan Responden Tentang Aktivitas Yang Membahayakan Kesehatan Reproduksi ... 66

5.3.4 Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seksual ... 67

5.3.5.Pengetahuan Responden Tentang Dampak Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 67

5.3.6 Pengetahuan Responden Tentang Solusi Terbaik Bagi Pasangan Pra-nikah Yang Mengalami Kehamilan Yang Tidak Diinginkan ... 68

5.3.7 Pengetahuan Reponden Tentang Pengertian Aborsi ... 69

5.3.8 Pengetahuan Responden Tentang Penyakit Yang Tergolong Penyakit Menular Seksual (PMS) ... 69

5.3.9 Pengetahuan Responden Tentang Dampak Buruk Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 70

5.3.10 Kategori Pengetahuan Responden ... 72

5.4 Sikap Responden Tentang Hubungan Seks Pra-nikah ... 73

5.4.1 Kategori Sikap Responden ... 75

5.5 Tindakan Responden Tentang Hubungan Seks Pra-nikah ... 76

5.5.1 Tindakan Responden Dalam Upaya Bertanya/Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang Bersifat Seksual Dalam Sebulan Terakhir ... 76

5.5.2 Tindakan Responden Membaca, Menonton Video, Atau Melihat Di Internet Tentang Hal-Hal Yang Berbau Pornografi Dalam Sebulan Terakhir ... 77

5.5.3 Tindakan Responden Melakukan Aktivitas Seksual Dalam Sebulan Terakhir ... 78

5.5.4 Kategori Tindakan Responden ... 81

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN ... 83

6.1 Kesimpulan ... 83

6.2 Saran ... 84 DAFTAR PUSTAKA

(11)

DARTAR TABEL

Hal.

Tabel 4.1 Distribusi Siswa Hang Tuah Belawan Tahun Ajaran 2008/2009 ... 40

Tabel 4.2 Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin... 41

Tabel 4.3 Distribusi Responden Menurut Umur ... 41

Tabel 4.4 Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal ... 42

Tabel 4.5 Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku/Bulan ... 42

Tabel 4.6 Distribusi Sumber Informasi Responden Tentang Seksuallitas/ Kesehatan Reproduksi ... 43

Tabel 4.7 Distribusi Sumber Informasi Tempat Responden Bertanya/Mencari Tahu Tentang Seksuallitas/Kesehatan Reproduksi ... 43

Tabel 4.8 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Kesehatan Reproduksi ... 44

Tabel 4.9 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengenalan Dasar Yang Perlu Diketahui Remaja Tentang Kesehatan Reproduksi ... 44

Tabel 4.10 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Aktivitas Yang Membahayakan Kesehatan Reproduksi ... 45

Tabel 4.11 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Hubungan Seksual ... 46

Tabel 4.12 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Aktivitas Yang Tergolong Aktivitas Seksual ... 46

Tabel 4.13 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Dampak Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 47

Tabel 4.14 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Solusi Terbaik Bagi Pasangan Pra-nikah Yang Mengalami Kehamilan Yang Tidak Diinginkan ... 47

Tabel 4.15 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Pengertian Aborsi .. 48

Tabel 4.16 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Penyakit Yang Tergolong Penyakit Menular Seksual (PMS) ... 48

Tabel 4.17 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Dampak Buruk Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 49

Tabel 4.18 Distribusi Pengetahuan Responden Berdasarkan Cara Agar Bisa Terhindar Dari Perilaku Seks Menyimpang Seperti Melakukan Hubungan Seks Di Luar Nikah ... 49

Tabel 4.19 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah ... 50

Tabel 4.20 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 50

Tabel 4.21 Distribusi Kategori Pengetahuan Responden Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal ... 51

(12)

Tabel 4.24 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-nikah ... 54 Tabel 4.25 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-Nikah Berdasarkan Jenis Kelamin ... 54 Tabel 4.26 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-Nikah Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal ... 54 Tabel 4.27 Distribusi Kategori Sikap Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-Nikah Berdasarkan Uang Saku/Bulan ... 55 Tabel 4.28 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Bertanya/Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang Bersifat Seksual Kepada Keluarga (Ayah, Ibu, Abang, Adik,\

Sanak Saudara) Dalam Sebulan Terakhir ... 55 Tabel 4.29 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Bertanya/Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang

Bersifat Seksual Kepada Guru Dalam Sebulan Terakhir ... 56 Tabel 4.30 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Bertanya/Berdiskusi Tentang Kesehatan Reproduksi Atau Yang

Bersifat Seksual Kepada Teman Sebaya Dalam Sebulan Terakhir ... 56 Tabel 4.31 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Membaca Majalah, Menonton Video, Atau Melihat Di Internet

Tentang Hal-Hal Yang Berbau Pornografi Sebulan Terakhir ... 57 Tabel 4.32 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Melakukan Masturbasi Sebulan Terakhir ... 57 Tabel 4.33 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Berciuman Dengan Lawan Jenis/Pacar... 58 Tabel 4.34 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Petting Dengan Lawan Jenis/Pacar/Pasangan Sebulan Terakhir ... 58 Tabel 4.35 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Melakukan Hubungan Seksual Pra-nikah ... 58 Tabel 4.36 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Status

Pasangan Responden Ketika Melakukan Melakukan Hubungan

Seksual Pra-Nikah ... 59 Tabel 4.37 Distribusi Frekuensi Tindakan Responden Berdasarkan Pernah

Melakukan Aborsi ... 59 Tabel 4.38 Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-nikah ... 59 Tabel 4.39 Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-Nikah Berdasarkan Jenis Kelamin... 60 Tabel 4.40 Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Hubungan Seks

Pra-Nikah Berdasarkan Wilayah Tempat Tinggal ... 60 Tabel 4.41 Distribusi Kategori Tindakan Responden Tentang Hubungan Seks

(13)

ABSTRAK

Derasnya arus informasi dan perkembangan gaya hidup sangat mempegaruhi perkembangan seksualitas remaja yang sedang berada pada masa gejolak seks yang besar dan di sisi lain di haruskan mampu menguasai gejolak tersebut tanpa tahu bagaimana mengelolanya. Kondisi ini tentu saja dapat menimbulkan keadaan yang rawan dan berbahaya dalam perilaku seksual remaja terutama hubungan seksual pra-nikah.

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian survey deskriptif dengan menggunakan kuesioner untuk mengetahui gambaran perilaku siswa tentang hubungan seks pra-nikah. Populasi dari penelitian ini adalah semua siswa SMU Hang Tuah Belawan sebanyak 750 siswa. Dengan sampel diambil dengan metode alokasi sebanding dengan besar sampel 70 orang.

Hasil dari penelitian ini adalah bahwa dari 70 siswa SMU Hang Tuah Belawan, pengetahuan siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah sebagian besar ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 51 orang (72,9%), sikap siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah ada pada kategori sedang yaitu berjumlah 45 orang (64,3%), tindakan siswa mengenai hubungan seksual pra-nikah ada pada kategori baik yaitu berjumlah 36 orang (51,4%), sumber informasi yang didapat siswa berasal berasal dari guru, yaitu sebanyak 65 orang (92,9%), sedangkan sumber untuk bertanya tentang seksual adalah kepada teman dekat / sebaya, yaitu sebanyak 54 orang (77,1%).

Dari hasil penelitian ini diharapkan sekolah SMU Hang Tuah Belawan lebih memberikan informasi kepada para siswa perihal kesehatan seksual baik dengan metode penyuluhan ataupun dengan menambahkan materi tersebut ke dalam mata pelajaran Biologi sehingga informasi yang didapatkannya bisa mengarahkan pengetahuan dan sikapnya ke arah yang lebih baik., dan membentuk kelompok-kelompok studi/kajian yang terdiri dari para siswa yang mebahas permasalahan remaja, terkhusus perihal kesehatan reproduksi remaja yang nantinya dapat menjadikan para peserta kelompok studi sebagai informan perihal kesehatan reproduksi kepada teman-teman sebayanya di sekolah.

(14)

ABSTRACT

The explosion of information and lifestyles have very strongly affected the growth of adolescents’ sexuality in its prime sexual periods and on the other hand, they are obliged to control such sexual desire without the knowledge of how to overcome it. Such condition will certainly cause a fragile and risky condition in the adolescents’ sexual behaviors, especially, in the sexual relationship before marriage. This research is a descriptive survey which used questioners in order to know the students’ behaviors over the sexual relationship before marriage. Those in this research are all the students of Hang Tuah School in Belawan with the total number of 750 students. The sample used is a method of allocation which is comparable to the sample of 70 students.

The result of this research indicates that from 70 SMU students of Hang Tuah, Belawan, about their knowledge concerning the sexual relationship before marriage is mostly in the category of ‘low’ with the total number of 51 persons (72.9%), students’ responses concerning the sexual relationship before marriage is in the category of ‘medium’ with the total number of 45 persons (64.3%), students’ responses regarding the sexual relationship before marriage is in the category of ‘good’, with the total number of 36 persons (51.45%), the source of information the students obtained from their teachers is 65 persons (92.9%), while asking about the sexual relationship to their close friends or peers is 54 persons (77.1%).

From this research, it is expected that Hang Tuah School, Belawan can give more information to its students about the sexual health either by counseling or inserting the materials into Biology so that the information they derive can guide them, and they can assemble study groups which consist of the students who discuss the juvenile problems, especially regarding the health of youths’ reproduction which, in turn, can make the participants of the study groups informants in relation to the health reproduction to their peers or schoolmates.

(15)

BAB I PENDAHULUAN

1.1.Latar Belakang

Masa remaja adalah masa peralihan dari masa kanak-kanak ke masa dewasa. Batasan usia remaja menurut WHO (Word Health Organization) adalah mereka yang berusia 10-19 tahun, sementara PBB menyebut anak muda (youth) untuk usia 15-24 tahun. Batasan ini kemudian disatukan dalam terminologi kaum muda (young people) yaitu usia 10-24 tahun (Killbourne et.al , 2000).

Pada masa peralihan tersebut, terjadi perubahan fisik yang cepat pada remaja termasuk perubahan dan perkembangan organ-organ seks yang sering tidak seimbang dengan perkembangan mental emosionalnya. Hal ini kerap membuat remaja bingung dan mengalami masalah-masalah dalam kehidupan seksnya, terlebih jika tidak ada bimbingan dan dukungan dari orang tuanya (Depkes RI, 2004).

(16)

mengeluarkannya dari masalah yang terjadi, sering kali remaja mengambil jalan pintas dengan melakukan hal-hal nekad, seperti memakai narkoba, meminum-minuman keras, menjadi perilaku kriminilitas atau yang paling parah bunuh diri. Yang kedua, Permissif bebas berbuat. Mau melakukan apa saja, di mana saja menjadi prinsip remaja dalam berbuat. Mulai dari cara berbusana, berdandan, berbicara, bergaul atau berperilaku. Para remaja di kota-kota terutama kota terbesar, kini dinilai cenderung lebih premissif dalam urusan seks. Ketiga, Free sex atau pergaulan bebas. Saat ini, pergaulan bebas antar lawan jenis yang banyak dilakukan remaja sangat mudah terkontaminasi unsur cinta dan seks. Pergaulan bebas pun sangat membuka peluang bagi remaja untuk aktif melakukan aktifitas seks. Pemicunya bisa saja karena nonton vcd porno yang dijual bebas ataupun menonton tayangan erotis yang di TV. Kurangnya kontrol orang tua, sekolah atau masyarakat membuat mereka enjoy berpetualang menikmati kepuasan sesaat.

(17)

lainnya mengaku pengalaman seks itu sudah mereka dapat antara usia 13-15 tahun (BKKBN, 2004) dikutip Apulina 2008.

Hasil beberapa survay (dikutip dari Ahmad 2007), seperti pada tahun 2002 dilakukan penelitian oleh BKKBN di enam kota di Jawa Barat tahun menyebutkan 39,65% (artinya 4 dari 10) remaja pernah berhubungan seks sebelum nikah. Bahkan menurut survei yang pernah dimuat di detik.com tahun 2007 sebanyak 22,6 % remaja Indonesia penganut seks bebas.

Menurut Saparie (2005) yang menunjukan data dari WHO lebih dari 500 juta remaja usia 10-14 tahun hidup di negara berkembang dan pernah melakukan hubungan seks pertama kali di bawah usia 15 tahun. Kurang lebih 60 % kehamilan yang terjadi pada remaja di negara berkembang adalah kehamilan yang tidak diinginkan dan 15 juta remaja pernah melahirkan. Survey yang dilakukan Wilopo (2004) di dua belas kota menunjukan bahwa responden yang telah melakukan hubungan seks (di luar nikah) disebabkan karena ketidak tahuan mereka tentang seks. Akibat buruk dari hubungan seksual pra-nikah dengan segala akibatnya, antara lain terjadi kehamilan remaja putri di luar nikah, infeksi organ reproduksi, perdarahan, pengguguran kandungan yang tidak aman, resiko tertuar penyakit seksual dan meningkatkan angka remaja putus sekolah (Djaja, 2002).

(18)

Hasil monitoring sebuah Yayasan Kelompok Kerja Sosial Perkotaan (KKSP) bekerjasama dengan Pusat Pendidikan dan Informasi Hak Anak di Medan, diperkirakan 1500 remaja di Medan terlibat bisnis pelacuran, baik karena kemauan sendiri maupun paksaan. Dari jumlah tersebut yang tergolong profesional 45%, kemudian untuk kesenangan tidak dalam kerangka profesionalitas sebanyak 20% dan yang ikut-ikutan sebanyak 35%. (Ikhwan ,2007 dalam Apulina 2008).

Dari penelusuran Tim Pusat Kajian dan Perlidungan Anak (PKPA) terhadap anak sekolah di Medan, di satu sekolah sudah terdapat rata-rata 10-15 anak per kelas yang sudah membisniskan diri dan selanjutnya “membantu” temannya membisniskan keperawanannya. Ada beberapa faktor pemicu yang menyebabkan remaja melakukan hubungan seks di luar nikah, yaitu karena dia sudah terlanjur tidak perawan lagi, desakan ekonomi, untuk bayar uang sekolah, pengaruh narkoba, dan akibat menonton VCD porno.

(19)

Berdasarkan observasi awal yang dilakukan oleh peneliti di kecamatan Medan Belawan, kelurahan bahagia ditemukan sekitar 26% dari 14.482 penduduk merupakan pasangan suami istrinya yang masih remaja (14-18 tahun). Sebagian dari mereka memutuskan untuk menikah karena telah hamil di luar nikah, selain itu juga untuk meringankan beban orang tua yang tidak mampu lagi menyekolahkan mereka lagi.

SMU Hang Tuah Belawan adalah salah satu sekolah terbesar yang berada di Kota Pelabuhan Belawan, yang jika dilihat dari sisi geografisnya letak sekolah itu sangat berdekatan dengan daerah lokasi para PSK di Belawan. ” ...Letak lokasi di Belawan yang di beri nama Tembok Berlin tepatnya di belakang SMA Hang Tuah atau di depan SMP Hang Tuah diantaranya ada jalan menuju tembok...” (Sungadi, 2007), selain itu kondisi kota belawan yang rawan dengan media yang bisa menginformasikan info tentang sex yang salah, baik dari DVD ataupun VCD dan juga majalah porno maupun media HP yang semakin canggih sekarang ini sangat berpotensi mengarahkan siswa SMU tersebut kearah pengetahuan seks yang salah.

(20)

langsung menindak tegas kejadian kehamilan di luar nikah yang terjadi pada siswi mereka, karena itu dianggap kejadian yang dapat mencemari nama baik sekolah tanpa peduli efeknya kepada mantan siswi mereka nantinya setelah dikeluarkan. Namun, sebegitu kerasnya peraturan yang dibuat sekolah untuk mengatasi hal itu, tetap tidak dapat mengurangi frekuensi kejadian kehamilan diluar nikah yang kerap terjadi setiap tahun.

Adapun peran guru dalam upaya untuk mencegah angka kehamilan di luar nikah para siswa, adalah dengan hanya sebatas mengingatkan untuk tidak berpacar-pacaran dahulu apabila masih sekolah. Dan menurut guru BP, yang biasa dipanggil ”Madam” disekolah tersebut, mengatakan kalau beliau sangat sepakat seandainya ada penelitian yang akan menggambarkan pengetahuan ataupun sikap siswanya seputaran seks, agar nantinya dapat diputuskan rantai kejadian kehamilan di luar nikah.

(21)

Beranjak dari pemaparan diatas, peneliti menganggap perlu untuk mengetahui bagaimana sebenarnya perilaku siswa di SMU HANG TUAH Belawan tentang hubungan seks pra-nikah.

1.2 Perumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang yang telah di kemukakan di atas, maka yang menjadi permasalahan adalah bagaimana Gambaran Perilaku Siswa Tentang Hubungan Seks Pra-Nikah di SMU Hang Tuah Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009.

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Tujuan penelitian ini adalah untuk mengetahui gambaran pengetahuan, sikap dan tindakan siswa tentang hubungan seks pra-nikah.

1.3.2. Tujuan Khusus

Berdasarkan tujuan umum di atas, maka tujuan khusus yang ingin dicapai pada penelitian ini adalah :

1. Untuk mengetahui gambaran pengetahuan siswa tentang hubungan seks pra-nikah. 2. Untuk mengetahui gambaran sikap siswa tentang hubungan seks pra-nikah.

3. Untuk mengetahui gambaran tindakan siswa tentang hubungan seks pra-nikah 1.4 Manfaat Penelitian

(22)

2. Sebagai masukan bagi pihak-pihak yang membutuhkan baik dari kalangan akademis dan peneliti.

3. Sebagai masukan bagi pelaksana pelayanan kesehatan sekolah agar dapat memberikan dan mengenalkan pendidikan seks remaja kepada anak didik.

(23)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1. Perilaku

2.1.1.Defenisi Perilaku

Menurut Notoatmodjo (2003) perilaku adalah semua kegiatan atau aktivitas manusia, baik yang dapat diamati langsung maupun yang tidak dapat diamati oleh pihak luar. Menurut Robert kwick (1974) perilaku adalah tindakan atau perbuatan suatu organisme yang dapat diamati bahkan dapat dipelajari. Menurut Ensiklopedia Amerika perilaku diartikan sebagai suatu aksi dan reaksi organisme terhadap lingkungannya. Skiner (1938) seorang ahli psikologi merumuskan bahwa perilaku merupakan respons atau reaksi seseorang terhadap stimulus (rangsangan dari luar). Namun dalam memberikan respons sangat tergantung pada karakteristik atau faktor-faktor lain dari orang yang bersangkutan. Faktor-faktor-faktor yang membedakan respons terhadap stimulus yang berbeda disebut determinan perilaku. Determinan perilaku dibedakan menjadi dua yaitu :

1. Determinan atau faktor internal, yakni karakteristik orang yang bersangkutan yang bersifat given atau bawaan, misalnya tingkat kecerdasan, tingkat emosional, jenis kelamin, dan sebagainya.

(24)

Perilaku dibedakan atas pengetahuan, sikap dan tindakan (Notoatamodjo,2003) :

a. Pengetahuan

Dari pengalaman dan penelitian terbukti bahwa perilaku yang didasari pengetahuan akan lebih langgeng daripada perilaku yang tidak didasari oleh pengetahuan.

Pengetahuan dibagi atas 6 tingkatan : 1. Tahu (Know)

Tahu diartikan sebagai mengingat suatu materi yang telah dipelajari sebelumnya. 2. Memahami (Comprehension)

Memahami diartikan sebagai suatu kemampuan untuk menjelaskan secara benar tentang objek yang diketahui, dan dapat menginterpretasikan materi tersebut secara benar.

3. Aplikasi (Aplication)

Apikasi diartikan sebagai kemampuan untuk menggunakan materi yang telah dipelajari pada situasi atau kondisi real (sebenarnya).

4. Analisis (Analysis)

Analisis adalah suatu kemampuan untuk menjabarkan materi atau suatu objek kedalam komponen-komponen, tetapi masih di dalam satu struktur organisasi, dan masih ada kaitannya satu sama lain.

5. Sintesis (Synthesis)

(25)

6. Evaluasi (Evaluation)

Evaluasi ini berkaitan dengan kemampuan untuk melakukan justifikasi atau penelitian terhadap suatu materi atau objek.

b. Sikap

Sikap merupakan reaksi atau respons yang masih tertutup dari seseorang terhadap suatu stimulus atau objek. Allport (1954) menjelaskan bahwa sikap itu mempunyai 3 komponen pokok :

1. Kepercayaan (keyakinan), ide dan konsep terhadap suatu objek 2. Kehidupan emosional atau evaluasi tehadap suatu objek

3. Kecendrungan untuk bertindak (tend to behave)

Ketiga komponen ini secara bersama-sama membentuk sikap yang utuh (total atitude). Dalam penentuan sikap yang utuh ini, pengetahuan, pikiran, keyakinan, dan emosi memegang peranan penting.

Menurut Purwanto (1999) sikap adalah pandangan atau perasaan yang disertai kecendrungan untuk bertindak terhadap suatu obyek. Ciri ciri sikap (Purwanto, 1999) adalah :

1. Sikap bukan dibawa sejak lahir melainkan dibentuk atau dipelajari sepanjang perkembangan orang itu dalam hubungannya dengan obyeknya. Sifat ini membedakannya dengan sifat-sifat biogenetis seperti lapar, haus, kebutuhan akan istirahat.

(26)

3. Sikap tidak berdiri sendiri, tetapi senantiasa mempunyai hubungan tertentu terhadap suatu obyek. Dengan kata lain, sikap itu terbentuk, dipelajari, atau berubah senantiasa berkenaan dengan suatu obyek tertentu yang dirumuskan dengan jelas.

4. Obyek sikap itu dapat merupakan suatu hal tertentu, tetapi dapat juga merupakan kumpulan dari hal-hal tersebut.

5. Sikap mempunyai segi motivasi dan segi-segi perasaan. Sikap inilah yang membedakan sikap dari kecakapan-kecakapan atau pengetahuan-pengetahuan yang dimiliki orang.

Sikap dapat bersifat positif dan dapat pula bersifat negatif. Dalam sikap positif, kecendrungan tindakan adalah mendekati, menyenangi, mengharapkan obyek tertentu. Sedangkan dalam sikap negatif terdapat kecendrungan untuk menjauhi, menghindari, membenci, tidak menyukai obyek tertentu (Purwanto, 1999).

Sikap dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Menerima (Receiving )

Menerima diartikan bahwa orang (subjek) mau dan memperhatikan stimulasi yang diberikan (objek).

2. Merespon (Responding)

Memberikan jawaban apabila ditanya, mengerjakan, dan menyelesaikan tugas yang diberikan adalah suatu indikasi dari sikap.

3. Menghargai (Valuing)

(27)

4. Bertanggung jawab (Responsible)

Bertanggung jawab atas segala sesuatu yang telah dipilihnya dengan segala resiko merupakan sikap yang tinggi.

c. Tindakan

Suatu sikap belum otomatis terwujud dalam suatu tindakan (overt behaviour). Untuk mewujudkan sikap menjadi suatu perbuatan nyata diperlukan faktor pendukung atau suatu kondisi yang memungkinkan.

Tindakan dibedakan atas beberapa tingkatan : 1. Persepsi (Perception)

Mengenal dan memilih berbagai objek sehubungan dengan tindakan yang akan diambil adalah merupakan praktek tingkat pertama.

2. Respon terpimpin (Guided Response)

Dapat melakukan sesuatu sesuai dengan urutan yang benar dan sesuai dengan contoh adalah merupakan indikator praktek tingkat dua.

3. Mekanisme (Mecanism)

Apabila seseorang telah dapat melakukan sesuatu dengan benar secara otomatis, atau sesuatu itu sudah merupakan kebiasaan, maka ia sudah mencapai praktek tingkat tiga.

4. Adopsi (Adoption)

(28)

2.1.2.Teori Mengenai Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Perilaku

2.1.2.1. Teori WHO

Tim kerja WHO menganalisis bahwa yang menyebabkan seseorang berperilaku tertentu adalah karena adanya 6 alasan pokok, yaitu:

a. Pengetahuan

Pengetahuan diperoleh dari pengalaman sendiri atau pengalaman orang lain.

b. Kepercayaan

Kepercayaan sering atau diperoleh dari orang tua, kakek dan nenek. Seseorang menerima kepercayaan itu berdasarkan keyakinan dan tanpa adanya pembuktian terlebih dahulu.

c. Sikap

Sikap menggambarkan suka atau tidak suka seseorang terhadap objek. Sikap sering diperoleh dari pengalaman sendiri atau dari orang lain yang paling dekat.

d. Orang penting sebagai referensi

(29)

e. Sumber – sumber daya (resources)

Maksudnya adalah fasilitas – fasilitas uang waktu tenaga dan sebagainya. Semua itu berpengaruh terhadap perilaku seseorang atau kelompok masyarakat, yang dapat bersifat positif ataupun negatif.

f. Perilaku normal, kebiasaan nilai – nilai, dan penggunaan sumber – sumber didalam suatu masyarakat akan menghasilkan suatu pola hidup yang pada umumnya disebut kebudayaan. (Notoatamodjo,2003)

2.1.2.2. Teori Belajar Sosial (Social Learning)

Pembentukan perilaku dapat terjadi karena proses kematangan dan proses interaksi dengan lingkungan. Cara yang kedua merupakan cara yang paling besar pengaruhnya terhadap perilaku manusia. Terbentuknya perubahan perilaku karena proses interaksi antara individu dengan lingkungan terjadi melalui proses belajar (learning process).

(30)

tingkah laku nyata, karena semuanya berlangsung secara tersembunyi dalam diri individu.

2.2. Remaja

Tahap-tahap perkambangan jiwa menurut Aristoteles dalam Sarwono (2006) adalah sebagai berikut:

1. 0 – 7 tahun : masa kanak-kanak (infancy); 2. 7 – 14 tahun : masa anak-anak (boyhood);

3. 14 – 21 tahun : masa dewasa muda (young manhood).

Siswa SMU/sederajat ada pada masa ini . Orang muda yang punya hasrat-hasrat yang kuat dan mereka cenderung untuk memenuhi hasrat-hasrat-hasrat-hasrat itu semuanya tanpoa membeda-bedakannya dari hasrat-hasrat yang ada pada tubuh mereka, dan hasrat seksuallah yang paling mendesak dan dalam hal ini mereka menunjukkan hilangnya kontrol diri.

Sedangkan menurut WHO (1974) dalam sarwono (2006), remaja adalah suatu masa ketika :

1. Individu berkembang dari saat pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekunder sampai ia mencapai kematangan seksual.

2. Individu mengalami perkembangan psikologi dan pola identifikasi dari kanak-kanak menjadi dewasa.

3. Terjadi peralihan dari ketergantungan sosial-ekonomi yang penuh kepada keadaan yang relative lebih mandiri.

(31)

alat-alat reproduksi mulai berfungsi, libido mulai muncul, inteligensi mencapai puncak perkembangannya, emosi sangat labil, kesetiakawanan yang kuat terhadap kawan sebaya dan belum menikah. Kondisinya yang belum menikah ini menyebabkan remaja secara social budaya (termasuk agama) dianggap belum berhak atas informasi dan edukasi, apalagi pelayanan medis untuk kesehatan pada alat reproduksinya. Dampaknya adalah makin aktifnya perilaku serilaku seksual pra-nikah yang yang disertai ketidaktahuan yang pada nantinya bisa membahayakan kesehatan reproduksi.

2.3. Perilaku Seksual Remaja

Menurut Sarwono (2005), perilaku seksual adalah segala tingkah laku yang didorong oleh hasrat seksual, baik dari lawan jenisnya maupun dengan sesama jenisnya. Seperti yang kita ketahui umumnya remaja laki-laki lebih mendominasi dalam melakukan tindak perilaku seksual bila dibandingkan dengan remaja perempuan. Hal ini di karenakan banyaknya faktor yang membuat remaja laki-laki untuk menyalurkan hasrat seksualitasnya. Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan di beberapa Negara maju menunjukkan bahwa remaja laki-laki lebih banyak melakukan hubungan seksual pada usia lebih muda bila dibandingkan dengan remaja perempuan.

Sedangkan faktor-faktor yang mempengaruhi perilaku seksual yang terjadi pada remaja, antara lain :

1) Faktor Internal

(32)

Dimana perbedaan kematangan seksual akan menghasilkan perilaku seksual yang berbeda pula. Misalnya anak yang berusia 4-6 tahun berbeda dengan anak 13 tahun.

b. Pengetahuan mengenai kesehatan reproduksi

Anak yang memiliki pemahaman secara benar dan proporsional tentang kesehatan reproduksi cenderung memahami resiko perilaku serta alternatif cara yang dapat digunakan untuk menyalurkan dorongan seksualnya.

c. Motivasi

Perilaku yang pada dasarnya berorientasi pada tujuan atau termotivasi untuk memperoleh tujuan tertentu. Perilaku seksual seseorang memiliki tujuan untuk memperoleh kesenangan, mendapatkan perasaan aman dan perlindungan, atau untuk memperoleh uang misalnya pekerja seks seksual (PSK).

2) Faktor Eksternal a. Keluarga

Kurangnya komunikasi secara terbuka antara orang tua dengan remaja dapat memperkuat munculnya perilaku menyimpang pada remaja.

b. Pergaulan

Pada masa pubertas, perilaku seksual pada remaja sangat dipengaruhi oleh lingkungan pergaulannya dimana pengaruh dari teman sebaya sebagai pemicu terbesar dibandingkan orangtuanya atau anggota keluarga lainnya.

c. Media massa

(33)

remaja adalah internet. Dari internet, remaja dapat dengan mudah mengakses informasi yang tidak dibatasi umur, tempat dan waktu. Informasi yang diperoleh biasanya akan diterapkan dalam kehidupan kesehariannya.

Banyaknya perilaku seksual yang terjadi muncul karena adanya dorongan seksual atau kegiatan yang tujuannya hanya untuk mendapatkan kesenangan organ seksual melalui berbagai perilaku.

Hal ini sejalan dengan pendapat Wahyudi (2004), beberapa perilaku seksual secara rinci dapat berupa:

a. Berfantasi merupakan perilaku membayangkan dan mengimajinasikan aktivitas seksual yang bertujuan untuk menimbulkan perasaan erotisme. b. Pegangan tangan dimana perilaku ini tidak terlalu menimbulkan rangsangan

seksual yang begitu kuat namun biasanya muncul keinginan untuk mencoba perilaku lain.

c. Cium kering berupa sentuhan pipi dengan pipi atau pipi dengan bibir d. Cium basah berupa sentuhan bibir ke bibir

e. Meraba merupakan kegiatan pada bagian-bagian sensitive rangsang seksual seperti leher, dada, paha, alat kelamin dan lain-lain.

f. Berpelukan perilaku ini hanya menimbulkan perasaan tenang, aman, nyaman disertai rangsangan seksual (apabila mengenai daerah sensitif)

g. Masturbasi (wanita) atau Onani (laki-laki) merupakan perilaku merangsang organ kelamin untuk mendapatkan kepuasan seksual dan dilakukan sendiri. h. Oral seks merupakan perilaku seksual dengan cara memasukkan alat kelamin

(34)

i. Petting merupakan seluruh perilaku yang non intercourse (hanya sebatas pada menggesekkan alat kelamin).

j. Intercourse (senggama) merupakan aktivitas seksual dengan memasukkan alat kelamin laki-laki ke dalam alat kelamin wanita.

2.4. Kesehatan Reproduksi

Sesuai dengan defenisi WHO (1992) dalam Anshor (2006), kesehatan reproduksi adalah keadaan kesejahteraan fisik, mental dan sosial utuh bukan hanya bebas dari penyakit atau kecacatan, dalam segala aspek yang berhubungan dengan system reproduksi, fungsi serta prosesnya. Pengertian sehat disini tidak semata-mata berarti bebas penyakit atau bebas dari kecacatan namun juga sehat secara mental serta sosial kultural. Remaja perlu mengetahui kesehatan reproduksi agar memiliki informasi yang benar mengenai proses reproduksi serta berbagai factor yang ada disekitarnya. Dengan informasi yang benar diharapkan remaja memiliki sikap dan tingkah laku yang bertanggung jawab mengenai proses-proses reproduksi yang dialaminya.

Pengetahuan dasar yang perlu diberikan kepada remaja agar mereka mempunyai wawasan kesehatan reproduksi yang baik adalah:

1. Pengenalan mengenai sistem, proses dan fungsi alat reproduksi (aspek tumbuh kembang remaja).

2. Mengapa remaja perlu mendewasakan usia kawin serta bagaimana merencanakan kehamilan agar sesuai dengan keinginannya dan pasangannya.

(35)

4. Bahaya narkoba dan miras pada kesehatan reproduksi. 5. Peran dan pengaruh media terhadapa perilaku seksual. 6. Kekerasan seksual dan bagaimana menghadapinya.

7. Mengembangkan kemampuan berkomunikasi termasuk memperkuat kepercayaan diri agar mampu menangkal hal-hal yang bersifat negatif.

8. Hak-hak reproduksi.

2.5. Hubungan Seksual Pra-Nikah

Hubungan seksual ialah masuknya penis ke dalam vagina. Bila terjadi ejakulasi (pengeluaran cairan sperma) dengan posisi alat kelamin laki-laki berada dalam vagina memudahkan pertemuan sel telur yang menyebabkan terjadinya pembuahan dan kehamilan, sedangkan hubungan seksual pra-nikah merupakan tindakan seksual yang dilakukan tanpa melalui proses pernikahan yang resmi menurut hokum maupun menurut agama dan kepercayaan masing-masing individu (Anonim,2005)

Berbagai perilaku seksual remaja yang belum saatnya untuk melakukan hubungan seksual secara wajar antara lain dikenal sebagai berikut :

1. Masturbasi atau onani yaitu suatu kebiasaan buruk berupa manipulasi terhadap alat genital dalam rangka menyalurkan hasrat seksual pemenuhan kenikmatan yang sering kali menimbulkan guncangan pribadi dan emosi. 2. Berpacaran dengan berbagai perilaku seksual yang ringan seperti sentuhan,

(36)

3. Berbagai kegiatan yang mengarah kepada pemuasan dorongan seksual yang pada dasarnya menunjukkan tidak berhasilnya seseorang dalam mengendalikan atau kegagalan dalam mengalihkan dorongan tersebut kek kegiatan lain yang masih dapat dikerjakan. Contohnya , menonton atau membaca hal-hal yang berbau pornogafi, dan berfantasi.

Dorongan atau hasrat untuk melakukan hubungan seksual selalu muncul pada remaja , oleh karena itu bila ada penyaluran yang tidak sesuai (pra-nikah) maka harus dilakukan usaha untuk memberi pengertian dan pengetahuan mengenai hal tersebut. (Gunarsa, dkk, 2000).

Ada beberapa faktor yang mempengaruhi remaja untuk melakukan hubungan seks untuk pertama kali :

- Waktu / saat mengalami pubertas. Saat itu mereka tidak pernah memahami tentang apa yang dialaminya.

- Kontrol sosial kurang tepat yaitu terlalu ketat atau terlalu longgar.

- Frekuensi pertemuan dengan pacarnya. Mereka mempunyai kesempatan untuk melakukan, pertemuan yang makin sering tanpa kontrol yang baik sehingga hubungan akan makin mendalam.

- Kondisi keluarga yang yang tidak memungkinkan untuk mendidik anak-anak untuk memasuki masa remaja dengan baik.

(37)

lemah tetapi banyak kebutuhan/tuntutan, mereka mencari kesempatan memanfaatkan dorongan seksnya demi mendapatkan sesuatu.

- Tekanan dari teman sebaya. Kelompok sebaya kadang-kadang saling ingin menunjukkan kematangannya. Misalnya : mereka (pria) ingin menunjukkan bahwa mereka mampu membujuk pasangannya untuk melakukan hubungan seks. - Adanya keinginan untuk menunjukkan cinta pada pacarnya.

- Penerimaan aktifitas seksual dari pacarnya.

- Terjadi peningkatan rangsangan seksual akibat peningkatan kadar hormon seksual.

2.6. Dampak Dari Melakukan Hubungan Seksual Pra-Nikah

2.6.1 Aspek Medis

Dari aspek medis, melakukan hubungan seksual pra-nikah memiliki banyak konsekuensi, yaitu sebagai berikut :

1. Kehamilan yang Tidak diinginkan (KTD) pada usia muda

Mudanya usia ditambah lagi minimnya informasi tentang ”bagaimana seorang perempuan bisa hamil” , mempertinggi kemungkinan terjadinya kasus kehamilan yang tidak diinginkan. Menurut data PKBI (Perhimpunan Keluarga Berencana Indonesia), 37.700 perempuan mengalami kehamilan yang tidak diinginkan. Dari jumlah itu, 30% adalah masih remaja, 27,0% belum menikah, 12,5% masih berstatus pelajar dan sisanya adalah ibu rumah tangga (Adiningsih,2007)

2. Aborsi

(38)

yang kerap diambil oleh remaja. Setiap tahun terdapat sekitar 2,6 juta kasus aborsi di Indonesia, yang berarti setiap jam terjadi sekitar 300 tindakan pengguguran janin dengan resiko kematian ibu. Menurut Deputi Bidang Keluarga Berencana Nasional (BKKBN) Siswanto Agus Wilopo, sedikitnya 700 ribu diantaranya dilakukan oleh remaja (perempuan) berusia di bawah 20 tahun. Sebanyak 11,13% dari semua kasus aborsi dilakukan karena kehamilan yang tidak dinginkan (Adiningsih, 2007)

3. Meningkatkan resiko terkena kanker rahim

Boyke Dian Nugroho mengungkapkan bahwa hubungan seksual yang dilakukan sebelum usia 17 tahun resiko terkena penyakit kanker mulut rahim menjadi empat hingga lima kali lipat lebih tinggi ( Adiningsih, 2007).

4. Terjangkit Penyakit Menular Seksual (PMS)

PMS adalah penyakit yang dapat ditularkan dari seseorang kepada orang lain melalui hubungan seksual dengan berganti-ganti pasangan baik melalui vagina, oral maupun anal. Bila tidak diobati dengan benar, penyakit ini dapat berakibat serius bagi kesehatan reproduksi, seperti terjadinya kemandulan, kebutaan pada bayi yang baru lahir bahkan kematian. Ada banyak macam penyakit yang bisa digolongkan sebagai PMS. Di Indonesia yang banyak ditemukan saat ini adalah gonore (GO), sifilis (raja singa), herpes kelamin, klamidia, tikomoniasis vagina, kutil kelamin hingga HIV/AIDS (Djuanda, 2005)

2.6.2 Aspek Sosial-Psikologis

(39)

bisa mempengaruhi kondisi kualitas sumber daya manusia (remaja) di masa yang akan datang. Kualitas SDM remaja ini adalah :

1. Kualitas Mentalis. Kualitas mentalis remaja laki-laki dan perempuan yang terlibat perilaku seksual pra-nikah akan rendah bahkan cenderung memburuk. Mereka tidak memiliki etos kerja dan disiplin yang tinggi, karena dibayangi masa lalunya. Cepat menyerah pada nasib, tidak sanggup menghadapi tantangan dan ancaman hidup, rendah diri dan berkompetisi.

2. Kualitas kesehatan reproduksi. Hal ini erat kaitannya dengan dampak medis karena dampak fisik perempuan khususnya. Sedangkan laki-laki akan memiliki resiko terkena impotensi.

3. Kualitas keberfungsian keluarga. Seandainya mereka (remaja) menikah dengan cara terpaksa, akan mengakibatkan kurang dipahaminya peran-peran baru yang disandangnya untuk membentuk keluarga yang sakinah

4. Kualitas ekonomi keluarga. Kualitas ekonomi yang dibangun oleh keluarga yang menikah karena terpaksa, akan mengalami kurangnya persiapan dalam pemenuhan kebutuhan ekonomi keluarga.

5. Kualitas pendidikan. Remaja yang terlibat perilaku seksual pra-nikah, kemudian menikah, tentunya akan memilki keterbatasan terhadap pendidikan formal. 6. Kualitas partisipasi dalam pembangunan. Karena kondisi fisik, mental dan

(40)

2.7. Pendidikan Seksual

Menurut Sarlito (2005), pendidikan seksual adalah suatu informasi mengenai persoalan seksualitas manusia yang jelas dan benar, meliputi proses terjadinya pembuahan, kehamilan sampai kelahiran, tingkah laku seksual, dan aspek-aspek kesehatan, kejiwaan dan kemasyarakatan. Masalah pendidikan seksual yang diberikan sepatutnya berkaitan dengan norma-norma yang berlaku di masyarakat, apa yang dilarang, apa yang di lazimkan dan bagaimana melakukannya tanpa melanggar aturan-aturan yang berlaku di masyarakat.

Pendidikan seksual merupakan cara pengajaran atau pendidikan yang dapat menolong remaja untuk menghadapi masalah hidup yang bersumber pada dorongan seksual. Dengan demikian pendidikan sekaual ini bermaksud untuk menerangkan segala hal yang berhubungan dengan seks dan seksualitas dalam bentuk yang wajar.

Menurut Singgih (1991), pendidikan seksual seharusnya diberikan sejak dini ketika anak sudah mulai bertanya perbedaan kelamin antara dirinya dengan orang lain, berkesinambungan dan bertahap, disesuaikan dengan kebutuhan, umur serta daya tangkap anak. Idealnya pendidikan seksual diberikan pertama kali oleh orang tua dirumah, mengingat yang paling tahu keadaan anak adalah orang tuanya sendiri.

(41)

memutuskan untuk berpacaran. Dengan adanya pendidikan seks, diharapkan mampu meningkatkan kemampuan intelektual remaja.

2.7.1. Tujuan Pendidikan Seksual

Tujuan pendidikan seksual adalah untuk membentuk suatu sikap emosional yang sehat terhadap masalah seksual dan membimbing anak dan remaja ke arah hidup dewasa yang sehat dan bertanggung jawab terhadap kehidupan seksual. Hal ini dimaksudkan agar mereka tidak menganggap seks itu sebagai suatu yang menjijikan dan kotor.

Dikatakan bahwa tujuan dari pendidikan seksual adalah bukan untuk menimbulkan rasa ingin tahu dan ingin mencoba hubungan seksual antara remaja, akan tetapi ingin menyiapkan agar remaja tahu tentang seksualitas dan akibat-akibatnya bila dilakukan tanpa mematuhi aturan hukum, agama dan adat istiadat serta kesiapan mental dan material seseorang.

2.8. Keluarga

Keluarga adalah lembaga (wadah) tempat berkumpul anggota keluarga yang terdiri dari ayah, ibu dan anak. Keluarga merupakan unit terkecil dari masyarakat (Nasution, 2004).

(42)

walaupun tidak selalu disadari. Di antara anggota keluarga saling mendengarkan jika bicara bersama, melalui teladan dan dorongan orang tua. Setiap masalah dihadapi dan diupayakan untuk dipecahkan bersama.

2.9. Kelompok Sebaya

Ketika seorang anak akan menjauh dari orang tuanya dan lebih dekat dengan teman sebayanya, sehingga pengaruh teman sebaya ini akan sangat lebih kuat dalam menentukan perilaku yang akan dipilih. Masa ini juga merupakan masa pencarian identitas diri dan membina sosialisasi dengan teman-teman sebaya dalam memperluas lingkungan pergaulannya.

Dalam kesehariannya remaja cenderung mengikuti kata-kata teman sebayanya daripada kata-kata orang tuanya, sehingga kontrol dirinya menjadi berkurang. Penyebab kurangnya kontrol pada diri remaja antara lain; kurang percaya diri, kurangnya keterampilan berkomunikasi (misalnya: kesulitan menolak teman), kurang dapat bersifat tegas serta rendahnya kemampuan dalam mengambil keputusan (Anonim, 2003).

Teman sebaya adalah orang-orang yang seumur dan mempunyai kelompok sosial sama, seperti teman sekolah atau tetangga. Jenis-jenis tekanan pada kelompok sebaya ada dua macam yaitu :

(43)

2. Tekanan kelompok sebaya negatif yaitu desakan kuat dari seseorang atau beberapa orang untuk menyetujui atau berbuat seperti yang mereka inginkan namun kegiatannya negatif (Nasution, 2004).

2.10. Kerangan Konsep

Berdasarkan kerangka konsep tersebut diatas, dapat dijelaskan sebagai berikut: Karakateristik ( Umur, Jenis kelamin, tempat tinggal, dan uang saku ) serta sumber informasi (Media massa, keluarga, teman sebaya dan guru) akan mempengaruhi pengetahuan, pengetahuan akan mempengaruhi sikap, dan sikap akan mempengaruhi tindakan siswa tentang hubungan seks pra-nikah

Karakteristik

- Umur

- Jenis Kelamin

- Tempat Tinggal

- Uang Saku

Sumber Informasi

- Media Massa ( Cetak,

& elektronik)

- Keluarga

- Teman Sebaya

- Guru

Sikap Pengetahuan

Hubungan

Seks

(44)

BAB III

METODE PENELITIAN

3.1. Jenis Penelitian

Penelitian ini merupakan penelitian survei yang bersifat desktriptif kuantitatif, yang menggambarkan tentang Gambaran Perilaku Siswa tentang Hubungan Seks Pra-Nikah di SMU Hang Tuah Kecamatan Medan Belawan Tahun 2009.

3.2. Lokasi dan Waktu Penelitian

3.2.1. Lokasi Penelitian

Penelitian akan dilakukan di SMU Hang Tuah Belawan, dengan alasan : 1. Di sekolah ini belum pernah dilakukan penelitian tentang Perilaku Siswa

tentang Hubungan Seks Pra-Nikah

2. Di SMU Hang Tuah Belawan pernah terjadi kasus kehamilan yang terjadi di luar pernikahan. Dari observasi dan wawancara peneliti di SMU Hang Tuah belawan pada bulan Februari 2009 kepada Kepala Sekolah, Guru BP, Wakil kepala sekolah 1 dan 2, serta Satpam, didapat bahwa di sekolah mereka kasus kehamilan diluar nikah selalu terjadi setiap tahun dengan persentase yang berbeda setiap tahunnya.

3.2.2. Waktu Penelitian

(45)

3.3 Populasi dan Sampel

3.3.1. Populasi

Populasi dalam penelitian ini adalah seluruh siswa kelas X (153 siswa) , XI (306 siswa) dan XII (291 siswa) SMU Hang Tuah Belawan yaitu sebanyak 750 siswa (Data siswa SMU Hang Tuah TA 2009/2010).

3.3.2. Sampel

Cara menentukan jumlah sampel, menurut Lemeshow (1994), sebagai berikut:

)

1

(

)

1

(

)

1

(

2 2 2

P

P

Z

N

d

N

P

P

Z

n

+

=

)

5

,

0

1

(

5

,

0

96

,

1

)

1

750

(

1

,

0

750

).

5

,

0

1

(

5

,

0

.

96

,

1

2 2 2

+

=

n

)

5

,

0

1

(

5

,

0

96

,

1

39

,

9

750

96

,

0

2

+

=

x

n

9604

,

0

39

,

9

750

96

,

0

+

=

x

n

3504

,

10

720

=

n

6

,

69

=

n

= 70

Keterangan : N = Besar populasi (940) n = Jumlah sampel d = galat pendugaan (0,1)

(46)

Berdasarkan perhitungan yang dilakukan dengan mengunakan rumus diatas, maka diketahui jumlah sampel dari populasi 750 siswa didapat sampel penelitian sebanyak 70 siswa responden.

Pengambilan sampel dilakukan secara proporsional stratified random sampling yaitu pengambilan sampel pada setiap srata ( kelas ) X, XI dan XII secara proposional agar setiap orang memiliki peluang yang sama untuk menjadi sampel serta mewakili setiap strata (kelas).

1. 153 x 70 = 15 Jumlah sampel Kelas X = 15 orang 750

Untuk jumlah sampel kelas X dengan total 153 siswa didapat sampel sebanyak 15 orang.

2. 306 x 70 = 28 Jumlah sampel Kelas XI = 28 orang 750

Untuk jumlah sampel kelas XI dengan total 306 siswa didapat sampel sebanyak 28 orang.

3. 291 x 70 = 27 Jumlah sampel Kelas XII = 27 orang 750

Untuk jumlah sampel kelas XII dengan total 291 siswa didapat sampel sebanyak 27 orang.

3.4. Metode Pengambilan Data

3.4.1. Data Primer

Data primer dikumpulkan melalui wawancara dengan menggunakan

(47)

3.4.2. Data Sekunder

Data Sekunder yang diperlukan diperoleh dari kantor Tata Usaha SMU Hang Tuah Belawan, yaitu data-data mengenai jumlah siswi kelas 1, 2 dan 3.

3.5. Tehnik Pengolahan dan Analisis Data

3.5.1. Pengolahan Data

Pengolahan data dilakukan dengan cara manual dan disajikan dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

3.5.2. Analisis Data

Data dianalisis secara deskriptif untuk mengetahui tingkat perilaku siswa tentang hubungan seks pra-nikah di SMU Hang Tuah Belawan.

3.6. Definisi Operasional

1. Karakteristik Siswa

• Umur yaitu lamanya hidup seorang responden dihitung sejak ia lahir sampai

saat penelitian berdasarkan tahun.

• Jenis kelamin yaitu perbedaan ciri biologis responden, dalam hal ini dibagi

menjadi dua kategori : laki-laki dan perempuan.

• Tempat tinggal yaitu letak wilayah tempat tinggal responden.

• Uang saku besarnya rata-rata nominal uang yang di berikan orang tua kepada

responden untuk uang saku satu bulan terakhir.

(48)

• Media Massa yaitu media informasi bagi responden yang menjadi sumber

keterangan perihal seks pra-nikah bagi responden, seperti, buku, majalah, koran, TV dan sebagainya.

• Keluarga yaitu seluruh anggota keluarga yang mempunyai hubungan darah

dengan responden.

• Teman Sebaya yaitu orang - orang yang ada dalam pergaulan responden

sehari-hari yang bisa jadi tempat konsultasi responden dan bisa memberikan informasi perihal seks pra-nikah.

• Guru yaitu seluruh staf pengajar disekolah responden yang bisa memberikan

informasi kepada responden tentang seks pra-nikah.

3. Pengetahuan yaitu tingkat pengetahuan responden tentang hubungan seks pra-nikah

4. Sikap yaitu tanggapan responden tentang hubungan seks pra-nikah.

5. Tindakan yaitu segala bentuk nyata aktivitas responden yang berkaitan dengan hubungan seks pra nikah.

3.7. Aspek Pengukuran dan Instrumen

3.7.1. Aspek Pengukuran

(49)

Baik : Jika total nilai yang diperoleh > 75% Sedang : Jika total nilai yang diperoleh 40% - 75%

Kurang : Jika total nilai yang diperloeh < 40 % ( Pratomo,1986 ) 1. Pengetahuan

Untuk mengetahui tingkat pengetahuan secara umum disusun pertanyaan sebanyak 15, dengan skor jawaban tertinggi 3, dan skor terendah 0. Total skor = 45. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 ( tiga ) kategori yaitu :

a. Pengetahuan baik, apabila jumlah nilai responden > 34 ( >75% )

b. Pengetahuan sedang, apabila jumlah nilai responden 18 - 34 ( 40% - 75% ) c. Pengeahuan kurang, apabila jumlah nilai koresponden < 18 ( < 40% ) 2. Sikap

Untuk mengetahui sikap disusun pertanyaan sebanyak 15 dengan total skor 30. Untuk responden yang menjawab BENAR akan diberi skor 2, sedangkan SALAH akan diberi skor 0. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 ( tiga ) kategori yaitu :

a. Sikap baik, apabila jumlah nilai responden > 23 ( > 75% )

b. Sikap sedang, apabila jumlah nilai responden 12 – 23 ( 40% - 75% ) c. Sikap kurang, apabila jumlah nilai responden < 12 ( < 40% )

3. Tindakan

(50)

hanya memberikan keterangan dari pertanyaan sebelumnya. Berdasarkan jumlah nilai yang ada dapat diklasifikasikan dalam 3 ( tiga ) kategori yaitu :

a. Tindakan baik, apabila jumlah nilai responden > 11 ( > 75% )

b. Tindakan sedang, apabila jumlah nilai responden 6 – 11 ( 40% - 75% ) c. TIndakan kurang, apabila jumlah nilai responden < 6 ( < 40% )

3.7.2. Instrumen

(51)

BAB IV

HASIL PENELITIAN

4.1 Gambaran Umum Siswa SMU Hang Tuah Belawan.

SMU Hang Tuah Belawan berada di jalan Kapten raden Sulian Belawan Kota Medan. Adapun yang menjadi visi, misi dan tujuan sekolah, yaitu :

Visi :

Menciptakan sumber daya manusia berwawasan iptek dan imtaq serta berdisiplin, cinta tanah air dengan memiliki apresiasi tinggi terhadap budaya dan maritim

Misi :

1. Melaksanakan perencanaan kurikulum satuan pendidikan yang mampu mengakomodasi kebutuhan peserta didik dan masyarakat.

2. Melaksanakan pembelajaran dan penilaian yang efektif dan efisien.

3. Melaksanakan kegiatan ekstrakulikuler yang mencakup pengembangan kompetensi, pelestarian budaya dan peduli terhadap maritim dan bahari.

4. Meningkatkan kompetensi dan kinerja fungsional, staf pengajar, guru BP/BK dan tenaga kependidikan diarahkan untuk pengajaran/pendidikan siswa.

5. Melengkapi sarana dan prasarana yang sudah tersedia maupun yang belum ada, sesuai dengan tuntutan kurikulum yang berlaku.

6. Menyediakan sarana dan prasarana yang cukup memadai bagi keterlaksanaan pembelajaran.

(52)

8. Melaksanakan pengelolaan manajemen yangberbasis sekolah.

9. Menyediakan sumber pembiayaan yag melibatkan partisipasi masyarakat. Tujuan :

1. Mempertahankan peningkatan mutu akademik yang ditunjukkan dengan rata-rata nilai 73 menjadi 75

2. Peningkatan mutu akademik dengan menaikan KKM sebesar 0,35 per semester dan peningkatan rata-rata nilai rapor.

3. Peningkatan kemampuan berbahsa Inggris maupun berbahasa Indonesia dengan melaksanakan kegiatan ekstrakurikuler bahasa Inggris dan bahasa Indonesia. 4. Peningkatan kemampuan penguasaan Iptek dengan melaksanakan kegiatan

ekstrakurikuler untuk bidang fisika, biologi dan kimia.

5. Peningkatan kemampuan siswa dalam Olympiade MIPA yang berjalan efektif dan telah diperhitungkan unruk tingkat Kota Medan.

6. Terwujudnya kehidupan sekolah yang agamais dan berbudaya yang didukung oleh kegiatan Pengajian Siswa (agama Islam) dan PA ( agama Kristen).

7. Peningkatan kemampuan siswa dalam keagamaan yang berjalan efektif dengan banyak siswa mengikuti loma-lomba bertemakan agama.

8. Peningkatan kemampuan siswa dalam bidang prestasi olahraga yang berjalan efektif dan dapat meraih peringkat dalam meraih peringkat dalam beberapa kejuaraan tingkat Kota Medan.

(53)

10.Terwujudnya lingkungan sekolah yang bersih, nyaman dan kondusif serta taman-taman yang memberikan kesejukan dan keindahan bagi warga sekolah.

11.Peningkatan saraba dan pra-sarana yang dibutuhkan sesuai dengan tuntutan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan.

12.Peningkatan kokurikuler, intrakurikuler dan ekstrakurikuler yang efektif, efisien dan berdaya guna untuk menumbuh kembangkan potensi diri siswa.

13.Peningkatan pemberdayaan potensi yang telah dimiliki sekolah dengan lebih efektif untuk kemajuan belajar siswa.

14.Peningkatan rasa cinta dan perhatian dan perhatian yang besar terhadap kebaharian dan khususnya lingkungan kelautan sekitar sekolah.

(54)
[image:54.612.103.520.120.504.2]

Jumlah siswa di SMU Hang Tuah Belawan pada tahun ajaran 2009/2010 dapat dilihat pada tabel 4.1.

Tabel 4.1. Distribusi Siswa Hang Tuah Belawan Tahun Ajaran 2008/2009

Kelas Jurusan (Ruang Kelas) Jenis Kelamin Total

Laki-laki Perempuan

X X-1

X-2 X-3 X-4 12 16 24 16 26 22 15 22 38 38 39 38

XI XI IPA-1 XI IPA-2 XI IPA-3 XI IPA-4 XI IPS-1 XI IPS-2 XI IPS-3 XI IPS-4 15 11 8 4 11 15 14 5 20 29 32 33 27 21 23 35 35 40 40 40 38 36 37 40

XII XII IPA-1 XII IPA-2 XII IPA-3 XII IPA-4 XII IPS-1 XII IPS-2 XII IPS-3 XII IPS-4 12 12 13 9 10 12 12 8 22 23 20 31 28 24 24 31 34 35 33 40 38 36 36 39

Total 239 511 750

(55)

4.2. Karakteristik Responden

Adapun gambaran karakteristik siswa SMU Hang Tuah Belawan yang menjadi responden pada penelitian ini berdasarkan jenis kelamin, umur, tempat tinggal, dan uang saku siswa/bulan, yaitu:

[image:55.612.105.521.204.274.2]

4.2.1. Jenis Kelamin Responden

Tabel 4.2. Distribusi Responden Menurut Jenis Kelamin

No Jenis Kelamin Jumlah (orang) %

1 Laki-laki 23 32

2 Perempuan 47 68

Jumlah 70 100

Berdasarkan table 4.2 diatas di ketahui bahwa sebagian besar jenis kelamin responden yaitu perempuan sebanyak 47 orang (67%), sedangkan jenis kelamin laki-laki sebanyak 23 orang (32%).

4.2.2. Umur Responden

Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Umur

No Umur (Tahun) Jumlah (orang) %

1 14 2 2,9

2 15 10 14,3

3 16 36 37,1

4 17 21 44,3

5 18 1 1,4

Jumlah 70 100

[image:55.612.104.522.392.506.2]
(56)
[image:56.612.106.521.98.167.2]

4.2.3. Tempat Tinggal Responden

Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut Tempat Tinggal

No Tempat Tinggal Jumlah (orang) %

1 Belawan 58 82,9

2 Luar Belawan 12 17,1

Jumlah 70 100

Berdasarkan tabel 4.4 dapat dilihat bahwa sebagian besar responden bertempat tinggal di Belawan sebanyak 58 orang (82,9%), sedangkan yang bertempat tinggal di luar Belawan sebanyak 12 orang (17,1%).

[image:56.612.109.519.286.370.2]

4.2.4. Uang Saku/Bulan Responden

Tabel 4.5. Distribusi Responden Berdasarkan Uang Saku/Bulan

No Uang Saku (Rp) Jumlah (orang) %

1 < 150.000 24 34,3

2 151.000 – 300.000 38 54,3

3 > 300.000 8 11,4

Jumlah 70 100

Berdasarkan tabel 4.5 di atas diketahui bahwa sebagian besar jumlah uang saku responden/bulan yaitu

Gambar

Tabel 4.1. Distribusi Siswa Hang Tuah Belawan Tahun Ajaran 2008/2009 Kelas Jurusan (Ruang Kelas) Jenis Kelamin Total
Tabel 4.3. Distribusi Responden Menurut Umur  No Umur (Tahun) Jumlah (orang)
Tabel 4.4. Distribusi Responden Menurut  Tempat Tinggal  No Tempat Tinggal Jumlah (orang)
Tabel 4.6. Distribusi Seksuallitas/Kesehatan Reproduksi
+7

Referensi

Dokumen terkait

Panitia Penerimaan Mahasiswa Baru ]alur SNMPTN DIVISI IPS Universitas Negeri Yogyakarta memberikan penghargaan dan ucapan. terima

Berdasarkan hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa hasil belajar mahasiswa di Prodi Pendidikan Biologi FPMIPA Universitas PGRI Semarang sudah memenuhi kriteria

Melihat dari penelitian yang dilakukan oleh Wati (2012) di perairan Desa Pengudang dengan karakteristik wilayahnya hampir sama dengan desa Teluk Bakau,

Pada stoke iskemik akut, dalam batas-batas waktu tertentu sebagian besar cedera jariingan neuron dapat di pulihkan. Mempertahankan fungsi jaringan adalah tujuan

The purpose of this research is to examine Brand image and brand awareness positive significant effect on the motorcycle intention to buy brand Suzuki Satria F 150

transmission sub traders and exporters of 0.93, meaning if there is a change in the level of export prices of one per cent will affect the price at the merchant

(a) Ground reference image of University of Pavia dataset (200×200 subset) with color codes for different classes, and Classification maps obtained by (b) ORCLUS, (c)

Manfaat yang akan diperoleh setelah mempelajari topik ini adalah dapat menentukan harga opsi tipe Eropa Black Scholes dengan formula yang diperoleh dari penyelesaian