• Tidak ada hasil yang ditemukan

Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor"

Copied!
83
0
0

Teks penuh

(1)

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO,

KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEKTOR AGRIBISNIS

NASABAH BRI UNIT CIAMPEA BOGOR

ANUGRAH MAHADHI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)
(3)

Dengan ini saya menyatakan bahwa skripsi berjudul Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor adalah benar karya saya dengan arahan dari komisi pembimbing dan belum diajukan dalam bentuk apa pun kepada perguruan tinggi mana pun. Sumber informasi yang berasal atau dikutip dari karya yang diterbitkan maupun tidak diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalam teks dan dicantumkan dalam Daftar Pustaka di bagian akhir skripsi ini.

Dengan ini saya melimpahkan hak cipta dari karya tulis saya kepada Institut Pertanian Bogor.

(4)
(5)

Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. Dibimbing oleh DWI RACHMINA

Usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang bisnis yang memiliki potensi untuk mendorong pertumbuhan ekonomi dan pembangunan nasional. Keterbatasan modal sebagai salah satu faktor yang menghambat perkembangan UMKM. Bank adalah lembaga keuangan yang dapat membantu masyarakat untuk mengatasi keterbatasan modal dengan pinjaman dalam bentuk kredit. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem, efektivitas, dan pengaruh kredit terhadap pendapatan UMKM. Observasi dan wawancara dilakukan dengan 45 responden sebagai nasabah sektor agribisnis BRI unit Ciampea dengan metode proporsional dan purposive sampling. Hasilnya adalah penyaluran kredit menurut pihak bank menunjukkan penilaian efektif berdasarkan adanya tren peningkatan dana kredit dan proporsi jumlah nasabah sektor agribisnis dari tahun 2010-2012 serta persentase tunggakan dan NPL masing-masing 2.16 dan 3.65 masih dalam kondisi keuangan yang ideal bagi bank. Selain itu, perubahan omzet dan pendapatan responden setelah menerima kredit meningkat masing-masing sebesar 27.51% dan 28.25% dari omzet dan pendapatan sebelumnya. Perubahan dalam jumlah pendapatan yang responden telah melampaui perkiraan perubahan omzet dan pendapatan setelah menerima kredit menurut pihak bank yaitu omzet dan pendapatan responden meningkat sebesar 20% setiap tahun.

Kata Kunci: efektivitas, pengaruh, kredit, pendapatan, UMKM sektor agribisnis, BRI Unit Ciampea

ABSTRACT

ANUGRAH MAHADHI. Effectiveness Credit Distribution of Micro, Small, and Medium Enterprises (MSMEs) Agribusiness Sector to Customer of BRI Unit Ciampea Bogor. Supervised by DWI RACHMINA.

Micro, small, andmedium enterprises (MSMEs) is one area of business that has the potential to increase economic growth and national development. Lack of capital was one of the factors that constraint the development of MSMEs. Bank is a financial institution that can help people to overcome limitations with loan capital in the form of credit. The purpose of this study was analyze the system, effectiveness, and effect of credit to MSMEs income. Observations and interviews were conducted with 45 respondents as BRI Unit Ciampea agribusiness customers with proportional method and purposive sampling. The result was credit distribution shows effective assessment based on the trend of increasing credit funds and the proportion of the number of customers agribusiness sector in 2010-2012 as well as the percentage of credit arrears and NPL respectively 2.16 and 3.65 were still in ideal conditions for bank finance. In addition, changes in revenue and income respondents after receiving loans increased respectively by 27.51% and 28.25% from the previous. Changes in the amount of revenue and income that the respondent has exceeded estimates change that revenue and income of respondents increased 20% every year.

(6)
(7)

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi

pada

Departemen Agribisnis

EFEKTIVITAS PENYALURAN KREDIT USAHA MIKRO,

KECIL, DAN MENENGAH (UMKM) SEKTOR AGRIBISNIS

NASABAH BRI UNIT CIAMPEA BOGOR

ANUGRAH MAHADHI

DEPARTEMEN AGRIBISNIS

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(8)
(9)

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa atas limpahan rahmat dan karunia-Nya sehingga karya ilmiah ini berhasil diselesaikan. Tema yang dipilih dalam penelitian yang dilaksanakan sejak bulan Januari hingga Maret 2013 adalah pembiayaan, dengan judul Efektivitas Penyaluran Kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Sektor Agribisnis Nasabah BRI Unit Ciampea Bogor. Tujuan dari penelitian ini adalah untuk menganalisis sistem penyaluran kredit, menganalisis efektivitas kredit menurut bank, menganalisis penilaian nasabah terhadap kredit, dan menganalisis pengaruh kredit terhadap pendapatan usaha nasabah BRI Unit Ciampea.

Penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan sebesar-besarnya kepada Dr Ir Dwi Rachmina, MSi selaku pembimbing skripsi, Bapak Agus Kurniawan selaku Kepala Unit BRI Unit Ciampea, Bapak Teguh dan Ibu Neneng selaku Account Officer BRI Unit Ciampea yang banyak mendampingi dan memberikan ilmu, wawasan, dan curahan waktu kepada penulis selama melakukan penelitian. Penulis juga mengucapkan terimakasih kepada Bapak, Mama, Benny, Sarah, Krisna dan seluruh keluarga besar tercinta atas limpahan doa dan kasih sayangnya.Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada Stefan Efendi, Debby Febrina Simanjuntak, Margaretta Seftiana, Winny S. Gulo, Cecep Sentawulan, Achmad Fachruddin, Anggi Lesmana, serta teman-teman terkasih Agribisnis 46 lainnya yang telah menemani penulis selama menjalani kegiatan perkuliahan di Departemen Agribisnis IPB.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat.

(10)
(11)

Nama : Anugrah Mahadhi NRP : H34090009

Disetujui oleh,

Dr Ir Dwi Rachmina, MSi. Pembimbing

Diketahui oleh,

Dr Ir Nunung Kusnadi, MS Ketua Departemen

(12)
(13)

DAFTAR ISI i

DAFTAR TABEL ii

DAFTAR GAMBAR iii

DAFTAR LAMPIRAN iii

PENDAHULUAN ...

Latar Belakang 1

Perumusan Masalah 4

Tujuan Penelitian 6

Manfaat Penelitian 6

Ruang Lingkup Penelitian 7

TINJAUAN PUSTAKA ... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit 7 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi danPengembalian Kredit 8

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penyaluran Kredit 9

KERANGKA PEMIKIRAN ... Kerangka Pemikiran Teoritis 11 Permintaan dan Penawaran Kredit ... 11

Penilaian Kredit ... 12

Konsep dan Kriteria Penilaian Efektivitas Kredit... 14

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan 15

Kerangka Pemikiran Operasional 18 METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian ... 21

Jenis dan Sumber Data.. ... 21

Metode Penentuan Sampel.. ... 21

Metode Pengolahan dan Analisis Data ... 22

Analisis Kualitatif ... 22

Analisis Kuantatif ... 24

GAMBARAN UMUM BRI UNIT CIAMPEA Profil BRI Unit Ciampea ... 25

Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan BRI Unit Ciampea ... 25

Struktur Organisasi BRI Unit Ciampea ... 26

Produk Utama BRI Unit Ciampea ... 28

Sistem Penyaluran Kredit UMKM BRI Unit Ciampea ... 29

ANALISIS EFEKTIVITAS DAN PENGARUH KREDIT TERHADAP PENDAPATAN USAHA Karakteristik Responden ... 33

Karakteristik Personal Responden ... 33

Karakteristik Usaha Responden ... 36

Karakteristik Kredit Responden... 37

Efektivitas Penyaluran Kredit UMKM menurut Penilaian Bank ... 39

(14)

DAFTAR PUSTAKA ... 57 LAMPIRAN ... 59 RIWAYAT HIDUP ... 67

DAFTAR TABEL

1. Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala

usaha tahun 2011 1

2. Nilai Produk Domestik Bruto sektor Usaha mikro, kecil, dan menengah dan Nasional tahun 2009-2011 atas dasar harga berlaku 2 3. Data kredit perbankan tahun 2010-triwulan II 2012 3

4. Bank penyedia kredit UMKM tahun 2011 3

5. Laporan perkembangan umum BRI Unit Ciampea tahun 2011-2012 5 6. Data jumlah responden BRI Unit Ciampea berdasarkan klasifikasi

sektor agribisnis tahun 2013 22

7. Penentuan kategori penilaian penyaluran kredit menurut nasabah BRI

Unit Ciampea 23

8. Sebaran responden berdasarkan karakteristik usia nasabah BRI Unit

Ciampea tahun 2013 34

9. Sebaran responden berdasarkan karakteristik jenis kelamin nasabah

BRI Unit Ciampea tahun 2013 34

10. Sebaran responden berdasarkan karakteristik tingkat pendidikan

nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 35

11. Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah tanggungan dalam

keluarga nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 35

12. Sebaran responden berdasarkan karakteristik omzet usaha per tahun

nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 36

13. Sebaran responden berdasarkan karakteristik lama usaha nasabah BRI

Unit Ciampea tahun 2013 36

14. Sebaran responden berdasarkan karakteristik pengalaman meminjam

nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 37

15. Sebaran responden berdasarkan karakteristik jumlah pinjaman nasabah

BRI Unit Ciampea tahun 2013 38

16. Sebaran responden berdasarkan karakteristik frekuensi pinjaman

nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 38

17. Sebaran responden berdasarkan karakteristik jangka waktu pengembalian nasabah BRI Unit Ciampea tahun 2013 39 18. Realisasi dana kredit UMKM sektor agribisnis BRI Unit Ciampea

tahun 2010-2012 40

19. Laporan persentase tunggakan dan Non performing Loan BRI Unit

Ciampea tahun 2010-2012 41

20. Jangkauan penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis nasabah BRI

(15)

prosedur pinjamanBRI Unit Ciampea tahun 2013 44 23. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria

realisasi kreditBRI Unit Ciampea tahun 2013 45

24. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria biaya administrasi BRI Unit Ciampea tahun 2013 46 25. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria

tingkat bunga BRI Unit Ciampea tahun 2013 46

26. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria

agunan BRI Unit Ciampea tahun 2013 47

27. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria pelayanan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013 48 28. Penilaian responden mengenai penyaluran kredit berdasarkan kriteria

pemantauan petugas BRI Unit Ciampea tahun 2013 49 29. Penilaian penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis menurut

reesponden BRI Unit Ciampea tahun 2013 50

30. Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden sebelum dan setelah memperoleh kredit BRI Unit Ciampea tahun 2013 52

DAFTAR GAMBAR

1. Kurva pengaruh kredit terhadap pendapatan 17

2. Kerangka pemikiran operasional 20

3. Struktur organisasi BRI Unit Ciampea 27

4. Sistem penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea 33

DAFTAR LAMPIRAN

1. Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea 60

2. Contoh brosur pinjaman BRI Unit Ciampea 61 3. Contoh formulir aplikasi pembukaan rekening BRI Unit Ciampea 62 4. Contoh formulir aplikasi pengajuan kredit UMKM BRI Unit Ciampea 64 5. Hasil pengujian pengaruh kredit dan perkiraan peningkatan pendapatan

(16)
(17)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu unit usaha yang strategis di Indonesia. Perkembangan sektor usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) memegang peranan penting dalam pembangunan dan pertumbuhan ekonomi secara nasional. Kegiatan usaha mikro, kecil dan menengah (UMKM) merupakan salah satu bidang usaha yang berkembang dan mampu konsisten, bertahan dari berbagai gejolak seperti kejadian krisis pada tahun 1997-1998. Kontribusi Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah bagi perekonomian Indonesia yaitu salah satu sumber penyediaan lapangan pekerjaan dan salah satu sumber penerimaan pendapatan negara dalam bentuk produk domestik bruto nasional.1

Usaha mikro, kecil, dan menengah mendominasi dari jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja yang ada di Indonesia sementara sektor usaha besar hanya mengambil sebagian kecil dari jumlah unit usaha keseluruhan. Berdasarkan Tabel 1, UMKM telah menyalurkan lebih dari 100 juta tenaga kerja dan UMKM merupakan sektor usaha terbesar dengan jumlah usaha mencapai 55 juta unit usaha atau 99% dari total unit usaha yang ada di Indonesia.

Tabel 1 Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala

Sumber : Kementerian Koperasi dan UKM, 2012

Usaha mikro, kecil, dan menengah juga memiliki peranan yang amat besar bagi penerimaan negara berdasarkan nilai Produk Domestik Bruto (PDB). UMKM telah berkontribusi dalam nilai Produk Domestik Bruto sebesar lebih dari 50% dari PDB Nasional berdasarkan dasar harga berlaku pada periode tahun 2009 sampai 2011 (Tabel 2). Selain itu, persentase nilai PDB UMKM terhadap PDB Nasional menunjukkan peningkatan dari 56.52% pada tahun 2009 menjadi 57.95 pada tahun 2011.

1

Musnandar, Aries. 2012. Staf Pengajar Kewirausahaan (Entrepreneurship) FEB Universitas Brawijaya Malang. Peran UKM dalam Pertumbuhan Ekonomi Bangsa.http://www.uinmalang.ac.id/index.php?option=com_content&view=article&id=2883:%20 peranukmdalampertumbuhanekonomibangsa&catid=35:artikeldosen&Itemid=210. Diakses pada tanggal 30 Juni 2013.

(18)

Tabel 2 Nilai Produk Domestik Bruto sektor Usaha mikro, kecil, dan menengah dan Nasional tahun 2009-2011 atas dasar harga berlaku

Uraian 2009 2010 2011

PDB UMKM (Milyar Rupiah) 2993 3466 4304

PDB Nasional (Milyar Rupiah) 5295 6069 7427

Persentase PDB UMKM (%) 56.52 57.11 57.95

Sumber :Badan Pusat Statistik, 2012

Perkembangan dan kemajuan UMKM bukan hanya ditentukan oleh

stakeholder usaha itu sendiri, namun juga pihak eksternal dapat terlibat dalam pengembangan usaha. Berbagai keterbatasan yang menjadi kendala bagi UMKM untuk melangsungkan kegiatan bisnis. Pelaku usaha menghadapi kendala meliputi lemahnya permodalan, kurangnya kewirausahaan, teknik produksi masih sederhana, serta kemampuan manajemen dan pemasaran masih sangat terbatas. Kendala permodalan mengakibatkan UMKM sulit untuk berkembang dan bersaing dengan usaha lainnya.2 Apabila modal rendah, maka akan menyebabkan rendahnya tingkat produktivitas baik input maupun tenaga kerja yang pada akhirnya akan menghasilkan tingkat pendapatan. Pemerintah dan lembaga keuangan berperan penting dalam memberikan solusi praktis agar permodalan tidak lagi menjadi masalah bagi kegiatan usaha ini.Peran dari pemerintah dan lembaga keuangan adalah sebagai lembaga intermediasi yang menghubungkan pihak-pihak yang memiliki dana lebih dan kemudian menyalurkannya kepada sektor usaha yang produktif. Wujud solusi ini adalah pemberian kredit bagi UMKM sebagai sumber modal dalam menjalankan aktivitas usaha maupun pengembangan usaha.

Salah satu lembaga keuangan yang dapat melakukan peran tersebut adalah bank. Tugas dan fungsi bank adalah memberikan kredit semudah mungkin dalam arti sebagai lembaga penghimpun dana dari masyarakat dan menyalurkannya kepada masyarakat dalam bentuk kredit. Bantuan modal dalam bentuk kredit ini tentunya diharapkan dapat dimanfaatkan sebaik mungkin untuk membantu masyarakat dalam memenuhi kebutuhan permodalan dan meningkatkan produktivitas usaha UMKM. Peningkatan produktivitas tersebut mencerminkan bahwa bantuan kredit yang diberikan dapat dimanfaatkan sebaik-baiknya untuk tujuan produktif. Salah satu indikator peningkatan produktivitas ini adalah peningkatan pendapatan yang diterima UMKM. Peningkatan pendapatan ini dapat menjadi tolak ukur seberapa besar peranan dan kontribusi kredit terhadap pendapatan UMKM. Berdasarkan data Kredit Perbankan (Tabel 3), kredit UMKM menunjukkan peningkatan jumlah penyaluran lebih dari 135 milyar dalam selang 2010 hingga Triwulan II-2012.

2

(19)

Tabel 3 Data kredit perbankan tahun 2010-triwulan II 2012

Kredit UMKM 394299 479887 530417

Kredit Non UMKM 1416960 1779976 1988518

Kredit Perbankan 1811259 2259863 2518935

Sumber : Bank Indonesia, 2012

Bank Rakyat Indonesia (BRI) adalah salah satu lembaga perbankan milik pemerintah terbesar di Indonesia. Usaha-usaha utama bidang keuangan yang dikelola oleh BRI meliputi: (a) menghimpun dana, (b) menyalurkan dana, dan (c) menyediakan jasa bank lainnya seperti jasa setoran telepon, listrik, air, pembayaran uang kuliah, pembayaran gaji dan pensiun, kartu kredit, valas (valuta asing), dan jasa-jasa lainnya. BRI memberikan kontribusi yang cukup besar bagi peningkatan kesejahteraan masyarakat dalam penyaluran kredit. Jangkauan penyaluran kredittelah tersebar di seluruh Indonesia hingga pelosok perdesaan memungkinkan BRI turut mengembangkan UMKM. BRI mengembalikan dana yang dikelola ke masyarakat dalam bentuk kredit atau pinjaman UMKM yang diberikan berdasarkan prinsip umum pengajuan kredit. Kredit UMKM yang disalurkan oleh BRI kepada pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah sebesar 157.9 triliun rupiah atau setara dengan 67.58% dari total kredit (Tabel 4).

Tabel 4 Bank penyedia kredit UMKM tahun 2011 No Nama Bank Total Kredit

Sumber : Biro Riset Infobank 2011

(20)

usaha. Salah satu manfaat yang dapat dirasakan nasabah dalam meminjam kredit antara lain adanya peningkatan pendapatan usaha dan kesejahteraan hidup yang dialami oleh nasabah.3

Perumusan Masalah

Penyaluran kredit UMKM pada BRI berawal dari program pemerintah mengenai swasembada pangan nasional. BRI menjadi salah satu lembaga pendukung dalam pelaksanaan penyaluran kredit melalui Program Bimas yang merupakan program pemberian kredit dengan pendekatan terhadap petani sebagai potensi kredit di perdesaan. BRI membentuk kantor unit untuk menyalurkan kredit UMKM kepada masyarakat di daerah perdesaan. Kredit UMKM yang diberikan oleh BRI di tingkat unit adalah Kupedes dan KUR Mikro. Penyaluran Kupedes dan KUR Mikro sebagai program untuk pemberdayaan usaha mikro kecil dan menengah ini diharapkan secara efektif mampu mengatasi masalah kesulitan modal yang dihadapi para pelaku usaha dan meningkatkan pendapatan dan kesejahteraan mereka sehingga sasaran pihak BRI dalam membantu peningkatan produktivitas UMKM dapat tercapai.

BRI Unit Ciampea merupakan salah satu unit kerja di wilayah BRI Kantor Cabang Bogor yang melayani masyarakat yaitu menyalurkan kredit UMKM. BRI unit Ciampea juga memiliki peluang penyaluran Kupedes yang besar terhadap sektor komersil (UMKM) karena ruang lingkup BRI Unit Ciampea meliputidua kecamatan, yaitu Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu Cihideung Udik, Cihideung Ulir, Bojong Jengkol, Benteng, Ciampea, Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru, Cicadas, Cibuntu, dan Bojong Rangkas. Sedangkan Kecamatan Tenjolaya terdiri dari enam desa, yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung Malang, Situ Daun, Cibitung Tengah, dan Cinangneng dan letak kantor BRI unit Ciampea sangat strategis dengan pasar Ciampea lama dan baru sebagai salah satu pusat perdagangan semakin mendukung penyaluran kredit terhadap banyaknya unit kegiatan usaha yang pada umumnya berskala mikro, kecil dan menengah. Data tahun 2012 dari BRI Unit Ciampea menunjukkan jumlah nasabah yang dimiliki sebanyak 800 nasabah, yang terdiri atas 450 nasabah Kupedes, 251 orang nasabah KUR Mikro, dan 79 orang nasabah GBT dan Pensiunan. Penyaluran kredit UMKM yang telah dilakukan pihak bank BRI Unit Ciampea bertujuan untuk membantu nasabah yang merupakan pelaku usaha sebagai bentuk perhatian untuk kemajuan usaha. Tambahan modal yang diperoleh pihak nasabah akan digunakan untuk mengembangkan skala usaha sehingga akan berpengaruh sejalan dengan meningkatnya kesejahteraan setiap nasabah melalui peningkatan pendapatan usaha. Total penyaluran kredit UMKM untuk nasabah sebesar 118.5 milyar rupiah. Sebagian besar pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah yang menjadi nasabah BRI Unit Ciampea bergerak pada sektor agribisnis dengan jumlah 406 orang atau setara dengan 50.75% dari total seluruh nasabah.

3

Basir, Sofyan. 2012. Direktur Utama Bank Rakyat Indonesia. Kunci Sukses BRI Fokus dan

(21)

Pihak bank menghadapi beberapa kendala dalam penyaluran kredit UMKM. Kendala yang dihadapi diantaranya adalah penyebaran nasabah berdasarkan jangkauan sektor agribisnis kurang merata, dan banyaknya nasabah yang terlambat untuk melunasi tunggakan dari peminjaman kredit. Penyebaran nasabah berdasarkan sektor agribisnis meliputi nasabah yang melakukan usaha pada sektor pertanian, perdagangan dan perindustrian. Saat ini, nasabah pada sektor perdagangan lebih dominan terhadap sektor lainnya. Pihak bank mengaku sulitnya untuk memberikan kredit kepada nasabah yang bergerak pada sektor pertanian dan perindustrian. Hal ini disebabkan kedua sektor memiliki risiko kredit yang besar dalam kegagalan untuk mengembalikan kredit. Pihak bank merasa jika memberikan keleluasaan bagi masyarakat yang melakukan usaha pada sektor pertanian dan perindustrian, kemudian mengalami kegagalan dalam pengembalian kredit akan menyebabkan makin banyaknya jumlah nasabah yang menunggak dan makin besar jumlah tunggakan yang ditanggung oleh bank. Pada tahun 2012, jumlah nasabah yang menunggak dan rata-rata tunggakan tiap orang mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Jumlah nasabah yang menunggak meningkat sebesar 0.4% dan rata-rata tunggakan meningkat lebih dari 300 ribu rupiah tiap orang. Hal ini menjadi masalah karena dapat memperbesar nilai NPL akibat kredit macet sehingga dapat menyebabkan kinerja tidak baik.

Tabel 5 Laporan perkembangan umum BRI Unit Ciampea tahun 2011-2012

Jenis data Tahun

Persentase Penunggak (%) 20.04 20.44 0.40

Rata-rata Tunggakan per Orang (Rp)

2 130 556 2 456 024 -15.28 Sumber : BRI Unit Ciampea, 2013

(22)

2012 mengenai profil UMKM di Indonesia adalah bahwa UMKM masih enggan mengambil kredit ke bank karena adanya agunan (untuk debitur mikro) dan terlalu tingginya suku bunga bank (untuk debitur mikro dan kecil) dan realita jumlah UMKM di Indonesia hanya sekitar 21% saja yang mengambil kredit bank. Hal ini disebabkan karena untuk kredit di atas 50 juta rupiah, pada umumnya bank telah mensyaratkan nasabah melengkapi berbagai dokumen yang masih jarang dimilikioleh nasabah sendiri.4

Penyaluran kredit kepada para nasabah dimaksudkan untuk mengembangkan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), sehingga diharapkan dapat meningkatkan pendapatan usaha. Agus Kurniawan, Kepala unit BRI Unit Ciampea memperkirakan pendapatan nasabah akan meningkat sebesar 20% setiap tahunnya setelah menerima kredit. Perkiraan tersebut ditetapkan dengan pertimbangan bahwa tidak semua kredit yang diberikan pihak bank digunakan untuk mengembangkan usaha.Selain itu, peningkatan pendapatan usaha setiap sektor usaha melalui kredit UMKM berbeda- beda tiap nasabahnya.

Berdasarkan permasalahan di atas, penelitian ini merumuskan masalah sebagai berikut :

1. Bagaimana sistem penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea saat ini? 2. Bagaimana efektivitas penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada

nasabah BRI Unit Ciampea?

3. Bagaimana penilaian nasabah pada sektor agribisnis mengenai penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea?

4. Bagaimana pengaruh penyaluran kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea?

Tujuan Penelitian

Tujuan dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengetahui sistem penyaluran kredit UMKM pada BRI Unit Ciampea.

2. Menganalisis efektivitas penyaluran kredit UMKM sektor agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea

3. Menganalisis penilaian nasabah pada sektor agribisnis mengenai penyaluran kredit UMKM BRI Unit Ciampea

4. Menganalisis pengaruh kredit terhadap peningkatan pendapatan usaha agribisnis pada nasabah BRI Unit Ciampea.

Manfaat Penelitian

(23)

pengaruh penyaluran kredit UMKM kepada debiturnya sehingga bank dapat mengantisipasi faktor tersebut untuk meningkatkan kualitas kredit.

2. Bagi penulis, penelitian ini berguna untuk mengaplikasikan teori-teori yang pernah dipelajari untuk mengkaji berbagai fakta yang terjadi di lembaga perbankan.

3. Bagi pembaca, dapat digunakan untuk menambah pengetahuan dan wawasan dapat dijadikan sebagai salah satu bahan referensi untuk penelitian lebih lanjut.

Ruang Lingkup Penelitian

Penelitian ini memiliki batasan ruang lingkup yang akan diteliti yaitu debitur kredit UMKM BRI yang melakukan kegiatan usaha Agribisnis dan masih aktif sebagai nasabah hingga bulan Maret 2013. Keterbatasan dalam peneltian ini antara lain beberapa kriteria efektivitas penyaluran kredit menurut penilaian bank menggunakan pendekatan tren, tidak menggunakan pendekatan harapan (target) dan kenyataan (realisasi) dalam menganalisis data.

TINJAUAN PUSTAKA

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyaluran Kredit

Wicaksono (2007) menganalisis faktor – faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit pertanian dan membahas mengenai kebijakan dalam menyalurkan kredit pertanian oleh BRI di Indonesia.Adapun faktor – faktor yang dilihat dalam penulisan tersebut adalah NPL (Non Performing Loan), dan PDB (Produk Domestik Bruto). Wicaksono menyimpulkan bahwa proporsi kredit pertanian terhadap total kredit yang disalurkan BRI tumbuh secara fluktuatif dengan trend yang semakin menurun dibandingkan dengan kredit non-pertanian. Selain itu ditemukan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh terhadap penyaluran kredit oleh BRI adalah produk domestik bruto (PDB) sektor pertanian dan pengembalian kredit bermasalah dalam sektor pertanian di BRI. Secara tidak langsung kesimpulan ini menunjukkan bahwa PDB sektor pertanian semakin menurun dan kredit bermasalah/macet di sektor pertanian semakin banyak pula.

Penelitian Andriani (2008) mengenai analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyaluran kredit Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah menjelaskan bahwa dalam jangka panjang penyaluran kredit mikro, kecil, dan menengah dipengaruhi secara signifikan oleh GDP, kapasitas kredit, suku bunga kredit dan NPL, dimana GDP berpengaruh positif sedangkan kapasitas kredit, suku bunga kredit, dan NPL berpengaruh negatif.

(24)

suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI). Berdasarkan penelitian diperoleh hasil bahwa Dana Pihak Ketiga (DPK) berpengaruh positif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan.Capital Adequacy Ratio (CAR) dan Non Performing Loan (NPL) berpengaruh negatif dan signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Sementara suku bunga Sertifikat Bank Indonesia (SBI) berpengaruh positif dan tidak signifikan terhadap penyaluran kredit perbankan. Untuk meningkatkan penyaluran kredit, Bank Umum harus melakukan penghimpunan dana secara optimal, mengoptimalkan kegunaan sumber daya finansial (modal) yang dimiliki, dan memiliki manajemen perkreditan yang baik agar NPL tetap berada dalam tingkat yang rendah dan dalam batas yang disyaratkan oleh Bank Indonesia.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran secara signifikan antara lain jumlah kredit, Produk Domestik Bruto, suku bunga, Capital Adequacy Ratio (CAR), dan Non Performing Loan (NPL). Jumlah kredit dan Produk Domestik Bruto secara positif berpengaruh terhadap kebijakan penyaluran kredit. Artinya, semakin meningkatnya jumlah kredit dan PDB maka kebijakan penyaluran kredit semakin baik. Sedangkan CAR, suku bunga, NPL berpengaruh secara negatif terhadap kebijakan penyaluran kredit. Jika nilai CAR, suku bunga, dan NPL mengalami penurunan maka kebijakan penyaluran kredit semakin baik. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi kebijakan penyaluran kredit dalam penelitian ini.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Realisasi dan Pengembalian Kredit

Penelitian yang dilakukan oleh Tarigan (2006) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) dalam sektor pertanian di BRI Unit Parung Bogor menyimpulkan bahwa faktor-faktor yang berpengaruh nyata terhadap permintaan Kupedes di BRI Unit Parung adalah jumlah agunan, pengalaman kredit, dan omzet. Agunan (Collateral) digunakan sebagai alat pengamanan apabila usaha yang dibiayai dengan kredit tersebut gagal atau sebab-sebab lain dimana debitur tidak mampu melunasi kreditnya dari usahanya yang normal. Faktor-faktor lain yang perlu diperhatikan dalam pemberian kredit adalah karakter nasabah dengan kapasitas nasabah.

Penelitian yang dilakukan oleh Sari (2007) mengenai faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) di wilayah perkotaan dan perdesaan pada Bank BRI Unit Ciampea dan Unit Citeureup. Variabel-variabel yang mempengaruhi permintaan adalah tingkat pendapatan, aksesibilitas atau jarak, aset keluarga, aset usaha, frekuensi atau pengalaman kredit, agunan atau jaminan, lama usaha, modal usaha, tingkat pendidikan, lokasi dan jenis kelamin. Hasil analisis faktor-faktor yang mempengaruhi permintaan Kupedes dapat diambil kesimpulan bahwa faktor-faktor yang mempengaruhi ada enam, yaitu pendapatan, aset keluarga, aset usaha, pengalaman kredit, agunan dan modal.

(25)

Karakteristik yang tidak berpengaruh terhadap besarnya kredit adalah aset uasaha, aset rumah tangga, pendapatan usaha dan jarak rumah debitur dengan kantor BRI.

Alamsyah (2007) yang meneliti tentang faktor-faktor yang mempengaruhi tingkat pengembalian kredit macet pada kredit usaha perdesaan (Kupedes) dalam sektor agribisnis di BRI Unit Ciomas, Bogor mengemukakan bahwa jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah debitur dengan bank serta omzet usaha memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Semakin banyak jumlah tanggungan keluarga dan semakin jauhnya jarak rumah dengan bank serta semakin kecilnya omzet usaha yang diperoleh maka kemungkinan timbulnya kredit macet semakin besar. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, tingkat pendidikan, pengalaman berusaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.

Muhammamah (2008) menganalisis faktor-faktor yang berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit oleh UMKM studi kasus nasabah Kupedes pada PT. Bank Rakyat Indonesia, Tbk Unit Cigudeg Cabang Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet usaha serta frekuensi peminjaman kredit memberikan pengaruh yang nyata terhadap tingkat pengembalian Kupedes. Hal tersebut menunjukkan bahwa faktor yang sebelumnya diduga berpengaruh terhadap tingkat pengembalian kredit seperti usia, jenis kelamin, tingkat pendidikan, jumlah tanggungan keluarga, jarak rumah dengan kantor unit lama usaha, jangka waktu pengembalian, serta beban bunga ternyata tidak berperan dalam menentukan kemampuan pengembalian kredit.

Lubis (2011) menganalisis faktor-faktor yang realisasi dan tingkat pengembalian KUR pada salah satu BRI Unit di kawasan Bogor. Hasil penelitian menunjukkan bahwa faktor omzet usaha, tingkat pendapatan bersih, jenis usaha, jumlah kredit yang diajukan, dan nilai agunan berpengaruh secara signifikan terhadap realisasi KUR. Sementara faktor-faktor yang berpengaruh signifikan terhadap tingkat pengembalian KUR (lancar atau menunggak) adalah jenis kelamin, tingkat pendidikan, jangka waktu pengembalian, dan kewajiban per bulan membayar cicilan dan bunga kredit.

Berdasarkan beberapa penelitian di atas, faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan tingkat pengembalian kredit menunjukkan variabel-variabel seperti jumlah agunan, pengalaman kredit, tingkat pendidikan, frekuensi pinjaman, modal, pendapatan, dan omzet. Variabel- variabel di atas menjadi bagian dari rujukan penilaian faktor-faktor yang mempengaruhi realisasi dan pengembalian kredit dalam penelitian ini.

Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Efektivitas Penyaluran Kredit

(26)

usaha. Faktor orang lain misalnya karena ada kenalan pada bank tersebut, didatangi pihak bank, atau disarankan oleh tetangga/teman/saudara.

Penelitian Pardosi (1998) tentang efektivitas penyaluran kredit pembinaan peningkatan pendapatan petani dan nelayan kecil (P4K) dan analisis pendapatan petani pengguna kredit, menyimpulkan bahwa (1) penyaluran kredit cukup efektif berdasarkan kriteria penilaian yang digunakan (persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan pembinaan kepada nasabah, jarak/lokasi pelayanan), (2) Proyek P4K telah memberi dampak yang positif terhadap peningkatan pendapatan keluarga petani-nelayan kecil.

Penelitian Candrayasa (2000) yang berjudul mendeskripsikan faktor yang mempengaruhi pengambilan kredit yakni tingkat pendidikan, banyaknya tanggungan keluarga, dan kecilnya rasio pendapatan. Sedangkan, kriteria efektivitas penyaluran kredit menurut penilaian nasabah pada penelitian ini adalah persyaratan awal, prosedur pinjaman, realisasi kredit, biaya administrasi, tingkat bunga, pelayanan, dan jarak/lokasi pelayanan. Candrayasa menjelaskan bahwa penyaluran kredit pada nasabah BRI Unit Diponegoro Surabayasudah efektif.

Penelitian Novitasari (2006) mengenai analisis kinerja Kredit Umum Pedesaaan dan dampaknya terhadap peningkatan pendapatan rumah tangga kecil di BRI Unit Kreo menyimpulkan bahwa kinerja kredit bank dinilai bagus sedangkan untuk nasabah faktor agunan dan bunga masih dirasa cukup berat. Selain itu, tingkat perubahan pendapatan usaha responden Kupedes lebih besar bila dibandingkan dengan tingkat perubahan pendapatan usaha non Kupedes.

Penelitian Sevia (2008) mengenai kinerja penyaluran Kredit Umum Perdesaan (Kupedes) serta dampaknya terhadap peningkatan pendapatan usaha nasabah pada BRI Unit Citeureup, Cabang Bogor menyimpulkan bahwa kriteria penilaian efektivitas, penyaluran Kupedes dari pihak bank sudah efektif. Efektif dalam hal ini berarti sudah tercapai tujuan perusahaan untuk menbantu pelaku usaha dengan harapan dari para pelaku usaha. Hal ini terlihat dari pencapaian target dan realisasi kredit, persentase tunggakan, jangkauan kredit dan frekuensi pinjaman. Realisasi kredit telah mampu mencapai target yang telah ditetapkan. Selain itu, dampak pinjaman kredit terhadap pendapatan usaha responden secara keseluruhan mengalami peningkatan.

(27)

KERANGKA PEMIKIRAN

Kerangka Pemikiran Teoritis

Permintaan dan Penawaran Kredit

Ketersediaan modal secara garis besar dapat dibedakan menjadi dua jenis, yaitu :

1. Modal sendiri, yaitu modal yang dimiliki secara pribadi dan digunakan untuk mengembangkan usahanya.

2. Modal dari luar (kredit), yaitu modal yang berasal dari pihak lain dan digunakan untuk mengembangkan suatu usaha.untuk memperoleh modal ini, seluruh prosedur yang ada harus dapat dipenuhi oleh calon debitur.

Istilah kredit berasal dari bahasa Yunani (credere) yang berarti kepercayaan. Seseorang atau lembaga yang memberikan kredit (kreditur) percaya bahwa penerima kredit (debitur) akan mampu mengembalikan kredit sesuai dengan ketentuan yang telah disepakati. Kredit dibutuhkan karena adanya kebutuhan manusia yang beraneka ragam sedangkan kemampuan untuk mencapai sesuatu yang diinginkan terbatas. Hal ini menyebabkan manusia membutuhkan bantuan untuk memperoleh sesuatu yang diinginkannya, salah satunya dengan cara memperoleh bantuan kredit untuk meningkatkan usahanya.

Kebutuhan kredit menjadi sesuatu kebutuhan bagi semua sektor kegiatan usaha. Rendahnya produktivitas setiap sektor Indonesia, tidak terlepas dari kurangnya pengadaan kredit yang dilakukan pihak perbankan terhadap sektor tersebut. Sektor tersebut di antaranya sektor pertanian, perdagangan, dan industri. Walaupun menjadi salah satu pilar strategi pembangunan, ketiga sektor tersebut tetap membutuhkan pembiayaan dari pihak perbankan.

Kredit perbankan yang diperoleh pelaku usaha dapat digunakan sebagai penambah modal untuk membiayai input produksi sehingga pelaku usaha tersebut dapat meningkatkan produknya pada tingkat yang lebih tinggi. Keseimbangan tingkat suku bunga pada pasar kredit terbentuk adanya permintaan dan penawaran dalam pasar yang menghubungkan komponen tingkat suku bunga dan kuantitas kredit yang akan disalurkan.

Keseimbangan pasar dapat berubah-ubah posisi sesuai dengan pergerakan dan pergeseran kurva permintaan dan penawaran. Pada kasus permintaan kredit, gerakan sepanjang kurva berlaku apabila terdapat perubahan suku bunga kredit yang diminta pada suatu tingkat tertentu, sedangkan pergeseran kurva permintaan ke kanan atau ke kiri dapat terjadi apabila terdapat perubahan terhadap permintaan yang ditimbulkan oleh faktor-faktor selain suku bunga. Adapun faktor-faktor permintaan kredit pada pelaku usahakecil selain suku bunga tersebut antara lain skala usaha, tingkat upah, pengeluaran untuk riset, proporsi lahan, tingkat pendidikan, ukuran keluarga, umur kepala keluarga, dan transitory income (Nuryakin dan Warjiyo, 2006).

(28)

penawaran kredit pada lembaga keuangan selain suku bunga tersebut secara sederhana dapat dibagi menjadi dua faktor, yaitu faktor internal dan faktor eksternal. Faktor yang mempengaruhi penawaran kredit pada perbankan adalah permodalan (CAR),jumlah kredit macet (NPL), dan loan to deposit ratio yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai faktor internal lembaga. Selain itu, diutarakan pula faktor persepsi lembaga terhadap prospek usaha debitur yang dalam hal ini dapat dikategorikan sebagai faktor eksternal lembaga. Prospek usaha debitur ini dapat dideskripsikan sebagai faktor yang berkaitan dengan omset usaha, pendapatan bersih, aset debitur dan lain sebagainya.

Keseimbangan pasar kredit menggunakan pendekatan teori makroekonomi klasik dimana terdapat asumsi bahwa terjadi keseimbangan pada permintaan dan penawaran kredit perbankan secara umum. Keadaan sebenarnya yang terjadi adalah keseimbangan ini tidak selalu dalam kondisi pasar kredit sempurna sehingga sulit ditemukan karena adanya aspek-aspek yang menyangkut moral hazard dan adverse selection.

Penilaian kredit

Penilaian kredit adalah suatu proses yang dimaksudkan untuk menganalisa atau menilai suatu permohonan kredit sehingga dapat memberikan keyakinan pada bank bahwa proyek yang akan dibiayai dengan kredit bank cukup layak (feasible). Adanya analisa yang mempertimbangkan berbagai faktor ini dimaksudkan untuk mencegah sedini mungkin terjadinya default oleh calon debitur.

Kriteria penilaian yang harus dilakukan oleh bank untuk mendapatkan nasabah yang benar-benar menguntungkan dilakukan dengan analisis prinsip '6C', prinsip '6A' (Dendawijaya, 2001), dan prinsip '7P' (Kashmir, 2002). Prinsip '6C' meliputi:

1. Character (kepribadian), yaitu menyangkut sifat, kepribadian, dan citra calon debitur dalam masyarakat. Hal ini terkait dengan kemauan dan kesungguhan membayar angsuran kredit yang tentunya sangat berpengaruh terhadap integritas dalam memenuhi kewajiban pembayaran kredit dan pemanfaatan pemberian kredit dengan benar.

2. Capital (modal) merupakan kepemilikan terhadap modal dan kemampuan nasabah dalam membiayai perusahaannya. Perbandingan besarnya pembiayaan dari bank dengan modal sendiri dapat dilihat berdasarkan laporan keuangan perusahaan atau ditinjau langsung oleh petugas kredit.

3. Capacity (kemampuan) terkait dengan kesanggupan dan kemampuan calon debitur untuk melunasi pokok pinjaman diserta dengan bunga dan syarat-syarat lain dalam perjanjian. Kemampuan ini diukur antara lain dari kondisi usaha, pendapatan/omzet usaha. Semakin likuid dan semakin tinggi tingkat profitabilitasnya maka kemampuan membayar kembali pinjaman dan kewajiban lain semakin besar.

4. Condition of economy (kondisi ekonomi), pertimbangan atas situasi ekonomi yang sedang terjadi dalam suatu wilayah atau negara yang berpengaruh terhadap usaha calon debitur dan pada akhirnya mempengaruhi keberhasilan pemanfaatan dan pengembalian kredit.

(29)

merasa khawatir ketika terjadi kemacetan dalam pengembalian pinjaman karena agunan tersebut dapat menjadi pengganti pengembalian kredit

6. Constrain (keterbatasan) merupakan faktor-faktor yang menjadi penghambat berupa faktor-faktor sosial psikologis dalam suatu wilayah tertentu yang menyebabkan suatu usaha tidak mungkin untuk dijalankan.

Prinsip ‘6A’ mencakup aspek-aspek yang perlu diperhatikan pihak bank terhadap nasabah yang mengajukan kredit yaitu :

1. Aspek yuridis bertujuan untuk mengkaji ketentuan-ketentuan legalitas perusahaan calon penerima kredit.

2. Aspek pasar dan pemasaran mengkaji kemungkinan pangsa pasar yang dapat diraih bagi produk/jasa perusahaan yang akan dibiayai oleh kredit serta meneliti tentang strategi pemasaran yang akan dilakukan pengusaha dalam menghadapi persaingan.

3. Aspek teknis bertujuan untuk menilai seberapa jauh kemampuan pengusaha dalam mempersiapkan dan melaksanakan pembangunan usaha serta seberapa besar kesiapan teknik dalam menjalankan operasi usahanya sebagai suatu entitas bisnis.

4. Aspek manajemen mengukur kemampuan dan kecakapan dalam mengelola usaha atau manajemen perusahaan dalam menjalankan aktivitas usahanya. 5. Aspek keuangan bertujuan untuk mengukur kemampuan perusahaan dalam

mengelola keuangannya.

6. Aspek sosial ekonomi merupakan suatu kajian terhadap nilai tambah yang dapat diterima pemerintah dan masyarakat dari sudut pandang sosial dan makro ekonomi seperti perluasan lapangan kerja dan pendapatan pajak pemerintah.

Sedangkan prinsip '7P' dalam kredit atau Seven P’s of Credit dalam penilaian kredit, antara lain:

1. Personality

Personality yaitu menilai nasabah dari segi kepribadiannya atau tingkah lakunya sehari-hari maupun masa lalunya. Personality juga mencakup sikap emosi, tingkah laku dan tindakan nasabah dalam menghadapi suatu masalah. Penilaian ini dilakukan pada tenaga kerja dan pengelola serta orang-orang yang terlibat langsung dalam bisnis nasabah.

2. Party

Party yaitu mengkalisifikasikan nasabah ke dalam klasifikasi tertentu atau golongan-golongan tertentu berdasarkan modal, loyalitas serta karakternya, sehingga nasabah dapat digolongkan ke golongan tertentu dan akan mendapatkan fasilitas yang berbeda dari bank.

3. Purpose

Purpose yaitu untuk mengetahui tujuan nasabah dalam mengambil kredit, termasuk jenis kredit yang diinginkan nasabah. Tujuan pengambilan kredit dapat bermacam-macam. Apakah untuk modal kerja atau investasi, konsumtif atau produktif dan lain sebagainya. Purpose merupakan penilaian terhadap tujuan penggunaan kredit dan merupakan penilaian sasaran kredit.

4. Prospect

Prospect yaitu untuk menilai usaha nasabah di masa yang akandating

(30)

dibiayai tanpa mempunyai prospek, bukan hanya bank yang rugi akan tetapi juga nasabah. Prospect merupakan penilaian masa depan usaha, perkembangan usaha ke depannya. Penilaian ini dilakukan bagi bank antara risiko dengan pendapatan yang diperoleh.

5. Payment

Payment merupakan ukuran bagaimana cara nasabah mengembalikan kredit yang telah diambil atau dari sumber mana saja dana untuk pengembalian kredit. Semakin banyak sumber penghasilan debitur maka akan semakin baik, sehingga jika salah satu usahanya merugi akan dapat ditutupi oleh sektor lainnya.

Payment merupakan kemampuan membayar kembali kredit. Penilaian ini dilakukkan dengan menggunakan financial statement dengan memperhitungkan ketidakpastian di masa depan.

6. Profitability

Untuk menganalisis bagaimana kemampuan nasabah dalam mencari laba.

Profitability diukur dari periode ke periode apakah akan tetap sama atau akan semakin meningkat, apalagi dengan tambahan kredit yang akan diperolehnya.

7. Protection

Protection merupakan kemungkinan gagal perlu jaminan sebagai benteng terakhir untuk berlindung. Tujuannya adalah bagaimana menjaga agar usaha dan jaminan mendapatkan perlindungan. Perlindungan dapat berupa jaminan barang atau orang atau jaminan asuransi.

Konsep dan Kriteria Penilaian Efektivitas Kredit

Efektivitas merupakan unsur pokok untuk mencapai tujuan atau sasaran yang telah ditentukan di dalam setiap organisasi, kegiatan ataupun program.Kata efektif berasal dari bahasa Inggris yaitu effective yang berarti berhasil atau sesuatu yang dilakukan berhasil dengan baik. Kamus ilmiah populer mendefinisikan efetivitas sebagai ketepatan penggunaan, hasil guna atau menunjang tujuan. Pernyataan efektif apabila tercapai tujuan ataupun sasaran seperti yang telah ditentukan.Anthony, Dearden, dan Bedford (1996) mengatakan bahwa efektivitas adalah hubungan antara keluaran suatu pusat pertanggungjawaban dengan tujuan yang harus dicapainya. Semakin besar kontribusi keluaran yang dihasilkan terhadap nilai pencapaian tersebut, maka dapat dikatakan semakin efektif unit tersebut. Efektivitas merupakan ukuran berhasil tidaknya suatu organisasi mencapai tujuannya. Apabila suatu organisasi telah mencapai tujuannya,maka organisasi tersebut dikatakan telah berjalan secara efektif. Efektivitas kegiatan diartikan sebagai tingkat kemampuan suatu kegiatan untuk mewujudkan hasil yang diinginkan. Dari beberapa pendapat di atas mengenai efektivitas, dapat disimpulkan bahwa efektivitas adalah suatu ukuran yang menyatakan seberapa jauh target (kuantitas, kualitas dan waktu) yang telah dicapai oleh manajemen, yang mana target tersebut sudah ditentukan terlebih dahulu.

(31)

digunakan. Suatu kegiatan dikatakan efisien apabila dikerjakan dengan benar dan sesuai dengan prosedur sedangkan dikatakan efektif bila kegiatan tersebut dilaksanakan dengan benar dan memberikan hasil yang bermanfaat.

Kredit UKM diharapkan dapat memberikan dorongan dan dampak positif pada iklim usaha masyarakat yangsemakin meningkat. Oleh karena itu, kita perlu diketahui bagaimana indikator efektivitas yang akan menjelaskan seberapa efektif kredit baik bagi nasabah maupun pihak bank. Indikator efektivitas dalam penyaluran kredit meliputi berhasil atau tidaknya seseorang atau suatu organisasi untuk mencapai suatu tujuan dalam penyaluran kredit, adanya perkembangan dan pertumbuhan yang dialami seseorang ketika adanya penyaluran kredit, dan adanya perbedaan positif secara signifikan antara apa yang diharapkan dengan apa yang terjadi (sebelum atau sesudah) dalam penyaluran kredit.

Pengaruh Kredit Terhadap Pendapatan

Perhitungan pendapatan dipergunakan beberapa pendekatan tergantung pada lapangan pekerjaannya. Pelaku usaha yang bekerja dan menerima balas jasa berupa upah atau gaji dipergunakan melalui pendekatan pendapatan (income approach).Pelaku usaha yang bekerja sebagai pedagang, pendapatan dapat dihitung dengan melihat keuntungan yang diperolehnya. Pelaku usaha yang bekerja pada sektor pertanian, pendapatan dapat dihitung dengan pendekatan produksi (production approach). Berdasarkan pendekatan di atas,perhitungan pendapatan pekerja telah terkandung balas jasa untuk skill yang dimilikinya.

Pendapatan adalah selisih dari penerimaan penjualan produk, yang diperoleh dari hasil perkalian harga dan kuantitas dengan biaya yang dikeluarkan untuk menghasilkan output (Pappasdan Hirschey,1995). Pendapatan terdiri dari penerimaan total dan pengeluaran total (TC). Penerimaan total (TR) adalah jumlah seluruh penerimaan perusahaan dari hasil penjualan sejumlah produk (barang yang dihasilkan). Cara untuk menghitung penerimaan total dapat dilakukan dengan mengalikan jumlah produk dengan harga jual produk per unit. Proses produksi yang dilakukan oleh seorang produsen akan menghasilkan sejumlah barang, atau produk. Produk inilah yang merupakan jumlah barang yang akan dijual dan hasilnya merupakan jumlah penerimaan bagi seorang produsen.

Pengeluaran (Total Biaya) adalah biaya total untuk menghasilkan tingkat output tertentu. Biaya, bagi perusahaan yang kegiatannya memproduksi barang, adalah nilai input yang digunakan untuk memproduksi outputnya (Lipsey, Courant, Purvis, dan Steiner, 1992). Produksi berlangsung dengan jalan mengolah masukan (input) menjadi keluaran (output). Masukan merupakan pengorbanan biaya yang tidak dapat dihindarkan untuk melakukan kegiatan produksi.Setiap pengusaha harus dapat menghitung biaya produksi agar dapat menetapkan harga pokok barang yang dihasilkan. Untuk menghitung biaya produksi terlebih dahulu harus dipahami pengertiannya. Biaya produksi adalah sejumlah pengorbanan ekonomis yang harus dikorbankan untuk memproduksi suatu barang. Menetapkan biaya produksi berdasarkan pengertian tersebut memerlukan kecermatan karena ada juga yang sulit diidentifikasikan. Biaya produksi dapat meliputi unsur-unsur sebagai berikut:

a.Bahan baku atau bahan dasar termasuk bahan setengah jadi b. Bahan-bahan pembantu atau penolong

(32)

e. Uang modal dan sewa

f. Biaya penunjang seperti biaya angkut, biaya administrasi, pemeliharaan, biaya listrik, biaya keamanan dan asuransi

g. Biaya pemasaran seperti biaya iklan h.Pajak

Debertin (1986) menyatakan bahwa untuk mencapai pendapatan diperlukan dua syarat yaitu syarat keharusan (Necessary Condition) dan syarat kecukupan (Sufficient Condition).Syarat keharusan menunjukkan hubungan fisik antara faktor produksi dengan hasil produksi, yang sekaligus menunjukkan efisiensi produksi secara teknis yaitu dengan elastisitas produksi antara nol dan satu. Sedangkan syarat kecukupan merupakan kondisi yang harus dipenuhi agar pendapatan maksimum dapat tercapai, yaitu pada saat Nilai Produk Marjinal (Value Marginal Product atau VMP) untuk faktor produksi sama dengan Biaya Korbanan Marjinal (Marginal Factor Cost atau MFC). Efisiensi ekonomi tercapai apabila pelaku usaha telah memperoleh keuntungan maksimum. Pendapatan maksimum tercapai jika turunan pertama dari fungsi tersebut terhadap masing-masing faktor produksi sama dengan nol. Pada proses produksi yang sebenarnya, untuk menghasilkan suatu produk tertentu biasanya dibutuhkan lebih dari satu jenis faktor produksi variabel. Untuk mencapai kombinasi faktor produksi optimal harus dipenuhi syarat-syarat yang merupakan perluasan rumus dan gambar sebagai berikut:

(Agar pendapatan maksimum, maka

Keterangan :

NPT = Nilai Produk Total (Total Value Product) BKT = Biaya Korbanan Total (Total Factor Cost) Py = Harga per unit dari produksi

Y = Jumlah produksi yang dihasilkan π = Pendapatan

X = Jumlah faktor produksi Px = Harga faktor produksi

BTT = Biaya Tetap Total (Total Fixed Cost)

(33)

a

b d

c e

Gambar 1 Kurva pengaruh kredit terhadap pendapatan Sumber : Debertin (1986)

Keterangan :

(34)

digunakan pelaku usaha akan semakin banyak sehingga penggunaan input nantinya dapat mengembangkan usaha yang dijalankan. Peningkatan input akan menyebabkan penurunan biaya input per unit yang dikeluarkan sehingga terjadi juga penurunan rasio harga input-output dari sebelum menerima modal hingga setelah menerima kredit . Penambahan modal dalam bentuk kredit ini juga membantu pelaku usaha untuk menghasilkan output yang lebih banyak sehingga pelaku usaha dapat memperoleh pendapatan yang lebih besar daripada sebelum menerima kredit. Gambar 1 menunjukkan adanya perubahan pendapatan yaitu sebelum menerima kredit pelaku usaha memperoleh pendapatan sebesar (a-b-d) dan setelah menerima kredit pelaku usaha memperoleh pendapatan sebesar (a-c-e).

Kerangka Pemikiran Operasional

Kredit disalurkan melalui berbagai macam lembaga pembiayaan, salah satunya adalah perbankan. Bank menyalurkan kredit dengan menjalankan fungsinya sebagai lembaga penyalur dana ke masyarakat. Penyaluran kredit diharapkan efektif sehingga dapat menjadi suatu alternatif yang baik dalam mengatasi keterbatasan modal usaha, mendukung kelancaran arus barang/jasa sebagai sektor riil, dan meningkatkan produktivitas dalam masyarakat asalkan penyaluran kredit tersebut benar-benar dimanfaatkan untuk kegiatan produktif dan berguna. Pada penelitian ini salah satu bank yang menjalankan fungsi sebagai media penyaluran kredit adalah BRI Unit Ciampea. Dalam penyaluran kredit, BRI Unit Ciampea mengalami pertumbuhan yang baik, pertumbuhan kredit BRI Unit Ciampea ini tetap dimotori oleh segmen UMKM. Kredit untuk membiayai segmen UMKM di BRI Unit Ciampea adalah Kupedes dan KUR Mikro.

Secara umum, Kupedes dan KUR Mikro merupakan produk kredit BRI yang disalurkan melalui unit kerjanya (BRI unit) dengan tujuan membantu pengusaha kecil dalam pengembangan usahanya. Penyaluran Kupedes dan KUR Mikro diharapkan dapat berjalan dengan efektif, maka itu perlu dikaji mengenai bagaimana kinerja penyaluran kredit-kredit tersebut. Mekanisme penyaluran kredit terdiri dari syarat-syarat dan prosedur pemberian kredit.Dalam penyalurannya, tidak jarang pihak bank menghadapi kendala. Oleh karena itu, penilaian terhadap efektivitas penyaluran kredit diperlukan berdasarkan penilaian pihak bank dan pihak nasabah. Kriteria efektivitas dari sisi manajemen bank dinilai berdasarkan aspek-aspek berikut :

a) Realisasi dana kredit, yaitu jumlah permohonan kredit yang diterima dan direalisasi oleh BRI dan jumlah kredit yang telah disalurkan kepada UMKM. b) Persentase tunggakan, yaitu perhitungan tunggakan kredit dengan

membandingkan jumlah kredit bermasalah per outstanding (sisa kredit) dan perhitungan Non Performing Loan (%NPL) yang dinyatakan dalam persen. c) Jangkauan sektor kredit : Semakin beragamnya sektor ekonomi yang dapat

disentuh oleh pihak bank maka kinerja kredit dinilai baik.

(35)

membandingkan pendapatan sebelum dan sesudah menerima kredit. Perbedaan antara tingkat pendapatan total usaha sebelum dan sesudah menerima kredit diukur dengan menggunakan uji statistik t-hitung untuk data berpasangan (Walpole, 1995).

Sedangkan, penilaian penyaluran kredit merupakan persepsi atau opini nasabah mengenai proses penyaluran kredit yang sudah berjalan di BRI Unit Ciampeameliputi aspek-aspek berikut :

- Persyaratan awal, yaitu ketentuan yang harus dipenuhi oleh seorang calon nasabah untuk mendapatkan kredit.

- Prosedur pinjaman, yaitu tahapan yang harus dilalui sejak proses permohonan kredit hingga realisasi kredit kepada nasabah.

- Realisasi kredit adalah cairnya kredit setelah melalui tahapan proses dengan melihat ketepatan pada setiap proses yang dilakukan.

- Pengawasan dari petugas adalah pemantauan yang dilakukan untuk mengetahui sampai sejauh mana kredit mampu membantu meningkatkan pendapatan pelaku UMKM

- Pelayanan petugas terhadap keluhan-keluhan responden adalah respon, tanggapan atau solusi yang diberikan oleh petugas kepada para pelaku UMKM, di dalam mencari atau memecahkan suatu masalah atau kendala yang dimiliki oleh UMKM tersebut.

- Biaya administrasi, yaitu biaya yang dikeluarkan selama proses permohonan kredit sampai direalisasikan.

- Tingkat bunga, yaitu biaya yang dibebankan kepada nasabah sebagai bentuk dukungan operasional kegiatan bagi bank.

- Agunan, yaitu sumber pembayaran terakhir yang diharapkan oleh bank apabila pengembalian kredit bermasalah atau macet.

(36)

Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional

BRI Unit Ciampea merupakan salah satu BRI unit di Bogor, Jawa Barat. BRI Unit Ciampea menyalurkan kredit UMKM kepada masyarakat daerah Ciampea yang

merupakan salah satu daerah yang memiliki banyak kegiatan UMKM di Bogor

Sistem penyaluran kredit UMKM (Kupedes & KUR Mikro) BRI Unit Ciampea

Penilaian penyaluran kredit menurut

nasabah 1. Persyaratan Awal 2. Prosedur Pinjaman 3. Realisasi Kredit 4. Biaya

Administrasi 5. Tingkat Bunga 6. Agunan

7. Pelayanan Petugas 8. Pemantauan

Petugas

Efektivitas penyaluran kredit

menurut bank

1. Realisasi dana kredit 2. Persentase

tunggakan 3. Jangkauan

sektor kredit

Pengaruh kredit terhadap

omzet dan pendapatan

(37)

METODE PENELITIAN

Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilaksanakan di Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciampea, Cabang Bogor, Jawa Barat. Penentuan lokasi penelitian dilakukan secara

purposive (sengaja) dengan pertimbangan bahwa Bank Rakyat Indonesia (BRI) Unit Ciampea merupakan bank yang fokus pada penyaluran program Kupedes dan KUR Mikro serta memberikan bantuan dalam segi permodalan usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) sektor agribisnis di wilayah Ciampea, Bogor dan sekitarnya. Pelaksanaan penelitian ini berlangsung pada bulan Januari 2013 sampai dengan Maret 2013.

Jenis dan Sumber Data

Penelitian dilakukan untuk mengukur efektivitas dan mengetahui dampak penyaluran kredit UMKM terhadap peningkatan pendapatan nasabah BRI Unit Ciampea, Cabang Bogor, Jawa Barat. Jenis data yang diperoleh adalah data primer dan data sekunder.Data primer bersumber dari hasil wawancara dengan nasabah/debitur Kupedes dan KUR Mikro dengan bantuan kuesioner agar pertanyaan dalam wawancara lebih sistematis dan diskusi dengan pihak manajemen BRI Unit Ciampea. Jenis data primer yang diperoleh antara lain data karakteristik responden, penilaian nasabah mengenai penyaluran kredit, dan data pendapatan usaha setelah memperoleh kredit.

Pengumpulan data sekunder dapat dilakukan dengan mengidentifikasi data-data terkait dengan penelitian yang berasal dari debitur UMKM sektor agribisnis dan laporan BRI Unit Ciampea menyangkut Kupedes dan KUR Mikro, instansi terkait seperti Kementrian Negara Koperasi dan UKM Republik Indonesia, Laporan Publikasi Bank Indonesia, Badan Pusat Statistik, perpustakan, majalah, jurnal-jurnal perbankan, jurnal-jurnal penelitian, skripsi, tesis, penelusuran internet, dan sumber lain yang relevan dengan penelitian ini. Jenis data sekunder meliputi data realisasi dana kredit, laporan perkembangan umum bank periode 2009-2012 (kolektibilitas, nilai tunggakan, plafond, saldo, dan nama nasabah), jangkauan sektor kredit, dan data pendapatan sebelum memperoleh kredit.

Metode Penentuan Sampel

Mohamad Nazir (2005), mengatakan sampel adalah bagian dari populasi yang karakteristiknya hendak diselidiki. Seringkali dalam pengambilan sampel, penelitian tidak dapat terhindari dari pertimbangan waktu, biaya, dan tenaga. Akan tetapi, kita dapat meyakini bahwa sampel dapat menggambarkan populasi apabila sampel memiliki cukup porsi dalam mewakili populasi sehingga hasil penemuan dan kesimpulan yang diperoleh dari sampling adalah sah (valid). Langkah-langkah yang digunakan dalam pengambilan sampel termasuk pengidentifikasian populasi, penetapan ukuran sampel yang disyaratkan, dan pemilihan sampel.

(38)

kali dianggap penting dalam menentukan besarnya sampel adalah waktu dan dana yang tersedia bagi peneliti. Jumlah orang yang dapat dijadikan sampel minimal 30 orang (Chadwick, Bahr, dan Albrecht, 1991).

Populasi adalah kumpulan dari seluruh elemen (unit dan individu) sejenis dan dapat dibedakan berdasarkan objek penelitian. Populasi pada penelitian ini merupakan nasabah yang masih aktif sebagai penerima kredit khususnya Kupedes Modal Kerja (Eksplorasi), Kupedes Investasi, dan KUR Mikro melakukan usaha dalam sektor agribinis (pertanian, perdagangan, dan industri) yang berjumlah 406 orang. Jumlah sampel yang diambil sebanyak 45 orang. Jumlah tersebut lebih banyak dari perhitungan dengan menggunakan metode Gay (1976) dalam Sevilla(1993) yang menyatakan bahwa jumlah sampel yang dinilai cukup mewakili keseluruhan populasi adalah minimal 10% dari total populasi (10% x 406 = 40.6 41).

Metode penentuan responden dalam penelitian ini dilakukan secara sengaja dan proporsional (purposive and proportional sampling) sehingga semua anggota populasi tidak memiliki peluang yang sama untuk dijadikan sampel dan jumlah sampel yang mewakili kelompok-kelompok dalam populasi bersifat proporsional. Klasifikasi pembagian sampel berdasarkan sektor agribisnis (pertanian, perdagangan, dan industri) adalah sebagai berikut:

Tabel 6 Data jumlah sampel BRI Unit Ciampea berdasarkan klasifikasi sektor agribisnis tahun 2013

Klasifikasi Sektor Agribisnis Jumlah Populasi (orang)

Keterangan : Sampel berjumlah 45 orang dengan menambah 4 sampel acak yaitu 3 sampel pada sektor pertanian dan 1 sampel pada sektor perindustrian sehingga sampel pada sektor tersebut menjadi 10 orang

Metode Pengolahan dan Analisis Data

Analisis Kualitatif

(39)

dipresentasekan berdasarkan jumlah responden untuk kemudian disajikan dalam bentuk tabel. Penyusunan tabel, diagram, grafik, dan besaran-besaran lain di suatu media, termasuk ke dalam statistika deskriptif (Walpole, 1995).

Penentuan baik atau tidaknya penyaluran kredit UMKM menurut penilaian nasabah menggunakan pengukuran skala likert dengan menghadapkan responden pada sebuah pernyataan, kemudian responden diminta untuk memberi tanggapan yang terdiri dari tiga tingkatan dengan pemberian skor. Skor terbesar diberikan untuk jawaban yang paling mendukung dan skor terkecil diberikan untuk jawaban yang kurang mendukung. Penentuan jenjang tiga (1,2,3) digunakan dengan mempertimbangkan bahwa kelompok responden adalah masyarakat dengan tingkat pendidikan yang masih relatif rendah, sehingga kurang mampu membedakan jawaban secara lebih tajam (Pardosi, 1998).

Penilaian tanggapan responden terhadap penyaluran kredit akan dibagi menjadi tiga kategori yang menentukan efektivitas. Berdasarkan skor yang diperoleh dari tanggapan responden kemudian ditentukan rentang skala atau selang untuk menentukan efektivitas penyaluran kredit UMKM. Selang atau skala diperoleh dari selisih total skor tertinggi yang mungkin dengan total skor minimal yang mungkin dibagi jumlah kategori jawaban. (Umar, 2005).

Dari selang yang didapat maka dapat ditentukan skor penilaian penyaluran kredit UMKM yaitu dengan membagi tiga diantara total nilai minimal yang mungkin sampai total nilai maksimal yang mungkin didapat menjadi tiga selang penilaian. Selang terendah menyatakan bahwa penilaian kredit tidak baik, sedangkan selang tertinggi menyatakan bahwa penyaluran kredit sudah baik. Ada tiga kategori penilaian tanggapan responden terhadap pelayanan penyaluran kredit yaitu baik, cukup baik, dan tidak baik. Nilai skor adalah antara 360-1 080 (angka ini berdasarkan pengalian skor terendah dan tertinggi dengan jumlah parameter dan responden yang ada). Angka skor terendah 360 diperoleh dari hasil kali antara jumlah sampel responden sebesar 45 orang dengan jumlah parameter yang ada yaitu sembilan. Sedangkan, angka 1 080 diperoleh dari hasil penjumlahan skor maksimum dari setiap parameter (skor maksimum 3 dikali skor terendah). Selang untuk setiap tingkat penilaian adalah 240 yang diperoleh dari hasil pengurangan skor tertinggi dan skor terendah kemudian dibagi dengan banyaknya kategori penilaian.

Setelah nilai selang ditentukan, maka selanjutnya dapat ditentukan selang skala untuk setiap kategori penilaian penyaluran kredit. Hal ini dapat dilihat pada Tabel 7.

(40)

UMKM sudah dinilai cukup baik yang berarti tujuan pihak bank dan responden menilai masih ada harapan yang kurang tercapai, hal ini dapat dilihat dari skor yang bernilai paling kecil dalam kategori ini. Sedangkan, total skor 841-1 080 berarti penyaluran kredit UMKM dinilai baik. Hal ini berarti harapan responden sejalan dengan tujuan dari pihak bank agar penyaluran kredit UMKM sudah baik sehingga bermanfaat bagi responden.

Analisis Kuantitatif

Analisis penyaluran kredit pada BRI Ciampea terhadap pendapatan UMKM dilakukan pengujian statistik sederhana. Analisis penyaluran kredit menggunakan uji statistik yaitu uji t-berpasangan (t-paired test) dengan langkah-langkah dalam uji statistik sebagai berikut:

1) Menentukan Hipotesis

Hipotesis merupakan jawaban sementara terhadap masalah yang masih bersifat praduga karena masih harus dibuktikan kebenarannya. Hipotesis dalam penelitian adalah penyaluran kredit UMKM berpengaruh terhadap omzet dan pendapatan nasabah BRI Unit Ciampea. Kriteria pengaruh penyaluran kredit terhadap omzet dan pendapatan nasabah BRI Unit Ciampea antara lain:

a. Perubahan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI Unit Ciampea memiliki perbedaan nyata sebelum dan sesudah menerima kredit. b. Perkiraan peningkatan omzet dan pendapatan usaha responden nasabah BRI

Unit Ciampea yaitu lebih dari 20% setelah menerima kredit.

2) Menentukan uji nyata (uji t) statistik untuk data berpasangan (Walpole, 1995) Uji t- berpasangan (Paired t- test) digunakan untuk membandingkan selisih dua mean dari dua sampel yang berpasangan dengan asumsi data berdistribusi normal. Penelitian ini akan mengukur mean besar omzet, pendapatan, dan selisih omzet dan pendapatan antara kondisi sebelum menerima kredit dengan setelah menerima kredit.

3) Kriteria Uji berguna untuk memeriksa pernyataan hipotesis serta memberikan kebenaran yang sesungguhnya dari pernyataan hipotesis tersebut. Kriteria uji meliputi :

Ho ditolak apabila t-hitung > t-tabel, db = n-1 atau p-value < α Ho diterima apabila t-hitung < t-tabel, db = n-1 atau p-value > α

(41)

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

Profil BRI Unit Ciampea

BRI Unit berdiri atas dasar gagasan dari Dr.Soedarso Hadisaputro dan disahkan berdasarkan Surat keputusan Direksi BRI No. Kep: S.34-31/9/69 tanggal 9 September 1969 tentang proyek pengembangan ekonomi wilayah Unit Desa. Berdirinya BRI Unit tersebut tidak terlepas dari gagalnya pelaksanaan program Bimbingan Massal (Bimas) dan Intensifikasi Massal (Inmas) yang didirikan pemerintah pada tahun 1969. Tujuan utama program Bimas dan Inmas adalah untuk meningkatkan produksi dan produktivitas tanaman pangan, terutama produk beras. Namun program tersebut tidak berjalan lancar karena BRI tidak mempunyai wewenang penuh dalam melakukan penilaian kredit dan menentukan pihak-pihak mana saja yang dinilai cukup layak untuk mendapatkan kredit, sehingga program tersebut dihentikan. Realisasi pembentukan BRI Unit kemudian diawali di wilayah D.I.Yogyakarta dengan 18 BRI Unit dengan 54 orang pegawai.Dalam proyek pengembangan ekonomi wilayah perdesaan ini, BRI Unit berperan sebagai penyalur kredit untuk para petani.Selanjutnya tahun 1970 proyek ini dikembangkan ke seluruh pulau Jawa, hingga sampai menjangkau wilayah Jawa Barat termasuk daerah Bogor.

Kantor BRI Unit Ciampea merupakan salah satu dari 27 BRI Unit yang berada di wilayah Kantor Cabang BRI Bogor. BRI Unit Ciampea mulai beroperasi pada tahun 1972, yaitu ketika BRI Unit Ciampea menjadi penyalur paket- paket Bimas (Bimbingan Massal). Ruang lingkup BRI Ciampea meliputi dua kecamatan, yaitu Kecamatan Ciampea dan Kecamatan Tenjolaya. Kecamatan Ciampea terdiri dari 13 desa, yaitu Cihideung Udik, Cihideung Ulir, Bojong Jengkol, Benteng, Ciampea, Ciampea Udik, Cibadak, Cinangka, Tegal Waru, Cicadas, Cibuntu, dan Bojong Rangkas. Sedangkan Kecamatan Tenjolaya terdiri dari enam desa, yaitu Tapos I, Tapos II, Gunung Malang, Situ Daun, Cibitung Tengah, dan Cinangneng. BRI Unit Ciampea telah berpindah lokasi sebanyak tiga kali dan saat ini berada di Jalan Letnan Sukarna, Warung Borong, Ciampea, Bogor.

Visi, Misi, dan Budaya Perusahaan BRI Unit Ciampea

Visi dan misi BRI Unit Ciampea dalam melakukan kegitan perbankan merujuk pada visi dan misi BRI secara luas. Visi BRI Unit Ciampea adalah menjadi bank komersial yang selalu mengutamakan kepuasan nasabah. Untuk mewujudkan visi tersebut, BRI Unit Ciampea menetapkan tiga misi yang harus dilaksanakan:

1) Melakukan kegiatan perbankan yang terbaik dengan memprioritaskan pelayanan kepada Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah untuk menunjang perekonomian masyarakat.

2) Memberikan pelayanan prima kepada nasabah melalui jaringan kerha yang tersebar luas dan didukung sumber daya manusia (SDM) yang professional dengan melakukan praktek tata kelola perusahaan yang baik (Good Corporate Governance).

Gambar

Tabel 1 Jumlah unit usaha dan jumlah penyerapan tenaga kerja menurut skala
Gambar 1 Kurva pengaruh kredit terhadap pendapatan
Gambar 2 Kerangka pemikiran operasional
Gambar 3 Struktur organisasi BRI Unit Ciampea
+5

Referensi

Dokumen terkait

3.7 Membedakan fungsi sosial, struktur teks, dan unsur kebahasaan beberapa teks khusus dalam bentuk iklan dengan memberi dan meminta informasi terkait kegiatan (event), sesuai

Dengan kata lain metode pembelajaran adalah teknik penyajian yang dikuasai oleh seorang guru untuk menyajikan materi pelajaran kepada murid di dalam kelas baik

Menjadi orang yang lebih baik dan lebih berguna adalah bagian dari tujuan dari kehidupan bertasawuf, karena dalam kehidupan tasawuf manusia harus memiliki akhlak

Pemilihan respirator harus berdasarkan pada tingkat pemaparan yang sudah diketahui atau diantisipasi, bahayanya produk dan batas keselamatan kerja dari alat pernafasan yang

Perilaku penggunaan sabuk keselamatan dapat dijelaskan dengan menggunakan teori Health Belief Model yang memandang penggunaan sabuk keselamatan sebagai tindakan pencegahan kecela-

Tidak adanya perubahan ~ o l a konsumsi makanan setelah program tersebut, walaupun diberikan cukup makanan yang mengandung protein dan kalori di Taman Gizi,

Gempa bumi tektonik adalah gerakan atau bentakan secara tiba-tiba akibat pelepasan energi yang terakumulasi yang disebabkan oleh tumbukan antar lempeng tektonik, pergeseran sesar

❑ Chapter 6: Advanced Relational Database Modeling — This chapter introduces denormal- ization, the object database model, and data warehousing.. ❑ Chapter 7: Understanding