• Tidak ada hasil yang ditemukan

Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Analisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia"

Copied!
170
0
0

Teks penuh

(1)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

OLEH RONI AKMAL

H14103902

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

RINGKASAN

RONI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. (Dibimbing oleh TONY IRAWAN).

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha me majukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya.

Penelitian ini memberikan gambaran tentang keadaan ketenagakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan berbentuk panel yang terdiri dari jumlah tenaga kerja yang merupakan variabel terikat, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil, Upah Minimum Propinsi (UMP) riil, dan Investasi riil yang semuanya diambil dari 20 propinsi pada kurun waktu 2003-2007. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen.

Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan propinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi. Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan UMP diduga lebih dirasakan pada kelompok tenaga kerja kerja terdidik. Selain itu juga diduga akibat tingginya permintaan tenaga kerja di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus.

(3)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

Oleh

RONI AKMAL H14103902

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk me mperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(4)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Te naga Kerja di Indonesia

Nama : Roni Akmal

NIM : H14103902

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Tony Irawan, M.App.Ec NIP. 19820306 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003

(5)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2010

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Metropolitan, Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 14 Februari 1985, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak H. Suryadi MS dan Ibu Yusnar.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Aisiyah 27, Jakarta (1990-1991), SD Muhammadiyah 3 Matraman, Jakarta (1991-1997), SLTP Negeri 7 Jakarta (1997-2000), dan SMA Negeri 31 Jakarta (2000-2003). Pada Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Dikarenakan satu dan lain hal, penulis mengajukan permohonan pindah departemen ke Departemen Ilmu Ekonomi dan pada tahun 2006 tepatnya semester genap, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran umum kondisi ketenegakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya selama tahun 2003 hingga 2007. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya selama proses pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Ibu Dr. Lukytawati selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah berkenan memberikan saran, masukan, dan koreksi dalam perbaikan skripsi.

3. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan.

4. Para dosen dan pegawai Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan pengajaran dan pelayanan terbaiknya selama penulis duduk di bangku kuliah. 5. Instansi dan para pegawai dari BPS, BKPM, DEPNAKERTRANS dan

Perpustakaan LSI IPB yang telah memudahkan penulis dalam mencari sumber data dan literatur penelitian.

(8)

7. Para guru pembimbing spiritual dan saudara-suadara seperguruan yang telah memberikan pencerahan dan ukhuwahnya.

8. Kawan-kawan penghuni Wisma Madani, Pondok Al-Ihsan dan Al-Ikhwan atas keceriaan dan jalinan persaudaraannya.

9. Halida, Iqbal, Melput, Nidia, Aulia, Fitra dan Anriani yang telah membantu secara langsung dalam penelitian ini serta seluruh kawan-kawan yang telah hadir pada seminar skripsi penulis.

10.Kawan-kawan seperjuangan selama di IPB yang telah benyak memberikan inspirasi, nasihat, dan dukungan tiada henti (Mas Ibot, Mas Acang, Mba Desi, Indah, Rio, Linda, Rinrin, Nora, Ai, Andri, Ade, Duta, Ikhsan, Nazrul, Fuji, Ratna, Rifi, Ute, Ncun, Mila, Fury, Mut, TNT 40, Kolak, Ghirotulfataa, DPM TPB 2003-2004, DPM FEM 2006-2007, BPF dan Bangwil 2008, serta Sabil dan Litbang 2009).

11.Kawan-kawan IE 40-43 terutama Agung, Irwan, Adit, Dika, Abi, Anwar, Ela, Naufal, Rian, Fakhrul dan Fazlur yang selalu ada menemani dan menyemangati saat perkuliahan.

12.Semua Anak-anak FEM 40-43 yang pernah kenal, berinteraksi, berbagi suka dan duka. Salam FEM dahsyat.

13.Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang dengan ikhlas dan tulus telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua mendapat balasan yang terbaik dari-Nya.

Pada akhirnya penulis berharap agar karya ini bisa memberikan manfaat bagi penulis pribadi khususnya dan seluruh pihak umumnya yang memerlukan.

Bogor, Januari 2010

(9)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN ... 7

2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 7

2.2. Penyerapan Tenaga Kerja ... 9

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja ... 11

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ... 14

2.5. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)... 15

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 17

(10)

3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ... 38

3.5.2. Uji Statistik untuk Masing- masing Variabel (Uji- t) ... 39

3.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 40

3.6. Uji pelanggaran Asumsi ... 41

3.6.1. Multikolinearitas ... 41

3.6.2. Autokorelasi ... 42

3.6.3. Heteroskedastisitas ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 44

4.2. Gambaran Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia ... 48

4.3. Hasil Analisis Model Regresi ... 54

4.3.1. Uji Statistik ... 54

4.3.2. Uji Pelanggaran Asumsi ... 56

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 57

V. Kesimpulan dan Saran ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(11)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

OLEH RONI AKMAL

H14103902

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

RINGKASAN

RONI AKMAL. Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia. (Dibimbing oleh TONY IRAWAN).

Ketenagakerjaan merupakan salah satu bidang yang sangat esensial dalam usaha me majukan perekonomian bangsa. Tenaga kerja yang memadai dari segi kuantitas dan kualitas menjadi aspek penting dalam pembangunan ekonomi, yaitu sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi dan distribusi barang dan jasa, serta sebagai sasaran untuk menciptakan dan mengembangkan pasar.

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada kesempatan kerja. Ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia akibat lemahnya penyerapan tenaga kerja akan menimbulkan pengangguran yang akan berdampak pada ketidakstabilan ekonomi dan bidang kehidupan lainnya.

Penelitian ini memberikan gambaran tentang keadaan ketenagakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya. Data yang digunakan berbentuk panel yang terdiri dari jumlah tenaga kerja yang merupakan variabel terikat, sedangkan variabel bebas yang digunakan adalah Produk Domestik Regional Bruto (PDRB) riil, Upah Minimum Propinsi (UMP) riil, dan Investasi riil yang semuanya diambil dari 20 propinsi pada kurun waktu 2003-2007. Metode analisis yang digunakan yaitu metode kuantitatif dengan regresi panel data dengan metode Fixed Effect pada taraf nyata 5 persen.

Hasil penelitian menunjukkan selama tahun 2003-2007, secara umum terjadi peningkatan jumlah tenaga kerja di Indonesia. Jawa Barat, Jawa Timur dan Jawa Tengah merupakan propinsi yang memiliki tingkat penyerapan tenaga kerja yang paling tinggi. Variabel PDRB secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus. Variabel UMP secara signifikan juga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus, namun hal ini bertolak belakang dengan hipotesis di mana UMP berpengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja. Kenaikan penyerapan tenaga kerja akibat kenaikan UMP diduga lebih dirasakan pada kelompok tenaga kerja kerja terdidik. Selain itu juga diduga akibat tingginya permintaan tenaga kerja di sektor jasa-jasa, industri pengolahan, dan pertanian. Kenaikan investasi secara signifikan berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, ceteris paribus.

(13)

ANALISIS FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI

PENYERAPAN TENAGA KERJA DI INDONESIA

Oleh

RONI AKMAL H14103902

Skripsi

Sebagai salah satu syarat untuk me mperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi

DEPARTEMEN ILMU EKONOMI

FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(14)

Judul Skripsi : Analisis Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Te naga Kerja di Indonesia

Nama : Roni Akmal

NIM : H14103902

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Tony Irawan, M.App.Ec NIP. 19820306 200501 1 001

Mengetahui,

Ketua Departemen Ilmu Ekonomi

Dr. Ir. Dedi Budiman Hakim, M.Ec NIP. 19641022 198903 1 003

(15)

PERNYATAAN

DENGAN INI SAYA MENYATAKAN BAHWA SKRIPSI INI ADALAH BENAR-BENAR HASIL KARYA SAYA SENDIRI YANG BELUM PERNAH DIGUNAKAN SEBAGAI SKRIPSI ATAU KARYA ILMIAH PADA PERGURUAN TINGGI ATAU LEMBAGA MANAPUN.

Bogor, Januari 2010

(16)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di kota Metropolitan, Jakarta, Provinsi DKI Jakarta pada tanggal 14 Februari 1985, sebagai anak bungsu dari dua bersaudara. Penulis lahir dari pasangan Bapak H. Suryadi MS dan Ibu Yusnar.

Penulis menyelesaikan pendidikan tingkat kanak-kanak di TK Aisiyah 27, Jakarta (1990-1991), SD Muhammadiyah 3 Matraman, Jakarta (1991-1997), SLTP Negeri 7 Jakarta (1997-2000), dan SMA Negeri 31 Jakarta (2000-2003). Pada Tahun 2003 penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Teknologi Pangan dan Gizi, Institut Pertanian Bogor melalui jalur USMI. Dikarenakan satu dan lain hal, penulis mengajukan permohonan pindah departemen ke Departemen Ilmu Ekonomi dan pada tahun 2006 tepatnya semester genap, penulis diterima sebagai mahasiswa Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

(17)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan nikmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian skripsinya yang berjudul “Analisis Faktor- faktor yang Mempengaruhi

Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia”.

Penelitian ini bertujuan memberikan gambaran umum kondisi ketenegakerjaan di Indonesia serta menganalisis faktor- faktor yang mempengaruhinya selama tahun 2003 hingga 2007. Penelitian ini disusun sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada Departemen Ilmu Ekonomi, Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Penulis mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada semua pihak yang telah memberikan bantuan dan dukungannya selama proses pengerjaan skripsi ini. Ucapan terima kasih ini penulis tujukan kepada :

1. Bapak Tony Irawan, M.App.Ec selaku dosen pembimbing skripsi yang telah banyak memberikan bimbingan dan arahannya selama proses penelitian dan penyusunan skripsi.

2. Ibu Dr. Lukytawati selaku dosen penguji utama dan Ibu Dr. Wiwiek Rindayati selaku dosen penguji komisi pendidikan yang telah berkenan memberikan saran, masukan, dan koreksi dalam perbaikan skripsi.

3. Bapak Syamsul Hidayat Pasaribu, M.Si selaku dosen pembimbing akademik atas arahan dan bimbingan yang telah diberikan.

4. Para dosen dan pegawai Departemen Ilmu Ekonomi yang telah memberikan pengajaran dan pelayanan terbaiknya selama penulis duduk di bangku kuliah. 5. Instansi dan para pegawai dari BPS, BKPM, DEPNAKERTRANS dan

Perpustakaan LSI IPB yang telah memudahkan penulis dalam mencari sumber data dan literatur penelitian.

(18)

7. Para guru pembimbing spiritual dan saudara-suadara seperguruan yang telah memberikan pencerahan dan ukhuwahnya.

8. Kawan-kawan penghuni Wisma Madani, Pondok Al-Ihsan dan Al-Ikhwan atas keceriaan dan jalinan persaudaraannya.

9. Halida, Iqbal, Melput, Nidia, Aulia, Fitra dan Anriani yang telah membantu secara langsung dalam penelitian ini serta seluruh kawan-kawan yang telah hadir pada seminar skripsi penulis.

10.Kawan-kawan seperjuangan selama di IPB yang telah benyak memberikan inspirasi, nasihat, dan dukungan tiada henti (Mas Ibot, Mas Acang, Mba Desi, Indah, Rio, Linda, Rinrin, Nora, Ai, Andri, Ade, Duta, Ikhsan, Nazrul, Fuji, Ratna, Rifi, Ute, Ncun, Mila, Fury, Mut, TNT 40, Kolak, Ghirotulfataa, DPM TPB 2003-2004, DPM FEM 2006-2007, BPF dan Bangwil 2008, serta Sabil dan Litbang 2009).

11.Kawan-kawan IE 40-43 terutama Agung, Irwan, Adit, Dika, Abi, Anwar, Ela, Naufal, Rian, Fakhrul dan Fazlur yang selalu ada menemani dan menyemangati saat perkuliahan.

12.Semua Anak-anak FEM 40-43 yang pernah kenal, berinteraksi, berbagi suka dan duka. Salam FEM dahsyat.

13.Seluruh pihak yang tak dapat disebutkan satu per satu yang dengan ikhlas dan tulus telah membantu penulis menyelesaikan skripsi ini. Semoga semua mendapat balasan yang terbaik dari-Nya.

Pada akhirnya penulis berharap agar karya ini bisa memberikan manfaat bagi penulis pribadi khususnya dan seluruh pihak umumnya yang memerlukan.

Bogor, Januari 2010

(19)

DAFTAR ISI

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PENELITIAN ... 7

2.1. Pengertian Tenaga Kerja ... 7

2.2. Penyerapan Tenaga Kerja ... 9

2.3. Teori Permintaan Tenaga Kerja ... 11

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja ... 14

2.5. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)... 15

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 17

(20)

3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji-F) ... 38

3.5.2. Uji Statistik untuk Masing- masing Variabel (Uji- t) ... 39

3.5.3. Koefisien Determinasi (R2) ... 40

3.6. Uji pelanggaran Asumsi ... 41

3.6.1. Multikolinearitas ... 41

3.6.2. Autokorelasi ... 42

3.6.3. Heteroskedastisitas ... 42

IV. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 44

4.1. Gambaran Umum Perekonomian Indonesia ... 44

4.2. Gambaran Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia ... 48

4.3. Hasil Analisis Model Regresi ... 54

4.3.1. Uji Statistik ... 54

4.3.2. Uji Pelanggaran Asumsi ... 56

4.4. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja ... 57

V. Kesimpulan dan Saran ... 62

5.1. Kesimpulan ... 62

5.2. Saran ... 63

DAFTAR PUSTAKA ... 64

(21)

DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

1.1 Jumlah Penduduk bekerja Menurut Lapangan Usaha ... 3

1.2. Data Kondisi Ketenagakerjaan di Indonesia, 2003-2007... 4

2.1. Pertumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pengangguran ... 26

3.1. Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya ... 42

4.1. Kondisi Perekonomian Indonesia Tahun 2003-2007 ... 47

4.2. Penyerapan Tenaga Kerja di 20 Propinsi di Indonesia ... 48

4.3. Hasil Estimasi Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja di Indonesia Tahun 2003-2007 ... 54

(22)

DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

2.1. Diagram Ketenagakerjaan ... 8 2.2. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap ... 12 2.3. Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun... 14 2.4. Kekakuan Upah Menyebabkan Pengangguran Struktural ... 16 2.5. Kerangka Pemikiran Penelitian ... 28 4.1. Grafik Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja di 20 Propinsi di Indonesia ... 53 4.2. Grafik Penduduk Usia 15 Tahun ke Atas, Bekerja Berdasarkan Tingkat

(23)

DAFTAR LAMPIRAN

Nomor Halaman

(24)

I. PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Bidang ketenagakerjaan merupakan salah satu hal yang sangat esensial dalam usaha memajukan perekonomian bangsa. Usaha yang dimaksud dalam bidang ini adalah penyediaan lapangan kerja yang cukup untuk dapat mengimbangi pertambahan angkatan kerja yang masuk ke pasar kerja. Kesempatan kerja, kuantitas, serta kualitas tenaga kerja menjadi indikator penting dalam pembangunan ekonomi karena mempunyai fungsi yang menentukan dalam pembangunan, yaitu : (1) tenaga kerja sebagai sumber daya untuk menjalankan proses produksi serta distribusi barang dan jasa, dan (2) tenaga kerja sebagai sasaran untuk menghidupkan dan mengembangkan pasar. Kedua fungsi tersebut memungkinkan berlangsungnya pertumbuhan ekonomi secara terus- menerus dalam jangka panjang, atau dapat dikatakan bahwa tenaga kerja merupakan motor penggerak dalam pembangunan (Suroto, 1992).

(25)

Kesempatan kerja dapat juga diartikan sebagai permintaan terhadap tenaga kerja di pasar tenaga kerja (demand for labour force), oleh karena itu kesempatan kerja sama dengan jumlah lowongan kerja yang tersedia di dunia kerja. Tentunya semakin meningkat kegiatan pembangunan akan semakin banyak kesempatan kerja yang tersedia. Hal ini menjadi sangat penting karena semakin besar kesempatan kerja bagi tenaga kerja maka kemajuan kegiatan ekonomi masyarakat akan semakin baik, dan sebaliknya.

(26)

Tabel 1.1 Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (dalam ribu

(27)

1.2. Perumusan Masalah

Permasalahan paling pokok dalam ketenagakerjaan Indonesia terletak pada tingkat kesempatan kerja. Adanya ketidakseimbangan antara peningkatan penduduk usia kerja dengan ketersediaan kesempatan kerja akan menimbulkan

gap yang disebut pengangguran. Pengangguran inilah pada akhirnya akan membawa dampak ketidakstabilan ekonomi yang nantinya bisa berimbas kepada ketidakstabilan di bidang kehidupan lainnya. Kondisi ketenagakerjaan Indonesia dapat dilihat dari Tabel 1.2.

Tabel 1.2 Data Kondisi Ketenagakerjaan di Indonesia, 2003-2007 (dalam juta jiwa)

J ENIS KEGIATAN 2003 2004 2005 2006 2007

PENDUDUK USIA KERJA 150,9 153,92 158,49 160,81 164,12

Tercatat pada tahun 2007 terdapat 164,12 juta jiwa penduduk yang berada pada usia kerja1). Namun di sisi lain, jumlah penduduk yang bekerja pada tahun yang sama adalah sebanyak 99,93 juta jiwa. Data jumlah penduduk yang bekerja ini pun masih termasuk mereka yang bekerja pada usia di luar usia kerja (15 tahun ke bawah). Tingkat pengangguran (pengangguran terbuka) yang terjadi pada tahun ini adalah sebesar 9,1 juta jiwa dengan tingkat persentase kesempatan kerja sebesar 90,90%. Walaupun kesempatan kerja yang tersedia pada dua tahun

1)

(28)

terakhir selalu mengalami kenaikan tetapi jika dilihat jumlah pengangguran terbuka pada tahun yang sama rata-rata sebesar 9,7 persen. Untuk tingkat pengangguran jumlah ini tergolong relatif besar bahkan jumlah ini belum mampu mendekati tingkat pengangguran sebelum krisis terjadi yaitu sekitar 5,5 persen.

Dari Tabel 1.2 juga dapat diperhatikan bahwa dari tahun ke tahun selama kurun waktu 2003-2007 penduduk usia kerja dan angkatan kerja selalu mengalami peningkatan dengan rata-rata sebesar 2,12 persen untuk penduduk usia kerja dan 1,76 persen untuk angkatan kerja. Sedangkan jumlah kesempatan kerja yang tersedia selalu berada di bawahnya terutama bila dibandingkan dengan jumlah angkatan kerja. Tampak bahwa penyerapan tenaga kerja Indonesia dalam kurun waktu tersebut masih rendah. Kondisi ini tentunya akan menciptakan gap antara angkatan kerja dengan kesempatan kerja yang tersedia sehingga pengangguran akan senantiasa ada dan menjadi masalah yang harus terus dicari pemecahannya untuk diminimalisir jumlahnya setiap tahun.

Berdasarkan fakta dan uraian di atas khususnya terkait dengan upaya mengatasi tingkat pengangguran dalam bidang ketenagakerjaan dapat dirumuskan beberapa permasalahan sebagai berikut :

1. Bagaimanakah gambaran kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia? 2. Faktor-faktor apa sajakah yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di

(29)

1.3. Tujuan Penelitian

Berdasarkan latar belakang dan perumusan masalah di atas, maka tujuan penelitian ini adalah :

1. Mengetahui gambaran kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di Indonesia.

1.4. Manfaat Penelitian

Penelitian ini diharapkan dapat memberikan informasi kepada pemerintah Indonesia mengenai kondisi penyerapan tenaga kerja di Indonesia selama tahun 2003-2007 sehingga dapat dijadikan acuan perumusan dan pengambilan keputusan untuk menentukan kebijakan dalam rangka mengatasi permasalahan ketenagakerjaan. Selain itu penelitian ini juga dapat dijadikan sebagai sumber pengetahuan tambahan bagi masyarakat dan sebagai bahan kepustakaan bagi penelitian lebih lanjut.

1.5. Ruang Lingkup Penelitian

(30)

II. TINJAUAN PUSTAKA DAN KERANGKA PEMIKIRAN

2.1. Pengertian Tenaga Kerja

Menurut Undang-undang No. 13 Tahun 2003 Pasal 1, tenaga kerja adalah tiap orang yang mampu melaksanakan pekerjaan baik di dalam maupun di luar hubungan kerja guna menghasilkan barang dan jasa untuk memenuhi kebutuhan masyarakat. Berdasarkan UU No. 25 tahun 2007 tentang ketenagakerjaan, ketetapan batas usia kerja penduduk Indonesia adalah 15 tahun.

Tenaga kerja atau yang disebut Penduduk Usia Kerja (PUK) terdiri dari angkatan kerja dan bukan angkatan kerja. Angkatan kerja mencakup penduduk yang bekerja dan yang sedang mencari pekerjaan. Penduduk yang bekerja dibagi menjadi dua, yaitu penduduk yang bekerja penuh dan setengah menganggur. Menurut BPS (2000), bekerja adalah kegiatan melakukan pekerjaan dengan tujuan memperoleh nafkah atau membantu memperoleh nafkah paling sedikit satu jam secara terus- menerus selama seminggu yang lalu. Sementara yang dimaksud dengan mencari pekerjaan adalah upaya yang dilakukan untuk memperoleh pekerjaan. Penduduk yang mencari pekerjaan dibagi menjadi penduduk yang pernah bekerja dan penduduk yang belum penuh bekerja.

(31)

Mengurus Rumah Tangga

Sekolah Lainnya Penduduk Usia Kerja

Mencari Kerja Bekerja

Belum Pernah Bekerja Pernah

Bekerja Bukan Angkatan Kerja Angkatan Kerja

Bekerja Penuh Setengah

Menganggur

sewaktu-waktu dapat masuk ke pasar kerja sehingga kelompok ini dapat juga disebut sebagai angkatan kerja potensial. Sektor formal didefinisikan sebagai usaha yang dimiliki badan usaha dengan memiliki tenaga kerja, sedangkan sektor informal adalah usaha yang dilakukan sendiri atau dibantu orang lain dan atau pekerja bebas serta pekerja yang tak dibayar. Pe nggolongan semua penduduk tersebut dapat dilihat pada diagram ketenagakerjaan (Gambar 2.1).

Sumber: DEPNAKERTRANS (2007)

(32)

Menurut Swastha (2000) dalam Subekti (2007) tenaga kerja dapat dibedakan sesuai dengan fungsinya, yaitu :

a. Tenaga Kerja Eksekutif. Tenaga kerja ini mempunyai tugas dalam pengambilan keputusan dan melaksanakan fungsi organik manajemen, merencanakan, mengorganisasikan, mengarahkan, mengordinir dan mengawasi.

b. Tenaga Kerja Operatif. Jenis tenaga kerja ini adalah pelaksana yang melaksanakan tugas-tugas tertentu yang dibebankan kepadanya. Tenaga kerja operatif dibagi menjadi tiga yaitu:

Tenaga kerja terampil (skilled labour)

Tenaga kerja setengah terampil (semi skilled labour) Tenaga kerja tidak terampil (unskilled labour)

2.2. Penyerapan Tenaga Kerja

Kesempatan kerja adalah banyaknya orang yang dapat tertampung untuk bekerja pada suatu unit usaha atau lapangan pekerjaan (BPS, 2003). Kesempatan kerja ini akan menampung semua tenaga kerja apabila unit usaha atau lapangan pekerjaan yang tersedia mencukupi atau seimbang dengan banyaknya tenaga kerja yang ada. Adapun lapangan pekerjaan adalah bidang kegiatan usaha atau instansi di mana seseorang bekerja atau pernah bekerja.

(33)

berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang dan jasa karena barang dan jasa tersebut memberikan kepuasan kepadanya. Sementara pengusaha mempekerjakan seseorang karena orang tersebut membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan terhadap tenaga kerja bergantung pertambahan permintaan masyarakat akan barang dan jasa yang diproduksi. Permintaan tenaga kerja yang seperti itu dinamakan derived demand

(Simanjuntak, 1985).

Pengusaha memperkerjakan seseorang karena membantu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi. Di dalam menganalisis mengenai permintaan perlulah disadari perbedaan di antara istilah “permintaan” dan “jumlah

barang yang diminta”. Simanjuntak (1985) mendefinisikan yang dimaksud dengan permintaan adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah permintaan. Sedangkan jumlah yang diminta berarti banyaknya permintaan pada suatu tingkat harga tertentu.

(34)

Mengacu pada uraian di atas, maka diperoleh kesimpulan adanya perbedaan antara permintaan tenaga kerja dan jumlah tenaga kerja yang diminta atau dalam hal ini tenaga kerja yang diserap o leh sektor usaha tertentu di suatu wilayah. Permintaan tenaga kerja adalah keseluruhan hubungan antara berbagai tingkat upah dan jumlah tenaga kerja yang diminta untuk dipekerjaka n. Sedangkan jumlah tenaga kerja yang diminta lebih ditujukan pada kuantitas dan banyaknya permintaan tenaga kerja pada tingkat upah tertentu. Jadi yang dimaksud dengan penyerapan tenaga kerja dalam penelitian ini adalah jumlah atau banyaknya orang yang bekerja di berbagai sektor.

2.3. Teori Permintaan Tenaga Ke rja

Teori permintaan tenaga kerja adalah teori yang menjelaskan seberapa banyak suatu lapangan usaha akan mempekerjakan tenaga kerja dengan berbagai tingkat upah pada suatu periode tertentu. Permintaan pengusaha atas tenaga kerja berlainan dengan permintaan masyarakat terhadap barang dan jasa. Masyarakat membeli barang karena barang tersebut memberikan kegunaan kepada konsumen. Akan tetapi bagi pengusaha mempekerjakan seseorang bertujuan untuk memba ntu memproduksi barang dan jasa untuk dijual kepada masyarakat. Dengan kata lain, pertambahan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang diproduksinya. Oleh karena itu, permintaan akan tenaga kerja merupakan permintaan turunan.

(35)

pengusaha hanya dapat mengatur berapa jumlah tenaga kerja yang dapat dipekerjakan. Fungsi permintaan tenaga kerja didasarkan pada : (1) tambahan hasil marjinal, yaitu tambahan hasil (output) yang diperoleh dengan penambahan seorang pekerja atau istilah lainnya disebut Marjinal Physical Product dari tenaga kerja (MPPL), (2) penerimaan marjinal, yaitu jumlah uang yang akan diperoleh

pengusaha dengan tambahan hasil marjinal tersebut atau istilah lainnya disebut

Marginal Revenue (MR). Penerimaan marjinal di sini merupakan besarnya tambahan hasil marjinal dikalikan dengan harga per unit, sehingga MR = VMPPL

= MPPL. P, dan (3) biaya marjinal, yaitu jumlah biaya yang dikeluarkan

pengusaha dengan mempekerjakan tambahan seorang pekerja, dengan kata lain upah karyawan tersebut. Apabila tambahan penerimaan marjinal lebih besar dari biaya marjinal, maka mempekerjakan orang tersebut akan menambah keuntungan pemberi kerja, sehingga ia akan terus menambah jumlah pekerja selama MR lebih besar dari tingkat upah.

Upah

D1

W

DL = MPPL.P

VMPP

L* L1 Tenaga Ke rja Sumber : Bellante dan Jackson (1990)

Gambar 2.2 Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap

(36)

tenaga kerja. Peningkatan permintaan terhadap tenaga kerja tergantung dari pertambahan permintaan masyarakat terhadap barang yang dikonsumsinya. Semakin tinggi permintaan masyarakat akan barang tertentu, maka jumlah tenaga kerja yang diminta suatu lapangan usaha akan semakin meningkat dengan asumsi tingkat upah tetap (Gambar 2.2).

Peningkatan jumlah tenaga kerja dalam suatu lapangan usaha tidak dilakukan untuk jangka pendek, walaupun permintaan masyarakat terhadap produk yang dihasilkan tinggi. Dalam jangka pendek, pengusaha lebih mengoptimalkan jumlah tenaga kerja yang ada dengan penambahan jam kerja atau penggunaan mekanisasi, sedangkan dalam jangka panjang kenaikan jumlah permintaan masyarakat akan direspon dengan menambah jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan. Hal ini berarti terjadi peningkatan penyerapan tenaga kerja baru.

Pengusaha akan melakukan penyesuaian penggunaan tenaga kerja tergantung dari tingkat upahnya. Jika tingkat upah mengalami penurunan, maka pengusaha akan meningkatkan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan. Penurunan tingkat upah dapat dilihat pada Gambar 2.3. Kurva DL melukiskan besarnya nilai

hasil marjinal tenaga kerja (VMPPL) untuk setiap penggunaan tenaga kerja.

Dengan kata lain, menggambarkan hubungan antara tingka t upah (W) dan penggunaan tenaga kerja yang ditunjukkan oleh titik L1 dan L*. Pada Gambar 2.3

terlihat bahwa pada kondisi awal. tingkat upah berada pada W1 dan jumlah tenaga

kerja yang digunakan L1. Jika tingkat upah diturunkan menjadi W*, maka tenaga

(37)

Upah D1

W1

W* E

DL = VMPPL ( MPPL . P)

L1 L* Tenaga Kerja Sumber : Bellante dan Jackson (1990)

Gambar 2.3 Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Menurun

2.4. Tingkat Penyerapan Tenaga Kerja

Penyerapan tenaga kerja didefinisikan sebagai jumlah tenaga kerja yang terserap pada suatu sektor dalam waktu tertentu. Penyerapan tenaga kerja diturunkan dari fungsi produksi suatu aktivitas ekonomi. Produksi merupakan transformasi dari input atau masukan (faktor produksi) ke dalam output atau keluaran. Jika diasumsikan bahwa suatu proses produksi hanya menggunakan dua jenis faktor produksi yaitu tenaga kerja (L) dan modal (K), maka produksinya adalah:

Qt = f(Lt, Kt) ………... (2.1)

sedangkan persamaan keuntungan yang diperoleh suatu perusahaan menurut model Neoklasik adalah sebagai berikut:

πt = TR –TC ……… (2.2)

di mana:

TR = pt . Qt .…….………... (2.3)

(38)

Tenaga kerja (L) diukur dengan tingkat upah yang diberikan kepada pekerja (W) sedangkan untuk modal (K) diukur dengan tingkat suku bunga (r).

TC = rt Kt + Wt Lt ……… (2.4)

dengan mensubstitusi persamaan (1), (3), (4) ke persamaan (2) maka diperoleh : Wt Lt = pt . f(Lt, Kt) – rt Kt –πt ………..………. (2.5)

Lt = [pt . f(Lt, Kt)]/Wt – rt Kt/Wt –πt/Wt ……… (2.6)

di mana Lt adalah permintaan tenaga kerja, Wt adalah upah tenaga kerja, Pt adalah

harga jual barang per unit, Kt adalah Kapital (Investasi), rt adalah tingkat suku

bunga, dan Qt adalah output (PDRB). Semua variabel tersebut diukur pada waktu

tertentu.

Berdasarkan persamaan di atas dapat diketahui bahwa permintaan tenaga kerja (Lt) merupakan fungsi dari tingkat upah (W). Hukum permintaan tenaga

kerja pada hakekatnya adalah semakin rendah upah tenaga kerja maka semakin banyak permintaan tenaga kerja tersebut. Apabila upah yang diminta besar, maka pengusaha akan mencari tenaga kerja lain yang upahnya lebih rendah dari yang pertama. Hal ini karena dipengaruhi oleh banyak faktor, yang di antaranya adalah besarnya jumlah angkatan kerja yang masuk ke dalam pasar tenaga kerja, upah dan skill yang dimiliki oleh tenaga kerja tersebut.

2.5. Kekakuan Upah (Wage Rigidity)

(39)

upah menyebabkan pengangguran. Ketika upah riil berada di atas tingkat yang menyeimbangkan penawaran dan permintaan, jumlah tenaga kerja yang ditawarkan melebihi jumlah yang diminta. Perusahaan harus menjatah pekerjaan yang langka di antara para pekerja. Kekakuan upah riil mengurangi tingkat perolehan kerja dan mempertinggi tingkat pengangguran.

W

L1 L0

Sumber : Mankiw (2003)

Gambar 2.4 Kekakuan Upah Menyebabkan Pengangguran Struktural

Pengangguran yang disebabkan oleh kekakuan upah dan penjatahan pekerjaan disebut pengangguran struktural (Structural Unemployment). Para pekerja tidak dipekerjakan bukan karena mereka aktif mencari pekerjaan yang paling cocok dengan keahlian mereka, tetapi karena pada tingkat upah yang berlaku, penawaran tenaga kerja melebihi permintaannya. Para pekerja ini hanya menunggu pekerjaan yang akan tersedia (Mankiw, 2003).

Jumlah tenaga kerja yang dipekerjakan

(40)

2.6. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan Tenaga Kerja

Menurut Sumarsono (2003) dalam Subekti (2007), permintaan tenaga kerja berkaitan dengan jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan oleh suatu lapangan usaha. Faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja adalah tingkat upah, nilai produksi dan investasi. Perubahan pada faktor- faktor tersebut akan mempengaruhi jumlah tenaga kerja yang diserap suatu lapangan usaha.

Tingkat upah akan mempengaruhi tingkat biaya produksi. Apabila digunakan asumsi bahwa tingkat upah naik, maka akan terjadi hal- hal sebagai berikut :

a. Naiknya tingkat upah akan meningkatkan biaya produksi yang selanjutnya meningkatkan harga per unit barang yang diproduksi. Biasanya konsumen akan merespon cepat bila terjadi kenaikan harga barang, yaitu mengurangi konsumsi atau bahkan tidak lagi membeli barang yang bersangk utan. Akibatnya banyak barang yang tidak terjual dan terpaksa produsen menurunkan jumlah produksinya. Turunnya target produksi mengakibatkan berkurangnya tenaga kerja yang dibutuhkan. Turunnya jumlah kebutuhan tenaga kerja karena turunnya skala produksi disebut efek skala produksi atau scale effect.

(41)

Nicholson (1999) dalam teori Pasar Tenaga Kerja dan Dampak Upah Minimum menjelaskan bahwa tenaga kerja dalam perekonomian ditentukan oleh permintaan dan penawaran tenaga kerja. Keseimbangan mekanisme pasar kerja ini akan menghasilkan tingkat upah dan tenaga kerja keseimbangan. Kenaikan dalam penawaran tenaga kerja yang didorong oleh bertambahnya angkatan kerja akan menyebabkan penurunan dalam tingkat upah dan kenaikan dalam penyerapan tenaga kerja. Pergeseran keseimbangan pasar kerja ini didasarkan pada asumsi, jika sektor riil memiliki rencana untuk melakukan ekspansi p roduksi.

(42)

Nilai produksi adalah tingkat produksi atau keseluruhan jumlah barang yang merupakan hasil akhir proses produksi pada suatu unit usaha yang selanjutnya akan dijual atau sampai ke tangan konsumen. Apabila permintaan hasil produksi perusahaan atau industri meningkat, produsen cenderung untuk menambah kapasitas produksinya. Untuk maksud tersebut produsen akan menambah penggunaan tenaga kerjanya. Perubahan yang mempengaruhi permintaan hasil produksi, antara lain adalah naik turunnya permintaan pasar akan hasil produksi dari perusahaan yang bersangkutan, tercermin melalui besarnya volume produksi, dan harga barang-barang modal yaitu nilai mesin atau alat yang digunakan dalam proses produksi (Sudarsono, 1988 dalam Subekti, 2007).

Nilai output suatu daerah diperkirakan akan mengalami peningkatan hasil produksi dengan bertambahnya jumlah perusahaan yang memproduksi barang yang sama. Para pengusaha akan membutuhkan sejumlah uang yang akan diperoleh dengan tambahan perusahaan tersebut, de mikian juga dengan tenaga kerja. Perusahaan yang jumlahnya lebih besar akan menghasilkan output yang besar pula, sehingga semakin banyak jumlah perusahaan/unit yang berdiri maka akan semakin banyak kemungkinan untuk terjadi penamba han output produksi (Matz, 1990 dalam Subekti, 2007).

(43)

Lain halnya dengan Simanjuntak (1985) yang menyatakan bahwa pengusaha memperkerjakan seseorang karena itu membantu memproduksi barang/jasa untuk dijual kepada konsumen. Oleh karena itu, kenaikan permintaan pengusaha terhadap tenaga kerja, tergantung dari kenaikan permintaan masyarakat akan barang yang diproduksi.

Investasi dapat diartikan sebagai pengeluaran atau pembelanjaan penanaman-penanaman modal atau perusahaan untuk membeli barang-barang modal, mesin- mesin dan perlengkapan-perlengkapan produksi yang yang akan dioperasikan oleh tenaga manusia untuk menambah kemampuan memproduksi barang-barang dan jasa-jasa yang tersedia dalam perekonomian (Sukirno, 1997 dalam Subekti 2007). Sedangkan menurut Dumairy (1996) investasi adalah penambahan barang modal secara neto positif. Seseorang yang membeli barang modal tetapi ditujukan untuk mengganti barang modal yang telah mengalami kerusakan dalam proses produksi bukanlah merupakan investasi, tetapi disebut dengan pembelian barang modal untuk mengganti (replacement). Pembelian barang modal ini merupakan investasi pada waktu yang akan datang.

(44)

Sebagaimana yang telah dijelaskan bahwa investasi merupakan salah satu faktor yang mempengaruhi permintaan tenaga kerja, maka investasi memiliki peran yang sangat penting dalam pembangunan nasional, khususnya untuk mendorong pertumbuhan ekonomi. Investasi merupakan salah satu komponen dari pembentukan pendapatan nasional atau PDB, sehingga pertumbuhan investasi akan berdampak pada pertumbuhan pendapatan nasional. Dengan memperhitungkan efek pengganda, maka besarnya persentase pertumbuhan ekonomi yang ditimbulkan menjadi lebih besar dari besarnya persentase pertumbuhan investasi (Mankiw, 2003).

Nilai investasi ini ditetapkan atas dasar nilai atau harga dari kondisi mesin dan peralatan pada saat pembelian. Menurut Sukirno (1997) dalam Subekti (2007) usaha untuk mencatat nilai penanaman modal yang dilakukan dalam suatu tahun tertentu yang digolongkan sebagai investasi atau penanaman modal meliputi pengeluaran atau pembelanjaan sebagai berikut :

a. Pembelanjaan pokok berbagai jenis barang modal yaitu mesin dan peralatan produksi lainnya untuk mendirikan berbagai jenis industri dan perusahaan. b. Pembelanjaan penunjang untuk membangun rumah tempat tinggal,

bangunan kantor, bangunan pabrik dan lainnya.

(45)

peranannya dalam menentukan tingkat investasi yang dilakukan oleh para pengusaha. Selain sebagai harapan di masa depan untuk memperoleh keuntungan, terdapat beberapa faktor yang akan menentukan tingkat investasi yang akan dilakukan oleh penanam modal dalam suatu perekonomian. Faktor-faktor tersebut adalah :

a. Tingkat keuntungan investasi yang diramalkan akan diperoleh. b. Tingkat bunga.

c. Ramalan mengenai keadaan ekonomi dimasa akan datang. d. Tingkat pendapatan nasional dan perubahan-perubahannya. e. Keuntungan yang diperoleh perusahaan.

Investasi membutuhkan stabilitas di bidang hukum, politik, ekonomi, sosial, budaya dan keamanan. Kepastian di bidang hukum akan memberikan kemudahan bagi perkembangan ekonomi dan membantu para pelaku usaha dalam mengambil keputusan ekonomi. Semakin besar tingkat kepastian, maka semakin memungkinkan suatu perusahaan untuk melakukan investasi baik dalam skala rendah, menengah bahkan skala tinggi. Begitu pula sebaliknya, kecilnya tingkat kepastian akan mengakibatkan kurangnya investasi.

2.7. Penelitian Terdahulu

(46)

Respon kesempatan kerja terhadap pertumbuhan ekono mi bersifat elastis, sedangkan respon kesempatan kerja terhadap upah minimum bersifat inelastis, di mana kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 1 persen dengan asumsi tidak ada perubahan dalam upah minimum akan menyerap kesempatan kerja sebesar 0,2 persen, sedangkan kenaikan upah minimum sebesar 1 persen dapat meningkatkan kesempatan kerja sebesar 0,026 persen. Respon kesempatan kerja terhadap output yang bersifat sangat elastis terjadi di sektor industri dan sektor lainnya yang mencakup sektor listrik, gas dan air. Sedangkan respon kesempatan kerja di sektor jasa terhadap outputnya hanya memiliki sifat elastis. Respon kesempatan kerja terhadap upah minimum yang bersifat elastis terjadi di sektor pertanian, keuangan, dan sektor angkutan. Respon kesempatan kerja di sektor bangunan memiliki sifat yang sangat elastis. Respon kesempatan kerja terhadap suku bunga dengan sifat elastis terjadi di sektor pertanian, industri, jasa dan sektor lainnya.

(47)

Prihartanti (2007) dalam penelitiannya tentang faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor indus tri di kota Bogor dengan menggunakan analisis regresi linear berganda dengan metode OLS (Ordinary Least Squares) menyimpulkan bahwa pada kurun waktu tahun 1994 hingga 2005 faktor- faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja di kota Bogor adalah upah, investasi, PDRB riil, jumlah unit usaha, dan krisis ekonomi yang terjadi pada saat itu. Upah memberikan hasil yang negatif terhadap penyerapan tenaga kerja, hal ini berarti ketika terjadi peningkatan upah mengakibatkan penurunan jumlah tenaga kerja yang diserap. Investasi, PDRB, jumlah unit usaha, serta krisis memberikan pengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja. Hal ini menunjukkan bahwa setiap terjadi peningkatan pada variabel- variabel tersebut, maka akan meningkatkan penyerapan tenaga kerja pada sektor industri di kota Bogor.

(48)

yang berketerampilan rendah dan pekerja wanita, namun ada peningkatan pekerja yang ahli, terampil dan berpengalaman. Dampak-dampak ini khususnya tampak di perusahaan-perusahaan kecil. Di banyak negara berkembang, peningkatan jumlah para pekerja pemuda yang akan memasuki pasar tenaga kerja diseimbangkan.

Terakhir, berdasarkan penelitian dari lembaga peneliti SEMERU (2001) tentang dampak kebijakan upah minimum terhadap tingkat upah dan penyerapan tenaga kerja di daerah perkotaan Indonesia, kenaikan tingkat upah minimum akan mengurangi sebagian tenaga kerja untuk digantikan dengan pekerja kerah putih. Hal ini juga menunjukkan bahwa setelah adanya kenaikan upah minimum perusahaan mengubah proses produksi yang padat tenaga kerja dengan proses produksi yang lebih padat modal dan lebih menuntut keterampilan. Karena adanya saling keterkaitan antara modal dan keterampilan, maka proporsi pekerja kerah putih yang lebih tinggi menandai adanya pemanfaatan teknologi yang lebih padat modal.

2.8. Kerangka Pe mikiran Penelitian

(49)

Masalah ketenagakerjaan dalam pembangunan Indonesia hingga kini masih merupakan tantangan yang harus dihadapi dan diselesaikan mengingat semakin meningkatnya jumlah angkatan kerja baru yang me masuki pasar kerja. Hal ini berkaitan dengan upaya penyediaan dan penciptaan lapangan kerja baru, peningkatan mut u tenaga kerja serta upaya perlindungan tenaga kerja. Masalah ketenagakerjaan di Indonesia sangat besar dan ko mpleks. Besar, karena menyangkut jutaan jiwa, dan kompleks, karena masalahnya mempengaruhi sekaligus dipengaruhi o leh banyak faktor yang saling berinteraksi mengikut i pola yang tidak selalu mudah unt uk dipahami.

Masalah ketenagakerjaan yang paling mendasar adalah jumlah ketersediaan lapangan kerja tidak cukup untuk menampung jumlah angkatan kerja yang ada. Masalah inilah yang senant iasa terjadi di Indonesia. Fakta ini menunjukkan tekanan kuat dala m sis i penyediaan tenaga kerja. Di s isi la in, pertumbuhan ekonomi secara nasiona l masih terlalu rendah. Kondisi pertumbuhan ekonomi dan kaitannya dengan pengangguran pada masa setelah kris is, yakni tahun 2003-2007 dapat dilihat pada Tabel 2.1.

Tabel 2.1 Pe rtumbuhan Ekonomi dan Tingkat Pe ngangguran

Sumber: Laporan BI (2003-2007)

Tahun Pertumbuhan PDB (%) Pengangguran Terbuka (%)

2003 4,7 9,5

2004 5,0 9,4

2005 5,7 10,8

2006 5,5 10,3

(50)

Kesimpulan ya ng dapat dia mbil berdasarkan Tabel 2.1 adalah walaupun pada tahun 2003- 2005 tingkat pertumbuhan ekonomi terus menga lami kenaikan, namun tidak selamanya diikut i dengan penurunan jumlah pengangguran. Pada tahun 2005 kenaikan pertumbuhan ekonomi sebesar 0,3 persen dari tahun 2004 justru malah d iikuti dengan kenaikan jumlah pengangguran terbuka. Pada tahun 2006 terjadi penurunan pertumbuhan ekonomi dari 5,7 persen menjadi 5,5 persen dan diikuti penurunan tingkat pengangguran terbuka sebanyak 0,8 pe rsen dari 11,1 persen hingga mencapai 10,3 persen. Walaupun demikian t ingkat pengangguran terbuka ini masih relat if lebih tinggi dibandingkan dengan periode sebelum kris is yang rata-rata mencapai 5,5 persen (Bank Indonesia, 2006).

(51)

Gambar 2.5 Kerangka Pe mikiran Penelitian

Gambar 2.5 menejelaskan tentang alur penelitian. Penelitian ini di awali dengan memaparkan permasalahan utama dalam ketenagakerjaan di indonesia, yaitu pengangguran. Selanjutnya penelitian dilanjutkan dengan membaginya menjadi dua fokus tujuan, yaitu : (1) mengga mbarkan kondisi penyerapan tenaga kerja di beberapa propinsi di Indonesia untuk mengetahui variasi dan karakterisitik penyerapan tenaga kerja di propinsi-propinsi tersebut, dan (2) analisis terhadap faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja. Dari hasil kedua tujuan tersebut akan diambil kesimpulan dan saran sebagai masukan bagi kebijakan ketenagakerjaan di Indonesia di masa yang akan datang.

Masalah Ketenagakerjaan Indonesia 2003-2007: Tingginya Tingkat Pengangguran

Faktor-faktor yang Mempengaruhi Penyerapan

Tenaga Kerja

Investasi riil PDRB

riil

Analisis Regresi Panel Data

Implikasi Kebijakan

UMP riil Gambaran Kondisi

(52)

III. METODE PENELITIAN

3.1. Jenis dan Sumbe r Data

Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder. Data sekunder berupa data panel, yaitu data yang terdiri dari dua bagian : (1) time series dan (2) cross section. Data time series yang digunakan adalah data tahunan selama lima tahun yaitu tahun 2003-2007, sedangkan data cross section sebanyak dua puluh yang menunjukkan jumlah propinsi di Indonesia yang diteliti. Dua puluh propinsi tersebut adalah Sumatera Utara, Sumatera Barat, Riau, Jambi, Sumatera Selatan, Lampung, DKI Jakarta, Jawa Barat, Jawa Tengah, DI Yogyakarta, Jawa Timur, Banten, Bali, Nusa Tenggara Barat, Kalimantan Barat, Kalimantan Tengah, Kalimantan Selatan, Ka limantan Timur, Sulawesi Utara, dan Papua. Adapun variabel- variabel ekonomi yang digunakan adalah jumlah tenaga kerja, PDRB riil, UMP riil dan investasi riil yang terdiri dari PMDN dan PMA.

Sumber data diperoleh dari berbagai instansi dan media terkait yang dengan data yang dibutuhkan dalam penelitian ini. Adapun instansi dan media yang dimaksud adalah BPS, DEPNAKERTRANS, BKPM, perpustakaan, artikel dan internet.

3.2. Metode Analisis Data

(53)

3.2.1. Regresi Panel Data

Data panel (pooled data) atau disebut juga data longitudinal merupakan gabungan antara data cross section dan data time series. Data cross section adalah data yang dikumpulkan dalam satu waktu terhadap banyak individu, sedangkan data time series adalah data yang dikumpulkan dari waktu ke waktu terhadap suatu individu (Gujarati, 2003).

Banyak alasan mengapa penggunaan data panel lebih baik pada mode l-model regresi dibandingkan data time series atau crosss section, di antaranya menurut Baltagi (2008) adalah :

1. Bila data panel berhubungan dengan individu, perusahaan, negara, daerah, dan lain- lain pada waktu tertentu, maka data tersebut heterogen. Teknik penaksiran data panel yang heterogen secara eksplisit dapat dipertimbangkan dalam perhitungan.

2. Kombinasi data time series dan cross section memberikan informasi lebih lengkap, beragam, kurang berkorelasi antar variabel, derajat bebas lebih besar dan lebih efisien.

3. Studi data panel lebih memuaskan untuk menentukan perubahan dinamis dibandingkan studi berulang-berulang dari cross section.

4. Data panel lebih baik mendeteksi dan mengukur efek yang secara sederhana tidak dapat diukur oleh data time series atau cross section.

(54)

6. Data panel dapat meminimalkan bias yang dihasilkan oleh agregasi individu atas perusahaan karena unit data lebih banyak.

Estimasi model pada penelitian ini menggunakan dua metode, yaitu metode efek tetap (fixed effect) dan metode efek acak (random effect) (Gujarati, 2003). Kedua metode tersebut akan dipilih yang sesuai dengan menggunakan uji

Hausman. Hasil pengujian terhadap kedua metode yang telah dilakukan pada estimasi model menunjukkan bahwa metode yang tepat untuk penelitian ini adalah

fixed effect.

3.2.2. Metode Fixed Effect

(55)

yit= αi + xjitβj +

Dengan menggunakan pendekatan ini, akan terjadi degree of freedom

sebesar NT N K. Pertimbangan pemilihan pendekatan yang digunakan ini didekati dengan menggunakan statistik F yang berusaha memperbandingkan antara nilai jumlah kuadrat error dari proses pendugaan dengan metode kuadrat terkecil dan efek tetap yang telah memasukkan variabel boneka. Secara umum

dimana ESS1 dan ESS2 adalah jumlah kuadrat sisa dengan menggunakan metode

(56)

3.2.3. Metode Random Effect

Metode efek acak memasukkan parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu ke dalam error. Hal inilah yang membuat model efek juga disebut model komponen error (error component model). Penggunaan model efek acak ini dapat menghemat pemakaian derajat kebebasan dan tidak mengurangi jumlahnya seperti yang dilakukan pada model efek tetap. Hal ini berimplikasi parameter yang merupakan hasil estimasi akan menjadi semakin efisien.

Keputusan untuk memasukkan variabel boneka dalam model efek tetap tak dapat dipungkiri akan dapat menimbulkan konsekuensi (trade off). Penambahan variabel boneka ini akan dapat mengurangi banyaknya derajat kebebasan (degree of freedom) yang pada akhirnya akan mengurangi efisiensi dari parameter yang diestimasi. Berkaitan dengan hal ini, dalam model data panel dikenal pendekatan ketiga yaitu model random effect (efek acak). Dalam model efek acak, parameter-parameter yang berbeda antar daerah maupun antar waktu dimasukkan ke dalam

error. Karena hal inilah, model efek acak juga disebut model komponen error

(error component model). Bentuk model acak dijelaskan pada persamaan berikut ini :

Yit= αit + xjitβj + uit …….………….……….(3.3)

Di mana αit diasumsikan sebagai variabel random dari rata-rata nilai intersep (αi).

Nilai intersep untuk masing- masing individu dapat dituliskan :

(57)

Di mana αi adalah rata-rata intersep, it adalah random error (yang tidak bisa

diamati) yang mengukur perbedaan karakteristik masing- masing individu. Model efek acak ini kemudian dapat ditulis dengan rumus :

Yit= αit + xjitβj +εit + uit …………………..(3.5)

Yit= αit + xjitβj + ωit……….…………..(3.6)

Di mana :

ωit= εit + uit ...(3.7)

Bentuk ωit terdiri dari komponen error term yaitu it sebagai komponen cross

section dan uit yang merupakan gabungan dari komponen time series error dan

komponen error kombinasi. Model efek acak akhirnya dapat ditulis dengan persamaan :

Yit= αit + xjitβj + ωit………..(3.8)

ωit = εi + vt + wit……….(3.9)

Di mana

εi ~ ζ(0, u2) = komponen cross section error

vt ~ ζ(0, v2) = komponen time series error

wit ~ ζ(0, w2) = komponen error kombinasi

(58)

Namun disamping dengan menggunakan uji Hausman, terdapat beberapa pertimbangan untuk memilih apakah akan menggunakan fixed effect atau random effect. Apabila diasumsikan bahwa i dan variabel bebas X berkorelasi, maka fixed

effect lebih cocok untuk dipilih. Sebaliknya, apabila i dan variabel bebas X tidak

berkorelasi, maka random effect yang lebih baik untuk dipilih. Beberapa pertimbangan yang dapat dijadikan acuan untuk memilih antara fixed effect atau

random effect adalah :

1. Bila T (banyaknya unit time series) besar sedangkan N (jumlah unit cross section) kecil, maka hasil fixed effect dan random effect tidak jauh berbeda sehingga dapat dipilih pendekatan yang lebih mudah untuk dihitung yait u

fixed effect model.

2. Bila N besar dan T kecil, maka hasil estimasi kedua pendekatan akan berbeda jauh. Sehingga apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian diambil secara acak (random) maka random effect harus digunakan. Sebaliknya apabila diyakini bahwa unit cross section yang dipilih dalam penelitian tidak diambil secara acak, maka harus meggunakan fixed effect.

3. Apabila komponen error individual ( i) berkorelasi dengan variabel bebas X

maka parameter yang diperoleh dengan random effect akan bias sementara parameter yang diperoleh dengan fixed effect tidak bias

(59)

3.2.4. Uji Kesesuaian Model

Pada penelitian ini, uji kesesuaian model dari kedua metode pada teknik estimasi panel data dapat dilakukan dengan menggunakan Hausman Test.

Hausman Test adalah pengujian statistik sebagai dasar pertimbangan kita dalam memilih apakah menggunakan model fixed effect atau model random effect. Seperti yang diketahui bahwa penggunaan model fixed effect mengandung suatu unsure trade off yaitu hilangnya derajat kebebasan dengan memasukkan variabel

dummy. Namun, penggunaan metode random effect juga harus memperhatikan ketiadaan pelanggaran asumsi dari setiap komponen galat. Pengujian ini dilakukan dengan hipotesa sebagai berikut :

H0 : Model Random Effect

H1 : Model Fixed Effect

Dasar penolakan hipotesa nol tersebut diperoleh dengan menggunakan pertimbangan statistik Chi-Square. Statistik Hausman dirumuskan dengan :

1

0 1

m b M M b ~ 2 K ………....(3.10)

di mana :

β = vektor statistik variabel fixed effect

b = vektor statistik variabel random effect

(M0) = matriks kovarian untuk dugaan model fixed effect

(M1) = matriks kovarian untuk dugaan model random effect

(60)

3.3. Perumusan Model Penelitian

Model umum yang digunakan dalam penelitian ini berdasarka n tinjauan teori terhadap fungsi ekonomi dari tingkat penyerapan tenaga kerja dan hasil studi dari Prihartanti (2007) yang menganalisis tentang faktor-faktor yang mempengaruhi penyerapan tenaga kerja sektor industri di kota Bogor. Model yang digunakan dalam penelitian ini adalah sebagai berikut :

TKit = α0 + β0 PDRBriilit+ β1 UMPriilit+ β2 INriilit + εit ………(3.11)

di mana :

TKit = Jumlah tenaga kerja Indonesia propinsi i pada tahun t (per satuan orang)

PDRBit = Nilai Produk Domestik Regional Bruto riil propinsi i pada tahun t (per

juta rupiah)

UMPit = Nilai Upah Minimum riil Propinsi i pada tahun t (per satu rupiah)

INit = Nilai Investasi riil propinsi i pada tahun t (per juta rupiah) it = Komponen error

3.4. Hipotesis Penelitian

Hipotesis dalam penelitian ini didasarkan pada persamaan model penelitian ini yaitu koefisien variabel PDRB (β0) > 0,koefisien variabel UMP (β1)

< 0. (β1), dan koefisien variabel investasi (β1) > 0. Variabel PDRB dan investasi

diduga berpengaruh positif terhadap penyerapan tenaga kerja, sedangkan variabel UMP diduga memberi pengaruh negatif terhadap penyerapan tenaga kerja.

3.5. Uji Hipotesis

(61)

ini adalah suatu nilai koefisien regresi yang secara signifikan tidak sama dengan nol. Jika koefisien slope sama dengan nol, berarti dapat dikatakan bahwa tidak cukup bukti untuk menyatakan variabel bebas mempunyai pengaruh terhadap variabel terikat. Oleh karena itu, untuk kepentingan tersebut semua koefisien regresi harus diuji. Ada dua jenis hipotesis terhadap regresi yang dapat dilakukan. Pertama disebut dengan uji-F, yaitu digunakan untuk menguji koefisien (slope) regresi secara bersama-sama. Kedua disebut dengan uji-t yang digunakan untuk menguji koefisien regresi termasuk intercept secara individu.

3.5.1. Uji Statistik Model Penduga (Uji-F)

Uji ini dilakukan untuk mengetahui apakah semua variabel bebas dalam model secara bersamaan berpengaruh terhadap variabel terikat. Pengujian dilakukan dengan menggunakan uji-F yaitu perbandingan nilai kritis F dengan nilai hasil F- hitung. Pengujian pengaruh variabel bebas terhadap variabel terikat dilakukan melalui pengujian besar perubahan variabel terikat yang dapat dijelaskan oleh perubahan nilai semua variabel bebas. Analisis pengujian tersebut adalah sebagai berikut :

Perumusan Hipotesis :

H0 : β1 = β2 = β3 = βk = 0

H1 : εinimal ada satu nilai β yang tidak sama dengan nol.

Jika Fhitung > Ftabel di mana koefisien regresi berada di luar daerah penerimaan H0

maka tolak H0, artinya variabel bebas secara bersama-sama berpengaruh nyata

terhadap variabel terikatnya. Jika Fhitung < Ftabel maka terima H0, artinya variabel

(62)

3.5.2. Uji Statistik untuk Masing-masing Variabel (Uji-t)

Setelah melakukan uji koefisien regresi secara keseluruhan, maka langkah selanjutnya adalah menghitung koefisien regresi secara individu, yaitu pengujian hipotesis dari koefisien regresi masing- masing variabel secara parsial atau terpisah. Pengujian ini dikenal dengan sebutan uji-t. Nilai t-hitung digunakan untuk menguji apakah koefisien regresi dari masing- masing variabel bebas secara individu berpengaruh nyata atau tidak terhadap variabel terikatnya. Adapun analisis pengujiannya sebagai berikut:

Perumusan Hipotesis : H0 : βi = 0

H1 : βi ≠ 0 ; i = 0, 1, 2, …, k

k = koefisien slope

Berdasarkan hipotesis tersebut dapat terlihat arti dari pengujian yang dilakukan yaitu berdasarkan data yang tersedia, akan dilakukan pengujian

terhadap βi (koefisien regresi populasi), apakah sama dengan nol, yang berarti

variabel bebas tidak mempunyai pengaruh yang signifikan terhadap variabel terikat, atau tidak sama dengan nol yang berarti variabel bebas mempunyai pengaruh signifikan terhadap variabel terikat.

Penentuan nilai kritis pada penentuan hipotesis terhadap koefisien regresi dapat dilakukan dengan menggunakan tabel distribusi normal dan dengan

memperhatikan tingkat signifikansi (α) dan banyaknya sampel (n) yang

digunakan.

(63)

Menghitung nilai t-hitung koefisien variabel bebas :

...…..………..(3.13) dengan :

βi = Nilai koefisien regresi atau parameter variabel

Se (βi) = Simpangan baku untuk βi

Penerimaan atau penolakan H0 :

Jika thitung > tTabel maka tolak H0

Jika thitung < tTabel maka terima H0

Apabila keputusan yang diperoleh adalah tolak H0, maka koefisien βi tidak sama

dengan nol yang menunjukkan bahwa βi nyata atau memiliki nilai yang dapat

mempengaruhi nilai variabel terikat.

3.5.3. Koefisien Determinasi (R2)

Koefisien determinasi, yang dinotasikan dengan R2, sering secara informal digunakan sebagai statistik untuk kebaikan dari kesesuaian model (goodness of fit), mengukur berapa persentase variasi dalam peubah terikat mampu dijelaskan oleh informasi peubah bebas untuk membandingkan validitas hasil analisis model regresi (H1 benar) (Juanda, 2009). R2 menunjukkan besarnya pengaruh semua

variabel bebas terhadap variabel terikat. R2 memilih range antara 0 ≤ R2 ≤ 1. Jika

R2 bernilai 1 maka garis regresi menjelaskan 100 persen variasi dalam Y. Sedangkan jika R2 = 0 maka garis regresi tidak menjelaskan variasi dalam Y. Koefisien determinasi dirumuskan sebagai berikut :

(64)

di mana:

RSS = Jumlah Kuadrat Regresi TSS = Jumlah Kuadrat Total

Tidak tepatnya keberadaan titik-titik pada garis regresi disebabkan adanya faktor- faktor lain yang berpengaruh terhadap variabel bebas. Jika tidak ada penyimpangan tentu tidak akan ada error. bila itu terjadi, maka ESS = 0, yang berarti RSS = TSS atau R2 = 1. Dengan kata lain, semua titik observasi berada tepat di garis regresi. Jadi, TSS sesungguhnya adalah variasi dari data, sedangkan RSS adalah variasi dari garis regresi yang dibuat.

3.6. Uji Pelanggaran Asumsi

Uji pelanggaran asumsi dilakukan dalam rangka menghasilkan model yang efisien, visibel dan konsisten. Uji pelanggaran asumsi dilakukan dengan mendeteksi gangguan waktu (time-related disturbance), gangguan antara individu atau antar sektor ekonomi, dan gangguan akibat keduanya.

3.6.1. Multikolinearitas

(65)

3.6.2. Autokorelasi

Autokorelasi atau korelasi serial adalah suatu keadaan di mana kesalahan pengganggu dalam periode tertentu berkorelasi dengan kesalahan pengangu dari periode lainnya. Menurut Pyndick (1991) autokorelasi dapat mempengaruhi efisensi estimatornya. Untuk mendeteksi adanya autokorelasi atau korelasi serial adalah dengan melihat nilai Durbin Watson (DW) dalam Eviews. Menurut Juanda (2009) untuk mengetahui selang nilai statistik Durbin-Watson serta keputusannya dapat digunakan ketentuan sebagai berikut :

Tabel 3.1 Selang Nilai Statistik Durbin-Watson serta Keputusannya

Nilai DW Keputusan

4 – dL < DW < 4 Terdapat autokorelasi negatif 4 – dU < DW < 4 – dL Hasil t idak dapat ditentukan

2< DW < 4 – dU Tidak ada autokore lasi dU < DW < 2 Tidak ada autokore lasi DL < DW < dU Hasil t idak dapat ditentukan

0 < DW < dL Terdapat autokorelasi positif

Sumber : Winarno (2007)

3.6.3. Heteroskedastisitas

Heteroskedastisitas adalah suatu keadaan di mana varian dari suatu kesalahan pengganggu tidak konstan untuk semua variabel bebas, yaitu:

E(Xi, i) ≠ 0 ………(3.15)

Sehingga

Var( i) ≠ 2………..……….(3.16)

Hal ini merupakan pelanggaran salah satu asumsi tentang model regresi linear berdasarkan metode kuadrat terkecil. Salah satu asumsi yang digunakan dalam

regresi adalah bahwa Var( i) = 2, untuk semua , artinya untuk semua kesalahan

(66)

analisis data cross section, yaitu data yang menggambarkan keadaan pada suatu waktu tertentu. Jika pada model dijumpai heteroskedastisitas, maka model menjadi tidak efisien meskipun ada masalah heteroskedastisitas maka hasil regresi akan menjadi misleading (Gujarati, 2003).

Pendeteksian terhadap pelanggaran asumsi heteroskedastisitas dilakukan dengan White Heteroscedasticity dalam program Eviews. Dengan uji White, dibandingkan Obs* R-Squared dengan X (Chi-Squared) tabel. Jika nilai Obs* R-Squared lebih kecil daripada X (Chi-R-Squared) tabel, maka tidak ada heteroskedastisitas pada model data panel dalam Eviews.

Pengolahan data panel dalam Eviews 6.1 yang menggunakan metode

Gambar

Tabel 1.1  Jumlah Penduduk Bekerja Menurut Lapangan Usaha (dalam ribu jiwa)
Tabel 1.2  Data Kondisi Ketenagakerjaan di Indonesia, 2003-2007 (dalam juta jiwa)
Gambar 2.1  Diagram Ketenagakerjaan
Gambar 2.2  Permintaan Tenaga Kerja dengan Tingkat Upah Tetap
+7

Referensi

Dokumen terkait

Faktor- faktor tersebut meliputi PDRB, inflasi , pengeluaran pemerintah daerah, dan upah minimum kabupaten/kota.Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data

Data-data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder, yaitu data angkatan kerja yang bekerja di Provinsi Jawa Tengah, data inflasi, data pengeluaran

Apabila jumlah penyerapan tenaga kerja ini dikaitkan dengan tingkat inflasi yang terjadi di Sumatera Utara, maka dapat dilihat bahwa ada hubungan negatif antara

Dari hasil analisis dapat disimpulkan bahwa variabel penyerapan tenaga kerja, stasioner pada derajat 5%. Dan variabel produk domestik regional bruto, investasi dan upah

PDRB mempunyai pengaruh positif terhadap jumlah tenaga kerja yang terserap pada sektor industri kecil di Kabupaten Jember dengan asumsi bahwa dengan adanya

Hasil uji yang didapat dari perhitungan dengan bantuan program SPSS for windows versi 12 didapat bahwa tidak terjadi autokorelasi, heteroskedastisitas dan multikolinearitas dari

Dari hasil analisis regresi OLS dapat dijelaskan bahwa uji asumsi klasik meliputi uji multikolinearitas menunjukkan variabel investasi dan upah minimum provinsi tidak terdapat

Uji asumsi klasik dimaksudkan untuk mendeteksi apakah data sudah berdistribusi normal serta ada tidaknya multikolinearitas, heteroskedastisitas dan autokorelasi dalam