• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar di Sungai-sungai yang Berasal dari Gunung Salak

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar di Sungai-sungai yang Berasal dari Gunung Salak"

Copied!
32
0
0

Teks penuh

(1)

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI

YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI

YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI

YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

ABSTRAK

DALFIT. Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar di Sungai-sungai yang Berasal dari Gunung Salak. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan M. MUKHLIS KAMAL.

Sekitar 50 aliran sungai mengalir dari hulu Gunung Salak membentuk dua sungai utama yang melewati kota Bogor dan Jakarta, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Pengambilan sampel dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2012 pada 11 titik sampling di 7 sungai. Hasil sampling menemukan 6 ordo, 9 famili dan 13 spesies ikan. Sepuluh spesies merupakan ikan asli sedangkan 3 spesies ikan introduksi. Cypriniformes merupakan ordo paling dominan yang ditemukan di semua titik sampling. Ordo Cypriniformes terdiri dari 2 famili, yaitu Cyprinidae (Barbodes gonionotus, Rasbora aprotaenia, Puntius sp., dan Puntius binotatus) dan Balitoridae (Nemacheilus fasciatus). Ordo Siluriformes yang ditemukan terdiri dari 3 famili yaitu Clariidae (Clarias teijsmanni), Loricariidae (Hypostomus plecostomus), dan Sisoridae (Glyptothorax platypogon). Ordo Perciformes terdiri dari 1 famili Channidae (Channa striata), Ordo Beloniformes adalah famili Hemiramphidae (Dermogenys pusilla), Ordo Synbranchiformes adalah famili Mastacembelidae (Macrognathus maculatus), dan Ordo Cyprinodontiformes 2 spesies (Xiphophorus helleridanPoecilia reticulata).

Kata kunci: ikan, sungai, Gunung Salak, keanekaragaman

ABSTRACT

DALFIT. Diversity of Freshwater Fishes in the rivers from Salak Mountain. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and M. MUKHLIS KAMAL.

Approximately 50 river flow from Salak Mountain passed Bogor and Jakarta is Ciliwung and Cisadane river. Sampling period from January until March 2012, on 11 sampling sites of 7 rivers. We found 6 ordo, 9 family, and 13 species of fish. Ten species are native fish and 3 species are introduction fish. Cypriniformes are dominant ordo found at all sampling sites. Ordo Cypriniformes with 2 family, is Cyprinidae (Barbodes gonionotus, Rasbora aprotaenia, Puntius sp., and Puntius binotatus) and Balitoridae (Nemacheilus fasciatus). Ordo Siluriformes with 3 family, is Clariidae (Clarias teijsmanni), Loricariidae (Hypostomus plecostomus), and Sisoridae (Glyptothorax platypogon).Ordo Perciformes that found one family Channidae (Channa striata), Ordo Beloniformes found one family Hemiramphidae (Dermogenys pusilla), Ordo Synbranchiformes is family Mastacembelidae (Macrognathus maculatus), Ordo Cyprinodontiformes with 2 species (Xiphophorus helleri andPoecilia reticulata).

(3)

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI

SUNGAI-SUNGAI YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Judul Skripsi : Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar di Sungai-sungai yang Berasal dari

Gunung Salak

Nama

: Dalfit

NIM

: G34080026

Disetujui

Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si

Dr. Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc

Pembimbing I

Pembimbing II

Diketahui

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si

Ketua Departemen Biologi

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan hidayah-Nya sehingga dapat menyelesaikan karya ilmiah ini. Shalawat serta salam penulis sampaikan kepada Nabi Muhammad SAW. Penelitian ini dilaksanakan mulai bulan Januari hingga Mei sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar sarjana sains di Departemen Biologi, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Pertanian Bogor yang berjudul Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar di Sungai-sungai yang Berasal dari Gunung Salak.

Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Dr. Ir. Achmad Farajallah, M.Si dan Bapak Dr.Ir. M. Mukhlis Kamal, M.Sc selaku pembimbing, serta Ibu Dr. Ir. Sulistijorini, M.Si selaku penguji yang telah memberikan ilmu, pengarahan, dan bimbingannya kepada penulis. Ungkapan terima kasih juga disampaikan kepada keluarga tercinta, Ayah (Mansur), ibu (Sismarni), kakak (Rosmanina) dan suaminya (Erwin), dan kakak (Feni Aulia) atas segala doa yang tiada henti, kasih sayang, dan dukungannya. Penulis mengucapkan terima kasih kepada semua keluarga besar zoologi (mbak Tini, mbak Ani, ibu Kanthi, kak Eni, Delvi, Yanti, Anas, Agus, Adit, Lili) yang telah berbagi ilmu serta segala dukungannya, kepada sahabat seperjuangan (Hana, Nurul, Aida, Mangunah, Wulan, Nuril, dan Arbi) atas segala bantuan, nasehat, dan semangat yang selalu diberikan selama penelitian, dan kepada Dhyah Purnamasari yang telah menemani dan memberi semangat selama penelitian. Selain itu terima kasih kepada teman-teman Biologi angkatan 45 yang telah memberikan motivasi kepada penulis.

Semoga karya ilmiah ini bermanfaat dan menambah khasanah ilmu pengetahuan kita semua. Saran dan kritik yang membangun sangat penulis harapkan agar tulisan ini menjadi lebih baik.

Bogor, Juli 2012

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Payakumbuh pada tanggal 28 Januari 1990 dari Bapak Mansur dan Ibu Sismarni. Penulis merupakan anak ketiga dari tiga bersaudara.

Tahun 2008 penulis lulus dari SMA Negeri 1 Kecamatan Guguak dan melanjutkan pendidikan di Institut Pertanian Bogor, Fakultas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Departemen Biologi melalui jalur penerimaan Ujian Seleksi Masuk IPB (USMI).

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL ...viii

DAFTAR GAMBAR...viii

DAFTAR LAMPIRAN ...viii

PENDAHULUAN ... 1

BAHAN DAN METODE... 1

Waktu dan tempat ... 1

Penentuan titik sampling... 1

Pengamatan kondisi lingkungan ... 2

Identifikasi ikan ... 2

Analisis data... 2

HASIL ...3

Identifikasi ikan ... 3

Pengamatan kondisi lingkungan ... 6

PEMBAHASAN ... 7

SIMPULAN... 7

SARAN ...7

DAFTAR PUSTAKA...7

(8)

DAFTAR TABEL

1 Keanekaragaman jenis ikan hasil tangkapan di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak...3

2 Keanekaragaman ikan yang berhasil dikoleksi di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak ...4

3 Kondisi lingkungan habitat ikan di masing-masing sungai ...6

4 Indeks keanekaragaman dan keseragaman jenis pada masing-masing titik sampling ...6

DAFTAR GAMBAR

1 Lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak ... 2

2 Foto spesies ikan yang dikoleksi di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak...5

(9)

PENDAHULUAN

Sungai merupakan bentuk perairan mengalir dengan sumber air berasal dari presipitasi air hujan yang jatuh ke bumi. Sebagian mengalami evaporasi dan lainnya membentuk sungai (Reid 1961). Sungai dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian hulu dan bagian hilir. Bagian hulu dicirikan dengan volume air kecil, dangkal, berbatu-batu, suhu rendah dan organisme yang hidup terbatas, sedangkan bagian hilir dicirikan dengan volume air besar, arus lambat, dasar sungai berpasir sampai berlumpur, dan organisme yang hidup sangat beragam. Sungai-sungai yang berasal dari hulu Gunung Salak membentuk dua sungai utama yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Hasil alam yang paling utama dari sungai adalah ikan air tawar (Septiano 2006). Keanekaragaman ikan di perairan dapat mendeskripsikan tingkat kompleksitas ekosistem perairan. Indeks keanekaragaman biasa digunakan sebagai ukuran kondisi suatu ekosistem. Indeks keanekaragaman merupakan suatu nilai untuk mengetahui keanekaragaman kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah spesies dalam komunitas (Kottelatet al. 1993).

Beberapa sungai di Indonesia sudah tidak berfungsi lagi dengan baik karena adanya gangguan dari kegiatan masyarakat. Gangguan tersebut akan mempengaruhi sumberdaya alam, salah satunya adalah kehidupan ikan. Beberapa gangguan terhadap kondisi sungai di antaranya adalah pencemaran air, penangkapan ikan, dan perubahan habitat alami. Pencemaran air yang berpengaruh terhadap ikan sudah lama diketahui karena beberapa jenis sudah tidak ditemukan pada daerah-daerah sungai tertentu. Selain itu, penangkapan ikan yang berlebihan dengan menggunakan elektrofishing dan racun pada aliran sungai juga menyebabkan banyaknya ikan air tawar asli tidak ditemukan. Perubahan habitat alami pada aliran sungai seperti terjadinya gempa bumi dan perubahan aliran sungai juga mempengaruhi kehidupan ikan.

Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa diperkirakan terdapat 50.000 jenis ikan yang hidup diperairan seluruh dunia (Vida and Kotai 2006) dan hanya 22.000-25.000 jenis saja yang telah diberi nama dan dideskripsikan (Allen 2000; Gilbert and Williams 2002). Ikan yang ada di Indonesia diperkirakan sekitar 4000 jenis dan 800 diantaranya merupakan ikan air tawar dan payau (Djajadireja et al.1977). Menurut Kottelatet al.(1993), ada sekitar 900 jenis ikan air tawar baik bersifat hidup menetap atau sementara berada di kawasan Indonesia bagian barat dan Sulawesi. Penelitian fauna akuatik, khususnya ikan di wilayah perairan tawar Indonesia telah dimulai sejak tahun 1653 oleh Johannes Nieuhof yang menjadi perwakilan eksplorasi dan komisi diplomatik dari Nederlansche Oost-Indische Company di Timur jauh dan China. Sebagian besar koleksi Nieuhof dilakukan di Batavia (Jakarta) dan

sekitarnya, yang kemudian dilanjutkan oleh Pieter Bleeker yang memberikan kontribusi paling banyak terhadap penelitian ikan air tawar di Indonesia (Roberts 1989). Sampai awal pertengahan abad ke-20 telah tercatat 187 jenis ikan yang ditemukan di Sungai Ciliwung dan 135 jenis di Sungai Cisadane (Woworet al.2010).

Jauh setelah itu, antara tahun 1991-1992, dilaporkan 19 jenis ikan asli Sungai Ciliwung (Whittenet al. 1999). Rachmatika & Munim (2005) melaporkan adanya 60 jenis ikan yang berada di beberapa aliran sungai yang berasal dari Gunung Salak. Woworet al. (2010) juga melaporkan adanya 23 jenis ikan di Sungai Ciliwung yang terdiri atas 6 ordo dan 17 famili, dan 31 jenis ikan di Sungai Cisadane yang terdiri atas 5 ordo dan 18 famili. Penelitian yang dilakukan oleh Woworet al. (2010) yaitu berawal dari Kecamatan Ciseeng, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis ikan air tawar di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2012 di sungai yang berhulu dari Gunung Salak. Identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium Biomakro 2, Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan, FPIK danvoucher spesimen

disimpan di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penentuan titik sampling

Penentuan stasiun dilakukan dengan menandai titik sampling secara purposive, yaitu dipilih dengan sengaja pada suatu lokasi sungai berdasarkan kemudahan akses jalan dan pengambilan sampel. Koordinat titik sampling ditandai dengan bantuan GPS (Global Positioning System). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode road sampling ke arah hulu sungai untuk memudahkan penangkapan ikan. Road sampling adalah metode sampling dengan cara berjalan pada setiap titik sampling yang telah ditentukan (Ratti & Garton 1996).

Penangkapan ikan dilakukan dengan berbagai alat, antara lain electrofishing(12 Volt 10 A),hand net, danhand capture. Ikan hasil tangkapan difiksasi menggunakan alkohol 70%.

(10)

2

Sungai Pangaur dan anak Sungai Pangaur di Kecamatan Jasinga, Sungai Ciapus (1) di Sukamantri, Sungai Ciapus (2) di Desa Ciapus, anak Sungai Cibeubeur di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, dan Sungai Cipinang Gading (Lampiran 1).

Gambar 1 Peta lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak.

Pengamatan kondisi lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan pada setiap titik sampling dilakukan terhadap beberapa parameter air, antara lain kecerahan, pH, substrat, kedalaman, arus, dan lebar sungai. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan mengisi kuisioner Aquatic Ecology Habitat Data Sheet

(Hauer and Lamberti 2007) berdasarkan pengamatan disekitar titik pengamatan.

Identifikasi ikan

Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rumus sirip, pola warna, jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu, perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bagian tubuh, serta bagian morfologi tubuh yang memiliki ciri khusus menurut kunci identifikasi ikan oleh Kottelatet al. (1993).

Analisis data

Menurut Abdullah (2005) indeks keanekaragaman komunitas ikan setiap titik sampling dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= − ln

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman jenis N = jumlah total individu

ni = jumlah individu jenis ke-1 pi = ni/N

Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu :

1. H’= 0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel.

2. H’ adalah maksimum hanya ketika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.

Selain itu, keseragaman jenis ikan (E) juga dapat diperoleh dengan rumus:

E =

E = indeks keseragaman jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis H’maks = log2S = 3,3219 log S

S = jumlah spesies

HASIL

Identifikasi Ikan

Selama penelitian di 11 titik pengamatan dari beberapa sungai berhasil ditangkap 218 ekor ikan. Jumlah ikan paling banyak terdapat di 3 titik pengamatan, yaitu Sungai Cibeber, anak Sungai Cianten, dan Sungai Ciapus. Sebaliknya, ikan tidak

3 H’ Hmax Cipangaur S:06°23' E:106°27’ Cibeubeur S:06°38' E:106°45' Cianten S : 06° 40' E : 106° 38'

Cigamea S : 06° 40' E : 106° 40'

Ciapus S : 06°78' E : 106°45'

Cisadane S : 06°36' E : 106°47' Cipinang

S : 06°40' E : 106°38'

1 km 1 ml

Kawasan Gunung Salak U

IPB

2

Sungai Pangaur dan anak Sungai Pangaur di Kecamatan Jasinga, Sungai Ciapus (1) di Sukamantri, Sungai Ciapus (2) di Desa Ciapus, anak Sungai Cibeubeur di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, dan Sungai Cipinang Gading (Lampiran 1).

Gambar 1 Peta lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak.

Pengamatan kondisi lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan pada setiap titik sampling dilakukan terhadap beberapa parameter air, antara lain kecerahan, pH, substrat, kedalaman, arus, dan lebar sungai. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan mengisi kuisioner Aquatic Ecology Habitat Data Sheet

(Hauer and Lamberti 2007) berdasarkan pengamatan disekitar titik pengamatan.

Identifikasi ikan

Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rumus sirip, pola warna, jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu, perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bagian tubuh, serta bagian morfologi tubuh yang memiliki ciri khusus menurut kunci identifikasi ikan oleh Kottelatet al. (1993).

Analisis data

Menurut Abdullah (2005) indeks keanekaragaman komunitas ikan setiap titik sampling dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman jenis N = jumlah total individu

ni = jumlah individu jenis ke-1 pi = ni/N

Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu :

1. H’= 0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel.

2. H’ adalah maksimum hanya ketika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.

Selain itu, keseragaman jenis ikan (E) juga dapat diperoleh dengan rumus:

E =

E = indeks keseragaman jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis H’maks = log2S = 3,3219 log S

S = jumlah spesies

HASIL

Identifikasi Ikan

Selama penelitian di 11 titik pengamatan dari beberapa sungai berhasil ditangkap 218 ekor ikan. Jumlah ikan paling banyak terdapat di 3 titik pengamatan, yaitu Sungai Cibeber, anak Sungai Cianten, dan Sungai Ciapus. Sebaliknya, ikan tidak

3 H’ Hmax Cipangaur S:06°23' E:106°27’ Cibeubeur S:06°38' E:106°45' Cianten S : 06° 40' E : 106° 38'

Cigamea S : 06° 40' E : 106° 40'

Ciapus S : 06°78' E : 106°45'

Cisadane S : 06°36' E : 106°47' Cipinang

S : 06°40' E : 106°38'

1 km 1 ml

Kawasan Gunung Salak U

IPB

2

Sungai Pangaur dan anak Sungai Pangaur di Kecamatan Jasinga, Sungai Ciapus (1) di Sukamantri, Sungai Ciapus (2) di Desa Ciapus, anak Sungai Cibeubeur di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, dan Sungai Cipinang Gading (Lampiran 1).

Gambar 1 Peta lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak.

Pengamatan kondisi lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan pada setiap titik sampling dilakukan terhadap beberapa parameter air, antara lain kecerahan, pH, substrat, kedalaman, arus, dan lebar sungai. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan mengisi kuisioner Aquatic Ecology Habitat Data Sheet

(Hauer and Lamberti 2007) berdasarkan pengamatan disekitar titik pengamatan.

Identifikasi ikan

Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rumus sirip, pola warna, jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu, perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bagian tubuh, serta bagian morfologi tubuh yang memiliki ciri khusus menurut kunci identifikasi ikan oleh Kottelatet al. (1993).

Analisis data

Menurut Abdullah (2005) indeks keanekaragaman komunitas ikan setiap titik sampling dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman jenis N = jumlah total individu

ni = jumlah individu jenis ke-1 pi = ni/N

Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu :

1. H’= 0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel.

2. H’ adalah maksimum hanya ketika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.

Selain itu, keseragaman jenis ikan (E) juga dapat diperoleh dengan rumus:

E =

E = indeks keseragaman jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis H’maks = log2S = 3,3219 log S

S = jumlah spesies

HASIL

Identifikasi Ikan

Selama penelitian di 11 titik pengamatan dari beberapa sungai berhasil ditangkap 218 ekor ikan. Jumlah ikan paling banyak terdapat di 3 titik pengamatan, yaitu Sungai Cibeber, anak Sungai Cianten, dan Sungai Ciapus. Sebaliknya, ikan tidak

3 H’ Hmax Cipangaur S:06°23' E:106°27’ Cibeubeur S:06°38' E:106°45' Cianten S : 06° 40' E : 106° 38'

Cigamea S : 06° 40' E : 106° 40'

Ciapus S : 06°78' E : 106°45'

Cisadane S : 06°36' E : 106°47' Cipinang

S : 06°40' E : 106°38'

1 km 1 ml

Kawasan Gunung Salak U

(11)

3

ditemukan di Cigamea. Sungai Cigamea dan Cianten menebarkan aroma belerang yang menandakan kandungan belerang tinggi. Selain itu, sungai Cigamea menunjukkan nilai pH yang paling rendah, yaitu 4.0 (Tabel 3). Hasil identifikasi menunjukkan adanya 13 spesies ikan yang berhasil ditemukan, 10

spesies diantaranya merupakan ikan asli, sedangkan 3 spesies lainnya merupakan ikan asing. Ketiga spesies asing yang ditemukan merupakan ikan hias hasil introduksi, yaitu Poecilia reticulata, Xiphophorus helleri, dan Hypostomus plecostomus

(Tabel 1).

Tabel 1 Keanekaragaman jenis ikan hasil penangkapan di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak

Tanggal Nama Sungai Posisi Spesies Jumlah

26/1/12 Cigamea S : 06

0

40'16.1"

E : 106040'10.2" -

-Cianten S : 06

0

40'53.0"

E : 106038'19.3" Macrognathus maculatus 1

Poecilia reticulata 4

28/1/12 Cisadane S : 06°36'51.3"

E : 106°47'42.7" Barbodes gonionotus 2

31/1/12 Cipangaur S : 06°23'53.1" Channa striata 2 E : 106°27'14.0' Rasbora aprotaenia 4

Dermogenys pusilla 4

Anak Cipangaur S : 06040'54.0" Clarias teijsmanni 2 E : 106°38'20.6" Rasbora aprotaenia 5

Puntius binotatus 1

Puntius cf binotatus 1

7/2/12 Ciapus (1) S : 06°40'15.8" Glyptothorax platypogon 2 E : 106°40'09.3" Channa striata 1

Nemacheilus fasciatus 13

Ciapus (2) S : 06°78'56.9" Channa striata 1

E : 106°45'09.6" Glyptothorax platypogon 8

Nemacheilus fasciatus 7

Puntius binotatus 29

9/2/12 Anak Cibeubeur S= 06°38'14.8" Macrognathus maculatus 2

E : 106°45'23.9" Puntius binotatus 12

Nemacheilus fasciatus 53

Poecilia reticulata 5

25/3/12 Anak Cianten S= 06°40'45.3" Xiphophorus helleri 1

E : 106°38'17.3" Puntius binotatus 8

Nemacheilus fasciatus 20

Poecilia reticulata 3

25/3/12 Ciparay S : 06°41'37.5"

E : 106°40' 33.2" Channa striata 1 31/3/12 Cipinang S : 06°40'44.8" Hypostomus plecostomus 11

E : 106°38'16.6" Puntius binotatus 5

Nemacheilus fasciatus 3

Poecilia reticulata 7

(12)

4

Semua sampel yang berjumlah 218 ekor dapat dikelompokkan kedalam 6 ordo, 9 famili, dan 13 spesies. Cypriniformes merupakan ordo yang paling mendominasi sampel yang di ambil pada setiap titik sampling. Ordo ini hampir ditemukan di 11 titik sampling, kecuali di Sungai Cigamea, Ciaparay, dan Cianten. Ordo Cypriniformes terdiri dari 2 famili yaitu Cyprinidae dan Balitoridae. Siluriformes terdiri dari 3 famili, yaitu Clariidae, Loricariidae, dan Sisoridae. Sedangkan ordo Perciformes, Beloniformes, Synbranchiformes, dan Cyprinodontiformes masing-masing terdiri dari satu famili (Tabel 2).

Berdasarkan jumlah spesies, famili Cyprinidae mendominasi hasil sampling, yaitu sebanyak 4 spesies dan mempunyai jumlah kelimpahan jenis ikan terbesar dibandingkan dengan famili lainnya. Selanjutnya diperoleh masing-masing 1 spesies dari famili Balitoridae, Clariidae, Loricariidae, Sisoridae, Channidae, Hemiramphidae, dan Mastacembelidae, sedangkan pada famili Poecilidae terdapat 2 spesies. Foto-foto 13 spesies ikan yang berhasil diidentifikasi dapat dilihat pada gambar 2.

Tabel 2 Keanekaragaman ikan yang berhasil dikoleksi di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak

Ordo Famili Spesies Nama ikan

Cypriniformes Cyprinidae Barbodes gonionotus Tawes*

Puntius binotatus Beunteur*

Puntius cf binotatus Beunteur*

Rasbora aprotaenia Paray**

Balitoridae Nemacheilus fasciatus Jeler***

Siluriformes Clariidae Clarias teijsmanni Lele**

Loricariidae Hypostomus plecostomus Sapu-sapu** Sisoridae Glyptothorax platypogon Kehkel***

Perciformes Channidae Channa striata Gabus** Beloniformes Hemiramphidae Dermogenys pusilla Julung-julung***

Synbranchiformes Mastacembelidae Macrognathus maculatus Arelot*

Cyprinodontiformes Poeciliidae Xiphophorus helleri Ikan seribu***

Poecilia reticulata Ikan seribu***

6 ordo 9 famili 13 spesies

Keterangan: * Nama lokal bahasa Sunda ** Nama lokal bahasa Indonesia

(13)

5

Gambar 2 Foto spesies ikan yang dikoleksi di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak. 2 cm

2 cm 2 cm

2 cm

2 cm

2 cm 2 cm

2 cm 2 cm

2 cm 2 cm

2 cm 2 cm

Barbodes gonionotus Puntius binotatus Puntius cf binotatus

Rasbora aprotaenia Nemacheilus fasciatus Clarias teijsmanni

Hypostomus plecostomus Glyptothorax platypogon Channa striata

Dermogenys pusilla Macrognathus maculatus Xiphophorus helleri

(14)

6

Pengamatan Kondisi Lingkungan

Tabel 3 Kondisi lingkungan habitat ikan di masing-masing sungai

Nama Sungai pH Substrat Kedalaman

(cm) Arus

Lebar sungai

(meter) Kecerahan Cigamea 4 Batuan dasar 40 Sedang 7 Jernih Cianten 5 Batuan besar 50 Sedang 10 Keruh Cisadane 6 Batuan besar 100 Deras 15 Sangat keruh Cipangaur 6 Tanah liat 60 Deras 7.5 Sangat keruh Anak Cipangaur 5 Kerikil, pasir 40 Tenang 1.6 Keruh Ciapus (1) 6 Batuan besar 40 Sedang 3 Jernih Ciapus (2) 5 Batu kecil 60 Deras 3.65 Keruh Anak Cibeubeur 5 Kerikil, tanah 30 Tenang 0.65 Jernih Anak Cianten 5 Kerikil, pasir 40 Tenang 1.3 Keruh Ciparay 5 Batuan dasar 30 Sedang 3.6 Jernih Cipinang 5 Kerikil, pasir 50 Deras 10.5 Sangat keruh

Kondisi lingkungan perairan berhubungan langsung dengan keanekaragaman ikan. Hasil pengamatan menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pada masing-masing titik sampling. Pengamatan terhadap pH air berkisar antara 4-6, ini menunjukkan keadaan sungai yang agak asam. Sebagian besar substrat titik sampling tersusun dari batuan dasar, batuan besar, batu kecil, dan kerikil, sedangkan salah satu titik pengamatan tersusun atas

tanah liat. Kedalaman sungai berkisar antara 30-100 cm. Arus air berkisar antara tenang sampai dengan deras. Lebar sungai titik sampling juga sangat beragam, dari 0.65 m sampai dengan 15 m. Kecerahan perairan sungai juga berbeda, dari yang sangat cerah sampai sangat keruh dan tidak tembus cahaya (Tabel 3).

Tabel 4 Indeks keanekaragaman dan keseragaman jenis pada masing-masing titik sampling

Nama Sungai Keanekaragaman

(H’) Keseragaman (E)

Cigamea -

-Cianten 0.5 0.5

Cisadane 0 0

Cipangaur 0.73 0.46

Anak Cipangaur 1.14 0.57

Ciapus (1) 0.60 0.38

Ciapus (2) 0.96 0.48

Anak Cibeubeur 0.80 0.40

Anak Cianten 0.96 0.48

Ciparay 0 0

Cipinang Gading 1.28 0.64

Nilai indeks keseragaman jenis berkisar antara 0-1, indeks yang mendekati 0 menunjukkan adanya jumlah individu yang terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis yang mendominasi komunitas tersebut. Jika nilai indeks keseragaman mendekati 1 menunjukkan bahwa jumlah individu di setiap spesies relatif sama (Septiano 2006). Berdasarkan nilai indeks keseragaman yang diperoleh, hanya 1 titik sampling yang mempunyai

(15)

PEMBAHASAN

Cypriniformes merupakan ordo paling dominan yang bisa ditemukan di semua titik sampling, kecuali di Sungai Cigamea dan Sungai Cianten, baik dari jumlah spesies maupun jumlah jenis ikan. Kelimpahan ikan dari ordo Cypriniformes kemungkinan besar disebabkan karena tipe habitat pinggiran sungainya merupakan daerah persawahan. Pemijahan kelompok ikan ini bisa terjadi karena melimpahnya makanan setelah musim panen padi (Sulastri & Hartoto 1985).

Spesies ikan yang mendominasi dari total keseluruhan jenis adalah ordo Balitoridae spesies

Nemacheilus fasciatus dengan jumlah 96 ekor. Penelitian sebelumnya melaporkan adanya dua spesies yang ditemukan, yaituNemacheilus fasciatus

dan Nemacheilus chrysolaimos (Rachmatika & Munim 2005; Wowor et al. 2010). Kesulitan membedakan karakter taksonomi pada genus ini, yaitu berupa perbedaan jumlah garis dan pelana yang mengelilingi tubuh merupakan kendala untuk mengidentifikasi sampai ke tingkat spesies (Kottelat

et al.1993).

Clarias teijsmanni merupakan spesies ikan yang ditemukan di Sundaland dengan iklim tropis dan daerah sungai yang dikelilingi hutan. Kelompok ikan ini mempunyai organ nafas tambahan yang memungkinkan untuk hidup di lingkungan kurang oksigen dan diluar air. Organ ini berkaitan dengan habitat hidupnya di anak Sungai Pangaur, yang berupa vegetasi hutan dengan air tergenang, dangkal, dan berlumpur, sehingga bisa berpindah meskipun tidak ada air mengalir. Ciri-ciri khusus yang membedakan spesies Clarias teijsmanni dengan lainnya dalam genus yang sama adalah adanya bintik-bintik putih pada bagian tubuh (Kottelatet al. 1993). Clarias teijsmanni merupakan spesies ikan yang pada awalnya ditemukan di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak, namun menurut laporan Rachmatika & Munim (2005), ikan spesies ini tidak berhasil ditemukan karena aktivitas penangkapan ikan dengan cara meracuni aliran sungai.

Glyptothorax platypogon merupakan spesies ikan dari ordo Siluriformes, famili Sisoridae. Ciri-ciri khusus ikan jenis ini adalah mempunyai mulut penghisap dan menggunakan lipatan pada bagian dada untuk menempel pada batu atau dasar sungai (Septiano 2006). Ikan jenis ini hidup pada habitat sungai yang berbatu-batu dengan arus sedang hingga deras, yang hanya ditemukan di sungai Ciapus.

Macrognathus maculatus merupakan

spesies ikan dari ordo Synbranchiformes famili Mastacembelidae. Spesies ini hanya ditemukan di anak sungai Cibeubeur dan Cianten yang merupakan sungai kecil, jernih, dan arus tenang sampai dengan sedang. Habitat hidupnya di perairan dengan vegetasi lebat atau pada dasar sungai yang berupa lumpur (Kottelatet al. 1993).

Ikan asing hasil introduksi yang ditemukan pada penelitian ini di antaranyaXiphophorus helleri,

Poecilia reticulata, dan Hypostomus plecostomus.

Ketiga spesies ini merupakan ikan hias introduksi yang berasal dari Mexico, Venezuela, dan sungai amazone di Amerika Selatan (Rachmatika & Munim 2005; Kottelat et al. 1993). Introduksi ikan asing merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan penurunan keanekaragaman ikan asli. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa penurunan kualitas lingkungan perairan, gangguan terhadap komunitas ikan asli, introduksi penyakit dan parasit ikan, serta menimbulkan masalah sosial ekonomi bagi masyarakat (Welcome 1988).

Nilai indeks keanekaragaman pada 11 titik sampling tergolong rendah karena posisi sampling pada bagian hulu sungai yang mempunyai arus deras, berada di daerah ketinggian, berbatu-batu, kadar keasaman tinggi, mengandung belerang, dan kedalaman sungai berkisar antara 30-100 cm. Sebagian besar jenis ikan yang ditemukan adalah spesies indikator perairan. Nilai indeks keseragaman spesies yang mendekati nilai relatif sama atau mendekati 1 hanya pada Sungai Cipinang, yaitu 0.64 yang menunjukkan keseragaman antar spesies relatif sama, sedangkan untuk titik sampling lainnya nilai indeks keseragaman mendekati 0.

SIMPULAN

Sebanyak 218 jenis ikan diperoleh dari 11 titik sampling, yang dikelompokkan kedalam 6 ordo, 9 famili, dan 13 spesies. Sepuluh spesies diantaranya merupakan ikan asli dan 3 spesies lainnya adalah ikan hasil introduksi. Indeks keanekaragaman antar titik sampling tergolong rendah.

SARAN

Penangkapan ikan berlebihan oleh masyarakat dengan menggunakan racun harus dilakukan pengawasan yang lebih intensif, karena dapat merusak ekosistem perairan sungai. Ikan introduksi seperti Hypostomus plecostomus dan

Poecilia reticulata sangat mendominasi pada beberapa sungai, jika dibiarkan maka ikan asing ini akan menyebabkan kepunahan ikan air tawar asli. Identifikasi ikan secara morfologi mungkin bisa terjadi kesalahan, untuk memastikan spesies maka harus dilanjutkan dengan identifikasi DNABarcode.

DAFTAR PUSTAKA

(16)

8

Djajadireja R, Fatimah S, Arifin Z. 1977. Jenis-jenis ikan ekonomis penting. Jakarta. Ditjen Perikanan, Deptan.

Gilbert CR, Williams JD. 2002. Field Guide to Fishes(Revised edition). New York: Alfred A Knopf Inc.

Hauer FR, Lamberti GA. 2007. Methods in Stream Ecology. USA: Academic Press.

Kottelat M, Whitten S, Wirdjoatmojo SN, Kartikasari. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Second Eddition.

Rachmatika I, Dewantoro GW, Sauri S. 2004. Fauna ikan di Sungai Cimadur, Ciujung, dan Ciberang di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, Kabupaten Lebak, Banten.Berita Biologi7(1): 33-40.

Rachmatika I, Munim A. 2005. Penelitian Ekologi dan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Konservasi di Jawa Bagian Barat: Keanekaragaman Ikan di Beberapa Sungai di Kabupaten Lebak dan Bogor. Bogor: Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Ratti JT, Garton EO. 1996. Research and

Experimental Design. Di dalam: Bookhout TA, editor. Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats. USA: Allen Press. hlm 1–23.

Reid GK. 1961. Ecology of Inland Water and Estuaries. New York: Reinhold Book Corp. Roberts TR. 1989. The Freshwater Fishes of

Western Borneo. California: The California Academy of Sciences, USA.

Septiano E. 2006. Keanekaragaman dan pola adaptasi ikan di daerah hulu Sungai Ciliwung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Departemen Sumberdaya Perairan, FPIK, Institut Pertanian Bogor.

Sulastri, Hartoto DI. 1985. Feeding habit ofRasbora lateristriata and Puntius binotatus in Citamanjaya and Cibinua Ujung Kulon.

ZooIndonesia4:1-7.

Vida A, Kotai T. 2006. 365 Fish. China: Koneman Vince Books.

Welcome RL. 1988. International introduction of inland aquatic spesies. FAO Fisheries Technical Papers,p. 294.

Whitten TRE, Soeriatmadja SA, Afiff. 1999.Ekologi Jawa dan Bali.Jakarta: Prenhallindo.

Wowor D, Hadiaty RK, Irvan. 2010. Studi Biota Perairan dan Herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati. Bogor: Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

(17)
(18)

10

Lampiran 1 Foto keadaan sungai disetiap titik sampling

1. Sungai Cigamea 2. Sungai Cianten

3. Sungai Cisadane 4. Sungai Pangaur

(19)

11

7. Sungai Ciapus (2) 8. Anak Sungai Cibeubeur

9. Anak Sungai Cianten 10. Sungai Ciparay

(20)

ABSTRAK

DALFIT. Keanekaragaman Jenis Ikan Air Tawar di Sungai-sungai yang Berasal dari Gunung Salak. Dibimbing oleh ACHMAD FARAJALLAH dan M. MUKHLIS KAMAL.

Sekitar 50 aliran sungai mengalir dari hulu Gunung Salak membentuk dua sungai utama yang melewati kota Bogor dan Jakarta, yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Pengambilan sampel dilaksanakan dari bulan Januari sampai dengan Maret 2012 pada 11 titik sampling di 7 sungai. Hasil sampling menemukan 6 ordo, 9 famili dan 13 spesies ikan. Sepuluh spesies merupakan ikan asli sedangkan 3 spesies ikan introduksi. Cypriniformes merupakan ordo paling dominan yang ditemukan di semua titik sampling. Ordo Cypriniformes terdiri dari 2 famili, yaitu Cyprinidae (Barbodes gonionotus, Rasbora aprotaenia, Puntius sp., dan Puntius binotatus) dan Balitoridae (Nemacheilus fasciatus). Ordo Siluriformes yang ditemukan terdiri dari 3 famili yaitu Clariidae (Clarias teijsmanni), Loricariidae (Hypostomus plecostomus), dan Sisoridae (Glyptothorax platypogon). Ordo Perciformes terdiri dari 1 famili Channidae (Channa striata), Ordo Beloniformes adalah famili Hemiramphidae (Dermogenys pusilla), Ordo Synbranchiformes adalah famili Mastacembelidae (Macrognathus maculatus), dan Ordo Cyprinodontiformes 2 spesies (Xiphophorus helleridanPoecilia reticulata).

Kata kunci: ikan, sungai, Gunung Salak, keanekaragaman

ABSTRACT

DALFIT. Diversity of Freshwater Fishes in the rivers from Salak Mountain. Supervised by ACHMAD FARAJALLAH and M. MUKHLIS KAMAL.

Approximately 50 river flow from Salak Mountain passed Bogor and Jakarta is Ciliwung and Cisadane river. Sampling period from January until March 2012, on 11 sampling sites of 7 rivers. We found 6 ordo, 9 family, and 13 species of fish. Ten species are native fish and 3 species are introduction fish. Cypriniformes are dominant ordo found at all sampling sites. Ordo Cypriniformes with 2 family, is Cyprinidae (Barbodes gonionotus, Rasbora aprotaenia, Puntius sp., and Puntius binotatus) and Balitoridae (Nemacheilus fasciatus). Ordo Siluriformes with 3 family, is Clariidae (Clarias teijsmanni), Loricariidae (Hypostomus plecostomus), and Sisoridae (Glyptothorax platypogon).Ordo Perciformes that found one family Channidae (Channa striata), Ordo Beloniformes found one family Hemiramphidae (Dermogenys pusilla), Ordo Synbranchiformes is family Mastacembelidae (Macrognathus maculatus), Ordo Cyprinodontiformes with 2 species (Xiphophorus helleri andPoecilia reticulata).

(21)

PENDAHULUAN

Sungai merupakan bentuk perairan mengalir dengan sumber air berasal dari presipitasi air hujan yang jatuh ke bumi. Sebagian mengalami evaporasi dan lainnya membentuk sungai (Reid 1961). Sungai dapat dibedakan menjadi dua bagian, yaitu bagian hulu dan bagian hilir. Bagian hulu dicirikan dengan volume air kecil, dangkal, berbatu-batu, suhu rendah dan organisme yang hidup terbatas, sedangkan bagian hilir dicirikan dengan volume air besar, arus lambat, dasar sungai berpasir sampai berlumpur, dan organisme yang hidup sangat beragam. Sungai-sungai yang berasal dari hulu Gunung Salak membentuk dua sungai utama yaitu Sungai Ciliwung dan Cisadane. Hasil alam yang paling utama dari sungai adalah ikan air tawar (Septiano 2006). Keanekaragaman ikan di perairan dapat mendeskripsikan tingkat kompleksitas ekosistem perairan. Indeks keanekaragaman biasa digunakan sebagai ukuran kondisi suatu ekosistem. Indeks keanekaragaman merupakan suatu nilai untuk mengetahui keanekaragaman kehidupan yang berhubungan erat dengan jumlah spesies dalam komunitas (Kottelatet al. 1993).

Beberapa sungai di Indonesia sudah tidak berfungsi lagi dengan baik karena adanya gangguan dari kegiatan masyarakat. Gangguan tersebut akan mempengaruhi sumberdaya alam, salah satunya adalah kehidupan ikan. Beberapa gangguan terhadap kondisi sungai di antaranya adalah pencemaran air, penangkapan ikan, dan perubahan habitat alami. Pencemaran air yang berpengaruh terhadap ikan sudah lama diketahui karena beberapa jenis sudah tidak ditemukan pada daerah-daerah sungai tertentu. Selain itu, penangkapan ikan yang berlebihan dengan menggunakan elektrofishing dan racun pada aliran sungai juga menyebabkan banyaknya ikan air tawar asli tidak ditemukan. Perubahan habitat alami pada aliran sungai seperti terjadinya gempa bumi dan perubahan aliran sungai juga mempengaruhi kehidupan ikan.

Penelitian sebelumnya melaporkan bahwa diperkirakan terdapat 50.000 jenis ikan yang hidup diperairan seluruh dunia (Vida and Kotai 2006) dan hanya 22.000-25.000 jenis saja yang telah diberi nama dan dideskripsikan (Allen 2000; Gilbert and Williams 2002). Ikan yang ada di Indonesia diperkirakan sekitar 4000 jenis dan 800 diantaranya merupakan ikan air tawar dan payau (Djajadireja et al.1977). Menurut Kottelatet al.(1993), ada sekitar 900 jenis ikan air tawar baik bersifat hidup menetap atau sementara berada di kawasan Indonesia bagian barat dan Sulawesi. Penelitian fauna akuatik, khususnya ikan di wilayah perairan tawar Indonesia telah dimulai sejak tahun 1653 oleh Johannes Nieuhof yang menjadi perwakilan eksplorasi dan komisi diplomatik dari Nederlansche Oost-Indische Company di Timur jauh dan China. Sebagian besar koleksi Nieuhof dilakukan di Batavia (Jakarta) dan

sekitarnya, yang kemudian dilanjutkan oleh Pieter Bleeker yang memberikan kontribusi paling banyak terhadap penelitian ikan air tawar di Indonesia (Roberts 1989). Sampai awal pertengahan abad ke-20 telah tercatat 187 jenis ikan yang ditemukan di Sungai Ciliwung dan 135 jenis di Sungai Cisadane (Woworet al.2010).

Jauh setelah itu, antara tahun 1991-1992, dilaporkan 19 jenis ikan asli Sungai Ciliwung (Whittenet al. 1999). Rachmatika & Munim (2005) melaporkan adanya 60 jenis ikan yang berada di beberapa aliran sungai yang berasal dari Gunung Salak. Woworet al. (2010) juga melaporkan adanya 23 jenis ikan di Sungai Ciliwung yang terdiri atas 6 ordo dan 17 famili, dan 31 jenis ikan di Sungai Cisadane yang terdiri atas 5 ordo dan 18 famili. Penelitian yang dilakukan oleh Woworet al. (2010) yaitu berawal dari Kecamatan Ciseeng, Bogor. Penelitian ini bertujuan untuk mengetahui keanekaragaman jenis ikan air tawar di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak, Bogor, Jawa Barat.

BAHAN DAN METODE

Waktu dan Tempat

Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Januari hingga Mei 2012 di sungai yang berhulu dari Gunung Salak. Identifikasi ikan dilakukan di Laboratorium Biomakro 2, Departemen Manajemen Sumberdaya Perikanan, FPIK danvoucher spesimen

disimpan di Bagian Fungsi Hayati dan Perilaku Hewan Departemen Biologi, FMIPA, IPB.

Penentuan titik sampling

Penentuan stasiun dilakukan dengan menandai titik sampling secara purposive, yaitu dipilih dengan sengaja pada suatu lokasi sungai berdasarkan kemudahan akses jalan dan pengambilan sampel. Koordinat titik sampling ditandai dengan bantuan GPS (Global Positioning System). Pengambilan sampel dilakukan dengan metode road sampling ke arah hulu sungai untuk memudahkan penangkapan ikan. Road sampling adalah metode sampling dengan cara berjalan pada setiap titik sampling yang telah ditentukan (Ratti & Garton 1996).

Penangkapan ikan dilakukan dengan berbagai alat, antara lain electrofishing(12 Volt 10 A),hand net, danhand capture. Ikan hasil tangkapan difiksasi menggunakan alkohol 70%.

(22)

2

Sungai Pangaur dan anak Sungai Pangaur di Kecamatan Jasinga, Sungai Ciapus (1) di Sukamantri, Sungai Ciapus (2) di Desa Ciapus, anak Sungai Cibeubeur di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, dan Sungai Cipinang Gading (Lampiran 1).

Gambar 1 Peta lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak.

Pengamatan kondisi lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan pada setiap titik sampling dilakukan terhadap beberapa parameter air, antara lain kecerahan, pH, substrat, kedalaman, arus, dan lebar sungai. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan mengisi kuisioner Aquatic Ecology Habitat Data Sheet

(Hauer and Lamberti 2007) berdasarkan pengamatan disekitar titik pengamatan.

Identifikasi ikan

Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rumus sirip, pola warna, jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu, perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bagian tubuh, serta bagian morfologi tubuh yang memiliki ciri khusus menurut kunci identifikasi ikan oleh Kottelatet al. (1993).

Analisis data

Menurut Abdullah (2005) indeks keanekaragaman komunitas ikan setiap titik sampling dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

= − ln

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman jenis N = jumlah total individu

ni = jumlah individu jenis ke-1 pi = ni/N

Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu :

1. H’= 0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel.

2. H’ adalah maksimum hanya ketika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.

Selain itu, keseragaman jenis ikan (E) juga dapat diperoleh dengan rumus:

E =

E = indeks keseragaman jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis H’maks = log2S = 3,3219 log S

S = jumlah spesies

HASIL

Identifikasi Ikan

Selama penelitian di 11 titik pengamatan dari beberapa sungai berhasil ditangkap 218 ekor ikan. Jumlah ikan paling banyak terdapat di 3 titik pengamatan, yaitu Sungai Cibeber, anak Sungai Cianten, dan Sungai Ciapus. Sebaliknya, ikan tidak

3 H’ Hmax Cipangaur S:06°23' E:106°27’ Cibeubeur S:06°38' E:106°45' Cianten S : 06° 40' E : 106° 38'

Cigamea S : 06° 40' E : 106° 40'

Ciapus S : 06°78' E : 106°45'

Cisadane S : 06°36' E : 106°47' Cipinang

S : 06°40' E : 106°38'

1 km 1 ml

Kawasan Gunung Salak U

IPB

2

Sungai Pangaur dan anak Sungai Pangaur di Kecamatan Jasinga, Sungai Ciapus (1) di Sukamantri, Sungai Ciapus (2) di Desa Ciapus, anak Sungai Cibeubeur di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, dan Sungai Cipinang Gading (Lampiran 1).

Gambar 1 Peta lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak.

Pengamatan kondisi lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan pada setiap titik sampling dilakukan terhadap beberapa parameter air, antara lain kecerahan, pH, substrat, kedalaman, arus, dan lebar sungai. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan mengisi kuisioner Aquatic Ecology Habitat Data Sheet

(Hauer and Lamberti 2007) berdasarkan pengamatan disekitar titik pengamatan.

Identifikasi ikan

Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rumus sirip, pola warna, jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu, perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bagian tubuh, serta bagian morfologi tubuh yang memiliki ciri khusus menurut kunci identifikasi ikan oleh Kottelatet al. (1993).

Analisis data

Menurut Abdullah (2005) indeks keanekaragaman komunitas ikan setiap titik sampling dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman jenis N = jumlah total individu

ni = jumlah individu jenis ke-1 pi = ni/N

Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu :

1. H’= 0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel.

2. H’ adalah maksimum hanya ketika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.

Selain itu, keseragaman jenis ikan (E) juga dapat diperoleh dengan rumus:

E =

E = indeks keseragaman jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis H’maks = log2S = 3,3219 log S

S = jumlah spesies

HASIL

Identifikasi Ikan

Selama penelitian di 11 titik pengamatan dari beberapa sungai berhasil ditangkap 218 ekor ikan. Jumlah ikan paling banyak terdapat di 3 titik pengamatan, yaitu Sungai Cibeber, anak Sungai Cianten, dan Sungai Ciapus. Sebaliknya, ikan tidak

3 H’ Hmax Cipangaur S:06°23' E:106°27’ Cibeubeur S:06°38' E:106°45' Cianten S : 06° 40' E : 106° 38'

Cigamea S : 06° 40' E : 106° 40'

Ciapus S : 06°78' E : 106°45'

Cisadane S : 06°36' E : 106°47' Cipinang

S : 06°40' E : 106°38'

1 km 1 ml

Kawasan Gunung Salak U

IPB

2

Sungai Pangaur dan anak Sungai Pangaur di Kecamatan Jasinga, Sungai Ciapus (1) di Sukamantri, Sungai Ciapus (2) di Desa Ciapus, anak Sungai Cibeubeur di Desa Gunung Picung, Kecamatan Pamijahan, dan Sungai Cipinang Gading (Lampiran 1).

Gambar 1 Peta lokasi titik sampling di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak.

Pengamatan kondisi lingkungan

Pengamatan kondisi lingkungan pada setiap titik sampling dilakukan terhadap beberapa parameter air, antara lain kecerahan, pH, substrat, kedalaman, arus, dan lebar sungai. Pengamatan kondisi lingkungan dilakukan dengan mengisi kuisioner Aquatic Ecology Habitat Data Sheet

(Hauer and Lamberti 2007) berdasarkan pengamatan disekitar titik pengamatan.

Identifikasi ikan

Identifikasi ikan dilakukan berdasarkan bentuk tubuh, rumus sirip, pola warna, jumlah sisik pada bagian tubuh tertentu, perbandingan panjang, lebar, dan tinggi bagian tubuh, serta bagian morfologi tubuh yang memiliki ciri khusus menurut kunci identifikasi ikan oleh Kottelatet al. (1993).

Analisis data

Menurut Abdullah (2005) indeks keanekaragaman komunitas ikan setiap titik sampling dihitung dengan menggunakan indeks keanekaragaman Shanon-Wiener (H’) dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

Keterangan :

H’ = indeks keanekaragaman jenis N = jumlah total individu

ni = jumlah individu jenis ke-1 pi = ni/N

Ada 2 hal yang dimiliki oleh indeks Shanon yaitu :

1. H’= 0 jika dan hanya jika ada satu spesies dalam sampel.

2. H’ adalah maksimum hanya ketika semua spesies diwakili oleh jumlah individu yang sama, ini adalah distribusi kelimpahan yang merata secara sempurna.

Selain itu, keseragaman jenis ikan (E) juga dapat diperoleh dengan rumus:

E =

E = indeks keseragaman jenis H’ = indeks keanekaragaman jenis H’maks = log2S = 3,3219 log S

S = jumlah spesies

HASIL

Identifikasi Ikan

Selama penelitian di 11 titik pengamatan dari beberapa sungai berhasil ditangkap 218 ekor ikan. Jumlah ikan paling banyak terdapat di 3 titik pengamatan, yaitu Sungai Cibeber, anak Sungai Cianten, dan Sungai Ciapus. Sebaliknya, ikan tidak

3 H’ Hmax Cipangaur S:06°23' E:106°27’ Cibeubeur S:06°38' E:106°45' Cianten S : 06° 40' E : 106° 38'

Cigamea S : 06° 40' E : 106° 40'

Ciapus S : 06°78' E : 106°45'

Cisadane S : 06°36' E : 106°47' Cipinang

S : 06°40' E : 106°38'

1 km 1 ml

Kawasan Gunung Salak U

(23)

3

ditemukan di Cigamea. Sungai Cigamea dan Cianten menebarkan aroma belerang yang menandakan kandungan belerang tinggi. Selain itu, sungai Cigamea menunjukkan nilai pH yang paling rendah, yaitu 4.0 (Tabel 3). Hasil identifikasi menunjukkan adanya 13 spesies ikan yang berhasil ditemukan, 10

spesies diantaranya merupakan ikan asli, sedangkan 3 spesies lainnya merupakan ikan asing. Ketiga spesies asing yang ditemukan merupakan ikan hias hasil introduksi, yaitu Poecilia reticulata, Xiphophorus helleri, dan Hypostomus plecostomus

(Tabel 1).

Tabel 1 Keanekaragaman jenis ikan hasil penangkapan di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak

Tanggal Nama Sungai Posisi Spesies Jumlah

26/1/12 Cigamea S : 06

0

40'16.1"

E : 106040'10.2" -

-Cianten S : 06

0

40'53.0"

E : 106038'19.3" Macrognathus maculatus 1

Poecilia reticulata 4

28/1/12 Cisadane S : 06°36'51.3"

E : 106°47'42.7" Barbodes gonionotus 2

31/1/12 Cipangaur S : 06°23'53.1" Channa striata 2 E : 106°27'14.0' Rasbora aprotaenia 4

Dermogenys pusilla 4

Anak Cipangaur S : 06040'54.0" Clarias teijsmanni 2 E : 106°38'20.6" Rasbora aprotaenia 5

Puntius binotatus 1

Puntius cf binotatus 1

7/2/12 Ciapus (1) S : 06°40'15.8" Glyptothorax platypogon 2 E : 106°40'09.3" Channa striata 1

Nemacheilus fasciatus 13

Ciapus (2) S : 06°78'56.9" Channa striata 1

E : 106°45'09.6" Glyptothorax platypogon 8

Nemacheilus fasciatus 7

Puntius binotatus 29

9/2/12 Anak Cibeubeur S= 06°38'14.8" Macrognathus maculatus 2

E : 106°45'23.9" Puntius binotatus 12

Nemacheilus fasciatus 53

Poecilia reticulata 5

25/3/12 Anak Cianten S= 06°40'45.3" Xiphophorus helleri 1

E : 106°38'17.3" Puntius binotatus 8

Nemacheilus fasciatus 20

Poecilia reticulata 3

25/3/12 Ciparay S : 06°41'37.5"

E : 106°40' 33.2" Channa striata 1 31/3/12 Cipinang S : 06°40'44.8" Hypostomus plecostomus 11

E : 106°38'16.6" Puntius binotatus 5

Nemacheilus fasciatus 3

Poecilia reticulata 7

(24)

4

Semua sampel yang berjumlah 218 ekor dapat dikelompokkan kedalam 6 ordo, 9 famili, dan 13 spesies. Cypriniformes merupakan ordo yang paling mendominasi sampel yang di ambil pada setiap titik sampling. Ordo ini hampir ditemukan di 11 titik sampling, kecuali di Sungai Cigamea, Ciaparay, dan Cianten. Ordo Cypriniformes terdiri dari 2 famili yaitu Cyprinidae dan Balitoridae. Siluriformes terdiri dari 3 famili, yaitu Clariidae, Loricariidae, dan Sisoridae. Sedangkan ordo Perciformes, Beloniformes, Synbranchiformes, dan Cyprinodontiformes masing-masing terdiri dari satu famili (Tabel 2).

Berdasarkan jumlah spesies, famili Cyprinidae mendominasi hasil sampling, yaitu sebanyak 4 spesies dan mempunyai jumlah kelimpahan jenis ikan terbesar dibandingkan dengan famili lainnya. Selanjutnya diperoleh masing-masing 1 spesies dari famili Balitoridae, Clariidae, Loricariidae, Sisoridae, Channidae, Hemiramphidae, dan Mastacembelidae, sedangkan pada famili Poecilidae terdapat 2 spesies. Foto-foto 13 spesies ikan yang berhasil diidentifikasi dapat dilihat pada gambar 2.

Tabel 2 Keanekaragaman ikan yang berhasil dikoleksi di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak

Ordo Famili Spesies Nama ikan

Cypriniformes Cyprinidae Barbodes gonionotus Tawes*

Puntius binotatus Beunteur*

Puntius cf binotatus Beunteur*

Rasbora aprotaenia Paray**

Balitoridae Nemacheilus fasciatus Jeler***

Siluriformes Clariidae Clarias teijsmanni Lele**

Loricariidae Hypostomus plecostomus Sapu-sapu** Sisoridae Glyptothorax platypogon Kehkel***

Perciformes Channidae Channa striata Gabus** Beloniformes Hemiramphidae Dermogenys pusilla Julung-julung***

Synbranchiformes Mastacembelidae Macrognathus maculatus Arelot*

Cyprinodontiformes Poeciliidae Xiphophorus helleri Ikan seribu***

Poecilia reticulata Ikan seribu***

6 ordo 9 famili 13 spesies

Keterangan: * Nama lokal bahasa Sunda ** Nama lokal bahasa Indonesia

(25)

5

Gambar 2 Foto spesies ikan yang dikoleksi di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak. 2 cm

2 cm 2 cm

2 cm

2 cm

2 cm 2 cm

2 cm 2 cm

2 cm 2 cm

2 cm 2 cm

Barbodes gonionotus Puntius binotatus Puntius cf binotatus

Rasbora aprotaenia Nemacheilus fasciatus Clarias teijsmanni

Hypostomus plecostomus Glyptothorax platypogon Channa striata

Dermogenys pusilla Macrognathus maculatus Xiphophorus helleri

(26)

6

Pengamatan Kondisi Lingkungan

Tabel 3 Kondisi lingkungan habitat ikan di masing-masing sungai

Nama Sungai pH Substrat Kedalaman

(cm) Arus

Lebar sungai

(meter) Kecerahan Cigamea 4 Batuan dasar 40 Sedang 7 Jernih Cianten 5 Batuan besar 50 Sedang 10 Keruh Cisadane 6 Batuan besar 100 Deras 15 Sangat keruh Cipangaur 6 Tanah liat 60 Deras 7.5 Sangat keruh Anak Cipangaur 5 Kerikil, pasir 40 Tenang 1.6 Keruh Ciapus (1) 6 Batuan besar 40 Sedang 3 Jernih Ciapus (2) 5 Batu kecil 60 Deras 3.65 Keruh Anak Cibeubeur 5 Kerikil, tanah 30 Tenang 0.65 Jernih Anak Cianten 5 Kerikil, pasir 40 Tenang 1.3 Keruh Ciparay 5 Batuan dasar 30 Sedang 3.6 Jernih Cipinang 5 Kerikil, pasir 50 Deras 10.5 Sangat keruh

Kondisi lingkungan perairan berhubungan langsung dengan keanekaragaman ikan. Hasil pengamatan menunjukkan kondisi lingkungan yang berbeda pada masing-masing titik sampling. Pengamatan terhadap pH air berkisar antara 4-6, ini menunjukkan keadaan sungai yang agak asam. Sebagian besar substrat titik sampling tersusun dari batuan dasar, batuan besar, batu kecil, dan kerikil, sedangkan salah satu titik pengamatan tersusun atas

tanah liat. Kedalaman sungai berkisar antara 30-100 cm. Arus air berkisar antara tenang sampai dengan deras. Lebar sungai titik sampling juga sangat beragam, dari 0.65 m sampai dengan 15 m. Kecerahan perairan sungai juga berbeda, dari yang sangat cerah sampai sangat keruh dan tidak tembus cahaya (Tabel 3).

Tabel 4 Indeks keanekaragaman dan keseragaman jenis pada masing-masing titik sampling

Nama Sungai Keanekaragaman

(H’) Keseragaman (E)

Cigamea -

-Cianten 0.5 0.5

Cisadane 0 0

Cipangaur 0.73 0.46

Anak Cipangaur 1.14 0.57

Ciapus (1) 0.60 0.38

Ciapus (2) 0.96 0.48

Anak Cibeubeur 0.80 0.40

Anak Cianten 0.96 0.48

Ciparay 0 0

Cipinang Gading 1.28 0.64

Nilai indeks keseragaman jenis berkisar antara 0-1, indeks yang mendekati 0 menunjukkan adanya jumlah individu yang terkonsentrasi pada satu atau beberapa jenis yang mendominasi komunitas tersebut. Jika nilai indeks keseragaman mendekati 1 menunjukkan bahwa jumlah individu di setiap spesies relatif sama (Septiano 2006). Berdasarkan nilai indeks keseragaman yang diperoleh, hanya 1 titik sampling yang mempunyai

(27)

PEMBAHASAN

Cypriniformes merupakan ordo paling dominan yang bisa ditemukan di semua titik sampling, kecuali di Sungai Cigamea dan Sungai Cianten, baik dari jumlah spesies maupun jumlah jenis ikan. Kelimpahan ikan dari ordo Cypriniformes kemungkinan besar disebabkan karena tipe habitat pinggiran sungainya merupakan daerah persawahan. Pemijahan kelompok ikan ini bisa terjadi karena melimpahnya makanan setelah musim panen padi (Sulastri & Hartoto 1985).

Spesies ikan yang mendominasi dari total keseluruhan jenis adalah ordo Balitoridae spesies

Nemacheilus fasciatus dengan jumlah 96 ekor. Penelitian sebelumnya melaporkan adanya dua spesies yang ditemukan, yaituNemacheilus fasciatus

dan Nemacheilus chrysolaimos (Rachmatika & Munim 2005; Wowor et al. 2010). Kesulitan membedakan karakter taksonomi pada genus ini, yaitu berupa perbedaan jumlah garis dan pelana yang mengelilingi tubuh merupakan kendala untuk mengidentifikasi sampai ke tingkat spesies (Kottelat

et al.1993).

Clarias teijsmanni merupakan spesies ikan yang ditemukan di Sundaland dengan iklim tropis dan daerah sungai yang dikelilingi hutan. Kelompok ikan ini mempunyai organ nafas tambahan yang memungkinkan untuk hidup di lingkungan kurang oksigen dan diluar air. Organ ini berkaitan dengan habitat hidupnya di anak Sungai Pangaur, yang berupa vegetasi hutan dengan air tergenang, dangkal, dan berlumpur, sehingga bisa berpindah meskipun tidak ada air mengalir. Ciri-ciri khusus yang membedakan spesies Clarias teijsmanni dengan lainnya dalam genus yang sama adalah adanya bintik-bintik putih pada bagian tubuh (Kottelatet al. 1993). Clarias teijsmanni merupakan spesies ikan yang pada awalnya ditemukan di sungai-sungai yang berasal dari Gunung Salak, namun menurut laporan Rachmatika & Munim (2005), ikan spesies ini tidak berhasil ditemukan karena aktivitas penangkapan ikan dengan cara meracuni aliran sungai.

Glyptothorax platypogon merupakan spesies ikan dari ordo Siluriformes, famili Sisoridae. Ciri-ciri khusus ikan jenis ini adalah mempunyai mulut penghisap dan menggunakan lipatan pada bagian dada untuk menempel pada batu atau dasar sungai (Septiano 2006). Ikan jenis ini hidup pada habitat sungai yang berbatu-batu dengan arus sedang hingga deras, yang hanya ditemukan di sungai Ciapus.

Macrognathus maculatus merupakan

spesies ikan dari ordo Synbranchiformes famili Mastacembelidae. Spesies ini hanya ditemukan di anak sungai Cibeubeur dan Cianten yang merupakan sungai kecil, jernih, dan arus tenang sampai dengan sedang. Habitat hidupnya di perairan dengan vegetasi lebat atau pada dasar sungai yang berupa lumpur (Kottelatet al. 1993).

Ikan asing hasil introduksi yang ditemukan pada penelitian ini di antaranyaXiphophorus helleri,

Poecilia reticulata, dan Hypostomus plecostomus.

Ketiga spesies ini merupakan ikan hias introduksi yang berasal dari Mexico, Venezuela, dan sungai amazone di Amerika Selatan (Rachmatika & Munim 2005; Kottelat et al. 1993). Introduksi ikan asing merupakan salah satu faktor penting yang menyebabkan penurunan keanekaragaman ikan asli. Dampak yang ditimbulkan dapat berupa penurunan kualitas lingkungan perairan, gangguan terhadap komunitas ikan asli, introduksi penyakit dan parasit ikan, serta menimbulkan masalah sosial ekonomi bagi masyarakat (Welcome 1988).

Nilai indeks keanekaragaman pada 11 titik sampling tergolong rendah karena posisi sampling pada bagian hulu sungai yang mempunyai arus deras, berada di daerah ketinggian, berbatu-batu, kadar keasaman tinggi, mengandung belerang, dan kedalaman sungai berkisar antara 30-100 cm. Sebagian besar jenis ikan yang ditemukan adalah spesies indikator perairan. Nilai indeks keseragaman spesies yang mendekati nilai relatif sama atau mendekati 1 hanya pada Sungai Cipinang, yaitu 0.64 yang menunjukkan keseragaman antar spesies relatif sama, sedangkan untuk titik sampling lainnya nilai indeks keseragaman mendekati 0.

SIMPULAN

Sebanyak 218 jenis ikan diperoleh dari 11 titik sampling, yang dikelompokkan kedalam 6 ordo, 9 famili, dan 13 spesies. Sepuluh spesies diantaranya merupakan ikan asli dan 3 spesies lainnya adalah ikan hasil introduksi. Indeks keanekaragaman antar titik sampling tergolong rendah.

SARAN

Penangkapan ikan berlebihan oleh masyarakat dengan menggunakan racun harus dilakukan pengawasan yang lebih intensif, karena dapat merusak ekosistem perairan sungai. Ikan introduksi seperti Hypostomus plecostomus dan

Poecilia reticulata sangat mendominasi pada beberapa sungai, jika dibiarkan maka ikan asing ini akan menyebabkan kepunahan ikan air tawar asli. Identifikasi ikan secara morfologi mungkin bisa terjadi kesalahan, untuk memastikan spesies maka harus dilanjutkan dengan identifikasi DNABarcode.

DAFTAR PUSTAKA

(28)

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI

YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI

YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

BOGOR

2012

KEANEKARAGAMAN JENIS IKAN AIR TAWAR DI SUNGAI-SUNGAI

YANG BERASAL DARI GUNUNG SALAK

DALFIT

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PENGETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(29)

8

Djajadireja R, Fatimah S, Arifin Z. 1977. Jenis-jenis ikan ekonomis penting. Jakarta. Ditjen Perikanan, Deptan.

Gilbert CR, Williams JD. 2002. Field Guide to Fishes(Revised edition). New York: Alfred A Knopf Inc.

Hauer FR, Lamberti GA. 2007. Methods in Stream Ecology. USA: Academic Press.

Kottelat M, Whitten S, Wirdjoatmojo SN, Kartikasari. 1993. Freshwater Fishes of Western Indonesia and Sulawesi. Jakarta: Periplus Second Eddition.

Rachmatika I, Dewantoro GW, Sauri S. 2004. Fauna ikan di Sungai Cimadur, Ciujung, dan Ciberang di sekitar Taman Nasional Gunung Halimun, Kabupaten Lebak, Banten.Berita Biologi7(1): 33-40.

Rachmatika I, Munim A. 2005. Penelitian Ekologi dan Keanekaragaman Hayati di Kawasan Konservasi di Jawa Bagian Barat: Keanekaragaman Ikan di Beberapa Sungai di Kabupaten Lebak dan Bogor. Bogor: Bidang Zoologi, Pusat Penelitian Biologi-LIPI. Ratti JT, Garton EO. 1996. Research and

Experimental Design. Di dalam: Bookhout TA, editor. Research and Management Techniques for Wildlife and Habitats. USA: Allen Press. hlm 1–23.

Reid GK. 1961. Ecology of Inland Water and Estuaries. New York: Reinhold Book Corp. Roberts TR. 1989. The Freshwater Fishes of

Western Borneo. California: The California Academy of Sciences, USA.

Septiano E. 2006. Keanekaragaman dan pola adaptasi ikan di daerah hulu Sungai Ciliwung, Jawa Barat [skripsi]. Bogor. Departemen Sumberdaya Perairan, FPIK, Institut Pertanian Bogor.

Sulastri, Hartoto DI. 1985. Feeding habit ofRasbora lateristriata and Puntius binotatus in Citamanjaya and Cibinua Ujung Kulon.

ZooIndonesia4:1-7.

Vida A, Kotai T. 2006. 365 Fish. China: Koneman Vince Books.

Welcome RL. 1988. International introduction of inland aquatic spesies. FAO Fisheries Technical Papers,p. 294.

Whitten TRE, Soeriatmadja SA, Afiff. 1999.Ekologi Jawa dan Bali.Jakarta: Prenhallindo.

Wowor D, Hadiaty RK, Irvan. 2010. Studi Biota Perairan dan Herpetofauna di Daerah Aliran Sungai (DAS) Ciliwung dan Cisadane: Kajian Hilangnya Keanekaragaman Hayati. Bogor: Pusat Penelitian Biologi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia.

(30)
(31)

10

Lampiran 1 Foto keadaan sungai disetiap titik sampling

1. Sungai Cigamea 2. Sungai Cianten

3. Sungai Cisadane 4. Sungai Pangaur

(32)

11

7. Sungai Ciapus (2) 8. Anak Sungai Cibeubeur

9. Anak Sungai Cianten 10. Sungai Ciparay

Referensi

Dokumen terkait

Dari tabel 1 dapat dilihat bahwa jenis-jenis ikan yang ditemukan di Sungai Air Jernih Kecamatan Padang Guci Hulu Kabupaten Kaur Propinsi Bengkulu sebanyak 7

Survey ini menginventarisasi jenis–jenis ikan air tawar di sistem sungai di daerah selatan Papua, yang termasuk dalam Sistem Sungai Siret dan Sistem

Survey ini menginventarisasi jenis–jenis ikan air tawar di sistem sungai di daerah selatan Papua, yang termasuk dalam Sistem Sungai Siret dan Sistem

Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan pada tiga lokasi sungai tambahan dalam penelitian keanekaragaman ikan di pulau bangka ini diperoleh komposisi ikan yang

Kandungan logam (Al, Cu dan Fe) yang berasal dari limbah pabrik sawit diduga mempengaruhi kehidupan ikan di sungai Batang Naga sehingga spesies ikan yang dapat

Spesies ikan yang ditemukan di estuari Sungai Tanjung Belimbing Kabupaten Sambas sebanyak 18 spesies yang di kelompokkan menjadi 13 famili yaitu Ariidae , Carangidae ,

Gunung Salak sebagai bagian dari kawasan konservasi Taman Nasional Gunung Halimun Salak (TNGHS), merupakan kawasan yang penting bagi kelestarian keanekaragaman hayati,

KEANEKARAGAMAN IKAN AIR TAWAR DI DAERAH ALIRAN SUNGAI WACOPEK PULAU BINTAN SKRIPSI PUTRI ANISA WILIANTARA PROGRAM STUDI MANAJEMEN SUMBERDAYA PERAIRAN FAKULTAS ILMU KELAUTAN DAN