• Tidak ada hasil yang ditemukan

Keragaman Genetik Aksesi Pinang (Areca catechu L.) Asal Papua, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara Berdasarkan Karakter Morfologi dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Keragaman Genetik Aksesi Pinang (Areca catechu L.) Asal Papua, Sulawesi Utara, dan Sumatera Utara Berdasarkan Karakter Morfologi dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA)"

Copied!
30
0
0

Teks penuh

(1)

KERAGAMAN GENETIK AKSESI PINANG (

Areca catechu

L.) ASAL

PAPUA, SULAWESI UTARA, DAN SUMATERA UTARA

BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PEN ANDA RAPD

(

Random Amplified Polymorphic DNA

)

MAWARDI BAGINDO

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEN GETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(2)

Sulawesi Utara, dan Su matera Utara Berdasarkan Ka rakter Morfologi dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Dib imb ing oleh ALEX HA RTANA dan ISMAIL MASKROM O.

Tanaman pinang (Areca catechu L.) me rupakan salah satu jenis tanaman palma yang belu m dika ji secara intensif dibanding tanaman palma la innya (kelapa). Pe manfaatan pinang an tara lain sebagai bahan ramuan obat dan kosmetik, sebagai bahan upacara adat, serta sebagai la mbang hubungan sosial dan budaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman genetik aksesi pinang (Areca catechu L.) asal Papua, Sula wesi Utara, dan Su matera Uta ra yang dikoleksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Palma La in (Balit ka), Manado. Penelit ian in i dila ksanakan pada bulan Juli 2010 – Juni 2011. Sa mpe l d ia mati dan dila kukan pengukuran karakter mo rfologi tana man pinang dan diidentifikasi penanda RAPD menggunakan 2 prime r, dita mpilkan dala m bentuk dendogram menggunakan program NTsys 2.02. Ka rakter morfologi dari 8 a ksesi pinang me miliki tingkat ke miripan hanya 6%. Hasil penanda DNA dari 6 aksesi yang mewa kili 3 propinsi dianalisis me miliki tingkat ke miripan 49%. Individu pohon pinang tidak mengelo mpok ke dala m masing -masing aksesi baik secara morfo logi maupun penanda DNA.

Kata kunci : Aksesi, pinang, morfo logi, RAPD.

ABSTRACT

MAWARDI BA GINDO. Genetic Diversity of Areca nuts Accessions (Areca catechu L.) fro m Papua, North Sulawesi, and North Sumatera Based on Morphological Characters and RAPD ma rke rs (Random A mp lified Po ly morphic DNA). Supervised by ALEX HA RTANA and ISMAIL MASKROM O.

Areca nuts (Areca catechu L.) is a palm plant that has not been studied intesively than other palm crops (coconut). Areca nuts is used as ingredients of medic ines, cosmetics, and ceremonia l, as well as a symbol of social and cultura l re lationship. Th e objectives of these studies were to e xplore genetic diversity of areca nuts accessions (Areca catechu L.) fro m Papua, North Sula wesi and North Sumatera that were collected and planted in Experimental Station Ka iwatu, Indonesian Coconut and Palmae Research Institute (Balitka ), Manado. These studies were conducted in July 2010 - June 2011. Plant morphologica l characters were observed and measured and DNA markers were identified using two primers RAPD. Data were analy zed using the program NTsys 2.02. Morphological characters for eight accessions of areca nuts has a simila rity level 6%. However, the simila rity of six areca nuts accessions, representing three provinces, based on DNA markers was 49%. Indiv idual areca nuts palms are not groupped into their acce ssion, based on either morphologica l or DNA ma rke rs.

(3)

BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PEN ANDA RAPD

(

Random Amplified Polymorphic DNA

)

MAWARDI BAGINDO

Skripsi

sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar

Sarjana Sains pada

Departemen Biologi

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEN GETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(4)

Morfologi dan Penanda RAPD (

Random Amplified Polymorphic

DNA

)

Nama

: Mawardi Bagindo

NIM

: G34063549

Menyetujui,

Prof. Dr. Ir. Alex Hartana

Ir. Ismail Maskromo, M.Si.

Pembimbing I

Pembimbing II

Mengetahui,

Dr. Ir. Ence Darmo Jaya Supena, M.Si.

Ketua Departemen Biologi

(5)

PRAKATA

Puji dan syukur penulis panjatkan kepada Allah SWT atas segala karunia -Nya dala m penyelesaian karya ilmiah ini. Shala wat dan sala m kepada Nabi Muhammad SAW, penutup para nabi dan rasul. Penelit ian ini dilaku kan pada bulan Juli 2010 hingga Juni 2011 dengan judul Keraga man Genetik Aksesi Pinang (Areca catechu L.) Asal Papua, Sulawesi Utara, dan Su matera Utara Be rdasarkan Kara kter Morfologi dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA).

Penulis mengucapkan terima kasih kepada Bapak Prof. Dr. Ir. Ale x Ha rtana selaku pembimb ing I yang telah mencurahkan perhatiannya dari awal h ingga penelitian ini selesai dan kepada Bapak Ir. Isma il Maskro mo, M.Si. sela ku pe mbimb ing II di lapangan dan laboratorium atas bimbingan dan pengetahuan yang telah dilimpahkan kepada penulis selama berlangsungnya penelitian in i. Se lain itu, penulis juga mengucapkan terima kasih kepada Bapak Miftahorrach man, Ibu Anna, serta seluruh staf di Ba lai Pene lit ian Tanaman Ke lapa dan Palma Lain (Ba lit ka), Manado, atas bantuan selama ini. Terima kasih penulis ucapkan kepada Bapak Pieter dan Bapak Yud i yang telah mengizin kan penulis untuk melaksanakan penelitian di laboratoriu m Biologi Molekule r Tana man II, Departe men Agronomi dan Hortikultura, Fa kultas Pertanian, Institut Pertanian Bogor. Terima kasih kepada kedua orang tua dan keluarga atas dukungan, doa, serta bantuan dalam penulisan karya ilmiah ini. Penulis juga menghaturkan terima kasih kepada Farida Assagaf dan Fickri Gha zali atas bantuan dan dukungannya sebagai teman berbagi cerita dan pengalaman, re kan-re kan Biolog i 43 atas kebersamaannya, teman Wisma Byru serta seluruh rekan-rekan yang tidak dapat penulis sebutkan satu per satu atas dukungannya selama ini.

Se moga karya ilmiah in i berman faat.

Bogor, Ju li 2011

(6)

RIWAYAT HIDUP

Penulis dilahirkan di Kota mobagu, Propinsi Sula wesi Utara pada tanggal 22 Dese mber 1988. Penulis me rupakan anak dari Bapak Muadi Bagindo dan Ibu Marina Ma monto.

Tahun 2000 penulis lu lus dari SDN 2 Inpres Kobo Kec il, ke mudian pada tahun 2003 penulis menyelesaikan studi di SLTP Negeri 1 Kota mobagu. Selanjutnya penulis lulus dari M AN Insan Cendekia Gorontalo pada tahun 2006 dan pada tahun yang sama penulis diterima di IPB me la lui jalu r Se leksi Penerimaan Mahasiswa Baru (SPM B). Penulis diterima di mayor Departe men Biolog i, Faku ltas Matematika dan Ilmu Pengetahuan Alam, Institut Perta nian Bogor.

(7)

DAFTAR ISI

Halaman

DAFTAR TABEL

... iv

DAFTAR GAM BAR

... iv

DAFTAR LAMPIRAN

... iv

PENDAHULUAN

... 1

Latar Be la kang

... 1

Tujuan

... 1

BAHAN DA N M ETODE

... 1

Waktu dan Tempat

... 1

Alat dan Bahan

... 1

Morfologi

... 1

Analisis DNA

... 2

HASIL

... 3

PEMBA HASAN

... 5

SIMPULAN

... 6

DAFTAR PUSTA KA

... 6

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

1

Kara kter morfologi rata-rata dari 8 aksesi pinang asal Papua, Sula wesi Utara, dan Su matera

Utara

……….

3

DAFTAR GAMBAR

Halaman

1 Dendogram ke miripan 8 aksesi pinang asal Papua, Sula wesi Utara, dan Su mate ra Utara berdasarkan rata-rata karakte r morfologi ………....3

2 Polimorfis me pita DNA aksesi pinang TRN, M GK, OYH, GSK, M LW -I, dan KHN

menggunakan prime r OPC-20………...4

3 Dendogram ke miripan genetik 6 a ksesi pinang asal Papua, Sula wesi Utara , dan Su matera

Utara berdasarkan penanda DNA……… 5

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(9)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pinang (Areca catechu L.) me rupakan salah satu jenis tanaman palma yang belum dikaji secara intensif dibanding tanaman palma la innya (ke lapa). Agroklimat tempat tumbuhnya beragam, dapat tumbuh mu lai dari tepi pantai sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun (Pandin &

Ro mpas 1994). Pe manfaatan pinang antara lain sebagai bahan ramuan obat dan kosmetik, sebagai bahan upacara adat, serta sebagai la mbang hubungan sosial dan budaya. Buah pinang juga mengandung senyawa bioaktif yaitu arecaine (0,1%), arecoline (0,07-0,1%),

tannin (15%), le ma k (14%), dan s enyawa

arecaidine, guvacoline, guvacine dan choline

dala m ju mlah yang sangat sedikit (Sa ka 2001).

Pinang sebagai tanaman tradisional menyebar cukup luas di Indonesia. Saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Su matera dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Ka limantan Barat (Maskro mo & M iftahorrach man 2007).

Sebagai tanaman tradisional, pinang sangat erat terkait dengan adat istiadat sebagian besar penduduk Indonesia. Sebagai materi plas ma nutfah komoditas ini perlu utuk dike mbangkan. Kegiatan e ksplorasi sudah dila kukan sejak tahun 1994. Se mentara kegiatan ko leksi plas ma nutfah pinang di Kebun Percobaan Kaiwatu Ba lai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma La in (Balitka ) Manado, Sulawesi Utara, mu lai dila kukan sejak tahun 1997. Saat in i, ko leksi plas ma nutfah pinang yang sudah ada di kebun kole ksi berju mlah 12 aksesi, sedangkan di pembib itan berju mlah 6 aksesi.

Informasi genetik tanaman pinang yang diperlukan masih sangat terbatas. Penelitian tanaman pinang saat ini baru sebatas morfologi vegetatif dan generatif saja. Informasi ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan seleksi tetua.

Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Palma La in (Ba litka), Manado, telah mengole ksi tanaman pinang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Go rontalo, dan Papua. Tanaman tersebut dikoleksi di Kebun Percobaan (KP) Ka iwatu, Manado. Sampa i saat ini, ke raga man genetik p inang di KP tersebut belum d iidentifikasi.

Tujuan

Penelit ian ini bertujuan mengetahui keraga man genetik aksesi pinang (Areca catechu L.) asal Papua, Sula wesi Utara, dan Sumatera Utara yang dikoleksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Balitka , Manado.

BAHAN DAN METOD E

Waktu dan Te mpat

Penelit ian in i dila ksanakan pada bulan Juli 2010 – Juni 2011. Penga mbilan sampe l dan pengamatan morfo logi tanaman pinang dila kukan di Kebun Percobaan Kaiwatu, Manado. Identifikasi berdasarkan penanda DNA dilaku kan di Laboratoriu m Bioteknologi dan Molekuler, Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Pa lma Lain (Balitka ), Manado, dan di Laboratorium Biologi Mole kule r Departe men Agronomi dan Holtiku ltura, Fakultas Pertanian IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain berupa meteran (c m), sig mat (jangka sorong), timbangan analitik, sentrifuse, tabung reaksi, pipet mikro, mesin PCR, e lektrofo resis horizontal.

Bahan tanaman berupa delapan aksesi tanaman pinang (Areca catechu L.) yang berasal dari tiga propinsi: Oyehe (OYH), Ka li Harapan (KHN), Nifasi (NFS) (Propinsi Papua); Molinow-1 (M LW-I), Molinow-2 (MLW-II), Mongkonai (M GK) (Propinsi Sulawesi Utara ); dan dua aksesi asal Sumatera Utara yaitu Ga lang Suka (GSK) dan Tarean (TRN) yang dikole ksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Manado. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia untuk isolasi DNA, dan analisis RAPD.

Mor fol ogi

Contoh pohon yang digunakan pohon pinang rata-rata beru mur 4 tahun untuk masing-masing aksesi, serta tidak terserang hama. Ju mlah pohon yang dianalisis 10 pohon tiap aksesi, sehingga total pohon yang dianalisis 80 pohon.

(10)

yang terdapat pada sisi kiri dan kanan dari helaian daun, panjang pinak daun (cm) diuku r dari pangkal sampai ujung. Hasil pengamatan ini digunakan untuk me mbuat pengelompokan berdasarkan karakte r morfologi menggunakan program

Numerical

Taxonomy

and

Multivariate

System,

version

2.02

(NTSys) (Rohlf 1993) dengan metode

Unweighted Pair Group Method with

Arithmetic

(UPGMA).

Hasil

pengelompokan ini ditampilkan dalam

bentuk dendogram.

Analisis DNA

DNA yang dianalisis hanya dari 6 aksesi pinang yang diwakili oleh 2 aksesi pinang tiap propinsi, yaitu GSK dan TRN (Su matera Utara); M LW-I dan M GK (Su lawesi Uta ra); OYH dan KHN (Papua). DNA die kstraksi dari daun pinang yang masih muda, 5 pohon tiap aksesi.

DNA total tana man diisolasi mengikuti metode Rohde et al. (1995). Sebanyak 2 gra m daun pinang yang masih muda dimasukkan dala m mortar yang berisi 10 ml la rutan penyangga lisis (100 mM Tris-HCl pH (8,2) (m/v) CTA B, (1,4) M Na Cl, 20 mM EDTA, dan (0,2%) β-me rcaptoetanol ditambahkan pada saat akan diisolasi) dan (0,07) g pasir kuarsa, dan daun digerus sampai halus. Ca iran/serbuk daun dipindahkan ke dala m tabung 15 ml dan diinkubasi pada suhu 65oC selama 1 ja m. Suspensi DNA d isentrifuse pada 4000 rp m sela ma 15 menit, dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan perbandingan 1 volu me kloroform : isoamil a lkohol (24 :1). DNA di dala m suspensi dipresipitasi dengan mena mbahkan (0,1) volu me sodium asetat 3M pH 5,2 dan (0,8) volu me isopropanol. Endapan DNA yang dihasilkan me lalu i sentrifuse 4000 rp m sela ma 15 menit , dicuc i dengan etanol 70%, d ike ringkan, dan DNA disuspensi dalam 500 μl larutan TE. Kontaminan RNA dih ilangkan dengan cara suspensi DNA dita mbah Rnase 5μl dengan konsentrasi akhir 1000 μg/ml dan inkubasi pada suhu 370C selama 1 ja m. Suspensi DNA diekstraksi berturut-turut dengan fenol, ke mudian dengan 1 volume kloro form : isoamil alkohol (24 : 1). Tahapan berikut adalah mengendapkan DNA sampai tahap suspensi yang prosedurnya sama dengan langkah sebelumnya.

DNA tana man pinang dia mp lifikasi menggunakan 2 primer, OPC-20 dan OPA-3 yang menghasilkan a mplifikasi polimo rfik pada semua aksesi pinang hasil seleksi dari 10

prime r RAPD yaitu OPA-1, OPA-3, OPA-9, OPC-16, OPC-18, OPC-19, OPC-20, OPM -1, OPM-2, dan OPM -7.

Ko mposisi reaksi PCR mengandung 2μl DNA Geno m, (1,25 μl) dNTP (Pro mega), (0,25 μl) MgCl2, 1 μl primer (OPC-20 dan

OPA-3), (0,075μl) Tag DNA polymerase, buffer PCR (1,25 μl), dan ultra pure water (H2O) steril, dengan volume total reaksi 12,5 μl. Reaksi a mp lifikasi d ila kukan pada mesin PCR berlangsung sebanyak 45 siklus. Masing-masing siklus terdiri: pre-denaturasi 94oC selama 5 menit, denaturasi 94oC 10 detik, penempelan (annealing) prime r pada suhu 37oC sela ma 30 detik, pe manjangan prime r pada suhu 72oC sela ma 1 menit dan pemanjangan akhir pada suhu 72oC selama 10 men it.

Elekt roforesis dila kukan pada arus konstan 70V, 400mA sela ma 120–150 men it. Sebanyak 12,5 μl hasil PCR dita mbah 2 μl pewarna loading dye dimasukkan pada masing-masing sumur ge l agarose 2% dengan satu sumur untuk 1 kb DNA ladder dan diwarna i dengan etidium bro mida 0,5 μg/ ml. Hasil e le ktroforesis divisualisasikan di atas UV-transilu minator, la lu dila kukan pemotretan menggunakan kame ra dig ital.

Setiap pita DNA hasil a mplifikasi pada laju ele ktroforesis tertentu dianggap sebagai satu lokus, sehingga pita DNA yang sama dari beberapa individu tanaman diinterpretasikan sebagai satu lokus yang homolog. Lo kus tersebut diubah ke dalam bentuk data biner dengan me mberi nilai satu (1) jika pita ada dan nol (0) jika t idak ada pita. Data biner dimasukan ke dalam progra m NTSys 2.02. Matriks data biner ke mudian diturunkan men jadi matriks ke miripan (matriks jara k ke miripan) menggunakan ru mus koefisien Dice (Nei & Li 1979) sebagai berikut:

Fab b a ab

n

n

n

2

Fab adalah nilai kesa maan genetik antara

individu tanaman a dan b, nab adalah jumlah pita yang sama posisinya pada individu a dan b, na dan nb adalah jumlah pita pada masing-masing individu a dan b.

(11)

Dendogram Morfologi Vegetatif Pinang

Coefficient

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

Molinow-1

Molinow-2

Oyehe

G.Suka

Mongkonai

Nifasi-1

K.Harapan

Tarean

HASIL

Berdasarkan kara kter mo rfo logi per individu tanaman dari 8 a ksesi pinang yang dianalisis mengunakan program NTSys 2.02, me miliki tingkat ke miripan hanya 2,1% (La mpiran 1). Pada tingkat ke miripan tersebut me mbentuk dua kelo mpo k. Ke lo mpok I terdiri atas 79 indiv idu tanaman pinang dari 8 aksesi. Pada kelo mpok II hanya terdapat 1 individu tanaman pinang yaitu dari aksesi GSK. Sedangkan dilihat dari data hasil pengamatan kara kter mo rfolog i rata-rata dari delapan aksesi pinang (Tabel 1), yang juga dianalisis menggunakan program NTSys 2.02 me miliki tingkat ke miripan sebesar 6%, atau ketidakmiripan sebesar 94% (Ga mbar 1).

Ke-delapan aksesi pinang tersebut me miliki ke raga man morfologi yang berbeda. Pada tingkat kemiripan 6%, me mbentuk tiga kelo mpok ya itu Kelo mpo k I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN.

Sele ksi prime r dila kukan dengan menga mplifikasi DNA daun pinang yang diwa kili oleh 3 pohon setiap aksesi. Dari 10 prime r yang diseleksi hanya 2 prime r yang teramp lifikasi, ya itu OPC-20 dn OPA-3. Sehingga primer tersebut digunakan untuk menga mplifikasi DNA 6 a ksesi pinang yang diwa kili oleh 5 pohon untuk setiap aksesi.

Tabel 1 Ka rakter morfologi rata-rata dari 8 a ksesi pinang asal Papua, Sula wesi Utara, dan Su matera Utara.

Kar akter Morfologi Aksesi

MLW-I MLW-II MGK TRN GSK NFS KHN OYH

Tinggi Batang (c m) 337 168 195 311 421 281 319 284

Lingkar Batang (c m) 49 39 41 44 45 42 43 47

Jumlah Bekas Daun 21 13 14 19 23 14 13 11

Jumlah Daun 8 7 8 9 10 8 8 9

Panjang Daun (c m) 346 258 278 317 332 293 288 284

Panjang Tangkai Daun (c m) 123 97 102 115 116 111 110 106

Jumlah Pinak Daun 88 41 49 70 78 59 58 57

Panjang Pina k Daun (c m) 91 87 89 92 93 78 86 83

MLW-I MLW-II OYH GSK MGK NFS KHN TRN

Koefisien

0.06 I

II

III

(12)

Ena m a ksesi yang digunakan yaitu TRN, MGK, OYH, GSK, M LW-I, dan KHN. Amplifikasi DNA menggunakan primer OPC-20 dan OPA-3 terhadap 30 individu pinang dari 6 aksesi tersebut menghasilkan pita polimorfik yang berkisar 1-7 p ita (Ga mbar 2). Hasil berdasarkan penanda DNA setelah diubah menjadi data biner, dianalisis menggunakan program NTSys 2.02 dan ditamp ilkan dala m bentuk dendogram (Ga mbar 3). Ke-ena m aksesi pinang tersebut me miliki ke miripan genetik sebesar 49% atau me miliki keraga man genetik sebesar

51% dan me mbentuk dua kelo mpok; Kelo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam aksesi; Kelo mpok II terdiri atas 6 individu berasal dari 2 aksesi. Seca ra keseluruhan 30 individu dari ke-ena m a ksesi ini t idak secara tegas terpisah ke dalam a ksesi masing-masing walaupun terdapat kecenderungan beberapa individu dari satu aksesi mengelo mpok menjad i satu

.

Keterangan: M adalah penanda ukuran DNA (bp)

[image:12.596.132.453.86.622.2]
(13)

PEMBAHASAN

Pada dendogram ke-de lapan aksesi pinang berdasarkan karakter mo rfo logi per individu tanaman (La mp iran 1) me miliki tingkat ke miripan sebesar 2,1%. Pada tingkat ke miripan ini me mbentuk dua kelompok: Kelo mpok I terdiri atas 79 indiv idu tanaman dari 8 a ksesi pinang; sedangkan pada kelo mpok II hanya terdapat 1 individu tanaman dari aksesi GSK. Dari dendogram ke -delapan aksesi pinang berdasarkan kara kter morfologi per individu tanaman menunjukan bahwa setiap pohon di dala m a ksesi me miliki kara kter yang berbeda-beda, sehingga tidak mengelo mpok ke dala m a ksesinya. Tanaman pinang yang dikoleksi d i Kebun Percobaan Kaiwatu ditanam dari b iji, sedangkan biji tanaman dari setiap aksesi pinang tersebut dia mbil dari beberapa pohon. Dengan demikian, fa ktor genetik dari setiap tanaman itu sendiri sangat berpengaruh.

Berdasarkan pengamatan pada rata-rata 8 kara kter morfologi dari de lapan aksesi pinang, diperoleh data yang cukup bervariasi antar aksesi pinang (Tabel 1). Pada kara kter tinggi batang pohon pinang berkisar antara 168-421 c m, lingkar batang 39-49 c m, ju mlah bekas daun 11-23 bekas daun, jumlah daun 7-10 daun, panjang daun 258-346 c m, panjang tangkai daun 97-123 c m, ju mlah pinak daun 41-88 p inak, dan panjang pinak daun berkisar 78-93 c m.

Kara kter morfologi ini dapat dijadikan sebagai ka rakter yang perlu diperhatikan dala m menyele ksi tanaman pinang untuk mendapatkan pohon induk benih dengan produktivitas tinggi. Penelit ian ini sejalan dengan hasil penelitian M iftahorrach man (2005) tentang adanya pengaruh langsung sifat-sifat vegetatif tertentu seperti tinggi batang, jumlah bekas daun, jumlah daun, dan ju mlah pinak daun terhadap produksi buah pinang pada koleksi asal Su matera Utara . Pada aksesi pinang asal Aceh, ka rakter yang dapat digunakan untuk identifikasi tana man pinang yang berpotensi tinggi, yaitu jumlah daun, jumlah p inak daun, dan ju mlah tandan (Miftahorrach man et al. 1989).

Pada dendogram ke miripan berdasarkan rata-rata kara kter morfologi p inang me miliki nila i ke miripan sebesar 6% dan membentuk tiga kelo mpok yaitu Ke lo mpok I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN (Ga mbar 1). Pada kelo mpok I, M LW-I dan M LW-II mengelo mpok be rasal dari daerah yang sama (Sula wesi Utara). Kelo mpok II terdapat dua aksesi berasal dari daerah yang berbeda yaitu OYH (Papua) dan GSK (Su matera Utara). Sedangkan pada kelo mpok III terdapat empat aksesi berasal dari 3 daerah yaitu MGK (Sula wesi Utara), NFS dan KHN (Papua), dan TRN (Su matera Utara). Kedekatan antar aksesi tertentu seperti pada kelompok III dengan kemiripan sebesar 8%, menunjukkan Koefisien

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

TRN1 KHN1 KHN2 GSK3 KHN3 KHN5 OYH2 OYH3 OYH5 GSK1 GSK2 GSK5 KHN4 MGK1 MGK2 MGK4 MGK3 MGK5 OYH1 MLW4 TRN2 TRN3 OYH4 GSK4 TRN4 TRN5 MLW1 MLW2 MLW5 MLW3 Koefisien I II a b c d 0.70 0.49

[image:13.596.116.520.75.301.2]
(14)

adanya kemiripan ka rakter-ka rakter tertentu yang dimiliki aksesi-aksesi tersebut.

Tingkat ke miripan 2,1% pada dendogram berdasarkan kara kter mo rfo logi dari delapan a ksesi pinang per individu tanaman (La mp iran 1) lebih kec il dibandingkan tingkat ke miripan pada dendogram berdasarkan rata-rata kara kter morfologi dari delapan aksesi pinang yaitu sebesar 6% (Ga mbar 1). Ke miripan berdasarkan karakter morfologi ini belu m bisa menunjukkan hubungan kekerabatan antar aksesi yang dipelajari secara akurat, karena kara kter morfologi yang dia mati u mu mnya dipengaruhi oleh lingkungan dan umur tanaman. Na mun, informasi ini berguna dalam mengetahui jara k genetik antar aksesi secara cepat.

Berdasarkan penanda DNA, primer yang digunakan untuk menganalisis 6 aksesi pinang tersebut yaitu primer acak (Operan) OPC-20 dan OPA-3. Primer in i dipilih karena menghasilkan pola pita yang polimorfik. Jumlah pita DNA polimorfik da la m analisis keraga man genetik sangat menentukan tingkat keraga man suatu populasi (Pandin 2000). Se makin banyak pita DNA polimorfik akan lebih menggambarkan keadaan genom tanaman karena situs pelekatan primer dengan genom tanaman sema kin banyak dan akan me mpe rkec il bias, karena t idak terwakili bagian genom tertentu (Nienhuis et al. 1994).

Pada dendogram berdasarkan penanda DNA (Ga mbar 3), bila analisis pengelompokan 6 aksesi pinang dari asalnya digabungkan, maka seluruh pohon pinang tersebut me mpunyai ke miripan 49% atau me miliki tingkat keraga man genetik sebesar 51%. Pada tingkat kemiripan ini me mbentuk dua kelompok; Ke lo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam a ksesi; Kelo mpok II terd iri atas 6 individu berasal dari 2 aksesi yaitu M LW dan TRN. Tida k semua pohon pinang dari setiap aksesi pinang mengu mpul dala m kelo mpok a ksesinya, namun terdapat kecenderungan beberapa individu dari satu aksesi mengelo mpok men jadi satu. Sedangkan beberapa individu lain terp isah dari a ksesinya.

Pada dendogram ke miripan 70%, me mbentuk e mpat kelo mpok. Ke lo mpok a terdapat empat aksesi pinang yaitu TRN (1 individu), KHN (5 individu), OYH (3 individu), dan GSK (4 individu). Dari ke -empat a ksesi ini terdapat ke miripan 100% antar individu yaitu tiga individu dari aksesi pinang GSK (GSK1,2,5), dua individu dari aksesi pinang OYH (OYH3,5), dan satu

pasang individu dari aksesi KHN (KHN1,2 dan KHN3,5). Pada kelo mpok b, terdapat tiga aksesi pinang yaitu MGK (5 individu), OYH (1 indiv idu), dan MLW (1 individu). Pada kelo mpok in i t idak terdapat ind ividu yang me miliki ke miripan 100%. Selan jutnya pada kelo mpok c terdapat tiga aksesi pinang yaitu TRN (2 individu), OYH (1 individu), dan GSK (1 individu), tidak terdapat ke miripan 100%. Sedangkan pada kelompok d terdapat 2 aksesi yaitu TRN (2 individu) dan MLW (4 individu). Pada ke lo mpok ini terdapat ke miripan 100% antar individu M LW (MLW 1,2,5).

Keanekaraga man genetik suatu populasi dapat terjadi ka rena interaksi dari beberapa faktor yaitu mutasi, migrasi, reko mb inasi, seleksi, dan hanyutan. Mutasi, migrasi dan reko mbinasi gen a kan me mperkaya keraga man dala m populasi ala mi, sedangkan seleksi dan hanyutan genetik cenderung mengurangi variasi (Ford-Lloyd & Jackson 1986). Informasi jara k genetik dapat dijadikan dasar untuk menentukan aksesi yang akan dipilih, sebagai materi untuk persilangan me rakit pinang hibrida. Se ma kin jauh jara k genetik antar aksesi, maka akan me miliki efe k heterosis yang tinggi apabila disilangkan (Maskro mo & M iftahorrach man 2007).

SIMPULAN

Delapan aksesi pinang yang ditanam secara ex situ di Kebun Percobaan Ka iwatu Manado berdasarkan analisis mofologi me mbentuk tiga ke lo mpok pada tingkat ke miripan 6% yaitu Kelo mpok I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN. Sedangkan berdasarkan analisis RAPD menggunakan prime r OPC-20 dan OPA-3 me mbentuk dua kelo mpok pada tingkat ke miripan 49% yaitu Kelo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam aksesi; Kelo mpok II terdiri atas 6 individu berasal dari dua aksesi.

DAFTAR PUSTAKA

Ford-Lloyd B, Jac kson. 1986. Plant Genetic Resources and introduction to their Conservation and Use. Edward Arnoldy Pty. Ltd. Australia. h lm 152.

(15)

Jur Penelitian Tanaman Industri 13(4). Bogor: Puslitbang Perkebunan.

Miftahorrach man, D.S. Pandin, dan H. Novarianto. 1989. Kara kterisasi sifat-sifat tanaman pinang (Areca catechu L) di Daerah Istime wa Aceh dan Kalimantan Selatan. Jur Penelitian Kelapa. 3 (2) : 41 - 52

Miftahorrach man. 2005. Sidik lintas karakter vegetatif dan generatif plasma nutfah pinang (Arecha catecu L.). Bul Palma

29 : 47 – 53.

Nei M, Li WH. 1979. Mathe matical model fo r studying genetic variation in terms of restriction endonucleases. Proc Natl Acad Sci 76:5269-5273.

Nienhuis J, Tivang J, Skroch P. 1994. Analysis of genetic re lationship among genotypes based on molecular marker data. Di da la m: Analysis of molecular Data, Oregon, 5-6 Agu 1994. Oregon: Joint Plant Breed ing Simposia Series. hlm 8-14.

Pandin DS. 2000. Ke miripan Genetik Populasi Kelapa Dala m Mapanget, Tenga, Bali, Palu, dan Sa rwa rna Be rdasarkan Penanda RAPD [Tesis]. Bogor. Seko lah Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor.

Pandin DS, Ro mpas T. 1994. Kara kterisasi Tanaman Pinang di Bengkulu, Su matera Barat, dan Su matera Utara. Jur Penelitian Kelapa 7(2):39.

Rohde W, Ku llaya A, Rodriguez J, Ritter E. 1995. Geno me analysis of Cocos nucifera L. by PCR A mplificat ion of Spacer Sequences Separating a Subset of Copia like Eco RI Repetitive Ele ments. J Gen Breed 49: 170 – 186.

Rohlf F. 1993. NTSYS: Nu me rical Ta xono my and Multivariate System, Version 2.02. New York: Exeter Publishing, Ltd.

(16)
(17)

Lampiran 1 Dendogram 8 aksesi pinang berdasarkan karakter morfologi per individu tanaman.

I

II

(18)

Sulawesi Utara, dan Su matera Utara Berdasarkan Ka rakter Morfologi dan Penanda RAPD (Random Amplified Polymorphic DNA). Dib imb ing oleh ALEX HA RTANA dan ISMAIL MASKROM O.

Tanaman pinang (Areca catechu L.) me rupakan salah satu jenis tanaman palma yang belu m dika ji secara intensif dibanding tanaman palma la innya (kelapa). Pe manfaatan pinang an tara lain sebagai bahan ramuan obat dan kosmetik, sebagai bahan upacara adat, serta sebagai la mbang hubungan sosial dan budaya. Penelitian ini bertujuan mengetahui keragaman genetik aksesi pinang (Areca catechu L.) asal Papua, Sula wesi Utara, dan Su matera Uta ra yang dikoleksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Palma La in (Balit ka), Manado. Penelit ian in i dila ksanakan pada bulan Juli 2010 – Juni 2011. Sa mpe l d ia mati dan dila kukan pengukuran karakter mo rfologi tana man pinang dan diidentifikasi penanda RAPD menggunakan 2 prime r, dita mpilkan dala m bentuk dendogram menggunakan program NTsys 2.02. Ka rakter morfologi dari 8 a ksesi pinang me miliki tingkat ke miripan hanya 6%. Hasil penanda DNA dari 6 aksesi yang mewa kili 3 propinsi dianalisis me miliki tingkat ke miripan 49%. Individu pohon pinang tidak mengelo mpok ke dala m masing -masing aksesi baik secara morfo logi maupun penanda DNA.

Kata kunci : Aksesi, pinang, morfo logi, RAPD.

ABSTRACT

MAWARDI BA GINDO. Genetic Diversity of Areca nuts Accessions (Areca catechu L.) fro m Papua, North Sulawesi, and North Sumatera Based on Morphological Characters and RAPD ma rke rs (Random A mp lified Po ly morphic DNA). Supervised by ALEX HA RTANA and ISMAIL MASKROM O.

Areca nuts (Areca catechu L.) is a palm plant that has not been studied intesively than other palm crops (coconut). Areca nuts is used as ingredients of medic ines, cosmetics, and ceremonia l, as well as a symbol of social and cultura l re lationship. Th e objectives of these studies were to e xplore genetic diversity of areca nuts accessions (Areca catechu L.) fro m Papua, North Sula wesi and North Sumatera that were collected and planted in Experimental Station Ka iwatu, Indonesian Coconut and Palmae Research Institute (Balitka ), Manado. These studies were conducted in July 2010 - June 2011. Plant morphologica l characters were observed and measured and DNA markers were identified using two primers RAPD. Data were analy zed using the program NTsys 2.02. Morphological characters for eight accessions of areca nuts has a simila rity level 6%. However, the simila rity of six areca nuts accessions, representing three provinces, based on DNA markers was 49%. Indiv idual areca nuts palms are not groupped into their acce ssion, based on either morphologica l or DNA ma rke rs.

(19)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pinang (Areca catechu L.) me rupakan salah satu jenis tanaman palma yang belum dikaji secara intensif dibanding tanaman palma la innya (ke lapa). Agroklimat tempat tumbuhnya beragam, dapat tumbuh mu lai dari tepi pantai sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun (Pandin &

Ro mpas 1994). Pe manfaatan pinang antara lain sebagai bahan ramuan obat dan kosmetik, sebagai bahan upacara adat, serta sebagai la mbang hubungan sosial dan budaya. Buah pinang juga mengandung senyawa bioaktif yaitu arecaine (0,1%), arecoline (0,07-0,1%),

tannin (15%), le ma k (14%), dan s enyawa

arecaidine, guvacoline, guvacine dan choline

dala m ju mlah yang sangat sedikit (Sa ka 2001).

Pinang sebagai tanaman tradisional menyebar cukup luas di Indonesia. Saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Su matera dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Ka limantan Barat (Maskro mo & M iftahorrach man 2007).

Sebagai tanaman tradisional, pinang sangat erat terkait dengan adat istiadat sebagian besar penduduk Indonesia. Sebagai materi plas ma nutfah komoditas ini perlu utuk dike mbangkan. Kegiatan e ksplorasi sudah dila kukan sejak tahun 1994. Se mentara kegiatan ko leksi plas ma nutfah pinang di Kebun Percobaan Kaiwatu Ba lai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma La in (Balitka ) Manado, Sulawesi Utara, mu lai dila kukan sejak tahun 1997. Saat in i, ko leksi plas ma nutfah pinang yang sudah ada di kebun kole ksi berju mlah 12 aksesi, sedangkan di pembib itan berju mlah 6 aksesi.

Informasi genetik tanaman pinang yang diperlukan masih sangat terbatas. Penelitian tanaman pinang saat ini baru sebatas morfologi vegetatif dan generatif saja. Informasi ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan seleksi tetua.

Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Palma La in (Ba litka), Manado, telah mengole ksi tanaman pinang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Go rontalo, dan Papua. Tanaman tersebut dikoleksi di Kebun Percobaan (KP) Ka iwatu, Manado. Sampa i saat ini, ke raga man genetik p inang di KP tersebut belum d iidentifikasi.

Tujuan

Penelit ian ini bertujuan mengetahui keraga man genetik aksesi pinang (Areca catechu L.) asal Papua, Sula wesi Utara, dan Sumatera Utara yang dikoleksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Balitka , Manado.

BAHAN DAN METOD E

Waktu dan Te mpat

Penelit ian in i dila ksanakan pada bulan Juli 2010 – Juni 2011. Penga mbilan sampe l dan pengamatan morfo logi tanaman pinang dila kukan di Kebun Percobaan Kaiwatu, Manado. Identifikasi berdasarkan penanda DNA dilaku kan di Laboratoriu m Bioteknologi dan Molekuler, Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Pa lma Lain (Balitka ), Manado, dan di Laboratorium Biologi Mole kule r Departe men Agronomi dan Holtiku ltura, Fakultas Pertanian IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain berupa meteran (c m), sig mat (jangka sorong), timbangan analitik, sentrifuse, tabung reaksi, pipet mikro, mesin PCR, e lektrofo resis horizontal.

Bahan tanaman berupa delapan aksesi tanaman pinang (Areca catechu L.) yang berasal dari tiga propinsi: Oyehe (OYH), Ka li Harapan (KHN), Nifasi (NFS) (Propinsi Papua); Molinow-1 (M LW-I), Molinow-2 (MLW-II), Mongkonai (M GK) (Propinsi Sulawesi Utara ); dan dua aksesi asal Sumatera Utara yaitu Ga lang Suka (GSK) dan Tarean (TRN) yang dikole ksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Manado. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia untuk isolasi DNA, dan analisis RAPD.

Mor fol ogi

Contoh pohon yang digunakan pohon pinang rata-rata beru mur 4 tahun untuk masing-masing aksesi, serta tidak terserang hama. Ju mlah pohon yang dianalisis 10 pohon tiap aksesi, sehingga total pohon yang dianalisis 80 pohon.

(20)

PENDAHULUAN

Latar Belakang

Tanaman pinang (Areca catechu L.) me rupakan salah satu jenis tanaman palma yang belum dikaji secara intensif dibanding tanaman palma la innya (ke lapa). Agroklimat tempat tumbuhnya beragam, dapat tumbuh mu lai dari tepi pantai sampai ketinggian 1000 meter di atas permukaan laut, dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun (Pandin &

Ro mpas 1994). Pe manfaatan pinang antara lain sebagai bahan ramuan obat dan kosmetik, sebagai bahan upacara adat, serta sebagai la mbang hubungan sosial dan budaya. Buah pinang juga mengandung senyawa bioaktif yaitu arecaine (0,1%), arecoline (0,07-0,1%),

tannin (15%), le ma k (14%), dan s enyawa

arecaidine, guvacoline, guvacine dan choline

dala m ju mlah yang sangat sedikit (Sa ka 2001).

Pinang sebagai tanaman tradisional menyebar cukup luas di Indonesia. Saat ini sentra tanaman pinang di Indonesia adalah di Pulau Su matera dan Kalimantan. Penyebarannya meliputi Aceh, Riau, Sumatera Utara, dan Ka limantan Barat (Maskro mo & M iftahorrach man 2007).

Sebagai tanaman tradisional, pinang sangat erat terkait dengan adat istiadat sebagian besar penduduk Indonesia. Sebagai materi plas ma nutfah komoditas ini perlu utuk dike mbangkan. Kegiatan e ksplorasi sudah dila kukan sejak tahun 1994. Se mentara kegiatan ko leksi plas ma nutfah pinang di Kebun Percobaan Kaiwatu Ba lai Penelitian Tanaman Kelapa dan Palma La in (Balitka ) Manado, Sulawesi Utara, mu lai dila kukan sejak tahun 1997. Saat in i, ko leksi plas ma nutfah pinang yang sudah ada di kebun kole ksi berju mlah 12 aksesi, sedangkan di pembib itan berju mlah 6 aksesi.

Informasi genetik tanaman pinang yang diperlukan masih sangat terbatas. Penelitian tanaman pinang saat ini baru sebatas morfologi vegetatif dan generatif saja. Informasi ini nantinya dapat dimanfaatkan untuk kegiatan seleksi tetua.

Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Palma La in (Ba litka), Manado, telah mengole ksi tanaman pinang berasal dari berbagai propinsi di Indonesia yaitu Sumatera Utara, Bengkulu, Kalimantan Selatan, Sulawesi Utara, Go rontalo, dan Papua. Tanaman tersebut dikoleksi di Kebun Percobaan (KP) Ka iwatu, Manado. Sampa i saat ini, ke raga man genetik p inang di KP tersebut belum d iidentifikasi.

Tujuan

Penelit ian ini bertujuan mengetahui keraga man genetik aksesi pinang (Areca catechu L.) asal Papua, Sula wesi Utara, dan Sumatera Utara yang dikoleksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Balitka , Manado.

BAHAN DAN METOD E

Waktu dan Te mpat

Penelit ian in i dila ksanakan pada bulan Juli 2010 – Juni 2011. Penga mbilan sampe l dan pengamatan morfo logi tanaman pinang dila kukan di Kebun Percobaan Kaiwatu, Manado. Identifikasi berdasarkan penanda DNA dilaku kan di Laboratoriu m Bioteknologi dan Molekuler, Ba lai Penelitian Tana man Kelapa dan Pa lma Lain (Balitka ), Manado, dan di Laboratorium Biologi Mole kule r Departe men Agronomi dan Holtiku ltura, Fakultas Pertanian IPB.

Alat dan Bahan

Alat yang digunakan antara lain berupa meteran (c m), sig mat (jangka sorong), timbangan analitik, sentrifuse, tabung reaksi, pipet mikro, mesin PCR, e lektrofo resis horizontal.

Bahan tanaman berupa delapan aksesi tanaman pinang (Areca catechu L.) yang berasal dari tiga propinsi: Oyehe (OYH), Ka li Harapan (KHN), Nifasi (NFS) (Propinsi Papua); Molinow-1 (M LW-I), Molinow-2 (MLW-II), Mongkonai (M GK) (Propinsi Sulawesi Utara ); dan dua aksesi asal Sumatera Utara yaitu Ga lang Suka (GSK) dan Tarean (TRN) yang dikole ksi di Kebun Percobaan Kaiwatu, Manado. Bahan kimia yang digunakan adalah bahan kimia untuk isolasi DNA, dan analisis RAPD.

Mor fol ogi

Contoh pohon yang digunakan pohon pinang rata-rata beru mur 4 tahun untuk masing-masing aksesi, serta tidak terserang hama. Ju mlah pohon yang dianalisis 10 pohon tiap aksesi, sehingga total pohon yang dianalisis 80 pohon.

(21)

yang terdapat pada sisi kiri dan kanan dari helaian daun, panjang pinak daun (cm) diuku r dari pangkal sampai ujung. Hasil pengamatan ini digunakan untuk me mbuat pengelompokan berdasarkan karakte r morfologi menggunakan program

Numerical

Taxonomy

and

Multivariate

System,

version

2.02

(NTSys) (Rohlf 1993) dengan metode

Unweighted Pair Group Method with

Arithmetic

(UPGMA).

Hasil

pengelompokan ini ditampilkan dalam

bentuk dendogram.

Analisis DNA

DNA yang dianalisis hanya dari 6 aksesi pinang yang diwakili oleh 2 aksesi pinang tiap propinsi, yaitu GSK dan TRN (Su matera Utara); M LW-I dan M GK (Su lawesi Uta ra); OYH dan KHN (Papua). DNA die kstraksi dari daun pinang yang masih muda, 5 pohon tiap aksesi.

DNA total tana man diisolasi mengikuti metode Rohde et al. (1995). Sebanyak 2 gra m daun pinang yang masih muda dimasukkan dala m mortar yang berisi 10 ml la rutan penyangga lisis (100 mM Tris-HCl pH (8,2) (m/v) CTA B, (1,4) M Na Cl, 20 mM EDTA, dan (0,2%) β-me rcaptoetanol ditambahkan pada saat akan diisolasi) dan (0,07) g pasir kuarsa, dan daun digerus sampai halus. Ca iran/serbuk daun dipindahkan ke dala m tabung 15 ml dan diinkubasi pada suhu 65oC selama 1 ja m. Suspensi DNA d isentrifuse pada 4000 rp m sela ma 15 menit, dilanjutkan dengan ekstraksi menggunakan perbandingan 1 volu me kloroform : isoamil a lkohol (24 :1). DNA di dala m suspensi dipresipitasi dengan mena mbahkan (0,1) volu me sodium asetat 3M pH 5,2 dan (0,8) volu me isopropanol. Endapan DNA yang dihasilkan me lalu i sentrifuse 4000 rp m sela ma 15 menit , dicuc i dengan etanol 70%, d ike ringkan, dan DNA disuspensi dalam 500 μl larutan TE. Kontaminan RNA dih ilangkan dengan cara suspensi DNA dita mbah Rnase 5μl dengan konsentrasi akhir 1000 μg/ml dan inkubasi pada suhu 370C selama 1 ja m. Suspensi DNA diekstraksi berturut-turut dengan fenol, ke mudian dengan 1 volume kloro form : isoamil alkohol (24 : 1). Tahapan berikut adalah mengendapkan DNA sampai tahap suspensi yang prosedurnya sama dengan langkah sebelumnya.

DNA tana man pinang dia mp lifikasi menggunakan 2 primer, OPC-20 dan OPA-3 yang menghasilkan a mplifikasi polimo rfik pada semua aksesi pinang hasil seleksi dari 10

prime r RAPD yaitu OPA-1, OPA-3, OPA-9, OPC-16, OPC-18, OPC-19, OPC-20, OPM -1, OPM-2, dan OPM -7.

Ko mposisi reaksi PCR mengandung 2μl DNA Geno m, (1,25 μl) dNTP (Pro mega), (0,25 μl) MgCl2, 1 μl primer (OPC-20 dan

OPA-3), (0,075μl) Tag DNA polymerase, buffer PCR (1,25 μl), dan ultra pure water (H2O) steril, dengan volume total reaksi 12,5 μl. Reaksi a mp lifikasi d ila kukan pada mesin PCR berlangsung sebanyak 45 siklus. Masing-masing siklus terdiri: pre-denaturasi 94oC selama 5 menit, denaturasi 94oC 10 detik, penempelan (annealing) prime r pada suhu 37oC sela ma 30 detik, pe manjangan prime r pada suhu 72oC sela ma 1 menit dan pemanjangan akhir pada suhu 72oC selama 10 men it.

Elekt roforesis dila kukan pada arus konstan 70V, 400mA sela ma 120–150 men it. Sebanyak 12,5 μl hasil PCR dita mbah 2 μl pewarna loading dye dimasukkan pada masing-masing sumur ge l agarose 2% dengan satu sumur untuk 1 kb DNA ladder dan diwarna i dengan etidium bro mida 0,5 μg/ ml. Hasil e le ktroforesis divisualisasikan di atas UV-transilu minator, la lu dila kukan pemotretan menggunakan kame ra dig ital.

Setiap pita DNA hasil a mplifikasi pada laju ele ktroforesis tertentu dianggap sebagai satu lokus, sehingga pita DNA yang sama dari beberapa individu tanaman diinterpretasikan sebagai satu lokus yang homolog. Lo kus tersebut diubah ke dalam bentuk data biner dengan me mberi nilai satu (1) jika pita ada dan nol (0) jika t idak ada pita. Data biner dimasukan ke dalam progra m NTSys 2.02. Matriks data biner ke mudian diturunkan men jadi matriks ke miripan (matriks jara k ke miripan) menggunakan ru mus koefisien Dice (Nei & Li 1979) sebagai berikut:

Fab b a ab

n

n

n

2

Fab adalah nilai kesa maan genetik antara

individu tanaman a dan b, nab adalah jumlah pita yang sama posisinya pada individu a dan b, na dan nb adalah jumlah pita pada masing-masing individu a dan b.

(22)

Dendogram Morfologi Vegetatif Pinang

Coefficient

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

Molinow-1

Molinow-2

Oyehe

G.Suka

Mongkonai

Nifasi-1

K.Harapan

Tarean

HASIL

Berdasarkan kara kter mo rfo logi per individu tanaman dari 8 a ksesi pinang yang dianalisis mengunakan program NTSys 2.02, me miliki tingkat ke miripan hanya 2,1% (La mpiran 1). Pada tingkat ke miripan tersebut me mbentuk dua kelo mpo k. Ke lo mpok I terdiri atas 79 indiv idu tanaman pinang dari 8 aksesi. Pada kelo mpok II hanya terdapat 1 individu tanaman pinang yaitu dari aksesi GSK. Sedangkan dilihat dari data hasil pengamatan kara kter mo rfolog i rata-rata dari delapan aksesi pinang (Tabel 1), yang juga dianalisis menggunakan program NTSys 2.02 me miliki tingkat ke miripan sebesar 6%, atau ketidakmiripan sebesar 94% (Ga mbar 1).

Ke-delapan aksesi pinang tersebut me miliki ke raga man morfologi yang berbeda. Pada tingkat kemiripan 6%, me mbentuk tiga kelo mpok ya itu Kelo mpo k I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN.

Sele ksi prime r dila kukan dengan menga mplifikasi DNA daun pinang yang diwa kili oleh 3 pohon setiap aksesi. Dari 10 prime r yang diseleksi hanya 2 prime r yang teramp lifikasi, ya itu OPC-20 dn OPA-3. Sehingga primer tersebut digunakan untuk menga mplifikasi DNA 6 a ksesi pinang yang diwa kili oleh 5 pohon untuk setiap aksesi.

Tabel 1 Ka rakter morfologi rata-rata dari 8 a ksesi pinang asal Papua, Sula wesi Utara, dan Su matera Utara.

Kar akter Morfologi Aksesi

MLW-I MLW-II MGK TRN GSK NFS KHN OYH

Tinggi Batang (c m) 337 168 195 311 421 281 319 284

Lingkar Batang (c m) 49 39 41 44 45 42 43 47

Jumlah Bekas Daun 21 13 14 19 23 14 13 11

Jumlah Daun 8 7 8 9 10 8 8 9

Panjang Daun (c m) 346 258 278 317 332 293 288 284

Panjang Tangkai Daun (c m) 123 97 102 115 116 111 110 106

Jumlah Pinak Daun 88 41 49 70 78 59 58 57

Panjang Pina k Daun (c m) 91 87 89 92 93 78 86 83

MLW-I MLW-II OYH GSK MGK NFS KHN TRN

Koefisien

0.06 I

II

III

(23)

Ena m a ksesi yang digunakan yaitu TRN, MGK, OYH, GSK, M LW-I, dan KHN. Amplifikasi DNA menggunakan primer OPC-20 dan OPA-3 terhadap 30 individu pinang dari 6 aksesi tersebut menghasilkan pita polimorfik yang berkisar 1-7 p ita (Ga mbar 2). Hasil berdasarkan penanda DNA setelah diubah menjadi data biner, dianalisis menggunakan program NTSys 2.02 dan ditamp ilkan dala m bentuk dendogram (Ga mbar 3). Ke-ena m aksesi pinang tersebut me miliki ke miripan genetik sebesar 49% atau me miliki keraga man genetik sebesar

51% dan me mbentuk dua kelo mpok; Kelo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam aksesi; Kelo mpok II terdiri atas 6 individu berasal dari 2 aksesi. Seca ra keseluruhan 30 individu dari ke-ena m a ksesi ini t idak secara tegas terpisah ke dalam a ksesi masing-masing walaupun terdapat kecenderungan beberapa individu dari satu aksesi mengelo mpok menjad i satu

.

Keterangan: M adalah penanda ukuran DNA (bp)

[image:23.596.132.453.86.622.2]
(24)

PEMBAHASAN

Pada dendogram ke-de lapan aksesi pinang berdasarkan karakter mo rfo logi per individu tanaman (La mp iran 1) me miliki tingkat ke miripan sebesar 2,1%. Pada tingkat ke miripan ini me mbentuk dua kelompok: Kelo mpok I terdiri atas 79 indiv idu tanaman dari 8 a ksesi pinang; sedangkan pada kelo mpok II hanya terdapat 1 individu tanaman dari aksesi GSK. Dari dendogram ke -delapan aksesi pinang berdasarkan kara kter morfologi per individu tanaman menunjukan bahwa setiap pohon di dala m a ksesi me miliki kara kter yang berbeda-beda, sehingga tidak mengelo mpok ke dala m a ksesinya. Tanaman pinang yang dikoleksi d i Kebun Percobaan Kaiwatu ditanam dari b iji, sedangkan biji tanaman dari setiap aksesi pinang tersebut dia mbil dari beberapa pohon. Dengan demikian, fa ktor genetik dari setiap tanaman itu sendiri sangat berpengaruh.

Berdasarkan pengamatan pada rata-rata 8 kara kter morfologi dari de lapan aksesi pinang, diperoleh data yang cukup bervariasi antar aksesi pinang (Tabel 1). Pada kara kter tinggi batang pohon pinang berkisar antara 168-421 c m, lingkar batang 39-49 c m, ju mlah bekas daun 11-23 bekas daun, jumlah daun 7-10 daun, panjang daun 258-346 c m, panjang tangkai daun 97-123 c m, ju mlah pinak daun 41-88 p inak, dan panjang pinak daun berkisar 78-93 c m.

Kara kter morfologi ini dapat dijadikan sebagai ka rakter yang perlu diperhatikan dala m menyele ksi tanaman pinang untuk mendapatkan pohon induk benih dengan produktivitas tinggi. Penelit ian ini sejalan dengan hasil penelitian M iftahorrach man (2005) tentang adanya pengaruh langsung sifat-sifat vegetatif tertentu seperti tinggi batang, jumlah bekas daun, jumlah daun, dan ju mlah pinak daun terhadap produksi buah pinang pada koleksi asal Su matera Utara . Pada aksesi pinang asal Aceh, ka rakter yang dapat digunakan untuk identifikasi tana man pinang yang berpotensi tinggi, yaitu jumlah daun, jumlah p inak daun, dan ju mlah tandan (Miftahorrach man et al. 1989).

Pada dendogram ke miripan berdasarkan rata-rata kara kter morfologi p inang me miliki nila i ke miripan sebesar 6% dan membentuk tiga kelo mpok yaitu Ke lo mpok I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN (Ga mbar 1). Pada kelo mpok I, M LW-I dan M LW-II mengelo mpok be rasal dari daerah yang sama (Sula wesi Utara). Kelo mpok II terdapat dua aksesi berasal dari daerah yang berbeda yaitu OYH (Papua) dan GSK (Su matera Utara). Sedangkan pada kelo mpok III terdapat empat aksesi berasal dari 3 daerah yaitu MGK (Sula wesi Utara), NFS dan KHN (Papua), dan TRN (Su matera Utara). Kedekatan antar aksesi tertentu seperti pada kelompok III dengan kemiripan sebesar 8%, menunjukkan Koefisien

0.00 0.25 0.50 0.75 1.00

TRN1 KHN1 KHN2 GSK3 KHN3 KHN5 OYH2 OYH3 OYH5 GSK1 GSK2 GSK5 KHN4 MGK1 MGK2 MGK4 MGK3 MGK5 OYH1 MLW4 TRN2 TRN3 OYH4 GSK4 TRN4 TRN5 MLW1 MLW2 MLW5 MLW3 Koefisien I II a b c d 0.70 0.49

[image:24.596.116.520.75.301.2]
(25)

adanya kemiripan ka rakter-ka rakter tertentu yang dimiliki aksesi-aksesi tersebut.

Tingkat ke miripan 2,1% pada dendogram berdasarkan kara kter mo rfo logi dari delapan a ksesi pinang per individu tanaman (La mp iran 1) lebih kec il dibandingkan tingkat ke miripan pada dendogram berdasarkan rata-rata kara kter morfologi dari delapan aksesi pinang yaitu sebesar 6% (Ga mbar 1). Ke miripan berdasarkan karakter morfologi ini belu m bisa menunjukkan hubungan kekerabatan antar aksesi yang dipelajari secara akurat, karena kara kter morfologi yang dia mati u mu mnya dipengaruhi oleh lingkungan dan umur tanaman. Na mun, informasi ini berguna dalam mengetahui jara k genetik antar aksesi secara cepat.

Berdasarkan penanda DNA, primer yang digunakan untuk menganalisis 6 aksesi pinang tersebut yaitu primer acak (Operan) OPC-20 dan OPA-3. Primer in i dipilih karena menghasilkan pola pita yang polimorfik. Jumlah pita DNA polimorfik da la m analisis keraga man genetik sangat menentukan tingkat keraga man suatu populasi (Pandin 2000). Se makin banyak pita DNA polimorfik akan lebih menggambarkan keadaan genom tanaman karena situs pelekatan primer dengan genom tanaman sema kin banyak dan akan me mpe rkec il bias, karena t idak terwakili bagian genom tertentu (Nienhuis et al. 1994).

Pada dendogram berdasarkan penanda DNA (Ga mbar 3), bila analisis pengelompokan 6 aksesi pinang dari asalnya digabungkan, maka seluruh pohon pinang tersebut me mpunyai ke miripan 49% atau me miliki tingkat keraga man genetik sebesar 51%. Pada tingkat kemiripan ini me mbentuk dua kelompok; Ke lo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam a ksesi; Kelo mpok II terd iri atas 6 individu berasal dari 2 aksesi yaitu M LW dan TRN. Tida k semua pohon pinang dari setiap aksesi pinang mengu mpul dala m kelo mpok a ksesinya, namun terdapat kecenderungan beberapa individu dari satu aksesi mengelo mpok men jadi satu. Sedangkan beberapa individu lain terp isah dari a ksesinya.

Pada dendogram ke miripan 70%, me mbentuk e mpat kelo mpok. Ke lo mpok a terdapat empat aksesi pinang yaitu TRN (1 individu), KHN (5 individu), OYH (3 individu), dan GSK (4 individu). Dari ke -empat a ksesi ini terdapat ke miripan 100% antar individu yaitu tiga individu dari aksesi pinang GSK (GSK1,2,5), dua individu dari aksesi pinang OYH (OYH3,5), dan satu

pasang individu dari aksesi KHN (KHN1,2 dan KHN3,5). Pada kelo mpok b, terdapat tiga aksesi pinang yaitu MGK (5 individu), OYH (1 indiv idu), dan MLW (1 individu). Pada kelo mpok in i t idak terdapat ind ividu yang me miliki ke miripan 100%. Selan jutnya pada kelo mpok c terdapat tiga aksesi pinang yaitu TRN (2 individu), OYH (1 individu), dan GSK (1 individu), tidak terdapat ke miripan 100%. Sedangkan pada kelompok d terdapat 2 aksesi yaitu TRN (2 individu) dan MLW (4 individu). Pada ke lo mpok ini terdapat ke miripan 100% antar individu M LW (MLW 1,2,5).

Keanekaraga man genetik suatu populasi dapat terjadi ka rena interaksi dari beberapa faktor yaitu mutasi, migrasi, reko mb inasi, seleksi, dan hanyutan. Mutasi, migrasi dan reko mbinasi gen a kan me mperkaya keraga man dala m populasi ala mi, sedangkan seleksi dan hanyutan genetik cenderung mengurangi variasi (Ford-Lloyd & Jackson 1986). Informasi jara k genetik dapat dijadikan dasar untuk menentukan aksesi yang akan dipilih, sebagai materi untuk persilangan me rakit pinang hibrida. Se ma kin jauh jara k genetik antar aksesi, maka akan me miliki efe k heterosis yang tinggi apabila disilangkan (Maskro mo & M iftahorrach man 2007).

SIMPULAN

Delapan aksesi pinang yang ditanam secara ex situ di Kebun Percobaan Ka iwatu Manado berdasarkan analisis mofologi me mbentuk tiga ke lo mpok pada tingkat ke miripan 6% yaitu Kelo mpok I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN. Sedangkan berdasarkan analisis RAPD menggunakan prime r OPC-20 dan OPA-3 me mbentuk dua kelo mpok pada tingkat ke miripan 49% yaitu Kelo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam aksesi; Kelo mpok II terdiri atas 6 individu berasal dari dua aksesi.

DAFTAR PUSTAKA

Ford-Lloyd B, Jac kson. 1986. Plant Genetic Resources and introduction to their Conservation and Use. Edward Arnoldy Pty. Ltd. Australia. h lm 152.

(26)

adanya kemiripan ka rakter-ka rakter tertentu yang dimiliki aksesi-aksesi tersebut.

Tingkat ke miripan 2,1% pada dendogram berdasarkan kara kter mo rfo logi dari delapan a ksesi pinang per individu tanaman (La mp iran 1) lebih kec il dibandingkan tingkat ke miripan pada dendogram berdasarkan rata-rata kara kter morfologi dari delapan aksesi pinang yaitu sebesar 6% (Ga mbar 1). Ke miripan berdasarkan karakter morfologi ini belu m bisa menunjukkan hubungan kekerabatan antar aksesi yang dipelajari secara akurat, karena kara kter morfologi yang dia mati u mu mnya dipengaruhi oleh lingkungan dan umur tanaman. Na mun, informasi ini berguna dalam mengetahui jara k genetik antar aksesi secara cepat.

Berdasarkan penanda DNA, primer yang digunakan untuk menganalisis 6 aksesi pinang tersebut yaitu primer acak (Operan) OPC-20 dan OPA-3. Primer in i dipilih karena menghasilkan pola pita yang polimorfik. Jumlah pita DNA polimorfik da la m analisis keraga man genetik sangat menentukan tingkat keraga man suatu populasi (Pandin 2000). Se makin banyak pita DNA polimorfik akan lebih menggambarkan keadaan genom tanaman karena situs pelekatan primer dengan genom tanaman sema kin banyak dan akan me mpe rkec il bias, karena t idak terwakili bagian genom tertentu (Nienhuis et al. 1994).

Pada dendogram berdasarkan penanda DNA (Ga mbar 3), bila analisis pengelompokan 6 aksesi pinang dari asalnya digabungkan, maka seluruh pohon pinang tersebut me mpunyai ke miripan 49% atau me miliki tingkat keraga man genetik sebesar 51%. Pada tingkat kemiripan ini me mbentuk dua kelompok; Ke lo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam a ksesi; Kelo mpok II terd iri atas 6 individu berasal dari 2 aksesi yaitu M LW dan TRN. Tida k semua pohon pinang dari setiap aksesi pinang mengu mpul dala m kelo mpok a ksesinya, namun terdapat kecenderungan beberapa individu dari satu aksesi mengelo mpok men jadi satu. Sedangkan beberapa individu lain terp isah dari a ksesinya.

Pada dendogram ke miripan 70%, me mbentuk e mpat kelo mpok. Ke lo mpok a terdapat empat aksesi pinang yaitu TRN (1 individu), KHN (5 individu), OYH (3 individu), dan GSK (4 individu). Dari ke -empat a ksesi ini terdapat ke miripan 100% antar individu yaitu tiga individu dari aksesi pinang GSK (GSK1,2,5), dua individu dari aksesi pinang OYH (OYH3,5), dan satu

pasang individu dari aksesi KHN (KHN1,2 dan KHN3,5). Pada kelo mpok b, terdapat tiga aksesi pinang yaitu MGK (5 individu), OYH (1 indiv idu), dan MLW (1 individu). Pada kelo mpok in i t idak terdapat ind ividu yang me miliki ke miripan 100%. Selan jutnya pada kelo mpok c terdapat tiga aksesi pinang yaitu TRN (2 individu), OYH (1 individu), dan GSK (1 individu), tidak terdapat ke miripan 100%. Sedangkan pada kelompok d terdapat 2 aksesi yaitu TRN (2 individu) dan MLW (4 individu). Pada ke lo mpok ini terdapat ke miripan 100% antar individu M LW (MLW 1,2,5).

Keanekaraga man genetik suatu populasi dapat terjadi ka rena interaksi dari beberapa faktor yaitu mutasi, migrasi, reko mb inasi, seleksi, dan hanyutan. Mutasi, migrasi dan reko mbinasi gen a kan me mperkaya keraga man dala m populasi ala mi, sedangkan seleksi dan hanyutan genetik cenderung mengurangi variasi (Ford-Lloyd & Jackson 1986). Informasi jara k genetik dapat dijadikan dasar untuk menentukan aksesi yang akan dipilih, sebagai materi untuk persilangan me rakit pinang hibrida. Se ma kin jauh jara k genetik antar aksesi, maka akan me miliki efe k heterosis yang tinggi apabila disilangkan (Maskro mo & M iftahorrach man 2007).

SIMPULAN

Delapan aksesi pinang yang ditanam secara ex situ di Kebun Percobaan Ka iwatu Manado berdasarkan analisis mofologi me mbentuk tiga ke lo mpok pada tingkat ke miripan 6% yaitu Kelo mpok I terd iri atas MLW-I dan M LW-II; Ke lo mpok II terdiri atas OYH dan GSK; dan Ke lo mpok III terd iri atas MGK, NFS, KHN, dan TRN. Sedangkan berdasarkan analisis RAPD menggunakan prime r OPC-20 dan OPA-3 me mbentuk dua kelo mpok pada tingkat ke miripan 49% yaitu Kelo mpok I terdiri atas 24 individu yang berasal dari enam aksesi; Kelo mpok II terdiri atas 6 individu berasal dari dua aksesi.

DAFTAR PUSTAKA

Ford-Lloyd B, Jac kson. 1986. Plant Genetic Resources and introduction to their Conservation and Use. Edward Arnoldy Pty. Ltd. Australia. h lm 152.

(27)

KERAGAMAN GENETIK AKSESI PINANG (

Areca catechu

L.) ASAL

PAPUA, SULAWESI UTARA, DAN SUMATERA UTARA

BERDASARKAN KARAKTER MORFOLOGI DAN PEN ANDA RAPD

(

Random Amplified Polymorphic DNA

)

MAWARDI BAGINDO

DEPARTEMEN BIOLOGI

FAKULTAS MATEMATIKA DAN ILMU PEN GETAHUAN ALAM

INSTITUT PERTANIAN BOGOR

(28)

Jur Penelitian Tanaman Industri 13(4). Bogor: Puslitbang Perkebunan.

Miftahorrach man, D.S. Pandin, dan H. Novarianto. 1989. Kara kterisasi sifat-sifat tanaman pinang (Areca catechu L) di Daerah Istime wa Aceh dan Kalimantan Selatan. Jur Penelitian Kelapa. 3 (2) : 41 - 52

Miftahorrach man. 2005. Sidik lintas karakter vegetatif dan generatif plasma nutfah pinang (Arecha catecu L.). Bul Palma

29 : 47 – 53.

Nei M, Li WH. 1979. Mathe matical model fo r studying genetic variation in terms of restriction endonucleases. Proc Natl Acad Sci 76:5269-5273.

Nienhuis J, Tivang J, Skroch P. 1994. Analysis of genetic re lationship among genotypes based on molecular marker data. Di da la m: Analysis of molecular Data, Oregon, 5-6 Agu 1994. Oregon: Joint Plant Breed ing Simposia Series. hlm 8-14.

Pandin DS. 2000. Ke miripan Genetik Populasi Kelapa Dala m Mapanget, Tenga, Bali, Palu, dan Sa rwa rna Be rdasarkan Penanda RAPD [Tesis]. Bogor. Seko lah Pascasarjana, Insitut Pertanian Bogor.

Pandin DS, Ro mpas T. 1994. Kara kterisasi Tanaman Pinang di Bengkulu, Su matera Barat, dan Su matera Utara. Jur Penelitian Kelapa 7(2):39.

Rohde W, Ku llaya A, Rodriguez J, Ritter E. 1995. Geno me analysis of Cocos nucifera L. by PCR A mplificat ion of Spacer Sequences Separating a Subset of Copia like Eco RI Repetitive Ele ments. J Gen Breed 49: 170 – 186.

Rohlf F. 1993. NTSYS: Nu me rical Ta xono my and Multivariate System, Version 2.02. New York: Exeter Publishing, Ltd.

(29)
(30)

Lampiran 1 Dendogram 8 aksesi pinang berdasarkan karakter morfologi per individu tanaman.

I

II

Gambar

Gambar 2   Polimorfisme pita DNA aksesi pinang TRN, MGK, OYH, GSK, MLW-I, dan
Gambar  3   Dendogram kemiripan genetik 6 aksesi pinang asal Papua, Sulawesi Utara, dan
Gambar 2   Polimorfisme pita DNA aksesi pinang TRN, MGK, OYH, GSK, MLW-I, dan
Gambar  3   Dendogram kemiripan genetik 6 aksesi pinang asal Papua, Sulawesi Utara, dan

Referensi

Dokumen terkait

[r]

Fungsi : Menyatakan tentang sebuah tindakan yang akan selesai Dilakukan pada waktu tertentu dimasa datang. Keterangan waktu yang digunakan, misalnya: By the end of

[r]

Perwakilan Badan Kependudukan dan Keluarga Berencana Nasional Provinsi Kalimantan Selatan akan melaksanakan Pelelangan Umum dengan pascakualifikasi untuk paket pekerjaan

Sebagai salah satu Club Motor sekaligus bengkel JMC (Jaka Motor Cilodong) memerlukan hubungan kemitraan yang baik, sejajar dan seimbang serta hubungan tali persaudaraan yang

• Jika memang tidak memiliki NIDN, cek apakah MK tsb kelas pararel atau bukan, jika kelas pararel dan sudah terwakili oleh kelas lainnya, maka dapat “dilupakan”,namun jika

Pada Tabel 2 dapat dilihat bahwa perlakuan sistem olah tanah dan aplikasi mulsa bagas tidak menunjukkan korelasi terhadap C-organik, pH tanah, suhu tanah, dan kadar

Hasil penelitian dengan memberikan ekstrak terong belanda terhadap tikus putih obesitas yang diinduksi diet tinggi lemak menyebabkan penurunan kadar kolesterol