• Tidak ada hasil yang ditemukan

Rancangan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Bagi Tenaga Kerja Wanita Di Stasiun Penggorengan Kerupuk

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Rancangan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Bagi Tenaga Kerja Wanita Di Stasiun Penggorengan Kerupuk"

Copied!
78
0
0

Teks penuh

(1)

RANCANGAN FASILITAS KERJA DENGAN

PENDEKATAN ERGONOMI BAGI TENAGA KERJA

WANITA DI STASIUN PENGGORENGAN KERUPUK

TUGAS SARJANA

Diajukan Untuk Memenuhi Sebagian Dari Syarat-Syarat Memperoleh Gelar Sarjana Teknik

Oleh

ERNITUA PURBA

NIM 090403003

D E P A R T E M E N T E K N I K I N D U S T R I

F A K U L T A S T E K N I K

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)
(3)
(4)
(5)
(6)
(7)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa atas kasih karuniaNya yang selalu menyertai sehingga penulis dapat menyelesaikan Tugas Sarjana ini dengan baik.

Tugas Sarjana merupakan salah satu syarat akademis yang harus dipenuhi oleh setiap mahasiswa dalam menyelesaikan studinya di Departemen Teknik Industri, Fakultas Teknik, Universitas Sumatera Utara. Tugas Sarjana ini berjudul “Rancangan Fasilitas Kerja Dengan Pendekatan Ergonomi Bagi Tenaga Kerja Wanita Di Stasiun Penggorengan Kerupuk”. Tugas Sarjana ini merupakan sarana bagi penulis untuk melakukan studi terhadap salah satu permasalahan nyata dalam perusahaan.

Penulis menyadari bahwa dalam penulisan Tugas Sarjana ini belum sepenuhnya sempurna. Oleh karena itu, penulis mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan Tugas Sarjana ini. Akhir kata, penulis berharap agar Tugas Sarjana ini bermanfaat bagi semua pihak yang memerlukannya.

Medan, Desember 2013

(8)

UCAPAN TERIMA KASIH

Dalam menyelesaikan laporan ini, penulis banyak mendapat bimbingan dan motivasi dari berbagai pihak, baik berupa materiil, spiritual, informasi maupun administrasi. Oleh karena itu, sudah selayaknya penulis mengucapkan terima kasih kepada :

1. Kedua orang tua tercinta (Bapak W. Purba dan Ibu R.Sihite), saudara-saudara (Ridwan Purba SE, Pinta Simanjuntak Amd, Astronot Cilik Ferdy, Ester Purba S.Sos, Martua Justinus Spd, Jesaya, Sarah, Muti Purba ST, Ayu Purba Spd, Mawar Purba dan Hendra Purba), dan seluruh keluarga besar penulis sebagai sumber inspirasi yang selalu memberikan dukungan dan doa bagi penulis. 2. Bapak Dr. Ir. A. Jabbar M. Rambe, M. Eng. selaku ketua Bidang Ergonomi

dan Dasar Perancangan Sistem Kerja yang telah memberikan dukungan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana dan sebagai dosen pembimbing I yang telah memberikan bimbingan, pengarahan, dan masukan yang sangat berharga.

3. Ibu Ir. Anizar, M.Kes. selaku dosen pembimbing II yang telah memberikan banyak waktu untuk membimbing, mengarahkan, dan memberi masukan yang sangat berharga.

(9)

5. Bapak Ir. Mangara Tambunan, MSc. selaku Koordinator Tugas Akhir yang telah memberikan bimbingan dan arahan dalam pengajuan judul Tugas Sarjana.

6. Bapak Ngatimin dan yang telah memberikan izin untuk melakukan penelitian di perusahaan UD Ngatimin dan para karyawan yang memberi dukungan dan informasi mengenai kondisi pabrik dan dalam hal pengambilan data.

7. Johannes Lumbantoruan yang telah banyak meluangkan waktu dan membantu dalam menyelesaikan laporan ini.

8. Teman-teman serekan kerja di Laboratorium Inti (Core) (Jerry Budiman ST, Lusianan ST, Perwira ST, Ainul ST, Rizky Setiawan, Raysha, Michella ST, Rinto, Hilda, Heri dan Fahmi) yang mendukung penulis dalam menyelesaikan Tugas Sarjana ini.

9. Sahabat penulis, Lusiaga, NurGaga, Daniaga, Benigaga, Lia, Hasi, Regina, Christiani, Teguh, tok Leo, tok Ade, Perlin, Tonggo, Andi dan lain-lain yang telah memberikan bantuan serta dukungan kepada Penulis.

10.Bang Nurmansyah, Bang Mijo, Kak Dina, Kak Ani, dan Bang Ridho atas bantuan dan tenaga yang telah diberikan dalam memperlancar penyelesaian Tugas Sarjana ini.

(10)

ABSTRAK

UD Ngatimin adalah salah satu usaha penghasil kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka. Salah satu kegiatan manual dilakukan pada stasiun penggorengan. Tenaga kerja sering mengalami keluhan sakit pada beberapa bagian tubuh. Hal ini disebakan karena fasilitas kerja tidak ergonomis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis sesuai dengan antropometri tenaga kerja. Pada stasiun penggorengan tenaga kerja bekerja dengan postur kerja berdiri terus menerus selama 6-7 jam per hari dan 6 hari dalam satu minggu dan membungkuk karena permukaan bidang kerja terlalu rendah. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, menyebarkan kuisioner dan mengambil data secara langsung terhadap objek penelitian. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, dilakukan uji keseragaman data, kecukupan data, kenormalan data serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mampu mewakili data yang diukur. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa tenaga kerja wanita memiliki persentasi sangat sakit yang tertinggi yaitu 47,4%, tenaga kerja pria sebesar 28,2%. Indikasi ini menunjukkan bahwa postur kerja dan kondisi kerja pada stasiun penggorengan tidak ergonomis. Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode rapid entire body assessment (REBA) menunjukkan level risiko yang tinggi yaitu bernilai 8-10 artinya tenaga kerja memerlukan perbaikan segera dalam waktu dekat. Rata-rata beban kerja dengan metode

cardiovasculerload (CVL) sebesar 38%, berada dalam kategori diperlukan

perbaikan. .

(11)

DAFTAR ISI

BAB HALAMAN

LEMBAR JUDUL

LEMBAR PENGESAHAN ... i

KATA PENGANTAR ... ii

UCAPAN TERIMA KASIH ... iii

DAFTAR ISI ... v

DAFTAR TABEL ... xiii

DAFTAR GAMBAR ... xv

DAFTAR LAMPIRAN ... xvii

I PENDAHULUAN ... I-1 1.1. Latar Belakang Masalah ... I-1 1.2. Rumusan Masalah ... I-3 1.3. Tujuan Penelitian ... I-4 1.4. Batasan dan Asumsi Penelitian ... I-5 1.5. Manfaat Penelitian ... I-5 1.6. Sistematika Penulisan Tugas Akhir ... I-6

(12)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

2.3. Organisasi dan Manajemen ... II-2 2.3.1. Struktur Organisasi ... II-2 2.3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab ... II-3 2.3.3. Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan ... II-6

III LANDASAN TEORI ... III-1 3.1. Ergonomi ... III-1 3.2. Kelelahan ... III-2 3.2.1. Pengertian Kelelahan ... III-2 3.2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan ... III-3 3.3. Finger Tapping Tester ... III-3 3.3.1. Pengertian ... III-3 3.3.2. Prinsip Kerja dan Cara Pemakaian ... III-4 3.4. Postur Kerja ... III-7 3.5. REBA (Rapid Entire Body Assesment) ... III-9 3.6. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... III-15 3.7. Antropometri ... III-16 3.7.1. Defenisi Antropometri ... III-16 3.7.2. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Pengukuran

(13)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

3.8. Antropometri Statis... III-19 3.9. Prinsip-Prinsip Penggunaan Data Antropometri ... III-19 3.10.Aplikasi Distribusi Normal dalam Penetapan Data

Antropometri ... III-21 3.11.Aplikasi Antropometri dalam Perancangan Produk ... III-23 3.12.Uji Keseragaman Data ... III-26 3.13.Uji Kecukupan Data ... III-27 3.14.Uji Kenormalan Data ... III-28 3.15. Fisiologi ... III-29 3.15.1. Pengukuran Denyut Jantung ... III-29 3.15.2. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja ... III-30

(14)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

4.6. Instrumen Penelitian ... IV-3 4.7. Pengumpulan Data ... IV-4 4.8. Pengolahan Data ... IV-5 4.9. Analisis dan Pembahasan ... IV-5 4.10. Kesimpulan dan Saran... IV-5 4.11. Blok Diagram Prosedur Penelitian ... IV-6

V PENGUMPULAN DATA DAN PENGOLAHAN DATA ... V-1 5.1. Pengumpulan Data ... V-1 5.1.1. Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ) ... V-1 5.1.2. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual ... V-3 5.1.3. Denyut Nadi ... V-6 5.2. Pengolahan Data ... V-14

5.2.1. Keluhan Tenaga Kerja Berdasarkan Kuisioner

(15)

DAFTAR ISI (LANJUTAN)

BAB HALAMAN

5.2.3.1. Elemen Kegiatan Mengambil Kerupuk Mentah .. V-18 5.2.3.2. Elemen Kegiatan Membawa Kerupuk Mentah ... V-19 5.2.3.3. Elemen Kegiatan Memasukkan Kerupuk

Mentah ... V-20 5.2.3.4. Elemen Kegiatan Menggoreng Kerupuk ... V-27 5.2.3.5. Elemen Kegiatan Mengambil Saringan ... V-30 5.2.3.6. Elemen Kegiatan Memindahkan Kerupuk ke

Penggorengan Kedua ... V-33 5.2.3.7. Elemen Kegiatan Mengambil Sendok Silinder ... V-36 5.2.3.8. Elemen Kegiatan Mengambil Minyak ... V-39 5.2.3.9. Elemen Kegiatan Membawa Minyak ... V-42 5.2.3.10. Elemen Kegiatan Memindahkan Minyak ... V-45 5.2.3.11. Elemen Kegiatan Meletakkan Sendok Silinder ... V-50 5.2.4. Fisiologi ... V-30 5.2.4.1.Metode Penilaian Langsung ... V-52 5.2.4.2.Metode Penilaian Tidak Langsung ... V-53

(16)

6.3. Analisis Beban Kerja ... VI-4 6. 3.1. Analisis Penilaian Secara Langsung ... VI-4 6.3.2. Analisis Penilaian Secara Tidak Langsung ... VI-4

VIII KESIMPULAN DAN SARAN ... VII-1 7.1. Kesimpulan ... VII-1 7.2. Saran ... VII-3

(17)

DAFTAR TABEL

TABEL HALAMAN

(18)

DAFTAR GAMBAR

GAMBAR HALAMAN

(19)

DAFTAR GAMBAR (LANJUTAN)

GAMBAR HALAMAN

5.15. Histogram Keluhan Tenaga Kerja Wanita di Stasiun

(20)

LAMPIRAN HALAMAN 1. Struktur Organisasi UD Ngatimin ... L-1 3. Tugas dan Tanggung Jawab ... L-2 4. Surat Permohonan Tugas Sarjana Halamam 1 ... L-3 5. Formulir Penetapan Tugas Sarjana Halaman 2 ... L-4 6. Surat Permohonan Riset Tugas Sarjana di UD Ngatimin... L-5 7. Surat Balasan Penerimaan Riset Tugas Sarjana di UD

Ngatimin ... L-6 8. Surat Keputusan Tugas Sarjana Mahasiswa ... L-7 9. Surat Permohonan Perubahan Judul Tugas Sarjana Mahasiswa L-8 10. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Dosen

Pembimbing I ... L-9 11. Berita Acara Laporan Tugas sarjana dengan Dosen

(21)

ABSTRAK

UD Ngatimin adalah salah satu usaha penghasil kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka. Salah satu kegiatan manual dilakukan pada stasiun penggorengan. Tenaga kerja sering mengalami keluhan sakit pada beberapa bagian tubuh. Hal ini disebakan karena fasilitas kerja tidak ergonomis.

Tujuan penelitian ini adalah untuk mendapatkan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis sesuai dengan antropometri tenaga kerja. Pada stasiun penggorengan tenaga kerja bekerja dengan postur kerja berdiri terus menerus selama 6-7 jam per hari dan 6 hari dalam satu minggu dan membungkuk karena permukaan bidang kerja terlalu rendah. Pengumpulan data dilakukan dengan wawancara, menyebarkan kuisioner dan mengambil data secara langsung terhadap objek penelitian. Berdasarkan hasil pengumpulan data yang diperoleh, dilakukan uji keseragaman data, kecukupan data, kenormalan data serta melakukan perhitungan persentil yang dianggap mampu mewakili data yang diukur. Berdasarkan hasil yang diperoleh diketahui bahwa tenaga kerja wanita memiliki persentasi sangat sakit yang tertinggi yaitu 47,4%, tenaga kerja pria sebesar 28,2%. Indikasi ini menunjukkan bahwa postur kerja dan kondisi kerja pada stasiun penggorengan tidak ergonomis. Penilaian level tindakan postur kerja menggunakan metode rapid entire body assessment (REBA) menunjukkan level risiko yang tinggi yaitu bernilai 8-10 artinya tenaga kerja memerlukan perbaikan segera dalam waktu dekat. Rata-rata beban kerja dengan metode

cardiovasculerload (CVL) sebesar 38%, berada dalam kategori diperlukan

perbaikan. .

(22)

BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

UD Ngatimin adalah salah satu usaha penghasil kerupuk dengan bahan baku tepung tapioka yang berada di Jl. Tanjung Selamat Gg. Mawar Medan. Kondisi nyata di lantai produksi ditemukan banyak aktivitas yang dilakukan secara manual. Salah satu aktivitas manual yang dilakukan pada usaha tersebut adalah penggorengan. Penggorengan dilakukan dengan dua tahap, tahap pertama menggoreng kerupuk selama kurang lebih 1 menit, dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Tahap kedua menggoreng selama kurang lebih 30 detik, dilakukan oleh tenaga kerja pria. Hasil pengamatan, beban kerja yang paling berat terdapat pada aktivitas pengorengan pertama yang dilakukan oleh tenaga kerja wanita. Aktivitas tersebut terdiri dari pengambilan kerupuk mentah dengan wadah dengan posisi berdiri dan membungkuk secara berulang, menggoreng kerupuk dan memindahkan kerupuk setengah masak ke penggorengan kedua dan memindahkan minyak. Semua aktivitas tersebut dilakukan dengan postur kerja berdiri selama 6-7 jam setiap hari selama 6 hari dalam seminggu.

(23)

Postur kerja berdiri dan membungkuk dilakukan selama bekerja. Membungkuk >600 dengan frekuensi 60 kali dalam satu jam untuk mengambil dan memasukkan kerupuk mentah ke dalam wajan penggorengan. Sikap kerja tidak alamiah ini dilakukan secara berulang-ulang (repetitif) setiap harinya. Keadaan ini diperburuk dengan tidak adanya fasilitas kerja pendukung berupa kursi kerja sehingga tenaga kerja harus berdiri selama bekerja sehingga mengalami kelelahan otot pada kedua kakinya. Menurut Nurmianto (2004) postur kerja berdiri yang dilakukan terus menerus menyebabkan aliran darah terhambat sehingga terjadi penimbunan asam laktat, pada akhirnya menyebabkan kelelahan otot skeletal pada tenaga kerja wanita tersebut. Otot yang bekerja statis lebih cepat mengalami kelelahan dibandingkan dengan kerja otot dinamis.

Kerja otot statis merupakan kerja berat karena mengkonsumsi energi yang lebih tinggi dan denyut nadi meningkat. Menurut Wignsoebroto (1995) pulsa jantung wanita umumnya berdenyut lebih tinggi daripada pria yaitu sekitar 10 denyut/menit. Hal ini berarti tenaga kerja wanita lebih cepat lelah daripada tenaga kerja pria. Pendekatan yang dilakukan untuk mengetahui berat ringannya beban kerja dilakukan dengan pendekatan fisiologis. Beban kerja fisiologis dihitung menurut kebutuhan kalori berdasarkan energi yang dikeluarkan selama melakukan penggorengan. Penelitian pendahuluan menggunakan kuisioner Standard Nordic

Questionaire (SNQ)mengindikasi bahwa persentasi kategori sangat sakit tertinggi

(24)

1.2. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam penelitian ini adalah rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh akibat fasilitas kerja yang tidak ergonomis.

1.3. Tujuan Penelitian

Tujuan umum dari penelitian adalah mendapatkan fasilitas kerja ergonomis.

Tujuan khusus dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Mengidentifikasi musculoskeletal disorders tenaga kerja dengan Standard

Nordic Questionnaire (SNQ).

2. Mengidentifikasi beban kerja tenaga kerja dengan menghitung denyut nadi tenaga kerja.

1.4. Batasan dan Asumsi Masalah

Batasan-batasan masalah pada penellitian ini adalah:

1. Pemecahan masalah hanya dilakukan pada rekayasa teknik yaitu pada alternatif substitusi dengan cara mengganti fasilitas kerja yang lama dengan faslitas kerja yang baru.

2. Penelitian hanya dilakukan pada stasiun penggorengan kerupuk. Asumsi-asumsi yang digunakan dalam penelitian ini adalah: 1. Tenaga kerja bekerja secara normal.

(25)

3. Subjektivitas penelitian Standard Nordic Quistionaire tidak mengalami bias yang terlalu tinggi.

4. Instrumen yang digunakan di dalam penelitian ini dalam kondisi baik dan sesuai standar.

1.5. Manfaat Penelitian

Manfaat yang diharapkan dapat diperoleh dari penelitian ini adalah sebagai berikut:

1. Bagi Mahasiswa

Dapat menerapkan dan mengembangkan ilmu yang telah diperoleh selama di bangku perkuliahan dengan cara membandingkan teori-teori ilmiah yang ada dengan permasalahan yang ada di perusahaan khususnya mengenai penilaian postur kerja, prinsip anthropometri, perancangan fasilitas kualitas, serta aplikasinya di lapangan.

2. Bagi Departemen Teknik Industri USU

a. Mempererat hubungan antara pihak universitas dengan pihak tempat dilakukannya penelitian.

b. Memperkenalkan Departemen Teknik Industri sebagai disiplin ilmu terapan yang memberikan manfaat bagi perusahaan.

3. Bagi Perusahaan

(26)

1.6. Sistematika Penulisan Tugas Sarjana

Sistematika yang digunakan dalam penulisan laporan hasil penelitian ini adalah sebagai berikut :

Bab I merupakan bab pendahuluan yang menguraikan latar belakang permasalahan yang mendasari penelitian dilakukan. Pada bab ini juga diura rumusan masalah yang merupakan permasalahan pokok yang akan dicari solusinya. Setelah itu disusun tujuan penelitian yang mengura tujuan penelitian secara umum dan secara khusus. Kemudian ditetapkan batasan dan asumsi yang digunakan dalam penelitian. Batasan dan asumsi ini digunakan untuk menghindari supaya cakupan penelitian tidak meluas, dengan demikian inti pokok permasalahan penelitian dapat dicari. Pada bab ini juga dijelaskan manfaat dilakukannya penelitian serta sistematika penulisan tugas akhir.

Pada Bab II Gambaran umum perusahaan berisi mengenai sejarah perusahaan, kegiatan operasional perusahaan, visi misi perusahaan, struktur organisasi, deskripsi tugas dan tanggung jawab karyawan UD Ngatimin, jumlah tenaga kerja dan jam kerja perusahaan dan anggaran biaya sumber daya manusia.

Pada Bab III Landasan Teori menguraikan mengenai tinjauan pustaka sebagai landasan utama dalam melakukan analisa dan pembahasan penelitian yang berisi teori-teori ergonomi, pengukuran kerja, defenisi beban kerja fisik, fisiologis,

tapping tester.

(27)

variabel penelitian, pelaksanaan penelitian, tahapan pengumpulan data mulai dari sumber data, instrumen penelitian, metode pengumpulan data, langkah- langkah pengolahan data hasil perhitungan beban kerja fisik dan analisa pemecahan masalah serta kesimpulan dan saran.

Pada Bab V Pengumpulan dan pengolahan data berisi data primer dan sekunder yang diperoleh dari penelitian serta pengolahan data yang membantu dalam pemecahan masalah. Data primer terdiri dari data hasil Standard Nordic

Quistionaire (SNQ), pengukuran dimensi tubuh tenaga kerja, jumlah ketukan jari

dan denyut nadi tenaga kerja. Sedangkan data sekunder didapat dari hasil wawancara dan dokumentasi perusahaan.

Pada Bab VI Analisis dan Pembahasan Hasil menguraikan hasil dan alternatif dari pengolahan data dan memberikan usulan perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis.

(28)

BAB II

GAMBARAN UMUM PERUSAHAAN

2.1. Sejarah Perusahaan

UD Ngatimin merupakan usaha kecil menengah yang bergerak di bidang produksi kerupuk. Usaha ini berdiri tahun 1997 oleh Bapak Ngatimin sebagai pemilik usaha tersebut.

Usaha yang dipimpin oleh Bapak Ngatimin ini memproduksi kerupuk dengan label cap ikan berproduksi secara kecil-kecilan dengan memproduksi tiga jenis kerupuk yaitu kerupuk kuning, coklat dan ikan. Pasar lebih menyukai kerupuk dibandingkan dengan kerupuk kuning dan coklat, maka usaha ini memfokuskan pada produksi kerupuk.

Pemasaran dilakukan di sekitar Medan mulai dari warung kelontong, pasar tradisional, warung makan sampai ke restoran. UD Ngatimin memiliki 12 orang pekerja. Lokasi produksi sekaligus tempat penyimpanan produk jadi di Jalan Tanjung Selamat Gang Mawar No. 24 Medan

2.2. Ruang Lingkup Bidang Usaha

(29)

buah. Kerupuk yang dihasilkan tidak menggunakan bahan pengawet sehingga kerupuk tetap renyah dalam jangka waktu 2 minggu.

Sistem pemesanan dilakukan berdasarkan jumlah pesanan yang ditetapkan oleh pelanggan dan dalam jumlah yang sama setiap harinya. Namun pada penjualan biasanya berkurang pada musim panas, hal ini terjadi karena selera masyarakat memakan kerupuk berkurang pada saat musim panas.

2.3. Organisasi dan Manajemen

Organisasi pada dasarnya merupakan tempat atau wadah dimana orang-orang berkumpul, bekerjasama secara rasional dan sistematis, terencana, terorganisasi, terpimpin dan terkendali, dalam memanfaatkan sumber daya yang digunakan secara efisien dan efektif untuk mencapai tujuan organisasi. Organisasi dapat pula didefenisikan sebagai struktur pembagian kerja dan struktur tata hubungan kerja antara sekelompok orang pemegang posisi yang bekerjasama secara tertentu untuk bersama-sama mencapai tujuan tertentu.

2.3.1 Struktur Organisasi Perusahaan

(30)

diterapkan pada tipe organisasi usaha semacam ini adalah bagaimana perusahaan dapat terus dijalankan dan tetap ada permintaan di pasar.

Struktur organisasi UD Ngatimin dapat dilihat pada Gambar 2.1.

Pemilik

Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD Ngatimin

2.3.2. Deskripsi Tugas dan Tanggung Jawab

Pembagian tugas dan tanggung jawab pada UD Ngatimin dibagi menurut fungsi yang telah ditetapkan perusahaan. Adapun tugas dan tanggung jawab setiap bagian dalam perusahaan adalah sebagai berikut:

1. Pemilik

Pimpinan tertinggi dalam perusahaan ini adalah pemilik UD Ngatimin yang memiliki keseluruhan modal selama proses produksi berlangsung. Pemilik bertanggung jawab untuk memberikan upah dan memperhatikan kesejahteraan operator yang bekerja

Adapun tugas pemilik adalah sebagai berikut:

a. Bertugas mengawasi jalannya proses produksi dan kinerja dari operator. b. Merencanakan, mengarahkan, menganalisa dan mengevaluasi serta

(31)

c. Bertugas mengawasi kebijaksanaan dan tindakan setiap tenaga kerja dan menjalin hubungan baik.

2. Tenaga kerja stasiun pencetakan

Tenaga kerja stasiun pencetakan memiliki tanggung jawab atas semua hal uang berhubungan dengan pencetakan kerupuk.

Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun pencetakan adalah sebagai berikut: a. Mencetak kerupuk dalam wadah lingkaran.

b. Meletakkan hasil cetakan ke atas ebek. 3. Tenaga kerja stasiun perebusan

Tenaga kerja stasiun perebusan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan tingkat kematangan perebusan kerupuk.

Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun perebusan adalah sebagai berikut: a. Merebus kerupuk yang telah dicetak ke dalam panci besar selama kurang

lebih 15-20 menit.

b. Mengangkut kayu dan membawanya ke dalam tungku untuk memanaskan panci selama proses perebusan.

4. Tenaga kerja stasiun penjemuran

Tenaga kerja stasiun penjemuran memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan penjemuran kerupuk sampai kering.

Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun penjemuran adalah sebagai berikut: a. Menyusun kerupuk dari jaring

b. Mengangkat jaring tersebut ketempat penjemuran

(32)

5. Tenaga kerja stasiun pengeringan

Tenaga kerja stasiun pengeringan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan pengeringan kerupuk dengan arang dengan tujuan agar kerupuk lebih gurih setelah digoreng nantinya.

Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun perebusan adalah sebagai berikut: a. Mengambil kerupuk yang telah dijemur untuk dibawa selanjutnya untuk

dikeringkan diatas arang.

b. Mengeringkan kerupuk dengan arang panas. Proses ini dilakukan agar kerupuk semakin renyah dan enak setelah digoreng.

6. Tenaga kerja stasiun penggorengan

Tenaga kerja stasiun penggorengan memiliki tanggung jawab atas semua hal yang berhubungan dengan penggorengan kerupuk yang telah dikeringkan. Proses ini memiliki dua tahap yaitu digoreng dahulu pada suhu rendah kemudian dilanjutkan pada suhu yang lebih tinggi. Hal ini dilakukan agar proses kerupuk menyembang dengan sempurna pada saat digoreng.

Adapun tugas tenaga kerja pada stasiun perebusan adalah sebagai berikut: a. Mengambil kerupuk yang telah dijemur.

b. Menggoreng kerupuk dengan minyak yang bersuhu rendah.

(33)

7. Tenaga kerja stasiun pembungkusan

Tugas tenaga kerja pada stasiun pembungkusan adalah membungkus kerupuk untuk siap diangkut dan dipasarkan. Stasiun pembungkusan merupakan tahap akhir dari proses pembuatan kerupuk.

2.3.3 Tenaga Kerja dan Jam Kerja Perusahaan

Jumlah tenaga kerja yang dibutuhkan agar usaha ini berjalan dapat dilihat pada Tabel 2.1:

Tabel 2.1. Daftar Tenaga Kerja

No Uraian Jumlah Tenaga kerja

1 Pemilik 1 orang

2 Operator Stasiun Pencetakan 2 orang 3 Operator Stasiun Perebusan 1 orang 4 Operator Stasiun Penjemuran 2 orang 5 Operator Stasiun Pengeringan 1 orang 6 Operator Stasiun Penggorengan 2 orang 7 Operator Stasiun Pembungkusan 4 orang

Jumlah 13 orang

Sumber : UD Ngatimin

(34)

BAB III

LANDASAN TEORI

3.1. Ergonomi

Ergonomi atau ergonomis berasal dari kata Yunani yaitu Ergo yang berarti kerja dan Nomos yang berarti hukum. Ergonomi dapat didefenisikan sebagai studi tentang aspek-aspek manusia dalam lingkungan kerjanya yang ditinjau secara anatomi, fisiologi, psikologi, engineering, manajemen dan desain/ perancangan (Nurmianto, 2004).

Disiplin ergonomi secara khusus akan mempelajari keterbatasan dan kemampuan manusia dalam berinteraksi dengan teknologi dan produk-produk buatannya. Disiplin ini berangkat dari kenyataan bahwa manusia memiliki batas-batas kemampuan baik jangka pendek maupun jangka panjang pada saat berhadapan dengan keadaan lingkungan sistem kerjanya yang berupa perangkat keras (mesin, peralatan kerja) dan/ atau perangkat lunak (metode kerja, sistem dan prosedur). Dengan demikian, terlihat jelas bahwa ergonomi adalah suatu keilmuan yang multidisiplin karena mempelajari pengetahuan-pengetahuan dari ilmu kehayatan (kedokteran, biologi), ilmu kejiwaan (psikologi) dan kemasyarakatan (sosiologi) (Sritomo, 2006).

(35)

dengan efektif, aman dan nyaman (Sutalaksana, 1979). Agar tercapai kondisi tersebut, seharusnya peralatan dan lingkungan dikondisikan sesuai dengan kemampuan dan keterbatasan manusia, bukan sebaliknya manusia disesuaikan dengan alat.

Sesuai dengan pengertian ergonomi, prinsip penting ergonomi yang selalu digunakan adalah prinsip fitting the task to the man, yang berarti harus disesuaikan dengan kemampuan dan keterbatasan manusia. Berdasarkan prinsip tersebut maka sistem kerja dirancang dengan memperhatikan faktor-faktor yang menjadi kelebihan dan keterbatasan manusia sebagai pengguna sehingga diperoleh suatu rancangan sistem kerja yang berada dalam daerah kemampuan manusia (Pulat B.M.,1991).

3.2. Kelelahan

3.2.1. Pengertian Kelelahan1

Kelelahan adalah suatu mekanisme perlindungan agar tubuh terhindar dari kerusakan lebih kanjut sehingga terjadi pemulihan setelah istirahat. Kelelahan diatur secara sentral oleh otak.

Kelelahan otot memiliki dua kategori terjadinya kelelahan yaitu teori kimia dan teori syaraf pusat. Pada teori kimia secara umum menjelaskan bahwa terjadinya kelelahan adalah akibat berkurangnya cadangan energi dan meningkatnya sisa metabolisme sebagai penyebab hilangnya efisiensi otot, sedangkan perubahan arus listrik pada otot dan syaraf adalah penyebab sekunder.

1

(36)

Sedangkan pada teori syaraf pusat menjelaskan bahwa perubahan kimia hanya merupakan penunjang proses. Perubahan kimia yang terjadi mengakibatkan dihantarkannya ransangan syaraf melalui syaraf sensoris ke otak yang disadari sebagai kelelahan otot.

3.2.2. Faktor Penyebab Terjadinya Kelelahan2

Kelelahan yang disebabkan kerja statis berbeda dengan kerja dinamis. Kerja statis menengeluarkan tenaga 50% dari kekuatan maksimum otot hanya dapat bekerja selama 1 menit sedangkan pada pengeluaran tenaga <20% kerja fisik dapat berlangsung lama. Tenaga otot statis sebesar 15-20% akan menyebabkan kelelahan dan nyeri jika pembebanan berlangsung sepanjang hari. Kerja otot statis merupakan kerja berat karena mengkonsumsi energi yang lebih tinggi dan denyut nadi meningkat.

Kontraksi otot baik statis maupun dinamis dapat menyebabkan kelelahan otot setempat. Kelelahan tersebut terjadi pada waktu ketahanan (endurance time)

otot terlampaui. Waktu ketahanan otot tergantung pada jumlah tenaga yang dikembangkan oleh otot sebagai suatu presentase tenaga maksimum yang dicapai oleh otot. Kemudian pada saat kebutuhan metabolisme dinamis dan aktivitas kapasitas energi yang dihasilkan oleh tenaga kerja, maka kontraksi otot akan terpengaruh sehingga kelelahan seluruh badan terjadi.

Untuk mengurangi tingkat kelelahan maka harus dihindarkan sikapkerja yang bersifat statis dan diupayakan sikap kerja yang lebih dinamis. Hal ini dapat

2

(37)

dilakukan dengan merubah sikap kerja yang statis menjadi sikap kerja yang lebih bervarasi sehigga sirkulasi darah dan oksigen dapat berjalan normal keseluruh anggota tubuh.

3.3. Standard Nordic Questionnaire (SNQ)3

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) merupakan salah satu alat ukur

yang biasa digunakan untuk mengenali sumber penyebab keluhan kelelahan otot. Melalui Standard Nordic Questionnaire dapat diketahui bagiab-bagian otot yang mengalami keluhan dengan tingkat keluhan mulai dari rasa tidak sakit sampai sangat sakit. Dengan melihat dan menganalisis peta tubuh seperti Gambar 3.1. maka diestimasi jenis dan tingkat keluhan otot skeletal yang dirasakan oleh pekerja.

3

(38)

Gambar 3.1. Peta Tubuh Keterangan:

0. leher bagian atas 1. leher bagian bawah 2. bahu kiri

3. bahu kanan 4. lengan atas kiri 5. punggung

6. lengan atas kanan 7. pinggang

8. bokong 9. pantat 10.siku kiri 11.siku kanan

12.lengan bawah kiri 13.lengan bawah kanan 14.pergelangan tangan kiri 15.pergelangan tangan kanan

16.tangan kiri 17.tangan kanan 18.paha kiri 19.paha kanan 20.lutut kiri 21.lutut kanan 22.betis kiri 23.betis kanan

24.pergelangan kaki kiri 25.pergelangan kaki kanan 26.kaki kiri

(39)

Dimensi-dimensi tubuh tersebut dapat dibuat dalam format Standard

Nordic Questionnaire. Standard Nordic Questionanire dibuat atau disebarkan

untuk mengetahui keluhan-keluhan yang dirasakan pekerja akibat pekerjaanya.

Standard Nordic Questionnaire bersifat subjektif, karena rasa sakit yang

dirasakan tergantung pada kondisi fisik masing-masing individu. Keluhan rasa sakit pada bagian tubuh akibat aktivitas kerja tidaklah sama antara satu orang dengan orang lain. Format Standard Nordic Questionnaire dapat dilihat pada Lampiran 1.

3.4. Fisiologi

3.4.1. Pengukuran Denyut Jantung4

Derajat beratnya beban kerja tidak hanya tergantung pada jumlah kalori yang dikonsumsi, akan tetapi juga bergantung pada jumlah otot yang terlibat pada pembebanan otot statis. Sejumlah konsumsi energi tertentu akan lebih berat jika hanya ditunjang oleh sejumlah kecil otot relatif terhadap sejumlah besar otot. Begitu juga untuk konsumsi energi dapat juga untuk menganalisa pembebanan otot statis dan dinamis. Oleh karenanya dapat dikatakan bahwa meningkatnya denyut jantung adalah dikarenakan oleh:

1. Temperatur sekeliling yang tinggi. 2. Tingginya pembebanan otot statis.

3. Semakin sedikit otot yang terlibat dalam suatu kondisi kerja.

4

(40)

Untuk itulah berbagai macam alasan itulah, sehingga denyut jantung telah dipakai sebagai index beban kerja.

Pengukuran denyut jantung adalah merupakan salah satu alat untuk mengetahui beban kerja. Hal ini dapat dilakukan dengan berbagai cara antara lain adalah:

1. Merasakan denyut jantung yang ada pada arteri radial pada pergelangan tangan.

2. Mendengarkan denyut jantung dengan stethoscope.

3. Menggunakan ECG (Electrocardiograph), yaitu mengukur signal elektrik yang diukur dari otot jantung pada permukaan kulit dada.

Muller (1962) memberikan beberapa definisi sebagai berikut :

1. Denyut jantung pada saat istirahat (resting pulse) adalah rata-rata denyut jantung sebelum suatu pekerjaan dimulai.

2. Denyut jantung selama bekerja (working pulse) adalah rata-rata denyut jantung pada saat seseorang bekerja.

3. Denyut jantung untuk bekerja (work pulse) adalah selisish antara denyut jantung selama bekerja dan selama istirahat.

(41)

3.4.2. Penilaian Beban Kerja Berdasarkan Denyut Nadi Kerja5

Manuaba & Vanwonterghem (1996) menentukan klasifikasi beban kerja

berdasakan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maskimum karena beban kardiovaskuler (cardiovasiculair = %CVL) yang dihitung berdasarkan rumus di bawah ini :

istirahat

Di mana denyut nadi maksimum adalah (220-umur) untuk laki-laki dan (200-umur) untuk wanita. Dari perhitungan % CVL kemudian akan dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut :

< 30% = Tidak terjadi kelelahan

30% − < 60% = Diperlukan perbaikan

60% − < 80% = Kerja dalam waktu singkat

80% − < 100% = Diperlukan tindakan segera >100% = Tidak diperbolehkan beraktivitas

Sistem peredaran darah atau sistem kardiovaskular adalah suatu sistem organ yang berfungsi memindahkan zat ke dalam sel. Sistem ini menjamin kelangsungan hidup organisme, didukung oleh metabolism setiap sel dalam tubuh dan mempertahankan sifat kimia dan fisiologis cairan tubuh.

Cardiovasculairstrain dapat diestimasi dengan menggunakan denyut nadi

pemulihan (hearth rate recover) atau dikenal dengan metode ‘Brouha’. Keuntungan dari metode ini adalah sama sekali tidak mengganggu atau

5

(42)

menghentikan aktivitas kegiatan selama bekerja. Denyut nadi pemulihan (P) dihitung pada akhir 30 detik pada menit pertama, ke dua, dan ke tiga. P1, P2, P3

adalah rata-rata dari ketiga nilai tersebut dan dihubungkan dengan total cardiac cost dengan ketentuan sebagai berikut:

a. Jika P1 − P3≥ 10, atau P1, P2, P3 seluruhnya < 90, nadi pemulihan normal.

b. Jika rata-rata P1 tercatat ≤ 110, dan P1 – P3 ≥ 10, maka beban kerja tidak

berlebihan.

c. Jika P1– P3 < 10, dan jika P3 > 90 perlu redesign pekerjaan.

Laju pemulihan denyut nadi dipengaruhi oleh nilai absolut denyut nadi pada ketergantungan pekerjaan (the interruption of work), tingkat kebugaran

(individual fitness), dan pemaparan panas lingkungan. Jika nadi pemulihan tidak

(43)

BAB IV

METODOLOGI PENELITIAN

4.1.Lokasi dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di UD Ngatimin yang berlamat di Jalan Tanjung Selamat Gang Mawar Nomor 24 Medan. UD Ngatimin merupakan perusahaan pembuatan kerupuk. Penelitian dilakukan pada bulan Juni 2013 sampai dengan Desember 2013 untuk mengetahui kondisi perusahaan dan permasalahan yang terjadi di perusahaan tersebut.

4.2.Objek Penelitian

Objek penelitian yang diamati adalah tenaga kerja wanita pada stasiun penggorengan.

4.3.Jenis Penelitian6

Jenis penelitian yang dilakukan adalah penelitian deskriptif (deskriptif

research) yaitu penelitian yang berusaha untuk memaparkan pemecahan terhadap

(44)

4.4.Kerangka Berpikir

Rasa nyeri pada beberapa bagian tubuh tenaga kerja dipengaruhi oleh beban kerja pada stasiun penggorengan. Beban kerja tersebut disebabkan oleh fasilitas kerja tidak ergonomis.

4.5.Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan dalam penelitian ini adalah:

1. Standard Nordic Questionnaire (SNQ) digunakan mengidentifikasi awal nilai

keluhan otot yang dialami tenaga kerja.

2. Heart Rate

Digunakan untuk mengetahui beban kerja tenaga kerja wanita di stasiun penggorengan dengan menghitung denyut nadi tenaga kerja.

3. Kamera Digital Casio 16,1 Mega Pixel

Digunakan untuk mengambil gambar dan merekam kegiatan tenaga kerja pada stasiun kerja.

4. Stopwach digunakan untuk menghitung waktu proses.

4.6.Pengumpulan Data

Data yang dibutuhkan dalam penelitian ini diperoleh dari data primer dan data sekunder yaitu sebagai berikut:

1. Data Primer

(45)

a. Data risiko kerja dengan melakukan penyebaran Standard Nordic

Questionaire (SNQ). Data ini berisi kategori keluhan berdasarkan sangat

sakit, sakit, agak sakit dan tidak sakit yang diberi bobot untuk masing-masing kategorinya, dimana sangat sakit diberi bobot 4, sakit diberi bobot 3, agak sakit diberi bobot 2 dan tidak sakit diberi bobot 1.

b. Data denyut nadi tenaga kerja. 2. Data Sekunder

Data sekunder adalah data yang diperoleh dari literatur-literatur dan referensi yang berhubungan dengan masalah yang dibahas dan data yang diperoleh dari perusahaan, yaitu gambaran umum dan sejarah perusahaan, jumlah pegawai dan organisasi dan manajemen perusahaan.

4.7.Pengolahan Data

Pada tahap ini, data yang diperoleh hasil dari hasil analisis REBA,

antropometri tenaga kerja, beban kerja, ketukan jari dan perbaikan fasilitas kerja yang ergonomis. Adapun langkah-langkah pengolahan data yang dilakukan adalah sebagai berikut.

1. Standard Nordic Questionaire (SNQ) untuk menentukan bagian tubuh yang

(46)

4.8.Analisis dan Pembahasan

Analisis pemecahan masalah adalah mengacu pada analisis dari hasil penilaian beban kerja sebelum perbaikan dan fasilitas kerja aktual.

4.9.Kesimpulan dan Saran

Langkah akhir yang dilakukan adalah penarikan kesimpulan yang berisi hal-hal penting dalam penelitian tersebut dan pemberian saran untuk penelitian selanjutnya bagi peneliti yang ingin mengembangkan penelitian ini secara lebih mendalam.

4.10. Blok Diagram Prosedur Penelitian

(47)

STUDI PENDAHULUAN

Melakukan studi pustaka dan pengamatan pendahuluan proses penggorengan kerupuk ikan di UD Ngatimin

DATA PRIMER

- Foto elemen kerja - Data SNQ - Data denyut nadi

- Pengukuran data waktu proses

SASARAN

1. Mengidentifikasi keluhan kelelahan otot statis tenaga kerja 2. Mengidentifikasi beban kerja di stasiun penggorengan 5. Perhitungan beban kerja dengan denyut nadi.

TUJUAN

Mengetahui beban kerja fisik operator

RUMUSAN PENDAHULUAN

Kelelahan otot statis pada tubuh tenaga kerja akibat postur kerja berdiri selama jam kerja disebabkan ketidaksesuaian antara fasilitas kerja yang digunakan tenaga kerja dengan

antropometri tubuh tenaga kerja

DATA SEKUNDER

- Sejarah perusahaan - Ruang lingkup bidang usaha - Struktur oganisasi

PENGOLAHAN DATA

- Penentuan beban kerja dengan pendekatan denyut nadi.

- Penentuan level beban kerja berdasarkan penilaian beban kerja dengan metode denyut nadi.

ANALISA PEMECAHAN MASALAH

-Mengetahui beban kerja fisik berdasarkan jumlah kalori yang dikelurkan operator selama bekerja

(48)

BAB V

PENGUMPULAN DAN PENGOLAHAN DATA

5.1. Pengumpulan Data

5.1.1. Data Standard Nordic Questionnaire (SNQ)

Standard Nordic Questionnaire (SNQ) dibuat untuk mengetahui keluhan

yang dialami oleh tenaga kerja selama melaksanakan aktivitas penggorengan kerupuk. Pengumpulan data SNQ diberikan kepada kedua tenaga kerja stasiun penggorengan. Hasil rekapitulasi data SNQ dapat dilihat pada Tabel 5.1.

Tabel 5.1. Rekapitulasi Data SNQ Tenaga Kerja Stasiun Penggorengan

Sumber: Perhitungan Kuisioner SNQ

No Dimensi

Tingkat Keluhan No Dimensi

Tingkat Keluhan

(49)

Keterangan nomor dimensi tubuh dapat dilihat pada lampiran 1. Penilaian berdasarkan kuisioner SNQ untuk pembobotan tidak sakit, agak sakit, sakit dan sangat sakit masing-masing adalah 1, 2, 3 dan 4. Kategori yang dirasakan saat bekerja adalah sebagai berikut:

1. Tidak sakit, artinya bahwa tenaga kerja tidak terasa nyeri sedikitpun pada bagian tubuh karena kontraksi otot yang terjadi berjalan normal.

2. Agak sakit, artinya bahwa tenaga kerja mulai terasa nyeri, namun rasa nyeri yang timbul tidak membuat tenaga kerja jenuh atau cepat lelah.

3. Sakit, artinya bahwa tenaga kerja merasakan nyeri yang cukup hebat dan keadaaan ini membuat tenaga kerja mulai jenuh dan cepat lelah.

4. Sangat sakit, artinya bahwa tenaga kerja merasakan nyeri yang sangat luar biasa disertai dengan ketegangan (kontraksi otot yang sangat hebat) sehingga membuat tenaga kerja merasakan jenuh dan kelelahan yang cukup besar.

Peneliti memfokuskan kepada kategori sangat sakit. Persentase sangat sakit dapat dilihat pada grafik rekapitulasi SNQ Gambar 5.1.

Sumber: Perhitungan kuisioner SNQ

(50)

Berdasarkan gambar di atas menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita yang memiliki persentase kategori sangat sakit yang tertinggi yaitu 47,4% dan tenaga kerja pria sebesar 28,2%. Oleh karena itu penelitian selanjutnya akan difokuskan pada tenaga kerja wanita.

5.1.2. Elemen Kegiatan pada Kondisi Aktual

Data elemen kegiatan yang dilakukan oleh tenaga kerja ditunjukkan pada Tabel 5.2.

Tabel 5.2. Elemen Kegiatan Tenaga Kerja

No Elemen Kegiatan Gambar

1 Mengambil kerupuk mentah

2

Membawa kerupuk mentah

3

(51)

Tabel 5.2. Elemen Kegiatan Tenaga Kerja (Lanjutan)

No Elemen Kegiatan Gambar

4 Menggoreng kerupuk

5 Mengambil saringan

6

Memindahkan Kerupuk ke

Penggorengan Kedua

(52)

7

Mengambil sendok silinder

8 Mengambil minyak

9 Membawa minyak

10

Memindahkan minyak

Tabel 5.2. Elemen Kegiatan Tenaga Kerja (Lanjutan)

(53)

11

Meletakkan Sendok Silinder

Sumber: Pengumpulan Data

5.1.3. Denyut Nadi

Denyut nadi tenaga kerja diukur dengan instrumen heart rate, diukur sebelum bekerja dan sesudah bekerja. Penelitian dilakukan di stasiun penggorengan. Pengambilan data denyut nadi dilakukan sebelum bekerja pukul 08.00 WIB dan sesudah bekerja pukul 18.00 WIB selama 5 hari kerja. Data denyut nadi tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 5.3.

Tabel 5.3. Denyut Nadi Tenaga Kerja

Hari Kerja DNI DNK

(denyut/menit)

1 90 120

2 100 124

3 90 121

4 87 118

5 97 125

Sumber: Pengumpulan Data

(54)

5.2.1. Keluhan Tenaga Kerja Berdasarkan Kuisioner SNQ pada Stasiun Penggorengan

Keluhan yang dirasakan oleh tenaga kerja di stasiun penggorengan dapat dilihat dalam histogram pada Gambar 5.2.

Sumber: Pengolahan Data

Gambar 5.15. Histogram Keluhan Tenaga Kerja Wanita

5.2.2. Perhitungan Waktu Proses

Perhitungan waktu proses penggorengan pada UD Ngatimin dapat dilihat pada Tabel 5.4.

Tabel 5.4. Data Waktu Proses Hari Kerja Data Waktu Proses (Menit)

1 1.7

Sumber: Pengumpulan Data

(55)

Peneliti menggunakan tingkat kepercayaan 95% dan tingkat ketelitian 5%. Persamaan yang digunakan untuk menguji keseragaman data adalah:

n

Nilai standar deviasi pada data penggorengan adalah:

σ

(56)

Gambar 5.16. Peta Kontrol Waktu Proses Penggorengan

2. Uji Kecukupan Data

Untuk uji kecukupan data dengan tingkat ketelitian 5% dan tingkat kepercayaan 95% (harga k adalah 2) dapat digunakan persamaan sebagai berikut:

(

)

(

)

2

Jika: N`< N maka data pengamatan cukup

N`> N maka data pengamatan kurang dan perlu tambahan data. ∑ Xi = 1,7+1,5+1,6+1,5+1,6 = 7,9 menit

N Hasil pengolahan data yang dilakukan didapat

N’<N (3,064 < 5), maka dapat disimpulkan data yang diperoleh sudah cukup.

1,3

Peta Kontrol Waktu Proses

Data Waktu (menit)

Rata-rata

BKA

(57)

5.2.3. Fisiologi

5.2.3.1.Metode Penilaian Langsung

Persamaan yang digunakan dalam menghitung nilai konsumsi energi dapat dilihat dari hasil penelitian Muller (1962). Perhitungan konsumsi energi untuk setiap tenaga kerja di UD Ngatimin adalah sebagai berikut:

Y = 1,80411−0,0229038� −4,71711. 10−4�2

Di mana:

Y = Energi (Kkal/menit)

X = Kecepatan denyut jantung (denyut per menit)

Klasifikasi beban kerja berdasarkan nilai konsumsi energi (Y) dengan konversi satuan ke dalam Kkal per jam, yaitu sebagai berikut:

1. Beban kerja ringan, untuk 100 – 200 Kkal/jam 2. Beban kerja sedang, untuk 201 – 350 Kkal/jam 3. Beban kerja berat, untuk di atas 351 Kkal/jam

Nilai konsumsi energi untuk tenaga kerja, dengan denyut nadi kerja 120 dpm adalah sebagai berikut:

Y = 1,80411 – 0,0229038 (120) + 4,71711 . 10-4 (120)2 = 5,8483 Kkal/menit

(58)

Rekapitulasi nilai konsumsi energi untuk tenaga kerja selama 5 hari kerja dapat dilihat pada Tabel 5.5.

Tabel 5.5. Konsumsi Energi Hari

(Kkal/jam) Kategori

1 120 6 351 Berat

2 124 6 373 Berat

3 121 6 356 Berat

4 118 6 340 Sedang

5 125 6 379 Berat

Sumber: Pengolahan Data

5.2.3.2.Metode Penilaian Tidak Langsung

Metode penilaian tidak langsung adalah metode penilaian dengan menghitung denyut nadi selama tenaga kerja bekerja. Pengukuran denyut nadi selama bekerja merupakan suatu metode untuk menilai cardiovascular strain. Peralatan yang dapat digunakan untuk menghitung denyut nadi adalah Omron. Adapun persamaan yang digunakan untuk menentukan beban kerja pada masing-masing stasiun ini dengan menggunakan metode cardiovascularload (CVL).

CVL merupakan suatu perhitungan untuk menentukan klasifikasi beban kerja berdasarkan peningkatan denyut nadi kerja yang dibandingkan dengan denyut nadi maksimum. Berikut ini ditunjukkan persamaan %CVL yaitu:

%CVL = (Denyut nadi kerja−Denyut nadi istirahat)

(Denyut nadi maksimum−Denyut nadi istirahat)x100%

Denyut nadi maksimum adalah sebagai berikut: a. Laki-laki = 220 – umur

(59)

Untuk menghitung beban kerja dengan metode cardiovasculerload (CVL) dari data yang didapat pada saat penelitian. Langkah pertama tentukan terlebih dahulu beberapa denyut nadi maksimumnya, dengan menggunakan rumus (220-umur) untuk laki-laki dan (200-(220-umur) untuk wanita. Denyut nadi maksimum untuk tenaga kerja:

Wanita = 220 – umur = 220 – 31 = 169

Perhitungan %CVL untuk tenaga kerja sebagai berikut:

%CVL=120-90

169-90x100%=38%

Dari hasil perhitungan CVL tersebut kemudian dibandingkan dengan klasifikasi yang telah ditetapkan sebagai berikut:

a. X < 30% = tidak terjadi kelelahan b. 30% < X < 60% = diperlukan perbaikan c. 60% < X < 80% = kerja dalam waktu singkat d. 80% < X < 100% = diperlukan tindakan segera e. X > 100% = tidak diperbolehkan beraktivitas

Hasil rekapan perhitungan %CVL untuk tenaga kerja dapat dilihat pada Tabel 5.6.

Tabel 5.6. Rekapan Perhitungan %CVL Hari Kerja DNI

(60)

BAB VI

ANALISIS DAN PEMBAHASAN

5.2. Analisis Tingkat Keluhan

Penilaian pada Standard Nordic Quistionnaire (SNQ) menunjukkan bahwa tenaga kerja wanita di stasiun penggorengan dominan dengan kategori sangat sakit. Persentase kategori sangat sakit yang tertinggi dialami tenaga kerja wanita yaitu 47,4% dan tenaga kerja pria sebesar 28,2%. Kategori sangat sakit terdapat pada tangan kanan karena piringan penyekop kerupuk tidak sesuai tenaga kerja sehingga tenaga kerja harus berulang-ulang mengambil kerupuk mentah untuk dimasukkan ke penggorengan. Selain itu dikarenakan tenaga kerja hanya menggunakan tangan kanan untuk menggoreng dan memindahkan minyak. Kategori sangat sakit juga terdapat pada lutut kiri, lutut kanan, betis kiri, betis kanan, pergelangan kaki kiri, pergelangan kaki kanan, kaki kiri dan kaki kanan disebabkan karena postur kerja berdiri selama bekerja yaitu 6-7 jam sehari selama 6 hari dalam seminggu.

5.3. Analisis Beban Kerja

6.3.1. Analisis Penilaian Secara Langsung

(61)

besar. Hal ini menunjukkan beban kerja untuk aktivitas penggorengan termasuk dalam kategori beban kerja berat.

6.3.2. Analisis Penilaian Secara Tidak Langsung

Metode penilaian secara tidak langsung dilakukan dengan cara membandingkan peningkatan denyut nadi kerja dengan denyut nadi maksimum karena beban kardiovaskuler (Cardiovascular Load = %CVL). Berdasarkan hasil pengolahan data, dapat diketahui bahwa tenaga kerja berada dalam kategori diperlukan perbaikan.

5.4. Analisis Kondisi Aktual Fasilitas Kerja

Kondisi aktual fasilitas kerja dianalisis untuk mendapatkan gambaran perbaikan rancangan fasilitas kerja yang ergonomis untuk tenaga kerja.

(62)

Gambar 6.2. Piring Penyekop Kerupuk Mentah

Gambar 6.3. Kondisi Kerja Aktual

(63)

BAB VII

KESIMPULAN DAN SARAN

7.1. Kesimpulan

Kesimpulan yang diperoleh dari hasil pengolahan data dan analisa pembahasan adalah:

1. Berdasarkan kuisioner SNQ yang disebarkan kepada tenaga kerja wanita di stasiun penggorengan diperoleh bahwa bagian tubuh yang sakit adalah tangan kiri, paha kanan, lutut kiri, lutut kanan, betis kiri, betis kanan, pergelangan kaki kiri dan kanan, kaki kiri dan kaki kanan. Persentase kategori sangat sakit yang tertinggi dialami oleh wanita yaitu 47,4% dan tenaga kerja pria sebesar 28,2%.

2. Beban kerja berdasarkan nilai konsumsi energi untuk tenaga kerja adalah 351Kkal/jam-379Kkal/jam berada dalam kategori berat, dengan metode

cardiovascularload (CVL) adalah 35-39 didapat hasil bahwa diperlukan

perbaikan.

7.2. Saran

Saran yang dapat diberikan adalah:

1. Penelitian lanjutan, dikaitkan dengan penerapan fasilitas kerja dengan kelelahan otot yang dialami tenaga kerja.

(64)
(65)

DAFTAR PUSTAKA

I Ketut Gde. 2011. Perancangan dan Perbaikan Metode Kerja Untuk Meningkatkan Produktivitas Kerja Perajin Gong Di Kabupaten

Klungkung Bali. Teknik Mesin Bali.

Neville, Stanton. 2005. Handbook of Human Factors and Ergonomics Methods.

New York: CRC Press LLC.

Nurmianto, Eko. 1996. Ergonomi: Konsep Dasar dan Aplikasinya. Surabaya: Guna Widya.

Perdani, Putri. 2011. Pengaruh Postur dan Posisi Tubuh Terhadap Timbulnya

Nyeri Punggung Bawah. Semarang. Universitas Diponegoro.

Poerwanto, dkk. 2008. Instrumentasi & Alat Ukur. Yogyakarta: Graha Ilmu. Sinulingga, Sukaria. 2011. Metode Penelitian. Usu Press

Sutalaksana, dkk. 1979. Teknik Tata Cara Kerja. Jurusan TI ITB.

Tarwaka, dkk. 2004. Ergonomi untuk Keselamatan, Kesehatan Kerja dan

Produktivitas. Surakarta. UNIBA Press.

Wardaningsih, Ika. 2010. Pengaruh Sikap Kerja Duduk pada Kursi Kerjayang Tidak Ergonomis Terhadap Keluhanotot-Otot Skeletal bagi Pekerja

Wanitabagian Mesin Cucuk di PT Iskandarindah Printing Textile

Surakarta. Universitas Sebelas Maret.

(66)
(67)
(68)
(69)
(70)
(71)
(72)
(73)
(74)
(75)
(76)
(77)
(78)

Gambar

Grafik Rekapitulasi Data SNQ .................................................
Gambar 2.1. Struktur Organisasi UD Ngatimin
Tabel 2.1. Daftar Tenaga Kerja
Gambar 3.1. Peta Tubuh
+7

Referensi

Dokumen terkait

Penelitian ini bertujuan untuk menganalisis pengaruh gaya kepemimpinan, budaya organisasi dan kepuasan kerja terhadap kinerja karyawan perguruan tinggi swasta pada universitas

Media gambar berseri sebagai media pembelajaran untuk anak tuna grahita mampu membuat anak tertarik, karena media tersebut secara nyata dapat dilihat dan dapat

Penurunan ini disebabkan karena terjadi pergeseran dari pola konsumsi wisatawan yang pada saat ini memiliki selera wisata tinggi dan lebih berfokus pada produk-produk budaya

Penelitian dilakukan pada proyek konstruksi bangunan gedung yang sedang berjalan dalam tahap pelaksanaan konstruksi di Kota Kupang.. Penelitian hanya membahas mengenai

1. Calon tidak dapat menja-wab dengan tepat mengikut kehendak soalan. Kebanyakan mereka tidak dapat mengua-sai kata tugas bagi setiap item yang dikemukakan.. -

Dari hasil penelitian dapat disimpulkan bahwa proses pelaksanaan pengangkatan PNS dalam jabatan strukutral pada Pemerintah Kota Padang yang mengacu pada UU No.43 Tahun 1999

Hasil pengujian tarik sambungan dengan berbagai arah gaya terhadap arah serat didapatkan bahwa kekuatan lem lebih tinggi dari kekuatan bahan (kayu kamper) dan kerusakan yang

Menurut Harjanto (1997) kapasitas efektif suatu alat atau mesin didefenisikan sebagai kapasitas yang dapat diharapkan untuk mengolah maupun menghasilkan produk tertentu