PERAN AUDIT INTERNAL DALAM MENUNJANG EFEKTIVITAS PENGENDALIAN INTERNAL ATAS GAJI DAN UPAH PADA PTPN III
(Persero) MEDAN
SKRIPSI
DIAJUKAN OLEH : ARIF KURNIAWAN
110522083 AKUNTANSI
PROGRAM STUDI S1 AKUNTANSI DEPARTEMEN AKUNTANSI
FAKULTAS EKONOMI
UNIVERSITAS SUMATERA UTARA MEDAN
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peran audit internal dalam efektivitas pengendalian internal atas penggajian dan pengupahan yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan dokumen perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dll. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah Teknik Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari buku atau bahan tulisan yang relevan dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode komparatif untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenai objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan juga untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui dalam perusahaan dan mengambil kesimpulan. Penelitian dilakukan pada PTPN III (Persero) yang beralamat di jalan Sei Batanghari No 2 Medan pada bulan Oktober 2013.
Hasil Penelitian yang dapat disimpulkan ialah audit internal sangat berperan dalam meningkatkan aktivitas pengendalian internal atas gaji dan upah pada perusahaan. Proses pelaksanaan pengendalian internal atas gaji dan upah dapat dikatakan efektif karena terdapat pemisahan fungsi yang jelas dari masing-masing bagian yang berkaitan dengan prosedur penggajian dan pengupahan. Satuan Pengawasan Internal kedudukannya bertanggung jawab langsung kepada direktur utama serta tidak terlibat dalam aktivitas sehari-hari atau tidak memiliki kewenangan operasional terhadap kegiatn unit kerja yang diaudit.
ABSTRACT
This research aim is to know role of internal audit in internal operation effectiveness of applied by remunerating and remuneration at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Collected to data type consist of primary data and secondary data. Primary data got through direct interview with company side related to research which is doing, while data of sekunder obtained from company document and literature like company history, organization chart etc. Technique data collecting taken is documentation technique that is collecting data of the book or relevant article materials with this research. Technique of data analyse used is descriptive method and comparability method to description or give the image of hitting accurate objects through data which have been gathered as it is without analyse and make conclusion applying generically as well as to compare existing theory with practical met in company and take conclusion. Research done at PTPN III ( Persero) which is have address in road street of Sei Batanghari No 2 Medan in October 2013.
Result of the research which earn to be concluded is internal audit very improve internal operation activity of fee and salary at company. Process execution of internal operation of fee and salary can be told effective because there are dissociation of clear function from each shares related to remuneration procedure and remunerating. Set of Internal Observation domicile him hold responsible direct to managing director and also not got mixed up with everyday activity or do not have operational authority to made an audit of activity unit.
KATA PENGANTAR
Syukur Alhamdulillah, dengan rahmat dan karunia Allah SWT peneliti
dapat menyelesaikan skripsi yang berjudul “Peran Audit Internal dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero)“. Skripsi ini disusun untuk memenuhi salah satu syarat menyelesaikan program pendidikan S-1 dan memperoleh gelar
Sarjana Ekonomi pada Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara
Peneliti menyadari bahwa penelitian ini tidak terlepas dari bimbingan dan
pengarahan dari berbagai pihak. Untuk itu dengan segala kerendahan hati, peneliti
mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada :
1. Bapak Prof. DR. Azhar Maksum, MEC. Ak, Selaku Dekan Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
2. Bapak Dr. Syafruddin Ginting Sugihen, MAFIS, Ak. dan Bapak Drs. Hotmal
Ja’far, M.M, Ak. selaku Ketua dan Sekretaris Departemen Akuntansi
Fakultas Ekonomi Universitas Sumatera Utara.
3. Bapak Drs. Firman Syarif, M.Si, Ak. dan Ibu Dra. Mutia Ismail, M.Si, Ak.
selaku Ketua dan Sekretaris Program Studi S-1 Akuntansi Fakultas Ekonomi
Universitas Sumatera Utara.
4. Bapak Drs. Rasdianto Msi, Ak. Selaku Dosen Pembimbing yang telah
meluangkan waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat meyelesaikan
5. Ibu Dra Salbiah, Msi, Ak Selaku Dosen Pembaca Nilai yang telah meluangkan
waktu, pikiran dan tenaga sehingga saya dapat menyelesaikan skripsi ini.
6. Orang tua yang selalu mendukung dan mendo’akan penulis dalam setiap sujud
mereka, Ayahanda Syarifuddin. H dan Ibunda Trisnawani, terima kasih yang
tidak terkira.
Penulisan skripsi ini masih jauh dari sempurna karena keterbatasan
kemampuan penulis, sehingga penulis mengharapkan saran dan kritik yang
membangun dalam penulisan ke depan. Akhir kata, penulis berharap agar skripsi
ini bermanfaat bagi pembaca.
Medan, Oktober 2013
Penulis
Arif Kurniawan
DAFTAR ISI
Halaman
ABSTRAK ... i
ABSTRACT ... ii
KATA PENGANTAR ... iii
DAFTAR ISI ... v
DAFTAR LAMPIRAN ... vii
BAB I PENDAHULUAN 1.1 Latar Belakang Penelitian ... 1
1.2 Perumusan Masalah ... 5
1.3 Tujuan Penelitian ... 5
1.4 Manfaat Penelitian ... 5
BAB II TINJAUAN PUSTAKA 2.1. Tinjauan Teoritis ... 7
2.1.1 Audit Internal ... 8
2.1.1.1 Pengertian Audit Internal ... 8
2.1.1.2 Fungsi dan Tujuan Audit Internal ... 11
2.1.2 Pengendalian Internal ... 12
2.1.2.1 Pengertian Pengendalian Internal ... 13
2.1.2.2 Tujuan Pengendalian Internal... .. 15
2.1.2.3 Komponen Pengendalian Internal ... 16
2.1.2.4 Keterbatasan Pengendalian Internal... 19
2.1.3 Pengendalian Internal Gaji dan Upah ... 20
2.1.3.1 Pengertian Gaji dan Upah ... 21
2.1.3.2 Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Penggajian ... 22
2.1.3.3 Prosedur Pencatatan Sistem Akuntansi Gaji dan Upah ... . 23
2.1.3.4 Unsur Pengendalian Inter Dalam Sistem Akuntansi Penggajian dan Pengupahan ... 28
BAB III METODE PENELITIAN 3.1 Jenis Penelitian ... 30
3.2 Jenis Data ... 30
3.3 Metode Pengumpulan Data ... 31
3.4 Teknik Analisis Data ... 31
3.5 Tempat dan Jadwal Penelitian ... 32
BAB IV HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 4.1 Gambaran Umum Perusahaan ... 33
4.1.2 Ruang Lingkup PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan ... 36
4.1.3 Tata Nilai Perusahaan ... 37
4.1.4 Struktur Organisasi Perusahaan ... 38
4.2 Hasil Penelitian ... 46
4.2.1 Departemen Audit Internal Perusahaan ... 46
4.2.2 Satuan Pengawasan Internal Perusahaan ... 46
4.2.2.1Visi dan Misi Satuan Pengawasan Internal ... 48
4.2.2.2Kedudukan, Fungsi, Tugas, dan Tanggung Jawab Bagian Satuan Pengawasan Internal ... 49
4.2.2.3Standar Profesi dan Kode Etik ... 53
4.2.3.Pengendalian Internal Atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 55
4.3. Pembahasan ... 62
4.3.1 Pengendalian Internal Atas Gaji dan Upah Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 62
4.3.2 Peran Audit Internal Dalam Menunjang Efektivitas Pengendalian Internal Gaji dan Upah Pada Pada PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) ... 63
BAB V KESIMPULAN DAN SARAN 5.1 Kesimpulan ... 68
5.2 Saran ... 69
DAFTAR PUSTAKA ... 70
DAFTAR LAMPIRAN
NOMOR JUDUL
Lampiran 1 Bagan Struktur Organisasi Perusahaan Lampiran 2 Bagan Struktur Satuan Pengawasan Internal Lampiran 3 Proses Bisnis Pembuatan Gaji Karyawan
ABSTRAK
Tujuan Penelitian ini adalah untuk mengetahui peran audit internal dalam efektivitas pengendalian internal atas penggajian dan pengupahan yang diterapkan PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari data primer dan data sekunder. Data primer didapat dengan melalui wawancara langsung dengan pihak perusahaan yang berhubungan dengan penelitian yang sedang dilakukan, sedangkan data sekunder diperoleh dari literatur dan dokumen perusahaan seperti sejarah perusahaan, struktur organisasi dll. Teknik pengumpulan data yang dilakukan adalah Teknik Dokumentasi yaitu mengumpulkan data dari buku atau bahan tulisan yang relevan dengan penelitian ini. Teknik analisis data yang digunakan adalah metode deskriptif dan metode komparatif untuk mendeskripsikan atau memberi gambaran mengenai objek yang diteliti melalui data yang telah terkumpul sebagaimana adanya tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum dan juga untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang ditemui dalam perusahaan dan mengambil kesimpulan. Penelitian dilakukan pada PTPN III (Persero) yang beralamat di jalan Sei Batanghari No 2 Medan pada bulan Oktober 2013.
Hasil Penelitian yang dapat disimpulkan ialah audit internal sangat berperan dalam meningkatkan aktivitas pengendalian internal atas gaji dan upah pada perusahaan. Proses pelaksanaan pengendalian internal atas gaji dan upah dapat dikatakan efektif karena terdapat pemisahan fungsi yang jelas dari masing-masing bagian yang berkaitan dengan prosedur penggajian dan pengupahan. Satuan Pengawasan Internal kedudukannya bertanggung jawab langsung kepada direktur utama serta tidak terlibat dalam aktivitas sehari-hari atau tidak memiliki kewenangan operasional terhadap kegiatn unit kerja yang diaudit.
ABSTRACT
This research aim is to know role of internal audit in internal operation effectiveness of applied by remunerating and remuneration at PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan.
Collected to data type consist of primary data and secondary data. Primary data got through direct interview with company side related to research which is doing, while data of sekunder obtained from company document and literature like company history, organization chart etc. Technique data collecting taken is documentation technique that is collecting data of the book or relevant article materials with this research. Technique of data analyse used is descriptive method and comparability method to description or give the image of hitting accurate objects through data which have been gathered as it is without analyse and make conclusion applying generically as well as to compare existing theory with practical met in company and take conclusion. Research done at PTPN III ( Persero) which is have address in road street of Sei Batanghari No 2 Medan in October 2013.
Result of the research which earn to be concluded is internal audit very improve internal operation activity of fee and salary at company. Process execution of internal operation of fee and salary can be told effective because there are dissociation of clear function from each shares related to remuneration procedure and remunerating. Set of Internal Observation domicile him hold responsible direct to managing director and also not got mixed up with everyday activity or do not have operational authority to made an audit of activity unit.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang Penelitian
Pada era globalisasi saat ini, dunia usaha berkembang semakin cepat.
Perusahaan – perusahaan baik yang merupakan milik pemerintah ataupun swasta
sedapat mungkin dituntut untuk dapat mengembangkan dan meningkatkan kinerja
perusahaannya agar dapat bersaing di bidangnya serta tidak tertinggal dengan
perusahaan lainnya. Pertumbuhan dunia usaha saat ini sangat cepat yang ditandai
dengan berdirinya perusahaan-perusahaan baru yang bergerak di segala bidang,
baik itu perusahaan jasa, perusahaan dagang, maupun perusahaan industry
dengan skala kecil, menengah ataupun dalam skala yang besar.
Setiap perusahaan yang didirikan mempunyai tujuan untuk memperoleh
laba. Laba yang diperoleh berasal dari sumber daya manusia yang terdapat pada
perusahaan tersebut. Peningkatan laba perusahaan merupakan suatu indikasi
bahwa perusahaan telah menunjukkan kemajuan dan keberhasilan dalam
mengelola usahanya. Untuk mencapai hal itu perusahaan memerlukan suatu
sistem pengendalian yang bermanfaat untuk mengawasi dan mengevaluasi setiap
aktivitas operasional perusahaan.
Sejalan dengan perkembangan perusahaan, semakin banyak aktivitas yang
dilakukan oleh perusahaan. Hal ini sewaktu-waktu dapat menimbulkan masalah
yang rumit yang akan dihadapi oleh perusahaan, oleh karena itu diperlukan
efektif dan menyeluruh. Hal yang dilakukan untuk mengawasi aktivitas
operasional perusahaan adalah dengan membentuk suatu departemen audit
internal perusahaan yang diberikan tugas untuk melakukan pengawasan terhadap
pengendalian internal perusahaan. Pengendalian internal perusahaan dimaksudkan
untuk mengawasi aset-aset yang dimiliki perusahaan, menilai kecermatan dan
keandalan data akuntansi serta mendorong ketaatan terhadap ketentuan yang telah
diberlakukan oleh manajemen.
Audit internal adalah kegiatan pemastian dan konsultasi yang independen
dan objektif yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi
organisasi. Audit internal membantu organisasi mencapai tujuannya melalui
pendekatan yang sistematik yang dapat dilakukan oleh perusahaan agar tercipta
suatu bentuk pengendalian yang optimal yang dilakukan oleh perusahaan dalam
mencegah serta menanggulangi kecurangan-kecurangan yang mungkin terjadi di
perusahaan serta dapat mengetahui dan meminimalisir resiko-resiko yang akan
dihadapi perusahaan, dengan demikian hal ini juga akan meningkatkan efisiensi
dan efektivitas dari kegiatan operasional perusahaan.
Perusahaan mempunyai beragam kegiatan operasional, salah satunya
adalah yang tentang pemberian gaji dan upah kepada para tenaga kerja. Gaji dan
upah adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan atas tenaga, pikiran dan
keahlian yang diberikan kepada perusahaan dan merupakan pos operasional yang
penting untuk terus diawasi serta diperlukan pengendalian internal terhadap
Agar semua kegiatan perusahaan dapat terlaksana dengan baik dan
maksimal perlu adanya suatu sistem pengendalian internal yang terencana dan
terstruktur dengan baik. Diharapkan dengan adanya pengendalian internal yang
baik maka setiap bentuk kecurangan dapat diminimalisir dan dicegah seminimal
mungkin. Pengendalian internal atas gaji dan upah adalah salah satu bentuk
pengendalian yang dapat digunakan oleh manajemen perusahaan dalam
meminimalisir kecurangan dalam proses pemberian gaji dan upah pada karyawan.
Dalam penelitian ini objek penelitian yang akan dibahas adalah PT.
PERKEBUNAN NUSANTARA 3 (Persero) MEDAN
Pengendalian internal adalah alat yang efektif yang dibangun dalam
infrastruktur organisasi. Pengendalian internal akan menigkatkan keefektifan dan
keefisienan organisasi dalam menghindari biaya-biaya yang tidak perlu dan juga
memungkinkan adanya inisiatif dan tanggapan yang cepat terhadap kondisi yang
berubah-ubah.
Dalam melaksanakan kegiatan operasional perusahaan pada PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan diperlukan adanya manajemen yang
ditunjang oleh personil yang berkualitas agar dapat berkarya secara efisien. Hal
penting yang harus diperhatikan oleh perusahaan adalah faktor manusia. Sumber
daya manusia dalam suatu perusahan merupakan faktor dominan dalam
pencapaian tujuan perusahaan. Agar perusahaan dapat bertahan dan semakin
berkembang, maka diperlukan tenaga kerja yang berkualitas dengan tingkat kontra
prestasi yang berbeda sesuai dengan prestasi yang disumbangkan pada
menjanjikan suatu kontrak prestasi yang berupa gaji. Karena aktivitas gaji
bersifat berulang-ulang dan rutin, maka diperlukan adanya pengendalian internal
yang mencakup proses pelaksanaan penggajian tersebut.
Gaji dan upah adalah imbalan yang diberikan kepada karyawan atas
tenaga, pikiran dan keahlian yang diberikan kepada perusahaan. Besarnya gaji
dan upah yang dibayar biasanya berdasarkan suatu tingkatan tertentu sesuai
dengan keahlian yang dimiliki karyawan tersebut.
Untuk mengatasi kekeliruan akibat tidak teliti dan tidak tepatnya
penetapan, penggolongan, pencatatan serta pembayaran atas gaji dan upah maka
perlu diatur tingkatan kerja yang sesuai dengan peraturan yang berlaku. Demikian
juga mengenai ketentuan-ketentuan untuk kesejahteraan sosial para karyawannya
harus ditetapkan kebijakan-kebijakan maupun sistem prosedur yang didukung
dengan formulir-formulir atau catatan-catatan yang sesuai dengan peraturan yang
berlaku pada perusahaan tersebut.
Pelaksanaan fungsi audit internal dalam menunjang pengendalian internal
atas gaji dan upah sangat dibutuhkan. Dalam hal ini penulis ingin mengetahui
apakah perusahaan sudah menerapkan peran audit internal dalam menunjang
efektivitas pengendalian internal atas gaji dan upah, oleh karena itu penulis
1.2. Perumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dikemukakan sebelumnya, yang
menjadi perumusan masalah dalam penelitian ini adalah :
1. Apakah PT. Perkebunan Nusantara III (persero) Medan sudah
menerapkan pelaksanaan Peran Audit Internal secara memadai ?
2. Apakah pengendalian internal gaji dan upah pada PT. Perkebunan
Nusantara III (persero) Medan sudah dilaksanakan secara efektif ?
3. Bagaimana peran audit internal dalam menunjang efektivitas
pengendalian gaji dan upah pada PT. Perkebunan Nusantara III
(persero) Medan ?
1.3. Tujuan Penelitian
Sesuai dengan perumusan masalah yang dikemukakan diatas, maka tujuan
dari penelitian ini adalah:
1. Untuk mengetahui apakah audit internal sudah dilaksanakan secara
memadai oleh perusahaan dalam hal ini PT. Perkebunan Nusantara III
(persero) Medan.
2. Untuk mengetahui apakah pengendalian internal atas gaji dan upah
sudah dilaksanakan dengan efektif.
3. Untuk mengetahui peran audit internal dalam menunjang efektivitas
pengendalian internal atas gaji dan upah
1.4. Manfaat Penelitian
Adapun penyusunan skripsi ini diharapkan dapat memberikan manfaat
1. Bagi Penulis
Merupakan kesempatan untuk menambah ilmu pengetahuan dan
wawasan mengenai peran audit internal dalam menunjang efektivitas
pengendalian internal atas gaji dan upah serta dapat menambah
informasi mengenai hal-hal yang terjadi pada suatu instansi yang
berkaitan dengan proses pelaksanaan pengendalian gaji dan upah.
2. Bagi Perusahaan (PT. Perkebunan Nusantara III Persero Medan)
Penelitian ini dapat memberikan kontribusi yang memadai bagi
perusahaan dalam menjalankan pengendalian internal atas gaji dan
upah.
3. Bagi Pembaca dan Pihak Lain
Penelitian ini diharapkan dapat berguna bagi para pembaca serta pihak
lain yang berminat mempelajari serta menjadikan penelitian ini sebagai
bahan referensi dan juga untuk menambah wawasan dalam
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA.
2.1. Tinjauan Teoritis
American Accounting Association Committee dalam Basic Auditing
Concepts telah mendefinisikan audit sebagai “suatu proses sistematis yang secara
obyektif memperoleh dan mengevaluasi bukti yang terkait dengan pernyataan
mengenai tindakan atau kejadian ekonomi untuk menilai tingkat penyesuaian
antara pernyataan tersebut dan kriteria yang telah ditetapkan serta
mengkomunikasikan hasilnya kepada pihak-pihak yang berkepentingan.” Guy dkk
(2002 : 5)
Dari definisi diatas, unsur penting dalam pelaksanaan auditing adalah
proses perolehan serta pengevaluasian bukti-bukti dan kriteria-kriteria yang telah
ditetapkan. Bukti-bukti yang diperoleh baik dari dalam perusahaan maupun dri
luar perusahaan digunakan sebagai bahan evaluasi sehingga hasil audit lebih
objektif. Kriteria-kriteria yang ditetapkan digunakan sebagai tolak ukur auditor
untuk memberikan pendapatnya yang kemudian dituangkan ke dalam laporan
audit. Laporan audit harus dapat memberi informasi kepada para pengguna akan
tingkat keseuaian dari informasi tersebut.
2.1.1. Audit Internal
Menurut American Accounting Association yang dikutip Sawyer dkk
(2005 : 8 ) mengenai audit internal adalah sebagai berikut “Audit internal adalah
mengenai tindakan dan kejadian-kejadian ekonomis untuk meyakinkan derajat
kesesuaian antara asersi ini dengan kriteria yang ditetapkan dan
mengkomunikasikannya ke pengguna yang berkepentingan.”
Audit internal adalah fungsi penilaian independen yang dibentuk dalam
perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa
yang diberikan kepada perusahaan. Audit internal adalah sebuah aktivitas
konsultasi dan keyakinan objektif yang dikelola secara independen didalam
organisasi dan diarahkan oleh filosofi penambahan nilai untuk meningkatkan
operasional perusahaan. Tujuan audit internal adalah untuk meningkatkan
efektivitas pengelolaan resiko, kecukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.
Audit internal merupakan profesi yang dinamis dan terus berkembang yang
mengantisipasi perubahan dlam lingkungan operasinya dan beradaptasi terhadap
perubahan dalam struktur organisasi, proses, dan teknologi.
2.1.1.1. Pengertian Audit Internal
Untuk dapat memahami dan memperjelas definisi dari Audit Internal,
berikut dikutip beberapa definisi audit internal. Ikatan Auditor Internal (IIA –
Institute Of Internal Auditor) dikutip oleh Sawyer dkk (2005 : 8) mendefinisikan
audit internal sebagai berikut “Audit internal adalah fungsi penilaian independen
yang dibentuk dalam perusahaan untuk memeriksa dan mengevaluasi
aktivitas-aktivitasnya sebagai jasa yang diberikan kepada perusahaan.”
Pernyataan ini lebih merupakan semacam pendahuluan, dan bukan sebuah
internal dan juga tidak menekankan bahwa audit tidak lagi hanya berkaitan
dengan aspek akuntansi.
Kemudian Dewan Direksi IIA yang dikutip oleh Sawyer dkk( 2005 : 9 )
mendefinisikan :
audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif dan konsultasi yang dirancang untuk memberi nilai tambah dan meningkatkan operasi organisasi. Audit tersebut membantu organisasi mencapai tujuannya dengan menetapkan pendekatan yang sistematis dan berdisiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas proses pengelolaan resiko, keukupan kontrol, dan pengelolaan organisasi.
Selanjutnya Ikatan Auditor Internal (IIA – Institute Of Internal Auditor)
dikutip oleh Messier dkk ( 2005 : 514 ) mendefinisikan audit internal sebagai
berikut:
Audit internal adalah aktivitas independen, keyakinan objektif, dan konsultasi yang dirancang untuk menambah nilai dan meningkatkan operasi organisasi. Audit internal ini membantu organisasi untuk mencapai tujuannya dengan melakukan pendekatan sistematis dan disiplin untuk mengevaluasi dan meningkatkan efektivitas manajemen resiko, pengendalian, dan proses tata kelola.
Definisi ini menggariskan tujuan utama dari profesi dan secara luas
menyatakan berbagai metode untuk mencapai tujuan-tujuan tersebut. Dalam
melaksanakan audit internal dilakukan secara independen dan objektif artinya
bahwa aktivitas audit tidak terpengaruh oleh pihak manapun dan tidak terlibat
dalam pelaksanaan audit tersebut.
Sawyer dkk ( 2005 : 10 ) mengenukakan definisi untuk menggambarkan
Audit internal adalah sebuah penilaian yang sistematis dan objektif yang dilakukan auditor internal terhadap operasi dan kontrol ysng berbeda-beda dalam organisasi untuk menentukan apakah :
1. Informasi keuangan dan operasi telah akurat dan dapat diandalkan, 2. Risiko yang dihadapi perusahaan telah diidentifikasi dan
diminimalisasi,
3. Peraturan eksternal serta kebijakan dan prosedur internal yang bisa diterima telah diikuti,
4. Kriteria operasi yang memusakan telah dipenuhi,
5. Sumber daya telah digunakan secara efisien dan ekonomis dan 6. Tujuan organisasi telah dicapai secara efektif, semua dilakukan
dengan tujuan untuk dikonsultasikan dengan manajemen dan membantu anggota organisasi dalam menjalankan tanggung jawabnya secara efektif.
Definisi diatas tidak hanya mencakup peranan dan tujuan auditor internal,
tetapi juga mengakomodasikan kesempatan dan tanggung jawab. Definisi
tersebut juga memadukan persyaratan-persyaratan signifikan yang ada di standar
dan menangkap lingkup yang luas dari auditor internal modern yang lebih
menekankan pada penambahan nilai dan semua hal yang berkaitan dengan resiko,
tata kelola, dan kontrol. Definisi diatas juga menunjukkan bahwa audit internal
telah berkembang dari semula profesi yang hanya memfokuskan diri pada
masalah teknis akuntansi, menjadi profesi yang memiliki orientasi memberikan
jasa bernilai tambah bagi manajemen. Dengan kata lain lingkup audit tidak lagi
terbatas hanya pada pemeriksaan keuangan saja, akan tetapi juga berkembang
pada pemeriksaan di bidang lainnya seperti pengendalian, kepatuhan, tata kelola
operasional dan lain-lain. Audit internal telah berubah menjadi disiplin yang
berbeda, dengan pusat perhatian yang lebih luas dan semakin berkembang..
Dalam perkembangannya konsep audit internal telah banyak mengalami
perubahan. Audit internal sebelumnya hanya berperan dalam mengawasi kinerja
dapat memberikan saran juga tindakan perbaikan atas sistem yang telah ada.
Audit internal saat ini juga dapat dikatakan sebagai konsultan perusahaan yang
membantu perusahaan dalam mereview kinerja maupun aktivitas operasional
perusahaan yang berguna untuk mencapai tujuannya di masa yang akan datang.
Dengan adanya departemen Internal Audit pada perusahaan, diharapkan
akan dapat membantu anggota manajemen dalam berbagai hal, seperti menelaah
prosedur operasi dari berbagai unit dan melaporkan hal-hal yang menyangkut
tingkat kepatuhan terhadap kebijasanaan pimpinan perusahaan, efisiensi, unit
usaha atau efektifitas sistem pengawasan intern. Hal inilah yang melatar belakangi
timbulnya spesialisasi bidang pemeriksaan intern, yang menuntut tidak hanya
keahlian dalam bidang akuntansi tetapi juga keahlian bidang lainnya. ( Nasution :
2003)
2.1.1.2. Fungsi dan Tujuan Audit internal
Sawyer dkk (2005 : 32) menyebutkan fungsi audit internal bagi
manajemen sebagai berikut :
1. Mengawasi kegiatan-kegiatan yang tidak dapat diawasi sendiri oleh manajemen puncak.
2. Mengidentifikasi dan meminimalkan resiko. 3. Memvalidasi laporan ke manajemen senior. 4. Membantu manajemen pada bidang-bidang teknis. 5. Mebantu proses pengambilan keputusan.
6. Menganalisis masa depan bukan hanya masa lalu. 7. Membantu manajer untuk mengelola perusahaan.
Selanjutnya menurut Tampubolon dalam bukunya “ Risk and
system-Based Internal Auditing” (2005 : 1) bahwa “fungsi audit intern lebih berfungsi
semua kebijakan yang telah ditetapkan tidak akan dilaksanakan secara
menyimpang”.
Tujuan pemeriksaan yang dilakukan oleh internal auditor adalah
membantu semua manajemen dalam melaksanakan tanggungjawabnya dengan
memberikan analisa, penilaian, saran dan komentar mengenai kegiatan yang
diperiksanya.
Menurut Agoes (2004 : 222) untuk mencapai tujuan tersebut, internal
auditor harus melakukan kegiatan-kegiatan berikut :
1. Menelaah dan menilai kebaikan, memadai tidaknya dan penerapan dari sistem pengendalian manajemen, pengendalian intern, dan pengendalian operasional lainnya serta mengembangkan
pengendalian yang efektif dengan biaya yang tidak terlalu mahal. 2. Memastikan ketaatan terhadap kebijakan, rencana dan
prosedur-prosedur yang telah ditetapkan oleh manajemen.
3. Memastikan seberapa jauh harta perusahaan dipertanggungjawabkan dan dilindungi dari kemungkinan terjadinya segala bentuk pencurian, kecurangan dan penyalahgunaan.
4. Memastikan bahwa pengelolaan data yang dikembangkan dalam organisasi dapat dipercaya.
5. Menilai mutu pekerjaan setiap bagian dalam melaksanakan tugas yang diberikan oleh manajemen.
6. Menyarankan perbaikan-perbaikan operasional dalam rangka meningkatkan efisiensi dan efektivitas.
2.1.2. Pengendalian Internal
Sebagaimana diketahui bahwa defenisi pengendalian intern yang
dikemukakan Committee On Auditing Procedure American Institute Of Certified
Public Accountant (AICPA) adalah sebagai berikut “Pengendalian internal
mencakup rencana organisasi dan semua metode serta tindakan yang telah
digunakan oleh perusahaan untuk mengamankan aktiva, mengecek kecermatan
mendorong ketaatan pada kebijaksanaan-kebijaksanaan yang telah ditetapkan
pimpinan.”
Dalam arti sempit pengendalian internal sama dengan pengertian internal
check yang merupakan prosedur-prosedur mekanis untuk memeriksa ketelitian
data-data administrasi seperti misalnya mencocokkan penjumlahan mendatar
(horizontal) dengan penjumlahan lurus (vertical)
Dalam arti luas pengendalian internal dapat disamakan dengan
“Manajemen Control”, yaitu suatu sistem yang meliputi semua cara-cara yang
digunakan oleh pimpinan perusahaan untuk mengawasi/mengendalikan
perusahaan. Dalam pengertian Pengendalian Intern meliputi : Struktur Organisasi,
formulir-formulir dan prosedur pembukuan an laporan (Administrasi), budget dan
standart pemeriksaan intern dan sebagainya.
2.1.2.1. Pengertian Pengendalian Internal
Menurut Mulyadi ( 2002 : 180 ) definisi Pengendalian Internal adalah :
Suatu proses yang dijalankan oleh dewan komisaris, manajemen dan personil lain yang didesain untuk memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan yaitu keandalan pelaporan keuangan, kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku serta efektivitas dan efisiensi operasi.
Berdasarkan pengertian diatas, dapat dipahami bahwa pengendalian
internal adalah suatu rangkaian tindakan yang terdiri dari kebijakan dan
prosedur-prosedur yang dilakukan oleh perusahaan agar tercapainya tujuan
perusahaan.kebijakan adalah program yang dibuat oleh manajemen sebagai
penentu dan mengatur agar tujuan organisasi tercapai. Prosedur adalah suatu
atau lebih yang dibuat untuk menjamin penanganan secara seragam transaksi
perusahaan yang terjadi berulang-ulang.
Pengendalian internal menurut Messier dkk (2005 : 250) adalah sebagai
berikut “pengendalian internal adalah suatu proses yang dijalankan oleh dewan
komisaris, manajemen, dan personal entitas lainnya yang didesain untuk
memberikan keyakinan memadai tentang pencapaian tiga golongan tujuan berikut
ini : (1) keandalan laporan keuangan (2) efektivitas dan efisiensi operasi (3)
kepatuhan terhadap hukum dan peraturan yang berlaku”
Setiap perusahaan mempunyai tujuan yang hendak dicapai, baik itu tujuan
jangka pendek, menengah maupun jangka panjang dimana tujuan dari tiap-tiap
perusahaan mungkin berbeda. Untuk mencapai tujuan tersebut, setiap perusahaan
membutuhkan sistem yang baik dan pengelolaan yang cermat. Dari definisi
pengendalian internal tersebut terdapat beberapa konsep dasar sebagai berikut:
1. Pengendalian internal merupakan suatu proses untuk mencapai tujuan
tertentu. Pengendalian internal merupakan suatu rangkaian tindakan yang
bersifat persuasif dan menjadi bagian yang tidak terpisahkan, bukan hanya
sebagai tambahan dari infrastruktur entitas.
2. Pengendalian internal dijalankan oleh orang. Pengendalian internal bukan
hanya terdiri dari pedoman kebijakan formulir, namun dijalankan oleh orang
setiap jenjang organisasi, yang mencakup dewan komisaris, manajemen dan
personal lain.
3. Pengendalian internal diharapkan mampu memberikan keyakinan memadai.
Keterbatasan yang melekat dalam semua sistem pengendalian internal dan
pertimbangan manfaat dan pengorbanan dalam mencapai tujuan pengendalian
internal tidak dapat memberikan keyakinan mutlak.
4. Pengendalian internal ditujukan untuk mencapai tujuan yang saling berkaitan
yaitu pelaporan keuangan, kepatuhan dan operasional.
Ikatan Auditor Internal (Institue of Internal Auditors – IIA), yang dikutip oleh Sawyer dkk (2005 : 59), mendefinisikan pengendalian intern sebagai berikut
:
Setiap tindakan yang diambil manajemen untuk meningkatkan kemungkinan tercapainya tujuan dan sasaran yang ditetapkan. Kontrol bisa bersifat preventif (untuk mencegah terjadinya hal-hal yang tidak diinginkan), detektif (untuk mendeteksi dan memperbaiki hal-hal yang tidak diinginkan yang telah terjadi), atau direktif (untuk menyebabkan atau mengarahkan terjadinya hal yang diinginkan). Konsep sistem kontrol merupakan gabungan komponen kontrol yang terintegrasi dan aktivitas-aktivitas yang digunakan organisasi untuk mencapai tujuan-tujuan dan sasaran-sasarannya.
Definisi diatas menggambarkan bahwa pengendalian intern dalam
perusahaan sangat penting karena manajemen tidak dapat melakukan
pengendalian secara langsung atau secara pribadi terhadap jalannya perusahaan.,
Pengecekan dan review yang melekat pada sistem pengendalian intern yang baik
dapat mengurangi kekeliruan dan penyimpangan yang akan terjadi, tidak praktis
bagi auditor untuk melakukan pengauditan secara menyeluruh atau secara detail
untuk hampir semua transaksi perusahaan dalam waktu dan biaya terbatas.
2.1.2.2. Tujuan Pengendalian Internal
Tujuan utama pengendalian intern menurut Tugiman (2006 : 44) adalah :
berbagai kebijaksanaan, rencana, prosedur, dan ketentuan perundang-undangan;
perlindungan terhadap harta organisasi; penggunaan sumber daya yang ekonomis
dan efisien, serta tercapainya berbagai tujuan dan sasaran yang telah ditetapkan”
Selanjutnya menurut IAI dalam bukunya “Standar Profesional Akuntan
Publik” tujuan pengendalian intern adalah sebagai berikut :
1. Keandalan pelaporan keuangan
2. Kepatuhan terhadap peraturan dan hukum yang berlaku
3. Efektivitas dan efisiensi operasi
Dari definisi diatas dapat disimpulkan tujuan dilakukan pengendalian
internal adalah sebagai berikut:
a. Keandalan pelaporan keuangan
Manajemen bertanggung jawab dalam menyiapkan laporan keuangan untuk
setiap pengguna laporan keuangan tersebut.
b. Kepatuhan terhadap peraturan hukum yang berlaku
Pengendalian internal bertujuan membuat perusahaan berjalan sesuai dengan
hukum dan peraturan yang berlaku.
c. Keefektifan dan Efisiensi Operasi
Pengendalian dalam suatu perusahaan merupakan alat untuk mengurangi
kegiatan dan pemborosan yang tidak perlu dalam segala aspek usaha serta
untuk mengurangi penggunaan sumber daya yang tidak efektif dan efisien.
2.1.2.3. Komponen Pengendalian Internal
Menurut Amin Widjaja Tunggal (2010 : 196) ada lima komponen
1. Lingkungan Pengendalian Internal (Control Environtment)
Lingkungan pengendalian merupakan dasar untuk semua komponen pengendalian internal atau merupakan pondasi dari komponen lainnya yang meliputi beberapa faktor diantaranya :
a. Integritas dan Etika
Integritas dan nilai etis adalah bentuk produk dari standar etika dan perilaku entitas, serta bagaimana standar itu dikomunikasikan dan diberlakukan dalam praktik. Integritas dan nilai etika ini mencakup tindakan manajemen untuk menghilangkan atau mengurangi dorongan dan godaan yang mungkin membuat karyawan melakukan tindakan tidak jujur, illegal, dan tidak etis.
b. Komitmen untuk meningkatkan kompetensi
Komitment terhadap kompetensi. Kompetensi adalah pengetahuan dan ketrampilan yang diperlukan untuk menyelesaikan tugas mengidentifikasi pekerjaan seseorang. Komitmen pada kompetensi mencakup pertimbangan manajemen tentang tingkat kompetensi bagi pekerjaan tertentu, dan bagaimana tingkatan tersebut diterjemahkan menjadi ketrampilan dan pengetahuan yang diperlukan.
c. Dewan Komisaris dan Komite Audit
Dewan komisaris sangatlah berperan penting dalam suatu tata kelola korporasi yang efektif karena memikul tanggung jawab akhir untuk memastikan bahwa manajemen telah mengimplementasikan pengendalian internal dan proses pelaporan keuangan yang layak. Dewan komisaris yang efektif independen dengan manajemen, dan para anggotanya terus meneliti dan terlibat dalam aktivitas manajemen. Meskipun mendelegasikan tanggung jawabnya atas pengendalian internal kepada manajemen, dewan harus secara teratur menilai pengendalian tersebut. Selain itu, dewan yang aktif dan objektif sering kali juga dapat mengurangi kemungkinan bahwa manajemen mengesampingkan pengendalian yang ada. Untuk membantunya melakukan pengawasan, untuk itu Dewan membentuk komite audit yang diserahi tanggung jawabnya untuk mengawasi pelaporan keuangan. Komite audit juga bertanggung jawab untuk melakukan komunikasi yang berkelanjutan dengan auditor eksternal maupun internal, termasuk menyetujui jasa audit dan non-audit yang dilakukan oleh para auditor perusahaan publik. Yang memungkinkan para auditor dan Direktur membahas berbagai masalah yang mungkin berhubungan dengan hal-hal seperti integritas atau tindakan manajemen.
d. Filosofi manajemen dan jenis operasi
melakukan tindakan yang agresif guna mencapai target tersebut? Dapatkah manajemen digambarkan sebagai “gemuk dan birokratis,” “ramping dan picik”, yang didominasi oleh satu atau segelintir individu ataukah “pas”? memahami aspek ini serta aspek-aspek serupa dalam filosofi manajemen dan jenis operasi akan membuat auditor dapat merasakan sikap manajemen tentang pengendalian internal.
e. Struktur Organisasi
Struktur organisasional entitas menentukan garis-garis tanggung jawab dan kewenangan yang ada. Dengan memahami struktur organiasi klien, auditor dapat mempelajari pengolahan dan unsur-unsur fungsional bisnis serta melihat bagaimana pengendalian itu diimplementasikan.
f. Kebijakan dan praktik sumber daya manusia
Kebijakan dan praktik sumber daya manusia. Aspek paling penting daripengendalian internal adalah personil. Jika para karyawan kompeten dan bisa dipercaya, pengendalian lainnya dapat diabaikan, dan laporan keuangan yang andal masih akan dihasilkan. Orang-orang yang tidak kompeten atau tidak jujur bisa merusak sistem, meskipun ada banyak pengendalian yang diterapkan. Orangorang yang jujur dan efisien mampu mencapai kinerja yang tinggi meskipun hanya ada satu segelintir pengendalian yang lain untuk mendukung mereka. Akan tetapi, orang-orang kompeten dan terpercaya sekalipun bias saja memiliki kekurangan. Sebagai contoh mereka dapat menjadi bosan atau tidak puas, yang mana masalah pribadi dapat mengganggu kinerja mereka, atau sasarannya mungkin berubah. Karena pentingnya personil yang kompeten dan terpercaya dalam mengadakan pengendalian yang efektif, metode untuk mengangkat, mengevaluasi, melatih, mempromosikan, dan member kompensasi kepada personil itu merupakan bagian yang penting dari pengendalian internal.
2. Penilaian Resiko (Risk Assesment)
Terdiri dari identifikasi risiko. Identifikasi risiko meliputi pengujian terhadap faktor-faktor eksternal seperti perkembangan teknologi, persaingan, dan perubahan ekonomi. Faktor internal diantaranya kompetensi karyawan, sifat dari aktivitas bisnis, dan karakterister pengolahan sistem informasi. Sedangkan Analisis Risiko meliputi menilai kemungkinan terjadinya risiko, dan bagaimana mengelola risiko.
3. Aktivitas Pengendalian
Terdiri dari kebijakan dan prosedur yang menjamin karyawan melaksanakan arahan manajemen. Aktivitas pengendalian meliputi
review terhadap sistem pengendalian, pemisahan tugas, dan
terhadap akses, perangkat lunak dan system development dan
Application Controls, mencakup pencegahan dan deteksi transaksi
yang tidak terotorisasi. Berfungsi untuk menjamin completeness,
accuracy, authorization and validity dari proses transaksi.
4. Informasi dan Komunikasi (Information and Communication) Sistem informasi yang relavan dengan tujuan pelaporan keuangan, yang mencakup sistem akuntansi, terdiri atas metode dan catatan yang dibangun untuk mencatat, mengolah, meringkas, dan melaporkan transaksi entitas (baik peristiwa maupun kondisi) dan untuk memelihara akuntanbilitas bagi asset, utang, dan ekuitas yang bersangkutan. Kualitas informasi yang dihasilkan dari sistem tersebut berdampak terhadap kemampuan manajemen untuk membuat keputusan semestinya dalam mengendalikann aktivitas entitas dan menyiapkan laporan keuangan yang andal. Komunikasi yang mencakup penyediaan suatu pemahaman tentang peran dari tanggung jawab individual berkaitandengan pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan.
5. Pemantauan (Monitoring)
Suatu tanggung jawab manajemen yang penting adalah membangun dan memelihara pengendalian internal. Manajemen memantau pengendalian internal untuk mempertimbangkan apakah pengendalian tersebut dimodifikasi sebagaimana mestinya jika perubahan kondisi menghendakinya. Pemantauan adalah proses penentuan kualitas kinerja pengendalian internal sepanjang waktu. Pemantauan ini mencakup penentuan desain dan operasi pengendalian tepat waktu dan pengambilan tindakan koreksi. Proses ini dilaksanakan melalui kegiatan yang berlangsung secara terus menerus, evaluasi secara terpisah, atau dengan berbagai kombinasi dari keduanya. Di berbagai entitas, auditor dan personel yang pekerjaan serupa demikian memberikan kontribusi dalam memantau aktivitas entitas. Aktivitas pemantau dapat mencakup penggunaan informasi dari komunikasi dengan pihak luar seperti keluhan pelanggan dan komentar dari badan yang dapat memberikan petunjuk tentang masalah atau bidang yang memerlukan perbaikan. Auditor harus memperoleh pengetahuan yang memadai mengenai aktivitas utama entitas yang digunakan untuk memantau pengendalian internal terhadap pelaporan keuangan, termasuk bagaimana aktivitas tersebut digunakan untuk melaksanakan tindakan koreksi.
2.1.2.4. Keterbatasan Pengendalian Internal
Pengendalian internal setiap entitas memiliki keterbatasan bawaan.
Pengendalian internal hanya memberikan keyakinan memadai, bukan mutlak
Menurut Mulyadi (2002 : 181) mengemukakan bahwa keterbatasan
bawaan yang melekat dalam setiap pengendalian internal adalah :
1. Kesalahan dalam pertimbangan. Seringkali manajemen dan personel
lain dapat salah dalam memprtimbangkan keputusan bisnis yang diambil atau dalam melaksanakan tugas rutin karena tidak memadainya informasi, keterbatasan waktu, atau tekanan lain.
2. Gangguan. Gangguan dalam pengendalian yang telah ditetapkan dapat
terjadi karena personel secara keliru memahami perintah atau membuat kesalahan karena kelalaian, tidak adanya perhatian atau kelelahan. Perubahan yang bersifat sementara atau permanen dalam personel atau dalam sistem dan prosedur dapat pula mengakibatkan gangguan.
3. Kolusi. Tindakan bersama beberapa individu untuk tujuan kejahatan
disebut dengan kolusi. Kolusi dapat meengakibatkan bobolnya pengendalian intern ang dibangun untuk melindungi kekayaan entitas dan tidak terungkapnya ketidakberesan atau tidak terdeteksinya kecurangan oleh pengendalian intern yang dirancang.
4. Pengabaian oleh manajemen. Manajemen dapat mengabaikan
kebijakan atau prosedur yang telah ditetapkan untuk tujuan yang tidak sah seperti keuntungan pribadi manajer, penyajian kondisi keuangan yang berlebihan, atau kepatuhan semu. Contohnya adalah manajemen melaporkan laba yang lebih tinggi dari jumlah sebenarnya untuk mendapatkan bonus lebih tinggi bagi dirinya atau untuk menutupi ketidakpatuhannya terhadap peraturan perundangan yang berlaku.
5. Biaya lawan manfaat. Biaya yang diperlukan untuk mengoperasikan
pengendalian intern tidak boleh melebihi manfaat yang diharapkan dari pengendalian intern tersebut. Karena pengukuran secara tepat baik biaya maupun manfaat yang biasanya tidak mungkin dilakukan. Manajemen harus memperkirakan dan mempertimbangkan secara kualitatif dan kuantitatif dalam mengevaluasi biaya dan manfaat suatu pengendalian intern.
2.1.3. Pengendalian Internal Gaji dan Upah
Salah satu hal yang berpengaruh dalam peningkatan kinerja tenaga kerja
yaitu pemberian gaji dan upah. Secara periodik, perusahaan berkewajiban untuk
memberikan gaji dan upah kepada tenaga kerjanya atas jasa-jasa mereka yang
telah dinikmati oleh perusahaan dalam rangka menghasilkan pendapatan. Gaji
yang dimiliki oleh masing-masing karyawan, bukan berdasarkan pada kedekatan
hubungan dengan salah satu pemilik perusahaan.
2.1.3.1. Pengertian Gaji dan Upah
Banyak definisi yang dapat dikemukakan mengenai gaji dan upah.
Menurut Niswonger dkk (1999 : 446) definisi mengenai gaji dan upah adalah:
Istilah gaji (salary) biasanya digunakan untuk pembayaran atas jasa manajerial, administratif, dan jasa-jasa yang sama. Tarif gaji biasanya diekspresikan dalam periode bulanan. Istilah upah (wages) biasanya digunakan untuk pembayaran kepada karyawan lapangan (pekerja kasar) baik yang terdidik maupun tidak terdidik. Tarif upah biasanya diekspresikan secara mingguan atau perjam.
Selanjutnya Mulyadi (2010 : 373) mengemukakan bahwa :
Gaji umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa seseorang yang dilakukan oleh karyawan yang mempunyai jenjang jabatan manajer, Sedangkan upah adalah umumnya merupakan pembayaran atas penyerahan jasa yang dilakukan oleh karyawan pelaksana (buruh). Umumnya gaji dibayarkan secara tetap per bulan, sedangkan upah dibayarkan berdasarkan hari kerja, jam kerja atau satuan jumlah produk yang dihasilkan oleh karyawan.
Dari definisi diatas dapat disimpulkan bahwa gaji merupakan balas jasa
yang diberikan kepada karyawan yang mempunyai ikatan kerja yang kuat secara
berkala berdasarkan ketentuan yang berlaku diperusahaan dan sifatnya tetap.
Sedangkan upah merupakan balas jasa yang diberikan kepada karyawan yang
ikatan kerjanya kurang kuat berdasarkan waktu kerja setiap hari ataupun setiap
minggu.
Sistem penggajian dapat didefinisikan sebagai jaringan prosedur yang
dibuat menurut pola yang terpadu oleh manejemen untuk menjalankan atau
memberikan gaji kepada karyawan dalam suatu lingkungan perusahaan. Dalam
yang terkait dalam sistem penggajian adalah Fungsi Kepegawaian, Fungsi
Personalia, Fungsi Akuntansi, dan Fungsi Keuangan. Dimana tugas
masing-masing fungsi tersebut saling berhubungan. Melalui sistem penggajian yang baik
dan teratur, perusahaan akan dapat terhindar dari terjadinya
penyelewengan-penyelewengan harta perusahaan sebagai akibat dari rasa ketidakpuasan karyawan
terhadap gaji yang diterimanya. Dengan adanya sistem penggajian, akan dapat
melahirkan pelaksanaan penggajian yang baik pula sehingga dapat mendorong
terwujudnya aktifitas perusahaan yang sehat dan dinamis.
2.1.3.2. Dokumen Yang Digunakan Dalam Sistem Penggajian
Menurut Mulyadi (2010 : 374) dokumen yang digunakan dalam sistem
penggajian adalah :
1. Dokumen pendukung perubahan gaji dan upah. Dokumen-dokumen ini umumnya dikeluarkan oleh fungsi kepegawaian berupa surat-surat keputusan yang bersangkutan dengan karyawan, seperti misalnya surat keputusan pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, perubahan tarif upah, penurunan pangkat pemberhentian sementara dari pekerjaan (skorsing), pemindahan dan lain sebagainya. Tembusan dokumen-dokumen ini dikirimkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah untuk kepentingan pembuatan daftar gaji dan upah. 2. Kartu Jam Hadir. Dokumen ini digunakan oleh fungsi pencatat
waktu utuk mencatat jam hadir karyawan. Catatanjam hadir karyawan ini dapat berupa daftar hadir biasa, dapat pula berbentuk kartu hadir yang diisi dengan mesin pencatat waktu. 3. Kartu Jam Kerja. Dokumen ini digunakan untuk mencatat
waktu yang dikonsumsi oleh tenaga kerja langsung pabrik guna mengerjakan pesanan tertentu. Dokumen ini diiisi oleh mandor pabrik dan diserahkan ke fungsi pembuat daftar gaji dan upah untuk kemudian dibandingkan dengan kartu jam hadir, sebelum digunakan untuk distribusi biaya upah langsung kepada setiap jenis produk atau pesanan.
5. Rekap Daftar Gaji Dan Rekap Daftar Upah. Dokumen ini merupakan ringkasan gaji dan upah per departemen, yang dibuat berdasarkan daftar gaji dan upah. Dalam perusahaan yang produksinya berdasarkan pesanan, rekap daftar upah dibuat untuk membebankan upah langsung dalam hubungannya dengan produk kepada pesanan yang bersangkutan.
6. Amplop Gaji Dan Upah. Uang gaji dan upah karyawan diserahkan kepada setiap karyawan dalam amplop gaji dan upah. Di halaman muka amplop gaji dan upah setiap karyawan berisi informasi mengenai nama karyawan, nomor identifkasi karyawan, dan jumlah gaji bersih yang diterima karyawan dalam bulan tertentu.
7. Bukti Kas Keluar. Dokumen ini merupakan perintah pengeluaran uang yang dibuat oleh fungsi akuntansi kepada fungsi keuangan, berdasarkan informasi dalam daftar gaji dan upah yang diterima dari fungsi pembuat daftar gaji dan upah.
2.1.3.3. Prosedur Pencatatan Sistem Akuntansi Gaji dan Upah
Menurut Mulyadi (2010 : 382) catatan akuntansi yang digunakan dalam
prosedur pencatatan gaji dan upah adalah :
1. Jurnal Umum. Dalam pencatatan gaji dan upah ini jurnal umum digunakan untuk mencatata distribusi biaya tenaga kerja ke dalam setiap departemen dalam perusahaan.
2. Kartu Harga Pokok Produk. Catatan ini digunakan untuk mencatat upah tenaga kerja langsung yang dikeluarkan untuk pesanan tertentu.
3. Kartu Biaya. Catatan ini digunakan untuk mencatat biaya tenaga kerja tidak langsung dan biaya tenaga kerja nonproduksi setiap departemen dalam perusahaan. Sumber informasi untuk pencatatan dalam kartu biaya ini adalah bukti memorial.
4. Kartu Penghasilan Karyawan. Catatan ini digunakan untuk mencatat penghasilan dan berbagai potongan yang diterima oleh karyawan. Informasi dalam kartu penghasilan ini dipakai sebagai dasar penghitungan PPh pasal 21 yang menjadi beban setiap karyawan. Di samping itu, kartu penghasilan karyawan ini digunakan sebagai tanda terima gaji dan upah karyawan dengan ditandatanganinya kartu tersebut oleh karyawan yang bersangkutan.
Dalam sistem akuntansi gaji perusahaan terdapat beberapa fungsi yang
bekerja sama dan saling berhubungan satu dengan yang lainnya untuk tujuan
tertentu.
Menurut Mulyadi (2010 : 382) fungsi yang terkait dalam sistem akuntansi
penggajian dan pengupahan adalah sebagai berikut:
1. Fungsi Kepegawaian.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mencari karyawan baru, menyeleksi calon karyawan, memutuskan penempatan karyawan baru, membuat surat keputusan tarif gaji dan upah karyawan, kenaikan pangkat dan golongan gaji, mutasi karyawan dan pemberhentian karyawan.
2. Fungsi Pencatat Waktu.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk menyelenggarakan catatan waktu hadir bagi semua karyawan perusahaan. Sistem pengendalian internal yang baik mensyaratkan fungsi pencatatan waktu hadir karyawan tidak boleh dilaksanakan oleh fungsi operasi atau oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah.
3. Fungsi Pembuat Daftar Gaji dan Upah.
Fungsi ini bertanggung jawab membuat daftar gaji dan upah yang berisi penghasilan bruto yang menjadi hak dan berbagai potongan yang menjadi beban setiap karyawan setiap jangka waktu pembayaran gaji dan upah. Daftar gaji dan upah diserahkan oleh fungsi pembuat daftar gaji dan upah kepada fungsi akuntansi guna pembuatan bukti kas keluar yang dipakai sebagai dasar untuk pembayaran gaji dan upah kepada karyawan.
4. Fungsi Akuntansi.
Dalam sistem penggajian dan pengupahan, fungsi akuntansi bertanggung jawab untuk mencatat kewajiban yang timbul dalam hubungannya dengan pembayaran gaji dan upah karyawan (misalnya: utang gaji dan upah karyawan, utang pajak, utang dana pensiun).
5. Fungsi Keuangan.
Fungsi ini bertanggung jawab untuk mengisi cek guna pembayaran gaji dan upah dan menguangkan cek tersebut ke bank. Uang tunai tersebut kemudian dimasukkan ke dalam amplop gaji dan upah setiap karyawan, untuk selanjutnya dibagikan kepada karyawan yang berhak.
Selanjutnya menurut Mulyadi (2010 : 385) jaringan prosedur yang
membentuk sistem baik sistem penggajian maupun sistem pengupahan adalah
Prosedur pencatatan waktu hadir. Prosedur ini bertujuan untuk mencatat waktu hadir karyawan. Pencatatan waktu hadir ini diselenggarakan oleh fungsi pencatat waktu dengan menggunakan daftar hadir pada pintu masuk kantor administrasi atau pabrik. Pencatatan waktu hadir dapat menggunakan daftar hadir biasa, dapat menggunakan kartu hadir berupa clock card yang diisi secara otomatis dengan menggunakan mesin pencatat waktu (time recorder machine). Prosedur pencatatan waktu kerja. Dalam perusahaan manufaktur yang produksinya berdasarkan pesanan, pencatatan waktu kerja diperlukan bagi karyawan yang bekerja difungsi produksi untuk keperluan distribusi biaya upah karyawan kepada produk atau pesana yang menikmati jasa karyawan tersebut.
Prosedur pembuatan daftar gaji dan upah. Dalam prosedur ini, fungsi pembuatan daftar gaji dan upah membuat daftar gaji dan upah karyawan. Data yang dipakai sebagai dasar pembuatan daftar gaji adalah surat-surat keputusan mengenai pengangkatan karyawan baru, kenaikan pangkat, pemberhentian karyawan, penurunan pangkat, daftar gaji bulan sebelumnya, dan daftar hadir. Jika gaji karyawan melebihi penghasilan tidak kena pajak, informasi mengenai potongan PPh pasal 21 dihitung oleh fungsi pembuatan daftar gaji dan upah atas daftar data yang tercantum dalam kartu penghasilan karyawan. Potongan PPh pasal 21 ini dicantumkan dalam daftar gaji dan upah.
Prosedur distribusi biaya gaji dan upah. Dalam prosedur distribusi biaya gaji dan upah, biaya tenaga kerja didistribusikan kepada departemen-departemen yang menikmati manfaat tenaga kerja. Distribusi biaya tenaga kerja ini dimaksudkan untuk pengendalian biaya dan penghitungan harga pokok produk.
Prosedur pembayaran gaji dan upah. Prosedur pembayaran gaji dan upah melibatkan fungsi akuntansi dan fungsi keuangan. Fungsi akuntansi membuat perintah pengeluaran kas kepada fungsi keuangan untuk menulis cek guna pembayaran gaji dan upah. Fungsi keuangan kemudian mengauangkan cek tersebut ke bank dan memasukkan uang ke amplop gaji dan upah.
Jurnal adalah alat untuk mencatat transaksi perusahaan yang dilakukan
secara kronologis dengan menunjukkan akun yang harus di debet dan di kredit
beserta jumlahnya masing-masing. Jurnal merupakan catatan pertama setelah
adanya bukti transaksi sebelum dilakukan pencatatan dalam buku besar. Menurut
Mulyadi (2010 : 385) jurnal untuk mencatat biaya gaji dibuat dalam empat tahap
a. Tahap pertama. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar lembar ke-1, dicatat oleh Bagian Utang kewajiban gaji ke dalam bukti kas keluar sebagai berikut:
Gaji dan upah xx
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx
Dalam jurnal tersebut digunakan rekening Gaji dan Upah sebagai clearing account,
b. Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat distribusi biaya gaji ke dalam jurnal umum sebagai berikut:
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Biaya Pemasaran xx
Gaji dan Upah xx
Karena gaji karyawan di pabrik tidak berhubungan langsung dengan pesanan tertentu, maka biaya gaji diperlakukan sebagai unsur biaya
overhead pabrik, sehingga biaya gaji karyawan pabrik dibebankan ke
dalam rekening biaya overhead Pabrik Sesungguhnya. Gaji karyawan fungsi-fungsi nonproduksi dibebankan ke dalam rekening Biaya Administrasi dan Umum dan rekening Biaya Pemasaran.
c. Tahap ketiga. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar yang telah dicap ”lunas” oleh fungsi keuangan, bagian jurnal mencatat pembayaran gaji ke dalam register cek sebagai berikut:
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx
Kas xx
d. Tahap keempat. Berdasarkan bukti memorial yang dilampiri dengan rekap daftar gaji, Bagian Kartu Biaya mencatat biaya tenaga kerja ke dalam buku pembantu (kartu biaya). Kartu biaya ini berisi rekening pembantu yang merinci rekening-rekening kontrol: Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya Pemasaran.
Selanjutnya jurnal untuk mencatat biaya upah menurut Mulyadi (2010 :
a. Tahap pertama. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar lembar ke-1, dicatat oleh Bagian Utang kewajiban upah ke dalam bukti kas keluar sebagai berikut:
Gaji dan upah xx
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx
Dalam jurnal tersebut digunakan rekening Gaji dan Upah sebagai clearing account,
b. Tahap kedua. Berdasarkan bukti memorial, bagian jurnal mencatat distribusi biaya gaji ke dalam jurnal umum sebagai berikut:
Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya xx
Biaya Administrasi dan Umum xx
Biaya Pemasaran xx
Gaji dan Upah xx
Karena upah karyawan di pabrik dibagi menjadi dua: tenaga kerja langsung dan tenaga kerja tidak langsung, maka upah biaya tenaga kerja langsung dibebankan ke dalam rekening Barang dalam Proses-Biaya Tenaga Kerja, sedangkan biaya upah tenaga kerja tidak langsung diperlakukan sebagai unsur biaya overhead pabrik dan dibebankan ke dalam rekening biaya overhead Pabrik Sesungguhnya. Gaji karyawan fungsi-fungsi nonproduksi dibebankan ke dalam rekening Biaya Administrasi dan Umum dan rekening Biaya Pemasaran.
c. Tahap ketiga. Berdasarkan dokumen bukti kas keluar yang telah dicap ”lunas” oleh fungsi keuangan, bagian jurnal mencatat pembayaran upah karyawan ke dalam register cek sebagai berikut:
Bukti Kas Keluar yang Akan Dibayar xx
Kas xx
Biaya Overhead Pabrik Sesungguhnya, Biaya Administrasi dan Umum, dan Biaya Pemasaran. Upah tenaga kerja tidak langsung, upah karyawan fungsi administrasi dan umum (fungsi akuntansi, fungsi personalia dan umum, fungsi hubungan masyarakat) dan upah karyawan fungsi pemasaran dicatat ke dalam kartu biaya.
2.1.3.4. Unsur Pengendalian Intern Dalam Sistem Akuntansi Penggajian Dan Pengupahan
Menurut Mulyadi (2010 : 386) unsur pengendalian intern dalam sistem
akuntansi penggajian dan pengupahan adalah
a. Struktur organisasi
1. Fungsi Pembuatan Daftar Gaji Dan Upah Harus Terpisah Dari Fungsi Keuangan.
2. Fungsi Pencatatan Waktu Hadir Harus Terpisah Dari Fungsi Operasi.
b. Sistem Otorisasi
1. Setiap Orang yang Namanya Tercantum Dalam Daftar Gaji dan Upah Harus Memiliki Surat Keputusan Pengangkatan sebagai Karyawan Perusahaan Yang Ditandatangani Oleh Direktur Utama. 2. Setiap Perubahan Gaji Dan Upah Karyawan Karena Perubahan Pangkat, Perubahan Tarif Gaji dan Upah, Tambahan Keluarga Harus Didasarkan Pada Surat Keputusan Direktur Keuangan. 3. Setiap Potongan Atas Gaji dan Upah Karyawan Selain dari Pajak
Penghasilan Karyawan Harus Didasarkan Surat Potongan Gaji Dan Upah Yang Diotorisasi Oleh Fungsi Kepegawaian.
4. Kartu Jam Hadir Harus Diotorisasi Oleh Fungsi Pencatat Waktu. 5. Perintah Lembur Harus Diotorisasi Oleh Kepala Departemen
Karyawan yang Bersangkutan.
6. Daftar Gaji dan Upah Harus Diotorisasi Oleh Fungsi Personalia. 7. Bukti Kas Keluar untuk Pembayaran Gaji dan Upah Harus
Diotorisasi Oleh Fungsi Akuntansi.
8. Perubahan dalam Catatan Penghasilan Karyawan Direkosiliasi dengan Daftar Gaji dan Upah Karyawan.
c. Prosedur Pencatatan
1. Tarif Upah yang Dicantumkan dalam Kartu Jam Kerja Diverifikasi Ketelitiannya oleh Fungsi Akuntansi Biaya.
2. Kartu Jam Hadir Harus Dibandingkan Dengan Kartu Jam Kerja Sebelum Kartu yang Terakhir Ini Dipakai Sebagai Dasar Distribusi Biaya Tenaga Kerja Langsung.
d. Praktik Yang Sehat
2. Pembuatan Daftar Gaji dan Upah Harus Diverifikasi Kebenaran dan Ketelitian Perhitungannya oleh Fungsi Akuntansi Keuangan Sebelum Dilakukan Pembayaran.
3. Penghitungan Pajak Penghasilan Karyawan Direkonsilisasi dengan Catatan Penghasilan Karyawan.
BAB III
METODE PENELITIAN
3.1. Jenis Penelitian
Dalam penelitian ini penulis menggunakan metode penelitian berbentuk
deskriptif. Menurut Erlina (2008 : 20), penelitian deskriptif adalah penelitian
terhadap fenomena atau populasi tertentu yang diperoleh oleh peneliti dari subjek
berupa individu, organisasional, industry atau perspektif yang lain. Penelitian
deskriptif dilakukan untuk menjawab pertanyaan tentang: apa, siapa, kapan,
dimana, dan bagaimana yang berkaitan dengan karakteristik populasi atau
fenomena tersebut.
3.2. Jenis Data
Jenis data yang dikumpulkan terdiri dari
a. Data Primer
Data primer berupa data yang diperoleh langsung dari perusahaan melalui
wawancara dengan pihak yang berhubungan dengan penelitian yang sedang
dilakukan kemudian diolah lebih lanjut oleh penulis.
b. Data Sekunder
Data Sekunder merupakan pendukung dari data primer yang dapat diperoleh
baik dari literature maupun dari dokumen perusahaan. Dalam hal ini penulis
mengumpulkan data sekunder dari pihak internal perusahaan berupa struktur
gaji dan upah serta daftar gaji dan upah pada PT. Perkebunan Nusantara III
(Persero) Medan.
3.3. Metode Pengumpulan Data
Dalam penelitian ini, metode pengumpulan data yang dilakukan adalah:
1. Teknik Dokumentasi
Teknik dokumentasi adalah teknik yang digunakan dalam mengumpulkan
data yang bersumber dari buku atau bahan tulisan yang relevan dengan
penelitian ini serta mengumpulkan data keuangan ataupun non keuangan yan
bersumber dari perusahaan.
2. Teknik Wawancara
Teknik wawancara adalah teknik pengumpulan data yang dilakukan dengan
sesi wawancara secara langsung kepada pihak-pihak didalam perusahaan
yang mempunyai kompetensi yang berkaitan dengan penelitian ini. Menurut
Sugiyono (2004 : 130), “wawancara digunakan sebagai teknik pengumpulan
data, apabila peneliti ingin melakukan studi pendahuluan untuk menemukan
masalah yang akan diteliti, dan juga apabila peneliti ingin mengetahui hal-hal
dari responden yang lebih mendalam dan jumlah respondennya sedikit atau
kecil”
3.4. Teknik Analisis Data
Dalam penelitian ini, data dianalisis dengan menggunakan metode
deskriptif. Menurut Sugiyono (2009 : 29) “Metode deskriptif adalah suatu metode
yang diteliti melalui data atau sampel yang telah terkumpul sebagaimana adanya
tanpa melakukan analisis dan membuat kesimpulan yang berlaku untuk umum.”
Penelitian ini juga dilakukan dengan menggunakan metode komparatif.
Hal ini dilakukan untuk membandingkan teori yang ada dengan praktik yang
ditemui dalam perusahaan dan menarik kesimpulan. Menurut Nazir (2005: 58)
penelitian komparatif adalah sejenis penelitian deskriptif yang ingin mencari
jawaban secara mendasar tentang sebab-akibat, dengan menganalisis faktor-faktor
penyebab terjadinya ataupun munculnya suatu fenomena tertentu.
3.5. Tempat dan jadwal Penelitian
Guna memperoleh data sebagai bahan dalam penulisan skripsi ini, penulis
melakukan penelitian ini di PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) yang
berlokasi di jalan Sei Batanghari Medan. Penelitian ini dilakukan pada bulan
BAB IV
HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN
4.1. Gambaran Umum Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan berada di jalan Sei Batang
Hari No 2 Medan. PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) selanjutnya disebut
perusahaan didirikan berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No 8
Tahun 1996 Tanggal 14 Februari 1996, dalam rangka restrukturisasi Badan usaha
milik Negara (BUMN) dibidang perkebunan.
Sejarah perseroan diawali dengan proses pengambilalihan
perusahaan-perusahaan perkebunan milik Belanda oleh Pemerintah Republik Indonesia pada
tahun 1958 yang dikenal dengan proses Nasionalisasi Perusahaan Perkebunan
Asing menjadi Perseroan Perkebunan Negara (PPN). Pada tahun 1968 PPN
direstrukturisasi menjadi beberapa kesatuan Perusahaan Negara Perkebunan
(PNP) yang selanjutnya pada tahun 1974 bentuk badan hukumnya diubah menjadi
PT.Perkebunan (Persero).
Pemerintah telah melakukan relokasi pengelolaan areal perkebunan
dibawah BUMN perkebunan, dimana PT.Perkebunan III (Persero),
PT.Perkebunan IV (Persero), PT.Perkebunan V (Persero) telah dinyatakan bubar
dan sejak tanggal tersebut digabung kedalam perusahaan baru yaitu PT.
Perkebunan Nusantara III (Persero),walaupun substansinya masih meneruskan
usaha sebelumnya, dengan perubahan dalam struktur ekuitas (jumlah laba dan
Perusahaan didirikan berdasarkan akta No 36 tanggal 11 Maret 1996 dari
Harun Kamil, SH. Notaris di Jakarta dan telah memperoleh pengesahan dari
Menteri Kehakiman Republik Indonesia dalam surat keputusannya No.
C2-8331HT.01,01.Th.96 tanggal 8 Agustus 1996, serta diumumkan dalam Berita
Negara Republik Indonesia No. 81 tanggal 8 Oktober 1996 Tambahan Berita
Negara No.8674. Anggaran Dasar Perusahaan telah mengalami beberapa kali
perubahan, terakhir dengan akta No. 6 tanggal 12 Agustus 2008 dari Syafril Gani,
SH, M.Hum, notaries di kota medan, mengenai penyesuaian Anggaran Dasar
perusahaan dengan ketentuan Undang-undang No. 19 tahun 2003 tentang Badan
Usaha Milik Negara dan Undang-Undang No. 45 tahun 2005 tentang pendirian,
pengurusan, pengawasan dan pembubaran Badan Usaha Milik Negara, akta
perubahan ini telah mendapat persetujuan dari menteri hukum dan hak asasi
manusia republik Indonesia dengan surat keputusannya No.
AHU-73169.AH.01.02 Tahun 2008 tanggal 14 Oktober 2008.
4.1.1 Visi dan Misi Perusahaan Visi Perusahaan
Adapun yang menjadi visi perusahaan adalah menjadi perusahaan
agri-bisnis kelas dunia dengan kinerja prima dan melaksanakan tata kelola agri-bisnis yang
baik.
Misi Perusahaan
Adapun misi perusahaan meliputi
a. Mengembangkan Industri Hilir berbasis perkebunan secara
b. Menghasilkan produk berkualitas untuk pelanggan.
c. Memperlakukan Karyawan sebagai Asset strategi dan
mengembangkannya secara optimal.
d. Menjadikan perusahaan terpilih yang memberikan imbal hasil “terbaik
bagi para Investor”.
e. Menjadikan perusahaan yang paling menarik untuk bermitra bisnis.
f. Memotivasi karyawan untuk berpartisipasi aktif dalam pengembangan
komunitas.
g. Melaksanakan seluruh aktivitas perusahaan yang berwawasan
lingkungan.
Sadar bahwa tanggung jawab pembangunan masa depan PTPN III
(Persero) ada pada seluruh karyawan, untuk itu manajemen bertekad mewujudkan
paradigma bisinis baru di PTPN III.
a. Perubahan, perbaikan dan peningkatan metode dan kinerja adalah satu
keharusan.
b. Kepuasan pelanggan menjadi prioritas utama untuk memenangkan
persaingan.
c. Setiap kegiatan bisnis baru menghasilkan nilai tambah bagi perusahaan.
d. Pengembangan hubungan industrial yang egaliter berdasarkan
keterbukaan, kesadaran dan kebhinekaan.
e. Pengembangan SDM yang terintegrasi untuk membangun kapital insani
f. Kepemimpinan yang efektif membangun pengaruh melalui kemampuan
mengajar dan membagi ilmu, membagi hubungan baik dan menjadi
panutan.
g. Penghargaan diberikan kepada karyawan berdasarkan kompetensi dan
kinerjanya.
h. Efektivitas operasional harus didukung oleh struktur organisasi yang
sederhana dan dinamis.
i. Pemanfaatan teknologi sebagai perangkat untuk meningkatkan
produktivitas kerja dan keunggulan kompetitif.
j. Keputusan bisnis diambil berdasarkan data dan fakta yang akurat.
k. Setiap tugas dan operasional perusahaan dilaksanakan dengan cepat
tanggap, cepat tindak lanjut, tuntas, berkualitas dan penuh tanggung
jawab.
l. Seluruh aktivitas perusahaan harus berorientasi pada peningkatan mutu.
4.1.2. Ruang Lingkup PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan
Pada saat ini PT Perkebunan Nusantara III (Persero) Medan memiliki
lahan perkebunan yang didukung dengan pabrik pengolahan untuk
masing-masing komoditi. Lahan perkebunan PTPN III (Persero) tersebar di 6 (enam)
Daerah Tingkat II di Propinsi Sumatera Utara yaitu Kabupaten Deli Serdang,
Serdang Bedagai, Simalungun, Asahan, Labuhan Batu, Dan Tapanuli Selatan.
Sampai dengan tahun 2009, luas lahan yang dikelola mencapai 159.655,87 ha
(hektar) yang terdiri dari tanaman karet seluas 37.788,31 ha (hektar), yang
Tandan Buah Segar (TBS) / jam, 11 unit Pabrik Pengolahan Karet (PPK) dengan
kapasitas 142,41 ton karet kering (KK) / hari.
Perseroan melakukan pengolahan hasil tanaman dari Kebun Sendiri,
Kebun PIR Plasma maupun dari pihak-pihak lain menjadi barang setengah jadi
atau barang jadi dengan bentuk produk sebagai berikut :
a. Komoditi Karet : Lateks Pusingan, Crumb Rubber dan Sheet
b. Komoditi Kelapa Sawit : Crude Palm Oil (CPO) dan Palm Kernel
Perseroan juga melakukan kegiatan pemasaran komoditi kelapa sawit,
karet didalam dan di luar negeri . untuk mendukung pemasaran komoditi dan
produk yang dihasilkan, seluruh BUMN di Indonesia telah membentuk Kantor
Pemasaran Bersama (KPB) yang berkedudukan di Jakarta – Indonesia.
4.1.3. Tata Nilai Perusahaan
PT. Perkebunan Nusantara III (Persero) memiliki komitmen untuk
menunjang tinggi integritas professional dan melaksanakan tata nilai yang
berbasis :
a. Proactivity – selalu bersikap proaktif dengan penuh inisiatif dan