ANALISIS SISTEM
PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN
Dl KOTA BOGOR
YUDIYANTO
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
PERNYATAAN MENGENAl TESlS DAN
SUMBER INFORMASI
Dengan ini saya menyatakan bahwa tesis yang berjudul
Analisis Sistem
Pengelolaan Sampah Permukiman
di
Kota Bogor
adalah benar-benar
merupakan hasil k a ~ y a
saya sendiri yang belum diajukan dalam bentuk
apapun kepada perguruan tinggi rnanapun. Sumber inforrnasi yang
berasal atau dikutip dari karya yang telah diterbitkan rnaupun tidak
diterbitkan dari penulis lain telah disebutkan dalarn teks dan dicanturnkan
dalam Daftar Pustaka di bagian akhi~tesis
ini.
Bogor, 9 Januari 2007
Yudiyanto
ABSTRACT
YUDIYANTO. System Analysis for Domestic Waste Management in
Bogor. Supervised by HARTRISARI HARDJOMIDJOJO as a chairman
and SURJONO HAD1 SUTJAHJO as Member.
The main purpose of the research was to formulate scenario and
policy strategy of system development of the domestic waste management
in Bogor, using reduce, reuse, recycle, and participatory (3R+P)
approaches; and to identify future strategic factors in the development of
domestic waste management system.
Result of this research indicated that community income in
significant by correlated with community behavior in the domestic waste
management.
ABSTRAK
YUDIYANTO. Analisis Sistern Pengelolaan Sarnpah Permukiman di Kota
Bogor. Dibirnbing oleh HARTRlSARl HARDJOMIDJOJO sebagai Ketua
Kornisi Pembirnbing dan SURJONO HAD1 SUTJAHJO sebagai Anggota
Kornisi Pembirnbing.
Tujuan utarna penelitian adalah rnerurnuskan skenario strategi
pengelolaan sampah perrnukiman di Kota Bogor, yang dimulai dengan
rnelakukan analisis kondisi sistern pengelolaan sampah perrnukiman saat
ini dan mengidentifikasi faktor-faktor strategis penting masa depan dalarn
pengernbangan sistem tersebut.
Hasil penelitian menunjukkan bahwa perilaku masyarakat dalarn
pengelolaan sarnpah perrnukiman dapat dipengaruhi secara signifikan
oleh tingkat pendapatan masyarakat.
O
Hak cipta milik lnstitut Pertanian Bogor, tahun 2007
Hak cipta dilindungi
ANALISIS SISTEM
PENGELOLAAN SAMPAH PERMUKIMAN
Dl KOTA
BOGOR
Tesis
Sebagai salah satu syarat untuk memperoleh gelar
Magister Sains pada
Program Studi Pengelolaan Sumberdaya Alam dan Lingkungan
SEKOLAH PASCASARJANA
INSTITUT PERTANIAN BOGOR
Judul Tesis
:
Analisis Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota BogorNama
:
YudiyantoNIM : PO52020251
Disetujui Kornisi Pernbimbing
C&
Dr. Ir. Hartrisari Hardiomidioio. DEA Ketua
Diketahui,
Dr. Ir. Suriono H. Sutiahio. M.S. Anggota
&an Sekolah Pascasarjana IPB Ketua Program Studi
llrnu Pengelolaan Surnberdaya
Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S. . g l $ ; $ ~ $ & l e ~ r l
PRAKATA
Puji syukur kehadirat Allah SWT atas segala rahmat-Nya sehingga
saya dapat rnenyelesaikan penulisan tesis yang berjudul "Analisis Sistern
Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor".
Tesis ini rnerupakan salah satu syarat untuk rnernperoleh gelar
Magister Sains (M.Si.) pada Program Studi llrnu Pengelolaan Surnberdaya
Alarn dan Lingkungan, Sekolah Pascasarjana lnstitut Pertanian Bogor
(IPB).
Pada kesernpatan ini saya rnenyarnpaikan ucapan terima kasih
kepada Dr. Ir. Hartrisari Hardjomidjojo, DEA., selaku Ketua Kornisi
Pernbimbing dan Dr. Ir. Surjono H. Sutjahjo, M.S., selaku Anggota Kornisi
Pernbirnbing yang telah banyak rnernberikan arahan dan birnbingan
sehingga saya dapat menyelesaikan tesis ini, serta kepada semua pihak
yang telah rnernberikan kritik dan saran sehingga saya dapat
rnernpertajarn penulisan tesis ini.
Sernoga tesis ini bermanfaat. Arnin.
Bogor, 9 Januari 2007
RIWAYAT HlDUP
Penulis dilahirkan di Purwosari Metro Propinsi Larnpung, pada
tanggal 22 Pebruari 1976, sebagai anak kedua dari lirna bersaudara dari
pasangan keluarga Bapak Sujud dan lbu Satirah. Pada saat ini penulis
sudah berkeluarga dengan istri tercinta Masnawati dan dikaruniai dua
orang putri yaitu Daffa Azka Zhafira dan Rasya Auliadina.
Pendidikan formal rnulai dari Sekolah Dasar (SD) sampai Sekolah
Menengah Atas (SMA) penulis selesaikan di Kota Metro Larnpung. Lulus
SD pada tahun 1988, lulus SMP pada tahun 1991, lulus SMA pada tahun
1994 dan selanjutnya penulis diterirna di Fakultas MlPA Universitas
Larnpung rnelalui Program UMPTN.
Pada saat rnenjadi rnahasiswa
penulis aktif diberbagai organisasi kernahasiswaan, baik organisasi intra
rnaupun ekstra kampus. Penulis pernah menjadi Ketua Umurn Badan
Perwakilan Mahasiswa (BPM) Fakultas MlPA pada tahun 1997
-
1998,
Ketua Urnurn UKM Birohrnah Masjid Al Wasi'i Unila pada tahun 1998
-
1999 dan Pengurus Kesatuan Aksi Mahasiswa Muslim Indonesia Daerah
Larnpung tahun 1988
-
2000. Penulis rnenyelesaikan studi S1 pada tahun
1999.
Pada tahun 2000 penulis diterirna sebagai Pegawai Negeri Sipil
(PNS) dilingkungan Departernen Agarna dan diternpatkan sebagai Dosen
Tetap di Sekolah Tinggi Agama Islam Negeri (STAIN) Jurai Siwo Metro
Larnpung.
DAFTAR
IS1
Halaman DAFTAR TABEL ... X
DAFTAR GAMBAR
...
xi DAFTAR LAMPIRAN ... xiiI
.
PENDAHULUA 11 2 2 1.4 Perurnusan Masalah . . ... 5 1.5 Manfaat Penelit~an
...
6II
.
TINJAUAN PUSTAKA ...2.1 Sarnpah ... 2.2 Pengelolaan Sarnpah ... 2.3 Konsep Zero waste dalarn Pengelolaan Sarnpah
...
2.4 Partisipasi Masyarakat ... 2.5 Teknologi Pengolahan Sampah ...2.5.1 Ternpat Pernbuangan Akhir Sarnpah ...
2.5.2 Pernbakar Sarnpah (Incinerate r)
...
2.5.3 Pengornposan (Cornposting) ..
...
2.6 Analis~s S~stern
...
2.7 Studi Ernpiris Terdahulu ......
Ill
.
METODOLOGI PENELITIAN3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian . .
...
... 3.2 Metode Penel~t~an3.3 Surnber dan Jenis Data
...
3.4 Metode Pengarnbilan Contoh...
...
3.5 Metode Pengolahan Data
3.5.1 Analisis Perilaku Rurnah tangga
...
3.5.2 Pendekatan Sistem
...
3.5.3 Analisis Prospektif . .
...
3.6 Tahapan Penel~t~an...
...
IV.
HASlL DAN PEMBAHASAN4.1 Profil Sistern Pengelolaan Sarnpah di Kota Bogor
...
...
4.1 . 1 Kependudukan4.1.2 Kondisi Persarnpahan di Kota Bogor
...
...
4.1.3 Sarana dan Prasarana4.1.4 Teknik Operasional
...
4.1.5 Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan...
Kebersihan Kota Bogor
4.1.6 Karakteristik Personal Masyarakat
...
4.1.7 Perilaku Masyarakat dalarn Pengelolaan Sarnpah
...
...
Perrnukiman
...
4.1.8 Hubungan Karakteristik Personal Masyarakat dengan
Perilaku Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan .
...
49...
4.3 Analisis Prospektif
...
4.4 Pernodelan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnandi Kota Bogor
...
4.5 Validasi Model ... 4.6 Skenario Strategi Sistern Pengelolaan Sarnpah
Perrnukirnan di Kota Bogor
...
4.6.1 Skenario Pesirnistik4.6.2 Skenario Konservatif
...
4.6.3 Skenario Optirnistik ... 4.7 Perbandingan Antar Skenario...
4.8 Forrnulasi Strategi Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle dan Partisipasi)
...
...
V
.
KESIMPULAN DAN SARAN5.1 Kesirnpulan
...
5.2 Saran...
.
.
...DAFTAR PUSTAKA
...
...
DAFTAR TABEL
1 Klasifikasi Sarnpah rnenurut Dirjen Cipta Karya ....
...
...
... ... ... 92 Jenis dan Surnber Data yang Diperlukan dalarn Penelitian ... 20
3 Rincian Jurnlah Responden Penelitian
...
... ......
.... ... ... 22 4 Pengaruh Langsung antar Faktor dalarn Sistern PengelolaanSarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor ....
...
... ... ... ......
. . .
27 5 Perkernbangan Penduduk Kecarnatan Bogor Barat dan KotaBogor Tahun 2000-2004 ... .. .
...
...
...
......
......
... ... ... ... 31 6 Populasi Penduduk dan Jurnlah Kepala Keluarga rnenurutKecarnatan di Kota Bogor Tahun 2004
...
...
. .. ......
...
...
.. . ... ... ... ... 32 7 Data Persarnpahan Kota Bogor 2002-2004...
... ......
...
338 Tirnbunan dan Jurnlah Sarnpah Terangkut Per Sumber Sarnpah
pada Tahun 2004
... .. .
... ... ...... ... ... ... ...
...
. .....
... ...
...
... ......
...
34 9 Jenis Sarana yang Dirniliki Dinas Lingkungan Hidup danKebersihan Kota Bogor
...
...
...
... ...
... ...
35 10 Anggaran Belanja Kebersihan dan Penerirnaan Retribusi Tahun2001-2004
... ...
...
... ... ......
... ... ... ...
...
...... ...
... . .. ...
...
... ......
...
3511 Anggaran Pengelolaan Per Meter Kubik Sarnpah
...
... ......
3612 Data Persarnpahan Per Kecarnatan di Kota Bogor
...
41 13 Karakteristik Personal Masyarakat Hasil Uji T-Student dan Uji 43Mann-Withney
... . . . .. . .
. .. ... . . . .. . .. . .. . .. . .
..
. . ...
.. . .
14 Perilaku Responden dalarn Membuang, Mernilah, Mernbayar
Retribusi Sarnpah, dan Hasil Uji Mann-Withney
...
... ...
4515 Perilaku Responden dalam Mernbantu Petugas, Mengikuti
Penyuluhan dan Kerja Bakti serta Hasil Uji Mann-Withney ... ... 47
16 Perilaku Responden dalarn Mernberi Gagasan, Sikap Terhadap Orang Mernbuang Sarnpah Sembarangan dan Mernbuang
17 Analisis Kebutuhan Stakeholder dalam Sistern Pengelolaan
...
Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor
18 Faktor-faktor Penting Gabungan dalarn Sistern Pengelolaan .Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor
...
19 Jurnlah Penduduk, Timbulan Sarnpah Pertahun, Tirnbulan Sarnpah Terangkut, Tirnbulan di TPS dan TPA di Kota Bogor pada Tahun 2004 sarnpai 2020 ...
20 Prospektif Faktor-faktor Penting pada Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor
...
21 Keadaan Mutual lncompatibel State dari Faktor-faktor Penting pada Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor ...
22 Hasil Analisis Skenario Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle dan Partisipasi)
...
23 Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya TPAdengan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Berdasarkan
. . .
Skenario Pes~rnlstrk...
24 Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut dan Biaya TPA dengan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Berdasarkan
...
Skenario Konservatif
25 Jurnlah Truk, Ritasi, Petugas, Biaya Angkut Dan Biaya TPA Dengan Sistern Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan Berdasarkan
. . .
...
Skenario Optlrnistrk
26 Biaya Pengelolaan Sarnpah Berdasarkan Skenario Pesirnistik, Konse~atif dan Optirnistik
...
27 Perbandingan Hasil Sirnulasi antar Skenario
...
28 Hasil Pendapat Pakar untuk Pernilihan Skenario
...
DAFTAR GAMBAR
Halaman
Kerangka Pemikiran Analisis Sistern Pengelolaan Sampah Permukiman di Kota Bogor
...
4.
.
Peta Lokasi Penelltlan ... 17
Diagram Input-output Pengelolaan Sampah Kawasan Permukiman di Kota Bogor
...
25Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistern.. 28
Diagram Alir Tahapan Penelitian
...
29 Bagan Struktur Organisasi Dinas Lingkungan Hidup dan...
Kebersihan Kota Bogor (Perda No. 13 tahun 2004) 39
Hasil Uji Korelasi Ranks Spearmans Antara Karakteristik Personal Masyarakat dengan Perilaku Pengelolaan Sarnpah Permukirnan di Kota Bogor
...
51Tingkat Kepentingan Faktor-faktor yang Berpengaruh pada Sistern
...
Pengelolaan Sarnpah Perrnukiman di Kota Bogor 60
Struktur Model Sistern Pengelolaan Sarnpah Permukirnan di Kota Bogor dengan Pendekatan Konsep 3R+P (Reduce, Reuse, Recycle
. . .
dan Part~s~pasi)...
64Grafik Jumlah Penduduk Kota Bogor pada Tahun 2004 sarnpai Tahun 2020.
...
68Grafik Biaya Angkut Sampah Berdasarkan Skenario Pesirnistik, Konservatif dan Optirnistik
...
80Grafik Urnur Pakai TPA Berdasarkan Skenario Pesimistik,
. .
...
DAFTAR LAMPIRAN
1 Skor Pelayanan Pengangkutan Sampah Tingkat Kelurahan di
Kota Bogor
...
...
... ......
...
...... ...
...
... ......
973
Keterangan Setiap Variabel yang Membentuk Struktur ModelSistem Pengelolaan Sarnpah Permukirnan Skenario Pesimistik ... gg
4
Keterangan Setiap Variabel yang Mernbentuk Struktur ModelSistern Pengelolaan Sampah Perrnukiman Skenario Konsewatif
....
101
5
Contoh Perhitungan Tirnbulan Sarnpah Permukirnan Penduduk diI.
PENDAHULUAN
1
.I
Latar BelakangSarnpah rnenjadi perrnasalahan yang rnengkhawatirkan saat ini di
perkotaan Indonesia. Volume sarnpah sernakin rneningkat seiring dengan pertarnbahan jurnlah penduduk dan aktivitas pernbangunan. Jenis sarnpah yang
dihasilkan juga sernakin beragarn. Sarnpah yang berasal dari perurnahan, pasar, jalan raya, dan perkantoran urnurnnya berupa sisa rnakanan, sayuran,
pernbungkus, kertas, plastik, karet dan lain-lain.
Menurut data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor (2004), tirnbulan sarnpah Kota Bogor pada tahun 2004 sebesar 2.208 rn3/hari. Surnber sarnpah terbesar berasal dari sarnpah rurnah tangga atau perrnukiman
yaitu sebesar 1.347 rn3/hari. Dari total jurnlah sarnpah perrnukirnan tersebut, yang terangkut sebesar 770 rn3/hari atau 57,16 %.
Tirnbulan sarnpah di Ternpat Pernbuangan Sernentara (TPS) yang tidak
segera terangkut dapat rnenirnbulkan bau busuk sehingga rnengurangi kenyarnanan lingkungan. Lokasi tirnbulan sarnpah perrnukirnan ini kadangkala
dekat dengan ternpat tinggal penduduk sehingga resiko pencemaran juga akan berdarnpak langsung terhadap rnanusia (Widyatrnoko dan Sintorini 2002).
Hasii studi Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor
rnenyatakan bahwa dengan perhitungan standar tirnbulan sarnpah per orang di Kota Bogor sebesar 2,69 Ilhari, rnaka besar tirnbulan sarnpah Kota Bogor dengan jurnlah penduduk 831.571 jiwa adalah sebesar 2.236.926 llhari atau sebesar
816.447 rn3 per tahun (Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor
2005).
Saat ini dalarn rnenjalankan aktivitas penanganan sarnpah, Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dilengkapi dengan sarana -dan prasarana yang ternyata rnasih belurn rnernadai untuk rnelayani rnasyarakat secara keseluruhan. Armada truk yang dirniliki Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor berjurnlah 69 unit. Dengan asurnsi tingkat pelayanan
sarnpah perrnukirnan tetap sebesar 57,16%, rnaka perkiraan tirnbulan sarnpah perrnukirnan yang dikelola atau dibuang oleh rnasyarakat rnasih cukup banyak, yaitu sekitar 958 rn3/hari. Dengan kapasitas armada truk pengangkut sarnpah
terangkut tersebut setara dengan 110 truk per hari. Tirnbulan sarnpah tersebut jika tidak dikelola dengan baik akan berpotensi rnenirnbulkan pencernaran
terhadap lingkungan.
1.2 Tujuan Penelitian
Secara urnurn tujuan utarna dari penelitian ini adalah rnerurnuskan strategi pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan
konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
Secara khusus penelitian ini bertujuan:
1. Menganalisis perilaku rnasyarakat dalarn pengelolaan sarnpah
perrnukirnan di Kota Bogor.
2. Mengidentifikasi faktor-faktor penting rnasa depan dalarn pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor.
3. Mernbangun model dan rnerurnuskan skenario pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce,
reuse, recycle dan partisipasi).
1.3 Kerangka Pemikiran
Sebagai wilayah perrnukirnan, Kota Bogor dengan laju pertarnbahan penduduk yang terus rneningkat berpotensi rnenghasilkan sarnpah yang tinggi
sebagai sisa aktivitas kesehariannya. Berdasarkan peraturan pernerintah daerah (perda) No. 13 tahun 2004, pelaksana teknis program kebersihan di Kota Bogor adalah Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor.
Usaha yang dilakukan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor dalarn pengelolaan sarnpah adalah dengan rnelakukan kegiatan
pengurnpulan, pengangkutan, pernbuangan dan pernusnahan sarnpah, narnun dernikian rnasih banyak turnpukan sarnpah di berbagai ternpat, terutarna di daerah-daerah perrnukirnan. Sarnpah berserakan dan rnenurnpuk di ternpat- -.
ternpat pernbuangan sernentara (TPS), jalanan, di atas tanah-tanah kosong, dan di dalarn selokan/saluran air di pinggir pekarangan rurnah. Tidak terangkutnya
sarnpah tersebut dapat rnenirnbulkan perrnasalahan di rnasyarakat seperti pencernaran terutarna bau busuk dan kotor sehingga rnenurunkan kenyarnanan untuk tinggal di daerah tersebut.
Secara teoritis laju peningkatan penduduk akan rneningkatkan jurnlah
Kebersihan Kota Bogor dalarn sarana, prasarana dan teknologi pengelolaan sarnpah rnenjadi kendala dalarn pengelolaan sarnpah di Kota Bogor.
Sistern pengelolaan sarnpah berkaitan dengan pelayanan publik. Pelayanan tidak rnungkin hanya dibebankan kepada pernerintah daerah, narnun
rnernerlukan keterlibatan dan peran serta berbagai pihak (stakeholder). Oleh karena itu perlu konsep pengelolaan sarnpah berdasarkan pernenuhan secara
relatif kebutuhan rnasyarakat dan sernua pihak yang terkait serta sesuai karakteristik wilayah pelayanan.
Konsep pengelolaan sarnpah yang lebih rnenekankan pada partisipasi rnasyarakat dan penanganan sarnpah dari surnbernya rnerupakan terobosan dan
paradigrna baru dalarn pengelolaan sarnpah perkotaan. Prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle perlu dikernbangkan dan rnenjadi alternatif pernecahan untuk
rnengurangi perrnasalahan tingginya tirnbulan sarnpah di TPS-TPS dan keterbatasan daya tarnpung di TPA (Dinas Kebersihan dan Pertarnanan Kota Bogor 2003). Untuk itu perlu dilakukan kajian terhadap pengelolaan sarnpah di
sebuah kawasan perrnukirnan di Kota Bogor agar di rnasa rnendatang pelayanan
kebersihan oleh Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor sernakin baik. Berdasarkan hasil kajian dapat diusulkan strategi pengelolaan sarnpah di
kawasan perrnukirnan di Kota Bogor rnelalui pendekatan zero waste yang
rnengintegrasikan prinsipprinsip 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) Penelitian ini difokuskan untuk rnenganalisis sistern pengelolaan sarnpah
perrnukirnan di Kota Bogor dan rnernberikan rnasukan kepada pernerintah Kota Bogor tentang strategi pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor dengan
KOTA BOGOR
(Pengelolaan Sampah Permukiman)
Rekomcndasl
Ln
Existing Condition
Sistem Pengelolaan sampah
Profil Kawasan
permukiman
T
BersihY
T
Identifikasi faktor dominan dalam
pengelolaan sampah permukiman
-
Gambar
1.Kerangka Pemikiran Analisis Sistem Pengelolaan Sampah
Permukiman di Kota Bogor
Model sistem pengelolaan sampah
permukiman
1--Skenario pengelolaan
sampah permukiman
1.4 Perurnusan Masalah
Pertambahan jumlah penduduk yang terus meningkat dan tingkat konsumsi masyarakat di daerah perkotaan di Indonesia akan berdampak pada
meningkatnya volume dan keragaman sampah. Menurut data Badan Pusat Statistik (2005), jumlah penduduk Kota Bogor tahun 2004 sebesar 831.571 jiwa
dengan angka laju pertambahan penduduk lima tahun terakhir dari tahun 2000 sampai dengan tahun 2004 sebesar 3,5%. Seperti telah dikemukakan
sebelumnya, maka besar timbulan sampah yang dihasilkan adalah sebesar 816.477 rn3 per tahun. Tingginya jumlah sampah menuntut perhatian yang serius dalam penanganannya, baik dari aspek ketersediaan sarana dan prasarana, sumberdaya manusia, finansial, manajemen dan teknologi.
Keterbatasan kemampuan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota
Bogor dalam pengelolaan sampah dan sudut pandang bahwa sampah sebagai
sesuatu yang tidak bernilai ekonomis menyebabkan pengolahan sampah hanya terbatas pada pembuangan akhir di TPA. Pengelolaan sampah yang dilakukan
oleh pemerintah pun terbatas pada pengangkutan sampah yang telah terkumpul di TPS-TPS untuk diangkut ke TPA. Lokasi ternpat pembuangan akhir sampah di Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor yang relatif jauh dari
wilayah Kota Bogor menjadi pernasalahan tersendiri dalam proses pengangkutan sampah (Wismanto 2004).
Pembuangan sarnpah secara terbuka (open dumping) juga berakibat meningkatnya intensitas pencemaran, sehingga diperlukan pola pengelolaan
yang baru, melalui pendekatan konsep pengelolaan yang lebih baik, yaitu
melibatkan partisipasi aktif masyarakat.
Kebijakan pengelolaan sarnpah selama ini lebih berorientasi pada usaha memindahkan sampah yang tersebar ke satu lokasi akhir pembuangan sampah,
tanpa proses pemilahan, daur ulang, dan pemanfaatan ulang sampah terlebih dahulu (Adiwibowo 2004).
Menurut Bebassari (2000), Zero waste merupakan konsep pengelolaan
sampah yang mengintegrasikan prinsip 3R yaitu reduce, reuse, recycle dengan pengelolaan sedekat mungkin dengan sumbernya. Reduce adalah mengurangi timbulan sampah pada sumbernya. Reuse rnerupakan upaya pemanfaatan
Semua pihak, baik masyarakat maupun pemerintah daerah menginginkan
pengelolaan sampah yang baik. Masyarakat ingin terlayani dalam pengelolaan sampah dengan retribusi yang relatif murah oleh Dinas Lingkungan Hidup Dan Kebersihan Kota Bogor, sedangkan pemerintah tidak ingin terbebani dengan
subsidi yang besar dalarn pengeiolaan sampah.
Dari uraian tersebut maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:
1. Bagaimana perilaku masyarakat dalam membuang dan mengelola sampah
permukiman di Kota Bogor.
2. Apa faktor-faktor penting dalam pengelolaan sampah permukiman di Kota
Bogor dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). 3. Bagaimana model dan skenario pengelolaan sampah permukiman di Kota
Bogor dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
1.5 Manfaat Penelitian
Hasii penelitian ini diharapkan:
1. Mernberikan sumbangan pemikiran dalam pengembangan sistem pengelolaan sampah permukiman dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi).
2. Memberikan rnasukan kepada Pemerintah Daerah Kota Bogor tentang
strategi pengelolaan sampah permukiman dengan pendekatan 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi) agar tercipta lingkungan yang lebih
It.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Sampah
Sarnpah rnenurut Granier (1991) adalah barang buangan padatan yang diangggap tidak diperlukan lagi. Menurut Azwar (1996) sarnpah adalah sebagian dari sesuatu yang tidak terpakai, tidak disenangi atau sesuatu yang dibuang,
yang urnurnnya berasal dari kegiatan rnanusia dan bersifat padat. Hadiwiyoto (1983) rnendefinisikan sarnpah sebagai sisa-sisa bahan yang telah lama
rnengalarni perlakuan baik yang telah diarnbil bagian utarnanya, telah rnengalarni pengolahan, dan sudah tidak berrnanfaat, dari segi ekonornis sudah tidak ada harganya serta dari segi lingkungan dapat rnenyebabkan pencemaran atau
gangguan kelestarian alarn.
Berdasarkan jenis dan surnbernya, Widyatrnoko dan Sintorini (2002)
rnengelornpokkan sarnpah atas; 1) sarnpah rurnah tangga yaitu sarnpah yang berasal dari kegiatan rurnah tangga; 2) sarnpah kornersial, yaitu sarnpah yang berasal dari kegiatan kornersial seperti pasar, pertokoan, rurnah rnakan, ternpat hiburan, penginapan, bengkel, kios dan sebagainya; 3) sarnpah bangunan, yaitu
sarnpah yang berasal dari kegiatan pernbangunan terrnasuk pernugaran dan pernbongkaran suatu bangunan; dan 4) sarnpah fasilitas urnurn, yaitu sarnpah
yang berasal dari pernbersihan dan penyapuan jalan, trotoar, tarnan, lapangan, ternpat rekreasi dan fasilitas urnurn lainnya.
Berdasarkan sifatnya, Murtadho dan Gurnbira (1988) rnernbedakan sarnpah atas sarnpah organik dan anorganik. Sarnpah organik rneliputi lirnbah
semi basah berupa bahan-bahan organik yang urnurnnya berasal dari lirnbah hasil pertanian. Sarnpah ini rnudah terurai oleh rnikroorganisrne dan rnudah
rnernbusuk karena rnerniliki rantai karbon relatif pendek. Sarnpah anorganik
berupa sarnpah padat yang cukup kering, sulit terurai oleh rnikroorganisrne karena rnerniliki rantai karbon yang panjang dan kornpleks seperti kaca, besi, plastik dan lain-lain.
Menurut Ditjen Cipta Karya (1991), sarnpah diklasifikasikan rnenjadi 12
Tabel 1. Klasifikasi Sampah menurut Ditjen Cipta Karya
No
Sampah Contohnya1 Basah (garbage) Sisa makanan dan sayuran
2 Kering (rubbish) a. sampah mudah terbakar; kayu, plastik, kain. b. Sampah tidak mudah terbakar; logam, kaca
dan kerarnik.
3 Debu Debu (asbes, kapur, semen) dan abu.
4 Berbahaya a. patogen; dari rumah sakit atau klinik
b. beracun; sisa pestisida c. radioaktif; nuklir
d. mudah meledak; petasan, mesiu dll.
5 Bulky Waste Mobil rusak, kulkas rusak, pohon tumbang.
6 Jalanan Daun, kertas pembungkus, dl1
7 Binatang rnati Bangkai kucing, ayam,anjing dl1
8 Bangunan Potongan kayu, genteng, bata, sisa adukan.
9 lndustri Berasal dari kegiatan industri
10 Khusus Surat rahasia negara, rahasia patent dari pabrik
11 Kandanglrumah potong Sisa tulang, daging, kulit, kotoran hewan hewan
12 Lumpur Lurnpur selokan, septic tank
,
dll. Sumber: Ditjen Cipta Karya, 1991Hadiwiyoto (1983), berpendapat bahwa kornposisi dan jumlah sarnpah
akan bervariasi pada waktu dan tempat yang berbeda. Menurut Said (1987),
masalah pengelolaan sarnpah ternyata tidak rnudah, karena melibatkan banyak pihak, memerlukan teknologi, memerlukan dana yang cukup besar dan mernberikan keinginan yang kuat untuk melaksanakannya. Usaha pengelolaan sampah, baik skala besar maupun skala kecil, harus rnencapai tujuannya, yakni
lingkungan dan rnasyarakat yang sehat, sehingga faktor utarna yang harus
diperhatikan adalah peran selta masyarakat (Slamet 2000).
2.2 Pengelolaan Sampah
Perencanaan pengelolaan yang komprehensif perlu memperhatikan
beberapa faktor seperti: surnber sampah, lokasi, pergerakan atau peredaran, dan interaksi dari peredaran sampah dalarn suatu lingkungan urban, terinasuk
didalamnya, penyimpanan sampah, pengurnpulan sampah, pernbuangan sampah, dan sekaligus pemusnahan sarnpah (Haeruman 1983).
Menurut Rahmadi (1995), teknik operasional pengelolaan sampah
dipengaruhi oleh karakteristik wilayah pelayanan, besarnya tirnbunan sarnpah,
sarnpah rneliputi pewadahan, pengurnpulan, pernindahan, pengolahan, pengangkutan, pernbuangan akhir serta operasi dan perneliharaan.
Pengurnpulan sarnpah adalah kegiatan operasi pengurnpulkan sarnpah
dari surnber sarnpah, sebelurn sarnpah tersebut diangkut ke ternpat pengolahan atau pernbuangan akhir. Secara teknis, rnasalah pewadahan rnernegang
peranan yang penting, sebab ternpat sarnpah rnenjadi tanggung jawab individu yang rnenghasilkan sarnpah tersebut, sedangkan volume ternpat pernbuangan
sampah tergantung dari jurnlah sarnpah yang dihasilkan per hari oleh setiap surnber, frekuensi dan pola pengurnpulan yang dilakukan. Selain itu, ternpat sarnpah perlu didesain dan diternpatkan pada ternpat yang rnudah dijangkau oleh
petugas sehingga akan rnernudahkan bagi petugas kebersihan untuk rnengarnbil
atau rnernindahkan sarnpahnya ke peralatan pengurnpulan (Dirjen Cipta Karya
1991).
2.3 Konsep Zero Waste Dalam Pengelolaan Sampah
Zero waste rnerupakan konsep pengelolaan sarnpah yang
rnengiontegrasikan prinsip 3R yaitu reduse, reuse, recycle dengan pengelolaan
sedekat mungkin dengan surnbernya (Bebassari 2000). Reduse adalah rnengurangi tirnbunan sarnpah pada surnbernya. Reuse rnerupakan upaya
pernanfaatan kernbali sarnpah atau barang yang tidak berguna lagi, sedang
recycle adalah pendaurulangan sarnpah rnenjadi barang lain yang bernilai
ekonornis. Konsep zero waste rnemiliki tiga rnanfaat, yaitu; I) rnengurangi ketergantungan terhadap TPA sarnpah yang sernakin sulit didapatkan; 2) rneningkatkan efisiensi pengolahan sarnpah perkotaan; dan 3) terciptanya peluang usaha bagi rnasyarakat. Penerapan konsep pengelolaan zero waste
akan berhasil dengan baik bila dilakukan dengan rnelibatkan seluruh aktor
(stakeholders) terkait, seperti pernerintah, pengusaha, LSM, dan rnasyarakat (Dinas Kebersihan dan Pertarnanan Kota Bogor 2003).
Penerapan konsep zero waste dilakukan dengan rnendirikan ternpat
pernbuatan kornpos dan industri kecil daur ulang (recycle) sarnpah di kawasan
surnber sarnpah dengan rnernberdayakan rnasyarakat sekitar untuk berperan aktif. Konsep dasar pengelolaan sampah dengan zero waste ini adalah "oleh
rnasyarakat, dari rnasyarakat dan untuk rnasyarakat dengan rnenerapkan beberapa jenis pengelolaan secara sirnultan untuk rnenghasilkan produk dari
dan penyedia prasarana dan sarana (Dinas Kebersihan dan Pertarnanan Kota
Bogor 2003).
Pengelolaan sarnpah secara terpadu yang rnelibatkan proses pengornposan, pendaurulangan, dan pernbakaran (incinerator) dapat rnereduksi
sarnpah sarnpai 96%. Sisa pernbakaran berupa residu hanya tinggal 4% dan
residu yang berbentuk abu ini dapat dirnanfaatkan sebagai bahan bangunan (Bebassari 2000). Keberhasilan pengelolaan sarnpah secara terpadu tergantung
dari partisipasi rnasyarakat, sebagai penghasil utarna sarnpah. Partisipasi rnasyarakat dapat berupa pernilahan antara sarnpah organik dan sarnpah
anorganik dalarn proses pewadahan, atau rnelalui pernbuatan kornpos dalarn skala keluarga dan rnengurangi penggunaan barang yang tidak rnudah terurai.
2.4 Partisipasi Masyarakat
Partisispasi rnasyarakat pada hakekatnya adalah keterlibatan rnasyarakat
dalarn rnenentukan arah dan strategi kebijaksanaan kegiatan, rnernikul beban
dalarn pelaksanaan kegiatan, dan ikut rnernanfaatkan hasil-hasil secara adil.
Partisipasi rnasyarakat dalarn pernbangunan dikelornpokkan menjadi 4 tahap; 1)
partisipasi dalarn tahap perencanaan; 2) partisipasi dalarn tahap pelaksanaan; 3) partisipasi dalarn tahap pernanfaatan hasil pernbangunan, dan 4) partisipasi
dalarn tahap pengawasan.
Ada tiga faktor utarna yang rnendorong rnasyarakat berpartisipasi dalarn
pernbangunan; 1) kernauan; 2) kernarnpuan; dan 3) kesernpatan. Kernauan berpartisipasi bersurnber dari faktor psikologi individu yang rnenyangkut
ernosional dan perasaan. Tingkat kernarnpuan rnasyarakat untuk berpartisipasi
di pengaruhi oleh beberapa faktor yang saling berinteraksi, seperti ketersediaan prasarana dan sarana, kelernbagaan, regulasi dan birokrasi (Sutjahjo 2004).
Menurut Chan (1998) tingkah laku rnerupakan faktor utarna yang
berpengaruh terhadap intensitas perilaku, diikuti oleh kontrol perilaku dan norrna
sosial. Akar rnasalah lingkungan adalah perilaku rnanusia rnaka rnelalui karnpanye pendidikan dan kornunikasi rnassa untuk perilaku lingkungan yang
bertanggungjawab dapat rnenjadi solusi.
Menurut Pearce dan Turner dalarn Barron dan Gordon (1996)
rnernaparkan bahwa instrurnen kebijakan lingkungan berdasarkan pasar
berpotensi rnerniliki efisiensi keuntungan yang signifikan dibanding kontrol
2.5 Teknologi Pengolahan Sampah
Sebelurn sarnpah dirnusnahkan, sampah dapat diolah terlebih dahulu
dengan teknologi tertentu. Beberapa jenis teknologi pengolahan sarnpah antara lain, ternpat pernbuangan akhir sarnpah, incinerator, dan pengornposan (composting).
2.5.1 Ternpat Pernbuangan Akhir Sarnpah
Menurut Suryanto (1988) pernbuangan akhir sarnpah adalah suatu upaya untuk rnernusnahkan sarnpah di ternpat tertentu yang disebut ternpat pernbuangan akhir sarnpah (TPA). Beberapa rnetode dalarn pernbuangan akhir di TPA yaitu:
a. Open Dumping
Metode ini rnerupakan ara pernbuangan akhir yang sederhana, karena sarnpah hanya di turnpuk di lokasi tertentu tanpa perlakuan khusus.
b. Controlled Landfill
Metode ini rnerupakan peralihan antara teknik open dumping dan sanitary
landfill. Pada rnetode ini sarnpah ditimbun dan di ratakan. Pipa-pipa di tanarn pada dasar lahan untuk rnengalirkan air lindi dan ditanarn secara
vertikal untuk rnengeluarkan gas-gas rnetan ke udara. Setelah tirnbunan sarnpah penuh dilakukan penutupan terhadap harnparan sampah
tersebut dengan tanah dan dipadatkan.
c. Sanitary Landfill
Teknik sanitary landfil adalah cara penirnbunan sarnpah padat pada
suatu harnparan lahan dengan rnernperhatikan kearnanan lingkungan karena telah ada perlakuan terhadap sarnpah. Pada teknik ini sarnpah
diharnparkan hingga rnencapai ketebalan tertentu lalu dipadatkan, -
kernudian dilapisi tanah dan dipadatkan kernbali. Di atas lapisan tanah penutup tadi dapat diharnparkan lagi sarnpah yang kernudian ditirnbun
lagi dengan tanah. Dernikian seterusnya berselang seling antara lapisan tanah dan sarnpah. Pada bagian dasar dari konstruksi sanitary landfill
terbentuk dari hasil penguraian sarnpah-sarnpah organik yang ditirnbun (Salvato 1982).
2.5.2 Pembakar Sampah (Incinerator)
Pernbakaran sarnpah dengan rnenggunakan incinerator adalah salah satu
cara pengolahan sarnpah padat (Sidik et a/. 1985). Pernbakaran sarnpah dengan incinerator dapat rnengurangi sarnpah hingga rnencapai 75-80%.
Pada instalasi dengan kapasitas lebih dari 300 tonlhari, incinerator dapat
dilengkapi dengan peralatan pernbangkit listrik sehingga energi listrik yang dihasilkan (sekitar 96.000 MWHltahun) dapat dirnanfaatkan (Dinas
Kebersihan DKI Jakarta 1985).
Incinerator dapat rnencegah pencernaran udara dengan syarat incinerator tersebut harus beroperasi secara berkesinarnbungan selarna enarn atau tujuh hari dalarn serninggu dengan kondisi ternperatur yang dikontrol dengan baik dan adanya alat pengendali polusi udara hingga rnencapai tingkat efisien
(Salvato 1982). Keuntungan lain dari incinerator adalah sisa pernbakaran
berupa abu yang cukup kering dan dapat langsung di buang ke TPAllandfill (Sidik et a/. 1985).
2.5.3 Pengornposan (Composting)
Pengornposan didefinisikan sebagai suatu proses biokirnia dirnana bahan
organik didekornposisikan rnenjadi zat-zat seperti humus (kornpos) oleh kelornpok-kelornpok rnikroorganisrne carnpuran dan berbeda-beda pada kondisi yang dikontrol (Gaur 1983).
Pengornposan rnerupakan salah satu contoh proses pengolahan sarnpah
secara aerobik dan anaerobik untuk rnenghasilkan pupuk organik yang disebut kornpos. Sarnpah yang digunakan sebagai bahan baku kornpos adalah sarnpah organik, karena rnudah rnengalarni proses dekornposisi oleh
rnikroorganisrne.
Beberapa persyaratan yang diperlukan agar proses tersebut berjalan lancar,
bahan, kadar air bahan, bentuk dan jenis bahan, temperatur, pH, dan jenis mikroba yang berperan di dalamnya (Suriawiria 1996).
Menurut Gaur (1983), nisbah CIN dari bahan-bahan organik merupakan
salah satu faktor penting yang mempengaruhi pengomposan. Nisbah CIN tersebut menunjukkan ketersediaan sumber energi bagi berbagai
mikroorganisme yang terlibat dalam proses degradasi. Berdasarkan ha1 tersebut EPA (1989) merekomendasikan nisbah CIN yang dapat memberikan
proses dekomposisi yang efektif adalah 30.
2.6 Analisis Sistem
Menurut Muhammadi et a/. (2001) sistem adalah keseluruhan interaksi antar unsur dari sebuah objek dalam batas lingkungan tertentu yang bekerja
mencapai tujuan. Charles dan Day (1997) menyatakan suatu sistem
mengandung banyak komponen dan proses yang rumit dengan banyak lintasan timbal-balik dan saling mempengaruhi. Untuk dapat mempelajari komponen dan
proses tersebut, konteks suatu sistem harus diperhatikan secara keseluruhan. Menurut Eriyatno (2003), analisis sistem merupakan studi tentang sistem dengan menggunakan metode-metode ilmiah untuk mendapatkan suatu konsep yang dapat digunakan sebagai landasan pengelolaan sistem. Dalam hubungannya dengan pengelolaan surnberdaya alarn, Gaspersz (1992) dan Ford
(1999) menyatakan bahwa analisis sistem merupakan cara rnatematika untuk mempelajari hubungan antara faktor dan komponen dalam ekosistem
sumberdaya alam yang berperan penting dalam proses produksi, konsumsi dan pembinaan.
Pendekatan sistem dicirikan oleh adanya metodologi perencanaan,
bersifat multi disiplin, terorganisir, penggunaan model matematika, mampu berfikir secara kualitatif, penggunaan teknik simulasi dan optimasi, serta dapat diaplikasikan dengan komputer (Udin dan Desianti 1994).
Suatu model sistem adalah pengganti suatu objek atau sistem,
sedangkan metodologi pemodelan sistem mempelajari bagaimana
memperlakukan aspek dinamis dan kompleksitas suatu sistem. Dalam
menerapkan pendekatan sistem dinamik digunakan model untuk
menyederhanakan sistem yang akan diamati. Penyederhanaan suatu sistem,
memahami sistem tersebut sesempurna mungkin. Proses penyederhanaan yang
cukup mendasar di mana sistem itu dinilai dari komponen-komponen pokoknya, dan selanjutnya berkembang menjadi penyederhanaan yang lebih mendekati realitas sistem itu sendiri (Bappedal dan Lembaga Penelitian ITB 1995).
Muhammadi et al. (2001) mendefinisikan model sebagai suatu bentuk yang dibuat untuk menirukan suatu gejala atau proses.
Pembuatan model merupakan suatu proses untuk menggambarkan berbagai hubungan dalam persoalan yang sedang dihadapi, dalam bentuk formal atau matematis. Menurut Pusat Penelitian Energi Lembaga Penelitian lnstitut
Teknologi Bandung (1996) pengenalan terhadap model dilakukan melalui
penyelidikan perilaku historis (historical behaviour) dan penetapan skenario referensi, sebagai titik tolak usaha simulasi selanjutnya. Bila kesesuaian perilaku antara model mental, model eksplisit dan kenyataan empiris telah didapat, model dapat digunakan untuk melakukan analisis dan kenyataan empiris telah didapat,
model dapat digunakan untuk melakukan analisis kebijaksanaan dalam
menentukan pilihan sistem pengelolaan yang telah diterapkan.
Selanjutnya, simulasi dapat dilakukan dengan menggunakan model yang telah dibuat. Menurut Muhammadi et al. (2001) simulasi adalah peniruan perilaku suatu gejala atau proses yang bertujuan untuk memahami gejala atau
proses tersebut, membuat analisis dan peramalan perilaku gejala atau proses
tersebut di masa depan.
Seringkali dalam menyusun model dibutuhkan pakar yang sesuai dengan sistem yang dikaji. Menurut Udin dan Desianti (1994), pakar dipilih diantara
praktisi dan memiliki latar belakang pendidikan formal yang cukup tinggi. Akuisisi pengetahuan pakar adalah penyerapan pengetahuan sebanyak mungkin, baik
berupa informasi, fakta, ataupun data-data akurat yang luas dan mendalam di bidang tersebut yang dilakukan terhadap pakar. Penyerapan pengetahuan dapat dilakukan dengan metode wawancara. Menurut Marimin (2005), dalam
pemilihan ahli atau pakar diperlukan kriteria-kriteria tentang ahli, yaitu:
1. Praktisi, orang yang bekerja dan berpengalaman dalam bidang tertentu
secara otodidak maupun terdidik secara akademis.
2. Ilmuwan, orang yang mempelajari dan mendalami pengetahuan bidang tertentu lewat jalur formal melalui pendidikan tinggi dan memperdalam
2.7 Studi Ernpiris Terdahulu
Penelitian tentang sarnpah di perkotaan telah beberapa kali dilakukan. Di Kota Bogor sendiri tercatat beberapa kali telah dilakukan penelitian tentang
sarnpah. Mandailing (2001) rnelakukan penelitian tentang partisipasi pedagang dalarn program kebersihan dan pengelolaan sarnpah pasar yang rnengarnbil studi kasus di Pasar Bogor dengan rnetode survey terhadap 90 responden
(pedagang). Variabel yang diperhatikan adalah karakteristik pedagang dan faktor-faktor yang rnernpengaruhi tingkat partisipasi pedagang dalarn pengelolaan sarnpah pasar.
Dewi (1997) rnelakukan penelitian tentang analisis ekonomi dan sosial penanganan sarnpah kota dengan studi kasus di wilayah Kotarnadya Bogor. Penelititan bertujuan untuk rnengidentifikasi input-output sarnpah kota yang
dihasilkan Kotarnadya Bogor, rnanfaat dari sarnpah kota, biaya penanganan sarnpah kota oleh dinas kebersihan kota, dan rnenilai perirnbangan manfaat dan biaya antara sistern penanganan sarnpah kota yang dilakukan Pernda Kotarnadya Bogor saat itu dengan sistern baru penanganan sarnpah yang
direncanakan. Data diperoleh dari laporan rningguan para rnandor dan pencatatan petugas-petugas lapangan Dinas Kebersihan dan Pertarnanan,
khusus yang rnenangani sarnpah di 6 kecarnanan dan observasi langsung ke TPS-TPS, TPA, dan ternpat-tempatlindustri pernbuatan kornpos di sekitar
Kotarnadya Bogor.
Aida (1 996) rneneliti usaha pernanfaatan barang bekas dari sarnpah dan pengaruhnya terhadap pengelolaan sarnpah di Kotarnadya Bogor dengan studi kasus di TPA Gunung Galuga. Penelitian ini bertujuan untuk rnernpelajari
aktivitas para pernulung dan besarnya pengaruh aktivitas tersebut terhadap
kuantitas dan kualitas sarnpah serta rnengindentifikasi kernungkinan
pengernbangan usaha rnelalui bisnis barang bekas. Analisa secara fisik (dekskriptif) dan ekonorni (break even point) dilakukan terhadap data prirne~ yang
diperoleh dari kuisioner terhadap para perangkas dan pernulung. Hasil penelitian rnenunjukkan usaha pernanfaatan barang bekas dari sarnpah mernpunyai peluang dan layak untuk dikernbangkan.
Daur ulang lirnbah sarnpah terrnasuk pengornposan lirnbah rurnah tangga rnenjadi tujuan utarna kebijakan lingkungan di berbagai negara. Pernbangunan
fasilitas daur ulang dan pengornposan tersebut diarahkan untuk dapat diakses
Hasil penelitian terhadap faktor utama yang mempengaruhi peningkatan limbah padat per kapita di bagian tenggara Amerika Serikat menunjukkan bahwa
dari penjualan ritel perusahaan makanan terbukti memiliki pengaruh yang paling besar dalam peningkatan limbah sehingga upaya penyelesaiannya melakukan
Ill. METODOLOGI PENELlTlAN
3.1 Lokasi dan Waktu Penelitian
Lokasi penelitian di Kota Bogor, Propinsi Jawa Barat. Survei terhadap responden rurnah tangga dilaksanakan di Kecarnatan Bogor Barat (Garnbar2).
Kecarnatan ini rnerupakan daerah perrnukirnan terluas dan jurnlah penduduknya
paling banyak di Kota Bogor. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Oktober
18
3.2 Metode Penelitian
Metode penelitian yang digunakan adalah rnetode pendekatan sistern
dengan rnengarnbil studi kasus di Kota Bogor. Pendekatan sistern digunakan untuk rnerurnuskan kebijakan dan skenario strategi sistem pengelolaan sarnpah
perrnukirnan di Kota Bogor yang bersifat rnulti dirnensi, rnelibatkan berbagai
stakeholder, dan lintas sektor.
Menurut Lucas (1993) pendekatan sistern digunakan sebagai dasar untuk rnenyelesaikan perrnasalahan yang kornpleks dan rnelibatkan berbagai
pihak yang berkepentingan, sehingga rnenghasilkan sesuatu yang lebih
berrnanfaat. Eriyatno (2003) rnenyatakan bahwa perrnasalahan yang diselesaikan dengan pendekatan sistern seyogyanya rnernenuhi kriteria;
1) kornpleks, dalarn arti interaksi antar elernen cukup rurnit; 2) dinarnis, dalarn arti faktornya ada yang berubah rnenurut waktu dan ada pendugaan ke rnasa depan;
3) probabilistik, yaitu diperlukannya fungsi peluang dalarn inferensi kesirnpulan rnaupun rekornendasi.
Penelitian dirnulai dengan rnelakukan survei perilaku rnasyarakat dan
identifikasi sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor saat ini. Hasil
analisis ini menghasilkan atribut-atribut penting yang selanjutnya dijadikan faktor- faktor penting dalarn sistern pengelolaan sarnpah.
Pada tahap berikutnya dilakukan analisis kebutuhan dari sernua pihak
yang berkepentingan terhadap sistem (stakeholder) dan analisis prospektif yang rnelibatkan para pakar. Dari analisis kebutuhan dan analisis prospektif tersebut
diperoleh pula faktor-faktor penting sistern.
Fakor-faktor penting dari ketiga hasil analisis dikornbinasikan untuk
rnendapatkan hasil yang lebih rnencerrninkan faktor-faktor yang berpengaruh terhadap sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan. Selanjutnya untuk faktor-
faktor penting hasil kornbinasi tersebut dilakukan analisis tingkat pengaruh dan
kepentingannya sehingga diperoleh variabel-variabel untuk rnernbangun model sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor. Sirnulasi dinarnik
rnenggunakan program aplikasi powersim 2.5 dilakukan untuk rnengetahui
perilaku model tersebut.
Dengan rnenggunakan analisis prospektif masing-masing faktor penting
3R+P. Pada tahap akhir dirumuskan kebijakan pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor berdasarkan skenario terpilih.
3.3 Sumber dan Jenis Data
Sumber data dalam penelitian ini adalah stakeholder pengelolaan sampah yang terdiri dari: masyarakat, Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan
Kota Bogor, serta literatur. Data yang dikumpulkan berupa data primer dan data sekunder. Data primer diperoleh dari responden pakar dan stakeholder dengan cara wawanara dan pengisian kuesioner, serta pengamatan langsung ke lapangan yang menjadi wilayah pelayanan Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan di Kota Bogor.
Data sekunder diperoleh dengan cara mencari dari berbagai sumber, seperti hasil penelitian terdahulu, hasil studi pustaka, dan laporan serta dokumen
dari berbagai instansi yang berhubungan dengan bidang penelitian seperti Dinas
Lingkungan Hidup dan Kebersihan (DLHK) Kota Bogor, Badan Pusat Statistik (BPS), Badan Perencanaan dan Pembangunan Daerah (BAPPEDA), Dinas
Pendapatan Daerah (DISPENDA), Kantor Kecamatan Bogor Barat dan Kelurahan serta Lembaga Pemberdayaan Masyarakat (LPM) di kelurahan, dan peraturan perundang-undangan yang berhubungan erat dengan kebersihan dan
Tabel 2. Jenis dan Sumber Data yang Diperlukan dalam Penelitian.
Jenis Data Sumber Data
I. Data Primer:
1. Sosial-ekonomi
2. Kebutuhan sistem. Responden (Masyarakat) Resoonden (Stakeholdersl
3. Tujuan sistem Responden (~takeholdeij
4. ldentifikasi faktor-faktor straleals sistem. Resoonden IExoerVPakarl
.-
,5. Tingkat kepentingan faktor3aktor strategis
terhadap sistem. Responden (ExperVPakar)
6. Perumusan skenario sistem. Resoonden (ExoerVPakar)
7. Penentuan prioritas Res'ponden (€&erV~akarj
8. identifikasi oenaelolaan samoah oermukiman
.
-
. .
Resoonden (Masvarakat) ~,II. Data Skunder:
1. Volume sampah Kota Bogor 1-8 Dinas Lingkungan Hidup 8
2. Volume sampah kec Boaor Barat
-
Kebersihan (DLHKI Kota Booor 3. Jenis Sampah4. Daya Tampung TPS
5. Daya Tampung SPA 6. Jenis TPA
7. Cara Pengangkutan Sampah
8. Pengolahan Sampah
9. Jumlah Kelurahan
10. Jumlah Kepala Keluarga (KK)
11. Jumlah Penduduk Kecamatan
12. Jumlah Penduduk Kota Bogor
13. Jurnlah dan spesifikasi tenaga teknis bidang linakunaan hiduo
14. frekuenii konflik akibat sarnpah
15. tinakat keiadian terserano oenvakit
16. becamya iestribusi sarnpah pe; KK
17. jumlah KK yang membayar restribusi
18. biaya operasional pengelolaan sampah per tahun.
9--12 (BPS) Kota Bogor, Kantor Kecamatan dan Kelurahan. Dinas Permukiman.
13--14 (DLHK) Kota Bogor
15 Dinas Kesehatan Kota Bogor
1 6 1 7 DISPENDA (perda)
18 (DLHK) Kota Bogor
3.4 Metode Pengarnbilan Contoh
Metode pengambilan sampel dalam rangka menggali informasi dan
pengetahuan (akuisisi pendapat pakar) ditentukanldipilih secara sengaja (purposive sampling). Pakar merupakan pihak yang berkompeten sebagai
pelaku dan ahli dalam sistem pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor. Dasar pertimbangan dalam penentuan atau pemilihan pakar untuk dijadikan
sebagai responden menggunakan kriteria sebagai berikut:
1. Keberadaan responden dan kesediaanya untuk dijadikan responden
2. Memiliki reputasi, kedudukanljabatan dan telah menunjukkan
kredibilitasnya sebagai ahli atau pakar pada bidang yang diteliti.
3. Telah rnemiliki pengalaman dalam bidangnya.
Menurut Marimin (2005) serta Udin dan Desianti (1994), bahwa pakar
adalah seseorang yang memiliki latar belakang pendidikan tinggi dibidang yang
Kebersihan Kota Bogor, Kepala Pusat Studi Lingkungan Hidup IPB, Dosenlpakar
sarnpah dan LSM Peduli rnasalah sarnpah.
Dalarn rangka rnenggali pendapat stakeholders, dilakukan pernilihan
responden yang rnewakili kornponen stakeholder secara sengaja (purposive
sampling). Menurut Adiwibowo (2004) stakeholder sektor informal dalarn
pengelolan sarnpah adalah pernulung, pengurnpul, pedagang pengurnpulllapak,
pedagang besar, industri pengguna dan perusahaan daur ulang, sedangkan di
sektor formal seperti pernerintah Kota. Mengacu pendapat Adiwibowo (2004),
rnaka dalarn penelitian ini stakeholder yang terpilih adalah: (1) pernerintah
daerah atau Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor,
(2) perwakilan/asosiasi pengusaha daur ulang sarnpah, (3) perwakilan pernulung,
(4) lernbaga swadaya rnasyarakat yang peduli dengan pengelolaan sarnpah dan
(5) rurnah tangga.
Responden rurnah tangga untuk survei pengelolaan sarnpah rurnah
tangga saat ini ditentukan secara Purposive Random Sampling. Dipilihnya
Kecarnatan Bogor Barat karena berdasarkan kebijakan pernbangunan daerah
berkelanjutan dalarn rencana urnurn tata ruang dan wilayah Kota Bogor tahun
2002, Kecarnatan Bogor Barat dijadikan sebagai Kota Satelit II yang fungsi
utarnanya sebagai wilayah perrnukirnan di Kota Bogor (Kantor Pengendalian
Lingkungan Hidup Kota Bogor 2003). Jurnlah responden (n) ditentukan dengan
rnenggunakan rurnus Walpole (1995):
Keterangan :
n : Besarnya sarnpel
N : Besarnya populasi (kepala keluarga). e : Galat yang dapat diterirna (1 0%)
Dari hasil perhitungan dengan populasi di Kecarnatan Bogor -Barat
sebanyak 41.753 Kepala Keluarga (KK), jika digunakan galat 10% responden
yang diperlukan sebanyak 99 KK. Responden tersebut diarnbil dari ernpat
kelurahan dengan perhitungan secara proposional berdasarkan jurnlah penduduk
masing-masing kelurahan. Untuk penelitian ini responden ditentukan sebagai
berikut: 1) Kelurahan Gunung Batu 40 KK, 2) Kelurahan Sindang Barang 30 KK, 3) Kelurahan Margajaya 15 KK, dan 4) Kelurahan Sernplak 14 KK. Responden
tertata dan rumah tangga yang tinggal di permukiman tidak tertata. Perincian jumlah responden keseluruhan disajikan dalam Tabel 3.
Tabel 3. Rincian Jumlah Responden Penelitian
Teknik
No. Responden Pengambilan Jumlah
Sampel
A Pakar
1 Kepala DLHK Kota Bogor Purposive 1 orang
2 Kepala PPLH IPB Purposive 1 orang
3 Akademisi PS Lingkungan IPB Purposive 2 orang
4 LSM peduli persampahan purposive 2 orang
B Stakeholders
1 DLHK Kota Bogor Purposive 5 orang
2 Perkumpulan pemulung Purposive 2 orang
3 Asosiasi pengusaha daur ulang Purposive 2 orang
4 LSM peduli persampahan Purposive 2 orang
C 5 Rumahtangga Purposive random 99 orang
sampling
Jumlah 1 16 orang
3.5 Metode Pengolahan Data
Metode pengolahan data dilakukan dengan tahapan sebagai berikut:
3.5.1. Analisis Perilaku Rumah Tangga
Analisis ini bertujuan untuk menggambarkan kondisi pengelolaaan
sampah yang dilakukan oleh rumah tangga saat ini. Dalam analisis ini dilakukan identifikasi pengelolaan sampah permukiman dan survey perilaku rumah tangga
dalam pengelolaan sampah permukiman. Data hasil survei terhadap perilaku pengelolaan sampah oleh rumah tangga dianalisis secara kuantitatif. Uji
kuantitatif terhadap perilaku rumah tangga dilakukan dengan menggunakan t-Student, Mann-Withney dan Korelasi Rank Speannans.
3.5.2. Pendekatan Sistem
Pendekatan sistem merupakan metoda pengkajian masalah yang dimulai
sebelurn tahap sintesa atau rekayasa adalah (a) analisa kebutuhan, (b) forrnulasi rnasalah dan (c) identifikasi sistern.
a. Analisis Kebutuhan
Menurut Eriyatno (2003) analisis kebutuhan rnerupakan perrnulaan pengkajian dari suatu sistern. Dalarn rnelakukan analisis kebutuhan ini dinyatakan
kebutuhan-kebutuhan yang ada, baru kernudian dilakukan tahap pengernbangan terhadap kebutuhan-kebutuhan yang dideskripsikan. Langkah awal dalarn rnengidentifikasi kebutuhan adalah dengan rnendata para stakeholder yang
terkait dengan perrnasalahan sarnpah di suatu kawasan perrnukirnan.
b. Forrnulasi Masalah dalarn Sistern
Menurut Eriyatno (2003), forrnulasi perrnasalahan disusun dengan cara
rnengevaiuasi keterbatasan surnberdaya yang dirniliki (limited of resources) dan atau adanya konfliwperbedaan kepentingan diantara stake holders (conflict of interest) untuk rnencapai tujuan sistern.
Berdasarkan analisis kebutuhan dan adanya perbedaan kepentingan dari stakeholders dalarn sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor,
perrnasalahannya diforrnulasikan sebagai berikut:
1. Teknologi yang digunakan dalarn pengelolaan sarnpah saat ini adalah tanpa pernilahan sarnpah di level rurnah tangga dan menggunakan sistern
controlled landfill di TPA. Hal ini ternyata tidak rnampu menyelesaikan perrnasalahan sarnpah. Tirnbulan sarnpah tetap tinggi dan berpotensi
rnencernari lingkungan.
2. Pertarnbahan jurnlah penduduk rnengakibatkan peningkatan produksi dan kornposisi sarnpah.
3.
Kurangnya partisipasi rnasyarakat dan sernua pihak (stakeholders) dalarnpengelolaan sampah perrnukiman. Tirnbulan sarnpah yang tinggi dipandang
-
rnenguntungkan bagi sebagian stakeholder seperti pernulung dan pengusahadaur ulang sarnpah anorganik.
4. Kurangnya dana dan rninirnnya infrastruktur yang dirniliki oleh Dinas
5. Hukum dan kelembagaan yang tidak operasional dan tidak konsisten dalam
pelaksanaan seperti peraturan daerah (perda) tentang kebersihan dan sistem pengelolaan sampah terpadu, serta retribusi sampah.
c. ldentifikasi Sistem Pengelolaan Sampah Permukiman
ldentifikasi sistem bertujuan memberikan gambaran terhadap sistem yang
dikaji yang tergambar dalam diagram masukan-keluaran (black-box). Menurut Eriyatno (2003) konsep identifikasi sistem merupakan suatu rantai hubungan antara pernyataan dari kebutuhan-kebutuhan dengan pernyataan khusus dari masalah yang akan diselesaikan untuk mencukupi kebutuhan tersebut.
Tujuan utama dari peneiitian ini adalah merumuskan kebijakan dan skenario strategi pengelolaan sampah permukiman di Kota Bogor dengan pendekatan konsep 3R+P (reduce, reuse, recycle dan partisipasi). Output yang
diinginkan dari rumusan berbagai skenario strategi pengelolaan sampah permukiman ini adalah peningkatan kebersihan dan kesehatan lingkungan,
penurunan biaya operasional pengelolaan sampah permukiman, peningkatan keterlibatan masyarakat dan semua pihak (stakeholders) dalam pengelolaan sampah permukirnan dan peningkatan manfaat dari pengelolaan sampah secara ekonomi dan sosiai.
Menurut Manetch dan Park (1977), secara garis besar ada 6 (enam)
kelompok variabel yang akan mempengaruhi kinerja suatu sistem, yaitu:
1) variabel output yang dikehendaki, yang ditentukan berdasarkan hasil analisis
kebutuhan, 2) variabel output yang tidak dikehendaki, 3) variabel input yang terkontrol, 4) variabel input yang tak terkontrol, 5) variabel lingkungan, dan
6) variabel umpan balik sistem. ldentifikasi sistem pengelolaan sampah
permukiman di Kota Bogor dalam diagram input-output yang mencakup keenam
25
INPUT LINGKUNGAN
UU No.2211999
Baku rnutu lingkungan
Penurunan
lnfrastruktur
.
Kejasama antarGarnbar 3. Diagram Input-output Pengelolaan Sarnpah Perrnukirnan di Kota Bogor
3.5.3.
Analisis ProspektifAnalisis prospektif rnerupakan suatu upaya untuk rnengeksplorasi kernungkinan-kernungkinan di rnasa yang akan datang. Dari analisis ini akan
didapatkan inforrnasi rnengenai faktor kunci yang berperan dalarn sistern
pengelolaan sarnpah permukirnan di Kota Bogor sesuai dengan kebutuhan dari para pelaku (stakeholder) yang terlibat dalarn sistern ini. Selanjutnya faktor kunci tersebut akan digunakan untuk rnendeskripsikan evolusi kernungkinan rnasa
Penentuan faktor kunci dan tujuan strategis tersebut sangat penting, dan sepenuhnya rnerupakan pendapat dari pihak yang berkornpeten sebagai pelaku
dan ahli dalam sistern pengelolaan sarnpah perrnukirnan di Kota Bogor. Pendapat tersebut diperoleh rnelalui bantuan kuesioner dan wawancara langsung di wilayah studi.
Menurut Hartrisari (2002), tahapan dalarn rnelakukan analisis prospektif adalah sebagai berikut.
1. Menentukan faktor kunci untuk rnasa depan dari sistern yang dikaji.
Pada tahap ini dilakukan identifikasi seluruh faktor penting dengan rnenggunakan kriteria faktor variabel, rnenganalisis pengaruh dan
ketergantungan seluruh faktor dengan rnelihat pengaruh tirnbal balik
dengan rnenggunakan rnatriks, dan rnenggarnbarkan pengaruh dan ketergantungan dari masing-masing faktor ke dalarn 4 kuadran utarna. sebagairnana disajikan pada garnbar 4 (Treyer-POLAGAWAT 2000). 2. Menentukan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utarna.
3.
Mendefinisikan tujuan strategis dan kepentingan pelaku utarna.4. Mendefinisikan dan rnendeskripsikan evolusi kemungkinan rnasa depan. Pada tahap ini dilakukan identifikasi bagairnana elernen kunci dapat berubah dengan rnenentukan keadaan (state) pada setiap faktor, rnerneriksa perubahan rnana yang dapat terjadi bersarnaan, dan
rnenggarnbarkan skenario dengan rnernasangkan perubahan yang akan terjadi dengan cara rnendiskusikan skenario dan irnplikasinya terhadap
sistern.
Untuk rnelihat pengaruh langsung antar faktor dalarn sistern, yang
dilakukan pada tahap pertama analisis prospektif digunakan rnatriks, sebagirnana
Pedoman penilaian:
m:
Keteranqan0 Tidak ada pengaruh
1 Berpengaruh kecil
2 Berpengaruh sedang
3 Berpengaruh sangat kuat
Pedoman pengisian:
1. Dilihat dahulu apakah faktor tersebut tidak ada pengaruhnya terhadap faktor lain, jika tidak ada pengaruhnya beri nilai 0
2. Jika ada pengaruh, maka dilihat apakah pengaruhnya sangat kuat,
sedang atau kecil. Jika sangat kuat beri nilai 3, sedang beri nilai 2 dan kalau kecil pengaruhnya beri nilai 1.
Untuk menentukan faktor kunci digunakan software excell yang akan
memperlihatkan tingkat pengaruh dan ketergantungan antar faktor di .. dalam
Faktor penentu INPUT
Faktor bebas I
UNUSED
STAKE
OUTPUT
Ketergantungan
Gambar 4. Tingkat Pengaruh dan Ketergantungan antar Faktor dalam Sistern yang Dikaji (Surnber: By1 eta/. 2002).
3.6 Tahapan Penelitian
Penelitian dimulai dengan rnelakukan identifikasi dan analisis kondisi
sistem pengelolaan sarnpah di kawasan perrnukirnan rnelalui survei (existing condition), analisis kebutuhan, dan analisis prospektif (diskusi pakar). Ketiga tahap tersebut dirnaksudkan untuk rnernperoleh faktor-faktor penting dalam
pengelolaan sarnpah permukirnan. Analisis prospektif juga dilakukan untuk mernprediksi kernungkiman rnasa depan dari sistern pengelolaan sarnpah permukirnan di Kota Bogor. Selanjutnya disusun model dinarnik, disirnulasikan
Pakar Judgment
Faktor-faktor Faktor-faktor Faktor-faktor
Analisis prospektif dan Simulasi
1
DinamikI
Rekomendasi
1
IV.
HASlL DAN PEMBAHASAN
4.1 Profil Sistern Pengelolaan Sampah Kota Bogor
Kota Bogor terdiri dari 16 kecarnatan, 68 kelurahan, 633 RW, 2.899 RT
dan 194.357 rurnah tangga dengan luas wilayah 118,50 Krn2. Kota Bogor terrnasuk dalarn kawasan Jabotabek (Jakarta-Bogor-Tangerang-Bekasi) yang
secara geografis di sebelah selatan berbatasan dengan Kecarnatan Ciawi dan Kecarnatan Ciornas Kabupaten Bogor, sebelah utara berbatasan dengan
Kecarnatan Sukaraja, sebelah tirnur berbatasan dengan Kecarnatan Ciawi dan Kecarnatan Sukaraja Kabupaten Bogor, dan sebelah barat berbatasan dengan
Kecarnatan Kernang dan Kecarnatan Drarnaga Kabupaten Bogor. Kota Bogor juga rnerupakan pintu gerbang Jawa Barat karena letaknya di persirnpangan jalan antara Jakarta-Bandung-Sukaburni-Leuwiliang.
Menurut garis lintang dan bujur pada peta burni, Kota Bogor terletak pada posisi 106" 43' Bujur Tirnur (BT) sarnpai dengan 106" 51' BT dan 6" 30' Lintang Selatan (LS) sarnpai dengan
6"
41' LS. Ketinggian rata-rata minimal 190meter di atas perrnukaan laut, dengan jarak dari ibukota negara kurang lebih 60
Krn. Sebagai kota yang berjarak relatif dekat dengan Jakarta, Kota Bogor rnenjadi salah satu alternatif para commuter untuk tinggal. Diperkirakan setiap hari 200.000 penduduk Kota Bogor rnelakukan perjalanan bolak-balik Bogor-
Jakarta-Bogor.
Posisi tersebut juga rnenernpatkan Kota Bogor sebagai kota transit bagi
pekerja yang tinggal di wilayah selatan dari Kota Bogor (Cibeduk, Cijeruk, Ciornas, Ciarnpea, Leuwiliang, dan Jasinga) dan bekerja di Jakarta. Kota Bogor rnenjadi sirnpul pergerakan rnanusia dengan rnobilitas penduduk yang tinggi.
Tidak kurang 18 juta orang rnenggunakan kereta api dari Bogor per tahunnya
dan jurnlah kendaraan yang rnenggunakan to1 Jagorawi dari dan ke Kota Bogor rnencapai 30.000 kendaraan per hari. Mobilitas penduduk daerah selatan dari
Kota Bogor tersebut selalu rnelewati wilayah Kecarnatan Bogor Barat untuk masuk ke Terminal Bubulak dan Baranang Siang atau Stasiun Kereta Api Bogor
4.1.1 Kependudukan
Perkembangan penduduk Kota Bogor selama lima tahun terakhir (2000
-
2004) disajikan pada Tabel 5. Pertumbuhan penduduk mengalami peningkatan pada tahun 2001, yakni sebesar 6.3% dari tahun sebelumnya sebesar 2,4%.
Pada tahun 2004 jurnlah penduduk Kota Bogor sebanyak 831.571 jiwa, dengan luas wilayah 118,50 Km2. Kepadatan rata-rata penduduk Kota Bogor pada tahun
2004 adalah sebesar 7.017 jiwa per Km2. Berdasarkan angka pertumbuhan penduduk dari tahun 2000 hingga 2004, rata-rata pertumbuhan penduduk Kota Bogor sebesar 3 5 % per tahun. Jumlah penduduk Kota Bogor tersebut terdiri atas 424.819 orang laki-laki dan 406.752 orang perempuan atau sex ratio 104%
artinya setiap 104 penduduk laki-laki berbanding dengan 100 penduduk
perempuan (BPS Kota Bogor 2005).
Tabel 5. Perkembangan Penduduk Kota Bogor Tahun 2000
-
2004.No Tahun Jumlah Penduduk (jiwa) Perturnbuhan (%)
5. 2004 831.571 1,3
Rata-rata 3,5
Surnber: Diolah dari BPS Kota Bogor, 2005
Berdasarkan penyebaran penduduk, Kecarnatan Bogor Barat mempunyai jurnlah penduduk yang paling banyak (22,2%), lalu diikuti oleh Kecarnatan Bogor
Selatan (19,6%) dan Kecarnatan Tanah Sareal (18,1%) (Kantor Pengendalian Lingkungan Hidup Kota Bogor 2005).
Jumlah penduduk terbesar berada di Kecamatan Bogor Barat (184.464
jiwa), diikuti oleh Kecarnatan Bogor Selatan (163.295 jiwa) Kecamatan Tanah
Sareal (150.636 jiwa), Kecarnatan Bogor Utara (148.107 jiwa), Kecarnatan Bogor Tengah (101.162 jiwa), serta Kecamatan Bogor Timur (83.907 jiwa). Data
Tabel 6. Jumlah Penduduk dan Kepala Keluarga menurut Kecamatan di Kota Bogor Tahun 2004.
Luas Jumlah Kepadatan
No Kecamatan
(KM') Penduduk (jiwa) KK Penduduk (jiwa/km2)
1 Bogor Selatan 28,61 163.295 39.050 5.708
2 Bogor Timur 10,15 83.907 18.594 8.267
3 ~ o g o r Utara 17,72 148.107 35.187 8.358
4 Bogor Tengah 8,33 101.162 24.256 12.144
5 Bogor Barat 32,62 184.464 41.753 5.655
6 Tanah Sareal 21.07 150.636 35.517 7.149
Jumlah 118:50 831.571 194.357 7.017
Sumber: BPS Kota Bogor, 2005.
Berdasarkan Tabel 6, terlihat bahwa rata-rata kepadatan penduduk Kota
Bogor sebesar 70 oranglha atau 7.017 oranglkm2. Terdapat dua kecamatan yang paling jarang penduduknya dibandingkan rata-rata kepadatan penduduk Kota Bogor, yaitu Kecamatan Bogor Selatan (5.708 jiwalkm2) dan Kecamatan
Bogor Barat (5.655 jiwalkm2). Kecamatan paling padat penduduknya adalah Kecamatan Bogor Tengah yaitu sebesar 12.144 jiwalkm2.
4.1.2 Kondisi Persampahan d i Kota Bogor
Pengelolaan sarnpah di Kota Bogor merupakan tanggung jawab Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, yang sejak tahun 1992 telah
menggunakan Ternpat Pembuangan Akhir (TPA) di Desa Galuga Kecamatan Cibungbulang Kabupaten Bogor. TPA Galuga terletak 25 krn dari Pusat Kota Bogor dengan areal seluas 13,6 ha (13,6 x Km3. Kegiatan TPA sampah
Galuga sejak awal dioperasikan menggunakan sistern terbuka (open dumping). Penanganan sarnpah di Galuga saat ini dilakukan dengan sistem controlled
landfill yaitu peralihan antara sistem open dumping dan sanitary landfill atau
pembuangan di tempat terbuka dengan pemadatan menggunakan alat-alat berat dilengkapi dengan pipa-pipa pengumpul dan penyalur air lindi (leachate) .. serta
pipa penyalur gas. Sampah dimusnahkan dengan cara membenamkan atau mernadatkan ke dalam cekungan-cekungan rawa.
Sistem penanganan sampah yang dilakukan adalah sebagai berikut:
sarnpah dikumpulkan di bak-bak sampah, diangkut dengan gerobak sampah dan
ditumpuk di kontainer-kontainer, ataupun di TPS komunalrrPS depo, kemudian diangkut dengan truk atau annroll truck dan dibuang ke TPA. Dalam arus
pernulungan sarnpah anorganik seperti plastik, kertas, kardus, besi, aluminium
dan lain-lain oleh para pernulung.
Data persarnpahan Kota Bogor tersaji dalarn Tabel 7. Menurut data Dinas Lingkungan Hidup dan Kebersihan Kota Bogor, luas wilayah Kota Bogor 11.857 Ha dengan produksi sarnpah tercatat untuk tahun 2003 sebesar 2.124 rn3
per hari dan pada tahun 2004 rneningkat rnenjadi 2.208 rn3 per hari atau dengan
kata lain selarna satu tahun tersebut terjadi peningkatan produksi sarnpah dari 764.477 rn3 per tahun rnenjadi sebesar 794.773 rn3 per tahun. Jurnlah sarnpah yang terangkut juga rneningkat, pada tahun 2003 jurnlah sarnpah terangkut
sebesar 1.437 rn3 per hail atau 524.500 rn3 per tahun, pada tahun 2004 rnenjadi
sebesar 1.492 rn3 per hari yang berarti 544.500 rn3 per tahun. Secara
persentase jurnlah sarnpah yang terangkut relatif sarna yaitu sebesar 68%.
Tabel 7. Data Persarnpahan Kota Bogo