• Tidak ada hasil yang ditemukan

Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara Secara Reaksi Warna

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara Secara Reaksi Warna"

Copied!
31
0
0

Teks penuh

(1)

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE PADA

MADU BUNGA KELENGKENG NUSANTARA

SECARA REAKSI WARNA

TUGAS AKHIR

OLEH :

NEVI HAYATI UTAMI

NIM 112410028

PROGRAM STUDI DIPLOMA III

ANALIS FARMASI DAN MAKANAN

FAKULTAS FARMASI

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

MEDAN

(2)

LEMBAR PENGESAHAN

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE PADA

MADU BUNGA KELENGKENG NUSANTARA

SECARA REAKSI WARNA

TUGAS AKHIR

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Untuk Memperoleh Gelar Ahli Madya Pada Program Diploma III Analis Farmasi dan Makanan

Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara

Oleh :

NEVI HAYATI UTAMI

NIM 112410028

Medan, Mei 2014 Disetujui Oleh : Dosen Pembimbing,

Dr. Sumaiyah, S.Si., M.Si., Apt. NIP 197712262008122002

Disahkan Oleh : Pembantu Dekan I,

(3)

KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT yang telah melimpahkan

rahmat dan karunia-Nya sehingga penulis dapat menyelesaikan tugas skhir

ini.Adapun judul dari tugas akhir ini adalah “Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara Secara Reaksi Warna”, yang dibuat sebagai salah satu syarat untuk menyelesaikan program studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Dalam menyelesaikan tugas akhir ini, penulis telah banyak mendapat

bimbingan, bantuan dan dukungan dari berbagai pihak, dengan ini penulis

mengucapkan terima kasih kepada:

1. Bapak Prof. Dr. Sumadio Hadisahputra, Apt., selaku Dekan Fakultas Farmasi

Universitas Sumatera Utara.

2. Ibu Dr. Sumaiyah S.Si., M.Si., Apt. yang telah membimbing dan

mengarahkan penulis dalam pembuatan tugas akhir ini.

3. Bapak Prof. Dr. Jansen Silalahi, M.App.Sc., Apt., selaku Ketua Program

Studi Diploma III Analis Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi USU.

4. Bapak Drs. I Gde Nyoman Suandi, M.M., Apt., selaku Kepala Balai Besar

Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

5. Ibu Lambok Oktavia SR, S.Si., M.Kes., Apt., selaku koordinator pembimbing

praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

Medan.

6. Bapak dan Ibu seluruh staff di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di

(4)

7. Bapak dan Ibu dosen beserta seluruh staff program studi Diploma III Analis

Farmasi dan Makanan Fakultas Farmasi Universitas Sumatera Utara.

Secara khusus, penulis mengucapkan terima kasih yang tiada terhingga

kepada Ayahanda Nasib Shobirin dan Ibunda Silfianti tercinta yang telah

memberikan do’a, semangat dan motivasi sehingga penulisan tugas akhir ini dapat

terselesaikan.

Kepada adikku Fahmi, yang penulis sayangi, penulis mengucapkan terima

kasih atas do’a, semangat dan motivasi yang telah diberikan, semoga selalu dalam

lindungan Allah SWT.

Terima kasih kepada teman dekat dan sahabat penulis Nurzah, Winda, Eci,

Sofhy, Bang Denny, Hendra, Adhli, Alfalah, Faisal, Boston, yang selalu

memberikan dukungan kepada penulis. Seluruh teman-teman mahasiswa Analis

Farmasi dan Makanan angkatan 2011 yang tidak dapat penulis sebutkan satu per

satu.

Penulis berharap tugas akhir ini bermanfaat bagi semua pihak, penulis

menyadari bahwa banyak kekurangan dalam penulisan laporan ini, untuk itu

penulis mengharapkan saran dan kritik yang bersifat membangun. Akhir kata

semoga Allah SWT melimpahkan rahmat-Nya kepada kita semua.

Medan,Mei 2014 Penulis

(5)

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE

PADA MADUBUNGA KELENGKENG NUSANTARA SECARA REAKSI WARNA

ABSTRAK

Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui reaksi enzim diastase pada madu yang digunakan untuk membedakan madu asli dengan madu palsu.

Identifikasi enzim diastase dilakukan secara reaksi warna sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.

Hasil identifikasi secara reaksi warna menunjukkan bahwa pada sampel yaitu dengan terbentuknya warna hijau/coklat.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa madu bunga kelengkeng nusantara yang diperiksa mengandung enzim diastase sehingga memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 01-3545-2004 yaitu positif.

(6)

DAFTAR ISI

Halaman

LembarJudul ………. i

LembarPengesahan ...……… ii

Kata Pengantar ....…..……….……….... iii

Abstrak ……….……….. v

Daftar Isi ……….………... vi

DaftarTabel ………... ix

DaftarGambar ………... x

DaftarLampiran ………. xi

(7)

2.2 Tanaman Lengkeng ………... 9

2.2.1 Botani Tanaman Lengkeng ... 10

2.2.2 Kandungan Gizi Lengkeng ... 10

2.2.3 Jenis-Jenis Lengkeng ... 11

2.3 Enzim Dalam Madu ..………. 12

2.3.1 Enzim Diastase …...………. 12

2.3.2 Fungsi Enzim Diastase ……….……… 12

2.3.3 Proses Kimia Enzim Diastase ………... 12

BAB IIIMETODE PERCOBAAN …………...……… 15

3.1 TempatPengujian ………... 15

3.2 Alat ………. 15

3.3 Bahan ………... 15

3.4 Prosedur Kerja ………..………... 15

BAB IVHASIL DAN PEMBAHASAN ...………... 17

4.1 Hasil ………..………. 17

4.2 Pembahasan ………... 17

BAB VKESIMPULAN DAN SARAN ……..………. 18

5.1 Kesimpulan ………... 18

5.2 Saran ………... 18

DAFTAR PUSTAKA ………... 19

(8)

DAFTAR TABEL

Halaman

Tabel2.1 Persyaratan Kualitas Madu ... 8

Tabel4.1 Data HasilIdentifikasiEnzim Diastase Pada Madu Secara

(9)

DAFTAR GAMBAR

Halaman

(10)

DAFTAR LAMPIRAN

Halaman

(11)

IDENTIFIKASI ENZIM DIASTASE

PADA MADUBUNGA KELENGKENG NUSANTARA SECARA REAKSI WARNA

ABSTRAK

Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis mellifera. Tujuan pengujian ini adalah untuk mengetahui reaksi enzim diastase pada madu yang digunakan untuk membedakan madu asli dengan madu palsu.

Identifikasi enzim diastase dilakukan secara reaksi warna sesuai dengan prosedur dan alat yang digunakan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan Medan.

Hasil identifikasi secara reaksi warna menunjukkan bahwa pada sampel yaitu dengan terbentuknya warna hijau/coklat.

Hasil identifikasi menunjukkan bahwa madu bunga kelengkeng nusantara yang diperiksa mengandung enzim diastase sehingga memenuhi persyaratan Standar Nasional Indonesia 01-3545-2004 yaitu positif.

(12)

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

Madu merupakan cairan kental seperti sirup berwarna coklat kuning muda

sampai coklat merah yang dikumpulkan dalam indung madu oleh lebah Apis

mellifera. Konstituen dari madu adalah campuran dekstrosa dan fruktosa dengan

jumlah yang sama dan dikenal sebagai gula invert 50-90% dari gula yang tidak

terinversi dan air. Madu biasa dipalsukan dengan gula invert buatan, sukrosa, dan

glukosa cair perdagangan. Madu dapat pula dipalsukan dengan cara pemberian

suatu asupan kepada lebah berupa larutan gula sukrosa yang bukan berasal dari

nektar (Gunawan, 2004).

Enzim penting yang terdapat dalam madu adalah enzim diastase, invertase,

glukosa oksidase, peroksidase, dan lipase. Enzim diastase adalah enzim yang

mengubah karbohidrat kompleks (polisakarida) menjadi karbohidrat yang

sederhana (monosakarida). Enzim invertase adalah enzim yang memecah molekul

sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa. Sedangkan enzim oksidase adalah enzim

yang membantu oksidasi glukosa menjadi asam peroksida. Enzim peroksidase

melakukan proses oksidasi metabolisme. Semua zat tersebut berguna untuk proses

metabolisme tubuh (Suranto, 2004).

Berdasarkan Standar Nasional Indonesia (SNI) 01-3545-1994 telah

ditetapkan bahwa kandungan enzim diastase dalam madu harus positif. Jika dalam

(13)

palsu dan dinyatakan tidak memenuhi syarat. Tugas akhir ini berjudul

“Identifikasi Enzim Diastase pada Madu Bunga Kelengkeng Nusantara secara Reaksi Warna”. Adapun pengujian dilakukan selama penulis melakukan praktek kerja lapangan di Balai Besar Pengawas Obat dan Makanan di Medan.

Identifikasi enzim diastase pada madu dilakukan secara reaksi warna.

Proses pembentukan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim diastase

pada madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin yang disertai

perubahan warna larutannya sebagai berikut :

Pati (Biru) – Dekstrin (Biru kecoklatan) – Akrodekstrin (Coklat) – Eritrodekstrin

(Merah) – Maltosa (Kuning) – Glukosa (Jernih/bening) (Murdijati, 1992).

1.2 Tujuan

Untuk mengidentifikasi enzim diastase pada madu Bunga Kelengkeng

Nusantara yang seperti ditetapkan oleh pemerintah Indonesia berdasarkan SNI.

1.3 Manfaat

Memberikan informasi kepada pihak terkait dan masyarakat mengenai ada

(14)

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA `

2.1 Madu

Madu adalah zat manis alami yang dihasilkan lebah dengan bahan baku

nektar bunga. Diperlukan dua faktor untuk menghasilkan madu. Pertama, bunga

yang nektarnya merupakan bahan baku pembuatan madu. Kedua, serangga yaitu

lebah yang merupakan tenaga ahlinya. Nektar adalah senyawa kompleks yang

dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula. Perubahan nektar menjadi

madu dimulai ketika lebah pekerja membawa nektar ke sarangnya. Nektar yang

berhasil dibawa pulang diberikan kepada lebah pekerja lainnya untuk dicampur

dengan air liur dan dihilangkan airnya (Sarwono, 2001).

Lebah madu menghasilkan madu yang dibuat dari nektar (senyawa

kompleks yang dihasilkan kelenjar tanaman dalam bentuk larutan gula) sewaktu

musim tumbuhan berbunga. Sewaktu nektar dikumpulkan oleh lebah pekerja dari

bunga, bahan tersebut masih mengandung air tinggi (80%) dan juga gula (sukrosa

tinggi). Setelah lebah mengubah nektar menjadi madu, kandungan air menjadi

rendah dan sukrosa di ubah menjadi fruktosa (gula buah; levulosa) dan glukosa

(dekstrosa) (Sihombing, 1997).

Selama berabad-abad madu yang dibuat oleh lebah dari sari bunga

merupakan satu-satunya zat pemanis murni dan alami yang bisa diperoleh oleh

manusia. Dalam beberapa tahun terakhir telah bermunculan pengganti madu

(15)

dari meja makan kita. Madu tetap merupakan zat pemanis dan satu-satunya zat

pemanis yang menawarkan kualitas kehidupan yang tidak mungkin tidak dijumpai

pada zat-zat pemanis lainnya (Jarvis, 2002).

Di masyarakat berkembang kebiasaan uji keaslian madu yang ditunjukkan

menyala ketika dibakar dengan korek api, telur bisa matang, tidak rembes ketika

diteteskan pada kertas koran dan sebagainya. Pengujian tersebut sebenarnya tidak

seratus persen benar, masih butuh pembuktian melalui laboratorium. Salah satu

pengujian yang paling praktis adalah dengan menggunakan pH meter. Madu palsu

biasanya memiliki pH 2,4-3,3, sedangkan madu asli mempunyai pH 3,4-4,5.

Untuk mengetahui lebih lanjut dapat dilakukan uji kandungan madu di

laboratorium (Ardilles, 2011).

Karena pH madu berada pada kisaran 3,2-4,5, keasaman madu adalah

faktor signifikan yang menyebabkan madu bersifat antibakteri. Sifat antibakteri

madu membantu mengatasi infeksi pada luka, sedangkan antiinflamasinya dapat

mengurangi nyeri serta meningkatkan sirkulasi yang berpengaruh pada proses

penyembuhan. Madu juga merangsang tumbuhnya jaringan baru, mempercepat

penyembuhan, dan mengurangi timbulnya parut atau bekas luka pada kulit

(Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007).

2.1.1 Fungsi Madu

Madu berkhasiat untuk memperlancar pengeluaran urin, meningkatkan

fungsi otak, meningkatkan daya tahan tubuh, untuk menyembuhkan sakit

pinggang, maag, batuk, pilek, dan mempercepat penyembuhan luka bakar atau

(16)

Madu memiliki kekuatan menyembuhkan luar biasa. Sudah lama manusia

memanfaatkan madu untuk mengatasi luka bakar, mengatasi stamina atau

meningkatkan gairah seksual. Khasiat setiap jenis madu bisa saja berbeda, tetapi

semua jenis madu pasti mengandung antioksidan, seperti vitamin E dan vitamin C

yang kadarnya sama. Antioksidan tersebut diyakini sangat berpotensi mencegah

kanker dan penyakit jantung (Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007).

2.1.2 Komposisi Madu

Kandungan gizi dalam madu yang terdiri dari asam amino, karbohidrat,

protein, serta beberapa jenis vitamin dan mineral adalah zat gizi yang mudah

diserap sel-sel tubuh. Asam amino bebas dalam madu mampu membantu

penyembuhan penyakit, juga sebagai bahan pembentukan neurotransmitter atau

senyawa yang berperan dalam mengoptimalkan fungsi otak. Madu juga

mengandung zat antibiotik yang berguna untuk mengalahkan kuman patogen

penyebab penyakit infeksi (Rostita & Tim Redaksi Qanita, 2007).

Zat-zat atau senyawa yang terkandung dalam madu sangat kompleks dan

kini telah diketahui tidak kurang dari 181 macam zat atau senyawa dalam madu.

Mungkin di masa yang akan datang dapat ditemukan lagi senyawa lain bila

penelitian terus dilakukan oleh para peneliti dalam bidang peternakan madu

(Sihombing, 1997).

Komposisi madu ditentukan oleh dua faktor, yakni komposisi nektar asal

madu bersangkutan dan faktor-faktor eksternal tertentu. Lagipula untuk penilaian

harus diingat bahwa kualitas madu sebenarnya agak sulit disamakan mutunya

(17)

ion-change chromatography, gas-liquid chromatography, dsb, lama penyimpanan

sampel dan perbedaan jenis dan asal bunga penghasil nektar. Karena pengaruh

cuaca, topografi dan pola pertanian yang berbeda, maka sulit mengharapkan mutu

madu yang sama. Madu yang berasal dari negara yang berlainan umumnya

berbeda pula. Rataan kandungan madu Amerika Serikat disajikan sebagai salah

satu contoh zat-zat yang terkandung di dalamnya (Sihombing, 1997).

Jenis tanaman sebagai sumber utama nektar dan polen mengakibatkan

komponen madu berbeda. Berbagai tumbuhan di Indonesia dapat mejadi sumber

nektar dan polen, namun penelitian tentang hal ini masih sangat terbatas

(Sihombing, 1997).

Perbedaan komposisi madu yang berasal dari berbagai negara disebabkan

oleh perbedaan cuaca, topografi, tumbuhan, lebah madu yang menghasilkan

madu, cara pengolahan, dan penyimpanan (Sihombing, 1997).

2.1.3 Penggolongan Madu

Berdasarkan asal nektar, madu biasa dibedakan atas tiga golongan, yaitu

madu flora, madu ekstraflora, dan madu embun (Sarwono, 2001).

Madu flora adalah madu yang dihasilkan dari nektar bunga. Bila berasal

dari satu jenis bunga disebut madu monoflora, dan yang berasal dari aneka ragam

bunga disebut madu poliflora. Madu flora sangat baik untuk pakan tambahan atau

untuk penambah tenaga, sedangkan madu poliflora baik sekali untuk mengobati

orang yang kelelahan, kepanasan, kedinginan, terkena luka bakar, mengalami luka

(18)

bebas yang jumlahnya lebih banyak dibandingkan dengan madu monoflora

(Sarwono, 2001).

Madu ekstraflora adalah madu yang dihasilkan dari nektar di luar bunga,

seperti daun, cabang, dan batang tanaman. Madu embun adalah madu yang

dihasilkan dari cairan hasil sekresi serangga, yang kemudian eksudatnya

diletakkan di bagian tanaman. Selanjutnya cairan itu diisap dan dikumpulkan oleh

lebah madu. Madu ini berwarna gelap dengan aroma merangsang (Sarwono,

2001).

2.1.4 Macam Madu

Ada sekitar 300 macam madu di Amerika Serikat, sedang di toko-toko di

Indonesia terdapat berbagai merek madu, yaitu Madu Sumbawa Murni, Madu

Kapuk, Madu Karet, Madu Lengkeng, Madu Kopi, Allowrie, dan Chinese Honeys

adalah contoh madu impor, yang masing-masing berasal dari Australia dan Cina

(Sihombing, 1997).

2.1.5 Kualitas Madu

Kualitas madu ditentukan oleh cara pemanenan madu, warna madu, cita

rasa madu, jenis madu, komposisi madu, dan kadar air. Baik di alam maupun di

peternakan lebah, waktu pemanenan madu harus diperhatikan. Pemanenan bisa

dilakukan pada saat musim nektar telah berakhir 2-3 minggu. Madu yang dipanen

harus memiliki kadar air di bawah 20%. Madu yang bagus adalah yang

mengandung kadar air sekitar 17,5%. Jika sel-sel dalam sarang madu telah ditutup

oleh lapisan lilin, madu tersebut telah memenuhi syarat kadar air dan siap untuk

(19)

Cita rasa madu ditentukan oleh zat yang terdapat dalam madu diantaranya

glukosa, alkaloid, gula, asam glukonat, dan prolin. Rasa dan aroma madu yang

paling enak adalah ketika madu baru dipanen dari sarangnya. Sesudah itu,

senyawa-senyawa yang terdapat dalam madu sedikit demi sedikit akan menguap.

Hal ini disebabkan senyawa yang terdapat dalam madu bersifat volatil (mudah

menguap). Karena itu, untuk menjaga kualitas madu, cara memanen, dan cara

menyimpan madu harus diperhatikan (Suranto, 2004).

Di Indonesia, kualitas madu ditentukan berdasarkan Standar Nasional

Indonesia (SNI) nomor 01-3543-2004 seperti yang tercantum pada Tabel 2.1.

Dimana standar tersebut merupakan kriteria dari mutu madu yang telah

ditetapkam oleh Badan Standarisasi Nasional (BSN) dan merupakan hasil revisi

dari SNI tentang syarat mutu madu tahun 1994.

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Madu

No. Jenis Uji Satuan Persyaratan

1. Aktivitas enzim diastase, min. DN 3

2. Hidroksimetilfurfural (HMF), maks.

mg/kg 50

3. Air, maks. % b/b 22

4. Gula pereduksi (dihitung sebagai glukosa), min.

(20)

2.1.6 Efek Samping Madu

Madu merupakan nutrisi alami yang efek sampingnya amat minimal.

Sebuah penelitian Ladas yang dimuat di American Journal of Clinical Nutrition

(1995) melaporkan bahwa konsumsi madu pada orang normal dapat menimbulkan

diare atau gangguan perut. Hal ini mungkin disebabkan kandungan fruktosa madu

yang cukup tinggi. Kadar fruktosa madu termasuk yang tertinggi sekelompok

dengan buah apel dan pir. Tingginya fruktosa madu pada beberapa orang dapat

menyebabkan gangguan penyerapan yang disebut malabsorbsi fruktosa. Hal ini

cukup merepotkan bagi orang-orang yang sebelumnya punya pencernaan yang

sensitif. Namun, menurut Ladas, hal itu justru menguntungkan untuk orang yang

punya keluhan susah buang air besar karena efek laksatif dari madu tersebut

(Suranto, 2007).

2.2 Tanaman Lengkeng

Tanaman lengkeng atau kelengkeng termasuk suku rambut-rambutan.

Kedudukan tanaman lengkeng dalam sistematika (taksonomi) tumbuhan

diklasifikasikan sebagai berikut :

Kingdom : Plantae (tumbuh-tumbuhan)

Divisi : Spermatophyta (tumbuhan berbiji)

Subdivisi : Angiospermae (berbiji tertutup)

Kelas : Dicotyledonae (biji berkeping dua)

Ordo : Sapindales

Famili : Sapindaceae

(21)

Spesies : Nephelium longanum sin. Euphoria longana (Lour.) Stend.

(Rukmana, 2007).

2.2.1 Botani Tanaman Lengkeng

Lengkeng merupakan tanaman keras yang mempunyai batang kayu yang

kuat, sistem perakarannya sangat luas dan mempunyai akar tunggang yang sangat

dalam (terutama tanaman lengkeng yang berasal dari biji), sehingga sangat tahan

terhadap kekeringan dan tidak mudah roboh (Sunanto, 1990).

Daun lengkeng termasuk daun majemuk, tiap tangkai memiliki tiga sampai

enam pasang helai daun. Bentuknya bulat panjang, ujungnya agak runcing, tidak

berbulu, tepinya rata, dan permukaannya mengandung lapisan lilin. Kuncup

daunnya berwarna kuning kehijauan, tetapi ada pula yang berwarna merah

(Sunanto, 1990).

Bunga lengkeng berbentuk malai yang terletak di ujung

ranting-rantingnya, warnanya kuning muda atau putih kekuningan, ukurannya sangat kecil

sehingga hanya dapat diamati secara jelas bila memakai alat pembesar (Sunanto,

1990).

2.2.2 Kandungan Gizi Lengkeng

Lengkeng kecuali dapat dikonsumsi langsung (dipasarkan) sebagai buah

segar juga dapat dikalengkan. Buah lengkeng mempunyai kandungan mineral

(22)

2.2.3 Jenis-Jenis Lengkeng a. Varietas Batu

Lengkeng varietas batu termasuk lengkeng jenis unggul. Kulit buahnya

agak kasar dan berwarna coklat muda. Buahnya lebih besar daripada varietas

lainnya. Daging buahnya lebih tebal dan mudah sekali lepas dari biinya, (Jawa:

nglothok). Rasa aromanya lebih tajam dan lebih segar, sehingga harganya di

pasaran juga lebih mahal dibandingkan dengan jenis lainnya. Tetapi, jumlah buah

tiap malainya lebih sedikit dibandingkan dengan jenis lainnya (Sunanto, 1990).

b. Varietas Kopyor

Lengkeng varietas ini di pasaran harganya lebih rendah. Kulit buahnya

halus berwarna coklat agak kuning (hampir seperti buah duku). Daging buahnya

sulit lepas dari bijinya. Jumlah buah tiap malainya sangat banyak dan masih

mampu berproduksi sangan baik di daerah-daerah yang mempunyai ketinggian

sampai 950 meter di atas permukaan laut (Sunanto, 1990).

2.3 Enzim Dalam Madu

Ada dua enzim yang mencolok dalam madu yakni enzim diastase dan

enzim invertase. Konsep enzim yang lama menggolongkan enzim amilase

menjadi dua kelompok, kelompok pertama yakni α-amilase amiloklasik atau

amilitik) yang menceraikan rantai pati secara acak menjadi dekstrin dan

menghasilkan hanya sedikit gula tereduksi. Kelompok kedua, ß-amilase

(sakharogenik) yang menceraikan gula tereduksi maltose dari ujung rantai pati.

(23)

22-30ºC sampai 5,3 pada suhu 45-50ºC, sedang untuk ß-amilase adalah 5,3. Laporan

terbanyak akan pH optimum bagi diastase madu adalah 5,3 (Sihombing, 1997).

Pemanasan maupun penyimpanan lama terhadap madu mengakibatkan

inaktivasi enzim madu dan data kinetik enzim madu telah diketahui sehingga

paruh-hidupnya (half-life) dapat diketahui (Sihombing, 1997).

2.3.1 Enzim Diastase

Enzim diastase adalah enzim yang mengubah karbohidrat kompleks

(polisakarida) menjadi karbohidrat yang sederhana (monosakarida) (Suranto,

2004).

Lebah madu tidak dapat memanfaatkan pati mentah atau dimasak atau

dekstrin. Sumber diastase dalam madu adalah lebah madu itu sendiri, meski ada

juga yang menduga nektar sebagai sebagian sumbernya (Sihombing, 1997).

2.3.2 Fungsi Enzim Diastase

Enzim diastase pada madu dapat mengubah pati menjadi glukosa dengan

menggunakan iodin yang disertai dengan perubahan warna larutan (Murdijati,

1992).

2.3.3 Reaksi Kimia Enzim Diastase

Hidrolisis pati dapat dilakukan oleh asam atau enzim. Jika pati dipanaskan

dengan asam akan terurai menjadi molekul-molekul yang lebih kecil secara

berurutan, dan hasil akhirnya adalah glukosa.

(C6H10O5)n + n H2O n C6H12O6

(24)

Ada beberapa tingkatan dalam reaksi diatas. Molekul-molekul pati

mula-mula pecah menjadi unit-unit rantaian glukosa yang lebih pendek yang disebut

dekstrin. Dekstrin ini dipecah lebih jauh menjadi maltosa (dua unit glukosa) dan

akhirnya maltosa pecah menjadi glukosa (Murdijati, 1992).

Proses perubahan pati menjadi glukosa yang dilakukan oleh enzim

diastase pada madu dalam uji aktivitas enzim dengan menggunakan iodin yang

disertai perubahan warna larutannya adalah sebagai berikut :

Pati (biru) dekstrin (biru kecoklatan) akrodekstrin (coklat)

eritrodekstrin (merah) Maltosa (kuning) Glukosa (jernih/bening) + I2

Gambar 2.4 Penambahan amilum dengan iodin

Larutan iodin digunakan untuk tes pati, warna biru tua menandai adanya

larutan pati. Diperkirakan bahwa larutan iodin (ion I3− dan I5−) tersubstitusi ke

dalam pati, tersubstitusinya iodin setelah terputusnya ikatan glukosida dalam pati

oleh enzim dan terurai menjadi molekul molekul lebih sederhana, maka makin

banyak terbentuk gugus OH bebas yang dapat disubstitusi oleh iodin sehingga

konsentrasi iodin dalam larutan makin kecil dan molekul air semakin banyak

terbentuk, apabila pati terhidrolisis sempurna maka gugus iodin yang bakal

(25)

bertambah, semakin kecil konsentrasi iodin bebas maka larutan akan berubah

(26)

BAB III

METODE PERCOBAAN

3.1 Tempat Pengujian

Pengujian identifikasi enzim diastase pada madu secara rekasi warna

dilakukan di Laboratorium Pangan dan Bahan Berbahaya, Balai Besar Pengawas

Obat dan Makanan di Medan yang berada di jalan Williem Iskandar Pasar V Barat

I No. 2 Medan.

3.2 Alat

Alat yang digunakan adalah gelas ukur, penangas air, pipet tetes dan

tabung reaksi.

3.3 Bahan

Bahan yang digunakan adalah air suling, larutan iod dan larutan pati 1%.

3.4 Prosedur Kerja

Dicampurkan 1 bagian madu dengan 2 bagian air suling. Ditambahkan 10

ml larutan ini dengan 1 ml larutan pati 1% dan dipanaskan pada 45oC selama 1

jam. Selanjutnya campuran ditambah dengan 1 ml larutan iod, 10 ml lagi dari

larutan madu dicampur dengan larutan pati (tanpa pemanasan) dan ditambah

larutan iod seperti diatas. Madu buatan atau madu yang pada waktu

(27)

memberikan reaksi enzim diastase negatif (warna biru). Sedangkan madu asli atau

madu yang pengolahannya baik akan memberikan reaksi enzim diastase positif

(28)

BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

4.1 Hasil

Dari hasil pengujian identifikasi enzim diastase pada madu secara reaksi

warna, diperoleh hasil seperti yang tertera pada Tabel 4.1 berikut ini:

Tabel 4.1 Data Hasil Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Secara Reaksi Warna.

Nama zat Pereaksi Pengamatan Hasil

Baku

Berdasarkan pengujian yang dilakukan, identifikasi enzim diastase yang

diperoleh pada sampel hasilnya positif. Dapat disimpulkan bahwa identifikasi

enzim diastase pada madu bunga kelengkeng nusantara adalah memenuhi syarat

untuk dikonsumsi atau digunakan untuk kepentingan lain. Karena berdasarkan

SNI 01-3545-2004 bahwa aktivitas enzim diastase pada madu yang dianalisis tersebut

adalah positif dengan persyaratan minimal 3 DN.

Pengujian ini menggunakan reaksi warna dengan menggunakan larutan pati

dan larutan iodin. Dimana dengan penambahan larutan iodin, reaksi enzim diastase

(29)

BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1 Kesimpulan

Hasil pengujian identifikasi enzim diastase pada madu secara reaksi

warna, menunjukkan bahwa madu yang diuji memenuhi persyaratan menurut SNI

01-3545-1994, yaitu enzim diastase positif dalam madu.

5.2 Saran

1. Perlu pengawasan yang baik saat dilakukan identifikasi pada sampel sampai

hasil akhir diperoleh.

2. Instansi terkait melakukan sampling secara berkala pada produk yang sejenis

(30)

DAFTAR PUSTAKA

Ardilles, O.T.S. (2011). Identifikasi Dan Karakterisasi Sifat Fisika Dan Kimia Madu Asli Dan Madu Yang Dijual Dari Berbagai Sumber. USU. Diakses pada tanggal 17 April 2014

Gunawan, D. dan M.S. (2004). Ilmu Obat Alam Jilid 1. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 20-22

Jarvis, M.D. (2002). Khasiat Sari Apel dan Madu. Cetakan Pertama. Jakarta: Prestasi Pustaka. Hal. 31-33

Murdijati, G. (1992). Ilmu Pangan, Pengantar Ilmu Pangan, Nutrisi dan Mikrobiologi. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 50-53

Rostita, dan Tim Redaksi Qanita. (2007). Berkat Madu: Sehat, Cantik dan Penuh Vitalitas Cetakan Pertama. Bandung: PT. Mizan Pustaka. Hal. 42-43

Rukmana, R. (2007). Lengkeng, Prospek Agrobisnis dan Teknik Budidaya. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 12

Sarwono, B. (2001). Kiat Mengatasi Masalah Praktis Lebah Madu Cetakan Pertama. Jakarta : PT . Agro Media Pustaka. Hal.

Sihombing, D.T.H. (1997). Ilmu Ternak Lebah Madu. Yogyakarta: Gadjah Mada University Press. Hal. 35, 101, 108

Standar Nasional Indonesia 01-3545-1994

Standar Nasional Indonesia 01-3545-2004

Sunanto, H. (1990). Budidaya Lengkeng dan Aspek Ekonominya. Yogyakarta: Kanisius. Hal. 9-15

Suranto, A. (2007). Terapi Madu. Jakarta: Penebar Swadaya. Hal. 40

(31)

LAMPIRAN

Lampiran 1

Sampel Madu Bunga Kelengkeng Nusantara

Nama sampel : Madu Bunga Kelengkeng Nusantara

Komposisi : Madu murni bunga kelengkeng

No. Registrasi : MD 137611005072

Tanggal Kadaluarsa : 10-2017

Wadah/Kemasan : Botol kaca

Netto : 250 ml

Pabrik : Madu Nusantara, Solo-Indonesia

Kode sampel : 0009/D-1/MM/14

Pemerian Madu Bunga Kelengkeng Nusantara Bentuk : Cairan kental

Rasa : Manis

Warna : Coklat

Gambar

Tabel 2.1 Persyaratan Kualitas Madu
Gambar 2.4 Penambahan amilum dengan iodin
Tabel 4.1 Data Hasil Identifikasi Enzim Diastase Pada Madu Secara Reaksi     Warna.

Referensi

Dokumen terkait

STANDAR KOMPETENSI : Setelah mengikuti kuliah Struktur Perkembangan Tumbuhan mahasiswa Biologi mampu memahami konsep struktur dan perkembangan sel, jaringan dan organ

1) Kelayakan isi buku teks IPS (Ilmu Pengetahuan Sosial) Kelas V yang diterbitkan Yudhistira ditinjau dari aspek kesesuaian materi dengan Standar Kompetensi (SK)

Berdasarkan hasil analasis yang telah diuraikan sebelumnya, maka simpulan yang dapat ditarik dalam penelitian ini adalah bahwa persepsi terhadap kebisingan dan

Berdasarkan Uji F terbukti bahwa secara simultan faktor kebudayaan, faktor sosial, faktor pribadi berpengaruh signifikan terhadap keputusan konsumen dalam mengkonsumsi kopi

[r]

Jika sebuah sel pada lansia dilepas dari tubuh dan dibiakkan di laboratorium, lalu diobservasi jumlah sel-sel yang akan membelah jumlah sel yang akan membelah akan terlihat

Penelitian ini bertujuan untuk mengkaji usaha pertanian ubi kayu di Desa Gaya Baru III Kecamatan Seputih Surabaya Lampung Tengah. Metode yang digunakan yaitu metode

REKAPITULASI RENCANA ANGGARAN PENDAPATAN DAN BELANJA (RAPB) TAMAN KANAK-KANAK PAUD JATENG KOTA SEMARANG. TAHUN