• Tidak ada hasil yang ditemukan

Persepsi, Preferensi, dan Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2017

Membagikan "Persepsi, Preferensi, dan Willingness To Pay Masyarakat Terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)"

Copied!
204
0
0

Teks penuh

(1)

(Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)

EVA NURSUSANDHARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(2)

But in the other hand, industrial development might cause disruption on environment quality. The derivation of environment quality will cause the people that reside around industrial area have perception and preference of its own from the presence of this area. This research also work trough estimated expense that the people willing to pay to increase the environment quality using Contingen Valuation Method. Therefore from those description, the purpose of this research are: (1) to analyze factors related to people‟s perception concerning the environment quality at Kelurahan Utama; (2) to analyze factors related to people‟s preference concerning habitation/residence around industrial area at Kelurahan utama; (3) to examine the Willingness to Pay people at Kelurahan utama so that their environment increased; (4) to arrange alternate policy so that the environment around industrial area at Kelurahan Utama increased.

This research started since May to Agust 2009. The data that has been used are primary data and secondary data. The primary data conducted with giving questioner to the head family around industrial area at Kelurahan utama. With sample method Purposive Sampling to 100 people using Slovin Formula. The secondary data conducted from relevant sources. To knowing factors that related with people‟s preference of recidency, perception of environment and willingness to pay using analysis Chi-Square and Rank Spearman, whereas to predict WTP value using analysis double linier regression. All the analysis are supported by processor data program SPSS version 16.0 for windows with 15 percent real degree.

From Chi-Square test, acquired result as follow: (1) factors that related to respondent perception of environment around the industrial area are the distance between the residence to the industrial area, crowded condition, noisy condition, and air quality; (2) factors that related with respondent preference to residence are expenses, residence status, distance of the residence to industrial area, water facility, crowded condition, noisy condition, cleanness of residence, distance of the residence to the market, distance of the residence to public transport, and criminal level; (3) factors that related to respondent‟s willingness to pay are income, distance between the residence to the industrial area, water facility, noisy condition, air quality, crowded condition, criminal level, respondent preference of residency, and respondent perception of environment around industrial area.

Estimated flat value WTP respondent are Rp.9400,00/HF/month, and total value people‟s WTP are Rp.65.771.800,00/month. Factor that affected to WTP respondent are education, income, expenses, distance to industrial area, noisy condition, crowded condition, distance of residency to work place, and perception of environment around industrial area.

Alternative policies to cope with air pollution are regulation, quota, taxes, and tariff of pollution along with property right. Whereas to cope with noise by getting house planting or extending divider wall between the residency and industrial area. And what is more noisy problem and the damage of public road could be overcome by special road for industry. This is supported by people‟s WTP about environment.

(3)

Masyarakat terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat). Dibimbing Oleh

ADI HADIANTO

Pembangunan industri yang terdapat di Kelurahan Utama menciptakan lapangan kerja baru. Akan tetapi, di lain pihak pembangunan industri dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kualitas lingkungan. Penurunan terhadap kualitas lingkungan akan menyebabkan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan industri mempunyai persepsi dan preferensi tersendiri dari adanya industri di kawasan tersebut. Penelitian ini juga membahas mengenai perkiraan biaya yang bersedia masyarakat bayar untuk peningkatan kualitas lingkungan dengan menggunakan Contingen Valuation Method. Maka dari uraian tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungansekitar kawasan industri di Kelurahan Utama; (2) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama; (3) mengkaji kesediaan masyarakat Kelurahan Utama untuk membayar agar lingkungan di sekitar tempat tinggal tersebut menjadi lebih baik; (4) menyusun alternatif kebijakan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama.

Penelitian ini berlangsung sejak Bulan Mei hingga Agustus 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan pemberian kuisioner kepada kepala keluarga sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama. dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling

yang berjumlah 100 orang dengan menggunakan rumus Slovin. Data sekunder diperoleh dari sumber yang relevan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi terhadap tempat tinggal, persepsi terhadap lingkungan dan kesediaan membayar masyarakat menggunakan analisis Chi-Square dan Rank Spearman, sedangkan untuk menduga besarnya nilai WTP dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Seluruh analisis data dibantu dengan program pengolah data SPSS version 16.0 for Windows dengan taraf nyata 15 persen.

(4)

pengeluaran, jarak ke lokasi industri, kondisi kebisingan, kondisi keramaian, tingkat kriminalitas, preferensi terhadap tempat tinggal, kualitas udara, jarak tempat tinggal ke lokasi kerja, dan persepsi terhadap lingkungan sekitar kawasan industri.

(5)

(Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)

EVA NURSUSANDHARI H44053085

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(6)

Barat)

Nama : Eva Nursusandhari

NRP : H44053085

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Adi Hadianto, SP NIP. 19790615 200501 1 004

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

(7)

“PERSEPSI, PREFERENSI DAN WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT

TERHADAP LINGKUNGAN PEMUKIMAN SEKITAR KAWASAN

INDUSTRI (KASUS KAWASAN INDUSTRI DI KELURAHAN UTAMA, CIMAHI, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

(8)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 April 1988. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Siti Nurhayati. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Menteng Dalam 11 Pagi, Jakarta pada tahun 1993-1996, kemudian penulis pindah ke daerah Bandung yaitu di SDN 6 Batujajar hingga tahun 1999.

(9)

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Persepsi, Preferensi, dan Willingness to Pay Masyarakat

terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap keadaan lingkungan sekitar, faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi masyarakat sekitar kawasan industri, faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan masyarakat membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan, dan nilai WTP masyarakat, serta menentukan alternatif kebijakan untuk menganggulangi masalah lingkungan yang terjadi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Adi Hadianto, SP yang dengan sabar telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

(10)

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Adi Hadianto, SP atas bimbingan dan arahan serta motivaasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Nindyantoro, MSP dan Novindra, SP atas kesediaannya menjadi dosen penguji.

3. Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Cimahi dan Kelurahan Utama yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Ibu (Siti Nurhayati), Bapak (Suprapto), adik-adik (Ervin, Reni, dan Ifory), bibi (Siti Latifah, Saptini), paman (Sulaeman), eyang (Ibu Djasinah) dan seluruh keluarga yang telah melimpahkan kasih sayang, doa serta dukungan yang tak terhingga nilainya.

5. Mama Kiki dan Garna Yuana Suhan atas kesediaannya menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar serta pengaruh positif yang sangat berharga. 6. Bermanto Suhan, Nining Yuaningsih dan Rania atas doa dan dukungannya

yang telah menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman di Griya Ayu, MSP 42, ESL 42 dan ESL 43 atas kebersamaannya selama ini dan juga semua keceriaan yang pernah kita lewati bersama.

(11)

(Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)

EVA NURSUSANDHARI

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(12)

But in the other hand, industrial development might cause disruption on environment quality. The derivation of environment quality will cause the people that reside around industrial area have perception and preference of its own from the presence of this area. This research also work trough estimated expense that the people willing to pay to increase the environment quality using Contingen Valuation Method. Therefore from those description, the purpose of this research are: (1) to analyze factors related to people‟s perception concerning the environment quality at Kelurahan Utama; (2) to analyze factors related to people‟s preference concerning habitation/residence around industrial area at Kelurahan utama; (3) to examine the Willingness to Pay people at Kelurahan utama so that their environment increased; (4) to arrange alternate policy so that the environment around industrial area at Kelurahan Utama increased.

This research started since May to Agust 2009. The data that has been used are primary data and secondary data. The primary data conducted with giving questioner to the head family around industrial area at Kelurahan utama. With sample method Purposive Sampling to 100 people using Slovin Formula. The secondary data conducted from relevant sources. To knowing factors that related with people‟s preference of recidency, perception of environment and willingness to pay using analysis Chi-Square and Rank Spearman, whereas to predict WTP value using analysis double linier regression. All the analysis are supported by processor data program SPSS version 16.0 for windows with 15 percent real degree.

From Chi-Square test, acquired result as follow: (1) factors that related to respondent perception of environment around the industrial area are the distance between the residence to the industrial area, crowded condition, noisy condition, and air quality; (2) factors that related with respondent preference to residence are expenses, residence status, distance of the residence to industrial area, water facility, crowded condition, noisy condition, cleanness of residence, distance of the residence to the market, distance of the residence to public transport, and criminal level; (3) factors that related to respondent‟s willingness to pay are income, distance between the residence to the industrial area, water facility, noisy condition, air quality, crowded condition, criminal level, respondent preference of residency, and respondent perception of environment around industrial area.

Estimated flat value WTP respondent are Rp.9400,00/HF/month, and total value people‟s WTP are Rp.65.771.800,00/month. Factor that affected to WTP respondent are education, income, expenses, distance to industrial area, noisy condition, crowded condition, distance of residency to work place, and perception of environment around industrial area.

Alternative policies to cope with air pollution are regulation, quota, taxes, and tariff of pollution along with property right. Whereas to cope with noise by getting house planting or extending divider wall between the residency and industrial area. And what is more noisy problem and the damage of public road could be overcome by special road for industry. This is supported by people‟s WTP about environment.

(13)

Masyarakat terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat). Dibimbing Oleh

ADI HADIANTO

Pembangunan industri yang terdapat di Kelurahan Utama menciptakan lapangan kerja baru. Akan tetapi, di lain pihak pembangunan industri dapat menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kualitas lingkungan. Penurunan terhadap kualitas lingkungan akan menyebabkan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan industri mempunyai persepsi dan preferensi tersendiri dari adanya industri di kawasan tersebut. Penelitian ini juga membahas mengenai perkiraan biaya yang bersedia masyarakat bayar untuk peningkatan kualitas lingkungan dengan menggunakan Contingen Valuation Method. Maka dari uraian tersebut, tujuan dari penelitian ini adalah: (1) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungansekitar kawasan industri di Kelurahan Utama; (2) menganalisis faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama; (3) mengkaji kesediaan masyarakat Kelurahan Utama untuk membayar agar lingkungan di sekitar tempat tinggal tersebut menjadi lebih baik; (4) menyusun alternatif kebijakan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama.

Penelitian ini berlangsung sejak Bulan Mei hingga Agustus 2009. Data yang digunakan adalah data primer dan sekunder. Data primer dilakukan dengan pemberian kuisioner kepada kepala keluarga sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama. dengan metode pengambilan sampel yaitu purposive sampling

yang berjumlah 100 orang dengan menggunakan rumus Slovin. Data sekunder diperoleh dari sumber yang relevan. Untuk mengetahui faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi terhadap tempat tinggal, persepsi terhadap lingkungan dan kesediaan membayar masyarakat menggunakan analisis Chi-Square dan Rank Spearman, sedangkan untuk menduga besarnya nilai WTP dengan menggunakan analisis regresi linier berganda. Seluruh analisis data dibantu dengan program pengolah data SPSS version 16.0 for Windows dengan taraf nyata 15 persen.

(14)

pengeluaran, jarak ke lokasi industri, kondisi kebisingan, kondisi keramaian, tingkat kriminalitas, preferensi terhadap tempat tinggal, kualitas udara, jarak tempat tinggal ke lokasi kerja, dan persepsi terhadap lingkungan sekitar kawasan industri.

(15)

(Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)

EVA NURSUSANDHARI H44053085

Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Ekonomi pada

Fakultas Ekonomi dan Manajemen Institut Pertanian Bogor

DEPARTEMEN EKONOMI SUMBERDAYA DAN LINGKUNGAN FAKULTAS EKONOMI DAN MANAJEMEN

(16)

Barat)

Nama : Eva Nursusandhari

NRP : H44053085

Menyetujui, Dosen Pembimbing

Adi Hadianto, SP NIP. 19790615 200501 1 004

Mengetahui, Ketua Departemen

Ekonomi Sumberdaya dan Lingkungan

Prof. Dr. Ir. Akhmad Fauzi, M.Sc NIP. 19620421 198603 1 003

(17)

“PERSEPSI, PREFERENSI DAN WILLINGNESS TO PAY MASYARAKAT

TERHADAP LINGKUNGAN PEMUKIMAN SEKITAR KAWASAN

INDUSTRI (KASUS KAWASAN INDUSTRI DI KELURAHAN UTAMA, CIMAHI, JAWA BARAT)” BELUM PERNAH DIAJUKAN PADA PERGURUAN TINGGI LAIN ATAU LEMBAGA LAIN MANAPUN UNTUK TUJUAN MEMPEROLEH GELAR AKADEMIK TERTENTU. SAYA JUGA MENYATAKAN SKRIPSI INI BENAR-BENAR HASIL KARYA SENDIRI DAN TIDAK MENGANDUNG BAHAN-BAHAN YANG PERNAH DITULIS ATAU DITERBITKAN OLEH PIHAK LAIN KECUALI SEBAGAI BAHAN RUJUKAN YANG DINYATAKAN DALAM NASKAH.

Bogor, September 2009

(18)

Penulis dilahirkan di Jakarta pada tanggal 14 April 1988. Penulis adalah putri pertama dari empat bersaudara pasangan Bapak Suprapto dan Ibu Siti Nurhayati. Penulis mengawali pendidikan formal di SDN Menteng Dalam 11 Pagi, Jakarta pada tahun 1993-1996, kemudian penulis pindah ke daerah Bandung yaitu di SDN 6 Batujajar hingga tahun 1999.

(19)

memberikan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan skripsi dengan judul ”Persepsi, Preferensi, dan Willingness to Pay Masyarakat

terhadap Lingkungan Pemukiman Sekitar Kawasan Industri (Kasus Kawasan Industri di Kelurahan Utama, Cimahi, Jawa Barat)”. Skripsi ini disusun untuk

memenuhi salah satu syarat memperoleh gelar sarjana ekonomi pada Fakultas Ekonomi dan Manajemen, Institut Pertanian Bogor.

Tujuan penulisan skripsi ini adalah mengidentifikasi faktor-faktor yang berhubungan dengan persepsi masyarakat terhadap keadaan lingkungan sekitar, faktor-faktor yang berhubungan dengan preferensi masyarakat sekitar kawasan industri, faktor-faktor yang berhubungan dengan kesediaan masyarakat membayar untuk perbaikan kualitas lingkungan, dan nilai WTP masyarakat, serta menentukan alternatif kebijakan untuk menganggulangi masalah lingkungan yang terjadi. Penulis mengucapkan terima kasih kepada Adi Hadianto, SP yang dengan sabar telah berkenan memberikan bimbingan kepada penulis hingga penulis dapat menyelesaikan penulisan skripsi ini.

Bogor, Juli 2009

(20)

berbagai pihak. Oleh karena itu, dengan segala kerendahan hati penulis menyampaikan penghargaan dan ucapan terima kasih kepada:

1. Adi Hadianto, SP atas bimbingan dan arahan serta motivaasi yang diberikan selama proses penyusunan skripsi ini.

2. Ir. Nindyantoro, MSP dan Novindra, SP atas kesediaannya menjadi dosen penguji.

3. Pihak Pemerintah Provinsi Jawa Barat, Pemerintah Kota Cimahi dan Kelurahan Utama yang telah memberikan izin kepada peneliti untuk melakukan penelitian serta bantuan yang diberikan kepada penulis.

4. Ibu (Siti Nurhayati), Bapak (Suprapto), adik-adik (Ervin, Reni, dan Ifory), bibi (Siti Latifah, Saptini), paman (Sulaeman), eyang (Ibu Djasinah) dan seluruh keluarga yang telah melimpahkan kasih sayang, doa serta dukungan yang tak terhingga nilainya.

5. Mama Kiki dan Garna Yuana Suhan atas kesediaannya menemani dan membantu penulis dalam melakukan penelitian sehingga penelitian ini dapat berjalan dengan lancar serta pengaruh positif yang sangat berharga. 6. Bermanto Suhan, Nining Yuaningsih dan Rania atas doa dan dukungannya

yang telah menjadi penyemangat dalam penyusunan skripsi ini.

7. Teman-teman di Griya Ayu, MSP 42, ESL 42 dan ESL 43 atas kebersamaannya selama ini dan juga semua keceriaan yang pernah kita lewati bersama.

(21)

ABSTRACT ... i

RINGKASAN ... ii

RIWAYAT HIDUP ... vi

KATA PENGANTAR ... vii

UCAPAN TERIMA KASIH ... viii

DAFTAR ISI ... ix

DAFTAR TABEL ... xii

DAFTAR GAMBAR ... xiii

DAFTAR LAMPIRAN ... xv

I. PENDAHULUAN ... 1

1.1 Latar Belakang ... 1

1.2 Perumusan Masalah ... 4

1.3 Tujuan Penelitian ... 5

1.4 Manfaat Penelitian ... 6

1.5 Ruang Lingkup Penelitian ... 6

II. TINJAUAN PUSTAKA ... 7

2.1 Konsep dan Definisi ... 7

2.1.1 Perumahan dan Permukiman ... 7

2.1.2 Kawasan Industri ... 9

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas Lingkungan 11

2.1.4 Persepsi dan Preferensi ... 13

2.2 Tinjauan Teoritis ... 15

2.2.1 Konsep Willingness to Pay ... 15

2.2.2 Konsep Contingent Valuation Method ... 17

2.1.2.1 Keunggulan dan Keterbatasan Contingent Valuation Method ... 19

2.1.2.2 Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method ... 21

2.2.3 Model Persamaan Regresi Linier Berganda ... 22

2.2.4 Analisis CrosstabsChi Square ... 23

2.2.5 Korelasi Bivariate dan Rank Spearman ... 24

2.2.6 Desain Kebijakan Lingkungan pada Kawasan Industri ... 25

2.3 Penelitian Terdahulu ... 28

III. KERANGKA PEMIKIRAN ... 33

3.1 Kerangka Teoritis ... 33

3.1.1 Eksternalitas ... 33

(22)

IV. METODE PENELITIAN ... 54 4.1 Lokasi dan Waktu Penelitian ... 54 4.2 Metode Pengambilan Sampel ... 54 4.3 Jenis dan Sumber Data ... 55 4.4 Metode Analisis Data ... 56

4.4.1 Analisis Persepsi Masyarakat terhadap Kualitas

Lingkungan ... 57 4.4.2 Analisis Preferensi Masyarakat terhadap Tempat

Tinggal ... 58 4.4.3 Analisis Kesediaan dan Ketidaksediaan

Masyarakat Membayar untuk Memperoleh

Lingkungan Pemukiman yang Lebih Baik ... 59 4.4.4 Analisis Nilai WTP dari Masyarakat Kawasan

Industri di kelurahan Utama ... 60 4.4.5 Pengujian Parameter ... 66 V. GAMBARAN UMUM PENELITIAN ... 72 5.1 Gambaran Umum Lokasi ... 72 5.1.1 Keadaan Umum Kelurahan ... 72 5.1.2 Kependudukan ... 72 5.1.3 Kondisi Ekonomi Penduduk ... 74 5.1.4 Kondisi Lingkungan Hidup ... 77 5.2 Karakteristik Responden ... 78 5.2.1 Usia ... 78 5.2.2 Tingkat Pendidikan ... 79 5.2.3 Kepemilikan Anak atau Jumlah Tanggungan

Anak ... 80 5.2.4 Jumlah Pendapatan ... 80 5.2.5 Sumber Pendapatan ... 81 5.2.6 Jumlah Pengeluaran ... 82 5.2.7 Kategori Penduduk ... 83 5.2.8 Status Tempat Tinggal ... 83 5.2.9 Lama Tinggal di Kelurahan Utama ... 84 5.2.10 Lama Tinggal di Tempat Tinggal Saat Ini ... 85 5.2.11 Jarak Tempat Tinggal ke Lokasi Industri ... 85 5.2.12 Jarak Tempat Tinggal ke Lokasi Kerja ... 86 5.2.13 Jarak Tempat Tinggal ke Pasar ... 87 5.2.14 Jarak Tempat Tinggal ke Sarana Angkutan

Umum ... 88 5.3 Penilaian Responden terhadap Lingkungan Pemukiman

(23)

VI. HASIL DAN PEMBAHASAN ... 96 6.1 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi

Masyarakat terhadap Lingkungan Sekitar Kawasan

Industri di Kelurahan Utama ... 96 6.2 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi

Masyarakat terhadap Tempat Tinggal Sekitar Kawasan

Industri di Kelurahan Utama ... 103 6.3 Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan WTP Responden

Untuk Perbaikan Kualitas Lingkungan Sekitar Kawasan

Industri di Kelurahan Utama ... 109 6.4 Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Nilai Willingness to

Pay Responden ... 118 6.5 Besarnya Nilai WTP dan Estimasi Bid Curve ... 128 6.6 Alternatif Kebijakan Lingkungan sekitar Kawasan Industri

(24)

1` Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian ... 56 2 Jumlah Penduduk Berdasarkan Pendidikan Formal Terakhir ... 73 3 Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur ... 73 4 Jumlah Penduduk Berdasarkan Mata Pencaharian Pokok ... 74 5 Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tingkat Kesejahteraan di

Kelurahan Utama ... 74 6 Prasarana Transportasi Darat ... 75 7 Prasarana Air Bersih ... 76 8 Kelembagaan Ekonomi ... 76 9 Prasarana Pendidikan ... 76 10 Prasarana Kesehatan ... 77 11 Hasil Analisis Uji Chi-Square dan Rank Spearman

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Persepsi Responden

terhadap Lingkungan ... 96 12 Hasil Analisis Uji Chi-Square dan Rank Spearman

Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan Preferensi Responden

terhadap Tempat Tinggal ... 103 13 Hasil Analisis Nilai WTP Responden ... 121 14 Distribusi WTP Responden Sekitar Kawasan Industri di

(25)

1 Diagram Alir Analisis Preferensi, Persepsi, dan Willingness to

Pay Pemukiman Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama .. 53 2 Karakteristik Responden Berdasarkan Distribusi Usia Sekitar

Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 78 3 Karakteristik Responden Berdasarkan Tingkat Pendidikan

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 79 4 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Tanggungan Anak

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 80 5 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pendapatan/Bulan

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 81 6 Karakteristik Responden Berdasarkan Sumber Pendapatan

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 82 7 Karakteristik Responden Berdasarkan Jumlah Pengeluaran

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 82 8 Karakteristik Responden Berdasarkan Kategori Penduduk

Sekitar Kawasan Industridi Kelurahan Utama (2009) ... 83 9 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 83 10 Karakteristik Responden Berdasarkan Status Tempat Tinggal

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 84 11 Karakteristik Responden Berdasarkan Lama Tinggal di Tempat

Tinggal Saat Ini di Kelurahan Utama (2009) ... 85 12 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ke

Lokasi Indusri di Kelurahan Utama (2009) ... 86 13 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ke

Lokasi Kerja di Kelurahan Utama (2009) ... 87 14 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ke

Pasar di Kelurahan Utama (2009) ... 87 15 Karakteristik Responden Berdasarkan Jarak Tempat Tinggal ke

(26)

17 Kualitas Air di Tempat Tinggal Responden Sekitar Kawasan

Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 90 18 Kondisi Keamanan Tempat Tinggal Responden Sekitar

Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 92 19 Kondisi Keramaian Responden Sekitar Kawasan Industri di

Kelurahan Utama (2009) ... 93 20 Kondisi Kebisingan Tempat Tinggal Responden Sekitar

Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 94 21 Kondisi Kebersihan Tempat Tinggal Responden Sekitar

Kawasan Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 94 22 Kondisi Udara Tempat Tinggal Responden Sekitar Kawasan

Industri di Kelurahan Utama (2009) ... 95 23 Kurva WTP Masyarakat sekitar Kawasan Industri di Kelurahan

(27)

1 Peta Daerah Penelitian di Kelurahan Utama, Kota Cimahi

Selatan ... 141 2 Output Chi-Square Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Persepsi Masyarakat tentang Lingkungan Sekitar Kawasan

Industri di Kelurahan Utama ... 142 3 Output Rank Spearman Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Persepsi Masyarakat tentang Lingkungan Sekitar

Kawasan Industri di Kelurahan Utama ... 148 4 Output Chi-Square Faktor-Faktor yang Berhubungan dengan

Preferensi Responden terhadap Tempat Tinggal Sekitar

Kawasan Industri di Kelurahan Utama ... 150 5 Output Rank SpearmanFaktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Preferensi Responden terhadap Tempat Tinggal

Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama ... 158 6 Hasil Output Chi-Square Faktor-Faktor yang Berhubungan

dengan Kesediaan WTP Untuk Perbaikan Kualitas

Lingkungan Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama .... 162 7 Hasil Output Rank Spearman Faktor-Faktor yang

Berhubungan dengan Kesediaan WTP Untuk Perbaikan

(28)

Pembangunan merupakan suatu kegiatan yang bersifat jangka panjang dan untuk mencapai sasarannya diperlukan suatu proses yang dilaksanakan secara bertahap. Tiap tahapan mempunyai sasaran yang sama, yaitu untuk meningkatkan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat seperti tertuang dalam Garis-Garis Besar Haluan Negara (GBHN), bahwa pembangunan harus mampu mewujudkan masyarakat yang sejahtera baik material maupun spiritual. Hal tersebut menunjukan pembangunan tidak hanya untuk kesejahteraan pada sekelompok masyarakat tertentu tetapi juga ditujukan untuk kesejahteraan seluruh golongan masyarakat.

Salah satu alternatif untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat adalah pembangunan di sektor industri. Pembangunan sektor industri dapat meningkatkan pertumbuhan ekonomi, antara lain menciptakan berbagai lapangan pekerjaan baru, dan mendorong pertumbuhan sektor lain (backward and forward lingkage) baik hulu maupun hilir. Industri merupakan suatu kegiatan ekonomi yang melaksanakan suatu proses perubahan bentuk bahan baku maupun barang setengah jadi menjadi barang jadi yang bermanfaat bagi masyarakat serta mempunyai nilai tambah yang lebih tinggi.

(29)

2 pertumbuhan) pada periode tertentu pada kehidupan masyarakat (Saith 1982, diacu dalam Sajogyo 1989).

Pembangunan industri di wilayah pedesaan sebagai bagian dari proses pembangunan nasional dalam meningkatkan pertumbuhan ekonomi, telah membawa perubahan terhadap kehidupan masyarakat desa. Perubahan tersebut meliputi dampak pembangunan industri terhadap sosial ekonomi masyarakat serta lingkungan sekitar industri. Dampak pembangunan industri di wilayah pedesaan terhadap aspek sosial ekonomi meliputi perubahan mata pencaharian penduduk dari sektor pertanian menjadi sektor industri dan perdagangan, dampak lainnya terbukanya kesempatan kerja yang lebih luas bagi masyarakat setempat maupun masyarakat pendatang. Dampak pembangunan industri di wilayah pedesaan terhadap lingkungan dapat memberi pengaruh negatif terhadap kelangsungan hidup masyarakat desa.

Dampak negatif dari pembangunan industri yaitu terjadinya pencemaran lingkungan seperti polusi air, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan kelangsungan hidup semua makhluk. Pencemaran lingkungan yang disebabkan polusi air yaitu sungai-sungai kecil ataupun air tanah yang ada saat ini sudah terkontaminasi oleh zat-zat kimia yang berasal dari pembuangan limbah industri, polusi udara yang menyebabkan udara berbau tidak sedap yang menggangggu pernapasan.

(30)

3 dampak yang mungkin ditimbulkan. Oleh karena itu, dampak negatif dan positif dari adanya industri berpengaruh pada kualitas lingkungan pemukiman di sekitar kawasan industri.

Aktivitas industri menghasilkan dampak positif bagi masyarakat. Pengaruh positifnya adalah menciptakan keanekaragaman kehidupan ekonomi dan menciptakan lapangan kerja baru yang dapat meningkatkan taraf hidup masyarakat, sedangkan pengaruh negatif dari pembangunan industri adalah terjadinya pencemaran lingkungan seperti polusi air, polusi udara, polusi tanah, dan lain-lain yang membahayakan kelangsungan hidup semua makhluk.

Kebersihan lingkungan akan sangat menentukan kenyamanan seseorang untuk tetap tinggal di tempat tersebut, tapi ada juga masyarakat yang tidak mampu menentukan sendiri tempat tinggalnya. Hal ini disebabkan oleh tingkat kemiskinan dan semakin besarnya tingkat kebutuhan masyarakat terhadap lahan. Kondisi tersebut akan mendorong masyarakat untuk kurang memperhatikan keselamatan dan kenyamanan lingkungan dalam memilih tempat tinggalnya.

Fenomena tersebut terjadi pada pemukiman sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama, Kota Cimahi, dimana dengan adanya kawasan tersebut menyebabkan kualitas lingkungan rendah, akan tetapi dengan adanya industri akan berdampak positif terhadap kehidupan masyarakat sekitar yang bermukim di dekat kawasan industri tersebut. Penelitian ini melihat dari sisi lingkungan sebagai dampak aktivitas industri yang ditunjukkan pada partisipasi masyarakat untuk perbaikan kualitas lingkungan dan besarnya biaya yang bersedia dibayarkan masyarakat sebagai bentuk dari kepedulian masyarakat terhadap lingkungan.

(31)

4

1.2 Perumusan Masalah

Salah satu lokasi yang menjadi pusat pertumbuhan sektor industri adalah Kelurahan Utama. Kawasan industri Kelurahan Utama merupakan kawasan industri terbesar di Kota Cimahi1. Pembangunan industri yang terdapat di Kelurahan Utama di satu sisi menciptakan lapangan kerja baru, namun di sisi lain pembangunan industri juga menyebabkan terjadinya gangguan terhadap kualitas lingkungan. Penurunan terhadap kualitas lingkungan akibat industri akan menyebabkan masyarakat yang bermukim di sekitar kawasan industri tersebut mempunyai persepsi dan preferensi tersendiri adanya industri. Penelitian ini juga membahas tentang perkiraan biaya yang bersedia masyarakat bayar agar lingkungan pemukiman menjadi lebih baik dengan menggunakan Contingent Valuation Method.

Nilai Willingness To Pay (WTP) yang dihasilkan merupakan kepedulian dan kecintaan masyarakat terhadap lingkungan. Hal ini dikarenakan masyarakat juga mendapatkan pengaruh positif dari adanya kawasan industri sehingga perbaikan kualitas lingkungan merupakan tanggung jawab bersama, yaitu masyarakat, pihak swasta dan juga pemerintah. Nilai WTP masyarakat juga menunjukan besar keinginan masyarakat untuk kenyamanan tempat tinggal.

Berdasarkan uraian tersebut, maka dirumuskan permasalahan sebagai berikut:

1. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi persepsi masyarakat terhadap kualitas lingkungan sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama?

1

(32)

5 2. Faktor-faktor apa yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap tempat

tinggal sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama?

3. Bagaimana kesediaan masyarakat Kelurahan Utama untuk membayar agar lingkungan di sekitar tempat tinggal tersebut menjadi lebih baik?

4. Bagaimana alternatif kebijakan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama?

1.3 Tujuan Penelitian

Berdasarkan uraian latar belakang dan perumusan masalah, maka penelitian ini bertujuan untuk menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi persepsi masyarakat yang bermukim di kawasan tersebut terhadap lingkungan pemukimannya, dan preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal di kawasan industri dimana persepsi masyarakat terhadap lingkungan sekitar kawasan industri merupakan bagian dari preferensi masyarakat terhadap tempat tinggal serta kesediaan masyarakat untuk membayar agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan seperti yang diinginkan. Selain itu, secara umum penelitian ini bertujuan untuk mengefektifkan keinginan masyarakat kepada pihak swasta dan pihak pemerintah sebagai aparat Negara dalam hal pengelolaan kualitas lingkungan pemukiman sekitar kawasan industri. Hasil penelitian ini diharapkan dapat memperoleh pemahaman yang lebih mendalam mengenai keberadaan industri mempengaruhi perubahan lingkungan pada masyarakat pedesaan (apakah kehadiran industri berdampak pada lingkungan di sekitarnya).

Secara khusus penelitian ini bertujuan untuk:

(33)

6 2. Menganalisis faktor-faktor yang mempengaruhi preferensi masyarakat terhadap

tempat tinggal sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama.

3. Mengkaji kesediaan masyarakat Kelurahan Utama untuk membayar agar lingkungan di sekitar tempat tinggal tersebut menjadi lebih baik.

4. Menyusun alternatif kebijakan agar terjadi peningkatan kualitas lingkungan sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama.

1.4 Manfaat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat bermanfaat diantaranya:

1. Bagi akademisi dan peneliti khususnya di dalam pengembangan Contingent Valuation Method yang terkait dengan lingkungan.

2. Bagi pemerintah Kota Cimahi, agar turut memperhatikan kenyamanan lingkungan pemukiman sekitar kawasan industri di Kelurahan Utama dan sebagai bahan pertimbangan kebijakan untuk meminimalisir dampak negatif terhadap lingkungan akibat adanya aktivitas industri, terutama yang ada di Kelurahan Utama.

3. Bagi Swasta (pengembang) sebagai bahan pertimbangan untuk perencanaan program kepedulian terhadap lingkungan akibat dari kegiatan industri.

1.5 Ruang Lingkup Penelitian

(34)

7

II. TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Konsep dan Definisi

2.1.1 Perumahan dan Pemukiman

Menurut Kamus Besar Besar Bahasa Indonesia (KBBI), rumah adalah bangunan untuk tempat tinggal manusia, sedangkan pemukiman dapat diartikan sebagai kumpulan tempat tinggal yang membentuk sebuah kesatuan yang disertai dengan aktivitas di dalamnya. Aktivitas tersebut dapat berupa aktivitas sosial maupun aktivitas ekonomi. Aktivitas sosial adalah aktivitas penduduk di dalam rangka menjalin kehidupan sosial dengan penduduk lainnya sedangkan aktivitas ekonomi ditunjukkan dengan aktivitas pemenuhan kebutuhan hidup atau ekonomi penduduk.

(35)

8 warganya. Sistem nilai tersebut berbeda antara suatu perumahan dengan perumahan lainnya.

Beberapa landasan yang tidak dapat diabaikan dalam membahas aspek kebijakan perumahan dan pemukiman di Negara kita yaitu Undang-Undang Pokok Agraria No.5/1960, Undang-Undang No.23/1997 tentang lingkungan hidup, Undang-Undang No.24/1992 tentang penataan ruang dan Undang-Undang No.4/1992 tentang perumahan dan pemukiman. Lingkungan pemukiman diartikan sebagai kesatuan dari beberapa tempat tinggal/rumah yang didukung dengan sarana dan prasarana yang mendukung di dalamnya, misalnya sarana jalan, taman, tempat ibadah, pendidikan, kesehatan, perkantoran, perniagaan, dan sebagainya. Selain itu, lingkungan pemukiman dapat meliputi aspek fisik maupun non fisik. Aspek fisik meliputi sarana dan prasarana yang ada, sedangkan aspek non fisik merupakan kualitas lingkungan pemukiman tersebut, misalnya kenyamanan dan tingkat kesehatan.

Menurut Silas (2002), aspek yang paling dominan mempengaruhi perumahan masa kini adalah keberlanjutannya (sustainability). Aspek ini tampak sederhana tapi aspek ini merupakan sebuah konsep yang rumit. Rumah yang berkelanjutan harus memenuhi lima syarat dasar yang dinikmati oleh penghuni saat ini serta yang akan datang, yaitu:

1. Mendukung peningkatan mutu produktivitas kehidupan penghuni baik secara sosial, ekonomi, dan politik. Artinya setiap anggota penghuni terinspirasi untuk melakukan tugasnya lebih baik.

(36)

9 dipakai terhadap gangguan yang terjadi terhadap lingkungan adalah efektifitas konsumsi energi.

3. Mendukung peningkatan mobilitas kesejahteraan penghuninya secara fisik dan spiritual. Berarti penghuni mengalami peningkatan mutu kehidupan fisik dan non fisik.

4. Menjaga keseimbangan antara perkembangan antara perkembangan fisik rumah dengan mobilitas sosial ekonomi penghuninya. Pada awalnya keadaan fisik rumah lebih tinggi dari keadaan non fisik, namun ini berbalik setelah penghuni mapan di rumah tersebut.

5. Membuka peran penghuni/pemilik yang besar dalam pengambilan keputusan terhadap proses pengembangan rumah dan rukun warga tempat berinteraksi dengan tetangga.

Keberadaaan dan kondisi lingkungan pemukiman sangat ditentukan dengan aktivitas yang ada di dalamnya. Pemukiman dengan aktivitas yang cukup tinggi (misalnya aktivitas ekonomi yang pesat) dapat menyebabkan kualitas lingkungan pemukiman tersebut menurun jika tidak disertai perencanaan dan pemukiman yang baik. Sebaliknya, pemukiman dengan aktivitas yang masih rendah cenderung mempunyai kualitas lingkungan pemukiman yang cukup baik. Hal ini dapat dilihat dari perbedaan kualitas lingkungan pemukiman di kawasan industri dengan kawasan pegunungan.

2.1.2 Kawasan Industri

(37)

10 lebih tinggi nilainya, dan sifatnya lebih dekat kepada pemakai akhir (BPS 2002, diacu dalam Imanuson 2008). Sedangkan industrialisasi diartikan sebagai penggunaan produk sektor manufaktur dalam proses produksi dan pengolahan dari sektor pertanian dan ekstraktif lain serta pemanfaatan produk tersebut sebagai input pada sektor jasa.

Kumpulan dari beberapa industri beserta aktivitas industri tersebut dikatakan sebagai kawasan industri. Kawasan industri adalah kawasan tempat pemusatan kegiatan industri yang dilengkapi dengan prasarana dan sarana penunjang yang dikembangkan dan dikelola oleh perusahaan di kawasan industri yang telah memiliki izin usaha kawasan industri (Marpaung 1987, diacu dalam Imanuson 2008). Kawasan industri merupakan suatu zona/wilayah yang ditetapkan oleh pemerintah sebagai kegiatan industri. Zona perindustrian tersebut terdapat industri yang sifatnya individual (yang berdiri sendiri) dan industri-industri yang sifatnya mengelompok dalam kawasan industri-industri (industri-industrial estate). Kawasan industri terdapat di perkotaan maupun pedesaan dimana pengembangan kawasan infrastruktur mampu menunjang usaha-usaha produksi di kawasan tersebut.

(38)

11 Kawasan industri pedesaan mengandung arti yang dinamis dan keterkaitan, secara dinamis kawasan industri pedesaan berarti perkembangan industri baik secara horizontal maupun vertikal dan berkesinambungan di daerah pedesaan dimana perkembangan industri secara horizontal adalah diversifikasi jenis industri dalam suatu rangkaian yang saling berhubungan melalui input-output. Berdasarkan pengertian di atas, maka jenis industri yang dapat dikembangkan untuk industrialisasi pedesaan haruslah berkemampuan yang tinggi untuk mendorong perkembangan industri-industri yang lainnya.

Di Indonesia kawasan industri pedesaan cenderung diartikan sebagai bagian dari alat pembangunan pedesaan (dengan ukuran industri kecil dan rumah tangga) dan bukan bagian pembangunan industri yang berfungsi meningkatkan produktifitas ekonomi. Hal ini tercermin pada penempatan fungsi industri kecil dan rumah tangga dalam rencana Departemen Perindustrian dalam pelita V.

Kawasan industri pedesaan mendorong pertumbuhan pedesaan dengan mendiversifikasi sumber pendapatan, meningkatkan dampak pertumbuhan permintaan di dalam atau di luar suatu daerah, meningkatkan kesempatan kerja baru, dan lain sebagainya. Secara garis besar bahwa proses industri pedesaan dapat digolongkan menjadi dua yaitu, industri mengolah hasil-hasil pertanian dan industri yang mengolah selain hasil-hasil pertanian atau industri yang melayani kebutuhan lokal yang didasarkan pada sumberdaya lokal.

2.1.3 Pertumbuhan Ekonomi dan Kualitas Lingkungan

(39)

12 perkembangan teknologi yang menunjang industri. Peranan teknologi yang mendukung perkembangan industri dengan menempatkan industri tersebut dalam suatu lokasi, pada kenyataannya menimbulkan limbah yang selalu dihasilkan oleh kegiatan industri maupun proses konsumsi dari produk-produk industri itu (Soerjani et. al, 1987).

Meningkatnya kegiatan industri makin beraneka dan makin besar volume limbah yang dihasilkan sehingga akan terjadi perubahan besar dalam lingkungan hidup, yang selanjutnya menimbulkan resiko menurunnya kualitas lingkungan hidup yang pada akhirnya mempengaruhi kesehatan masyarakat. Menurut Soemarwoto (1985), kualitas lingkungan hidup ada kaitannya dengan kualitas hidup, yaitu kualitas lingkungan yang baik terdapat potensi untuk berkembangnya kualitas hidup yang tinggi. Namun kualitas hidup sifatnya subjektif dan relatif, begitu juga dengan kualitas lingkungan sifatnya juga subjektif dan relatif.

(40)

13 dalam Suparmoko (1989) faktor-faktor pertumbuhan ekonomi menunjukkan bahwa sumbangan pertumbuhan tenaga kerja terhadap peningkatan produksi

barang dan jasa hanya sekitar sampai dari pertumbuhan produksi setinggi 3

persen sampai 4 persen per tahun. Ini berarti bahwa pertumbuhan jumlah penduduk hanya menyumbang sedikit saja terhadap pertambahan pencemaran lingkungan.

Sehubungan dengan hal-hal yang diuraikan di atas, maka dari setiap proyek/industri yang dibangun di suatu wilayah diharapkan dapat diciptakan berbagai sumber kehidupan yang beraneka ragam. Hal ini selanjutnya berguna untuk menunjang kualitas hidup masyarakat setempat.

2.1.4 Persepsi dan Preferensi

Porteus (1977) mengungkapkan bahwa persepsi merupakan proses secara sadar dari stimulus. Lebih lanjut diungkapkan bahwa persepsi kita tergantung dari kemampuan psikologis serta kekuatan melihat, merasakan, mencium, mendengar dan meraba. Persepsi masyarakat dipengaruhi oleh faktor internal dan eksternal. Faktor internal adalah nilai-nilai dalam diri yang dipadukan dengan hal-hal yang ditangkap panca indera pada proses melihat, meraba, mencium, mendengar dan merasakan. Faktor tersebut kemudian dikombinasikan dengan faktor eksternal yaitu keadaan lingkungan fisik dan sosial yang kemudian menjadi respon dalam bentuk tindakan.

(41)

14 persepsi seseorang dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu: (1) diri orang yang bersangkutan (sikap, motivasi, kepentingan, pengalaman dan harapan; (2) sasaran persepsi (orang, benda atau peristiwa); (3) situasi (keadaan lingkungan)

Preferensi adalah kecenderungan untuk memilih sesuatu yang lebih disukai daripada yang lain. Menurut Porteus (1977), preferensi merupakan bagian dari komponen pembuatan keputusan dari seseorang individu. Secara lengkap komponen-komponen tersebut adalah persepsi, sikap, nilai dan kecenderungan. Komponen tersebut saling mempengaruhi seseorang dalam mengambil keputusan. Porteus (1977) mengemukakan bahwa studi perilaku individu dapat digunakan oleh ahli lingkungan dan para desainer untuk menilai keinginan pengguna (user) terhadap suatu objek yang akan direncanakan. Dengan melihat preferensi dapat memberikan masukan bagi bentuk partisipasi dalam proses perencanaan.

(42)

15 Faktor lain yang turut menentukan seseorang untuk memilih tempat tinggal adalah faktor lingkungan. Faktor lingkungan tersebut adalah kebersihan dan kenyamanan tempat tinggal. Kebersihan ditunjukkan dengan tempat tinggal yang bersih dari polusi, baik udara maupun air. Tempat tinggal yang tidak bersih dari polusi akan rentan menimbulkan berbagai penyakit. Polusi udara dapat menimbulkan alergi, penyakit paru-paru, penyakit tenggorokan dan gangguan kesehatan lainnya. Sedangkan polusi air dapat mengakibatkan konsumsi air yang tidak sehat.

Kenyamanan ditunjukkan dengan tempat tinggal yang bebas dari berbagai kebisingan dan keramaian. Kenyamanan lingkungan akan sangat menentukan kenyamanan seseorang untuk tetap tinggal di tempat tersebut. Selain itu, kenyamanan tempat tinggal juga ditunjukkan dengan kondisi udara yang sehat. Sirkulasi udara yang ada berjalan dengan baik. Kenyamanan tersebut akan berdampak kepada kenyamanan seseorang di dalam aktivitasnya.

2.2 Tinjauan Teoritis

2.2.1 Konsep Willingness to Pay

(43)

16 Beberapa pendekatan yang digunakan dalam WTP untuk menghitung peningkatan atau kemunduran kondisi lingkungan adalah:

1. Menghitung biaya yang bersedia dikeluarkan oleh individu untuk mengurangi dampak negatif pada lingkungan karena adanya suatu kegiatan pembangunan. 2. Menghitung pengurangan nilai atau harga dari suatu barang akibat semakin

menurunnya kualitas lingkungan.

3. Melalui suatu survey untuk menentukan tingkat kesediaan masyarakat untuk membayar dalam rangka mengurangi dampak negatif pada lingkungan atau untuk mandapatkan lingkungan yang lebih baik.

Penghitungan WTP dapat dilakukan secara langsung (direct method) dengan melakukan survey, dan secara tidak langsung (indirect method), yaitu penghitungan terhadap nilai dari penurunan kualitas lingkungan yang telah terjadi. Terdapat empat metode bertanya (Elicitaion Method) yang digunakan untuk memperoleh penawaran besarnya nilai WTP responden (Hanley and Spash, 1993), yaitu:

1. Metode tawar menawar (bidding game)

Metode ini dilaksanakan dengan menanyakan kepada responden apakah bersedia membayar sejumlah uang tertentu yang diajukan sebagai titik awal (starting point). Jika “ya”, maka besarnya nilai uang dinaikan sampai ke tingkat yang disepakati.

2. Metode pertanyaan terbuka (open-ended question)

(44)

17 3. Metode kartu pembayaran (payment card)

Metode ini menawarkan kepada responden suatu kartu yang terdiri dari berbagai nilai kemampuan untuk membayar dimana responden tersebut dapat memilih nilai maksimal atau minimal yang sesuai dengan preferensinya. Untuk menggunakan metode ini, diperlukan pengetahuan statistik yang relatif baik. 4. Metode pertanyaan pilihan dikotomi (dichotomous choice)

Metode ini menawarkan responden sejumlah uang tertentu dan menanyakan apakah responden mau membayar atau tidak sejumlah uang tersebut untuk memperoleh peningkatan kualitas lingkungan tertentu.

Selain keempat metode tersebut, terdapat pula metode bertanya contingent ranking.Dengan metode ini, responden tidak ditanya secara langsung berapa nilai yang ingin dibayarkan, tetapi responden diperlihatkan ranking dari kombinasi kualitas lingkungan yang berbeda dan nilai moneternya kemudian diminta mengurut beberapa pilihan dari yang paling disukai sampai yang paling tidak disukai.

2.2.2 Konsep Contingent Valuation Method

(45)

18 masyarakat pemukiman di Kawasan Industri Kelurahan Utama dengan titik berat preferensi individu mengenai publik goods yang penekanannya pada standar nilai uang (Hanley and Spash, 1993).

Tujuan dari CVM adalah untuk menghitung nilai atau penawaran barang publik yang mendekati nilai sebenarnya, jika pasar dari publik goods benar-benar ada. Pasar hipotetis (kuesioner dan responden) sedapat mungkin mendekati kondisi pasar yang sebenarnya. Responden harus mengenal dengan baik barang yang ditanyakan dalam kuesioner dan alat hipotetis yang digunakan untuk pembayaran, seperti pajak dan biaya masuk secara langsung, yang juga dikenal sebagai alat pembayaran.

(46)

19

2.2.2.1 Keunggulan dan Keterbatasan Contingent Valuation Method

Beberapa studi mengenai valuasi ekonomi yang menggunakan CVM menunjukkan bahwa penggunaan metode ini terdapat beberapa keunggulan dan kelemahan yang perlu diperhatikan dalam penggunaannya. Keunggulan-keunggulan dari penggunaan CVM, yaitu:

1. Dapat diaplikasikan pada semua kondisi dan memiliki dua hal yang penting, yaitu: seringkali menjadi hanya satu-satunya teknik untuk mengestimasi manfaat, dapat diaplikasikan pada berbagai konteks kebijakan lingkungan. 2. Dapat digunakan dalam berbagai macam penilaian barang-barang lingkungan

di sekitar masyarakat.

3. Dibandingkan dengan teknik penilaian yang lain, CVM memiliki kemampuan untuk mengestimasi nilai non pengguna. Dengan CVM, seseorang mungkin dapat mengukur utilitas dari penggunaan barang lingkungan bahkan jika digunakan secara langsung.

4. Kapasitas CVM dapat menduga “nilai non pengguna” (non-use value).

5. Responden dapat dipisahkan ke dalam kelompok pengguna dan non pengguna sesuai dengan informasi yang didapatkan dari kegiatan wawancara. Sehingga memungkinkan perhitungan nilai tawaran pengguna dan non pengguna secara terpisah.

(47)

20 a. Strategis bias muncul dari ketidakjujuran responden yang mencoba memanipulasi hasil analisis dan mempengaruhi kebijakan pemerintah di masa datang.

Solusi: desain survey sehingga memperkecil kemungkinan hasil survey yang dilihat sebagai sumber kebijakan di masa mendatang.

b. Informatin bias muncul karena kurang lengkapnya informasi yang ditawarkan oleh pewawancara kepada responden.

Solusi: desain yang hati-hati dan alat penjelas yang tepat

c. Instrument bias muncul dari reaksi subjek survey pada alat pembayaran yang dipilih atau pilihan yang ditawarkan.

Solusi: desain dari alat pembayaran dan aspek lain dalam pembayaran tidak mempengaruhi tanggapan subjek wawancara.

d. Hypotetical bias muncul karena masalah potensial pada kondisi pasar atau kenyataan yang tidak riil dimana subjek tidak menanggapi proses survey dengan serius dan jawaban cenderung tidak memenuhi pertanyaan yang diajukan.

Solusi: desain alat survey hingga memaksimisasi realitas dari situasi yang akan diuji bila perlu dengan melakukan pengulangan kembali atau dengan memberikan pilihan-pilihan sebagai konsekuensinya.

e. Starting point bias muncul pada kasus permintaan penawaran salah satunya sebagai akibat terlalu lama dan panjang dalam proses wawancara.

(48)

21

2.2.2.2 Organisasi dari Pengoperasian Contingent Valuation Method

Terdapat beberapa hal yang harus diperhatikan dalam organisasi pengoperasian CVM, yaitu:

1. Pasar hipotetik yang digunakan harus memiliki kreadibilitas dan realistis. 2. Alat pembayaran yang digunakan dan atau ukuran kesejahteraan (WTP)

sebaiknya tidak bertentangan dengan aturan yang terkait di masyarakat.

3. Responden sebaiknya memiliki informasi yang cukup mengenai barang publik yang dimaksud dalam kuesioner dan alat pembayaran untuk penawaran mereka.

4. Jika memungkinkan, ukuran WTP dicari karena responden sering kesulitan dengan penentuan nilai nominal yang ingin diberikan.

5. Ukuran contoh yang cukup besar sebaiknya dipilih untuk mempermudah perolehan selang kepercayaan dan reabilitas.

6. Pengujian kebiasaan, sebaiknya dilakukan dan pengadopsian strategi untuk memperkecil strategis bias secara khusus.

7. Penawaran sanggahan sebaiknya diidentifikasi.

8. Diperlukan pengetahuan dengan pasti jika contoh memiliki karateristik yang sama dengan populasi, dan penyesuaian diperlukan.

9. Tanda parameter sebaiknya dilihat kembali untuk melihat jika mereka setuju dengan harapan yang tepat. Nilai minimum dari 15% untuk Radjusted

(49)

22

2.2.3 Model Persamaan Regresi Linier Berganda

Pada regresi sederhana, terdapat hubungan antara variabel bebas dengan variabel terikat. Hubungan kedua variabel memungkinkan seseorang untuk memprediksi secara akurat variabel terikat berdasarkan pengetahuan variabel bebas, tapi situasi peramalan di kehidupan nyata tidaklah begitu sederhana. Biasanya diperlukan lebih dari satu variabel secara akurat. Model regresi yang terdiri dari satu variabel bebas disebut model regresi berganda.

Asumsi utama mendasari model regresi dengan metode Ordinary Least Square (OLS) adalah sebagai berikut (Kuncoro, 2003):

1. Model regresi linear, artinya linear dalam parameter

2. X diasumsikan non stokastik, artinya nilai X dianggap tetap dalam sampel yang berulang.

3. Nilai rata-rata kesalahan adalah nol, atau E(µi│Xi) = 0

4. Homoskedastisitas, artinya varian kesalahan sama untuk setiap periode

5. Tidak ada autokorelasi antar kesalahan (antara µi dan µj tidak ada

korelasinya).

6. Antara µ dan X saling bebas, sehingga cov (µi, µj) = 0

7. Tidak ada multikolinearitas yang sempurna antar variabel bebas

8. Jumlah observasi, n, harus lebih besar daripada jumlah parameter yang diestimasi (jumlah variabel bebas).

9. Adanya variabilitas dalam nilai X, artinya nilai X harus berbeda (tidak boleh sama semua).

(50)

23 Pada regresi berganda ini, variabel terikat dapat diwakili oleh Y dan variabel bebas oleh X. Pada analisis regresi berganda X dengan notasi bawah digunakan untuk mewakili variabel-variabel bebas. Variabel terikatnya dinyatakan dengan Y, dan variabel bebasnya dinyatakan dengan X1, X2, ... , Xk. Hubungan

antara X dan Y dapat disebut sebagai model regresi berganda. Pada model regresi berganda, respon mean dibuat menjadi fungsi linear dari variabel penjelas (explanatory).

Regresi berganda yang menghubungkan variabel dependen Y dengan beberapa variabel independen X1, X2, ... , Xk memiliki formula secara umum

(Ramanathan, 1997):

Yt= β1Xt1+ β2Xt2+ ... + βkXtk + µt

Tanda ‟t‟ merupakan jumlah observasi dan bervariasi dari 1 sampai n.

Pada regresi ini diasumsikan terdapat term gangguan berupa µt atau biasanya

dikenal sebagai komponen galat. Komponen ini merupakan variabel acak yang tidak teramati, dihitung sebagai akibat dampak faktor lain pada respon dengan masing-masingnya berdistribusi normal. Koefisien regresi, β1, β2, ... , βk

merupakan koefisien regresi dari masing-masing variabel independen akan mempengaruhi variabel dependennya secara positif maupun negatif.

2.2.4 Analisis Crosstabs–Chi Square

(51)

24 analisis hubungan antar variabel data nominal (Yamin, 2009).

Tabulasi silang digunakan untuk menggambarkan jumlah data dan hubungan antar variabel. Selain itu, untuk menguji ada tidaknya hubungan antar variabel pengaruh dengan variabel terpengaruh dimana salah satu variabel minimal nominal dilakukan uji hipotesa dengan menggunakan rumus Chi-Square, rumus Chi-Square adalah (Walpole, 1995):

χ2

=

Dimana:

nij = banyaknya observasi yang berada pada kategori (sel) ij

Eij = banyaknya observasi harapan di bawah sel ij

2.2.5 Korelasi Bivariate dan Rank Spearman

Tujuan korelasi adalah mengetahui ukuran kekuatan atau kekuatan hubungan antara dua variabel. Koefisien korelasi mengukur kekuatan hubungan tersebut (linier) (Gujarati, 1995). Analisis hubungan antarvariabel secara garis besar ada dua, yaitu analisis korelasi dan anlisis regresi. Kedua analisis tersebut saling terkait. Analisis korelasi menyatakan derajat keeratan hubungan antarvariabel, sedangkan analisis regresi digunakan dalam peramalan variabel dependen berdasarkan variabel-variabel independennya.

(52)

25 naik, variabel yang lain turun.

Korelasi Rank Spearman digunakan untuk mengetahui hubungan antara dua variabel data yang berskala ordinal (Yamin, 2009). Uji Spearman ini menganalisis hubungan dua variabel dengan mengurutkan kedua variabel tersebut kemudian dicari disparitasnya (di) atau selisih variabel yang telah diurutkan. Formula koefisien korelasi Spearman adalah (Trihendradi, 2009):

rs = 1 -

dimana:

di = disparatis atau selisih variabel X1 dan X2

X1 dan X2 = variabel yang akan diteliti

N = banyaknya pengamatan

2.2.6 Desain Kebijakan Lingkungan pada Kawasan Industri

Kebijakan lingkungan berperan penting dalam perancangan kebijakan publik untuk perbaikan kualitas lingkungan dan harus dirancang seefektif dan seefisien mungkin. Perancangan kebijakan lingkungan menjadi semakin kompleks karena juga melibatkan proses politik. Salah satu masalah yang timbul pada pengendalian pencemaran melalui pendekatan efisiensi atau tingkat pencemaran yang optimal adalah penentu kebijakan sulit untuk menentukan tingkat pencemaran yang optimal tersebut (Fauzi, 2006). Tujuan dari kebijakan adalah sebagai pengaman terhadap lingkungan dan meminimisasi resiko kepada kesehatan manusia.

(53)

26 ekonomi dan sosialnya melalui kerjasama dalam mengelola issu lingkungan dan sumberdaya. Dengan cara bekerjasama akan diperoleh manfaat bersama yang lebih besar dibanding penjumlahan manfaat yang diperoleh oleh setiap industri. Tujuan dari Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan adalah untuk memperbaiki kinerja ekonomi bagi industri-industri di dalamnya dengan cara meminimalkan dampak lingkungannya. Pola pendekatan yang dipakai meliputi desain infrastruktur kawasan dan pabrik berwawasan lingkungan, produksi bersih, efisiensi energi, dan kemitraan antar perusahaan. Beberapa program yang berkaitan dengan pengembangan industri berwawasan lingkungan melalui (Purwanto, 2006):

1. Eco-industrial park (estate) (EIP/EIE) – kawasan industri yang dikembangkan dan dikelola untuk mencapai manfaat lingkungan, ekonomi dan sosial sebanyak mungkin dan juga manfaat bisnis Virtual Eco-Industrial Park – industri-industri di suatu daerah yang tidak harus berada dalam sustu kawasan, namun terhubung melalui pertukaran limbah dan kerjasama pada tingkatan yang berbeda.

2. By-product exchange (BPX) – sekelompok perusahaan yang saling mempertukarkan dan menggunakan produk samping (energi, air, dan bahan) daripada membuangnya sebagai limbah. Istilah-istilah yang sering dipakai BPX adalah industrial ecosistem, by-product synergy, industrial symbiosis, industrial recycling network, green twinning, zero emission network.

(54)

27 Konsep dasar dalam pengembangan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi ekologi industri, produksi bersih, perencanaan kota, aristektur, dan konstruksi berkelanjutan. Beberapa dasar ekologi industri yang dipakai untuk mengembangkan Kawasan Industri Berwawasan Lingkungan meliputi (Purwanto, 2006):

1. Memadukan suatu perusahaan ke dalam ekosistem industri, menggunakan pendekatan: lingkar tertutup melalui pakai ulang dan daur ulang, memaksimalkan efisiensi pemakaian bahan dan energi, meminimisasi timbunan limbah, memanfaatkan semua limbah sebagai produk-produk potensial dan mencari pasar limbah.

2. Menyeimbangkan masukan dan keluaran ke dalam kapasitas ekosistem alam dengan cara: mengurangi beban lingkungan yang diakibatkan oleh adanya pelepasan energi dan bahan ke lingkungan, merancang antarmuka industri dengan alam terkait dengan karakteristik dan sensitivitas (kepekaan) alam, menghindari atau meminimisasi penciptaan dan transportasi bahan-bahan berbahaya dan beracun, dengan membuatnya secara lokal bila perlu.

3. Merekayasa ulang (re-engineer) pemakaian energi dan bahan-bahan untuk keperluan industri dengan cara: merancang ulang proses untuk mengurangi pemakaian energi, mengganti teknologi dan desain produk untuk mengurangi pemakaian bahan-bahan yang penyebarannya kurang memungkinkan untuk dilakukan pungut ulang (recapture), membuat produk menggunakan bahan sesedikit mungkin (Dematerialisasi).

(55)

28 5. Merancang sistem industri dengan kepedulian kebutuhan sosial dan ekonomi masyarakat local dengan cara: mengoptimasi peluang bisnis lokal dan pengembangan kesempatan kerja, memperkecil dampak pembangunan industri pada sistem regional melalui berbagai investasi dalam program-program masyarakat.

Kebijakan lingkungan yang telah ditetepkan oleh Pemerintah Daerah Kota Cimahi diantaranya adalah: Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 2 Tahun 2005 tentang Ijin Pembungan Limbah Cair dan Peraturan Daerah Kota Cimahi No. 16 Tahun 2003 tentang Penyelenggaraan Kebersihan, Keindahan dan Kesehatan Lingkungan. Peraturan Daerah tersebut menunjukkan tindakan tegas pemerintah terhadap keberlanjutan lingkungan dengan adanya kawasan industri.

2.3 Penelitian Terdahulu

(56)

29 adalah Rp.37.300/KK/bulan, nilai tengah WTA Rp.35.300/KK/bulan. Nilai dugaan total WTA masyarakat adalah sebesar Rp.59.700.000/KK/bulan dan besar surplus produsen adalah Rp.2.300/bulan. Nilai WTA responden Kelurahan Pondok Rajeg dipengaruhi oleh faktor tingkatan pendapatan, jarak tempat tinggal dengan lokasi TPAS, dan tingkat gangguan yang dialami responden akibat keberadaan TPAS. Dari hasil penelitian diperoleh besarnya nilai dugaan total WTA masyarakat Kelurahan Pondok Rajeg yang lebih besar dari nilai dugaan total WTP masyarakat Kecamatan Cibinong. Penetapan kebijakan oleh pemerintah sebaiknya disesuaikan dengan keinginan masyarakat agar tidak menimbulkan konflik.

(57)

30 hutan rakyat, kualitas hutan rakyat, peran petani hutan rakyat dalam perbaikan hutan rakyat, pekerjaan, umur, pendidikan, pendapatan, dan jumlah tanggungan tidak berpengaruh nyata pada WTP. Hal ini karena faktor ketersediaan air sangat dirasakan oleh masyarakat Desa Sumberejo dibandingkan faktor-faktor lainnya. Jumlah keseluruhan WTP sebagai nilai ekonomi atas jasa lingkungan dari hutan rakyat dari 40 responden bukan pemilik hutan rakyat adalah sebesar Rp.1.290.000,00 per bulan.

Ayudia (2004) melakukan penelitian mengenai Persepsi dan Preferensi Masyarakat Terhadap Ruang Terbuka Hijau (Studi Kasus di Perumahan Taman Yasmin, Bogor). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui persepsi dan preferensi terhadap Ruang Terbuka Hijau (RTH). Persepsi terhadap RTH meliputi fungsi, bentuk tanggung jawab, pengelolaan, luasan, elemen dan pemeliharaan RTH di Perumahan Taman Yasmin. Persepsi terhadap fungsi RTH adalah untuk mengurangi polusi (71%) dan menyediakan udara segar (71%). Bentuk RTH menurut responden adalah taman lingkungan (84%), pengelolaan RTH adalah tanggung jawab developer (79%) dan warga (78%). Luasan RTH saat ini menurut responden cukup luas (63%) tetapi pemeliharaannya masih belum baik (63%). Semua responden menyatakan membutuhkan RTH di samping memerlukan perbaikan/penambahan saran bermain (58%) dan pohon peneduh (63%).

(58)

jalan-31 jalan (68%). Faktor identitas warga yang berpengaruh pada persepsi dan preferensi tehadap RTH adalah umur terhadap luasan dan pemeliharan RTH, pendidikan terhadap luasan dan aktivitas di RTH, serta pekerjaan terhadap aktivitas RTH.

Faidillah (1994) melakukan penelitian dengan judul Perubahan Lingkungan Sosial Ekonomi Masyarakat Desa Nanggewer Mekar, Kecamatan Cibinong Sebagai Akibat Adanya Perkembangan Kegiatan Industri. Penelitiannya bertujuan untuk mengetahui perubahan sosial ekonomi desa sebagai akibat adanya industri. Hasil penelitian menunjukan sumber mata pencaharian penduduk berasal dari sektor industri dengan konsentrasi terbesar mata pencaharian penduduk sebagai buruh industri. Sebelum ada industri petani sangat dominan (92,7 persen dari jumlah penduduk), tetapi setelah ada industri menjadi 20,1 persen dari jumlah penduduk. Rata-rata pertumbuhan sektor informal dari tahun 1985 sampai tahun 1992 mencapai 9,7 persen. Tingkat pendapatan masyarakat relatif tinggi dijumpai pada kelompok wiraswasta. Terjadi juga pertumbuhan penduduk dan peningkatan pemukiman.

(59)
(60)

33

III. KERANGKA PEMIKIRAN

3.1 Kerangka Teoritis

3.1.1 Eksternalitas

Menurut Fauzi (2006), eksternalitas didefinisikan sebagai dampak (positif atau negatif), atau dalam bahasa formal ekonomi sebagai net cost atau benefit, dari tindakan satu pihak terhadap pihak lain. Lebih spesifik lagi eksternalitas terjadi jika kegiatan produksi atau konsumsi dari satu pihak mempengaruhi utilitas (kegunaan) dari pihak lain secara tidak diinginkan, dan pihak pembuat eksternalitas tidak menyediakan kompensasi terhadap pihak yang terkena dampak. Eksternalitas merupakan fenomena yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari, yang tidak terbatas pada pengelolaan sumber daya alam seperti jalan yang macet, asap rokok dari orang lain yang merokok dan asap pembakaran sampah.

(61)

34 eksternalitas publik terjadi manakala barang publik dikonsumsi tanpa pembayaran yang tepat.

Jenis-jenis eksternalitas berdasarkan sebab dan dampak yang dimunculkan terdiri dari:

1. Pecuniary externality (eksternalitas yang berkaitan dengan uang), disebabkan oleh naiknya harga. Contoh: di lokasi kompleks perumahan yang baru dibangun maka harga tanah akan melonjak tinggi.

2. Multidirectional externality (eksternalitas banyak arah): dampak yang disebabkan oleh suatu/sejumlah pihak terhadap suatu/sejumlah pihak lain. 3. Reciprocal externality (eksternalitas resiprokal): terjadi pada situasi

penggunaan common property resources dimana setiap agen memberikan dampak terhadap semua lainnya yang terlibat dalam penggunaan SDA tersebut.

Eksternalitas dapat dibagi berdasarkan interaksi agen ekonomi yaitu: 1. Producer to producer externality, terjadi jika suatu kegiatan produksi

mengakibatkan perubahan atau pergeseran fungsi produksi dari produsen lain. Contoh: limbahan produsen pulp di hulu sungai dapat merugikan nelayan (produsen hilir).

2. Producer to consumer externality, terjadi jika aktivitas suatu produsen mengakibatkan perubahan/pergeser

Gambar

Gambar 1.  Diagram Alir Analisis Preferensi, Persepsi, dan Willingness to Pay Pemukiman Sekitar Kawasan Industri di Kelurahan Utama
Tabel 1. Metode Analisis Data Berdasarkan Tujuan Penelitian
Tabel 3. Jumlah Penduduk Berdasarkan Umur
Tabel 5.  Jumlah Kepala Keluarga Menurut Tingkat Kesejahteraan di Kelurahan Utama
+7

Referensi

Dokumen terkait

Hasil temuan studi ini adalah jarak pergerakan kualitas udara ambient dimana kawasan permukiamn yang berada di sekitar Industri Cilegon mengalai pencemaran yang tergolong