ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL
MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA
(Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka,
Kecamatan Ciomas, Bogor)SKRIPSI
KHUSNA RONY AGUSTINA
RINGKASAN
KHUSNA RONY AGUSTINA. D34102045. Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis, dan Susu Cair Konsumen Rumah Tangga. Skripsi. Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor, Bogor.
Pembimbing Utama : Ir. Ahyar Ismail M Agr Pembimbing Anggota : Ir. Juniar Atmakusuma MS
Susu merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang sangat penting bagi manusia karena kandungan gizinya yang tinggi. Hal itu menyebabkan susu banyak dipilih oleh rumah tangga guna memenuhi kebutuhan gizi bagi keluarga. Termasuk pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran. Warga Perumahan Taman Pagelaran mempunyai karakteristik yang beragam. Keragaman tersebut akan menyebabkan perbedaan tiap rumah tangga dalam memenuhi kebutuhan gizi bagi keluarganya. Hal tersebut juga akan menyebabkan terjadinya perbedaan permintaan susu, sehingga akan menyebabkan perbedaan pola konsumsi susu pada tiap rumah tangga tersebut.
Tujuan dari penelitian ini adalah 1) mempelajari pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, dan 2) mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran.
Penelitian ini telah dilaksanakan pada bulan Juni sampai Juli 2006 di Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor. Populasi penelitian adalah rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yang mengkonsumsi susu. Metode pengambilan sampel dilakukan dengan dua langkah, yaitu pertama menentukan lokasi penelitian dilakukan secara multistage purposive sampling. Kedua yaitu penentuan sampel yang dilakukan secara purposive.
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survey. Data yang digunakan adalah data primer dan data sekunder. Analisis yang digunakan adalah analisis deskriptif dan regresi linier berganda.
Hasil penelitian mendapatkan bahwa pola konsumsi susu pada rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dibagi menjadi tiga kelompok berdasarkan jenis susu yang dikonsumsi dalam rumah tangga tersebut, yaitu pola konsumsi susu bubuk, pola konsumsi susu kental manis, dan pola konsumsi susu cair. Pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran dilihat berdasarkan merek yang dikonsumsi, alasan memilih merek tersebut, frekuensi pembelian per bulan, tempat pembelian dan kandungan gizi yang diperhatikan.
bubuk yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan, jumlah balita dalam keluarga, dan dummy tingkat pengetahuan gizi, dengan R2 sebesar 0,527 atau 52,7%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu kental manis yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga, dengan R2 sebesar 0,502 atau 50,2%. Faktor-faktor yang mempengaruhi jumlah susu cair yang dikonsumsi yaitu harga susu, jumlah pendapatan keluarga, jumlah anggota keluarga, dan jumlah balita dalam keluarga, dengan R2 sebesar 0,508 atau 50,8%.
ABSTRACT
The Consumption Pattern Analysis of Milk Powder, Viscous Milk and Milk Liquid On Household Comsumption
(Survey at Taman Pagelaran Real Estate Ciomas District, Bogor) Agustina, K. R., Ismail, A., Atmakusuma, J.
The purpose of this research were to explore households’ consumption pattern that took place in Taman Pagelaran resident and the factors which influence this pattern. This research was carried out on July 2006, the location is dedicated by multi stage purposive sampling and 60 households were taken by purposive way as the samples. The households’ consumption pattern were consist of the milk brand, buying motivation, consumed frequency, buying place an nutrition facts. This consumption pattern was grouped by the kinds of milk whish consumed, that were : powder, viscous and liquid. Derived from binary linier analysis, it showed that the factors which influenced the amount of powder milk consumption were the price, household of income, food consumption expenditure, the number of babies in the family, and the dummy of nutrient knowledge level, for 0,527 or 52,7% as R2. The factors which influenced the amount of viscous milk consumption were the price, household income, the number of family member and the number of babies in the family, for 0,502 or 50,2% as R2. The factors which influenced the amount of liquid milk consumption were the price, household income, the number of family member and the number of babies in the family, for 0,508 or 50,8% as R2.
ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL
MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA
(Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka, Kecamatan
Ciomas, Bogor)
KHUSNA RONY AGUSTINA D34102045
Skripsi ini merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada
Fakultas Peternakan Institut Pertanian Bogor
ANALISIS POLA KONSUMSI SUSU BUBUK, SUSU KENTAL
MANIS, DAN SUSU CAIR KONSUMEN RUMAH TANGGA
(Survey Pada Perumahan Taman Pagelaran,Kelurahan Padasuka, Kecamatan
Ciomas, Bogor)
Oleh :
KHUSNA RONY AGUSTINA D34102045
Skripsi ini telah disetujui dan disidangkan dihadapan Komisi Ujian Lisan pada Tanggal 19 Januari 2007
Pembimbing Utama Pembimbing Anggota
Ir. Ahyar Ismail M.Agr Ir. Juniar Atmakusuma MS
NIP. 131 878 942 NIP. 130 804 891
RIWAYAT HIDUP
Penulis dilahirkan di Kota Pati pada tangga 1 Agustus 1984. Penulis merupakan anak ketiga dari empat bersaudara dari pasangan Bapak Kusnan Agung Sumitro dan Ibu Ani Rahayu.
Penulis menyelesaikan Pendidikan Sekolah Dasar pada tahun 1996 di SD Negeri 01 Gunungwungkal, Pati. Pendidikan Sekolah Lanjutan Tingkat
Pertama diselesaikan pada tahun 1999 di SLTP Negeri 01 Tayu, Pati. Penulis
melanjutkan pendidikan Sekolah Menengah Atas di SMA Negeri 01 Pati, dan lulus tahun 2002. Pada tahun yang sama penulis diterima sebagai mahasiswa pada
Program Studi Sosial Ekonomi Peternakan, Departemen Sosial Ekonomi Industri Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor melalui jalur Undangan Seleksi Masuk IPB (USMI).
KATA PENGANTAR
Bismillahir-rahmanir-rahimi
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala limpahan rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan penelitian dan penulisan skripsi ini. Shalawat serta salam penulis sanjungkan kapada pemimpin para nabi dan rasul, Nabi Muhammad SAW.
Penyusunan skripsi yang berjudul Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Bubuk Konsumen Rumah Tangga (Survey pada Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas, Bogor) merupakan salah satu syarat untuk memperoleh gelar Sarjana Peternakan pada Program Stusi Sosial Ekonomi Peternakan, Fakultas Peternakan, Institut Pertanian Bogor.
Tujuan penelitian adalah mempelajari pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu bubuk konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, dan mempelajari faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis dan susu cair konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran.
Skripsi ini diharapkan dapat bermanfaat sebagai bahan pertimbangan bagi penelitian yang lebih lanjut dan juga dapat digunakan sebagai pertimbangan produsen dalam memasarkan produk susunya.
Akhirr kata, semoga skripsi ini dapat bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan. Amin yaa robbal ‘aalamin.
Bogor, Januari 2007
DAFTAR ISI DAFTAR LAMPIRAN ... PENDAHULUAN ...
Latar Belakang ... Perumusan Masalah ... Tujuan ... Kegunaan Penelitian ... KERANGKA PEMIKIRAN ... TINJAUAN PUSTAKA ... Susu ... Pola Konsumsi ... Konsumen Rumah Tangga ... Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Pola Konsumsi ... METODE PENELITIAN ... Lokasi dan Waktu Penelitian ... Populasi dan Sampel ... Desain Penelitian ... Data dan Instrumentasi ... Analisis Data ...
Analisis Deskriptif ... Analisis Regresi Linier Berganda ... Definisi Istilah ... KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN ... HASIL DAN PEMBAHASAN ...
Karakteristik Responden ... Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental dan Susu Cair ... Pola Konsumsi Susu Bubuk ... Pola Konsumsi Susu Kental ...
Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Bubuk dan Susu Cair ... Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk .... Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental Manis ... Model Persamaan Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair ... Hubungan Variabel-variabel Independen Terhadap Jumlah Konsumsi Susu ... Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Jumlah Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental, dan Susu Cair ...
Harga Susu ... Jumlah Pendapatan Keluarga ... Pengeluaran Untuk Konsumsi Bahan Makanan ... Jumlah Anggota Keluarga ... Jumlah Balita Dalam Keluarga ... Tingkat Pendidikan ... Tingkat Pengetahuan Gizi ... KESIMPULAN ... DAFTAR PUSTAKA ... LAMPIRAN ...
DAFTAR TABEL
Nomor Halaman
1.
Komposisi Susu Berbagai Jenis Mamalia ... Kandungan Mineral Pada Susu dalam Bentuk Cair dan Abu ... Persebaran Responden Berdasarkan RT dan RW ... Sebaran Jenis Kelamin Penentu Pola Konsumsi ... Sebaran Umur Penentu Pola Konsumsi ... Sebaran Status Penentu Pola Konsumsi dalam Rumah Tangga ... Sebaran Tingkat Pendidikan Penentu Pola Konsumsi ... Sebaran Tingkat Pengetahuan Gizi Penentu Pola Konsumsi ... Sebaran Jumlah Anggota Keluarga ... Sebaran Jumlah Balita dalam Keluarga ... Sebaran Jumlah Pendapatan Keluarga ... Sebaran Jumlah Pengeluaran Untuk Konsumsi Bahan
Makanan ... Perebaran Rumah Tangga Berdasarkan Konsumsi Susunya ... Sebaran Jenis Susu yang Dikonsumsi Rumah Tangga ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Bubuk yang Paling Sering Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Bubuk yang Sering Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Bubuk dalam Sebulan ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat
Pembelian Susu Bubuk yang Dikonsumsi ... Sebaran Rumah tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Kental yang Paling Sering Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Kental yang Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Kental dalam Sebulan ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat
24.
Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Cair yang Paling Sering Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Cair yang Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Cair dalam Sebulan ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat
Pembelian Susu Cair yang Dikonsumsi ... Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan ... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk (Tahap I) ... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Bubuk (Tahap II) .... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental (Tahap I) ... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Kental (Tahap II) .... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu kental (Tahap III) .... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap I) ... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap II) ... Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu Cair (Tahap III) ... Hasil Akhir Koefisien Penduga Jumlah Konsumsi Susu ... Hubungan Variabel-variabel Independen Terhadap Jumlah Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental dan Susu Cair ...
DAFTAR GAMBAR
Nomor Halaman
1. 2. 3. 4. 5. 6. 7.
Bagan Kerangka Pemikiran ...
Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Bubuk) ...
Scatterplot untuk Uji Heteroskedastisitas (Susu Bubuk) ...
Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Kental) ...
Scatterplot untuk Uji Heteroskedastisitas (Susu Kental) ...
Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Cair) ...
Normal Probability untuk Uji Normalitas (Susu Cair) ...
PENDAHULUAN Latar Belakang
Laju pertumbuhan penduduk di Indonesia yang sangat cepat dan
meningkatnya kesadaran masyarakat akan pangan yang bergizi, menyebabkan
kebutuhan masyarakat akan produk pangan yang mempunyai nilai gizi yang tinggi
guna memenuhi kebutuhan gizi bagi tubuh meningkat. Salah satu cara untuk
mencukupi kebutuhan gizi tersebut adalah dengan mengkonsumsi makanan yang
mengandung protein, karena protein sangat mempengaruhi kesehatan tubuh bagi
manusia. Berdasarkan sumbernya, protein dibagi menjadi protein hewani dan protein
nabati.
Berdasarkan data yang diperoleh dari BPS (2006), perkembangan konsumsi
protein hewani nasional asal ternak mengalami peningkatan dari 4 gr/kapita/tahun
pada tahun 2004 menjadi 4,01 gr/kapita/tahun pada tahun 2005 dengan nilai rasio
sebesar 25%. Target yang ingin dicapai pada tahun 2005 yaitu sebesar
4,48 gr/kapita/tahun. Ternyata pencapaian target yang didapat sebesar
89,51 gr/kapita/tahun. Hal itu membuktikan bahwa jumlah masyarakat yang
mengkonsumsi protein hewani semakin meningkat.
Pangan asal ternak (hewani) merupakan sumber protein yang mengandung
asam amino essensial yang tidak dapat disuplai dari bahan lain, sehingga sangat
berpengaruh terhadap status kesehatan dan peningkatan kecerdasan masyarakat.
Bahan makanan yang diperoleh dari ternak diantaranya susu, daging dan telur. Susu
merupakan salah satu bahan makanan asal hewan yang sangat penting bagi manusia
karena kandungan gizinya yang tinggi. Susu segar yang dihasilkan dari sapi perah
memiliki kandungan protein, lemak, vitamin dan mineral dalam komposisi seimbang,
sehingga sangat baik bagi tubuh.
Sifat susu yang mudah rusak oleh mikroorganisme atau senyawa pembusukan
lain, menyebabkan perlunya pengolahan pada susu supaya lebih tahan lama serta
aman dikonsumsi dalam jangka waktu yang panjang. Seiring dengan perkembangan
teknologi di bidang pengolahan hasil ternak, maka susu dapat diolah sedemikian rupa
sehingga lebih tahan lama tanpa mengurangi nilai gizi yang terkandung didalamnya.
Produk susu olahan yang telah mengalami perkembangan teknologi antara lain: susu
yoghurt, mentega dan es krim. Diantara sekian banyak produk susu olahan, yang telah banyak beredar di pasaran baik di toko besar maupun toko kecil adalah susu
bubuk, susu kental, susu cair dan es krim yang memiliki variasi dalam rasa dan
pengemasan.
Perumusan Masalah
Warga perumahan Taman Pagelaran memiliki karakteristik yang beragam.
Keragaman tersebut tentunya akan menimbulkan perbedaan tiap rumah tangga dalam
memenuhi kebutuhan konsumsi makanannya, salah satunya yaitu dalam
mengkonsumsi susu. Pola mengkonsumsi susu dalam tiap rumah tangga akan
dipengaruhi faktor-faktor yang ada dari dalam rumah tangga atau dari luar rumah
tangga tersebut. Berdasarkan permasalahan tersebut, maka menimbulkan beberapa
pertanyaan, yaitu:
1. Bagaimana pola konsumsi susu bubuk, susu kental, dan susu cair pada konsumen
rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran?
2. Faktor-faktor apa saja yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu
kental, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman
Pagelaran?
Tujuan Penelitian
Berdasarkan permasalahan yang telah dikemukakan, maka tujuan yang ingin
dicapai pada penelitian ini adalah sebagai berikut:
1. Mempelajari pola konsumsi susu bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada
konsumen rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran.
2. Mempelajari faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi susu bubuk, susu
kental manis dan susu cair pada konsumen rumah tangga di Perumahan Taman
Pagelaran.
Kegunaan Penelitian
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat, yaitu:
1. Bagi produsen susu dalam hal perencanaan dan strategi pemasarannya.
2. Sebagai informasi dan pertimbangan untuk penelitian selanjutnya.
3. Bagi penulis sendiri dalam mengamati masalah berdasarkan fakta yang ada dan
KERANGKA PEMIKIRAN
Kebutuhan makanan yang bergizi terutama protein pada rumah tangga di
Perumahan Taman Pagelaran dapat diperoleh dari sumber protein hewani dan
sumber protein nabati. Salah satu sumber protein hewani yang mempunyai nilai gizi
yang tinggi adalah susu.
Keputusan rumah tangga dalam mengkonsumsi susu bisa dipengaruhi oleh
faktor yang berasal dari luar rumah tangga tersebut (eksternal) atau
faktor-faktor yang berasal dari dalam rumah tangga itu sendiri (internal). Faktor-faktor-faktor
tersebut antara lain; harga susu, tingkat pendapatan, jumlah pengeluaran untuk
bahan makanan, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam keluarga, tingkat
pendidikan, dan pengetahuan gizi.
Faktor-faktor yang mempengaruhi tersebut, akan digunakan sebagai
pertimbangan bagi tiap-tiap rumah tangga dalam memilih jenis susu yang akan
dikonsumsi. Berdasarkan hasil keputusan rumah tangga tersebut, akan diteliti
bagaimana pola konsumsi rumah tangga terhadap jenis susu yang dikonsumsi (susu
bubuk, susu kental manis, dan susu cair) yang meliputi pilihan jenis susu yang
dikonsumsi, merek produk susu yang dikonsumsi, alasan memilih merek yang biasa
dikonsumsi, frekuensi pembelian susu dalam sebulan, tempat pembelian, atribut gizi
yang paling sering diperhatikan, dan jumlah konsumsinya.
Analisis regresi linier berganda merupakan salah satu alat analisis yang
digunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi susu
bubuk, susu kental manis, dan susu cair pada konsumen rumah tangga di komplek
perumahan Taman Pagelaran. Dengan alat ini kita dapat mengetahui faktor-faktor
apa saja yang berpengaruh nyata dan yang tidak berpengaruh nyata terhadap pola
konsumsi susu bubuk, susu kental, dan susu cair pada konsumen rumah tangga.
Gambar 1. Bagan Kerangka Penelitian Analisis Pola Konsumsi Susu Bubuk, Konsumen
Rumah Tangga
Faktor Internal : - Tingkat pendapatan
- Pengeluaran untuk bahan makanan - Jumlah anggota keluarga
- Jumlah anak balita dalam keluarga - Tingkat pendidikan
- Pengetahuan gizi
Pola Konsumsi Rumah Tangga dalam Mengkonsumsi Susu :
- Jenis susu yang dikonsumsi - Merek susu yang dikonsumsi - Alasan memilih merek tersebut - Frekuensi pembelian per bulan - Tempat pembelian
- Atribut gizi yang sering diperhatikan - Jumlah konsumsi
Keputusan Rumah Tangga untuk Mengkonsumsi Susu (Bubuk, Kental atau Cair)
TINJAUAN PUSTAKA Susu
Susu yang biasa dikonsumsi adalah air susu yang dihasilkan dari induk hewan
tanpa penambahan apapun. Induk hewan penghasil susu biasanya hewan mamalia,
terutama sapi. Selain itu susu juga bisa diperoleh dari induk hewan lainnya seperti
kambing, kerbau, unta, kuda, domba dan lain-lain. Faktor-faktor yang mempengaruhi
kualitas dan produksi susu adalah bangsa sapi atau rumpun sapi, lama bunting, masa
laktasi, besarnya sapi, estrus, umur, selang beranak, masa kering, frekuensi
pemerahan, serta makanan dan tata laksana. (Sudono, 1999).
Susu merupakan makanan yang memiliki kandungan gizi yang tinggi dan
lengkap. Secara umum susu adalah hasil sekresi dari kelenjar susu (mamae) ternak
mamalia betina yang sedang menyusui anaknya, namun dalam prakteknya susu
merupakan hasil sekresi atau laktasi bebas kolostrum yang berasal dari ternak yang
sehat (Edelstein, 1988). Kandungan komposisi nutrisi susu sapi jika dibanding
dengan jenis susu mamalia lainnya seperti manusia, kambing, domba, kerbau, rusa,
unta dan kuda dapat dilihat dalam Tabel 1.
Tabel 1. Komposisi Susu Berbagai Jenis Mamalia
Spesies
Komposisi Nutrisi (%)
Air Lemak Protein Laktosa Abu
Sumber : Edelstein, 1988
Berdasarkan data tersebut dapat dilihat bahwa air susu ibu mempunyai
laktosa tertinggi yang kemudian diikuti kuda, domba dan sapi. Susu sapi yang
sebagainya) yang memiliki kandungan nutrisi yang cukup baik (Edelstein, 1988).
Komposisi susu rata-rata untuk semua jenis kondisi dan jenis sapi perah adalah
lemak 3,90%; protein 3,40%; laktosa 4,80%; abu (mineral) 0,72%. Komponen
lainnya yang terdapat dalam susu adalah sitrat, enzim-enzim, fosfolipid dan vitamin.
Produk susu terdiri dari susu homogen, susu skim, susu kental manis, susu kental
tidak manis atau susu yang diuapkan, susu bubuk, yoghurt, keju, es krim dan
mentega (Buckle et al., 1987).
Susu Cair
Susu pasteurisasi adalah susu segar, susu rekonstitusi atau rekombinasi yang
telah mengalami proses pemanasan pada suhu 63-66º C (Low Temperature Long
Time) selama 30 detik, atau pada pemanasan 72º C (High Temperature Sort Time)
selama 15 detik, kemudian segera didinginkan sampai suhu 10º C, selanjutnya
diperlakukan secara aseptis dan disimpan pada suhu maksimum 4,4º C. Suatu proses
pasteurisasi baru yang disebut Ultra High Temperature (UHT) yaitu susu dipanaskan sampai 125º C selama 15 detik atau 131º C selama lima detik. Susu yang dihasilkan
boleh dikatakan steril dan bila dikemas secara aseptis dapat disimpan pada suhu
kamar biasa selama beberapa bulan (Buckle et al., 1987).
Blakely dan Bade (1991), menyatakan bahwa susu skim adalah susu segar
yang dikurangi kadar lemaknya menjadi 8-9,25%. Pada susu skim juga dilakukan
pasteurisasi. Susu skim mengandung air 90,5%, lemak 0,1%, protein 3,6%,
karbohidrat 5,1% dan mineral 0,7%.
Susu Bubuk
Widodo (2003), menyatakan bahwa susu bubuk merupakan salah satu contoh
pengolahan dan pengawetan susu dengan tujuan menurunkan kadar air susu dari 88%
(susu segar) menjadi 3% (susu bubuk) dengan cara pengeringan semprot. Buckle et al., (1987), menjelaskan bahwa bila susu dihilangkan dengan penguapan dan sisa yang kering dibakar pada panas rendah, maka akan diperoleh sisa abu putih yang
berisi bahan-bahan mineral. Kandungan mineral dalam susu dan abu dapat dilihat
Tabel 2. Kandungan Mineral Pada Susu dalam Bentuk Cair dan Abu
Penelitian Lestari (2003) menyatakan bahwa sistem produksi susu bubuk di
PT. Ultrindo Inti Jaya Jakarta, meliputi beberapa tahap yaitu: 1) penerimaan bahan
baku; 2) separasi dan pasteurisasi; 3) penguapan; 4) pencampuran; 5) pemekatan; 6)
pengeringan dan 7) pengemasan. Widodo (2003), menyatakan bahwa proses
pengeringan (penguapan air) susu segar menjadi susu bubuk dilakukan dengan tiga
proses: 1) evaporasi untuk penguapan air susu dari 88% menjadi 50%; 2) sprying atau pengeringan semprot untuk menguapkan air dan pembentukan bubuk (powder)
dan 3) pengeringan lebih lanjut untuk penguapan air dari partikel susu bubuk.
Susu Kental Manis
Susu kental merupakan produk olahan susu yang dihasilkan oleh penguapan
hampa terhadap susu, baik susu keseluruhan maupun susu skim dengan atau tanpa
penambahan sukrosa. Pada pembuatan susu kental manis, susu yang diperoleh dari
peternakan dihangatkan terlebih dahulu dengan suhu pemanasan 65-95º C selama
10-15 menit. Pemanasan pendahuluan ini penting, sebab hal ini akan menolong
menstabilkan susu terhadap pengentalan selama penyimpanan produk jadi dan juga
akan menghancurkan organisme patogen dan enzim tidak akan diinaktifkan pada
prosedur penguapan susu selanjutnya. Setelah pemanasan pendahuluan, ditambahkan
gula tebu sehingga diperoleh konsentrasi gula 62,5% sebagai sukrosa dalam bentuk
akhir. Fungsi gula terutama adalah sebagai bahan pengawet, karena sebagian besar
Proses selanjutnya meliputi penguapan susu yang sudah mengandung gula
dengan kondisi yang sangat ringan dengan menggunakan penguap hampa pada suhu
sampai 77º C. Pada suhu 49º C, fase cair dari produk yang dikentalkan menjadi jenuh
dengan laktosa dan pada waktu susu kental itu didinginkan terjadi larutan jenuh dan
kristalisasi. Jika tidak dilakukan dengan sangat hati-hati, akan terbentuk inti laktosa
dalam jumlah sedikit dan ini akan tumbuh menjadi kristal berukuran makroskopis
yang cukup keras dan terasa kasar. Akibat kristalisasi ini adalah “rasa seperti pasir”
yang dapat mengurangi mutu susu kental manis. Untuk menghindari hal ini, harus
diadakan pendinginan sedemikian rupa sehingga terjadi kristalisasi laktosa secara
cepat dan dengan demikian terbentuk kristal-kristal kecil. Hal ini dijalankan dengan
mendinginkan susu sampai suhu 30º C yang akan menghasilkan keadaan lewat jenuh
dari larutan laktosa dan dilakukan pembibitan dengan menambahkan laktosa yang
berbentuk halus dengan jumlah 0,6 gram/liter susu kental. Kristalisasi akan selesai
dalam waktu tiga jam. Kristal-kristal yang sangat halus terdapat dalam susu kental
manis yang bermutu tinggi biasanya berdiameter sekitar 10 mikron dan kristal-kristal
ini begitu halusnya sehingga tidak dapat dirasakan oleh lidah. Bila proses kristalisasi
telah selesai, susu kental manis didinginkan, dimasukkan dalam drum-drum
penyimpanan dalam jumlah besar untuk diisikan ke dalam kaleng. Produk ini
kemudian ditutup dan tidak memerlukan proses pemanasan lagi. Stabilitas
mikrobiologis produk tersebut ditentukan oleh kandungan gula yang tinggi dan
masalah kerusakan biasanya terbatas pada pertumbuhan jenis ragi osmofilik (Buckle
et al., 1987).
Pola Konsumsi
Pola konsumsi pangan adalah susunan makanan yang mencakup jenis dan
jumlah bahan makanan rata-rata perorangan perhari yang umum dikonsumsi atau
dimakan penduduk dalam jangka waktu tertentu. Pola konsumsi merupakan cara
mengkombinasikan elemen konsumsi dan tingkat konsumsi keseluruhan (Magrabi et al., dalam Purba (2004)). Menurut Kemalawaty (1999), pola konsumsi masyarakat umumnya dapat dilihat dari tingkat konsumsi, pengeluaran atau belanja, maupun
Umumnya kebiasaan makan seseorang tidak didasarkan atas keperluan fisik
akan zat-zat gizi yang terkandung dalam makanan. Kebiasaan ini berasal dari pola
makan yang didasarkan pada budaya kelompok dan diajarkan pada seluruh anggota
keluarga. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan tiga kali sehari yaitu
makan pagi, siang dan malam. Beberapa keluarga mengembangkan pola makan dua
kali sehari yaitu makan siang dan malam, bahkan beberapa keluarga
mengembangkan pola makan jika lapar dan berhenti makan sebelum kenyang
(Budiyanto, 2002)
Menurut penelitian Dantji (1991), besarnya volume susu yang dikonsumsi
oleh setiap keluarga sangat beragam sesuai tingkat kemampuan daya beli, jumlah
anak balita yang ada dalam keluarga, jumlah anggota keluarga dan kesukaan
terhadap jenis susu tersebut. Sebagian besar responden lebih memilih susu bubuk,
lalu susu kental manis dan selanjutnya susu cair. Khusus untuk keluarga yang
mempunyai anak balita, hampir seluruhnya (90%) memberikan susu tambahan atau
susu untuk pengganti susu ibu. Frekuensi pembelian susu oleh keluarga sangat
beragam sesuai dengan persediaan susu dan kemampuan keuangan (daya beli) dari
keluarga. Pada susu cair (segar) sebagian besar keluarga berlangganan tiap hari
sekali, sedangkan untuk susu bubuk dan susu segar sebagian besar keluarga
melakukan pembelian selama sebulan sekali.
Konsumen Rumah Tangga
Lipsey et al., (1995), menyatakan bahwa pengertian rumah tangga adalah semua orang yang bertempat tinggal dalam satu atap dan membuat keputusan
keuangan bersama atau menyebabkan pihak lain mengambil keputusan bagi mereka.
Anggota rumah tangga seringkali disebut konsumen karena mereka membeli dan
mengkonsumsi sebagian besar barang konsumsi dan jasa. Ciri-ciri rumah tangga
antara lain: setiap rumah tangga mengambil keputusan yang konsisten selain itu
rumah tangga menjual jasa-jasa faktor produksi pada perusahaan dan menerima
penghasilan sebagai imbalannya.
Menurut UU No. 8 tahun 1999 tentang perlindungan konsumen, definisi
konsumen adalah setiap orang pemakai barang dan jasa yang tersedia dalam
masyarakat baik untuk kepentingan sendiri, keluarga, orang lain dan tidak untuk
Faktor-faktor yang Mempengaruhi Pola Konsumsi
Engel et al., (1994), menyatakan bahwa secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi proses pengambilan keputusan konsumen dikelompokkan menjadi
tiga faktor yaitu faktor lingkungan, perbedaan individu dan proses psikologis. Faktor
lingkungan mencakup budaya, kelas sosial, pengaruh pribadi, keluarga dan situasi.
Perbedaan dan pengaruh individual mencakup sumberdaya konsumen, motivasi dan
keterlibatan, pengetahuan, sikap, kepribadian dan gaya hidup. Sedangkan faktor
psikologis mencakup pengolahan informasi, pembelajaran serta perubahan sikap dan
perilaku. Perbedaan dan pengaruh individual merupakan faktor internal dari
konsumen yang berpengaruh terhadap perilakunya.
Faktor Pendapatan
Kemampuan membeli merupakan indikator dari tingkat sosial ekonomi
seseorang yang diukur dari besarnya pengeluaran terhadap barang dan jasa karena
besarnya pengeluaran berhubungan erat dengan besarnya pendapatan (Engel el al., 1994). Jika rata-rata rumah tangga menerima rata-rata pendapatan yang lebih besar,
maka mereka dapat diperkirakan akan membeli lebih banyak beberapa komoditi
walaupun harga komoditi-komoditi itu tetap sama (Lipsey et al., 1995).
Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya
permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang
memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi
pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang
akan dibeli terutama rumah tangga yang berkurang pendapatannya
(Lipsey et al.,1995).
Faktor Distribusi Pendapatan
Perubahan dalam distribusi pendapatan akan menyebabkan naiknya
permintaan untuk komoditi yang dibeli, terutama oleh rumah tangga yang
memperoleh tambahan pendapatan tersebut, tetapi perubahan dalam distribusi
pendapatan juga akan mengakibatkan berkurangnya permintaan untuk komoditi yang
akan dibeli terutama rumah tangga yang berkurang pendapatannya
Kemampuan membeli merupakan indikator dari tingkat sosial ekonomi
seseorang yang diukur dari besarnya pengeluaran terhadap barang dan jasa karena
besarnya pengeluaran erat hubungannya dengan besarnya pendapatan (Engel et, al, 1994).
Frekuensi Konsumsi per Hari
Menurut Khumaidi (1989), yang dimaksud dengan kebiasaan makan adalah
tingkah laku manusia atau kelompok manusia dalam memenuhi kebutuhannya akan
makan yang meliputi sikap, kepercayaan, dan pemilihan makanan.
Khomsan (1993), menyatakan bahwa frekuensi makan perhari merupakan
salah satu aspek dalam kebiasaan makan. Frekuensi makan ini bisa menjadi penduga
tingkat kecukupan konsumsi gizi, artinya semakin tinggi frekuensi makan maka
peluang terpenuhinya kecukupan gizi semakin besar. Makan makanan yang beraneka
ragam relatif akan menjamin terpenuhinya kecukupan sumber zat tenaga, zat
pembangun dan zat pengatur bagi kebutuhan tubuh.
Faktor Harga Komoditi Itu Sendiri
Putong (2003), mengatakan bahwa apabila pendapatan dianggap tetap,
jumlah penduduk relatif konstan (zero growth), selera tidak berubah, perkiraan masa
yang akan datang tidak ada perubahan, harga barang subtitusi relatif tetap dan faktor
lain-lain yang berpengaruh dianggap tidak ada atau tidak berubah maka permintaan
hanya ditentukan oleh harga.
Lipsey et al (1995), menyatakan bahwa semakin rendah harga suatu komoditi maka jumlah yang akan diminta untuk komoditi tersebut akan semakin besar.
Semakin tinggi harga suatu komoditi, maka semakin sedikit jumlah komoditi yang
diminta.
Pengetahuan Gizi
Pengetahuan adalah faktor penentu utama dari perilaku konsumen. Apa yang
konsumen beli, di mana mereka beli dan kapan mereka membeli akan bergantung
pada pengetahuan yang relevan dengan keputusan ini. Secara umum, pengetahuan
dapat didefinisikan sebagai informasi yang disimpan dalam ingatan. Himpunan
bagian dari informasi total yang relevan dengan fungsi konsumen di dalam pasar
Zat gizi merupakan unsur penting untuk membentuk dan mengganti sel-sel
yang rusak termasuk sel otak, mengatur proses kerja fisiologis tubuh dan sebagai
sumber tenaga. Oleh karena itu, asupan (intake) zat gizi dalam jumlah seimbang
mutlak diperlukan (Syarief, 1997). Menurut Budianto (2002), mengisyaratkan
adanya jaminan bahwa bahan makanan harus aman dikonsumsi (food safety
attribute), memiliki kandungan gizi tinggi (nutritional attribute) dan ramah
lingkungan (ecolabelling attribute).
Ukuran Keluarga
Berdasarkan hasil penelitian Khadijah (2005), ukuran keluarga juga ikut
mempengaruhi suatu pola konsumsi. Hal ini disebabkan ukuran keluarga akan
menentukan jumlah barang yang dikonsumsi yang harus disediakan. Semakin besar
ukuran keluarga, maka semakin besar pula jumlah konsumsi yang harus disediakan.
Jumlah anggota keluarga berpengaruh positif terhadap jumlah konsumsi dengan nilai
koefisien regresi sebesar +8,383. Artinya satu orang jumlah anggota keluarga
METODE PENELITIAN Lokasi dan Waktu Penelitian
Penelitian ini dilakukan di Perumahan Taman Pagelaran, Kelurahan
Padasuka, Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor. Waktu penelitian dilaksanakan
pada bulan Juni-Juli 2006. Pemilihan lokasi penelitian ini dilakukan secara sengaja
(purposive) dengan pertimbangan bahwa Komplek Perumahan Taman Pagelaran
merupakan salah satu permukiman di Kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor yang
mempunyai penduduk yang beragam.
Populasi dan Sampel
Populasi dalam penelitian ini adalah rumah tangga yang mengkonsumsi susu
(bubuk, cair atau kental) di Komplek Perumahan Taman Pagelaran. Cara
pengambilan sampel dilakukan secara dua langkah, yaitu: pertama menentukan
lokasi penelitian yang dilakukan secara multistage purposive sampling yaitu pengambilan contoh secara bertingkat berdasarkan kriteria yang telah ditentukan. Hal
ini dimulai dari penentuan Perumahan Taman Pagelaran sendiri, selanjutnya
memilih secara purposive lima Rukun Warga (RW) dengan jumlah penduduk terbanyak, dari masing-masing RW dipilih secara purposive dua Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah penduduk terbanyak. Selanjutnya dari sepuluh
Rukun tetangga terpilih, diambil secara purposive sebanyak 60 responden dengan masing masing RW sebanyak 12 responden. Jumlah responden sebanyak 60 ini
didasarkan atas pernyataan Setiady dan Husaini (1998) yang menyatakan bahwa
untuk sebuah penelitian sosial deskriptif dibutuhkan minimal 30 responden. Lebih
jelasnya lihat Tabel 3.
Tabel 3. Persebaran Responden Berdasarkan RT dan RW
Desain Penelitian
Penelitian ini didesain sebagai penelitian survei yang bersifat deskriptif
dengan sampel yang digunakan adalah konsumen rumah tangga di Perumahan
Taman Pagelaran, Kelurahan Padasuka, kecamatan Ciomas, Kabupaten Bogor.
Menurut Singarimbun dan Effendi (1989), penelitian survei adalah penelitian yang
mengambil sampel dari suatu populasi menggunakan kuesioner sebagai alat
pengumpulan data yang pokok.
Data dan Instrumentasi
Data yang dikumpulkan dalam penelitian ini terdiri dari data primer dan data
sekunder. Data primer diperoleh dengan cara wawancara dan pengisian kuisioner
yang telah dipersiapkan sebelumnya kepada responden. Data sekunder yang
digunakan adalah data penunjang penelitian yang diperoleh dari kelurahan dan
penelitian-penelitian yang relevan.
Analisis Data Analisis Deskriptif
Faktor-faktor yang tidak diuji secara statistik akan dianalisis secara deskriptif.
Faktor-faktor tersebut terdiri dari faktor internal dan faktor eksternal. Analisis ini
digunakan untuk menggambarkan kondisi lingkungan dan sebaran responden
berdasarkan umur, jenis kelamin, status dalam keluarga, tingkat pendidikan formal,
pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam rumah tangga,
pendapatan keluarga, dan persentase distribusi pendapatan untuk konsumsi bahan
makanan. Berdasarkan data yang diperoleh dari hasil pengamatan wawancara dan
kuesioner, data yang dikumpulkan kemudian dianalisis dengan analisis deskriptif
(rataan, persentase dan lain-lain).
Analisis Regresi Linier Berganda
Regresi Linier merupakan persamaan matematika yang menggambarkan
hubungan antara variabel tak bebas dengan sejumlah variabel bebas. Analisis ini di
gunakan untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi pola konsumsi susu
Model untuk jumlah konsumsi susu bubuk adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5 + b6D1 + b7D2 + e
Dimana: Y = Jumlah konsumsi susu (gram/bulan)
b0 = Intersep
b1-b9 =Koefisien variabel bebas
X1 = Harga susu bubuk (Rp/gram)
X2 = Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
X3 = Pengeluaran untuk bahan makanan (Rp/bulan )
X4 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)
X5 = Jumlah balita dalam keluarga (jiwa)
D1 = Dummy tingkat pendidikan
0 = Kurang atau sama dengan SMA 1 = Lebih dari SMA
D2 = Dummy Pengetahuan Gizi
0= Kurang 1= Sedang 2 = Baik
e = Variabel Pengganggu
Model untuk jumlah konsumsi susu kental manis adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5 + b6D1 + b7D2 + e
Dimana: Y = Jumlah konsumsi susu (gram/bulan)
b0 = Intersep
b1-b9 =Koefisien variabel bebas
X1 = Harga susu kental Manis (Rp/gram)
X2 = Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
X3 = Pengeluaran untuk bahan makanan (Rp/bulan )
X4 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)
X5 = Jumlah balita dalam keluarga (jiwa)
D1 = Dummy tingkat pendidikan
0 = Kurang atau sama dengan SMA 1 = Lebih dari SMA
D2 = Dummy Pengetahuan Gizi
0= Kurang 1= Sedang 2 = Baik
Model untuk jumlah konsumsi susu cair adalah sebagai berikut :
Y = b0 + b1X1 + b2X2 + b3X3 + b4X4+b5X5 + b6D1 + b7D2 + e
Dimana: : Y = Jumlah konsumsi susu (ml/bulan)
b0 = Intersep
b1-b9 =Koefisien variabel bebas
X1 = Harga susu cair (Rp/ml)
X2 = Tingkat pendapatan (Rp/bulan)
X3 = Pengeluaran untuk bahan makanan (Rp/bulan )
X4 = Jumlah anggota keluarga (jiwa)
X5 = Jumlah balita dalam keluarga (jiwa)
D1 = Dummy tingkat pendidikan
0 = Kurang atau sama dengan SMA 1 = Lebih dari SMA
D2 = Dummy Pengetahuan Gizi
0= Kurang 1= Sedang 2 = Baik
e = Variabel Pengganggu
Mencari model yang terbaik dan menyelesaikan persamaan dilakukan dengan
menggunakan program SPSS 13.0 (Statisttical Product and Sevice Solutions). Model
terbaik yang dipilih dalam membahas permasalahan terdiri dari koefisien determinasi
yang telah disesuaikan (R2 adjusted), pengujian parameter secara serentak (Fhitung),
pengujian parameter secara tunggal (thitung), kesesuaian tanda dan besar parameter
regresi. Pengujian parameter regresi dilakukan secara serentak dan tunggal, SPSS
selalu menggunakan α = 5% pada selang kepercayaan 95% (Santoso, 2000)
Uji -t
Untuk menguji ada tidaknya pengaruh variabel bebas terhadap variabel tak
bebas maka dilakukan uji statistik –t dengan langkah-langkah sebagai berikut:
H0 = bi = 0
H1 = bi > 0 atau bi < 0
) ( i
i
b S
b hitung
Dimana :
bi = Koefisien Peubah ke-i
S (bi) = Standar error untuk bi
n = Jumlah pengamatan
k = Jumlah variabel dalam model
Jika :
1. –ttabel < thitung < ttabel maka terima H0 yang artinya variabel-variabel bebas yang
diuji tidak berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas
2. thitung < -ttabel atau thitung> ttabel maka tolak H0 yang artinya variabel-variabel bebas
yang diuji berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas
Uji F
Untuk mengetahui apakah seluruh variabel bebas secara bersama-sama
berpengaruh nyata terhadap variabel tak bebas pada suatu persamaan dilakukan
dengan menggunakan uji-F. Langkah-langkah dalam pengujian hipotesisnya adalah :
H0 = bi = b2 = … = bk = 0
H1 = paling tidak ada satu b= 0
F hitung = Jumlah kuadrat regresi / (k-1)
Jumlah kuadrat sisa / n-k
Dimana :
n = Jumlah sampel
k = Jumlah variabel bebas
Bila:
1. Fhitung > Ftabel maka tolak H0 yang berarti semua variabel bebas secara
bersama-sama berpengaruh nyata pada variabel tak bebas
2. Fhitung < Ftabel maka terima H0 yang berarti semua variabel bebas tidak
berpengaruh nyata pada variabel tak bebas
Koefisien Determinasi (R2)
Koefisien determinasi (R2) digunakan sebagai pengukur tingkat kebaikan
model. Koefisien tersebut menjelaskan variasi total dalam seluruh varibel dependen
keragaman yang dapat diterangkan oleh model tersebut, semakin besar koefisien
determinasinya.
JKT JKS R2 =1−
Dimana :
R2 = Koefisien Determinasi JKT = Jumlah Kuadrat Total
JKS = Jumlah Kuadrat Sisa
Uji Autokorelasi
Uji autokorelasi digunakan untuk menguji adanya korelasi antara kesalahan
pengganggu pada suatu periode dengan kesalahan pada periode sebelumnya. Jika
terjadi korelasi maka ada autokorelasi. Untuk mendeteksi autokorelasi yaitu dengan
mencari nilai Durbin-Watson. Apabila nilainya di bawah -2 berarti terjadi
autokorelasi positif, apabila nilainya antara -2 dan +2 maka tidak terjadi autokorelasi
dan apabila nilai Durbin-Watson diatas 2 maka terjadi autokorelasi negatif.
Uji Multikolinearitas
Uji multikolinearitas digunakan untuk mengetahui adanya korelasi antar
variabel independen. Jika terjadi korelasi, maka dinamakan terdapat problem
multikolinearitas. Menurut Santoso (2000), model regresi yang baik seharusnya tidak
terjadi korelasi diantara variabel independent dan pedoman suatu model regresi yang
bebas multikolinearitas yaitu :
• Memiliki nilai VIF (Variance Infltion Factor) di sekitar angka 1 dan memiliki nilai toleransi mendekati 1
• Koefisien korelasi antar variabel harus lemah (dibawah 0,5)
Uji Normalitas
Model regresi yang baik adalah distribusi data normal atau mendekati normal.
Cara mendeteksi normalitas yaitu dengn melihat grafik sebaran peluang normal
(normal probability) atau histogram, yaitu dengan melihat penyebaran data atau titik
pada sumbu diagonal untuk grafik sebaran peluang normal sedangkan untuk
histogram dengan melihat kurva yang bebentuk lonceng. Uji normalitas lebih baik
dibandingkan menggunakan histogram (Santoso, 2000). Menurut Santoso (2000),
dasar pengambilan keputusan grafik normal probability plot yaitu :
- Jika data menyebar disekitar garis diagonal dan mengikuti arah garis diagonal,
maka model regresi memenuhi asumsi normalitas.
- Jika data menyebar jauh dari garis diagonal dan atau tidak mengikuti arah garis
diagonal, maka model regresi tidak memenuhi asumsi normalitas.
Uji Heteroskedastisitas
Uji ini bertujuan untuk menguji ketidaksamaan varian dan residual dari satu
pengamatan ke pengamatan lain. Jika varian dari residual dari suatu pengamatan ke
pengamatan lain tetap maka terjadi homokedastisitas, apabila berbeda terjadi
heteroskedastisitas. Untuk mengetahui ada tidaknya heteroskedastisitas yaitu dengan
cara membuat scatterplot dari model persamaan regeresi. Jika membentuk pola tertentu misalnya bergelombang, melebar kemudian menyempit dan sebagainya
maka terjadi heteroskedastisitas, sebaliknya jika tidak membentuk pola yang jelas,
serta titik-titik tersebar diatas dan dibawah angka nol pada sumbu Y maka tidak
terjadi heteroskedastisitas (Santoso, 2000).
Definisi Istilah
1. Pola Konsumsi adalah susunan ragam kebiasaan konsumsi makanan seseorang
atau kelompok yang dapat dilihat dari tingkat konsumsi, pengeluaran atau belanja
untuk konsumsi makanan, maupun proporsi pengeluaran untuk suatu komoditi
tertentu.
2. Responden adalah orang yang menentukan pola konsumsi dalam keluarga setiap
harinya.
3. Jenis susu adalah macam susu yang biasa dikonsumsi dalam bentuk cair, bubuk
dan susu kental manis.
4. Jumlah anggota keluarga adalah semua orang yang menjadi tanggungan keluarga
selain kepala keluarga.
5. Pendapatan keluarga adalah semua uang tunai yang diterima tiap bulan, yang
berasal dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang sudah bekerja.
6. Pengetahuan gizi adalah kemampuan reponden dalam menguasai informasi
7. Tingkat pendidikan adalah pendidikan formal tertinggi yang dicapai oleh
responden.
8. Frekuensi konsumsi adalah tingkat keseringan rumah tangga dalam
mengkonsumsi susu yang diukur dalam satuan kali per hari.
9. Pengeluaran konsumsi adalah berapa jumlah pengeluaran konsumsi untuk bahan
KEADAAN UMUM LOKASI PENELITIAN
Perumahan Taman Pagelaran merupakan salah satu komplek perumahan yang
berada di Kecamatan Ciomas, Bogor. Perumahan Taman Pagelaran ini berada
di sepanjang jalan raya Laladon-Pagelaran, Kelurahan Padasuka, Kecamatan Ciomas,
Bogor. Adapun batas wilayah dari perumahan ini adalah :
• Sebelah Barat berbatasan dengan Desa Ciapus.
• Sebelah Timur berbatasan dengan Perumahan Ciomas Rahayu. • Sebelah Utara berbatasan dengan Desa Laladon.
• Sebelah Selatan berbatasan dengan Perumahan Pondok Kencana.
Perumahan Taman Pagelaran terdiri dari enam Rukun Warga (RW),
29 Rukun Tetangga (RT) dengan jumlah rumah tangga 2.471. Lokasi perumahan
yang dekat dengan jalan dan sarana transportasi yang mudah diperoleh, memudahkan
warga Perumahan Taman Pagelaran untuk melakukan aktivitas sehari-hari termasuk
aktivitas berbelanja. Warga Perumahan Taman Pagelaran mempunyai karakteristik
yang cukup beragam. Keragaman tersebut akan menimbulkan perbedaan tiap rumah
tangga dalam pemenuhan kebutuhan konsumsi makanannya.
Mayoritas penduduk Perumahan Taman Pagelaran beragama Islam, sehingga
untuk memudahkan penduduk dalam beribadah dibangun enam masjid yang tersebar
di enam RW. Kegiatan hari raya, baik keagamaan maupun hari raya nasional,
terpusat di Lapangan Tanah Hijau (LTH). Sarana pendidikan yang tersedia berupa
sekolah dasar sebanyak satu buah, SMK sebanyak satu buah dan TK atau play group
sebanyak tiga buah. Pusat perbelanjaan terdapat berupa warung kelontong,
minimarket, warung sayur, dll. Selain itu, kegiatan usaha lainnya berupa usaha jual
voucher, salon, bengkel , rumah makan , dll. Sebagian besar mata pencaharian
HASIL DAN PEMBAHASAN Karakterisrik Responden
Rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran yang menjadi responden pada
penelitian ini mempunyai karakteristik yang beragam. Hal ini tentu berpengaruh pada
pola konsumsi susu. Karakteristik penentu pola konsumsi yang diambil pada
penelitian ini adalah umur, jenis kelamin, status dalam keluarga, tingkat pendidikan
formal, pengetahuan gizi, jumlah anggota keluarga, jumlah balita dalam rumah
tangga, pendapatan keluarga, dan persentase distribusi pendapatan untuk konsumsi
bahan makanan.
Umur
Umur responden penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman
Pagelaran sangat beragam. Sebaran umur penentu pola konsumsi rumah tangga
adalah dari 20-59 tahun. Jumlah penentu pola konsumsi terbanyak terdapat pada
kisaran umur 31-40 tahun yaitu sebanyak 20 orang atau sebesar 33,33% dari jumlah
sampel. Kelompok penentu pola konsumsi yang berumur antara 20-35 tahun yaitu
sebanyak 19 orang atau sebesar 31,67%. Sebanyak 26,67% atau 16 orang penentu
pola konsumsi berada pada sebaran umur 41-50 sedangkan jumlah penentu pola
konsumsi terkecil terdapat pada kisaran umur 51-59 tahun yaitu sebanyak lima
responden atau sebesar 8,33%. Secara rinci dapat dilihat pada Tabel 4.
Tabel 4. Sebaran Umur Penentu Pola Konsumsi
Umur
Sebagian besar penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman
Pagelaran ditentukan oleh wanita. Berdasarkan hasil wawancara di lapangan, jumlah
lebih mendominasi dalam hal penentuan makanan sehari-hari dalam rumah tangga.
Dominasi wanita sebagai penentu konsumsi makanan sehari-hari dalam rumah
tangga terjadi karena sebagian besar wanita berprofesi sebagai ibu rumah tangga,
sehingga urusan rumah tangga termasuk dalam menentukan menu makanan
sehari-hari banyak ditentukan oleh ibu rumah tangga. Lebih jelasnya dapat dilihat
pada Tabel 5.
Tabel 5. Sebaran Jenis Kelamin Penentu Pola Konsumsi
Jenis Kelamin Jumlah Rersponden
(Jiwa)
Status dalam Keluarga
Besarnya jumlah penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman
Pagelaran yang didominasi oleh wanita dikarenakan sebagian besar wanita berperan
sebagai ibu rumah tangga. Jumlah penentu pola konsumsi rumah tangga yang
berstatus sebagai ibu berjumlah 52 orang atau 86,67% dari jumlah sampel yang
diambil. Sedangkan jumlah terkecil adalah ayah, berjumlah dua orang atau 3,33%
dari jumlah sampel yang diambil. Kecilnya jumlah penentu pola konsumsi yang
berstatus sebagai ayah dan besarnya jumlah penentu pola konsumsi yang berstatus
sebagai ibu dikarenakan peran ayah dalam keluarga adalah sebagai pencari nafkah
bagi keluarga, sedangkan ibu bertindak dalam mengatur serta mengurus pekerjaan
rumah. Lebih jelasnya disajikan pada Tabel 6.
Tabel 6. Sebaran Status Penentu Pola Konsumsi dalam Rumah Tangga
Tingkat Pendidikan
Penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran
sebagian besar mempunyai pendidikan SMU dan Perguruan Tinggi. Sebanyak 33
orang penentu pola konsumsi mempunyai pendidikan terakhir SMU atau sebesar
55% dari jumlah sampel. Penentu pola konsumsi yang mempunyai pendidikan akhir
di Perguruan Tinggi adalah sebesar 23 orang atau sebesar 38,33% dari jumlah
sampel. Urutan terkecil adalah responden yang berpendidikan akhir SMP, sebanyak
empat orang atau sebesar 6,67% dari jumlah sampel. Hal ini menunjukkan bahwa
sebagian besar penentu pola konsumsi rumah tangga di Perumahan taman Pagelaran
ini sudah mempunyai pendidikan yang cukup tinggi. Tingginya tingkat pendidikan
ini karena ditunjang oleh sarana dan prasarana yang memadai dalam hal pendidikan
dan transportasi. Selengkapnya dapat dilihat pada Tabel 7.
Tabel 7. Sebaran Tingkat Pendidikan Penentu Pola Konsumsi
Tingkat Pendidikan Jumlah Responden (Jiwa)
Tingkat Pengetahuan Gizi
Pengetahuan gizi menjadi landasan penting untuk menentukan konsumsi
pangan keluarga. Tingkat pengetahuan, sikap dan perilaku tentang gizi dan kesehatan
dapat mempengaruhi pengambilan keputusan dalam penyajian makanan keluarga.
Orang yang berpengetahuan gizi baik, akan mengupayakan kemampuan menerapkan
pengetahuannya dalam pemilihan dan pengolahan pangan, sehingga konsumsi
makanan yang mencukupi kebutuhan lebih terjamin (Nasution dan Khomsan, 1995).
Pengetahuan gizi dihitung dengan cara menjumlahkan skor terhadap setiap
pertanyaan, kemudian dikelompokkan menjadi tiga kategori pengetahuan gizi yaitu
baik (>80%), sedang (60-80%), dan kurang (<60) (Khomsan, 2000).
Berdasarkan data yang diperoleh, sebagian besar penentu pola konsumsi
orang atau sebesar 65% dari sampel yang diambil. Penentu pola konsumsi rumah
tangga yang memiliki pengetahuan gizi sedang berjumlah 19 atau sebesar 31,67%.
Terdapat dua penentu pola konsumsi rumah tangga atau 3,33% dari sampel yang
memiliki pengetahuan gizi kurang. Pengetahuan gizi berhubungan dengan tingkat
pendidikan seseorang. Banyaknya penentu pola konsumsi rumah tangga dengan
pengetahuan gizi tinggi, disebabkan oleh tingkat pendidikan penentu pola konsumsi
rumah tangga yang juga tinggi.
Tabel 8. Sebaran Tingkat Pengetahuan Gizi Penentu Pola Konsumsi
Tingkat Pengetahuan Gizi Jumlah Responden (Jiwa)
Jumlah Anggota Keluarga
Pengelompokan jumlah anggota keluarga dibagi menjadi tiga kelompok,
yaitu rumah tangga dengan anggota satu sampai tiga orang, empat sampai lima
orang, dan enam sampai delapan orang. Berdasarkan Tabel 9, sebagian besar rumah
tangga mempunyai jumlah anggota keluarga empat sampai lima orang yaitu
sebanyak 38 orang atau sebesar 63,33% dari jumlah sampel. Jumlah paling sedikit
yaitu pada rumah tangga yang mempunyai jumlah anggota keluarga dua sampai tiga
orang yaitu sebanyak sembilan orang atau sebesar 15% dari jumlah sampel. Adanya
rumah tangga yang hanya mempunyai jumlah anggota keluarga sebanyak satu orang
adalah kepala keluarga yang hanya tinggal dengan satu anaknya.
Tabel 9. Sebaran Jumlah Anggota Keluarga
Jumlah Anggota Keluarga (Jiwa)
Jumlah Balita dalam Keluarga
Sebagian besar rumah tangga tidak mempunyai anak di bawah lima tahun.
Hal ini dapat dilihat pada Tabel 10, bahwa rumah tangga yang tidak mempunyai
anak di bawah lima tahun yaitu sebanyak 33 rumah tangga atau sebesar 55% dari
jumlah sampel. Paling banyak, dalam satu keluarga mempunyai dua anak di bawah
lima tahun, yaitu terdapat satu rumah tangga atau sebesar 1,67% dari jumlah sampel.
Jumlah rumah tangga yang mempunyai anak usia di bawah lima tahun sebanyak 26
keluarga atau sebesar 43,33% dari seluruh sampel. Banyaknya rumah tangga yang
tidak mempunyai balita dalam rumah tangga, disebabkan sebagian besar rumah
tangga adalah rumah tangga yang sudah cukup lama, sehingga banyak diantaranya
tidak mempunyai anak balita.
Tabel 10. Sebaran Jumlah Balita dalam Keluarga
Jumlah Balita dalam Keluarga (Jiwa)
Jumlah Rumah Tangga (Buah)
Jumlah Pendapatan Keluarga
Jumlah pendapatan keluarga adalah total pendapatan yang diterima tiap bulan
yang berasal dari kepala keluarga dan anggota keluarga yang sudah bekerja dan
digunakan untuk keperluan rumah tangga. Rata-rata pendapatan keluarga pada rumah
tangga di Perumahan Taman Pagelaran yaitu sebesar Rp 2.861.833/bln. Berdasarkan
data pada Tabel 11, pendapatan keluarga di Perumahan Taman Pagelaran sangat
beragam yaitu mulai dari Rp 1.000.000/bln hingga yang terbesar Rp 10.000.000/bln.
Sebagian besar rumah tangga mempunyai pendapatan keluarga antara Rp
1.000.000-Rp 2.000.000/bln yaitu sebesar 32 rumah tangga atau sebesar 53,33% dari total
responden. Persentase paling kecil yaitu pada rumah tangga yang mempunyai
penghasilan keluarga sebesar Rp 2.100.000-Rp 3.000.000/bln yaitu sebesar 11,67%
atau sebanyak tujuh rumah tangga. Sebagian mata pencaharian yang digunakan
Tabel 11. Sebaran Jumlah Pendapatan Keluarga
Jumlah Pendapatan Keluarga (Rp)
Jumlah Rumah Tangga (Buah)
Persentase (%) 1.000.000 – 2.000.000
2.000.001 – 3.000.000
3.000.001 – 4.000.000
>4.000.000
Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan adalah berapa jumlah yang
dikeluarkan dari total pendapatan keluarga untuk keperluan belanja konsumsi bahan
makanan untuk satu bulan. Rata-rata pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan
rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran adalah sebesar Rp 884.200/bln.
Berdasarkan data yang diperoleh, jumlah pengeluaran untuk konsumsi bahan
makanan rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran ini di bagi menjadi empat
kelompok. Pertama, rumah tangga dengan jumlah pengeluaran untuk konsumsi
bahan makanan sebesar Rp 315.000 – Rp 700.000/bln, yaitu sebanyak 26 rumah
tangga atau sebesar 43,33% dari seluruh sampel. Kedua, rumah tangga dengan
pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar Rp.701.000-Rp.1.100.000/bln,
terdapat sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar 26,67%. Ketiga, rumah tangga
dengan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar
Rp.1.101.000-Rp.1.500.000/bln, yaitu sebanyak 12 rumah tangga atau sebesar 20%. Keempat,
rumah tangga dengan pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan sebesar
Rp.1.501.000-Rp.1.980.000/bln, sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 10% dari
total sampel. Pengeluaran untuk konsumsi bahan makanan yang sangat beragam
dikarenakan perbedaan pendapatan dan pola hidup tiap rumah tangga yang. lebih
Tabel 12. Sebaran Jumlah Pengeluaran Untuk Konsumsi Bahan Makanan
Jumlah Pengeluaran untuk Konsumsi Bahan Makanan
(Rp)
Jumlah Rumah Tangga (Buah)
Persentase (%) 315.000 – 700.000
701.000 – 1.100.000
1.101.000 – 1.500.000
>1.501.000
Pola Konsumsi Susu Bubuk, Susu Kental Manis dan Susu Cair
Pola konsumsi susu adalah ragam kebiasaan seseorang atau kelompok (rumah
tangga) dalam mengkonsumsi susu bubuk, susu kental manis, atau susu cair yang
dapat dilihat dari jenis susu yang dikonsumsi, tingkat konsumsi, merek yang
dikonsumsi, alasan mengkonsumsi jenis dan merek tertentu, frekuensi
mengkonsumsi, tempat pembelian, dan atribut gizi yang sering diperhatikan.
Berdasarkan data yang diperoleh, sebaran rumah tangga berdasarkan konsumsi
susunya dibagi menjadi enam kelompok, yaitu rumah tangga yang hanya
mengkonsumsi susu bubuk saja, rumah tangga yang hanya mengkonsumsi susu
kental manis saja, rumah tangga yang hanya mengkonsumsi susu cair saja, rumah
tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu kental manis, rumah tangga yang
mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair, dan rumah tangga yang mengkonsumsi
susu bubuk, kental manis dan cair.
Sebanyak 60 rumah tangga yang dijadikan sebagai sampel penelitian,
terdapat 27 rumah tangga atau sebesar 45% hanya mengkonsumsi susu bubuk saja.
Rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis saja ada sebanyak 10 rumah
tangga atau sebesar 16,67% dari jumlah sampel yang diambil. Rumah tangga yang
mengkonsumsi susu cair saja sebanyak lima rumah tangga atau 8,33% dari jumlah
sampel, hal ini sama dengan jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu
bubuk dan susu kental manis. Rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan
susu cair sebanyak 12 rumah tangga atau sebesar 20% dari jumlah sampel.
manis, dan cair. Sebaran rumah tangga berdasarkan susu yang dikonsumsi dapat
dilihat pada Tabel 13.
Tabel 13. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Konsumsi Susu
Jenis Susu Jumlah Rumah Tangga
(Buah)
Persentase (%) Susu Bubuk Saja
Susu Kental Manis Saja
Susu Cair Saja
Susu Bubuk dan Susu Kental
Susu Bubuk dan Susu Cair
Susu Bubuk, Susu Kental, dan Susu Cair
27
Berdasarkan data pada Tabel 13, dari enam kelompok tersebut kemudian
dikelompokkan ke dalam tiga kelompok besar, yaitu dilihat berdasarkan sebaran
jenis susu yang dikonsumsi rumah tangga. Susu bubuk menjadi jenis susu yang
paling banyak dikonsumsi rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran, yaitu
sebanyak 45 rumah tangga atau sebesar 56,96%. Jumlah ini merupakan akumulasi
dari jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk saja, mengkonsumsi susu
bubuk dan susu kental manis, mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair dan yang
mengkonsumsi ketiganya (bubuk, kental manis, dan cair). Sebanyak 16 rumah tangga
atau sebesar 20,25% mengkonsumsi susu kental manis. Jumlah ini juga merupakan
akumulasi dari rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis saja,
mengkonsumsi susu kental manis dan bubuk, dan mengkonsumsi bubuk, kental
manis dan cair. Terakhir yaitu rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair sebanyak
18 rumah tangga atau sebesar 22,79%. Jumlah ini juga merupakan akumulasi dari
jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu cair saja, mengkonsumsi susu cair
dan bubuk, dan yang mengkonsumsi bubuk, kental manis dan cair. Lebih lengkapnya
Tabel 14. Sebaran Jenis Susu yang Dikonsumsi Rumah Tangga
Jenis Susu Jumlah Rumah Tangga
(Buah)
Persentase (%) Susu Bubuk
Susu Kental Manis
Susu Cair
Pola Konsumsi Susu Bubuk
Rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk sebanyak 45 rumah tangga
atau sebesar 56,96%, yaitu terdiri dari 27 rumah tangga yang mengkonsumsi susu
bubuk saja, lima rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu kental
manis, 12 rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk dan susu cair dan satu
rumah tangga yang mengkonsumsi ketiganya. Penyimpanan yang lebih mudah dan
praktis, dan banyaknya merek-merek susu yang hanya mengeluarkan jenis susu
bubuk, menjadikan susu bubuk menjadi susu yang paling banyak dikonsumsi oleh
sebagian besar rumah tangga di Perumahan Taman Pagelaran.
Merek-merek Susu Bubuk yang Paling Sering Dikonsumsi
Susu bubuk merupakan jenis susu yang paling banyak dikonsumsi. Merek
susu yang paling sering dikonsumsi adalah Dancow sebanyak 11 rumah tangga
(24,44%), Bendera sebanyak tujuh rumah tangga (15,56%), Indomilk dengan lima
rumah tangga (11,11%), Sustagen Kid dan SGM masing-masing empat rumah tangga
(8,89%), Anlene, Chilkid dan Produgen Gold masing-masing tiga rumah tangga
(6,67%), Prolene dan Nutrilon masing-masing dua rumah tangga (4,44%) dan
Calcimex dengan satu rumah tangga (2,22%). Beberapa merek adalah merek susu
untuk balita atau anak-anak, antara lain Sustagen Kid, Nutrilon, Chilkid, SGM, dan
Produgen Gold. Banyaknya merek susu untuk balita atau anak-anak disebabkan
karena balita dan anak-anak lebih diprioritaskan dalam konsumsi susunya
dibandingkan dengan anggota keluarga yang lain. Selain itu juga terdapat merek
susu untuk kalangan orang tua atau dewasa, antara lain Anlene, Prolene, dan
Calcimex. Sebaran rumah tangga berdasarkan merek susu yang dikonsumsinya dapat
Tabel 15. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Bubuk yang Paling Sering Dikonsumsi
Merek-merek susu Jumlah Rumah Tangga (Buah)
Alasan Memilih Merek Susu Bubuk yang Sering Dikonsumsi
Pemilihan merek susu yang akan dikonsumsi tentu disesuaikan dengan
kebiasaan, kecocokan atau beberapa alasan lain yang pastinya tiap rumah tangga
mempunyai alasan yang berbeda-beda. Berdasarkan Tabel 16, sebanyak 14 rumah
tangga atau sebesar 31,11% dari seluruh responden yang mengkonsumsi susu bubuk
berpendapat bahwa mereka merasa cocok terhadap merek susu bubuk yang mereka
konsumsi. Kecocokan ini biasanya mereka lihat dengan efek yang ditimbulkan
setelah mengkonsumsi susu merek tersebut. Responden dengan alasan sudah menjadi
kebiasaan, terdapat sebanyak 12 responden atau sebesar 26,67%. Sedangkan yang
terkecil adalah responden yang mempunyai alasan bahwa merek yang dikonsumsi
lebih murah dibandingkan dengan merek yang lain, yaitu terdapat sebanyak tiga
Tabel 16. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Alasan Memilih Merek Susu Bubuk yang Sering Dikonsumsi
Alasan Jumlah Rumah Tangga
(Buah)
Persentase (%) Cocok
Harganya lebih murah
Lebih mudah didapat
Kebiasaan
Rasanya lebih enak
14
Frekuensi Pembelian Susu Bubuk dalam Sebulan
Tabel 17 menunjukkan sebaran rumah tangga berdasarkan frekuensi
pembelian susu dalam satu bulan. Kebanyakan rumah tangga hanya melakukan
sekali pembelian dalam satu bulan. Rumah tangga yang hanya melakukan pembelian
sekali dalam satu bulan sebanyak 18 rumah tangga atau sebesar 40% dari total 45
rumah tangga. Rumah tangga yang melakukan dua kali pembelian dalam sebulan,
yaitu sebanyak 13 rumah tangga atau sebesar 28,89%. Rumah tangga yang
melakukan pembelian sebanyak tiga kali dalam sebulan terdapat sembilan rumah
tangga atau sebesar 20% dan yang melakukan pembelian sebanyak empat kali dalam
sebulan hanya lima rumah tangga atau sebesar 11,11%. Banyaknya rumah tangga
yang melakukan pembelian hanya sekali dalam sebulan, dikarenakan biasanya
responden melakukan pembelian susu bubuk tersebut sekalian dengan belanja
bulanan. Setiap pembelian, responden biasanya membeli dalam jumlah besar yang
diperkirakan cukup untuk kebutuhan selama sebulan.
Tabel 17. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Frekuensi Pembelian Susu Bubuk dalam Satu Bulan
Frekuensi Pembelian (per Bulan)
Tempat Pembelian Susu Bubuk
Tabel 18 menunjukkan persebaran rumah tangga berdasarkan tempat
biasanya membeli susu bubuk. Sebanyak 22 rumah tangga atau sebesar 48,89% dari
responden yang mengkonsumsi susu bubuk, lebih memilih membeli susu bubuk di
supermarket. Rumah tangga yang memilih membeli susu bubuk di minimarket
sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar 37,78% dan yang memilih untuk membeli
susu bubuk di toko kelontong sebanyak enam rumah tangga atau sebesar 13,33%.
Banyaknya rumah tangga yang memilih untuk membeli susu bubuk di supermarket
dikarenakan rumah tangga tersebut membeli susu tersebut sekalian dengan belanja
bulanan.
Tabel 18. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Pemilihan Tempat Pembelian Susu Bubuk yang Dikonsumsi
Tempat Pembelian Jumlah Rumah Tangga (Buah)
Kandungan Gizi Susu Bubuk yang Paling Sering Diperhatikan
Protein merupakan kandungan gizi yang paling sering diperhatikan rumah
tangga dalam memilih susu bubuk yang dikonsumsi. Sebanyak 21 rumah tangga atau
sebesar 48,89% dari seluruh rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk
menganggap bahwa protein sangat penting sehingga menjadi prioritas utama
dibandingkan kandungan gizi yang lain. Sebanyak 12 rumah tangga atau 26,67% dari
jumlah rumah tangga yang mengkonsumsi susu bubuk menyatakan bahwa
kandungan gizi yang paling sering diperhatikan adalah vitamin. Sebanyak tujuh
rumah tangga atau 15,55% yang menganggap kalsium penting untuk diperhatikan.
Susu bubuk berkalsium tinggi biasanya dipilih untuk pemenuhan kebutuhan kalsium
tubuh bagi orang tua. Terakhir, yang menjadikan DHA (Docosahexaenoic Acid)
sebagai perhatian utama dalam memilih susu bubuk yaitu sebanyak lima rumah
Tabel 19. Sebaran Rumah tangga Berdasarkan Kandungan Gizi yang Paling Diperhatikan
Kandungan Gizi Jumlah Rumah Tangga
(Buah)
Pola Konsumsi Susu Kental Manis
Berdasarkan Tabel 14, terdapat sebanyak 16 rumah tangga atau sebesar
20,25% dari total rumah tangga yang dijadikan sebagai sampel dalam penelitian ini
mengkonsumsi susu kental manis. Sebanyak 16 rumah tangga yang mengkonsumsi
susu kental manis tidak semuanya mengkonsumsi susu kental manis saja, tetapi ada
beberapa rumah tangga juga yang mengkonsumsi susu bubuk atau cair.
Merek-merek Susu Kental Manis yang Paling Sering Dikonsumsi
Berdasarkan data pada Tabel 20, rumah tangga yang memilih susu kental
manis merek Bendera ini terdapat sebanyak delapan rumah tangga atau sebesar 50%
dari 16 rumah tangga yang mengkonsumsi susu kental manis. Susu kental manis
merek Indomilk menjadi pilihan terbanyak kedua dengan jumlah lima rumah tangga
atau sebesar 25%. Merek Creamer dengan dua rumah tangga atau sebesar 12,5% dan
terakhir susu kental Cap Nona dengan satu rumah tangga atau sebesar 6,25%.
Tabel 20. Sebaran Rumah Tangga Berdasarkan Merek-merek Susu Kental Manis yang Paling Sering Dikonsumsi