• Tidak ada hasil yang ditemukan

Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

N/A
N/A
Protected

Academic year: 2016

Membagikan "Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai"

Copied!
92
0
0

Teks penuh

(1)

HUBUNGAN STRES KERJA DENGAN KINERJA PERAWAT

PELAKSANA DI INSTALASI RAWAT INAP

RSUD KOTA DUMAI

TAHUN 2012

SKRIPSI

Hafsah Jumaini 111121083

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

UNIVERSITAS SUMATERA UTARA

(2)
(3)

PRAKATA

Segala Puji kepada Allah SWT atas segala berkat rahmat dan hidayah Nya, sehingga peneliti dapat menyelesaikan skripsi ini tepat pada waktunya dengan judul “Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai”. Peneliti menyadari dalam penelitian in i masih jauh dari kesempurnaan, baik dari isi serta bahasa yang digunakan, hal ini dikarenakan pengetahuan dan kemampuan peneliti masih terbatas. Oleh karena itu peneliti mengharapkan kritik dan saran pembaca yang sifatnya membangun agar penelitian ini dapat menjadi lebih baik dikemudian hari.

Pada kesempatan ini peneliti menyampaikan rasa hormat, penghargaan dan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada :

1. dr. Dedi Ardinata, M. Kes, selaku Dekan Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

2. dr. Syaiful selaku Direktur Rumah Sakit Umum Dumai.

3. Achmat Fathi, S.Kep, Ns. MNS selaku dosen pembimbing Proposal dan

Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

4. Cholina Trisa Srg, S.Kep, Ns. M. Kep, Sp. KMB selaku dosen penguji I

Proposal dan Skripsi di Fakultas Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

5. Setiawan, S. Kp, MNS, Ph. D selaku dosen penguji II Proposal di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

6. Ikram, S. Kep, M. Kep selaku dosen penguji II skripsi di Fakultas

(4)

7. Diah Arrum, S.Kep, M.Kep, selaku dosen pembimbing Akademik di Fakultas

Keperawatan Universitas Sumatera Utara.

8. Seluruh staf dan dosen pengajar di Fakultas Keperawatan Universitas

Sumatera Utara.

9. Orang yang paling spesial Ayahanda Zulkifli Syam, ibunda Maryati, kakanda

Desliana fadillah beserta suami Juliadi, serta adinda Ridha rahman, Riduwan,

Suryawati yang telah banyak memberikan dukungan serta doa yang menjadi

inpirasi dalam menggapai kesuksesan.

10.Suami tercinta dan ananda tersayang: Rudy Samsuria dan Rahma Suryani

Thanks for your love and all your motivation”.

11.Rekan-rekan mahasiswa jalur B stambuk 2012 di Fakultas Keperawatan USU

semoga kita tetap menjadi sahabat selamanya dan terima kasih atas

kebersamaannya, support serta semangat yang selalu kalian berikan.

Akhir kata peneliti sekali lagi mengucapkan terimakasih bagi semua

pihak yang turut membantu peneliti dalam menyelesaikan skripsi ini semoga

segenap bantuan, bimbingan dan arahan yang telah diberikan kepada penulis

mendapat imbalan yang setimpal dari Allah SWT.

Medan, 5 Februari 2013

Penulis

(5)

DAFTAR ISI

Halaman Judul ... i

Halaman Lembar Pengesahan ... ii

Prakata ... iii

3. Pertanyaan Penelitian... 6

4. Tujuan Penelitian ... 6

5. Manfaat Penelitian ... 7

BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA 1. Stres... 9

1.1. Defenisi Stres ... 9

1.2. Sumber Stres ... 9

1.3. Tahapan Stres ... 10

1.4. Tingkatan Stres ... 12

1.5. Tanda-tanda Stres... 12

2. Stres Kerja... 13

2.1. Defenisi Stres Kerja ... 13

2.2. Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Stres Kerja ... 14

2.3. Dampak Stres Kerja ... 16

2.4. Cara Mengatasi Stres Kerja... 17

3. Kinerja... 18

3.1. Defenisi Kinerja ... 18

(6)

3.3. Evaluasi Kinerja ... 18

3.4. Proses Keperawatan ... 19

3.5. Standar Instrumen Penilaian kinerja ... 21

4. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat... 24

BAB 3. KERANGKA PENELITIAN 1. Kerangka Konseptual ... 25

2. Kerangka Operasional... 27

3. Hipotesa Penelitian ... 28

BAB 4 METODOLOGI PENELITIAN 1. Desain Penelitian... 29

2. Populasi dan Sampel Penelitian ... 29

3. Lokasi dan Waktu Penelitian ... 31

4. Pertimbangan Etik... 32

5. Instrumen Penelitian ... 32

6. Uji Validitas dan Realibilitas Instrumen ... 35

7. Prosedur Pengumpulan Data ... 37

8. Analisa Data ... 38

BAB 5 HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN 1. Hasil Penelitian ... 40

1.1. Karekteristik responden ... 40

1.2. Stres Kerja... 41

1.3. Kinerja Perawat... 42

1.4. Analisa Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat ... 42

2. Pembahasan... 43

2.1. Stres Kerja... 43

2.2. Kinerja Perawat... 45

2.3. Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat... 46

(7)

BAB 6 KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan ... 49

2. Saran... 50

DAFTAR PUSTAKA ... 53

Lampiran-lampiran ... 55

1. Lembar Persetujuan Menjadi Responden ... 56

2. Instrumen Penelitian……….... 57

3. Lembar Bukti Bimbingan ... 63

4. Lembar Surat Pengambilan Data Dari Fakultas Keperawatan ... 65

5. Lembar Surat Pemberian Izin Pengambilan Data Dari RS ... 67

6. Lembar Surat Pengambilan Data Penelitian Dari Fakulta Keperawatan... 68

7. Lembar Surat Izin Penelitian Dari RS ... 70

8. Lembar Surat Selesai Penelitian ... 71

9. Uji Reliabilitas ... 72

10.Korelasi ... 80

11.Taksasi Dana ... 81

12. Jadwal Pelaksanaan Proposal dan Skripsi... 82

(8)

DAFTAR TABEL

Tabel 3.1. Kerangka Operasional Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja

Perawat Pelaksana ... 27

Tabel 4.1. Tehnik Pengambilan Sampel Dari Tiap-tiap Ruangan ... 31

Tabel 4.2. Kuesioner Stres Kerja ... 33

Tabel 4.3. Kuesioner Kinerja Perawat Pelaksana ... 35

Tabel 5.1. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Karekteristik Responden... 40

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi Dan Persentase Tingkat Stres Kerja ... 41

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kinerja Perawat... 42

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Pearson Correlation... 42

(9)

DAFTAR SKEMA

Skema 3.1. Kerangka Konsep Penelitian Hubungan Stres Kerja Dengan

(10)

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Penulis : Hafsah Jumaini Nim : 111121083

Jurusan : Sarjana Keperawatan (SKep) Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu. Saat ini perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut disebabkan adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk dipikul. Hal ini yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat.

Desain penelitian adalah deskriptif hubungan/korelasi yaitu penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel dengan jumlah sampel 45 orang, menggunakan Simple Random Sampling, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berjumlah 38 pernyataan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil p = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,682, menunjukkan hubungan yang kuat, penelitian bersifat positif. Stres kerja perawat mayoritas kategori sedang (42,2%), kinerja perawat mayoritas cukup (48,9%). Kesimpulan penelitian ini, stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pengetahuan, pengalaman dan kepribadian.

(11)

Judul : Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

Penulis : Hafsah Jumaini Nim : 111121083

Jurusan : Sarjana Keperawatan (SKep) Tahun Akademik : 2011/2012

ABSTRAK

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui kemampuan individu. Saat ini perawat merupakan salah satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut disebabkan adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks, karena tugas dan tanggung jawab perawat bukanlah hal yang ringan untuk dipikul. Hal ini yang bisa menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak langsung juga akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat.

Desain penelitian adalah deskriptif hubungan/korelasi yaitu penelitian korelasional mengkaji hubungan antara variabel dengan jumlah sampel 45 orang, menggunakan Simple Random Sampling, dengan kuesioner sebagai instrumen penelitian yang berjumlah 38 pernyataan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana. Hasil penelitian menyatakan bahwa ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana dengan menggunakan uji korelasi Pearson. Berdasarkan uji yang dilakukan didapat hasil p = 0,000 dan koefisien korelasi r = 0,682, menunjukkan hubungan yang kuat, penelitian bersifat positif. Stres kerja perawat mayoritas kategori sedang (42,2%), kinerja perawat mayoritas cukup (48,9%). Kesimpulan penelitian ini, stres kerja merupakan perasaan tertekan yang dialami karyawan dalam menghadapi pekerjaan, yang disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor lingkungan, organisasi dan individu. Faktor-faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain tuntutan fisik, tuntutan peran dan tuntutan interpersonal. Kinerja merupakan suatu fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pengetahuan, pengalaman dan kepribadian.

(12)

BAB 1

PENDAHULUAN

1. Latar Belakang

Stres kerja merupakan salah satu masalah yang serius didunia bahkan

stres ditempat kerja bisa membebani perusahaan dengan biaya yang mahal

karena menurunnya produktivitas sebagai efek stres karyawan. The Seventh

Annual Labour Day Survey (2001) melaporkan bahwa 1 dari 5 orang

penduduk Amerika mengalami stres kerja disepanjang hidup mereka. Survei

ini juga dilakukan oleh Yale University and The Families Work Institute

yang mengatakan bahwa 40% pekerja di Amerika juga mengalami stres

berat berkaitan dengan pekerjaan mereka (Akramunnas, 2009).

Selye (1950, dikutip dari Hidayat, 2007) mengatakan bahwa stres

merupakan respon tubuh yang bersifat tidak spesifik terhadap setiap tuntutan

atau beban atasnya. Artinya bila seseorang yang mengalami beban atau tugas

yang berat tetapi orang tersebut tidak dapat mengatasi tugas yang

dibebankan itu, maka tubuh akan berespon dengan tidak mampu terhadap

tugas tersebut, yang menyebabkan orang tersebut dapat mengalami stres.

Sebaliknya apabila seseorang yang dengan beban tugas yang berat tetapi

mampu mengatasi beban tersebut dengan tubuh berespon dengan baik, maka

orang itu tidak akan mengalami stres.

Stimuli yang mengawali atau mencetuskan perubahan yang dapat

(13)

kebutuhan yang tidak terpenuhi bisa saja didapat dari kebutuhan

fisiologis, psikologis, sosial, lingkungan, perkembangan, spiritual, atau

kebutuhan kultural (Potter & Perry, 2005).

Rosiana (2008) mengatakan bahwa saat ini perawat merupakan salah

satu profesi yang rentan mengalami stres kerja. Stres kerja tersebut

disebabkan karena adanya tuntutan pekerjaannya yang semakin kompleks.

Pernyataan ini didukung juga oleh Robbins (1998, dalam Rosiana, 2008)

yang mengatakan bahwa perawat yang bekerja di dalam bidang kesehatan

cenderung mempunyai tingkat stres yang tinggi, karena tugas dan tanggung

jawab perawat bukanla h hal yang ringan untuk dipikul. Hal inilah yang bisa

menimbulkan stres kerja pada perawat. Tingkat stres yang tinggi yang

dihadapi oleh perawat didalam bekerja akan sangat mempengaruhi kualitas

pelayanan keperawatan yang diberikan kepada pasien dan secara tidak

langsung akan mempengaruhi ritme kinerja para perawat yang dituntut untuk

memiliki kemauan dan kemampuan untuk mengembangkan skill, knowledge

dan kemampuan psikologis dalam menghadapi tantangan kerja pada

perawatan pekerjaan untuk memberikan layanan yang berkualitas kepada

pasien dan keluarganya.

Febriani (2009) mengatakan bahwa perawat merupakan salah satu

komponen utama dalam pemberian layanan kesehatan, sehingga memiliki

peranan penting terkait dengan mutu layanan kesehatan yang diberikan.

(14)

tidak memungkinkan juga perawat bisa mengalami stres. Semakin banyak

jumlah pasien yang dirawat dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat

kebutuhan juga bisa memicu terjadinya stres. Dari satu sisi, seorang perawat

harus menjalankan tugas yang menyangkut kelangsungan hidup pasien yang

dirawatnya. Disisi lain, keadaan psikologis perawat sendiri juga harus tetap

terjaga. Kondisi seperti inilah yang dapat menimbulkan rasa tertekan pada

perawat, sehingga perawat mudah mengalami stres. Stres yang berlebihan

akan berakibat buruk terhadap individu untuk berhubungan langsung dengan

lingkungan secara normal. Akibatnya kinerja perawat menjadi buruk dan

secara tidak langsung berpengaruh terhadap organisasi dimana mereka

berkerja.

Hasil survey Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun

2006 dalam Febrianti (2009) yang melaporkan bahwa sekitar setengah (50,9

%) perawat Indonesia yang bekerja di empat provinsi mengalami stres kerja,

dengan keluhan yang sering dialami yaitu pusing, lelah, tidak bisa

beristirahat karena adanya beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita

waktu, gaji yang rendah serta insentif yang tidak memadai.

Penelitian lain yang dilakukan terkait stres kerja , stres kerja yang

dialami perawat dapat membantu dalam meningkatkan kinerja dan bisa juga

dapat menyebabkan menurunnya kinerja. Seperti hasil penelitian Yesi (2010)

yang menunjukkan adanya hubungan antara tingkat stres kerja perawat

(15)

Umum (RSUD) Pasaman Barat dengan hasil penelitian menunjukkan bahwa

lebih dari setengah persen (67,5%) responden memiliki tingkat stres kerja

yang menengah dan sekitar setengah persen (52,5% ) responden memiliki

kinerja baik.

Hasil penelitian yang juga dilakukan oleh Rony (2008) di RSUD

Arifin Achmad Pekanbaru yang menunjukkan bahwa perawat yang dapat

mengatasi stres kerja di Instalasi Gawat Darurat secara adekuat hanya

sebesar 37,5%, sebagian besar perawat mengalami stres kerja dengan tingkat

stres rendah sebesar 50% dan ditemui juga stres tingkat sedang, namun

masih dalam persentase yang rendah yaitu 12,5%.

Kinerja perawat dirumah sakit terutama sebagai perawat pelaksana

dapat dilihat dari hasil yang dicapai dalam memberikan asuhan keperawatan.

Dengan demikian pencapaian standar praktik keperawatan yang tinggi atau

kinerja perawat yang tinggi dalam pelayanan keperawatan akan

mempengaruhi tingkat kualitas dalam keperawatan. Asuhan keperawatan

yang optimal merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat. Oleh

karena itu kinerja perawat harus selalu ditingkatkan dalam pemberian asuhan

keperawatan (Nathalia,R, 2004). Penelitian yang dilakukan oleh Joeharno

(2008) menunjukkan bahwa tingkat kinerja perawat pelaksana memiliki

kategori cukup sebesar 64,8% dalam melaksanakan asuhan keperawatan di

(16)

Pada tanggal 26 April 2012 peneliti melakukan survey awal di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai terhadap 10 (sepuluh) orang

perawat yang bertugas di Instalasi Rawat Inap, didapatkan informasi bahwa

perawat mengatakan stres yang dialami akibat adanya risiko penularan

penyakit seperti TBC, Hepatitis, Flu Burung dan AIDS. Selain itu perawat

juga mengatakan ada faktor lain yang menimbulkan stres kerja yaitu beban

kerja yang berlebihan, adanya konflik/perselisihan antar teman sejawat,

kesulitan dalam merawat pasien kritis, kurangnya perhatian dari pihak rumah

sakit terhadap perlindungan perawat dari penyakit infeksi, dan sering terjadi

miskomunikasi dengan keluarga pasien karena keluarga pasien merasa

kurang puas dengan pelayanan dan kinerja perawat dalam melaksanakan

tindakan keperawatan.

Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Kota Dumai merupakan sarana

pelayanan kesehatan rujukan milik pemerintah Kota Dumai memiliki 8

(delapan) ruangan rawat inap dengan jumlah pasien yang dirawat pada setiap

tahunnya mengalami peningkatan. Bertambahnya jumlah pasien yang

dirawat dapat menimbulkan permasalahan bagi perawat, terutama perawat

yang bertugas diruang rawat inap, untuk itu diperlukan perhatian khusus agar

perawat mampu bekerja secara optimal sehingga menghasilkan pelayanan

keperawatan yang bermutu dengan menggunakan proses keperawatan yang

terstruktur dan sistimatis. Proses keperawatan inilah yang nantinya dapat

(17)

Berdasarkan latar belakang tersebut peneliti ingin melihat fenomena

nyata apakah ada hubungan antara stres kerja terhadap kinerja perawat

pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

2. Rumusan Masalah

Berdasarkan masalah diatas dapat disimpulkan rumusan masalah

sebagai berikut : Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat

pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

3. Pertanyaan Penelitian

1. Bagaimana tingkat stres kerja yang dialami perawat pelaksana di Instalasi

Rawat Inap RSUD Kota Dumai?

2. Bagaimana tingkat kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Dumai?

3. Apakah ada hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

4. Tujuan

1. Tujuan umum

Tujuan umum penelitian ini adalah untuk mengetahui

hubungan stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi

(18)

2. Tujuan Khusus

Tujuan khusus penelitian ini adalah untuk :

a. Mengidentifikasi stres kerja yang dialami perawat pelaksana di

Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

b. Mengidentifikasi kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Dumai.

5. Manfaat Penelitian

Adapun manfaat dari penelitian :

1. Bagi Pendidikan Keperawatan

Menambah wawasan dan memberikan informasi dalam bidang

manajemen keperawatan, khususnya tentang stres kerja yang dialami

perawat dan sebagai bahan masukan untuk institusi pendidikan dalam

hal pengembangan dan peningkatan ilmu pengetahuan terkait stres dan

kinerja perawat di rumah sakit.

2. Bagi Pelayanan Keperawatan

Hasil penelitian ini dapat digunakan untuk mengetahui hubungan

stres kerja perawat dengan kinerja perawat diruang Rawat Inap RSUD

Kota Dumai dan dapat dijadikan sebagai bahan masukan kepada

perawat agar stres pada saat bekerja tidak mempengaruhi kinerjanya,

sehingga mutu pelayanan keperawatan yang diberikan dapat menjadi

(19)

3. Bagi penelitian selanjutnya

Merupakan bahan informasi dan perbandingan untuk penelitian

(20)

BAB 2

TINJAUAN PUSTAKA

1. Stres

1.1. Defenisi Stres

Stres merupakan ketidakmampuan mengatasi ancaman atau tuntutan

non-spesifik yang dihadapi oleh mental, fisik, emosional, dan spiritual

manusia. Stres pada suatu saat dapat mempengaruhi kesehatan fisik manusia

dalam melakukan tindakan. Perasaan stres terhadap situasi atau kondisi

lingkungan ditempat kerja dapat diekspresikan sebagai: sikap yang pesimis,

tidak puas, produktivitas rendah, dan sering absen (National Safety Council,

2003 ; Potter & Perry, 2005).

Imogene King dalam Asmadi (2008) mengatakan bahwa stres adalah

suatu keadaan yang dinamis yang berlangsung setiap kali manusia berinteraksi

dengan lingkungan yang bertujuan memelihara keseimbangan pertumbuhan,

perkembangan dan perbuatan yang meliputi pertukaran energi dan informasi

antara individu dan lingkungannya guna mengatur stresor.

1.2. Sumber Stres

Sumber stres merupakan asal penyebab suatu stres yang dapat

mempengaruhi sifat stresor seperti individu, keluarga, dan lingkungan.

Sumber stres yang berasal dari dalam diri individu umumnya dikarenakan

(21)

adalah berbagai permasalahan yang terjadi yang tidak sesuai dengan dirinya

dan tidak mampu diatasi maka dapat menimbulkan stres. Sumber stres dari

masalah keluarga ditandai dengan adanya perselisihan masalah keluarga,

masalah keuangan serta adanya tujuan yang berbeda diantara keluarga.

Permasalahan ini akan selalu menimbulkan keadaan yang dinamakan stres

begitu juga dengan sumber stres dalam masyarakat dan lingkungan umumnya,

yang dapat dilihat dari hubungan pekerjaan yang secara umum disebut

dengan stres pekerja karena lingkungan fisik, hubungan interpersonal serta

kurang adanya pengakuan di masyarakat sehingga tidak dapat berkembang

(Hidayat, 2007).

1.3. Tahapan Stres

Stres yang dialami seseorang dapat melalui beberapa tahapan. Menurut

van Amberg (1979), tahapan stres dapat dibagi menjadi enam tahap. Tahap

pertama merupakan tahapan yang ringan dari stres yang ditandai dengan

adanya semangat bekerja keras, penglihatannya tajam tidak sebagaimana

biasanya, merasa mampu menyelesaikan pekerjaan lebih dari biasanya,

kemudia n merasa senang akan pekerjaan akan tetapi kemampuan yang

dimilikinya semakin berkurang. Tahap kedua, pada stres tahap kedua ini

seseorang memiliki ciri-ciri adanya perasaan letih sewaktu bangun pagi yang

semestinya segar, terasa lelah sesudah makan siang, cepat lelah menjelang

(22)

dari biasanya, otot-otot punggung dan tengkuk terasa tegang dan tidak bisa

santai.

Tahap ketiga, pada tahap ini seseorang memiliki ciri-ciri adanya

gangguan lambung dan usus seperti buang air besar tidak teratur, ketegangan

otot semakin terasa, perasaan tidak senang, gangguan pola tidur seperti sukar

untuk memulai waktu tidur, terbangun tengah malam, lemah dan terasa seperti

tidak memiliki tena ga. Tahap keempat, pada tahap ini seseorang akan

mengalami gejala seperti segala pekerjaan yang menyenangkan terasa

membosankan, semula tanggap terhadap situasi menjadi kehilangan

kemampuan untuk merespon secara adekuat, tidak mampu melaksanakan

kegiatan sehari- hari, adanya gangguan pola tidur, sering menolak ajakan

karena tidak bergairah, daya konsentrasi dan daya ingat menurun, dan adanya

rasa ketakutan dan kecemasan yang tidak diketahui penyebabnya.

Tahap kelima, stres tahap ini ditandai dengan adanya kelelahan fisik

secara mendalam, tidak mampu menyelesaikan pekerjaan yang ringan dan

sederhana, gangguan pada sistem pencernaan semakin berat dan perasaan

ketakutan dan kecemasan semakin meningkat. Tahap keena m, tahap ini

merupakan tahap puncak dan seseorang mengalami panik dan perasaan takut

mati dengan ditemukannya gejala seperti detak jantung semakin keras susah

bernafas, terasa gemetar dan seluruh tubuh berkeringat, serta kemungkinan

(23)

1.4. Tingkatan Stres

Potter & Perry (2005) membagi tingkatan stres menjadi tiga situasi

yaitu situasi stres ringan, situasi stres sedang dan situasi stres berat. Situasi

stres ringan merupakan stresor yang dihadapi setiap orang secara teratur

seperti terlalu banyak tidur, kemacetan lalu lintas, kritikan dari atasan, stres ini

berlangsung beberapa menit atau jam.

Sementara situasi stres sedang, berlangsung lebih lama, dari beberapa

jam sampai beberapa hari, misalnya perselisihan yang tidak terselesaikan

dengan rekan kerja, anak yang sakit atau ketidakhadiran yang lama dari

anggota keluarga, sedangkan situasi stres berat, merupakan situasi kronis yang

dapat berlangsung beberapa minggu sampai beberapa tahun, seperti

perselisihan perkawinan terus- menerus, kesulitan finansial yang

berkepanjangan.

1.5. Tanda-tanda stres

Agoes, dkk (2003) menjelaskan bahwa ada beberapa tanda atau gejala

yang dapat menunjukkan ada tidaknya seseorang sudah atau belum terkena

stres. Tanda-tanda stres pada umumnya dapat dilihat melalui perasaan,

pikiran, perilaku, tubuh. Pada perasaan, tanda atau gejala yang dapat dilihat

meliputi merasa khawatir, cemas, gelisah, merasa ketakutan, mudah marah,

merasa suka murung, dan merasa tidak dapat menanggulanginya.

Tanda-tanda pada pikiran, hal ini meliputi penghargaan atas dirinya

(24)

akan masa depannya, emosi dan tidak stabil. Pada perilaku, hal ini meliputi

sulit bekerja sama, tidak mampu rileks, menangis tanpa alasan yang jelas,

bertindak menurut kata hati, mudah terkejut, penggunaan obat-obatan dan

alkohol meningkat, kehilangan nafsu atau selera makan. Pada tubuh, hal ini

meliputi berkeringat, serangan jantung meningkat, menggigil atau gemetar,

gelisah, mulut dan kerongkongan kering, sering buang air kecil, sakit kepala,

tekanan darah tinggi, rentan terhadap penyakit, dan sulit tidur.

2. Stres Kerja

2.1. Defenisi Stres Kerja

Rini (2004) mengatakan stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan

yang melampaui kemampuan individu.Istinjo (2006) mengatakan bahwa stres

pekerjaan dapat diartikan tekanan yang dirasakan karyawan karena

tugas-tugas pekerjaan tidak dapat mereka penuhi. Artinya, stres muncul saat

karyawan tidak mampu melawan apa yang menjadi tuntutan-tuntutan

pekerjaan. Ketidakjelasan apa yang menjadi tanggung jawab pekerjaan,

kekurangan waktu untuk menyelesaikan tugas, tidak ada dukungan fasilitas

untuk menjalankan pekerjaan, tugas-tugas pekerjaan yang saling bertentangan,

merupakan contoh pemicu stres.

Ilmi (2003) mengatakan bahwa stres kerja merupakan perasaan

(25)

disebabkan oleh stresor yang datang dari lingkungan kerja seperti faktor

lingkungan , organisasi dan individu.

2.2. Faktor-faktor yang Mempengaruhi Stres Kerja

Griffin (2004) mengatakan bahwa faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja antara lain tuntutan fisik, tuntutan peran, dan tuntutan

interpersonal. Tuntutan fisik yang terkait dengan lingkungan kerja misalnya

bekerja diluar ruangan dalam suhu yang sangat dingin atau panas,atau bahkan

didalam ruangan yang tidak mempunyai AC, cahaya ruangan yang buruk,

lingkungan kerja yang bising dan ruangan kerja yang sempit desain rua ngan

yang buruk yang membuat pegawai kurang memiliki privasi atau menghambat

interaksi sosial yang bisa menimbulkan stres. Tuntutan peran, tuntutan peran

bisa terkait dengan ketidakjelasan peran atau konflik peran yang mungkin

dialami individu dalam kelompok misalnya seorang pegawai yang merasa

ditekan atasannya unt uk bekerja lebih panjang. Tuntut an interpersonal,

merupakan stresor yang dikaitkan dengan hubungan dalam organisasi,

walaupun dalam beberapa kasus hubungan interpersonal dapat mengurangi

stres, hal ini juga dapat menjadi sumber stres ketika kelompok menekan

individu atau ketika terjadi konflik. Konflik interpersonal terjadi ketika dua

atau lebih individu merasakan bahwa sikap atau tujuan berbeda, kurangnya

dukungan sosial dari rekan-rekan dan hubungan antar pribadi yang buruk juga

(26)

Dewe (1989, dikutip dalam Abraham, 1997) menyatakan bahwa

penyebab stres kerja perawat terdiri dari beban kerja yang berlebihan seperti

merawat terlalu banyak pasien, mengalami kesulitan dalam mempertahankan

standar yang tinggi, merasa tidak mampu memberi dukungan yang dibutuhkan

teman dalam bekerja dan menghadapi masalah keterbatasan tenaga. Kesulitan

menjalin hubungan dengan staf lain seperti mengalami konflik dengan teman

sejawat, mengetahui orang lain tidak menghargai sumbangsih yang dilakukan

dan gagal membentuk tim kerja dengan staf. Kesulitan terlibat dalam merawat

pasien kritis seperti menjalankan peralatan yang belum dikenal, mengelola

prosedur atau tindakan baru dan bekerja dengan dokter yang menuntut

jawaban dan tindakan cepat.

Kemudian dalam hal berurusan dengan pengobatan/perawatan pasien,

misalnya bekerja dengan dokter yang tidak memahami kebutuhan sosial dan

emosional pasien, terlibat dalam ketidaksepakatan pada program tindakan,

merasa tidak pasti sejauh mana harus memberi informasi pada pasien atau

keluarga dan merawat pasien sulit atau tidak kerjasama. Serta merawat pasien

yang gagal untuk membaik, misalnya pasien lansia, pasien nyeri kronis atau

mereka yang meninggal selama dirawat.

Menurut National Safety Council (2004), penyebab atau sumber stres

kerja dikelompokkan dalam tiga kategori. Penyebab organisasional, penyebab

individual dan penyebab dari lingkungan. Faktor penyebab organisasional

(27)

tenggat waktu dan kuota yang tidak logis, relokasi pekerjaan, kurangnya

pelatihan, karier yang melelahkan, hubungan dengan majikan (penyelia yang

buruk), selalu mengikuti perkembangan teknologi (mesin faks,voice mail,dll),

Downsizing (bertambahnya tanggung jawab tanpa penambahan gaji),

pekerjaan dikorbankan (penurunan laba yang didapat). Penyebab Individual,

antara lain pertentangan antara karier dan tanggung jawab keluarga,

ketidakpastian ekonomi, kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja,

kejenuhan, ketidakpuasan kerja, kebosanan, perawatan anak yang tidak

adekuat, konflik dengan rekan kerja. Penyebab dari lingkungan yang bisa

menjadi penyebab stres karena adanya kondisi lingkungan kerja yang buruk

(pencahayaan, kebisingan, ventilasi, suhu, dll), diskriminasi ras, pelecehan

seksual, kekerasan di tempat kerja, serta kemacetan saat berangkat dan pulang

kerja.

2.3. Dampak Stres Kerja

Rini (2004) mengatakan bahwadampak stres kerja bagi individu

adalah munculnya masalah- masalah yang berhubungan dengan kesehatan,

psikologis, dan interaksi interpersonal. Dampak bagi kesehatan, tubuh akan

mudah terserang penyakit. Dampak psikologis, stres yang berkepanjangan

akan menyebabkan ketegangan dan kekuatiran yang terus- menerus, dan

dampak secara interaksi interpersonal, akan sering terjadi salah persepsi dalam

membaca dan mengartikan suatu keadaan, pendapat atau penilaian, kritik,

(28)

2.4. Cara Mengatasi Stres Kerja

Yates (1979, dikutip dari Rini 2004) mengatakan stres kerja sekecil

apapun juga harus ditangani dengan segera. Ada delapan aturan main yang

harus diikuti dalam mengatasi stres yaitumempertahankan kesehatan sebaik

mungkin, dengan berbagai cara agar individu tidak jatuh sakit, menerima diri

apa adanya dengan segala kekurangan dan kelebihan serta kegagalan maupun

keberhasilan sebagai bagian dari kehidupan yang dialami, tetap memelihara

hubungan persahabatan yang indah dengan seseorang yang dianggap paling

bisa untuk curhat.

Melakukan tindakan positif dan konstruktif dalam mengatasi sumber

stres di dalam pekerjaan, misalnya segera mencari solusi atas permasalahan

yang dihadapi dalam pekerjaan, tetap selalu memelihara hubungan stres

dengan orang-orang diluar lingkungan pekerjaan, misalnya, tenaga atau

kerabat dekat, berusaha mempertahankan aktivitas yang kreatif diluar

pekerjaan, misalnya berolahraga atau berekreasi, selalu melibatkan diri dalam

pekerjaan-pekerjaan yang berguna, misalnya kegiatan stres dan keaga maan,

serta menggunakan metode analisa yang cukup ilmiah dan rasional dalam

(29)

3. Kinerja

3.1. Defenisi Kinerja

Gordon dalam Nawawi (2006), kinerja merupakan suatu fungsi

kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat pencapaian

tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja.

3.2.Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja

Faktor-faktor yang mempengaruhi kinerja antara lain pengetahuan,

pengalaman dan kepribadian. Pengetahuan, khususnya yang berhubungan

dengan pekerjaan yang menjadi tanggung jawab dalam bekerja, mencakup

jenis dan jenjang pendidikan serta pelatihan yang pernah diikuti dibidangnya.

Pengalaman, berkaitan dengan jumlah waktu atau lamanya dalam bekerja,

tetapi berkenaan juga dengan substansi yang dikerjakan yang jika

dilaksanakan dalam waktu yang cukup lama akan meningkatkan kemampuan

dalam mengerjakan suatu bidang tertentu. Kepribadian, berupa kondisi

didalam diri seseorang dalam menghadapi bidang kerjanya, seperti minat,

bakat, kemampuan bekerjasama/ keterbukaan, ketekunan, kejujuran, motivasi

kerja, dan sikap terhadap pekerjaan (Nawawi, 2006).

3.3. Evaluasi kinerja

Penilaian kinerja merupakan alat yang paling dapat dipercaya oleh manajer

perawat dalam mengontrol sumber daya manusia dan produktivitas. Proses

(30)

pegawai dalam rangka menghasilkan jasa keperawatan dalam kualitas dan

volume yang tinggi (Nursalam, 2008).

Menurut Nawawi (2006), mengatakan bahwa evaluasi kinerja

merupakan kegiatan mengukur/menilai pelaksanaan pekerjaan yang hasilnya

dijadikan umpan balik (feed back) untuk membuat keput usan mengenai

keberhasilan atau kegagalan seseoarang pekerja dalam melaksanakan tugas

pokoknya

3.4. Proses Keperawatan

Potter & Perry (2005) mengatakan bahwa proses keperawatan adalah

suatu pendekatan untuk pemecahan masalah yang memampukan perawat

untuk mengatur dan memberikan asuhan keperawatan. Ada lima tahap proses

keperawatan yaitu pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan,

implementasi, evaluasi.

Pengkajian merupakan langkah pertama dari proses keperawatan,

dimulai perawat dengan menerapkan pengetahuan dan pengalaman untuk

menyimpulkan data tentang klien. Pengkajian digunakan dalam peran

kolaboratif perawat. Perawat membuat pengamatan klinis tentang klien,

melaporkan situasi klien yang berhubungan degan masalah medis. Dalam

peran mandiri memberikan perawatan kesehatan, perawat mengaji kebutuhan

kesehatan klien dan melakukan intervensi.Pengkajian yang akurat penting

(31)

Diagnosa keperawatan, setelah menyelesaikan pengkajian

keperawatan, perawat melanjutkan pada diagnosa keperawatan yang

merupakan penilaian khusus tentang respon individu, keluarga dan komunitas

terhadap masalah kesehatan aktual atau potensial. Diagnosa keperawatan yaitu

pernyataan yang menguraikan respon actual atau potensial terhadap masalah

kesehatan, perawat mempunyai izin dan berkompeten untuk mengatasinya.

Perencanaan merupakan kategori dari prilaku keperawatan dimana

tujuan yang berpusat pada klien dan hasil yang diperkirakan ditetapkan dan

diintervensi keperawatan dipilih untuk tujuan tersebut. Selama perencanaan

dibuat prioritas. Selain berkolaborasi dengan klien dan keluarga klien,

perawatan berkolaborasi dengan anggota tim perawatan kesehatan lainnya,

memodifikasi asuhan dan mencatat informasi yang relevan tentang kebutuhan

perawat kesehatan dan penatalaksanaan klinis.

Implementasi, implementasi merupakan komponen dari proses keperawatan.

Implementasi mencakup melakukan, membantu atau mengarah kinerja

aktivitas kehidupan sehari- hari, memberikan asuhan keperawatan untuk

mencapai tujuan yang berpusat pada klien, mencatat serta melakukan

pertukaran informasi yang relevan dengan perawatan kesehatan yang

berkelanjutan dari klien. Selama implementasi, perawatan mengkaji kembali

klien, memodifikasi rencana asuhan dan menulis kembali hasil yang

(32)

Evaluasi, tahap evaluasi dari proses keperawatan untuk mengukur

respons klien terhadap tindakan keperawatan dan kemajuan klien kearah

pencapaian tujuan. Perawat mengevaluasi apakah prilaku atau respon klien

mencerminkan suatu kemunduran atau kemajuan dalam diagnosa keperawatan

atau pemeliharaan stasus yang sehat. Selama evaluasi perawatan memutuskan

apakah langkah proses keperawatan sebelumnya telah efektif.

3.5.Standar Instrumen Penilaian Kinerja Perawat dalam Melaksanakan

Asuhan keperawatan

Penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien di dalam

melaksanakan asuhan keperawatan digunakan standar praktik keperawatan

yang merupakan pedoman bagi perawatan dala m melaksanakan asuhan

keperawatan. Standar praktik keperawatan yang telah dijabarkan oleh PPNI

(2000 dikutip dari Nursalam, 2008) yang mengacudalam keperawatan yang

meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan, perencanaan, implementasi dan

evaluasi. Standar pertama yaitu pengkajian,pada pengkajian perawat

mengumpulkan data tentang status kesehatan pasien secara sistematis,

menyeluruh, akurat, singkat dan berkesinambungan. Kriteria pengkajian yaitu,

pengumpulan data dilakukan dengan cara anamnesa, observasi, pemeriksaan

fisik. Sumber data adalah pasien, keluarga atau orang terkait, tim kesehatan,

rekam medis dan catatan lain. Standar kedua yaitu diagnosa keperawatan,pada

(33)

keperawatan. Kriteria proses diagnosa terdiri dari analisa, interpretasi data,

identifikasi masalah pasien dan perumusan diagnosa keperawatan.

Diagnosa keperawatan terdiri dari masala h, penyebab, tanda atau

gejala. Bekerjasama dengan pasien dan petugas kesehatan lainuntuk

memvalidasi diagnosa keperawatan, melakukan pengkajian ulang dan

merevisi diagnosa berdasarkan data baru. Standar ketiga yaitu perencanaan

keperawatan, pada perencanaan perawat membuat rencana tindakan

keperawatan untuk mengatasi masalah dan meningkatkan kesehatan pasien.

Kriteria pada perencanaan terdiri dari penetapan prioritas masalah, tujuan dan

rencana tindakan keperawatan, bekerjasama dengan pasien dalam menyusun

rencana tindakan keperawatan, perencanaan bersifat individual sesuai dengan

kondisi atau kebutuhan pasien, mendokumentasikan rencana keperawatan.

Standar keempat yaitu Implementasi, perawat mengimplementasikan

tindakan yang telah diidentifikasi dalam rencana asuhan keperawatan.

Kriteria, bekerjasama dengan pasien dalam pelaksanaan tindakan

keperawatan, berkolaborasi dengan tim kesehatan lain, melakukan tindakan

keperawatan untuk mengatasi kesehatan pasien, memberikan pendidikan pada

pasien dan keluarga mengenai konsep, keterampilan asuhan diri serta

membantu pasien memodifikasi lingkungan yang digunakan, mengkaji ulang

dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan yang berdasarkan respon

(34)

Standar kelima yaitu evaluasi keperawatan, perawat mengevaluasi

kemajuan pasien terhadap tindakan keperawtan dalam pencapaian tujuan dan

merevisi data dasar dan perencanaan. Kriteria evaluasi terdiri dari,menyusun

perencanaan evaluasi hasil dari intervensi secara komprehensif, tepat waktu

dan terus-menerus, menggunakan data dasar dan respon pasien dalam

mengukur perkembangan kearah pencapaian tujuan, memvalidasi dan

menganalisis data baru dengan teman sejawat, bekerjasama dengan pasien

keluarga untuk memodifikasi rencana asuhan keperawatan,

mendokumentasikan hasil evaluasi dan memodifikasi perencanaan.

Menurut Departemen Kesehatan (Depkes), 2005 bahwa instrument

evaluasi penerapan standar asuhan keperawatan di Rumah Sakit dilihat dari

beberapa aspek, yaitu pengkajian, diagnosa, intervensi (perencanaan),

implementasi (tindakan), evaluasi. Tahap pertama pengkajian terdiri dari

mencatat data yang dikaji sesuai dengan pedoman pengkajian, data

dikelompokkan (bio-psiko-sosial-spritual), data dikaji sejak pasien masuk

sampai pulang, masalah dirumuskan berdasarkan kesenjangan antara status

kesehatan dengan norma dan pola fungsi kehidupan. Tahap kedua yaitu

diagnosa yang terdiri dari diagnosa keperawatan berdasarkan masalah yang

telah dirumuskan, diagnosa keperawatan mencerminkan PE/PES,

merumuskan diagnosa keperawatan actual/potensial. Tahap ketiga yaitu

intervensi yang dibuat berdasarkan diagnosa keperawatan, disusun

(35)

pasien/subyek, perubahan, perilaku, kondisi pasien dan atau kriteria waktu,

rencana tindakan mengacu pada tujuan dengan kalimat perintah, terinci dan

jelas, rencana tindakan menggambarkan keterlibatan pasien/keluarga, dan

rencana tindakan menggambarkan kerjasama dengan tim kesehatan lain.

Tahap implementasi, tindakan dilaksanakan mengacu pada rencana

keperawatan, perawat mengobservasi respon pasien terhadap tindakan

keperawatan, revisi tindakan berdasarkan hasil evaluasi, semua tindakan yang

telah dilaksanakan dicatat ringkas dan jelas. Tahap evaluasi, pada tahap ini

mengacu pada tujuan dan hasil evaluasi kemudian dicatat.

4. Hubungan stres kerja dengan kinerja perawat

Hubungan stres kerja dengan kinerja merupakan hubungan U terbalik,

artinya semakin tinggi tingkat stres, tantangan kerja juga bertambah maka

akan mengakibatkan prestasi juga bertambah, apabila tingkat stres sudah

optimal maka akan menyebabkan gangguan kesehatan dan pada akhirnya

akan menurunkan prestasi kerja (Iswanto,1999 dan Higgins, 2000 dikutip

(36)

BAB 3

KERANGKA PENELITIAN

1. Kerangka Konseptual

Stres kerja merupakan tuntutan pekerjaan yang melampaui

kemampuan individu (Rini, 2004). Adapun kerangka konsep dari stres kerja yang

akan diteliti dalam penelitian ini adalah faktor- faktor yang mempengaruhi stres

kerja menurut Griffin, 2004 & Dewe, 1989 dalam Abraham, 1997 antara lain

adalah tuntutan fisik, tuntutan peran, tuntutan interpersonal, beban kerja yang

berlebihan, kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain, dan kesulitan terlibat

dalam merawat pasien kritis. Dimana faktor- faktor stres kerja perawat akan

mempengaruhi kinerja perawat dalam melaksanakan asuhan keperawatan.

Gordon dalam Nawawi (2006) mengatakan bahwa kinerja merupakan suatu

fungsi kemampuan pekerja dalam menerima tujuan pekerjaan, tingkat

pencapaian tujuan dan interaksi antara tujuan dan kemampuan pekerja. Kinerja

perawat yang akan diteliti dalam penelitian ini menggunakan standar praktik

keperawatan yang telah dijabarkan oleh Persatuan Perawat Nasional Indonesia

(PPNI), 2000 dalam Nursalam, 2008 antara lain meliputi : pengkajian, diagnosa

(37)

Skema 3.1

Kerangka Konsep Penelitian

Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat pelaksana

Variabel Independen Variabel Dependen

Stres Kerja

- Tuntutan fisik - Tuntutan peran

- Tuntutan interpersonal (Griffin, 2004).

- Beban kerja yang berlebih - Kesulitan menjalin hubungan

dengan staf lain

- Kesulitan terlibat dalam merawat pasien kritis (Dewe, 1989 dikutip dalam

Abraham, 1997).

Kinerja Perawat

- Pengkajian

- Diagnosa keperawatan - Perencanaan

- Implementasi

(38)

2. Kerangka Operasional

Tabel 3.1

Kerangka Operasional

Hubungan stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

(39)

Tabel 3.1

Kerangka Operasional

Hubungan stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana

No Variabel Defenisi Operasional

Hipotesa yang digunakan dalam penelitian ini adalah hipotesa

alternatif (Ha) yaitu terdapat hubungan antara stres kerja dengan kinerja

(40)

BAB 4

METODOLOGI PENELITIAN

1. Desain Penelitian

Penelitian ini menggunakan penelitian deskriptif korelasidengan cara

melihat skor atau nilai rata-rata dari variabel stres kerja dengan variabel kinerja

perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai. Koefisien

korelasi yang diperoleh selanjutnya dapat dijadikan dasar untuk menguji

hipotesis penelitian yang dikemukakan dengan membuktikan apakah ada

hubungan antara kedua variabel tersebut (Hidayat, 2007).

2. Populasi dan Sampel Penelitian

2.1.Populasi Penelitian

Populasi penelitian merupakan seluruh subjek atau objek dengan

karakteristik tertentu yang akan diteliti (Hidayat, 2007). Populasi dalam

penelitian ini adalah perawat pelaksana yang bekerja di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Dumai dengan kriteria ruangan yaitu : ruangan irna A, irna B,

irna C dan irna D yang berjumlah 82 perawat.

2.2. Sampel Penelitian

Sampel adalah sebagian atau wakil populasi yang diteliti (Arikunto,

2006). Penentuan jumlah sampel dalam penelitian ini dilakukan dengan

menggunakan tehnik purposive sampling, yaitu suatu tehnik penetapan

(41)

dihendaki peneliti (tujuan/masalah dalam penelitian) sehingga sampel

tersebut dapat mewakili karakteristik populasi yang telah dikenal

sebelumnya (Arikunto, 2006). Penelitian ini dilakukan pada perawat

pelaksana yang bekerja di 4 unit instalasi rawat inap dengan jumlah sampel

sebanyak 45 orang.

Perhitungan besar sampel ditetapkan dengan menggunakan rumus

Notoatmodjo (2005) :

n = N

1+ N (d²)

Keterangan :

N = Besar populasi

n = Besar sampel

d = Tingkat kepercayaan/ketetapan yang diinginkan

n = 82

1+ 82 (0,1²)

n = 82

1+ 82 (0,01)

n = 45,05

Pengambilan sampel dari setiap unit ditentukan dengan menggunakan

rumus Isgiyanto (2009) :

N i x n ni =

(42)

Keterangan :

ni = Besar sampel yang harus diambil dari unit 1

Ni = Besar populasi dari unit 1

N = Besar Populasi

n = Besar sampel

ni = 13,1

Tabel 4.1.

Tehnik Pengambilan Sampel dari Tiap-Tiap Ruangan

No Ruangan Populasi Sampel

1 IRNA A 24 13

2 IRNA B 21 11

3 IRNA C 19 10

4 IRNA D 18 11

Jumlah 82 45

Kriteria sampel yang diteliti adalah perawat pelaksana di Instalasi

rawat Inap RSUD Kota Dumai di unit irna A, irna B, irna C dan irna D.

3. Lokasi Penelitian dan Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai.

Adapun pertimbangan pemilihan rumah sakit tersebut karena merupakan rumah 24 x 45

(43)

sakit tipe B, rumah sakit pendidikan, perawat bekerja selama 24 jam dan sampel

penelitian jumlahnya tersedia. Penelitian ini dilaksanakan pada bulan Agustus-

September 2012.

4. Pertimbangan Etik

Dalam penelitian ini peneliti memberi penjelasan kepada responden

tentang maksud dan tujuan penelitian serta prosedur penelitian yang dilakukan.

Jika responden bersedia diteliti maka diminta kepada responden untuk

menandatangani lembar persetujuan (informed consent). Jika responden menolak

untuk diteliti maka peneliti tidak memaksa dan tetap menghormati hak

responden. Kerahasiaan catatan menge nai responden dijamin dengan

menggunakan inisial responden atau memberi kode pada masing- masing lembar

kuesioner dan menyimpan instrument penelitian selesai digunakan untuk

kepentingan peneliti. (Nursalam, 2003).

5. Instrumen Penelitian

Instrumen yang akan digunakan dalam penelitian ini adalah kuesioner.

Kuesioner stres kerja disusun sendiri oleh peneliti berdasarkan tinjauan pustaka

dari faktor- faktor yang mempengaruhi stres kerja menurut Griffin, 2004 &Dewe,

1989 dalam Abraham,1997 dan untuk kuesioner kinerja perawat pelaksana juga

disusun sendiri oleh peneliti sesuai dengan tinjauan pustaka yang dijabarkan

(44)

yaitu bagian pertama tentang data demografi meliputi, kode responden, status,

pendidikan, status kepegawaian, lama bekerja dan besar gaji/tunjangan.

Bagian kedua tentang stres kerja terdiri dari 15 pernyataan. Pilihan

jawaban yang diberikan adalah tidak pernah diberi skor 1, kadang-kadang diberi

skor 2, sering diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Menurut Wahyuni (2011)

berdasarkan rumus statistika p= rentang/banyak kelas. Rentang merupakan

pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah, nilai terendah yang mungkin

diperoleh oleh setiap responden adalah 15 dan nilai tertinggi adalah 60. Rentang

kelas sebesar 45 (60-15) dan banyak kelas yang diinginkan adalah 3 yaitu stres

kerja ringan (15-30), stres kerja sedang (31-45), stres kerja berat (46-60).

Berdasarkan uraian diatas kuesioner stres kerja dapat dilihat pada

tabel 4.2.

Tabel 4.2.

Kuesioner Stres Kerja

Variabel Sub variable No Soal Jumlah

soal

Stres kerja Tuntutan fisik Tuntutan peran

Tuntutan interpersonal Beban kerja yang berlebihan

Kesulitan menjalin hubungan dengan staf lain

(45)

Bagian ketiga tentang kinerja perawat pelaksana terdiri dari 23

pernyataan. Pilihan yang diberikan adalah tidak pernah diberi skor 1,

kadang-kadaing diberi skor 3, selalu diberi skor 4. Menurut Wahyuni (2011) berdasarkan

k kelas. Rentang merupakan pengurangan nilai tertinggi dengan nilai terendah,

nilai terendah yang mungkin diperoleh oleh setiap responden adalah 23 tertinggi

adalah 92. Rentang kelas sebesar 69 (92-23) dan banyak kelas yang diiginkan

adalah 3 yaitu, kinerja baik (70-92), kinerja cukup (47-69), kinerja kurang

(23-46). Berdasarkan uraian diatas lembaran kuesioner kinerja perawat pelaksana

(46)

Tabel 4.3.

Kuesioner Kinerja Perawat Pelaksana

Variabel Sub variable No soal Jumlah soal

Kinerja

Validitas merupakan suatu indeks yang menunjukkan kemampuan

instrumen pengumpulan data untuk mengukur apa yang harus diukur, untuk

mendapatkan data yang relevan dengan apa yang sedang diukur (Dempsey,

2002). Untuk menguji validitas berdasarkan tinjauan pustaka selanjutnya

dikonsultasikan kepada yang berkompeten dibidang tersebut (Setiadi, 2007).

Pada instrument penelitian ini, uji validitas dilakukan sebelum pengumpulan

data dengan melakukan konsultasi kepada beberapa ahli administrasi

keperawatan yakni kepada Diah Arrum, S.Kep,Ns, M.Kep di Departemen

Keperawatan Dasar & Medikal Bedah Fakultas Keperawatan USU dan Ns

Junaina Ridwan S.Kep selaku Kepala Seksi (Ka.Sie) Keperawatan di RSUD

(47)

6.2. Uji Reliabilitas

Uji realiabilitas instrumen adalah suatu uji yang dilakukan untuk

mengetahui konsistensi dari instrument sehingga dapat digunakan untuk

penelitian selanjutnya dalam ruang lingkup yang sama. Sebuah instrument

disebut reliabel jika instrument itu melakukan apa yang seharusnya

dilakukan dengan cara yang sama (Dempsey, 2002).

Pada penelitian ini peneliti melakukan reliabel di Instalasi Rawat Inap

RSUD Kota Dumai ( Irna A, Irna B, Irna C, Irna D) yang dilakukan sebelum

penelitian dengan menggunakan teknik tes ulang dimana kuesioner yang

sama diteskan kepada kelompok responden yang bukan menjadi sampel

dalam penelitian ini tetapi masih termasuk dalam populasi yang sama yang

diberikan kepada perawat pelaksana yang terpilih berdasarkan pertimbangan

pribadi peneliti sendiri sebanyak 30 sampel dengan menggunakan

Cronbach’s alpha dengan program komputerisasi. Adapun alasan peneliti

menggunakan rumus Cronbach’s alpha karena skala pengukuran kuesioner

menggunakan skala ordinal. Untuk kuesioner stres kerja diperoleh hasil

0,842 dan untuk kuesioner kinerja perawat pelaksana hasil yang diperoleh

0,948. Hasil ini sudah dikatakan reliabel sesuai dengan pendapat Dempsey

(2002) yang mengatakan bahwa suatu instrument pengukuran yang

memiliki reliabilitas sempurna koefisiennya 1,00 yaitu 0,80 ; 0,70 ; atau

(48)

7. Prosedur Pengumpulan Data

Peneliti mengajukan permohonan izin pelaksanaan penelitian pada

Institusi Pendidikan Program Studi Ilmu keperawatan FK USU yang dilanjutkan

dengan mengajukan permohonan izin penelitian di RSUD Kota Dumai. Setelah

mendapat izin dari Direktur RSUD Kota Dumai. Mula- mula peneliti

mengidentifikasi semua karakteristik populasi dengan mengadakan studi

pendahuluan/dengan mempelajari berbagai hal yang berhubungan dengan

populasi. Kemudian peneliti menetapkan sampel berdasarkan pada

pertimbangan pribadi peneliti sendiri, sebagian dari anggota populasi menjadi

sampel penelitian dan sebagian populasi menjadi uji ulang reliabel. Sampel

pertama dari tiap unit diambil secara acak oleh perwakilan perawat pelaksana

dari tiap unit yang pengambilannya diberikan nomor urut dengan teknik undian.

Kemudian sampel berikutnya dipilih dengan mengambil setiap anggota populasi

dari setiap unit dengan menggunakan rumus interval tertentu. Interval disini

merupakan kelipatan atau pola yang digunakan dalam pengambilan sampel

populasi dari tiap unit yang menyerupai deret ukur yang akan mempengaruhi

terpilih tidaknya sampel berikutnya (Istijanto,2006).

Jumlah populasi setiap unit

Jumlah sampel yang diambil

24

13

= 1,8 Rumus Interval =

(49)

Setelah sampel terpilih sesuai rumus interval kemudian peneliti

mengadakan pendekatan kepada calon responden untuk mendapatkan

persetujuan sebagai sampel penelitian, responden diambil sesuai rumus dari

tiap-tiap ruang rawat inap dan responden diberi kesempatan membaca lembar

persetujuan kemudian menandatangani lembar persetujuan tersebut.

Responden diminta untuk menjawab pertanyaan yang terdapat pada

lembaran kuesioner sesuai dengan petunjuk masing- masing bagian. Peneliti

memberitahu responden untuk mengisi kuesioner sesuai dengan apa yang

dialami, dirasakan, dilakukan oleh responden dan harus diisi sendiri oleh

responden. Notoatmodjo (2005) mengatakan bahwa jika kuesioner yang

diberikan terlalu banyak akan memakan waktu yang panjang dan dapat

menimbulkan kebosanan dari responden. Apabila responden sudah bosan maka

jawaban yang akan diberikan akan bias.

8. Analisa Data

Setelah semua data terkumpul maka dilakukan analisa data melalui

beberapa tahapan, antara lain tahap pertama editing yaitu mengecek kelengkapan

identitas responden serta memastikan bahwa semua pertanyaan telah diisi sesuai

petunjuk, tahap coding yaitu memb eri kode atau angka tertentu pada kuesioner

untuk mmpermudah waktu mengadakan tabulasi dan analisa, tahap ketiga

processing yaitu memasukkan data dari kuesioner kedalam program komputer

(50)

yaitu mengecek kembali data yang telah di entry untuk mengetahui ada

kesalahan atau tidak. Data yang sudah diolah, disajikan dalam bentuk tabel

distribusi frekuensi, deskripsi tentang sampel penelitian berupa frekuensi dan

presentase yaitu pada data demografi, stres kerja dan kinerja perawat pelaksana.

Hubungan antara dua variabel dalam penelitian diuji dengan

menggunakan korelasi pearson, sebab kedua variabel termasuk kelompok data

ordinal dan berdistribusi normal. Ada tidaknya korelasi dinyatakan dalam angka

pada indeks. Arah korelasi dinyatakan dalam tanda (+) menyatakan adanya

korelasi sejajar searah, dan tanda (-) menyatakan korelasi sejajar berlawanan

arah (Arikunto, 2002).Pada uji ini, ada dua jenis kelompok data- interval

berbeda saling dibandingkan untuk menentukan derajat hubungan diantara

keduanya, karena r berkisar antara -1,0 sampai +1,0 sehingga dapat dikatakan

bahwa poin ini saling berhubungan baik secara positif atau secara negatif. Di sisi

lain, jika koefisien korelasi mendekati 0, maka poin-poin tersebut hubungannya

lemah atau tidak ada hubungan .

Tahapan terakhir dalam analisa data adalah mengidentifikasi

hubungan antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di instalasi rawat

inap RSUD Kota Dumai. Untuk mengetahui hubungan antar variabel digunakan

uji statistik korelasi pearson, dengan batas kemaknaan a= 0,05. Dengan

(51)

BAB 5

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

Pada bab ini akan diuraikan data hasil penelitian dan pembahasan yang

diperoleh dari hasil pengumpulan data terhadap 45 perawat di Instalasi rawat inap

Irna A, Irna B, Irna C dan Irna D di RSUD Kota Dumai. Penyajian data penelitian ini

meliputi deskriptif karakteristik responden, stres kerja, kinerja perawat pelaksana,

dan korelasi stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di RSUD Kota Dumai.

1. Hasil Penelitian

1.1. Karakteristik Responden

Tabel 5.1. Distribusi frekuensi dan Persentase Karakteristik Responden di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

(52)

Berdasarkan tabel 5.1 hasil penelitian ini menunjukkan bahwa

mayoritas responden berstatus menikah yaitu 26 orang (57,8%) dengan

tingkat pendidikan mayoritas responden berpendidikan DIII Keperawatan

yaitu 40 orang (88,9%) dan dilihat dari status kepegawaiannya mayoritas

responden berstatus sebagai tenaga kerja lepas (TKL) yaitu 24 orang

(53,3%) dan mayoritas responden dengan lama bekerja < 5 tahun yaitu 35

orang (77,8%) serta menerima gaji/ pendapatan mayoritas responden

sebesar RP. 800.000- RP.1 Juta yaitu 20 orang (44,4%).

1.2. Stres Kerja

Tabel 5.2. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Stres Kerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Tingkat Stres kerja Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Stres kerja ringan 17 37,8

Stres kerja sedang 19 42,2

Stres kerja Berat 9 20,0

Total 45 100%

Berdasarkan tabel 5.2 hasil penelitian menunjukkan bahwa mayoritas

perawat yang bekerja di ruang rawat inap RSUD Kota Dumai 17perawat

(37,8%) mengalami stres kerja ringan, 19 perawat (42,2%) mengalami stres

(53)

1.3. Kinerja Perawat

Tabel 5.3. Distribusi Frekuensi dan Persentase Tingkat Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Tingkat Kinerja Perawat Frekuensi (n) Persentase (%)

Kinerja Baik 14 31,1 Kinerja Cukup 22 48,9 Kinerja Kurang 9 20,0 Total 45 100%

Berdasarkan tabel 5.3 pengelompokan tingkat kinerja perawat, hasil

penelitian menunjukkan bahwa mayoritas perawat memiliki kinerja cukup

yaitu 22 perawat (48,9 %), 14 perawat (31,1%) memiliki kinerja baik, 9

perawat (20,0%) memiliki kinerja kurang.

1.4. Analisa Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Di Ruang Rawat

Inap RSUD Kota Dumai

Tabel 5.4. Hasil Uji Statistik Pearson Correlation Stres Kerja dengan Kinerja Perawat di Ruang Rawat Inap RSUD Kota Dumai (N=45)

Hasil Korelasi Stres Kerja Kinerja

(54)

Berdasarkan tabel 5.4 hasil uji statistik secara komputerisasi

menggunakan pearson correlation. Koefisien korelasi stres kerja dengan

kinerja perawat diperoleh 0,682 berarti korelasi stres kerja dengan kinerja

perawat mempunyai hubungan yang kuat dan nilai p- value pada kolom sig

(2-tailed) sebesar 0,000. Angka ini lebih kecil dari nilai a= 0,05. Hal ini

diinterpretasikan bahwa Ho di tolak, yang artinya ada hubungan antara stres

kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Ruang Rawat Inap RSUD Kota

Dumai.

2. Pembahasan

2.1. Stres Kerja

Berdasarkan hasil penelitian didapatkan bahwa mayoritas perawat

mengalami stres kerja sedang sebanyak 19 perawat (42,2%) yang

memberikan gambaran tentang bahwa masih adanya faktor yang

mempengaruhi timbulnya stres pada perawat terkait dengan lingkungan

kerja dan faktor beban kerja yang berlebihan dan kesulitan menjalin

hubungan dengan staf yang lain yang dirasakan perawat di ruang rawat inap

RSUD Kota Dumai.

Stres kerja pada kategori sedang pada penelitian ini salah satunya

merupakan kondisi tempat kerja yang kurang sehat dikarenakan masih

adanya resiko penularan penyakit di setiap ruangan rawat inap dan perawat

(55)

kerja yang berat dan masih mempunyai konflik dengan teman sejawat

sehingga menimbulkan stres pada perawat. Hal ini sesuai dengan pendapat

Griffin (2004) yang mengatakan bahwa tuntutan fisik terkait dengan

lingkungan kerja yaitu kondisi tempat kerja yang kurang sehat dapat

menimbulkan stres. Penyebab stres juga dikemukakan oleh Dewe (1989,

dikutip dalam Abraham, 1997) yang menyatakan bahwa beban kerja yang

terlalu berlebihan, masalah keterbatasan tenaga dan kesulitan menjalin

hubungan dengan teman staf lain seperti mengalami konflik dengan teman

sejawat. Hasil penelitian sebelumnya yang di kemukakan oleh Febriani

(2009) juga mengatakan bahwa semakin banyak jumlah pasien yang dirawat

dan semakin beragamnya penyakit serta tingkat kebutuhan juga bisa

memicu terjadinya stres.

Menurut asumsi peneliti, jika dilihat dari status kepegawaian,

rata-rata tenaga keperawatan masih berstatus Tenaga Kerja Lepas (TKL), ini

berarti adanya perbedaan atau diskriminasi struktur organisasi yang

menggambarkan garis tanggung jawab dalam suatu pekerjaan. Hal ini sesuai

dengan pendapat National Safety Council (2004) salah satu penyebab stres

adalah kurangnya penghargaan dan pengakuan kerja.

Di lihat dari besar gaji dan tunjangan perbulan, penghasilan

responden yang paling banyak adalah antara Rp. 800.000- Rp. 1 Juta

perbulan dengan jumlah responden sebanyak 20 orang (44,4%). Menurut

(56)

satunya adalah Downsizing (bertambahnya tanggung jawab tanpa

penambahan gaji) yang bisa menimbulkan stres.Sesuai dengan hasil survey

Persatuan Perawat Nasional Indonesia (PPNI) tahun 2006 dalam Febrianti

(2009) yang melaporkan bahwa sekitar setengah (50,9 %) perawat Indonesia

yang bekerja di empat provinsi mengalami stres kerja, dengan keluhan yang

sering dialami yaitu pusing, lelah, tidak bisa beristirahat karena adanya

beban kerja yang terlalu tinggi dan menyita waktu, gaji yangrendah serta

insentif yang tidak memadai.

2.2. Kine rja Perawat

Berdasarkan hasil penelitian mayoritas perawat yang bekerja di

ruang rawat inap RSUD Kota Dumaimempunyai kinerja dalam kategori

cukup dalam melaksanakan asuhan keperawatan sebanyak 22 perawat

(48,9%). Kinerja perawat pelaksana pada kategori cukup pada penelitian ini

dikategorikan dari kemampuan yang dimiliki oleh tenaga perawat pelaksana

dalam melaksanakan tindakan asuhan keperawatan pasien yang terkait

dengan perawat lebih banyak melakukan pengkajian pada klien dengan

melengkapi format pengkajian, melakukan pengkajian melalui anamnesa dan

observasi, perawat lebih banyak merumuskan diagnosa keperawatan

berdasarkan masalah, penyebab atau gejala, perawat membuat rencana

perawatan pasien berdasarkan kondisi dan kebutuhan pasien, perawat

mengkaji ulang dan merevisi pelaksanaan tindakan keperawatan saat

(57)

kondisi kesehatan pasien dan perawat mengevaluasi kondisi pasien secara

terus menerus.

PPNI (2000 dikutip dari Nursalam,2008) yang mengatakan bahwa

penilaian kualitas pelayanan keperawatan kepada pasien di dalam

melaksanakan asuhan keperawatan maka digunakan standar praktik

keperawatan yang merupakan pedoman bagi perawatan dalam melaksanakan

asuhan keperawatan yang menjadi standar instrument dalam penilaian

kinerja perawat yang meliputi pengkajian, diagnosa keperawatan,

perencanaan, implementasi dan evaluasi. Berdasarkan kine rja perawat dalam

pemberian layanan, hasil penelitian ini belum sesuai dengan penelitian

Natalia R (2004) yang mengatakan bahwa asuhan keperawatan yang optimal

merupakan salah satu indikator dari kinerja perawat tetapi hal ini sejalan

dengan penelitian yang dilakukan oleh Joeharno (2008) menunjukkan

bahwa tingkat kinerja perawat pelaksana memiliki kategori cukup sebesar

64,8 % dalam melaksanakan asuhan keperawatan di Ruang Rawat Inap

RSUD Lansirang.

2.3. Hubungan antara Stres Kerja dengan Kinerja perawat

Berdasarkan uji korelasi yang dilakukan didapat hasil yang

signifikan untuk terjadinya hubungan (r = 0,682), p value = 0,000 sehingga

Ho ditolak atau ada hubungan yang signifikan antara stres kerja dengan

kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai.

(58)

kerja seseorang yaitu tuntutan fisik berupa lingkungan kerja yang panas,

dingin atau AC dan tidak ada AC, pencahayaan, luas ruangan kerja,.

Tuntutan peran seperti peran dan konflik yang dialami perawat. Tuntutan

interpersonal terjadi apabila sikap dan tujuan dari setiap individu berbeda.

Stres juga disebabkan oleh beban kerja yang berat sehingga kesulitan dalam

mempertahankan kualitas pekerjaan yang tinggi. Penyebab organisasional

berupa prosedur atau tindakan baru yang selalu mengikuti perkembangan

teknologi. Sedangkan dari individual berupa pertentangan karier dan

tanggung jawab keluarga, ekonomi, serta kejenuhan saat bekerja. Hal ini

sejalan dengan penelitian Yesi (2010) bahwa terdapat hubungan yang

bermakna antara tingkat stres kerja perawat dengan kinerja perawat

pelaksanadi Ruang Rawat Inap Rumah Sakit Umum (RSUD) Pasaman

Barat.

Dari hasil tersebut sesuai juga dengan penelitian(Iswanto,1999 dan

Higgins, 2000 dikutip dalam Ilmi, 2003) bahwa semakin tinggi tingkat stres,

tantangan kerja juga bertambah maka akan mengakibatkan prestasi juga

bertambah, apabila tingkat stres sudah optimal maka akan menyebabkan

(59)

BAB 6

KESIMPULAN DAN SARAN

1. Kesimpulan

Dari hasil penelitian yang dilakukan mengenai Hubungan Stres Kerja

dengan Kinerja Perawat Pelaksana di Instalasi Rawat Inap RSUD Kota Dumai

dapat diambil kesimpulan sebagai berikut :

1. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, mayoritas responden

berstatus menikah yaitu 26 orang dengan tingkat pendidikan mayoritas

responden berpendidikan DIII Keperawatan yaitu 40 orang dan dilihat

dari status kepegawaiannya mayoritas responden berstatus sebagai tenaga

kerja lepas (TKL) yaitu 24 orang dan mayoritas responden dengan lama

bekerja < 5 tahun yaitu 35 orang serta menerima gaji/pendapatan

mayoritas responden sebesar RP. 800.000- RP.1 Juta yaitu 20 orang.

2. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, mayoritas stres kerja

perawat adalah kategori stres sedang yaitu sebanyak 19 responden.

3. Berdasarkan hasil penelitian menunjukkan bahwa, mayoritas kinerja

perawat adalah kategori kinerja cukup yaitu sebanyak 22 responden.

4. Hasil uji Korelasi Pearson yang dilakukan didapat adanya hubungan

antara stres kerja dengan kinerja perawat pelaksana di Instalasi Rawat

Gambar

Tabel 3.1 Kerangka Operasional
Tabel 3.1 Kerangka Operasional
Tabel 4.1.
Tabel 4.2.
+6

Referensi

Dokumen terkait

Pengaruh stres Kerja terhadap Prestasi kerja dan Identifikasi manajemen stres yang digunakan perawat di ruang rawat inap RSUD Ulin Banjarmasin. Kinerja, Teori, Penilaian

stres kerja di lingkungan rumah sakit diharapkan perawat mampu meningkatkan komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien, perawat dengan teman sejawat dan

Hubungan Stres Kerja Dengan Kinerja Perawat Pelaksana Dalam Melaksanakan Asuhan Keperawatan di Ruang Rawat Inap RSUD Pasaman Barat.. Fakultas Keperawatan

24 Saya melakukan modifikasi rencana asuhan keperawatan bekerja sama dengan pasien dan keluarganya.

perawat akan meningkatkan proporsi kepuasan pasien terhadap pelayanan keperawatan. Kontak pertama antara seorang perawat dan pasien dimulai dari anamnese yang mana

Sumber stres kerja yang dialami karena tuntutan pasien yang berupa komplain dari pasien maupun keluarga pasien terhadap pelayanan yang telah diberikan, waktu

stres kerja di lingkungan rumah sakit diharapkan perawat mampu meningkatkan komunikasi yang baik antara perawat dengan pasien, perawat dengan teman sejawat dan

Hasil dan Pembahasan 4.1 Hasil Tabel 1 Motivasi Kerja Perawat Motivasi Kerja Freq % Rendah 17 18,9 Tinggi 73 81,1 n 90 100 Kinerja Perawat Kurang 15 16,7 Baik 75 83,3 n 90